Anda di halaman 1dari 39

HALAMAN PENGESAHAN

KESESUAIAN PERACIKAN OBAT DALAM BENTUK KAPSUL DI RSUD RADEN


MATTAHER JAMBI DAN APOTEK KIMIA FARMA PELENGKAP 027 JAMBI

Oleh :

IZZATUR RAHMI

F1F115028

Disetujui :

Dosen Pembimbing

Indri Maharini, S.Farm., M.Sc.Apt.


NIP. 198606052015042002

Diketahui :

Wakil Dekan BAKSI Ketua Program Studi Farmasi


Fakultas Sains Dan Teknologi Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Jambi Universitas Jambi

Dr. Tedjo Sukmono., S.Si., M.Si Elisma, S.Farm., M.Farm.,Apt

NIP. 197207052000031003 NIP.198510212014042001

i
RINGKASAN

Magang merupakan salah satu mata kuliah wajib yang harus diambil oleh
mahasiswa program studi Farmasi Fakultas Sains dan Teknologi Univeritas
Jambi untuk mendapatkan gelar S1 sekaligus untuk menambah ilmu
pengetahuan serta mengaplikasikannya dengan cara menerapkan secara
langsung ke dunia kerja di perusahaan atau instansi sesuai dengan pendidikan
yang diambil mahasiswa saat perkuliahan. Pada kegiatan magang ini, penulis
melakukan kegiatan magang di RSUD Raden Mattaher Jambi dan Apotek Kimia
Farma Pelengkap 027 Jambi. Dalam laporan magang ini mahasiswa
mengangkat judul tentang “Kesesuaian Pembuatan Obat Dalam Bentuk Kapsul
Di RSUD Raden Mattaher dan Apotek Kimia Farma Pelengkap 027”. Metode
yang digunakan dalam pengambilan data pada laporan ini yaitu menggunakan
metode observasi, dimana penulis mengamati kesesuaian antara SOP
Pembuatan Obat Dalam Bentuk Kapsul di RSUD Raden Mattaher dan Apotek
Kimia Farma Pelengkap. Dari observasi yang dilakukan didapatkan persentase
keterlaksanaa SOP Pembuatan obat dalam bentuk kapsul di RSUD Raden
Mattaher yaitu sebesar 66,67% dan ketidakterlaksanaannya yaitu sebesar
33,33% sedangkan di Apotek Kimia Farma Pelengkap 027 keterlaksanaan SOP
Pembuatan Obat Dalam Bentuk Kapsul yaitu 66,67% dan
ketidakterlaksanaannya 33,33% sedangkan untuk SOP mengisi kapsul di
Apotek Kimia Farma Pelengkap sudah terlaksana 100%. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa pembuatan obat dalam bentuk kapsul di RSUD Raden
Mattaher dan Apotek Kimia Farma Pelengkap belum sepenuhnya mengikuti SOP
yang telah ditetapkan karena masih terdapat beberapa point dari SOP yang
belum diterapkan.

ii
PRAKATA

Puji Syukur kehadirat Allah SWT atas semua limpahan, rahmat dan
karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan laporan Magang ini. Magang
ini dilaksanakan di RSUD Raden Mattaher dan Apotek Kimia Farma Pelengkap
Jambi yang dimulai dari tanggal 4 Juni-7 Juli 2018 dan 9 Juli-4 Agustus 2018
yang merupakan salah satu mata kuliah ajib program studi di lingkungan
Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Jambi.

Pada kesempatan ini saya ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-


besarnya untuk kedua Orangtua saya yang selalu memberikan dukungan
material maupun non material. Ucapan terimakasih juga saya berikan kepada
semua pihak terkait yng telah membantu dalam menyelesaikan laporan magang
ini, antara lain :
1. Bapak Dr. Tedjo Sukmono, S.Si., M.Si selaku Wakil Dekan Bidang
Akademik, Kerjasama dan Sistem Informasi Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Jambi.
2. Ibu Elisma, M.Farm., Apt selaku Ketua Jurusan Farmasi Universitas
Jambi.
3. Ibu Indri Maharini, M.Sc., Apt selaku Pembimbing magang.
4. Dosen-dosen Jurusan Farmasi Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Jambi
5. Bapak Jauhari Ilham Putra, S.Farm., Apt selaku Kepala Instalasi
Farmasi RSUD Raden Mattaher.
6. Ibu Desty Indri Yani, S.Farm., Apt. Selaku apoteker dan Pembimbing
lapangan selama di RSUD Raden Mattaher.
7. Kak Lilik Sulistiowati S.Farm., Apt selaku pembimbing magang dan
Apoteker di Apotek Kimia Farma Pelengkap yang telah membimbing
selama magang.
8. Kak Melin, Kak Hanny, Bu Hesti, Bang Anggi dan Bang Edo selaku
Asisten apoteker di Apotek Kimia Farma Pelengkap
9. Karyawan dan karyawati RSUD Radeen Mattaher Jambi dan Apotek
Kimia Farma atas bimbingan dan kerjasamanya selama magang
berlangsung.
10. Muhammad Mufti Armyan Nelvi selaku partner magang yang selalu
membantu saat magang
11. Teman-teman seperjuangan TANIN Farmasi 2015 dan seluruh keluarga
besar prodi Farmasi yang selalu mensuport dalam suka maupun duka.

iii
Penulis menyadari penyusunan laporan ini jauh dari kesempurnaan.
Mengingat keterbatasan kemampuan dan ilmu pengetahuan yang penulis miliki,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari seluruh
pembaca dan semoga laporan magang ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak.

Jambi, 26 September 2018

Izzatur Rahmi

NIM: F1F115028

iv
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................. i
PRAKATA ........................................................................................................ iii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... v
DAFTAR TABEL .............................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... viii
I PENDAHULUAN ............................................... Error! Bookmark not defined.
1.1 Latar belakang ........................................................................................ 1
1.2 Tujuan Magang ....................................................................................... 3
1.3 Manfaat Magang ..................................................................................... 3
II METODE PELAKSANAAN ................................ Error! Bookmark not defined.
2.1 Jadwal Dan Waktu Praktek Kerja Lapangan ............................................ 4
2.2 Lokasi Magang ........................................................................................ 4
2.3 Bidang Unit Kerja ................................................................................... 4
Bidang unit kerja di RSUD Raden Mattaher ............................................... 4
Bidang Unit Kerja di Apotek Kimia Farma .................................................. 4
III TINJAUAN UMUM INSTANSI/PERUSAHAAN ................................................ 5
3.1 Rumah Sakit Umum Daerah Raden Mattaher Provinsi Jambi .................. 5
3.2 Apotek Kimia Farma Pelengkap No 27 Jambi .......................................... 9
Kegiatan Umum Apotek Kimia Farma .......................................................... 11
IV. PELAKSANAAN MAGANG (PKL) ................................................................. 13
4.1 Topik Magang ....................................................................................... 13
4.2 Permasalahan yang dihadapi ................................................................ 21
4.3 Solusi Yang Ditawarkan ........................................................................ 21
V. KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................................... 23
5.1. Kesimpulan ......................................................................................... 23
5.2. Saran .................................................................................................. 23
DATAR PUSTAKA ........................................................................................... 24

v
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman

1. SOP Pembuatan kapsul di RSUD Raden Mattaher................................17

2. SOP Pembuatan kapsul di Apotek Kimia Farma.....................................19

vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman

1. RSUD Raden Mattaher ............................................................................... 5

2. Struktur Organisasi RSUD Raden Mattaher ................................................ 8


3. Kimia Farma Pelengkap 027 Jambi ............................................................. 9

4. Sejaarah Perkembangan Kimia Farma .................. ...................................10


5. Struktur Organisasi Kimia Farma .................................................... .........11

vii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman
1. SOP RSUD Raden Mattaher ..................................................................... 25

2. Resep Racikan di RSUD Raden Mattaher ................................................. 26

3. Proses Peracikan Kapsul di RSUD Raden Mattaher.. ................................ 27

4. SOP Mengisi Kapsul Apotek Kimia Farma Pelengkap ................................ 28

5. SOP Penyiapan Obat Racikan di Apotek Kima Farma Pelengkap................29

5. Resep Racikan Kapsul di Apotek Kimia Farma. ........................................ 30

6. Proses Peracikan Kapsul di Apotek Kimia Farma ...................................... 31

viii
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Magang adalah kegiatan akademik yang merupakan suatu sarana bagi
mahasiswa untuk menambah ilmu pengetahuan serta mengaplikasikannya
dengan cara menerapkan secara langsung ke dunia kerja di perusahaan atau
instansi sesuai dengan pendidikan yang diambil mahasiswa saat perkuliahan.
Magang merupakan salah satu kurikulum program studi Farmasi Fakultas
Sains dan Teknologi Univeritas Jambi untuk mendapatkan gelar S1 sekaligus
dapat menambah wawasan bagi mahasiswa mengenai dunia kerja dan
meningkatkan keterampilan serta keahlian praktek kerja. Selain itu magang
juga bertujuan memberikan keemampuan analisis kepada mahasiswa agar
dapat memecahkan sekaligus mencari solusi dari permasalahan nyata dalam
dunia kerja melalui pengamatan secara langsung. Pada kegiatan magang ini,
penulis melakukan kegiatan magang di RSUD Raden Mattaher Jambi dan
Apotek Kimia Farma Pelengkap 027.
Salah satu standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit dan apotek
yaitu pelayanan farmasi klinik. Pelayanan farmasi klinik merupakan pelayanan
langsung yang diberikan Apoteker kepada pasien dalam rangka meningkatkan
outcome terapi dan meminimalkan resiko terjadinya efek samping karena obat,
untuk tujuan keselamatan pasien (patient safety), sehingga kualitas hidup
pasien(quality of life) terjamin. Berdasarkan Permenkes no 72 tahun 2016,
pelayanan farmasi klinik di rumah sakit meliputi :Pengkajian dan pelayanan
Resep, Penelusuran riwayat penggunaan obat, Rekonsiliasi obat, Pelayanan
Informasi Obat (PIO), Konseling, Visite, Pemantauan Terapi Obat (PTO),
Monitoring Efek Samping Obat (MESO), Evaluasi Penggunaan Obat
(EPO),Dispensing sediaan steril dan Pemantauan Kadar Obat dalam Darah
(PKOD).
Pelayanan Farmasi klinik di Apotek hampir sama dengan yang dilakukan
dirumah sakit mengacu pada Permenkes no 73 tahun 2016, Pelayanan Farmasi
Klinik meliputi : Dispensing, Pelayanan Informasi Obat (PIO), Konseling,
Pelayanan Kefarmasian di rumah (home pharmacy care), Pemantauan Terapi
Obat (PTO) dan Monitoring Efek Samping Obat (MESO).
Adapun pelayanan kefarmasian yang dapat dilakukan di rumah sakit
dan apotek salah satunya yaitu melakukan dispensing obat, menurut
PERMENKES RI No 72 tahun 2016 kegiatan dispensing obat meliputi
penyiapan, penyerahan, dan pemberian informasi obat. Dispensing dilakukan
jika pengkajian resep telah dilakukan, jika resep tidak bermasalah baru

1
2

dilakukan dispensing obat sesuai permintaan didalam resep. Resep adalah


permintaan tertulis dari dokter kepada apoteker/farmasi pengelola apotek
untuk memberikan obat jadi atau meracik obat dalam bentuk tertentu sesuai
dengan keahliannya, takaran dan jumlah obat sesuai dengan yang diminta,
kemudian menyerahkannya kepada yang berhak/pasien (Syamsuni, 2007).
Salah satu tahap dispensing obat yaitu melakukan peracikan. Peracikan
obat merupakan salah satu pekerjaan kefarmasian yang dapat dilakukan oleh
tenaga kefarmasian yang terdiri dari apoteker, sarjana farmasi, ahli madya
farmasi, analis farmasi dan asisten apoteker. Peracikan obat adalah penyediaan
obat yang dibutuhkan oleh pasien secara individu yang dibuat di apotek atau
sarana kesehatan karena terbatasnya sediaan obat yang ada. Salah satu obat
yang dibuat dengan melakukan peracikan yaitu kapsul. Peracikan kapsul yang
dilakukan di rumah sakit dan apotek yaitu dengan menggunakan tangan,cara
ini merupakan cara yang paling sederhana karena menggunakan tangan tanpa
bantuan alat mesin namun kemungkinan terjadinya kontaminasi sangat besar
sehingga dalam peracikan kapsul perlu diperhatikan aspek dari personel yang
melakukan peracikan. Aspek tersebut diantaranya terdiri dari kelengkapan
personel yang digunakan dalam melakukan peracikan dan kemampuan dalam
membagi kapsul. Kelengkapan personel salah satunya meliputi penggunaan
sarung tangan yang berfungsi untuk melindungi kontaminasi dari tangan oleh
obat yang sedang diracik. Selanjutnya kemampuan dalam membagi kapsul juga
perlu diperhatikan karena hal ini berhubungan dengan dosis. Dosis yang
berbeda dapat menimbulkan Ketepatan dalam memilih ukuran kapsul
tergantung dari pengalaman dan biasanya dikerjakan secara eksperimental.
Proses peracikan memerlukan keahlian, baik dalam perhitungan dosis
maupun teknik pencampuran obat. Karena memerlukan keahlian yang khusus,
maka proses-proses yang dilakukan dalam melayani resep racikan harus
dilakukan dengan seteliti dan sedetail mungkin agar tidak terjadi kesalahan
dalam tahap pengobatan pasien (Siregar, 2004).
Resep racikan memerlukan keahlian yang khusus karena harus
dilakukan seteliti dan sedetail mungkin, juga memerlukan waktu pelayanan
yang lebih lama karena harus memperhitungkan dosis yang sesuai. Akibat yang
ditimbulkan apabila resep racikan tidak dilakukan dengan teliti dan detail yaitu
menyebabkan terjadinya medication error. Medication eror adalah kejadian yang
dapat merugikan penderita karena kesalahan oleh petugas kesehatan dalam
menangani pasien yang seharusnya dapat dihindari (Simamora, 2011).
Medication eror dapat menyebabkan kerugian pada pasien dan kehilangan
kepercayaan terhadap sistem pelayanan kesehatan sehingga dapat merusak
3

hubungan pasien dengan tenaga profesional kesehatan. Medication eror dapat


terjadi pada tahapan prescribing, transcribing, dispensing dan administering.
Untuk menghindari hal yang demikian proses peracikan harus dilakukan sesuai
Standar Operasional Prosedur (SOP) yang telah ditetapkan.
Dalam suatu Rumah Sakit atau Apotek terdapat Standar Operasional
Prosedur (SOP) peracikan obat, yang mana Menurut Indah Puji (2014), SOP
sangat dibutuhkan dalam menjalankan suatu kegiatan begitupun dengan
meracik obat dengan tujuan memperlancar tugas pegawai atau tim kerja,
sebagai dasar hukum bila terjadi penyimpangan, mengarahkan pegawai untuk
sama-sama disiplin dalam bekerja dan sebagai pedoman dalam melaksanakan
pekerjaan rutin.
Berdasarkan hal tersebut penulis ingin mengetahui kesesuaian
pembuatan obat dalam bentuk kapsul dengan SOP di RSUD Raden Mattaher
Jambi dan Apotek Kimia Farma Pelengkap Jambi.

1.2 Tujuan Magang


Untuk mengetahui kesesuaian pembuatan obat dalam bentuk kapsul
dengan SOP di RSUD Raden Mattaher Jambi dan Apotek Kimia Farma
Pelengkap 027 Jambi.

1.3 Manfaat Magang


Memberikan masukan bagi RSUD Raden Mattaher dan Apotek Kimia Farma
Pelengkap 027 Jambi untuk peningkatan mutu dan kualitas pelayanan.
II. METODE PELAKSANAAN
2.1 Jadwal Dan Waktu Praktek Kerja Lapangan
Kegiatan Praktek Kerja Lapangan ini dilaksanakan pada tanggal 4 Juni
2018 hingga 4 Agustus 2018 di RSUD Raden Mattaher Jambi dimana
pelaksanaan magang dilakukan setiap hari Senin hingga Kamis mulai dari
pukul 07:30 WIB hingga pukul 14:00 WIB hari Jum’at mulai dari pukul 07:30
WIB hingga pukul 13:00 WIB dan hari Sabtu mulai dari pukul 07:30 WIB
himgga pukul 13:00 dan pada tanggal 4 Juli 2018 hingga 4 Agustus 2018 di
Apotek Kimia Farma Pelengkap 027 Jambi dimana pelaksanaan magang
dilakukan setiap hari Senin higga Sabtu selama 7 jam kerja mulai dari pukul
08:00 WIB hingga pukul 15:00 WIB.
2.2 Lokasi Magang
Magang dilaksanakan di RSUD Raden Mattaher yang berada di Jl. letjen
Suprapto No.31 Telanaipura, Jambi 36361, Indonesia. Telp (0741) 65765 Dan
dilaksanakan di Apotek Kimia Farma Pelengkap No 27, Jambi 36361,Indonesia.
Telp (0741) 65765.
2.3 Bidang Unit Kerja
Bidang unit kerja di RSUD Raden Mattaher
Bidang unit kerja di RSUD Raden Mattaher Jambi dibagi dalam depo-
depo yang meliputi Rawat jalan, Rawat inap, IGD OK, OKE, Kelas 1 dan kelas 2,
VIP, Anak, Paru, Bedah dan Gudang adapun kegiatan yang dilakukan berupa
pengelolaan sediaan farmasi meliputi perencanaan, pengadaan, penerimaan,
penyimpanan, pendistribusian, pengendalian dan administrasi baik obat, alat
kesehatan dan bahan medis habis pakai.
Bidang Unit Kerja di Apotek Kimia Farma
Bidang unit kerja yang dilakukan oleh mahasiswa di Apotek Kimia
Farma Pelengkap no 27 Jambi berupa pengelolaan perbekalan farmasi meliputi :
perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, penditribusian,
pengendalian dan administrasi baik obat, alat kesehatan bahan medis habis
pakai serta peacikan dan swamedikasi kepada pasien di Apotek tersebut.
2.4 Metode Pengambilan Data
Metode yang digunakan dalam pengambilan data yaitu metode observasi,
dimana penulis mengamati kesesuaian SOP peracikan kapsul dengan
pelaksanaan dilapangan yaitu di RSUD Raden Mattaher Jambi dan Apotek
Kimia Farma Pelengkap 027.

4
III TINJAUAN UMUM INSTANSI/PERUSAHAAN

3.1 Rumah Sakit Umum Daerah Raden Mattaher Provinsi Jambi

Gambar 1. RSUD Raden Mattaher Jambi.

Sejarah Instansi
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Raden Mattaher Provinsi Jambi
merupakan rumah sakit pemerintah provinsi Jambi sekrang dipimpin oleh
seorang direktur utama dan dibantu oleh 3 direktur penanggung jawab. Rumah
sakit ini berdiri pada tahun 1948 dengan tipe C dan bergabung dengan Dinas
Kesehatan Tentara (DKT) Jambi. Pada tanggal 19 November 1972, rumah sakit
ini kemudian dipindahkan ke Jalan Letnan Jend. Soeprapto Nomor 31,
Kecamatan Telanai Pura, Kota Jambi (Anonim, 2016)
Rumah sakit ini dibangun di atas tanah seluas 75.000 m 2 dengan luas
bangunan ±24.153 m2. Rumah Sakit Umum Daerah Raden Mattaher Provinsi
Jambi ini semula bernama Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Provinsi Jambi
dan kemudian pada bulan November 1999, bertepatan pada hari kesehatan
nasional, rumah sakit ini diberi nama dari salah satu pahlawan Jambi yaitu
Raden Mattaher (Anonim, 2016)
Visi RSUD Raden Mattaher :
“Menjadi Rumah Sakit rujukan dengan pelayanan prima dan Rumah sakit
pendidikan yang berkualitas”.

5
6

Misi RSUD Raden Mattaher :


1. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan pelayanan prima untuk
memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat
2. Menyelenggarakan administrasi dan pengolahan keuangan yang transparan,
akuntabel dan terintegrasi
3. Menyelenggarakan pendidikan, pelatihan dan penelitian untuk menghasilkan
sumber daya kesehatan yang berkualitas
4. Mewujudkan kecukupan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan untuk
menjamin kepastian pelayanan dan pendidikan kesehatan.
Instalasi Farmasi RSUD Raden Mattaher
Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) RSUD Raden Mattaher terletak
bersebelahan dengan ruangan Unit Transfusi Darah Rumah Sakit (UTDRS)
RSUD Raden Mattaher. Instalasi farmasi ini adalah unit atau bagian dari suatu
rumah sakit yang dipimpin oleh seorang apoteker dan dibantu oleh beberapa
orang apoteker yang memenuhi persyaratan peraturan perundang-undangan
yang berlaku dan komponen secara profesional , tempat atau fasilitas
penyelenggara yang bertanggung jawab atau seluruh pekerjaan serta pelayanan
paripurna mencakup perencanaan, pengadaan, produksi, penyimpanan
perbekalan kesehtan atau sediaan farmasi, dispensing obat berdasarkan resep
bagi penderita rawat inap maupun rawat jalan, pengendalian mutu,
pengendalian distribusi dan penggunaan seluruh perbekalan kesehatan di
rumah sakit, pelayanan farmasi klinik umum dan spesialis mencakup
pelayanan langsung pada penderita dan pelayanan klinik merupakan program
rumah sakit secara kesrluruhan (Siregar, 2004).
Tugas Pokok Instalasi Farmasi
Menurut Permenkes (2016) , Tugas Instalasi Farmasi Rumah Sakit meliputi:
1. Menyelenggarakan, mengindikasikan, mengatur dan mengawasi seluruh
kegiatan pelayanan kefarmasian yang optimal dan profesional serta sesuai
prosedur dan etik profesi
2. Melaksanakan pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis
habis pakai (BMHP) yang efektif, aman, bermutu dan efisien
3. Melaksanakan pengkajian dan pemantauan penggunaan sediaan farmasi,
alat kesehatan dan bahan medis habis pakai guna memaksimlkan efek terapi
dan keamanan serta meminimalkan resiko
4. Melaksanakan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) serta memberikan
rekomendasi kepada dokter, perawat dan pasien
5. Berperan aktif dalam komite/tim farmasi dan terapi
7

6. Melaksanakan pendidikan dan pelatihan serta pengembangan Pelayanan


Kefarmasian
7. Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan
Formularium Rumah Sakit.

Struktur organisasi IFRS Raden Mattaher


Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) RSUD Raden Mattaher Provinsi
Jambi dikepalai oleh seorang kepala instalasi farmasi dibawah pengawasan
Direktur Utama dan Direktur Pelayanan yang kemudian dibantu oleh Apoteker
Penanggung Jawab (APJ) pada tiap divisi. APJ IFRS dibagi menjadi 8 bagian
terdiri atas Pengadaan, Instalasi Gawat Darurat (IGD) & Operatio Kamer
Emergency (OKE), Rawat Jalan, Rawat Inap (VIP; Kelas I & II; Zaal Interne;
Zaal Bedah; Zaal Syaraf, Jantung & Paru; zaal Endang), Intensive Care Unit
(ICU) & Operatio Kamer (OK) Central dan Kemoterapi.
8

DIREKTUR UTAMA

DIREKTUR PENGEMBANGAN DIREKTUR PELAYANAN DIREKTUR UMUM DAN


SDM DAN SAPRAS KEUANGAN

KEPALA INSTALASI
FARMASI

APJ APJ IGD & APJ APJ DEPO APJ DEPO APJ APJ ICU & APJ
FARMASI FARMASI FARMASI PERBEKALA KEMOTERAP
PENGADAAN OKE PARU OK Central
KLINIS KELAS I DAN N FARMASI I
JANTUNG
II
SYARAF

APJ APJ RAWAT APJ DEPO APJ DEPO APJ DEPO APJ
MANAJEMEN FARMASI PINANG FARMASI FARMASI
JALAN CATHLAB
DAN MUTU DAN MASAK DAN ANAK DAN BEDAH DAN
ADMINISTRASI MAYANG KEBIDANAN PENYAKIT Perencanaan
MANGURAI DAN VK DALAM

Penyimpanan
Barang
Administras Distribusi
i

Gambar 2. Struktur Organisasi Instalasi Farmasi RSUD Raden Mattaher


9

3.2 Apotek Kimia Farma Pelengkap No 27 Jambi

Gambar 3. Apotek Kimia Farma Pelengkap

Sejarah Kimia Farma


PT Kimia farma merupakan perusahaan farmasi yang didirikan Hindia
Belanda di Indonesia pada tahun 1817 bermula di beri nama NV Chemiclien
Handle Rathkamp dan Co. Kemudian pada tahun 1971 tepatnya pada tanggal
16 agustus, NV Chemicalien Handle Rathkamp dan Co. dinasionalisasi dan
berubah menjadi PT(Perseroan Terbatas) Kimia Farma, sebuah perusahaan
farmasi yang bergerak di bidang industri, distribusi dan apotek. Sampai dengan
tahun 2002, apotek kimia farma merupakan salah satu kegiatan usaha PT
Kimia Farma(Persero) Tbk. Yang selanjutnya pada awal 2003 diganti menjadi PT
Kimia Farma Apotek (Anonim, 2017)
Pada tanggal 4 Januari 2003 PT Kimia Farma membentuk 2 anak
perusahaan yaitu :
1. PT. Kimia Farma Health & Care
2. PT. Kimia Farma Trading & Distribution

PT Kimia Farma Apotek menjadi anak perusahaan PT Kimia Farma


(Persero) Tbk sejak tanggal 4 Januari 2003 berdasarkan akta pendirian No.6
tahun 2003. Akta ini telah mendapat persetujuan dari Mentri Kesehatan dan
Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan surat keputusan No: C-09648
HT.01.01 TH 2003 tanggal 1 Mei 2003.
10

Gambar 4. Sejarah Perkembangan Kimia Farma

Pada bulan Juli tahun 2004 PT Kimia Farma Apotek yang sebelumnya
terkoordinasi dalam Unit Apotek Daerah (UAD) Kemudian dibuat dalam
orientasi bisnis manager dan apotek pelayanan sebagai hasil restrukturisasi
organisasi yang dilakukan. Manajemen PT. Kima Farma Apotek melakukan
perubahan struktur(restrukturisasi) organisasi dan sistem pengelolaan Sumber
Days Manusia(SDM) dengan pendekatan efisiensi, produktifitas, kompotensi
dan komitmen dalam rangka mengantisipasi perubahan yang ada.
Dilakukan berbagai perubahan pada tahun-tahun mendatang untuk
mengubah presepsi lama tentang Kimia Farma pada masyaakat. Dimana Kimia
Farma bukanlah lagi terbatas sebagai gerai untuk menjual obat, namun
menjadi pusat pelayanan kesehatan yang didukung oleh penunjang
laboratorium klinik, praktek dokter dan gerai untuk obat-obatan tradisional.
Pada tahun 2010 dibentuk PT Kimia Farma Diagnostika dan merupakan anak
perusahaan PT Kimia Farma Apotek yang melaksanakan pengelolaan kegiatan
usaha Perseroan di bidang laboratorium klinik (Anonim, 2015). Saat ini PT
Kimia Farma Apotek bertransformasi menjadi healthcare provider company,
suatu perusahaan jaringan layanan kesehatan terintegrasi dan tersebar di
Indonesia, yang pada akhir tahun 2015 memiliki 725 apotek, 300 klinik dan k
dokter bersama, 42 laboratorium klinik dan 10 optik. dengan visi menjadi
perusahaan jaringan layanan kesehatan yang terkemuka dan mampu
memberikan solusi kesehatan masyarakat indonesia. Sedangkan per 31
Desember 2016, outlet Kimia Farma se-Indonesia berjumlah 900 outlet.
Perubahan yang dilakukan bororientasi kepada pelayanan konsumen,
dimana setiap apotek Kimia Farma haruslah mampu memberikan pelayanan
11

yang baik, penyediaan obat yang baik dan lengkap serta pelayanan yang cepat
dan terasa nyaman.

Kegiatan Umum Apotek Kimia Farma


Apotek Kimia Farma tentunya tidak sekedar menyediakan obat, tetapi juga
menawarkan penunjang diagnosa dan pemeliharaan kesehatan yang
dibutuhkan masyarakat. Kegiatan utama yang dilakukan oleh Apotek Kimia
Farma meliputi pengelolaan perbekalan farmasi, alat kesehatan dan bahan
medis habis pakai serta pelayanan farmasi klinik.

Struktur Organisasi Apotek Kimia Farma Jambi

Bisnis Manager

Apoteker Pengelola Apoteker Pendamping


Apotek

Asisten Apoteker Teknis


(AA) Kefarmasian

Gambar 5. Struktur organisasi Kimia Farma Jambi


12

Visi Perusahaan :
“Menjadi perusahaan jaringan layanan kesehatan yang terkemuka dan mampu
meberikan solusi kesehatan masyarakat di Indonesia”
Misi Perusahaan :
1. Jaringan layanan kesehatan yang terintegrasi meliputi jaringan apotek,
klinik, laboratorium klinik dan layanan kesehatan lainnya.
2. Saluran distribusi utama bagi produk sendiri dan produk principal
3. Pengembangan bisnis waralaba dan peningkatan pendapatan lainnya(fee-
based income)
IV. PELAKSANAAN MAGANG (PKL)
4.1 Topik Magang
Pada pelaksanaan magang ini mahasiswa mengangkat judul tentang
Kesesuaian Pembuatan Obat Dalam Bentuk Kapsul Di RSUD Raden Mattaher
dan Apotek Kimia Farma Pelengkap 027.
Salah satu kegiatan pelayanan farmasi klinik yaitu melakukan dispensing
obat. Menurut PERMENKES RI No 72 tahun 2016 kegiatan dispensing obat
meliputi :
1. Menyiapkan obat sesuai dengan permintaan resep :
a. Menghitung kebutuhan jumlah obat sesuai dengan resep
b. Mengambil obat yang dibutuhkan pada rak penyimpanan dengan
memperhatikan nama obat, tanggal kadaluarsa,, dan keadaan fisik obat
2. Melakukan peracikan obat bila diperlukan
3. Membuat etiket obat
4. Memasukkan obat kedalam wadah yang tepat dan terpisah untuk obat
yang berbeda demi menjaga mutu dan menghindari penggunaan yang
salah.
5. Penyerahan obat dengan informasi yang tepat seperti :
a. Jadwal minum obat (hubungan dengan makan dan obat lain)
b. Cara minum obat (kunyah, telan, dilarutkan)
c. Cara menyimpan dan menjaga kestabilan.

Salah satu yang dilakukan dalam proses dispensing yaitu melakukan


peracikan obat. Peresepan obat dalam bentuk racikan kapsul dilakukan karena
beberapa obat dengan kekuatan tertentu tidak tersedia dalam bentuk sediaan
jadi (Syamsuni,2007). Kapsul adalah sediaan padat terdiri dari obat dalam
cangkang keras atau lunak yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari
gelatin, bisa juga dari pati atau bahan lain yang sesuai (Depkes RI, 2010).
Peracikan
Peracikan merupakan kegiatan menyiapkan, menimbang, mencampur,
mengemas dan memberikan etiket pada wadah, proses peracikan obat harus
dibuat suatu prosedur tetap dengan memperhatikan dosis, jenis dan jumlah
obat serta penulisan etiket yang benar (Anonim, 2004). Sediaan kapsul racikan
dapat dibuat dari obat maupun bahan baku obat. Perubahan bentuk dari
sediaan obat (tablet, kapsul atau bentuk lainnya) menjadi kapsul racikan
kemungkinan dapat berpengaruh pada stabilitas, efektifitas dan keamanan
serta tujuan formulasi sediaan obat tersebut.

13
14

Medication error
Peracikan sering berkaitan dengan medication error. Medication error
didefinisikan sebagai suatu kesalahan yang terjadi pada waktu pengobatan yang
bisa menyebabkan kerugian atau berpotensi menyebabkan kerugian pasien
yang sebenarnya dapat dicegah. Berdasarkan kejadian yang sering di jumpai
pada tahap dispensing salah satunya yaitu compounding (peracikan) meliputi :
kebersihan alat dan meja peracikan, obat tumpah pada saat pembuatan
kapsul/ puyer, tidak mencuci tangan/ tidak memakai sarung tangan pada saat
meracik obat, perhitungan obat yang kurang akurat (seperti dibelah), dosis
kurang karena menempel pada mortir dan belender obat (Hinlandou, 2008).
Menurut Tomi et al.,(2017) Medication eror dapat terjadi pada 4 tahapan
yaitu :
1. Prescribing eror terjadi pada saat penulisan resep dikarenakan kurangnya
pengetahuan, kurangnya komunikasi, kondisi fisik mental yang kurang baik
dan pekerjaan yang terlalu banyak
2. Transribing eror terjadi saat pembacaan resep untuk proses dispensing,
antara lain salah membaca resep karena tulisan tidak jelas, salah dalam
menerjemahkan order pembuatan resep dan aturan pakai
3. Dispensing eror terjadi pada saat penyiapan hingga penyerahan resep oleh
petugas apotek
4. Administration eror terjadi pada proses penggunaan obat.
Menurut Sujadi (2004), Hal-hal yang mendukung proses peracikan obat
adalah sebagai berikut:
1. Personel
Personel yang melakukan dispensing obat racikan harus memiliki
pengetahuan tentang obat yang akan diracik, seperti penggunaan umum,
dosis yang digunakan, efek samping yang ditimbulkan, mekanisme kerja
obat, interaksi dengan makanan, penyimpanan yang baik dan lain-lain.
Personel dispensing juga harus memiliki keterampilan kalkulasi dan
aritmatik yang baik guna menghitung dosis yang tepat, memiliki
keterampilan mengemas yang baik secara cepat dan rapi, bersifat bersih,
teliti dan jujur, serta memiliki sikap dan keterampilan yang baik dalam
berkomunikasi dengan penderita dan profesional kesehatan lain.
2. Fasilitas
Fasilitas bangunan, ruang dan peralatan dalam instalasi farmasi harus
tersedia sesuai dengan peraturan yang berlaku yaitu :
a. Lokasi harus menyatu dengan sistem pelayanan rumah sakit
15

b. Terpenuhinya luas yang cukup untuk penyelenggaraan asuhan


kefarmasian di rumah sakit
c. Dipisahkan antara fasilitas untuk penyelenggaraan manajemen,
pelayanan langsung pada pasien, dispensing serta ada penanganan
limbah
d. Dipisahkan juga antara jalur steril, bersih dan daerah abu-abu bebas
kontiminasi
e. Persyaratan ruang tentang suhu, pencahayaan, kelembaban, tekanan dan
keamanan baik dari pencuri maupun binatang pengerat.
3. Kebersihan
Tingkat sanitasi dan higiene yang tinggi hendaklah diterapkan pada setiap
aspek pembuatan obat. Tenaga pengracik sebaiknya menggunakan pakaian
yang sesuai dan mencuci tangan sebelum melakukan peracikan obat.
Fasilitas dan peralatan yang dibutuhkan dalam peracikan obat harus dalam
keadaan bersih sehingga obat racikan dapat terhindar dari kontaminasi.
4. Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam proses peracikan obat sebaiknya sesuai
dengan kebutuhan, tidak berinteraksi dengan bahan obat dan bersih untuk
meminimalkan terjadinya kontaminasi
5. Bahan obat
Dalam melakukan peracikan obat perlu diperhatikan hal-hal yang
berhubungan dengan bahan obat seperti kelarutan, stabilitas,
kompaktibilitas, alergi pasien terhadap suatu bahan obat, interaksi obat,
rute pemberian dan jangka waktu pemberian
6. Wadah
Wadah dan tutupnya tidak boleh mempengaruhi bahan yang disimpan
didalamnya baik secara kimia maupun secara fisika, yang dapat
mengakibatkan perubahan khasiat, mutu atau kemurniannya
7. Etiket
Proses pengisian dan penutupan hendaklah segera disertai dengan
pemberian label. Etiket atau label yang tercantum pada wadah harus jelas,
tidak memberikan penafsiran ganda, tertempel dengan kuat dan informasi
yang tertera harus tidak mudah dihapuskan. Dalam label obat racikan
harus tercantum daftar nama obat, nomor resep, paraf petugas peracik
dan keterangan lainnya.
16

Dari hal-hal yang perlu diperhatikan dalam proses peracikan obat diatas,
adapun proses pengerjaan peracikan kapsul yang terjadi di RSUD Raden
Mattaher dan Apotek kimia farma yaitu untuk personel yang melakukan
peracikan sudah cukup baik, namun untuk perlengkapan yang digunakan
saat meracik masih belum lengkap dimana tenaga peracik tidak
menggunakan jas lab, masker, dan sarung tangan saat meracik kapsul.
Penggunaan jas lab berfungsi menghindari terkontaminasinya pakaian
seragam saat melakukan peracikan . Penggunaan masker berfungsi untuk
melindungi kontaminasi dari mulut dan hidung oleh obat yang sedang
diracik dan menghindari terhirupnya obat yang sedang diracik. Sedangkan
sarung tangan digunakan untuk melindungi kontaminasi dari tangan oleh
obat yang sedang diracik. Untuk fasilitas peracikan di RSUD Raden Mattaher
belum terdapat ruangan khusus untuk melakukan proses peracikan.
Sedangkan di apotek kimia farma pelengkap ruangan untuk meracik
terdapat di belakang dimana terdapat sekat antara ruang meracik dengan
ruang untuk menirima resep. Kemudian peralatan yang akan digunakan
untuk meracik tidak selalu dicuci terlebih dahulu sebelum digunakan baik di
RSUD Raden mattaher dan Apotek Kimia Farma Pelengkap. Alat yang
digunakan dalam peracikan harus selalu bersih dan kering sebelum
digunakan untuk setiap peracikan produk yang berbeda karena apabila tidak
dibersihkan dapat menimbulkan kontaminasi antara obat satu dengan yang
lain yang dapat menimbulkan perubahan efek terapi maupun menyebabkan
efek samping yang tidak diinginkan Pemeriksaan kebersihan terhadap
peralatan yang akan digunakan perlu dilakukan karena alat- alat tersebut
sebelumnya telah digunakan untuk meracik obat lain hal berpotensi
menyebabkan dosis obat akan berkurang karena tertinggal pada bagian-
bagian alat tersebut. Adapun peralatan yang digunakan dalam melakukan
peracikan kapsul yaitu berupa : Lumpang dan stamfer atau belender obat
dimana jika jumlah obat yang akan diracik sedikit biasanya menggunakan
lumpang dan stamfer sedangkan jika jumlah obat yang akan diracik banyak
biasanya mengggunakan belender obat. Selain itu membersihkan peralatan
sebelum meracik juga untuk mencegah agar tidak terjadi interaksi dengan
bahan obat dan untuk meminimalkan terjadinya kontaminasi.
Wadah yang digunakan untuk menyimpan cangkang kapsul di RSUD
Raden Mattaher dan Apotek Kimia Farma Pelengkap sudah cukup baik dimana
cangkang disimpan di dalam wadah yang terbuat dari botol plastik yang
tertutup rapat. Dalam pembuatan etiket untuk sediaan racikan kapssul baik di
RSUD Raden Mattaher dan Apotek Kimia Farma Pelengkap sudah cukup jelas
17

dimana digunakan etiket berwarna putih (oral) disertai informasi berupa cara
cara pemakaian.

Tabel.1 SOP Pembuatan Obat Dalam Bentuk Kapsul di RSUD Raden Mattaher
SOP Keterlaksanaan
Ya Tidak
Petugas menggunakan masker, jas lab dan sarung 
tangan
Mortir dan stamper atau blender obat yang akan 
digunakan dibersihkan
Obat yang akan dimasukkan kedalam kapsul sesuai 
dengan resep disiapkan
Catat pengeluaran sediaan pada kartu stok 
Obat digerus menggunakan mortir dan stamper atau 
belender obat hingga homogen
Serbuk dibagi menjadi beberapa bagian, dimana setiap 
bagian maksimal untuk sepuluh kapsul pada kertas
puyer
Serbuk dimasukkan kedalam kapsul sesuai dengan 
jumlah yang diinginkan
Kapsul ditutup dan dibersihkan 
Hitung kembali jumlah kapsul dan masukkan kedalam 
wadah yang telah diberi etiket

% Pelaksanaan SOP 66,67% 33,33%

Dalam pelayanan kefarmasian di RSUD Raden Mattaher kegiatan yang


dilaksanakan mengacu pada masing-masing SOP. Dari Tabel 1 diatas dapat
diketahui bahwa persentase keterlaksanaan SOP Pembuatan Obat Dalam
Bentuk Kapsul di RSUD Raden Mattaher yaitu sebesar yaitu 66,67% sedangkan
persentase ketidakterlaksanaan SOP Pembuatan Obat Dalam Bentuk Kapsul di
RSUD Raden Mattaher yaitu 33,33%. Ini menunjukkan bahwa dari SOP yang
ada belum sepenuhnya terlaksana : Petugas tidak menggunakan masker, jas lab
dan sarung tangan, Mortir dan stamper atau blender obat yang akan digunakan
tidak dibersihkan, Serbuk tidak dibagi menjadi beberapa bagian, dimana setiap
bagian maksimal untuk sepuluh kapsul pada kertas puyer. Mengingat kondisi
di RSUD Raden Mattaher yang selalu ramai sehingga secara tidak langsung
pada kondisi seperti itu petugas melakukan pekerjaannya dengan cepat karena
18

harus melayani pasien dengan kapasitas lebih banyak dan semua kebutuhan
setiap pasien pun harus terpenuhi.
Proses peracikan kapsul yang dilakukan di RSUD Raden Mattaher salah
satunya yaitu dengan cara menyusun cangkang kapsul pada kertas yang dibuat
melingkar kemudian setelah obat di racik, obat racikan tersebut dimasukkan
kedalam cangkang kapsul yang telah disusun pada kertas yang dibuat
melingkar tadi secara perlahan-lahan sehingga semua cangkang kapsul terisi
penuh. Selain itu sebelum melakukan peracikan petugas tidak selalu
membersihkan alat yang akan digunakan dalam peracikan yang mana alat-alat
tersebut sebelumnya telah digunakan untuk meracik obat yang berbeda.
Selanjutnya saat melakukan peracikan kapsul petugas peracik juga tidak
menggunakan alat pelindung diri seperti jas lab masker dan sarung tangan.
Adapun hal yang mungkin ditimbulkan apabila proses peracikan tidak
dilakukan sesuai SOP yaitu dapat menyebabkan terjadinya medication error
pada fase compounding seperti yang telah dijelaskan diatas.
Selanjutnya untuk kegiatan pelayanan kefarmasian di Apotek Kimia
Farma pelengkap yang dilaksanakan juga mengacu pada masing-masing SOP.
Dari Tabel 2 dapat diketahui persentase keterlaksanaan SOP Pembuatan Obat
Dalam Bentuk Kapsul di Apotek Kimia Farma Pelengkap yaitu 66,67%
sedangkan persentase ketidakterlaksanaan SOP Penyiapan Obat Racikan di
Apotek Kimia Farma Pelengkap yaitu sebesar 33,33%. Ini menunjukkan bahwa
dari SOP yang ada belum sepenuhnya terlaksana seperti : Pemeriksaan alat dan
pemastian alat dalam keadaan bersih dan kering tidak dilakukan. Pemeriksaan
kebersihan terhadap peralatan yang akan digunakan perlu dilakukan karena
alat- alat tersebut sebelumnya telah digunakan untuk meracik obat lain hal
berpotensi menyebabkan dosis obat akan berkurang karena tertinggal pada
bagian-bagian alat tersebut.Tidak menggunakan masker penutup mulut/hidung
dan sarung tangan. Penggunaan masker berfungsi untuk melindungi
kontaminasi dari mulut dan hidung oleh obat yang sedang diracik dan
menghindari terhirupnya obat yang sedang diracik. Sedangkan sarung tangan
digunakan untuk melindungi kontaminasi dari tangan oleh obat yang sedang
diracik. Tidak dilakukan penimbangan bahan baku sesuai dengan resep dan
tidak menggunakan meja timbangan yang bersih dan menyetarakan timbangan
sesuai dengan SOP Penimbangan Obat. Penimbangan merupakam hal yang
penting untuk menjaga kesesuaian dosis obat. Oleh karena itu penimbangan
harus dilakukan dengan teliti dan cermat mengingat penimbangan merupakan
langkah pertama dalam pembuatan obat. Dan jika terjadi kesalahan pada
langkah awal pembuatan tersebut maka langkah selanjutnya akan terjadi
19

kesalahan pula. Sehingga penimbangan perlu dilakukan agar efek terapi yang
diinginkan dapat tercapai dan terhindar dari medication error.

Tabel.2 SOP Penyiapan Obat Racikan di Apotek Kimia Farma Pelengkap 027
SOP Keterlaksanaan
Ya Tidak
Periksa alat dan pastikan dalam keadaan bersih dan 
kering
Cuci tangan, kemudian keringkan 
Gunakan masker penutup mulut/hidung dan sarung 
tangan
Gunakan meja timbangan yang bersih dan setarakan 
timbangan sesuai dengan SOP Penimbangan Obat
Bersihkan sendok (bedakan sendok untuk obat dalam 
dan sendok untuk obat luar)
Timbang bahan baku sesuai dengan resep 
Siapkan obat yang diperlukan 
Siapkan mortir, stamfer, sudip yang bersih dan kering 
Gerus tablet terlebih dahulu, kemudian masukkan 
bahan baku lainnya untuk digerus/ aduk dengan arah
berlawanan dengan jarum jam
Aduk dengan sudip sampai rata 
Ayak serbuk bila ada bagian kulit dari tablet (film 
coated)
Obat yang telah diracik siap dibungkus dan 
dimasukkan kedalam wadah yang sesuai atau
dimasukkan ke dalam kapsul

% Pelaksanaan SOP 66,67% 33,33%

Adapun Tabel 3 dibawah ini merupakan SOP mengisi kapsul di Apotek


Kimia Farma Dari tabel diketahui bahwa keterlaksanaan SOP mengisi kapsul di
Apotek Kimia Farma di dapatkan persentase sebesar 100% hal ini menunjukkan
bahwa proses mengisi kapsul di Apotek Kimia Farma Pelengkap sudah
mengikuti SOP dengan baik. Dengan terlaksanaanya point-point yang terdapat
di dalam SOP mengisi kapsul di Apotek Kimia Farma maka diperkirakan tidak
terjadinya medication error dalam proses pengisian kapsul di apotek kimia
farma.
20

Tabel.3 SOP mengisi kapsul di Apotek Kimia Farma


SOP Keterlaksanaan
Ya Tidak
Puyer yang sudah digerus halus dan rata dibagi diatas 
kertas puyer
Siapkan sejumlah kapsul kosong sesuai ukuran untuk 
masing-masing puyer. Bila massa puyer tidak cukup
dalam 1 kapsul, sebaiknya dibagi menjadi 2 kapsul dan
aturan minum disesuaikan

Bila campuran puyer banyak dan agak lembut puyer 


dimasukkan ke dalam kapsul kosong dengan cara :
a. Menekan kapsul ke puyer (bagian kapsul kosong
yang panjang di pegang dengan jari telunjuk dan
jempol, gunakan alas tangan (sarung tangan)
b. Tekan puyer sampai habis atau megetukkan tangan
sampai puyer turun ke bagian bawah kapsul
c. Kapsul ditutup dengan bagian kapsul yang pendek

Bila campuran puyer sedikit dan kering, puyer 


dimasukkan ke dalam kapsul kosong dengan cara :
a. Puyer dimasukkan dalam kapsul yang panjang
sampai habis
b. Tutup kapsul dengan kapsul yang pendek

Setelah semua puyer dimasukkan kedalam kapsul, 


kapsul dibersihkan dengan lap bersih

Periksa kesesuaian jumlah kapsul yang sudah terisi 


puyer

Kapsul siap dimasukkan ke dalam pot obat sesuai 

% Pelaksanaan SOP 100%


21

4.2 Permasalahan yang dihadapi


Permasalahan di RSUD Raden Mattaher
1. Dalam proses peracikan kapsul petugas tidak menggunakan masker, jas lab
dan sarung tangan
2. Sebelum melakukan peracikan peralatan yang digunakan untuk meracik
seperti mortir dan stamper atau blender obat yang akan digunakan tidak
dibersihkan terlebih dahulu
3. Pembagian obat tidak merata dimana setelah dihaluskan serbuk tidak dibagi
menjadi beberapa bagian terlebih dahulu melainkan langsung dibagikan
pada cangkang yang sudah disusun
4. Permasalahan ruang peracikan dimana tidak terdapat ruangan khusus
untuk meracik kapsul dan tidak dipisahkan dengan pelayanan langsung
pada pasien
Permasalahan di Apotek Kimia Farma
1. Sebelum melakukan peracikan kapsul tidak dilakukan pemeriksaan alat dan
pemastian alat dalam keadaan bersih dan kering
2. Dalam melakukan proses peracikan petugas tidak menggunakan masker
penutup mulut/hidung dan sarung tangan
3. Dalam proses peracikan kapsul tidak dilakukan penimbangan bahan baku
sesuai dengan resep dan tidak menggunakan meja timbangan yang bersih
dan menyetarakan timbangan sesuai dengan SOP Penimbangan Obat.

4.3 Solusi Yang Ditawarkan


Solusi untuk RSUD Raden Mattaher
1. Meningkatkan kedesiplinan tenaga peracik saat melakukan proses peracikan
yaitu dengan cara menggunakan perlengkapan seperti : Jas lab, sarung
tangan dan masker saat melakukan peracikan obat. Tenaga peracik harus
selalu menjaga kebersihan dan higienis individual dan lingkungan saat
melakukan pelayanan peracikan obat. Tingkat sanitasi dan higiene yang
tinggi hendaklah diterapkan pada setiap aspek pembuatan obat Tenaga
pengracik sebaiknya menggunakan pakaian yang sesuai dan mencuci tangan
sebelum melakukan peracikan obat.
2. Menjaga kebersihan pada peralatan yang digunakan untuk meracik sehingga
obat racikan yang dibuat terhindar dari kontamonasi. Dalam melakukan
peracikal peralatan yang digunakan yaitu berupa : Mortir dan stamper atau
belender obat,gelas takar, sendok obat, spatula, alat pengiung tablet atau
kapsul semuanya harus selalu bersih dan kering sebelum digunakan. Tenaga
peracik harus selalu menjaga kebersihan dan higienis individual dan
lingkungan saat melakukan pelayanan peracikan obat.
22

3. Meningkatkan kemampuan visual yang lebih baik dalam membagi sediaan


khususnya pulvis/pulveres. Pembagian obat yang tidak rata dapat
mempengaruhi dosis obat dan aktivitasnya.
4. Membuat ruangan khusus meracik obat, agar debu hasil meracik tidak
tersebar bebas di ruangan. Menurut Sujadi (2004), Fasilitas bangunan,
ruang dan peralatan dalam instalasi farmasi harus tersedia sesuai dengan
peraturan yang berlaku yaitu: lokasi harus menyatu dengan sistem
pelayanan rumah sakit, terpenuhinya luas yang cukup untuk
penyelenggaraan asuhan kefarmasian di rumah sakit, dipisahkan antara
fasilitas untuk penyelenggaraan manajemen, pelayanan langsung pada
pasien, dispensing serta ada penanganan limbah, dipisahkan juga antara
jalur steril, bersih dan daerah abu-abu bebas kontiminasi serta persyaratan
ruang tentang suhu, pencahayaan, kelembaban, tekanan dan keamanan baik
dari pencuri maupun binatang pengerat.
Solusi untuk Apotek Kimia Farma Pelengkap
1. Membersihkan peralatan sebelum meracik juga untuk mencegah agar tidak
terjadi interaksi dengan bahan obat dan untuk meminimalkan terjadinya
kontaminasi.
2. Meningkatkan kedisiplinan tenaga peracik saat melakukan proses peracikan
dengan cara menggunakan perlengkapan seperti : Jas lab, sarung tangan
dan masker saat melakukan peracikan obat. Tenaga peracik harus selalu
menjaga kebersihan dan higienis individual dan lingkungan saat melakukan
pelayanan peracikan obat. Tingkat sanitasi dan higiene yang tinggi
hendaklah diterapkan pada setiap aspek pembuatan obat Tenaga pengracik
sebaiknya menggunakan pakaian yang sesuai dan mencuci tangan sebelum
melakukan peracikan obat untuk melindungi peracik dari paparan debu
obat.
3. Melakukan penimbangan bahan sebelum melakukan proses peracikan untuk
menjaga kesesuaian dosis dari sediaan sehingga efek terapi obat dapat
tercapai.
23

V. KESIMPULAN DAN SARAN


5.1. Kesimpulan
RSUD Raden Mattaher
Keterlaksanaan SOP Pembuatan obat dalam bentuk kapsul di RSUD
Raden Mattaher yaitu sebesar 66,67% sedangkan ketidakterlaksanaanya yaitu
33,33%. Dari hal tersebut menunjukkan bahwa di RSUD Raden Mattaher belum
sepenuhnya mengikuti SOP yang telah ditetapkan
Apotek Kimia Farma Pelengkap 027
Keterlaksanaan Pembuatan obat dalam bentuk kapsul di Apotek Kimia
Farma yaitu 66,67% dan ketidakterlaksanaanya yaitu sebesar 33,33% namun
untuk SOP mengisi kapsul di Apotek Kimia Farma sudah terlaksana 100%. Dari
hal tersebut menunjukkan bahwa di Apotek Kimia Farma Pelengkap 027 belum
sepenuhnya mengikuti SOP yang telah ditetapkan.
5.2. Saran
Saran yang dapat diberikan yaitu agar untuk ke depannya dilakukan
pengamatan mengenai pelaksanaan SOP terhadap personel yang melakukan
peracikan agar sesuai dengan tujuan pengobatan yang diinginkan.
24

DATAR PUSTAKA
Anonim. 2004. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1197/Menkes/SK/2004, tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah
Sakit. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
Anonim, 2014. Rencana Kerja RSUD Raden Mattaher Jambi, Direktur Utama
RSUD Raden Mattaher Jambi, Jambi.
Anonim. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 73
tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek. Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Anonim, 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 72
tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit. Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Anonim. 2016. http://www.mattaherhospital.jambiprov.co.id di akses pada
tangga 2 Agustus 2018
Anonim. 2017. http://www.kimiafarmaapotek.co.id diakses pada tanggal 2
Agustus 2018
Departemen Kesehatan RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi Ketiga.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. 2010. Farmakope Indonesia Edisi Keempat.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Hinlandou, E.Y. 2008. Evaluasi Medication Eror Resep Racikan Pasien Pediatrik
Di Farmasi Rawat Jalan Rumah Sakit Bethesda. Skripsi.
Puji, Indah. 2014. Buku Praktis Mengembangkan SDM. Laksana, Yogyakarta.
Simamora, S dan P. S. Mangunsong.2011. Peran Tenaga Teknis Kefarmasian
Dalam Menurunkan Angka Kejadian Medication Eror. Jurnal Manajemen
Pelayanan Kesehatan Volume 14: 207-212
Siregar, C.J.P., dan Lia, A, 2004.Farmasi Rumah Sakit: Teori dan Penerapan.
Cetakan Pertama,Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Sujadi, Ahmad. 2004. Penjelasan Menkes tentang Praktek Kedokteran,
termasuk mal praktek. http://www.tempointeraktif.com diakses 24 Juli
2018).
Syamsuni. 2007 .Ilmu Resep. EGC, Jakarta.
Tomi, A, dan A. Jatiningrum. 2017. Gambaran Medication Eror Pada Fase
Presribing Dan Administrasi Pada Pengobatan Stroke Di IGD Rumah
Sakit X Di Yogyakarta. Pharmaciana.7 : 25-32.
25

LAMPIRAN

Lampiran 1. SOP Pembuatan Obat Dalam Bentuk Kapsul di RSUD Raden


Mattaher
26

Lampiran 2.Resep Racikan Kapsul di RSUD Raden Mattaher


27

Lampiran 3. Proses Pembuatan Kapsul di RSUD Raden Mattaher


28

Lampiran 4. SOP Mengisi Kapsul di Apotek Kimia Farma Pelengkap


29

Lampiran 5. SOP Penyiapan Obat Racikan di Apotek Kimia Farma Pelengkap


30

Lampiran 6. Resep Racikan Kapsul di Apotek Kimia Farma Pelengkap


31

Lampiran 7. Proses Peracikan Kapsul di Apotek Kimia Farma Pelengkap

Anda mungkin juga menyukai