Anda di halaman 1dari 15

TEORI AKUNTANSI

RMK SAP 2

KONSEP DASAR AKUNTANSI SECARA UMUM

Nama Kelompok :

I Gede Krisma Udayana 1515351179

I Made Hari Wicaksana 1607532039

I Gede Prabandhana Ariantaka 1607532048

Gede Togar Pangestu 1707532144

Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Udayana

Denpasar

2019
1.KONSEP DASAR AKUNTANSI

Secara umum akuntansi memiliki konsep dasar yang menjadi acuan dalam menyusun
standar akuntansi yang ditujukan bagi praktek akuntansi. Basis postulat akuntansi inilah yang
kemudian muncul konsep-konsep dasar dalam penyajian maupun pelaporan keuangan entitas.
Berikut akan disajikan beberapa konsep dasar akuntansi dalam berbagai versi.
Konsep dasar akuntansi menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dalam Kerangka
Dasar Penyajian dan Pelaporan Keuangan (KDPPLK) paragraf 22 dan 23 menyatakan bahwa
asumsi dasar akuntansi berdasarkan dasar akrual dan kelangsungan usaha(going concern).
MenurutInternational Financial Reporting Standards (IFRS) pada The Conceptual
Framework for Financial Reporting paragraf 4.1, sebagai asumsi dasar akuntansi adalah
hanya kelangsungan usaha. Sedangkan menurut Paton dan Littleton yang dikutip Suwardjono
(2005), konsep dasar akuntansi terdiri dari, konsep kesatuan usaha (Entity Theory),
kontinuitas usaha(going concern), penghargaan sepakatan, kos melekat(cost attach), upaya
dan hasil(effort and accomplishment), bukti terverifikasi, dan asumsi.
Dengan lebih lengkap, Anthony, Hawkins, dan Merchant sebagaimana yang dikutip
Suwardjono (2005), konsep dasar akuntansi terdapat beberapa poin, di antaranya konsep
pengukuran dengan unit uang, konsep entitas, konsep kelangsungan usaha, konsep kos, aspek
ganda, periode akuntansi, konservatisme, realisasi, penandingan, konsistensi, dan
materialitas. Maka, untuk kepentingan penelitian, hanya akan dijelaskan konsep dasar yang
merupakan postulat akuntansi dan berhubungan dengan asumsi dasar akrual sebagai basis
pencatatan akuntansi. Yaitu, konsep entitas, konsep pengukuran uang, konsep kelangsungan
usaha, konsep dua aspek akuntansi, konsep kos, konsep periode akuntansi, konsep
penandingan (matching concept), dan konsep upaya dan hasil (effort and accomplishment).
Berikut penjelasan masing-masing konsepnya:

1.1 KONSEP ENTITAS BISNIS (ENTITY THEORY)


Dalam konsep ini bisnis perusahaan sebagai suatu organisasi bisnis diperlakukan
berbeda atau secara hukum terpisah dengan pemilik dari bisnis tersebut. Hal ini termasuk
bahwa transaksi-transaksi dalam bisnis tersebut harus dijaga secara keseluruhannya agar
terpisah dari urusan pribadi dari seorang pemiliknya. Namun, diperbolehkan bagi seorang
pemilik untuk dapat memperoleh informasi yang benar mengenai kondisi perusahaannya.
Business entity concept atau dalam literatur-literatur teori akuntansi dikenal
denganentity theory digagas oleh William A Paton, seorang professor dari Universitas
Michigan. Ditegaskan olehnya, bahwa dengan adanya entity theory, perusahaan dengan
pemiliknya menjadi terpisah. Kepemilikan aset dimiliki oleh perusahaannya, dan antara
kewajiban dengan pemegang ekuitas oleh investor dalam aset tersebut merupakan hak yang
berbeda. Atas dasar konsep ini, maka dapat dirumuskan dalam posisi keuangan atau neraca
bahwa aset sama dengan jumlah kewajiban ditambah dengan ekuitas pemilik. Konsep ini
menurut Suwardjono (2005) mempersonifikasi badan usaha sebagai orang yang dapat
melakukan perbuatan hukum dan ekonomi, misalnya dalam pembuatan kontrak dan
kepemilikan aset. Menurutnya, sebagai konsekuensi dari konsep entitas, hubungan antara
entitas dengan pemilik dipandang sebagai hubungan bisnis terutama dalam hak dan
kewajiban atau utang piutang.
Meskipun antara perusahaan dengan pemiliknya terpisah, namun pemilik tetap berhak
atas keuntungan yang harus diberikan oleh perusahaan dalam bentuk dividen. Laba bersih
yang diperoleh dengan demikian bukanlah semerta-merta adalah hak dari pemilik
perusahaan. Diperlukan proses dalam menentukan untuk dapat ditentukan kebijakan
distribusi laba dalam bentuk dividen atau mengambil kebijakan untuk menahan laba, yang
dikenal dengan laba ditahan yang ditambahkan pada ekuitas pada posisi keuangan. Yang
secara substansi juga menambah kekayaan dari pemilik perusahaan itu sendiri.
Dalam hubungan antara perusahaan dengan pemilik ini memang perlu pengkajian
apakah entity theory selamanya menjadi relevan pada semua bentuk bisnis. Sebab pada tiap
bentuk bisnis, tetap ada keinginan pemilik untuk menjadi bagian dari manajemen dan
mengoperasikan bisnisnya tersebut.
Suwardjono (1986) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan konsep entitas bisnis
(business entity concept) memberikan konsekuensi bahwa laporan keuangan merupakan
pertanggungjawaban perusahaan dan bukanlah pertanggungjawaban pemilik, maka dengan
demikian pendapatan dan biaya dipandang sebagai perubahan dalam kekayaan perusahaan
bukannya perubahan dalam kekayaan pemilik.
Sebagai implikasi dalam administrasi perusahaan yang baik, Suwardjono (1986)
menyatakan bahwa menjadi hal yang sangat penting untuk memisahkan transaksi perusahaan
dan transaksi pribadi. Dalam administrasi lainnya, terutama dalam memperlakukan biaya,
semua biaya yang secara nyata terjadi dalam perusahaan adalah tepat untuk dicatat pertama
kali sebagai bagian dari total kekayaan (aset atau aktiva) perusahaan. “Jadi, biaya pendirian
perusahaan, biaya emisi saham, dan biaya yang ada hubungannya dengan hal tersebut adalah
unsur aktiva perusahaan,(Suwardjono, 1986, hlm.5). Yang jelas konsep ini mendapat
legitimasi dengan diakuinya dalam bentuk badan usaha Perseroan Terbatas (PT) secara
hukum.

1.2. KONSEP PENGUKURAN UANG (MONEY MEASUREMENT CONCEPT)


Konsep ini mengandung pengertian bahwa uang merupakan alat ukur umum dan
paling tepat dalam aktivitas ekonomi dan menjadi dasar yang tepat pula bagi pengukuran
analisis akuntansi. Dalam pencatatan, unit moneter yang diwakili oleh uang sangat relevan,
sederhana, tersedia secara universal, dapat dipahami dan berguna. Secara umum, dengan
adanya uang sebagai alat ukur, menjadikan penyajian akuntansi dengan unit moneter lebih
dapat terkomunikasikan atas informasi sumber daya ekonomi yang dimiliki dan tersaji dalam
bentuk informasi kuantitatif. Hal inilah yang membuat pengguna laporan keuangan lebih
dapat melihat objektifitas informasi sumber daya ekonomi bagi perusahaan untuk dapat
membuat keputusan ekonomi yang rasional.
Sebenarnya dalam konteks ekonomi, kehadiran uang sebagai alat tukar (medium of
exchange) karena sistem ekonomi tidak lagi menganut sistem ekonomi non-barter. Hasilnya,
uang saat ini sebagai standar utama dalam menilai dan sebagai hal yang pokok dalam proses
pengukuran. Dengan demikian, laporan keuangan disajikan dengan unit moneter yang
disesuaikan dengan jenis mata uang suatu Negara di mana perusahaan tersebut beroperasi.
Dalam pokok pikiran Paton dan Littleton, Suwardjono (1986) mengemukakan bahwa
satu-satunya data yang pasti yang dapat diperoleh untuk menunjukkan adanya transaksi
pertukaran secara objektif dan untuk menyatakan transaksi pertukaran tersebut secara
homogen adalah jumlah satuan uang yang terlibat dalam pertukaran. Maka, data tersebut
merupakan bahan olah dasar akuntansi.

1.3. KONSEP KELANGSUNGAN USAHA (GOING CONCERN)


Postulat kelangsungan usaha (going concern) mengasumsikan bahwa perusahaan akan
terus berlanjut sampai waktu yang tidak ditentukan. Implikasi asumsi ini, pada keadaan luar
biasa, nilai laporan likuidasi untuk aset dan ekuitas adalah ‘pelanggaran’ atas konsep atau
asumsi dasar ini. Sebab asumsi kelangsungan usaha mengasumsikan bahwa perusahaan akan
mampu mempertahankan kegiatan usahanya dalam jangka panjang dan tidak untuk
dilikuidasi dalam jangka pendek. Belkaoui (1992) menambahkan bahwa dengan adanya
konsep ini (going concern) entitas akan melanjutkan operasinya cukup lama untuk
mewujudkan proyek-proyeknya, komitmen, dan kegiatan yang sedang berlangsung.
Mengambil pokok pikiran Paton dan Littleton, Suwardjono (1986) berpendapat
mengenai konsep ini bahwa data keuangan terus terjadi setiap waktu akibat aliran kegiatan
yang berlangsung terus dalam perusahaan dan validitas data keuangan yang dilaporkan pada
waktu tertentu seringkali harus diuji dengan jalannya kejadian pada waktu yang akan datang.
Maka menurutnya, data keuangan yang dituangkan dalam laporan keuangan harus dianggap
bersifat sementara dan bukannya bersifat final. Secara jelas Suwardjono (2005) menyatakan:
bahwa kalau tidak ada tanda-tanda, gejala-gejala, atau rencana pasti di masa datang bahwa
kesatuan usaha akan dibubarkan atau dilikuidasi, maka akuntansi menganggap bahwa
kesatuan usaha tersebut akan berlangsung terus sampai waktu yang tidak terbatas.(hlm.223)
Dasar pikiran adanya konsep kontinuitas usaha, Paton & Littleton yang dikutip
Suwardjono (1986) didasarkan karena pertimbangan kepraktisan dan kemudahan dalam
pelaksanaan akuntansi oleh karena jalannya operasi perusahaan di masa mendatang tidak
dapat diduga secara pasti. Konsep ini berimplikasi terhadap laporan-laporan periodik. Selama
perusahaan merupakan wadah aliran kegiatan yang tidak terputus-putus, maka proses
pemenggalan aliran kegiatan ke dalam periode-periode fiskal atau akuntansi (yang
merupakan periode laporan keuangan) berakibat memutus hubungan kegiatan yang saling
berkaitan antara periode yang satu dengan yang lainnya. Alasan lainnya adalah karena dalam
menghadapi ketidakpastian kelangsungan usaha, maka akuntansi menganut konsep ini atas
dasar penalaran bahwa harapan normal atau umum pendirian perusahaan adalah untuk
berlangsung terus dan berkembang, bukan untuk mati atau dilikuidasi.

1.4. KONSEP DUA ASPEK AKUNTANSI


Di bawah konsep ini, pada setiap dan masing-masing transaksi dibagi ke dalam dua
aspek. Salah satu aspek berhubungan dengan penerimaan atas suatu manfaat tertentu
sedangkan aspek yang lain berhubungan dengan pemberian atas manfaat tersebut. Misalnya,
ketika mesin yang telah dibeli oleh perusahaan, mesin memberikan manfaat untuk dapat
memproduksi barang atau jasa. Untuk memiliki mesin tersebut perusahaan harus membayar
sejumlah uang kepada supplier mesin. Dengan demikian setiap transaksi bisnis berkaitan
dengan dua aspek yang tidak terpisahkan dan kedua aspek tersebut dicatat tanpa terkecuali.
Konsep dual aspect ini mendasarkan pada kaidah bahwa untuk setiap kegiatan bisnis
selalu memiliki persamaan dan reaksi sebaliknya. Menurut konsep ini aset perusahaan akan
sama dengan kewajiban ditambah modal. Anthony, Hawkins dan Merchant yang dikutip
Suwardjono (2005) mengemukakan bahwa sebenarnya konsep dua aspek akuntansi (sistem
berpasangan) merupakan turunan dari konsep kesatuan usaha. Hubungan bisnis antara
manajemen dan pemilik mengakibatkan manajemen harus selalu mempertanggungjawabkan
aset yang telah dan sedang dikelolanya serta menyajikan sumber aset tersebut.

1.5. KONSEP KOS


Pada dasarnya penggunaan prinsip ini karena perusahaan memiliki kepentingan untuk
menentukan nilai jual dari setiap aset setiap kali perusahaan ingin menilai laba yang
diperolehnya. Di mana penilaian dengan cara yang lain akan mengakibatkan munculnya
subjektifitas sehingga berdampak pada informasi keuangan yang bias. Namun, dalam standar
akuntansi keuangan pun jika hal tersebut menjadi tidak relevan, maka diperkenankan menilai
dengan nilai wajar sebagai basis pengukurannya.
Menurut konsep ini semua transaksi dicatat dalam buku akun senilai dengan harga
pembelian. Misalnya, jika bangunan dibeli dengan harga US$ 75,000 yang mana secara
aktual seharga US$ 100,000, maka dalam buku akun dicatat dengan nilai harga pembelian,
yakni US$ 75,000.
Sebagai tambahan, Suwardjono (1986) dalam pokok pikiran Paton & Littleton,
menyatakan mengenai konsep ini dengan berimplikasi kepada biaya menjadi bagian penting
dari total upaya yang dikorbankan dalam memproduksi dan menjual barang atau jasa. Pada
tiap jenis biaya tersebut dapat digabung-gabungkan berdasarkan divisi operasi (departemen),
bagian dari produk, atau interval waktu seolah-olah biaya-biaya tersebut mempunyai daya
saling mengikat sebagaimana data ikat yang dimiliki benda fisik.

1.6. KONSEP PERIODE AKUNTANSI


Meskipun akuntansi juga berasumsi bahwa bisnis akan tetap ada selama jangka waktu
yang lama dan tidak ditentukan, penting untuk dipantau akun atau pencatatan dengan
keterangan yang jelas untuk periode bisnis yang ditujukan untuk mengetahui hasil operasi
bisnis dan disajikan posisi keuangan untuk periode tersebut. Biasanya pencatatan
dipersiapkan untuk periode satu tahun yang mana boleh jadi sesuai dengan kalender tahunan
sebagai tahun laporan keuangan.
“Konsep perioda menyatakan bahwa akuntansi memperhitungkan laba dengan periode
waktu sebagai takarannya dan bukan angkatan produk,” (Suwardjono, 2003, hlm 101). Lanjut
Suwardjono (2003) bahwa sebagai implikasi dari konsep ini adalah akuntansi menentukan
laba dengan menandingkan atau mengasosiasi pendapatan periode dengan biaya yang
dianggap menciptakan pendapatan untuk periode tersebut. “Jadi, biaya dianggap sebagai
upaya untuk menghasilkan pendapatan dengan waktu sebagai takaran penandingan,”
(Suwardjono, 2003: hlm. 101).

1.7. KONSEP PENANDINGAN (MATCHING CONCEPT)


Dalam akuntansi dikenal prinsip matching concept. Di mana yang dimaksud dari
prinsip ini adalah dengan diakuinya beban bukan pada saat pengeluaran kas telah terjadi atau
telah dibayarkan. Namun, diakui ketika suatu produk atau jasa secara aktual memberikan
kontribusi terhadap pendapatan. “Pendapatan suatu periode harus dibebani dengan biaya-
biaya yang secara ekonomis berkaitan dengan produk yang menghasilkan pendapatan
tersebut,(Suwardjono, 1986, hlm 116).
Hal ini memungkinkan adanya biaya yang ditangguhkan dan diperlakukan sebagai
aset pada posisi keuangan atau neraca. Meskipun dalam kenyataannya biaya ditangguhkan
tersebut tidak memberikan manfaat ekonomi di masa depan.
“Expenses are defined as costs that expire as a result of generating revenues,” (Wolk,
Francis, Tearney, 1991, hlm. 124). Bahwa beban ditentukan sebagai upaya untuk memperoleh
penghasilan atau pendapatan. Proses pengakuan beban untuk kategori seperti depresiasi,
harga pokok produk atau penjualan, bunga dan biaya ditangguhkan disebut dengan konsep
penandingan ini (matching concept). Konsep matching berimplikasi pada biaya diakui secara
adil dan secara wajar untuk mengakui pendapatan.
Suwardjono (2003) mengatakan bahwa konsep penandingan merupakan implikasi dari
adanya konsep periode akuntansi. Penandingan (matching) dilakukan untuk menentukan laba
periode tersebut, sehingga pendapatan periode tersebut ditandingkan dengan biaya-biaya
yang dianggap menciptakan pendapatan tersebut. Maka, biaya dengan demikian merupakan
upaya untuk menghasilkan pendapatan dengan waktu sebagai takaran penandingannya.

1.8. KONSEP UPAYA DAN HASIL (EFFORT AND ACCOMPLISHMENT)


Lebih lanjut dalam konsep penandingan (matching concept) yang berimplikasi pula
pada konsep upaya dan hasil dalam akuntansi, memberikan implikasi bahwa biaya adalah
upaya dalam rangka memperoleh hasil yang dalam hal ini disebut pendapatan. “Secara
konseptual, pendapatan timbul karena biaya bukan sebaliknya pendapatan menanggung
biaya,” (Suwardjono, 2005, hlm. 234). Artinya pendapatan sudah dapat diakui meskipun
belum terealisasi karena adanya pengeluaran atau upaya entitas dalam melakukan kegiatan
produktifnya.
Dalam pokok pikiran Paton & Littleton, Suwardjono (1986) juga menyatakan bahwa
jikalau jumlah rupiah yang diperhitungkan dalam pembelian barang dan jasa digunakan untuk
mengukur upaya untuk memperoleh hasil. Dan jumlah rupiah tersebut yang diperhitungkan
dalam penjualan barang dan jasa digunakan untuk mengukur hasil yang diperoleh, maka
persoalan utama akuntansi adalah menandingkan biaya (sebagai representasi upaya) dan
pendapatan (sebagai representasi hasil) periodik sebagai pembacaan alat duga untuk
mengetahui pengaruh upaya yang dikorbankan terhadap hasil.

2. KERANGKA KONSEPTUAL
kerangka konseptual adalah sebuah konstitusi, sebuah sistem koheren dari tujuan dan
asas yang saling berhubungan yang dapat mengarah kepada standar yang konsisten dan
menentukan sifat, fungsi, dan batasan dari akuntansi keuangan dan laporan keuangan Tujuan
menegaskan sasaran dan tujuan akuntansi Asas menjadi konsep yang mendasari konsep
akuntansi dan akan memandu pemilihan peristiwa yang harus diperhitungkan, pengukuran
peristiwa tersebut, serta cara merangkum dan mengomunikasikannya kepada pihak-pihak
yang berminat. onsep-konsep seperti ini menjadi suatu asas dalam artian bahwa
konsepkonsep yang lain akan dihasilkan dari asas tersebut dan penggunaannya sebagai acuan
secara berulang-ulang akan dibutuhkan dalam menentukan, mengartikan, dan menerapkan
standar akuntansi dan pelaporan.
Kerangka kerja konseptual (conceptual framework) adalah suatu sistem koheren yang
terdiri dari tujuan dan konsep fundamental yang saling berhubungan, yang menjadi landasan
bagi penetapan standar yang konsisten dan penentuan sifat, fungsi, serta batas- batas dari
akuntansi keuangan dan laporan keuangan
Yang dimaksud tujuan adalah tujuan pelaporan keuangan. Sedangkan fundamentals
(kaidah-kaidah pokok) adalah konsep-konsep yang mendasarai akuntansi keuangan, yakni
yang menuntun kepada pemilihan transaksi, kejadian, dan keadaan-keadaan yang harus
dipertanggungjawabkan, pengakuan dan pengukurannya, cara meringkas serta
mengkomunikasikannya kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

2.1 MASALAH-MASALAH DALAM KERANGKA KONSEPTUAL


FASB mencoba menunjukkan masalah-masalah konseptual terpenting yang berkaitan
dengan penetapan standar, yaitu :
Masalah 1 : Pandangan mengenai laba atau penghasilan mana yang harus digunakan?
Ada tiga (3) pandangan berbeda yang diidentifikasikan dalam penentuan laba atau
penghasilan (earnings) :
 Pandangan Aktiva/ Kewajiban atau Pandangan Neraca/Pandangan
Pemeliharaan Modal
Berpendapat bahwa pendapatan dan beban hanya berasal dari perubahan dalam aktiva
dan kewajiban. Pendapatan adalah peningkatan aktiva dan penurunan kewajiban sedangkan
beban adalah penurunan aktiva dan peningkatan kewajiban.
Beberapa peningkatan dan penurunan dalam aktiva bersih dikeluarkan dari definisi
penghasilan, yaitu, kontribusi modal, penarikan modal, koreksi atas pendapatan di periode-
periode lalu, serta keuntungan dan kerugian akibat pemilik (holding gains and losses)
 Pandangan Pendapatan/Beban atau Pandangan Laporan Laba Rugi/Pandangan
Penandingan
Berpendapat bahwa adanya pendapatan dan beban dihasilkan oleh adanya kebutuhan
akan penandingan yang tepat (proper matching). Laba pada dasarnya hanyalah selisih antara
pendapatan di satu periode dengan beban yang terjadi untuk memperoleh pendapatan
tersebut.
Penandingan, yang merupakan proses pengukuran fundamental dalam akuntansi
terdiri atas :
1) Pengakuan pendapatan atau waktu pengakuan melalui prinsip realisasi
2) Pengakuan beban dengan tiga kemungkinan cara:
a. Mengasosiasikan penyebab dan dampaknya, seperti harga pokok penjualan
b. Alokasi yang sistematis dan rasional, seperti depresiasi (penyusutan)
c. Pengakuan langsung, seperti biaya penjualan dan administrasi.
Pandangan pendapatan/beban terutama menekankan pengukuran penghasilan
perusahaan, dan bukannya kenaikan atau penurunan modal bersih. Aktiva dan kewajiban
(termasuk yang ditangguhkan), dianggap sebagai nilai sisa (residu) yang harus dibawa ke
periode-periode di masa depan untuk memastikan terjadinya penandingan yang tepat dan
menghindari terjadinya distorsi keuntungan.
 Pandangan Non-artikulasi
Didasarkan atas adanya kepercayaan bahwa artikulasi akan diikuti oleh redundansi
(pencatatan yang berlebihan) karena seluruh peristiwa yang dilaporkan di laporan laba rugi
juga dilaporkan di neraca, meski dari sudut pandang berbeda.
Pendapatan dan beban dapat mendominasi pengukuran penghasilan. Kedua laporan
keuangan tersebut memiliki keberadaan dan arti yang saling independen. Karenanya, dapat
digunakan skema-skema pengukuran yang berbeda untuk keduanya.
Salah satu contohnya dari pandangan non artikulasi ini adalah penggunaan metode
LIFO di laporan laba rugi dan FIFO di neraca.
Jika artikulasi dapat dibuktikan sebagai suatu hal yang tidak hanya dibutuhkan namun
ternyata juga menguntungkan, maka pilihan yang ada hanyalah antara pandangan
aktiva/kewajiban atau pandangan pendapatan/beban. Pilihan diantara kedua pandangan ini
tergantung pada pandangan yang mana yang merupakan proses pengukuran yang
fundamental :
1) Pengukuran atribut-atribut aktiva dan kewajiban dan perubahan-perubahannya
Penghasilan hanya merupakan konsekuensi dan akibat dari perubahan-perubahan
tertentu dari aktiva dan kewajiban
2) Proses penandingan
Perubahan yang terjadi dalam aktiva dan kewajiban hanyalah konsekuensi dan akibat
dari pendapatan dan beban.
Telah mengarah dengan diakuinya hal-hal seperti “beban yang ditangguhkan”, “kredit
yang ditangguhkan”, dan “cadangan” dalam laporan posisi keuangan yang tidak
mencerminkan sumber daya ekonomi dan kewajiban namun diperlukan untuk memastikan
adanya penandingan dan penentuan laba dengan benar.
2.2 PERKEMBANGAN DARI SEBUAH KERANGKA KONSEPTUAL
Perkembangan Kerangka Konseptual FASB (Financial Accounting Standard Board) telah
menerbitkan enam statement of financial accounting concept yang berhubungan dengan
pelaporan keuangan entitas bisnis, yaitu:
 SFAC no. 1 “objective of financial reporting by business enterprises”, yang
menyajikan tujuan dan sasaran akuntansi.
 SFAC no. 2 “qualitative caracteristics of accounting information”, yang menjelaskan
karakteristik yang membuat informasi akuntansi bermanfaat.
 SFAC no. 3 “element of financial statement of business enterprises”, yang
memberikan definisi dari pos-pos yang terdapat dalam laporan keuangan seperti
aktiva, kewajiban, pendapatan dan beban.
 SFAC no. 5 “recognition and measurement in financial statement of business
enterprises”, yang menetapkan kriteria pengakuan dan pengukuran fundamental serta
pedoman tentang informasi.
 SFAC no. 6 “element of financial statement”, yang menggantikan SFAC no. 3 dan
memperluas SFAC no. 3 dengan memasukkan organisasi-organisasi nirlaba.
 SFAC no. 7 “using cash flow information and present value in accounting
measurement”, yang memberikan kerangka kerja bagi pemakaian arus kas masa
depan yang diharapkan dan nilai sekarang (present value) sebagai dasar pengukuran

2.3 TUJUAN DASAR PELAPORAN KEUANGAN


 Tujuan pelaporan keuangan (objectives of financial reporting) adalah untuk
menyediakan informasi:
o yang berguna bagi mereka yang memiliki pemahaman memadai tentang
aktivitas bisnis dan ekonomi untuk membuat keputusan investasi serta kredit;
o untuk membantu investor yang ada dan potensial, kreditor yang ada dan
potensial, serta pemakai lainnya dalam menilai jumlah, waktu, dan
ketidakpastian arus kas masa depan;
o tentang sumber daya ekonomi, klaimterhadap sumber daya tersebut, dan
perubahan di dalamnya.
 Tujuan(objectives) dimulai dengan lebih banyak berfokus pada informasi yang
berguna bagi para investor dan kreditor dalam membuat keputusan. Fokus ini lalu
menyempit pada kepentingan investor dan kreditor atas prospek penerimaan kas dari
investasi mereka dalam, atau dari pinjaman yang telah mereka berikan ke entitas
bisnis. Pada akhirnya, tujuan berfokus pada laporan keuangan yang menyediakan
informasi yang berguna untuk menilai prospek arus kas yang akan diterima entitas
bisnis yaitu arus kas yang menjadi harapan investor dan kreditor. Pendekatan ini
dikenal sebagai kegunaan keputusan (decision usefulness).
 Dalam menyediakan informasi kepada pemakai laporan keuangan, profesi akuntan
mengandalkan laporan keuangan bertujuan-umum(general-purpose financial
statement), yaitu menyediakan informasi paling bermanfaat dengan biaya minimal
kepada berbagai kelompok pemakai
2.4 KONSEP-KONSEP FUNDAMENTAL
Karakteristik Kualitatif Informasi Akuntansi
Agar berguna dalam pengambilan keputusan (decision usefulness), informasi
akuntansi harus memiliki dua kualitas yaitu kualitas primer dan kualitas sekunder. Tentu saja
terdapat beberapa kendala untuk mencapai dua kualitas tersebut.
Kualitas Primer
Relevansi (relevance) dan keandalan (reliability) harus melekat pada informasi
akuntansi.
1) Relevansi. Agar relevan informasi akuntansi harus mampu membuat perbedaan dalam
sebuah keputusan. Informasi itu mampu mempengaruhi pengambilan keputusan dan
berkaitan erat dengan keputusan yang akan diambil, jika tidak berarti informasi tersebut
dikatakan tidak relevan. Informasi yang relevan harus memiliki nilai umpan balik (feed-back
value), yakni mampu membantu menjustifikasi dan mengoreksi harapan masa lalu. Informasi
juga harus memiliki nilai prediktif (predictive value) yakni dapat digunakan untuk
memprediksi apa yang akan terjadi di masa yang akan datang.
Selain itu kualitas relevan juga harus mempunyai substansi tepat waktu (timeliness).
Informasi harus disajikan kepada para pemakai sebelum informasi itu kehilangan
kapasitasnya untuk mempengaruhi pengambilan keputusan.
2) Keandalan. Informasi dianggap andal jika dapat diverifikasi, netral, disajikan secara tepat
serta bebas dari kesalahan dan bias (penyimpangan). Keandalan sangat diperlukan bagi
individu-individu pemakai yang tidak memiliki waktu atau keahlian untuk mengevaluasi isi
faktual dari informasi.
Realibilitas sangat diperlukan oleh individu-individu yang tidak memiliki waktu atau
keahlian untuk mengevaluasi isi faktual dari informasi.
 Daya Uji (verifiability): ditunjukkan ketika pengukur-pengukur independen, dengan
menggunakan metode pengukuran yang sama, mendapatkan hasil yang serupa.
 Ketepatan penyajian (representational faithfulness): angka-angka dan penjelasan
dalam laporan keuangan mewakili apa yang benar-benar ada dan terjadi.
 Netralitas(neutrality): informasi tidak dapat dipilih untuk kepentingan sekelompok
pemakai tertentu. Info yang disajikan harus faktual, benar dan tidak biasa.
Kualitas Sekunder
Kualitas sekunder yang harus dimiliki informasi akuntansi adalah
keberdayabandingan (comparability) dan konsistensi (consistency).
1) Keberdayabandingan. Informasi akuntansi akan lebih bermanfaat jika dapat dibandingkan
antara satu perusahaan dengan perusahaan yang lain dalam satu industri (perbandingan
horizontal) atau membandingkan perusahaan yang sama untuk periode yang berbeda
(perbandingan vertikal). Jadi diperlukan standar dan ukuran tertentu.
2) Konsistensi. Sebuah entitas dikatakan konsisten dalam menggunakan standar akuntansi
apabila mengaplikasikan perlakuan akuntansi (metode akuntansi) yang sama untuk kejadian-
kejadian serupa, dari periode ke periode.
Kendala-kendala.
Terdapat dua kendala yang mempengaruhi tercapainya kualitas informasi seperti yang
telah dijelaskan, yaitu pertimbangan manfaat-biaya dan tingkat materialitas. Dua kendala
lainnya yang kurang dominan tapi merupakan bagian dari lingkungan pelaporan adalah
praktek industri dan konservatisme.
1) Pertimbangan manfaat-biaya (cost-effectiveness). Untuk menghasilkan informasi yang
relevan,andal, berdaya banding, dan konsisten dibutuhkan biaya yang mahal. Oleh karena
biaya dan terutama manfaat tidak mudah diukur, maka mempertimbangkan hubungan
manfaat-biaya menjadi masalah
2) Materialitas (materiality) berhubungan dengan dampak suatu item terhadap operasi
keuangan perusahaan secara keseluruhan. Suatu item akan dianggap material jika
pencantuman atau pengabaian item tersebut mempengaruhi atau mengubah penilaian seorang
pemakai laporan keuangan. Baik faktor-faktor kuantitatif maupun kualitatif harus
dipertimbangkan dalam menentukan apakan suatu item material atau tidak.
2.5 ELEMEN-ELEMEN LAPORAN KEUANGAN.
SFAC No. 6 menetapkan sepuluh elemen utama laporan keuangan. Cakupannya
bukan hanya perusahaan yang berorientasi laba, tetapi juga organisasi nirlaba. Elemen-
elemen laporan keuangan bagi organisasi yang berorientasi laba meliputi 10 macam, yaitu :
aktiva, kewajiban, ekuitas, investasi oleh pemilik, distribusi kepada pemilik, laba
komprehensif, pendapatan, beban, keuntungan, dan kerugian. Adapun bagi organisasi nirlaba
ada 7 macam, yaitu : aktiva, kewajiban, ekuitas, pendapatan, beban, keuntungan, dan
kerugian.
2.6 PENGAKUAN DAN PENGUKURAN
Statement of financia1 Accounting Concepts (SFAC) No. 5 dimaksudkan untuk
menyelesaikan masalah pengakuan dan pengukuran ini.
Dalam kaitannya dengan pengakuanj pernyataan tersebut di atas telah meninggalkan
tanggung jawabnya dengan menyatakan sejak awal bahwa pengakuan dan kriteria pedoman
adalah secara umum konsisten dengan praktik akuntansi Yang berlaku dan bukan merupakan
suatu perubahan radikal.Di samping itu, SFAC menyatakan bahwa pengungkapan dengan
cara-cara selain laporan keuangan bukanlah merupakan suatu pengakuan.
pernyataan tersebut membuat suatu pembedaan yang berguna antara laba penghasilan
dan laba komprehensif. Pada dasarnya, penghasilan dibedakan dari laba dengan
mengeluarkan penyesuaianpenyesuaian akuntansi tertentu Pada periode awal yang tidak
diakui pada periode berjalany seperti efek kumulatif dari perubahan prinsip akuntansi. Salah
satu contoh perbedaan antara laba bersih dengan penghasilan.
perbedaan antara penghasilan dengan laba komprehensif yakni pada dasarnya, laba
komprehensif mengakui dua kelompok hal yang harus dikeluarkan dari penghasilan; yaitu
efek dari beberapa penyesuaian akuntansi tertentu di periode awal yang diakui pada periode
berjalan, dan perubahan-perubahan Iain di aktiva bersih (terutama keuntungan dan kerugian
tertentu dari penahanan) yang diakui di periode sekarang tetapi dikeluarkan dari penghasilan,
seperti beberapa perubahan pada nilai pasar investasi dalam industri yang memiliki praktik-
praktik akuntansi khusus untuk surat berharga yang dapat diperdagangkan, dan penyesuaian
akibat translasi mata uang asing. Kriteria pengakuan meliputi:
Definisi: Hal tersebut memenuhi definisi dari sebuah elemen laporan keuangan.
Dapat diukur: Hal ini memiliki atribut yang relevan dan dapat diukur dengan cukup andak
Relevansi: Informasi yang berkenaan mampu membuat perbedaan pada keputusan para
penggunanya.
Keandalan: Informasi tersebut representasional, tepat, dapat diverifikasi dan netral.
Dalam kaitannya dengan pengukuran, laporan melihat lima atribut yang berbeda dari aktiva
dan kewajiban yang disajikan dalam memorandum diskusi, yaitu:
1. biaya historis;
2. biaya penggantian saat ini;
3. nilai pasar saat ini;
4. nilai bersih yang dapat direalisasikan (penggantian);
5. nilai arus kas masa depan saat ini (atau diskonto).

DAFTAR PUSTAKA

Astika, I.B.Putra 2010. Konsep-Konsep Dasar Akuntansi Keuangan. Denpasar.


Udayana Press.
Hrahap, Sofysn Syafri. 2011. Teori Akuntansi Edisi Revisi 2011 Jakarta Rajawali
Pers.
Suwardjono. 2005. Teori Akuntansi : Perekayasaan Pelaporan Keuangan. Yogyakarta
BPFE
Ahmed Riahi-Belkaoui. 2011 Teori Akuntansi Edisi 5 Salemba 4 Jakarta Selatan.

Anda mungkin juga menyukai