Anda di halaman 1dari 19

BAB 1.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Interferensi merupakan sifat cahaya yang dapat diamati ketika perbedaan
gelombang cahaya dicampur bersamaan. Pada tahun 1852 sampai 1931 seorang
fisikawan Amerika Serikat, A.A. Michelson menemukan alat tersebut. Cara untuk
mendapatkan pola interferensi tersebut adalah dengan memisahkan cahaya ke dua
bagian dan selanjutnya direkombinasikan untuk membentuk pola interferensi.
Michelson menggunakan interferometer untuk mengukur panjang gelombang
garis spectrum cahaya yang dipancarkan oleh krypton 86 yang dinyatakan dalam
batang meteran standar. Penggunaan lain interferometer Michelson ini ialah untuk
mengukur indeks refraksi udara (sejumlah gas lain). Pada tahun 1887, Albert A.
Michelson bersama Edward W. Morley menggunakan interferometernya dalam
percobaan terkenal yaitu mengukur perbedaan antara kecepatan cahaya relative
terhadap bumi dalam arah gerak bumi dan dalam arah gerak tegak lurus dangan
medium yang diusulkan ialah eter, dengan hasil laporan bahwa percobaan tersebut
tidak teramati adanya pergeseran rumbai sebagai bukti bahwa bumi tidak bergerak
relative terhadap eter (Tipler, 2001).
Praktikum interferometer Michelson dilakukan dengan cara menyusun
terlebih dahulu alat percobaan yang akan digunakan sesuai dengan desain
rangkaian yang ada pada modul praktikum. Selanjutnya dilakukan pengaturan
posisi laser He-Ne pada kedudukan di depan lensa sejajar dengan bangku
Interferometer Michelson. Setelah itu, pengaturan M1 dan M2 diposisikan
sehingga cahaya pada keduanya berimpitan. Posisi mikrometer skrup diatur pada
setengah posisi skala utama. Perubahan frinji yang terjadi di amati. Data yang
dicari yaitu data kuantitas banyaknya pergeseran cermin dan jumlah frinji. Data
yang didapatkan akan digunakan untuk mencari tetapan kalibrasi (k).
Aplikasi Interferometer Michelson yang paling umum adalah pembuktian
teori relativitas khusus. Aplikasi lainnya adalah untuk mendeteksi gelombang
gravitasi, sebagai core dari spektroskopi transformasi fourier. Aplikasi lain yang
menarik adalah sebagai instrumen untuk mendeteksi keberadaan planet di sekitar
bintang. Aplikasi lebih lanjut digunakan untuk menghasilkan delay line

1
interferometer misalnya sebuah demulator DPSK optis yang mengkonversi
modulasi fase menjadi modulasi amplitudo dalam jaringan DWDM. Beberapa
aplikasi membutuhkan sumber cahaya yang memiliki koherensi waktu dan
koherensi ruang yang sangat tinggi. Aplikasi ini banyak digunakan untuk
interferometri, holografi, dan beberapa tipe sensor optik. Interferometer
Michelson tidak hanya dapat digunakan untuk membuktikan ada tidaknya eter,
akan tetapi dapat pula digunakan dalam penentuan sifat-sifat gelombang lebih
lanjut, misalnya dalam penentuan panjang gelombang cahaya tertentu, pola
penguatan interferensi yang terjadi, dan sebagainya.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah yang dapat dikemukakan dalam eksperimen Interferometer
Michelson adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana pengaruh pergeseran cermin atau movable mirror (dm) terhadap
perubahan jumlah frinji?
2. Bagaimana perbandingan nilai k yang didapatkan dari grafik (k1) dan nilai k
diperhitungan (k2)?
3. Bagaimana grafik hubungan antara jumlah frinji terhadap pergeseran movable
mirror?

1.3 Tujuan
Tujuan yang dapat dikemukakan dalam eksperimen Interferometer Michelson
adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui pengaruh pergeseran cermin atau movable mirror (dm) terhadap
perubahan jumlah frinji.
2. Mengetahui perbandingan nilai k yang didapatkan dari grafik (k1) dan nilai k
diperhitungan (k2).
3. Mengetahui grafik hubungan antara jumlah frinji terhadap pergeseran movable
mirror.

1.4 Manfaat
Manfaat dari percobaan Interferometer Michelson adalah percobaan
Michelson-Morley yang memberikan bukti untuk relativitas khusus. Tetapi,

2
interferometer Michelson dapat pula digunakan untuk berbagai macam aplikasi
yang berbeda. Interferometer Michelson telah digunakan untuk mendeteksi
gelombang gravitasi sebagai inti spektroskopitransformasi Fourier. Interferometri
astronomi pada prinsipnya menggunakan interferometer Michelson (dan kadang-
kadang jenis lain).Aplikasi lain dari interferometer Michelson adalah pada OCT
(optical coherence tomography) yang merupakan teknik medis. Interferometer
Michelson tidak hanya dapat digunakan untuk membuktikan ada tidaknya eter,
akan tetapi dapat pula digunakan dalam penentuan sifat-sifat gelombang lebih
lanjut, misalnya dalam penentuan panjang gelombang cahaya tertentu, pola
penguatan interferensi yang terjadi, dan sebagainya.

3
BAB 2. DASAR TEORI

2.1 Sejarah dan Pengertian Interferometer Michelson


Interferensi merupakan sifat cahaya yang dapat diamati ketika perbedaan
gelombang cahaya dicampur bersamaan. Pada tahun 1852 sampai 1931 seorang
fisikawan Amerika Serikat, A.A. Michelson menemukan alat tersebut. Cara untuk
mendapatkan pola interferensi tersebut adalah dengan memisahkan cahaya ke dua
bagian dan selanjutnya direkombinasikan untuk membentuk pola interferensi.
Michelson menggunakan interferometer untuk mengukur panjang gelombang
garis spectrum cahaya yang dipancarkan oleh krypton 86 yang dinyatakan dalam
batang meteran standar. Penggunaan lain interferometer Michelson ini ialah untuk
mengukur indeks refraksi udara (sejumlah gas lain). Pada tahun 1887, Albert A.
Michelson bersama Edward W. Morley menggunakan interferometernya dalam
percobaan terkenal yaitu mengukur perbedaan antara kecepatan cahaya relative
terhadap bumi dalam arah gerak bumi dan dalam arah gerak tegak lurus dangan
medium yang diusulkan ialah eter, dengan hasil laporan bahwa percobaan tersebut
tidak teramati adanya pergeseran rumbai sebagai bukti bahwa bumi tidak bergerak
relative terhadap eter (Tipler, 2001).

2.2 Proses Terjadinya Interferensi


Interferensi adalah penggabungan secara superposisi dua gelombang atau
lebih yang bertemu pada satu titik di ruang. Hasil interferensi yang berupa pola-
pola frinji dapat digunakan untuk menentukan beberapa besaran fisis yang
berkaitan dengan interferensi, misalnya panjang gelombang suatu sumber cahaya,
indeks bias dan ketebalan bahan. Untuk memahami fenomena interferensi harus
berdasar pada prinsip optika fisis, yaitu cahaya dipandang sebagai perambatan
gelombang yang tiba pada suatu titik yang bergantung pada fase dan amplitudo
gelombang tersebut. Untuk memperoleh pola-pola interferensi cahaya haruslah
bersifat koheren, yaitu gelombang-gelombang harus berasal dari satu sumber
cahaya yang sama. Koherensi dalam optika sering dicapai dengan membagi
cahaya dari sumber tunggal menjadi dua berkas atau lebih, yang kemudian dapat
digabungkan untuk menghasilkan pola interferensi (Tipler, 1991).

4
Menurut (Halliday, 1999), secara prinsip interferensi merupakan proses
superposisi gelombang/cahaya. Interferensi terjadi apabila dua atau lebih
gelombang bertemu dalam ruang dan waktu. Satu tempat terjadinya interferensi
adalah pada satu daerah ruang dimana gelombang pantul dan gelombang datang
bertemu. Ada syarat yang harus dipenuhi agar terjadi interferensi, yaitu :
a. Kedua sumber cahaya harus koheren, yaitu kedua sumber cahaya memiliki beda
fase yang selalu tetap. Sehingga kedua sumber cahaya harus memiliki
frekuensi yang sama. Beda fase dari kedua sumber cahaya ini bisa nol ,tetapi
tidak harus nol.
b. Kedua sumber cahaya harus memiliki amplitudo yang hampir sama, jika tidak
interferensi yang dihasilkan kurang mencolok.
Pengukuran panjang gelombang garis spectrum cahaya, interferometer
Michelson memiliki diagram skematik sebagai berikut:

Gambar 2.1 Diagram Skematik


(Sumber : Bahrudin, 2006)
Seperti yang ditunjukan oleh diagram skematik, Interferometer Michelson
memiliki cara kerja sebagai berikut. Gelombang dari sumber (berupa cahaya)
dipancarkan menuju beam splitter. Kemudian sebagian gelombang tersebut
dipantulkan ke cermin 1 dan sebagian lagi diteruskan ke cermin 2 (karena beam
splitter memiliki sifat pembagi gelombang). Gelombang yang dipantulkan oleh
beam splitter menuju C1 akan dipantulkan kembali melewati layar. Sementara
sebagian gelombang yang diteruskan ke C2 akan melewati Plat Compensator dan

5
dipantulkan kembali menuju layar sehingga bergabung dengan pantulan
gelombang dari C1 (Bahrudin, 2006).

2.3 Macam-macam Interferensi


Suatu alat yang dirancang untuk menghasilkan interferensi dan pola-polanya
yang dihasilkan dari perbedaan panjang lintasan disebut interferometer optik.
Interferometer dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu interferometer pembagi muka
gelombang dan interferometer pembagi amplitudo. Pada pembagi muka
gelombang, muka gelombang pada berkas cahaya pertama di bagi menjadi dua,
sehingga menghasilkan dua buah berkas sinar baru yang koheren, dan ketika jatuh
di layar akan membentuk pola interferensi yang berwujud frinji gelap terang
berselang-seling. Pola terang terjadi apabila gelombang-gelombang dari kedua
berkas sinar sefase sewaktu tiba di layar (interferensi konstruktif). Sebaliknya
pola gelap terjadi apabila gelombang-gelombang dari kedua berkas sinar
berlawanan fase sewaktu tiba di layar (interferensi destruktif). Agar pola
interferensi nyata, tempat garis-garis gelap terang itu harus tetap sepanjang waktu
yang berarti beda fase antara gelombang-gelombang dari kedua celah harus tidak
berubah-ubah dan hal ini hanya mungkin apabila kedua gelombang tersebut
koheren, yaitu identik bentuknya (Soedojo, 2001).

Namun ada juga yang menyatakan pembagian interferensi menjadi lebih


sederhana yang menyatakan bahwa Interferensi destruktif adalah pelemahan
maksimum dua gelombang cahaya yang mengalami interferensi sehingga
menghasilkan garis gelap. Dua gelombang ini mengalami interferensi dsetruktif
jika beda fasenya Δφ = π, 3 π, 5 π rad atau kelipatan ganjil dari π. Beda fase ini
dinyatakan dengan persamaan
Δφ = (2n-1) π, n = 1,2,3,... (2.1)
beda fase ini menunjukkan beda lintasan panjang setengah gelombang (0,5 λ)
dengan demikian interferensi konstruktif terjadi jika beda lintasannya adalah
kelipatan genap dari setengah panjang gelombang. Interferensi konstruktif adalah
penguatan maksimum dua gelombang cahaya yang mengalami interferensi
sehingga menghasilkan garis terang. Dua gelombang ini mengalami interferensi

6
konstruktif jika beda fasenya Δφ = 0, 2π, 4 π, 6 π rad atau kelipatan genap dari π.
Beda fase ini dinyatakan dengan persamaan
Δφ = (2n) π, n = 0,1,2,... (2.2)
beda fase ini menunjukkan beda lintasan panjang setengah gelombang (0,5 λ)
dengan demikian interferensi konstruktif terjadi jika beda lintasannya adalah
kelipatan genap dari setengah panjang gelombang (Giancoli, 2001).

2.4 Aplikasi Interferensi


Salah satu aplikasi Interferometer Michelson yang paling umum adalah
pembuktian teori relativitas khusus. Aplikasi lainnya adalah untuk mendeteksi
gelombang gravitasi, sebagai core dari spektroskopi transformasi fourier. Aplikasi
lain yang menarik adalah sebagai instrumen untuk mendeteksi keberadaan planet
di sekitar bintang. Aplikasi lebih lanjut digunakan untuk menghasilkan delay line
interferometer misalnya sebuah demulator DPSK optis yang mengkonversi
modulasi fase menjadi modulasi amplitudo dalam jaringan DWDM. Beberapa
aplikasi membutuhkan sumber cahaya yang memiliki koherensi waktu dan
koherensi ruang yang sangat tinggi. Aplikasi ini banyak digunakan untuk
interferometri, holografi, dan beberapa tipe sensor optik. Aplikasi lain dengan
tingkat koherensi yang lebih kecil, contohnya koherensi waktu yang rendah (tetapi
dikombinasikan dengan koherensi ruang yang tinggi) diperlukan untuk tomografi
(optical coherence tomography), dimana tampilannya dihasilkan oleh
interferometri dan resolusi tinggi yang memerlukan koherensi waktu rendah.
Derajat koherensi juga sesuai untuk tampilan laser proyeksi, aplikasi gambar dan
pointer (Halliday, 1999).

7
BAB 3. METODE EKSPERIMEN

Metode eksperimen adalah cara penyajian dengan suatu percobaan, disebut


juga sebagai tahapan-tahapan sistematis dalam melakukan eksperimen. Dalam hal
ini terdapat rancangan eksperimen, jenis dan sumber data eksperimen, variabel
eksperimen dan skala pengukuran, metode analisis data, kerangka pemecahan
masalah, dan prosedur eksperimen.

3.1 Rancangan Eksperimen


Secara garis besar, skema dari rancangan kegiatan eksperimen ditampilkan
dalam bentuk diagram alir yang ditunjukkan sebagai berikut:

Identifikasi Permasalahan

Kajian Pustaka

Variabel Penelitian

Kegiatan Eksperimen

Data

Analisis Data

Kesimpulan
Gambar 3.1 Diagram Alir Rancangan Kegiatan Eksperimen
Langkah awal untuk melakukan eksperimen Interferometer Michelson yaitu
melakukan identifikasi permasalahan pola interferensi dan nilai kalibrasi (k)
interferometer Michelson menggunakan laser HeNe dengan λ= 632,8 nm.
Dilanjutkan dengan melakukan kajian pustaka mengenai cara pengukuran untuk
mencari nilai kalibrasi dengan perubahan frinji. Melalui kajian pustaka ini,
peneliti mengumpulkan dan mendapatkan sumber-sumber data. Selain itu
dillakukan pula operasional pada variabel-variabel yang akan digunakan untuk
menunjang kegiatan eksperimen yang akan dilakukan. Sehingga diperoleh hasil

8
berupa angka dan gambar yang kemudian dianalasis, dari analisis inilah dapat
diperoleh kesimpulan dari percobaan yang telah dilakukan.
- Waktu dan Tempat Eksperimen
Eksperimen interferometer Michelson dilakukan di laboratorium Fisika
Modern, Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Jember, pada hari Senin, tanggal 26 Maret 2018 pukul 14.20 – 16.00
WIB.

3.2 Jenis dan Sumber Data Eksperimen


Eksperimen yang dilakukan bersifat kuantitatif, dimana data yang diperoleh
dari hasil pengukuran objektif. Data yang dikumpulkan dalam eksperimen
interferometer Michelson adalah panjang gelombang (λ) jarak mikrometer
bergerak (dm). Data yang diperoleh akan semakin bervariasi dan berpengaruh
pada ketelitian eksperimen yang dilakukan.

3.3 Definisi Operasional Variabel dan Skala Pengukuran


3.3.1 Variabel Eksperimen

Variabel bebas yaitu faktor-faktor yang nantinya akan diukur, dipilih, dan
dimanipulasi oleh peneliti untuk melihat hubungan di antara fenomena atau
peristiwa yang diteliti atau diamati. Variabel bebas dalam eksperimen
interferometer Michelson adalah pergeseran cermin (dm) dan Jumlah frinji (N).
Variabel terikat yaitu faktor-faktor yang diamati dan diukur oleh peneliti dalam
sebuah penelitian, untuk menentukan ada tidaknya pengaruh dari variabel bebas.
Variabel terikat dalam eksperimen interferometer Michelson adalah tetapan
kesebandingan (kalibrasi). Variabel kontrol merupakan variabel yang diupayakan
untuk dinetralisasi oleh sang peneliti dalam penelitiannya tersebut dan variabel
inilah yang menyebabkan hubungan di antara variabel bebas dan juga variabel
terikat bisa tetap konstan. Variabel kontrol dalam eksperimen interferometer
Michelson adalah jumlah perubahan frinji dengan jarak pergerakan cermin.

3.3.2 Skala Pengukuran

9
Skala pengukuran yang digunakan dalam eksperimen interferometer
Michelson adalah skala pengukuran interval, dimana variabel yang dihasilkan dari
pengukuran tidak langsung dengan variasi data yang sesuai. Adapun ralat yang
dapat digunakan dalam eksperimen interferometer Michelson adalah sebagai
berikut:

Maka,

Sehingga,

3.4 Kerangka Pemecahan Masalah

10
- Diagram Alir

Mulai

Penyusunan Peralatan

Laser HeNe diposisikan

Jumlah frinji divariasikan

Pola interferensi, jarak


mikrometer
Gambar 3.2 Diagram Alir Tata Laksana Eksperimen

- Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan pada Eksperimen Interferometer Michelson
adalah : Pengukuran
1. Meja interferometer (precision interferometer, OS-9255A) berfungsi untuk
meletakkan alat yang digunakan pada percobaan interferometer.
2. Sumber laser HeNe (OS-9171) berfungsi pemancar cahaya.
3. Selesai
Bangku laser (OS-9172) berfungsi untuk meletakkan sumber cahaya supaya
tidak geser.
4. Beam splitter berfungsi untuk membagi berkas cahaya.
5. Compesator berfungsi sebagai penyefase gelombang cahaya atau
menyamakan beda fase.
6. Movable mirror berfungsi untuk menghitung jarak perubahn lintasan dengan
menggerakkan cermin.
7. Adjustable mirror berfungsi sebagai perefleksi berkas menuju pemisah berkas
dari pemisah berkas, sebagian akan ditransmisikan menuju layar pengamatan
dengan posisi tetap.
8. Convex lens berfungsi untuk memfokuskan cahaya.

11
- Langkah Kerja
Adapun langkah kerja yang akan dilakukan pada Eksperimen interferometer
Michelson antara lain :
1. Peralatan disusun seperti gambar 3.3. kompensator dapat ditiadakan jika
sumber yang digunakan adalah laser.
2. Laser He-Ne diposisikan pada kedudukan di depan lensa sejajar bangku
Interferometer Michelson.
3. Ketika kondisi M2 ditutup, posisi M1 diatur sehingga berkas pantulannya
dapat dilihat di layar. Menggunakan cara yang sama, posisi M2 di atur,
sehingga cahaya dari M2 berimpit dengan cahaya dari M1, dan M2 terkumpul
di satu titik.
4. Skrup pengatur pada M2diputar secara perlahan-lahan (horizontal dan
vertikal) sehingga pola interferensinya dapat dilihat jelas pada layar
pengamatan.
5. Posisi mikrometer skrup diatur pada setengah skala utama (dua kali putaran =
2 x 25 skala). Perubahan frinji yag terjadi di amati.
6. Mikrometer diputar satu putaran penuh berlawanan arah jarum jam. Secara
perlahan putar sekali lagi sampai angka nol pada knob berimpit dengan garis
tanda.
7. Pada layar, dibuat tanda garis batas yang berimpit pada salah satu pinggir
lingkaran frinji yang saudara pilih (misal frinji kedua dari pusat). Tanda garis
batas ini selanjutnya digunakan sebagai acuan menghitung jumlah perubahan
frinji (N).
8. Posisi mikrometer awal dicatat sebelum memulai menghitungnya (tidak harus
dimulai dari skala nol).
9. Knob mikrometer diputar perlahan-lahan berlawanan arah jarum jam. Pada
saat yang sama, hitung banyaknya frinji yang melintasi garis batas andatadi.
Putar terus sampai anda dapat menghitung sekitar N = 25 frinji. Baca posisi
mikrometer yang baru.
10. Posisi d25 dicatat sehingga jarak mikrometer dapat saudara hitung menurut
poin 8 dan 9 di atas. Ingat setiap garis pada skala mikrometer bersesuaian
dengan jarak ~ 1 μm (106 meter) lintasan cermin (asumsi belum dikalibrasi).

12
11. Langkah 9 dan 10 diulangi untuk jumlah frinji yang berbeda. Jumlah frinji
dapat dibuat kelipatan 25. Lakukan pengamatan untuk mendapatkan 10
pasang data posisi mikrometer-frinji yang berbeda.

- Desain Eksperimen

Gambar 3.3 Rangkaian Percobaan Interferometer Michelson


(Sumber: Tim Penyusun, 2018)
3.5 Analisa Data
Analisis data yang digunakan dalam eksperimen Interferometer Febry-Perot
adalah :
a. Tabel Pengamatan
3.1 Tabel Pengamatan
λ (m)
No. N
dm1 dm2 dm3

1.

10.

b. Grafik
N

13

dm
Gambar 3.4 Grafik hubungan antara N dan dm

14
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Hasil yang didapatkan dari eksperimen Interferometer Michelson disajikan
dalam tabel seperti berikut:
Tabel 4.1 Tabel Hasil Berdasarkan Pengamatan Interferpmeter Michelson
dm (µm)
No N
dm1 dm2 dm3

1 25 9 9 9 (9 ± 0) 8,79 x 10-7

2 50 17 18 18 (17,667 ± 0,333) 8,95 x 10-7

3 75 25 25 26 (25,333 ± 0,333) 9,37 x 10-7

4 100 32 33 34 (33 ± 0,577) 9,59 x 10-7

5 125 41 41 42 (41,333 ± 0,333) 9,57 x 10-7 (9,51x10-7 ±


6 150 48 49 50 (49 ± 0,577) 9,69 x 10-7 1,15x10-8)

7 175 56 57 57 (56,667 ± 0,333) 9,77 x 10-7

8 200 64 65 65 (64,667 ± 0,333) 9,79 x 10-7

9 225 72 73 73 (72,667 ± 0,333) 9,80 x 10-7

10 250 80 81 81 (80,667 ± 0,333) 9,81 x 10-7

Tabel 4.2 Tabel Hasil Berdasarkan Perhitungan Grafik Interferometer Michelson


m=
σm c σc y±σy
k

8,9 2,9 12280, 461,6 25 ± 1452


4x 0x 8 2
50 ± 1452
10-7 10-6
75 ± 1452

100 ± 1452

125 ± 1452

150 ± 1452

175 ± 1452

15
200 ± 1452

225 ± 1452

250 1452

4.1.1 Grafik Hasil Eksperimen


Hasil grafik yang didapatkan dari eksperimen Interferometer Michelson
disajikan dalam grafik seperti berikut:

Gambar 4.1 Grafik Regresi Hubungan antara Jumalah Frinji (N) dan Pergeseran Frinji

Gambar 4.2 Grafik Error Bar Hubungan antara Jumalah Frinji (N) dan Pergeseran Frinji

a. Pembahasan

16
Interferensi adalah penggabungan secara superposisi dua gelombang atau
lebih yang bertemu pada satu titik di ruang. Hasil interferensi yang berupa pola-
pola frinji dapat digunakan untuk menentukan beberapa besaran fisis yang
berkaitan dengan interferensi, misalnya panjang gelombang suatu sumber cahaya,
indeks bias dan ketebalan bahan. Dalam eksperimen ini, dilakukan pengamatan
terhadap dua variable, yaitu pengamatan terhadap penambahan jumlah frinji dan
pengamatan terhadap pergeseran Movable mirror dari titik acuan awal
perhitungan. Data yang diperoleh, didapatkan bahwa penambahan dan
banyaknya jumlah frinji (N) berbanding lurus dengan pergeseran Movable
mirror yang dilakukan. Hal ini dapat terlihat dari semakin besarnya nilai N
(banyaknya frinji), maka nilai dm (jarak pergeseran Movable mirror terhadap titik
acuan) juga menunjukkan angka yang semakin besar.
Konstanta kalibrasi adalah hubungan antara nilai yang ditunjukkan oleh
instrumen ukur atau sistem pengukuran, atau nilai yang diwakili pleh bahan ukur
dengan nilai-nilai yang sudah diketahui yang berkaitan dari besaran yang diukur
dalam kondisi tertentu. Untuk mendapatkan nilai tetapan kalibrasi dapat
menggunakan dua cara yaitu pertama dengan menggunakan grafik (k1) dan yang
kedua dengan rumus (k2). Dengan menggunakan grafik nilai tetapan diperoleh
dari nilai gradien yaitu sebesar k1=9,51x10-7, untuk cara kedua dapat dilihat
dengan perhitungan 10 data yang di peroleh k2=9,63x10-7. Secara teori nilai
tetapan kalibrasi atau konstanta kalibrasi adalah 1 sehingga kesesuaian antara teori
dengan praktikum hampir sesuai atau tidak jauh berbeda.
Grafik hubungan antara jumlah frinji terhadap pergeseran movable mirror
menunjukkan bahwa grafik yang terbentuk cenderung linier. Berdasarkan tabel
pengamatan bahwa penambahan nilai dm dari satu perlakuan nilai N ke nilai N
yang lain (dengan nilai kelipatan N konstan) yaitu memberi pola penambahan
yang konstan.dengan demikian, terbukti bahwa jumlah frinji (N) berbanding lurus
dengan pergeseran cermin yang dilakukan.

BAB 5. PENUTUP

17
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat setelah melakukan eksperimen Interferometer
Michelson adalah:
1. Pengaruh pergeseran cermin atau movable mirror (dm) terhadap perubahan
jumlah frinji, semakin besarnya nilai N (banyaknya frinji), maka nilai dm
(jarak pergeseran Movable mirror terhadap titik acuan) juga menunjukkan
angka yang semakin besar.
2. Perbandingan nilai k yang didapatkan dari grafik (k1) dan nilai k diperhitungan
(k2) hasilnya tidak jauh berbeda. Nilai k dari grafik k1=9,51x10-7 dan
berdasarkan perhitungan sebesar k2= 9,63x10-7
3. Grafik hubungan antara jumlah frinji terhadap pergeseran movable mirror
menunjukkan bahwa grafik yang terbentuk cenderung linier dan berbanding
lurus dengan pergeseran cermin.

5.2 Saran
Saran untuk eksperimen Interferometer Michelson harus mempelajari dan
memahami modul dengan benar, agar meminimalisir kesalahan yang terjadi.
Praktikan diharapakan fokus dalam mengamati frinji. Percobaan dilakukan
dengan serius agar data pengamatan yang diperoleh lebih akurat. Praktikan harus
lebih teliti dalam melakukan eksperimen. Lebih berhati-hati dalam pengoperasian
alat-alat agar terhindar dari kerusakan alat.

18
DAFTAR PUSTAKA

Bahrudin, Drs. MM. 2006. Kamus Fisika Plus. Bandung: Epsilon Group.
Giancoli, C. Douglas. 2001. Physics Fifth Edition Jilid 2. Edisi 5. Jakarta :
Erlangga.
Halliday, D., dan Resnick, R. 1999. Physics Jilid 2 Edisi 3. Jakarta: Erlangga.
Soedojo, P. 2001. Asas-Asas Ilmu Fisika Jilid 4 Fisika Modern. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Tim Penyusun. 2018. Modul Praktikum Eksperimen Fisika I. Jember: Universitas
Jember.
Tipler, P.1991. Fisika Untuk Teknik dan Sains. Jakarta: Erlangga.
Tipler, P.2001. Fisika Untuk Teknik dan Sains Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

19

Anda mungkin juga menyukai