PENDAHULUAN
1
interferometer misalnya sebuah demulator DPSK optis yang mengkonversi
modulasi fase menjadi modulasi amplitudo dalam jaringan DWDM. Beberapa
aplikasi membutuhkan sumber cahaya yang memiliki koherensi waktu dan
koherensi ruang yang sangat tinggi. Aplikasi ini banyak digunakan untuk
interferometri, holografi, dan beberapa tipe sensor optik. Interferometer
Michelson tidak hanya dapat digunakan untuk membuktikan ada tidaknya eter,
akan tetapi dapat pula digunakan dalam penentuan sifat-sifat gelombang lebih
lanjut, misalnya dalam penentuan panjang gelombang cahaya tertentu, pola
penguatan interferensi yang terjadi, dan sebagainya.
1.3 Tujuan
Tujuan yang dapat dikemukakan dalam eksperimen Interferometer Michelson
adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui pengaruh pergeseran cermin atau movable mirror (dm) terhadap
perubahan jumlah frinji.
2. Mengetahui perbandingan nilai k yang didapatkan dari grafik (k1) dan nilai k
diperhitungan (k2).
3. Mengetahui grafik hubungan antara jumlah frinji terhadap pergeseran movable
mirror.
1.4 Manfaat
Manfaat dari percobaan Interferometer Michelson adalah percobaan
Michelson-Morley yang memberikan bukti untuk relativitas khusus. Tetapi,
2
interferometer Michelson dapat pula digunakan untuk berbagai macam aplikasi
yang berbeda. Interferometer Michelson telah digunakan untuk mendeteksi
gelombang gravitasi sebagai inti spektroskopitransformasi Fourier. Interferometri
astronomi pada prinsipnya menggunakan interferometer Michelson (dan kadang-
kadang jenis lain).Aplikasi lain dari interferometer Michelson adalah pada OCT
(optical coherence tomography) yang merupakan teknik medis. Interferometer
Michelson tidak hanya dapat digunakan untuk membuktikan ada tidaknya eter,
akan tetapi dapat pula digunakan dalam penentuan sifat-sifat gelombang lebih
lanjut, misalnya dalam penentuan panjang gelombang cahaya tertentu, pola
penguatan interferensi yang terjadi, dan sebagainya.
3
BAB 2. DASAR TEORI
4
Menurut (Halliday, 1999), secara prinsip interferensi merupakan proses
superposisi gelombang/cahaya. Interferensi terjadi apabila dua atau lebih
gelombang bertemu dalam ruang dan waktu. Satu tempat terjadinya interferensi
adalah pada satu daerah ruang dimana gelombang pantul dan gelombang datang
bertemu. Ada syarat yang harus dipenuhi agar terjadi interferensi, yaitu :
a. Kedua sumber cahaya harus koheren, yaitu kedua sumber cahaya memiliki beda
fase yang selalu tetap. Sehingga kedua sumber cahaya harus memiliki
frekuensi yang sama. Beda fase dari kedua sumber cahaya ini bisa nol ,tetapi
tidak harus nol.
b. Kedua sumber cahaya harus memiliki amplitudo yang hampir sama, jika tidak
interferensi yang dihasilkan kurang mencolok.
Pengukuran panjang gelombang garis spectrum cahaya, interferometer
Michelson memiliki diagram skematik sebagai berikut:
5
dipantulkan kembali menuju layar sehingga bergabung dengan pantulan
gelombang dari C1 (Bahrudin, 2006).
6
konstruktif jika beda fasenya Δφ = 0, 2π, 4 π, 6 π rad atau kelipatan genap dari π.
Beda fase ini dinyatakan dengan persamaan
Δφ = (2n) π, n = 0,1,2,... (2.2)
beda fase ini menunjukkan beda lintasan panjang setengah gelombang (0,5 λ)
dengan demikian interferensi konstruktif terjadi jika beda lintasannya adalah
kelipatan genap dari setengah panjang gelombang (Giancoli, 2001).
7
BAB 3. METODE EKSPERIMEN
Identifikasi Permasalahan
Kajian Pustaka
Variabel Penelitian
Kegiatan Eksperimen
Data
Analisis Data
Kesimpulan
Gambar 3.1 Diagram Alir Rancangan Kegiatan Eksperimen
Langkah awal untuk melakukan eksperimen Interferometer Michelson yaitu
melakukan identifikasi permasalahan pola interferensi dan nilai kalibrasi (k)
interferometer Michelson menggunakan laser HeNe dengan λ= 632,8 nm.
Dilanjutkan dengan melakukan kajian pustaka mengenai cara pengukuran untuk
mencari nilai kalibrasi dengan perubahan frinji. Melalui kajian pustaka ini,
peneliti mengumpulkan dan mendapatkan sumber-sumber data. Selain itu
dillakukan pula operasional pada variabel-variabel yang akan digunakan untuk
menunjang kegiatan eksperimen yang akan dilakukan. Sehingga diperoleh hasil
8
berupa angka dan gambar yang kemudian dianalasis, dari analisis inilah dapat
diperoleh kesimpulan dari percobaan yang telah dilakukan.
- Waktu dan Tempat Eksperimen
Eksperimen interferometer Michelson dilakukan di laboratorium Fisika
Modern, Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Jember, pada hari Senin, tanggal 26 Maret 2018 pukul 14.20 – 16.00
WIB.
Variabel bebas yaitu faktor-faktor yang nantinya akan diukur, dipilih, dan
dimanipulasi oleh peneliti untuk melihat hubungan di antara fenomena atau
peristiwa yang diteliti atau diamati. Variabel bebas dalam eksperimen
interferometer Michelson adalah pergeseran cermin (dm) dan Jumlah frinji (N).
Variabel terikat yaitu faktor-faktor yang diamati dan diukur oleh peneliti dalam
sebuah penelitian, untuk menentukan ada tidaknya pengaruh dari variabel bebas.
Variabel terikat dalam eksperimen interferometer Michelson adalah tetapan
kesebandingan (kalibrasi). Variabel kontrol merupakan variabel yang diupayakan
untuk dinetralisasi oleh sang peneliti dalam penelitiannya tersebut dan variabel
inilah yang menyebabkan hubungan di antara variabel bebas dan juga variabel
terikat bisa tetap konstan. Variabel kontrol dalam eksperimen interferometer
Michelson adalah jumlah perubahan frinji dengan jarak pergerakan cermin.
9
Skala pengukuran yang digunakan dalam eksperimen interferometer
Michelson adalah skala pengukuran interval, dimana variabel yang dihasilkan dari
pengukuran tidak langsung dengan variasi data yang sesuai. Adapun ralat yang
dapat digunakan dalam eksperimen interferometer Michelson adalah sebagai
berikut:
Maka,
Sehingga,
10
- Diagram Alir
Mulai
Penyusunan Peralatan
11
- Langkah Kerja
Adapun langkah kerja yang akan dilakukan pada Eksperimen interferometer
Michelson antara lain :
1. Peralatan disusun seperti gambar 3.3. kompensator dapat ditiadakan jika
sumber yang digunakan adalah laser.
2. Laser He-Ne diposisikan pada kedudukan di depan lensa sejajar bangku
Interferometer Michelson.
3. Ketika kondisi M2 ditutup, posisi M1 diatur sehingga berkas pantulannya
dapat dilihat di layar. Menggunakan cara yang sama, posisi M2 di atur,
sehingga cahaya dari M2 berimpit dengan cahaya dari M1, dan M2 terkumpul
di satu titik.
4. Skrup pengatur pada M2diputar secara perlahan-lahan (horizontal dan
vertikal) sehingga pola interferensinya dapat dilihat jelas pada layar
pengamatan.
5. Posisi mikrometer skrup diatur pada setengah skala utama (dua kali putaran =
2 x 25 skala). Perubahan frinji yag terjadi di amati.
6. Mikrometer diputar satu putaran penuh berlawanan arah jarum jam. Secara
perlahan putar sekali lagi sampai angka nol pada knob berimpit dengan garis
tanda.
7. Pada layar, dibuat tanda garis batas yang berimpit pada salah satu pinggir
lingkaran frinji yang saudara pilih (misal frinji kedua dari pusat). Tanda garis
batas ini selanjutnya digunakan sebagai acuan menghitung jumlah perubahan
frinji (N).
8. Posisi mikrometer awal dicatat sebelum memulai menghitungnya (tidak harus
dimulai dari skala nol).
9. Knob mikrometer diputar perlahan-lahan berlawanan arah jarum jam. Pada
saat yang sama, hitung banyaknya frinji yang melintasi garis batas andatadi.
Putar terus sampai anda dapat menghitung sekitar N = 25 frinji. Baca posisi
mikrometer yang baru.
10. Posisi d25 dicatat sehingga jarak mikrometer dapat saudara hitung menurut
poin 8 dan 9 di atas. Ingat setiap garis pada skala mikrometer bersesuaian
dengan jarak ~ 1 μm (106 meter) lintasan cermin (asumsi belum dikalibrasi).
12
11. Langkah 9 dan 10 diulangi untuk jumlah frinji yang berbeda. Jumlah frinji
dapat dibuat kelipatan 25. Lakukan pengamatan untuk mendapatkan 10
pasang data posisi mikrometer-frinji yang berbeda.
- Desain Eksperimen
1.
10.
b. Grafik
N
13
dm
Gambar 3.4 Grafik hubungan antara N dan dm
14
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Hasil yang didapatkan dari eksperimen Interferometer Michelson disajikan
dalam tabel seperti berikut:
Tabel 4.1 Tabel Hasil Berdasarkan Pengamatan Interferpmeter Michelson
dm (µm)
No N
dm1 dm2 dm3
1 25 9 9 9 (9 ± 0) 8,79 x 10-7
100 ± 1452
125 ± 1452
150 ± 1452
175 ± 1452
15
200 ± 1452
225 ± 1452
250 1452
Gambar 4.1 Grafik Regresi Hubungan antara Jumalah Frinji (N) dan Pergeseran Frinji
Gambar 4.2 Grafik Error Bar Hubungan antara Jumalah Frinji (N) dan Pergeseran Frinji
a. Pembahasan
16
Interferensi adalah penggabungan secara superposisi dua gelombang atau
lebih yang bertemu pada satu titik di ruang. Hasil interferensi yang berupa pola-
pola frinji dapat digunakan untuk menentukan beberapa besaran fisis yang
berkaitan dengan interferensi, misalnya panjang gelombang suatu sumber cahaya,
indeks bias dan ketebalan bahan. Dalam eksperimen ini, dilakukan pengamatan
terhadap dua variable, yaitu pengamatan terhadap penambahan jumlah frinji dan
pengamatan terhadap pergeseran Movable mirror dari titik acuan awal
perhitungan. Data yang diperoleh, didapatkan bahwa penambahan dan
banyaknya jumlah frinji (N) berbanding lurus dengan pergeseran Movable
mirror yang dilakukan. Hal ini dapat terlihat dari semakin besarnya nilai N
(banyaknya frinji), maka nilai dm (jarak pergeseran Movable mirror terhadap titik
acuan) juga menunjukkan angka yang semakin besar.
Konstanta kalibrasi adalah hubungan antara nilai yang ditunjukkan oleh
instrumen ukur atau sistem pengukuran, atau nilai yang diwakili pleh bahan ukur
dengan nilai-nilai yang sudah diketahui yang berkaitan dari besaran yang diukur
dalam kondisi tertentu. Untuk mendapatkan nilai tetapan kalibrasi dapat
menggunakan dua cara yaitu pertama dengan menggunakan grafik (k1) dan yang
kedua dengan rumus (k2). Dengan menggunakan grafik nilai tetapan diperoleh
dari nilai gradien yaitu sebesar k1=9,51x10-7, untuk cara kedua dapat dilihat
dengan perhitungan 10 data yang di peroleh k2=9,63x10-7. Secara teori nilai
tetapan kalibrasi atau konstanta kalibrasi adalah 1 sehingga kesesuaian antara teori
dengan praktikum hampir sesuai atau tidak jauh berbeda.
Grafik hubungan antara jumlah frinji terhadap pergeseran movable mirror
menunjukkan bahwa grafik yang terbentuk cenderung linier. Berdasarkan tabel
pengamatan bahwa penambahan nilai dm dari satu perlakuan nilai N ke nilai N
yang lain (dengan nilai kelipatan N konstan) yaitu memberi pola penambahan
yang konstan.dengan demikian, terbukti bahwa jumlah frinji (N) berbanding lurus
dengan pergeseran cermin yang dilakukan.
BAB 5. PENUTUP
17
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat setelah melakukan eksperimen Interferometer
Michelson adalah:
1. Pengaruh pergeseran cermin atau movable mirror (dm) terhadap perubahan
jumlah frinji, semakin besarnya nilai N (banyaknya frinji), maka nilai dm
(jarak pergeseran Movable mirror terhadap titik acuan) juga menunjukkan
angka yang semakin besar.
2. Perbandingan nilai k yang didapatkan dari grafik (k1) dan nilai k diperhitungan
(k2) hasilnya tidak jauh berbeda. Nilai k dari grafik k1=9,51x10-7 dan
berdasarkan perhitungan sebesar k2= 9,63x10-7
3. Grafik hubungan antara jumlah frinji terhadap pergeseran movable mirror
menunjukkan bahwa grafik yang terbentuk cenderung linier dan berbanding
lurus dengan pergeseran cermin.
5.2 Saran
Saran untuk eksperimen Interferometer Michelson harus mempelajari dan
memahami modul dengan benar, agar meminimalisir kesalahan yang terjadi.
Praktikan diharapakan fokus dalam mengamati frinji. Percobaan dilakukan
dengan serius agar data pengamatan yang diperoleh lebih akurat. Praktikan harus
lebih teliti dalam melakukan eksperimen. Lebih berhati-hati dalam pengoperasian
alat-alat agar terhindar dari kerusakan alat.
18
DAFTAR PUSTAKA
Bahrudin, Drs. MM. 2006. Kamus Fisika Plus. Bandung: Epsilon Group.
Giancoli, C. Douglas. 2001. Physics Fifth Edition Jilid 2. Edisi 5. Jakarta :
Erlangga.
Halliday, D., dan Resnick, R. 1999. Physics Jilid 2 Edisi 3. Jakarta: Erlangga.
Soedojo, P. 2001. Asas-Asas Ilmu Fisika Jilid 4 Fisika Modern. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Tim Penyusun. 2018. Modul Praktikum Eksperimen Fisika I. Jember: Universitas
Jember.
Tipler, P.1991. Fisika Untuk Teknik dan Sains. Jakarta: Erlangga.
Tipler, P.2001. Fisika Untuk Teknik dan Sains Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
19