PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka diperoleh rumusan
masalah yaitu :
1. Bagaimana teori tujuan hukum berdasarkan pemikiran Gustav Radbruch ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui Bagaimana teori tujuan hukum berdasarkan pemikiran
Gustav Radbruch.
1.4 Manfaat
1. Dapat dijadikan sebagai bahan wawasan dalam praktik negara hukum mengenai
tujuan kepastian hukum
2. Sebagai bahan untuk sebuah perbandingan dari pemikiran-pemikiran lainnya
terkait filsafat hukum
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Segala sesuatu diciptakan tentunya memiliki tujuan tersendiri, begitu juga
dengan hukum. Terdapat berbagai teori yang dikemukan oleh ilmuan hukum untuk
memberikan penjelasan terkait dengan tujuan hukum namun dewasa ini tujuan
hukum yang paling banyak dikemukakan adalah keadilan, kepastian, dan
kemanfaatan. Hal serupa juga dikemukakan oleh Gustav Radbruch yang
menyatakan bahwa tujuan hukum adalah keadilan (gerechtigheit), kepastian
(zwechmaerten), dan kemanfaatan (rechtssicherkeit.) Tujuan tersebut berhubungan
erat untuk menjadikan hukum, baik dalam artian formil maupun dalam arti materil,
sebagai pedoman perilaku dalam setiap perbuatan hukum, baik oleh para subyek
hukum yang bersangkutan maupun oleh aparatur penegakan hukum yang resmi
diberi tugas dan kewenangan oleh Undang-undang untuk menjamin berfungsinya
norma-norma hukum yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Dalam praktik penegakkan hukum ke tiga tujuan tersebut harus diperhatikan secara
proporsional. Akan tetapi ketiga tujuan hukum tersebut tidak selalu berada dalam
hubungan yang harmonis satu sama lain. Dalam konteks tertentu keadilan bisa
bertabrakan dengan kemanfaatan dan kepastian, bahkan tuntutan kemanfaatan juga
dapat bertabrakan dengan keadilan dan kepastian hukum. 3 unsur atau pemikiran
yang dikemukakan oleh Gustav Radbruch dalam Teori Tujuan atau Kepastian
Hukum yaitu :
1. Keadilan, nilai dasar yang pertama yaitu keadilan hukum sebagaimana
dikemukakan Prof. Dr. H. Muchsin, SH, bahwa keadilan merupakan salah satu
tujuan dari hukum selain dari kepastian hukum itu sendiri dan juga kemanfaatan
hukum. Keadilan itu terkait dengan pendistribusian yang merata antara hak dan
kewajiban. Demikian sentral dan dominan kedudukan dan peranan dari nilai
keadilan bagi hukum, sehingga Gustav Radbruch menyatakan “rechct ist wille zur
gerechtigkeit” (hukum adalah kehendak demi untuk keadilan). Sedangkan
Soejono K.S mendefinisikan keadilan adalah keseimbangan batiniah dan lahiriah
yang memberikan kemungkinan dan perlindungan atas kehadiran dan
perkembangan kebenaran yang beriklim toleransi dan kebebasan. Keadilan ini
merupakan tujuan hukum yang di prioritaskan di dalam teori ataupun pemikiran
yang disampaikan oleh Gustav sendiri, mengapa demikian karena sering kali
dalam implementasi tujuan atau unsur keadilan justru terkesan saling
4
bertentangan. Dalam pemberlakuannya, para penegak hukum, yakni kepolisian,
kejaksaan, dan pengadilan, cenderung hanya menyandingkan fakta-fakta hukum
terhadap aturan-aturan yang berlaku demi mengedepankan kepastian hukum.
Akibatnya, sering kali tujuan untuk mewujudkan keadilan dalam arti yang
sesungguhnya –keadilan materil– menjadi terabaikan. Unsur keadilan di dalam
teori tujuan hukum yang dikemukakan Gustav ini sejalan dengan teori filsafat
hukum yang juga mengagungkan keadilan, mulai teori hukum alam sejak Socrates
hingga Francois Geny, selalu mempertahankan keadilan sebagai tujuan hukum.
Banyak teori mengenai keadilan dan masyarakat yang adil, semua menegaskan
bahwa keadilan harus diutamakan. Keadilan harus dinomorsatukan, dan keadilan
harus di atas segala-galanya untuk selalu diperjuangkan oleh setiap manusia.
Itulah keadilan yang seharusnya selalu diperjuangkan. Maka demi tercapainya
tujuan hukum yang menuntut kedamaian, ketentraman, kesejahteraan dan
ketertiban dalam masyarakat, asas prioritas dalam tujuan hukum yang
dikemukakan oleh Gustav Radbruch dapat dijadikan pedoman. Apalagi dengan
kondisi masyarakat Indonesia yang berasal dari berbagai latar belakang. Asas
prioritas yang mengedepankan keadilan daripada manfaat dan kepastian hukum
menjawab persoalan kemajemukan di Indonesia.
Namun di lain sisi, pemikiran kritis memandang bahwa keadilan tidak lain
sebuah fatamorgana, seperti orang melihat langit yang seolah-olah kelihatan, akan
tetapi tidak pernah menjangkaunya, bahkan juga tidak pernah mendekatinya.
Walaupun demikian, haruslah diakui, bahwa hukum tanpa keadilan akan terjadi
kesewenang-wenangan. Sebenarnya keadilan dan kebenaran merupakan nilai
kebajikan yang paling utama, sehingga nilai-nilai ini tidak bisa ditukar dengan
nilai apapun. Dari sisi teori etis ini, lebih mengutamakan keadilan hukum dengan
mengurangi sisi kepastian hukum dan kemanfaatan hukum. Mengutamakan
keadilan hukum saja, maka akan berdampak pada kurangnya kepastian hukum dan
kemanfaatan hukum, demikian juga sebaliknya. Hal inilah yang menyebabkan
Gustav Radbruch mengakui adanya hukum alam yang mengatasi hukum positif,
yaitu (i). Setiap individu harus diperlakuakan menurut keadilan didepan
pengadilan, (ii). Pengakuan dan penghormatan terhadap hak-hak asasi manusia
yang tidak boleh dilanggar, (iii). Harus ada keseimbangan antara pelanggaran dan
5
hukum. Berdasarkan tiga prinsip hukum alam tersebut, Gustav Radbruch sampai
pada keyakinan bahwa keadilan terhadap manusia individual merupakan batu
sendi bagi perwujudan keadilan dalam hukum. Dari sini pula tiga aspek hukum itu
disusun dalam urutan struktural yang dimulai dari keadilan, kepastian dan diakhiri
finalitas (kemanfaatan). Maka bila perkembanagan ditentukan sebagai
kemanfaatan hukum, maka ia tetap tunduk pada keadilan dan kepastian hukum.
Ini menghindari dari adanya kesewenang-wenangan.
6
hukum yang berperan dalam pengembangan konsep hukum yang dibagi dalam
beberapa aliran sesuai pandangan pemikirannya. Kesemuanya bertujuan untuk
merumuskan konsep yang paling ideal dan baik tentang hukum sehingga dapat
memberikan manfaat dalam kehidupan manusia. Hukum sebagai moral dan aturan
dipikirkan, dirumuskan dan diberlakukan untuk mewujudkan ketertiban,
ketentraman, kesejahteraan, dan kebahagiaan. Penganut aliran utilitas
menganggap bahwa tujuan hukum semata-mata untuk memberikan kemanfaatan
atau kebahagiaan yang sebesar-besarnya bagi sebanyak- banyaknya warga
masyarakat. Penanganannya didasarkan pada filsafat sosial, bahwa setiap warga
masyarakat mencari kebahagiaan, dan hukum merupakan salah satu alatnya. Salah
seorang tokoh aliran utilitas yang paling radikal adalah Jeremy Benthan, Bentham
mendefinisikannya sebagai sifat segala benda tersebut cenderung menghasilkan
kesenangan, kebaikan, atau kebahagiaan, atau untuk mencegah terjadinya
kerusakan, penderitaan, atau kejahatan,serta ketidakbahagiaan pada pihak yang
kepentingannya dipertimbangkan. Aliran utilitas menganggap bahwa pada
prinsipnya tujuan hukum itu hanyalah untuk menciptakan kemanfaatan atau
kebahagiaan masyarakat. Aliran utilitas memasukkan ajaran moral praktis yang
menurut penganutnya bertujuan untuk memberikan kemanfaatan atau kebahagiaan
yang sebesar-besarnya bagi warga masyarakat.
3. Selanjutnya adalah nilai dasar yang ketiga yakni kepastian hukum. Kepastian
hukum merupakan pertanyaan yang hanya bisa dijawab secara normatif, bukan
sosiologis. Kepastian hukum secara normatif adalah ketika suatu peraturan dibuat
dan diundangkan secara pasti karena mengatur secara jelas dan logis. Jelas dalam
artian tidak menimbulkan keraguan (multi-tafsir) dan logis dalam artian ia
menjadi suatu sistem norma dengan norma lain sehingga tidak berbenturan atau
menimbulkan konflik norma. Hukum memiliki fungsi tidak hanya menegakkan
keadilan tetapi juga menegakkan kepastian. Kepastian hukum menduduki strata
dibawah keadilan. Faktanya sampai saat ini diterapkannya asas prioritas ini
membuat proses penegakan dan pemberlakuan hukum positif di Indonesia masih
dapat berjalan. Adanya kepastian hukum merupakan harapan bagi pencari
keadilan terhdap tindakan sewenang-wenang dari aparat penegak hukum yang
7
terkadang selalu arogansi dalam menjalankan tugasnya sebagai penegak hukum,
yang berkaitan dengan unsur yang pertama yaitu keadilan. Karena dengan adanya
kepastian hukum masyarakat akan tahu kejelasan akan hak dan kewajiban
menurut hukum. Tanpa ada kepastian hukum maka orang akan tidak tahu apa
yang harus diperbuat, tidak mengetahui perbuatanya benar atau salah, dilarang
atau tidak dilarang oleh hukum. Kepastian hukum ini dapat diwujudkan melalui
norma yang baik dan jelas dalam suatu undang-undang dan akan jelas juga
penerapannya. Dengan kata lain kepastian hukum itu berarti tepat hukumnya,
subjeknya dan objeknya serta ancaman hukumanya. Akan tetapi kepastian hukum
mungkin sebaiknya tidak dianggap sebagai elemen yang mutlak ada setiap saat,
tapi sarana yang digunakan sesuai dengan situasi dan kondisi dengan
memperhatikan asas manfaat dan efisiensi. Menurut Gustav Radbruch terkait
dengan kepastian hukum Prinsip-prinsip hukum berupa kepastian Kepastian
hukum merupakan produk dari hukum atau lebih khusus dari perundang-
undangan. Berdasarkan pendapatnya tersebut, maka menurut Gustav Radbruch,
hukum positif yang mengatur kepentingan-kepentingan manusia dalam
masyarakat harus selalu ditaati meskipun hukum positif itu kurang adil. Kepastian
hukum menghendaki adanya upaya pengaturan hukum dalam perundang-
undangan yang dibuat oleh pihak yang berwenang, sehingga aturan-aturan itu
memiliki aspek yuridis yang dapat menjamin adanya kepastian bahwa hukum
berfungsi sebagai suatu peraturan yang harus ditaati. Dari uraian-uraian mengenai
kepastian hukum di atas, maka kepastian dapat mengandung beberapa arti, yakni
adanya kejelasan, tidak menimbulkan multitafsir, tidak menimbulkan kontradiktif,
dan dapat dilaksanakan. Hukum harus berlaku tegas di dalam masyarakat,
mengandung keterbukaan sehingga siapapun dapat memahami makna atas suatu
ketentuan hukum. Hukum yang dimaksud adalah hukum yang mampu menjamin
hak dan kewajiban setiap warga negara sesuai dengan budaya masyarakat yang
ada.
8
Dari nilai-nilai tujuan hukum yang di sampaikan oleh Gustav Radbruch di atas
memiliki keterkaitan hubungan satu sama lain karena pada dasarnya jika dilihat dari
konsep negara Indonesia yang merupakan negara hukum tentunya menjunjung tinggi
keadilan dan hal itu tentulah menjadi prioritas di dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Terkait dengan hubungan dari ketiga nilai dasar hukum yang telah
disebutkan diatas, sekalipun sudah dijelaskan, namun diantara mereka dapat terjadi
ketegangan satu sama lain. Ketegangan itu bisa dimengerti oleh karena ketiga-tiganya
berisi tuntutan yang berbeda satu sama lain yang mengandung potensi untuk
bertentangan. Apabila diambil sebagai contoh kepastian hukum maka sebagai nilai ia
segera menggeser nilai-nilai keadilan dan kegunaan kesamping. Menurut Radbruch, jika
terjadi ketegangan antara nilai-nilai dasar tersebut, kita harus menggunakan dasar atau
asas prioritas dimana prioritas pertama selalu jatuh pada nilai keadilan, baru nilai
kegunaan atau kemanfaatan dan terakhir kepastian hukum. Ini menunjukkan bahwa
Gustav Radbruch menempatkan nilai keadilan lebih utama daripada nilai kemanfaatan
dan nilai kepastian hukum dan menempatkan nilai kepastian hukum dibawah nilai
kemanfaatan hukum.
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari semua uraian di atas dapat kami tarik sebuah kesimpulan bahwa kepastian
adalah perihal (keadaan) yang pasti, ketentuan atau ketetapan. Hukum secara hakiki
harus pasti dan adil. Pasti sebagai pedoman kelakukan dan adil karena pedoman
kelakuan itu harus menunjang suatu tatanan yang dinilai wajar. Hanya karena
bersifat adil dan dilaksanakan dengan pasti hukum dapat menjalankan fungsinya
yaitu kemanfaatan atau berguna bagi masyarakat. Terkait dengan teori tujuan
hukum atau kepastian hukum yang dikemukakan oleh Gustav Radbruch yaitu
terdiri atas Keadilan, Kemanfaatan atau kegunaan, dan Kepastian hukum. Jika
dilihat dari konsep Negara hukum di Indonesia Kepastian hukum adalah hal yang
sulit untuk dicapai karena manfaat hukum dalam masyarakat masih belum bisa
dirasakan secara nyata oleh masyarakat. Hal itu dikarenakan sistem keadilan yang
dikeluarkan oleh penegak hukum atau aparatur negara masih tumpul keatas dan
tajam kebawah artinya keadilan di masyarakat hanya berpihak pada golongan-
golongan elit. Maka dari itu sebagai negara hukum Indonesia seharusnya
mengembangkan konsep tujuan hukum yang dikemukakan oleh Gustav Radbruch
yang sesuai dengan cita-cita masyarakat Indonesia. Namun pada kenyataanna usaha
penegakan hukum yang terjadi malah masih menyimpang dari hal tersebut.
3.2 Saran
Sebagai mahasiswa yang masih pada tahap pembelajaran, harusnya berpikir kritis
mengenai jalannya proses hukum yang adil dalam masyarakat yang mana nantinya
akan menimbulkan kegunaan atau kebermanfaatan hukum itu sendiri dalam
masyakat sehingga kepastian hukum dalam masyarakat dapat terwujud. Kepastian
hukum yang dimaksud yaitu dimana seluruh masyarakat memiliki kedudukan yang
sama dimata hukum dan mendapat pembelaan yang sama di mata hukum. Nmelihat
situasi hukum di negara ini yang tidak teratur sudah saatnya bagi kita generasi
10
muda untuk memperbaiki sistem hukum kearah yang benar sehingga nantinya dapat
membawa negara kita Indonesia kearah yang lebih maju.
11
DAFTAR PUSTAKA
Muslih, “Negara Hukum Indonesia dalam Perspektif Teori Hukum Gustav Radbruch”,
Jurnal Legalitas, volume 4, no 1, Juni 2013, hal 141.
W. Friedmann, 1990, Teori dan Filsafat Hukum, Jakarta: PT. Rajawali Press, hal 118.
Inge Dwisvimiar, “Keadilan dalam Perspektif Ilmu Hukum”, Jurnal Dinamika Hukum,
volume 11, no 3, September 2011, hal 7.
Nurdin Boy, 2014, Filsafat Hukum, Bogor : PT. Pustaka Litera Antarnusa, hal 19
Pusat Bahasa Depdiknas. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi Ketiga). Jakarta:
Balai Pustaka.
12