Anda di halaman 1dari 4

Tugas Review Jurnal Radiofarmaka

Mata kuliah Fisika Medis 2

Disusun oleh:

Ghifari Muhammad Fajri

175090300111030

Fisika

Jurusan Fisika

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Brawijaya

2019
Review Article

Cascini, (2014). 124Iodine: A longer-life positron emitter isotope—new opportunities in


molecular imaging, Hindawi Publishing Corporation, BioMed Research International, 7
pages, Article ID 672094.

1. Pendahuluan

Penggunaan dari radiofarmaka untuk pencitraan biokimia molekuler dan proses fisiologi
secara in vivo telah berkembang menjadi alat diagnostik yang sangat penting di dunia
riset medis modern. Positron emission tomography (PET) belakangan ini menjadi
teknologi paling maju di metode pencitraan molekuler, karena banyak hal seperti
sensitivitas tinggi yang tidak tertandingi, yang diperbolehkan dalam studi in vivo dari
biokimia molekuler. Radionuklida yang sering digunakan pada PET memiliki jangka
setengah hidup yang pendek (seperti, 11𝐶 : 20.4 𝑚𝑖𝑛; 18𝐹 : 109.8 𝑚𝑖𝑛) yang bisa
membatasi kedua hal yaitu prosedur sintesis dari beda radiofarmaka dan jangka waktu
yang panjang dari proses biometabolik pada studi in vivo. Radionuklida dari iodin sangat
luas digunakan pada medis nuklir untuk menandakan antibodi monoklonal, receptors,
dan farmaka lainnya di dalam diagnostik dan terapeutik terapan yang di mana secara
pencitraan kuantitatif dibutuhkan lebih dari beberapa hari.

Sayangnya, nuklida yang sering digunakan,


131 131 123 123 125 123
𝐼𝑜𝑑𝑖𝑛𝑒 ( 𝐼 ), 𝐼𝑜𝑑𝑖𝑛𝑒( 𝐼 ), 𝐼𝑜𝑑𝑖𝑛𝑒 ( 𝐼 ), memiliki keterbatasan.

Karena emisi beta (606 keV, 90%), 131𝐼 sering digunakan untuk terapi. Nuklida
tersebut juga memancarkan beberapa foton gamma yang bisa digunakan untuk pencitraan
SPECT. Puncak emisi energi utama mereka itu sekitar 364 keV dan membutukan
penggunaan kolimator energi tinggi segala keperluan (High Energy All Purpose; HEAP
collimator). Bagaimanapun, spektrumnya dari emisi tersebut kompleks dan beberapa
puncak emisi di atas 364 keV, menyebabkan kontimasi degredasi energi tinggi pada
dosimetri.
123
𝐼 lebih cocok digunakan untuk pencitraan. Energi dari puncak emisi gamma
utamanya adalah 159 keV, yang mendekati dari 140keV-nya Tc-99m untuk desain
kamera gamma yang telah teroptimasi. 123𝐼 dapat citrakan dalam sistem SPECT dengan
kolimator resolusi tinggi energi rendah (Low Energy High Resolition; LEHR collimator),
optimasi untuk Tc-99m (140keV), atau dengan kolimator energi medium (Medium
Energy; ME), optimasi untuk energi yang lebih dari 300 keV. Bagaimanapun,
radionuklida ini juga mengemisi energi berpuncak tinggi, yang lagi bisa menyebabkan
kontaminasi energi tinggi. Keterbatasan dari 123𝐼 yang lainnya adalah nuklida ini
memiliki jangka setengah hidup yang pendek, yang hanya bisa digunakan untuk studi
rapid compounds synthesis dan proses metabolik pendek.
124
𝐼𝑜𝑑𝑖𝑛𝑒( 124𝐼 ) merupakan alternatif lain untuk jangka hidup panjang dari
radionuklida untuk PET, membuat peningkatan untuk studi PET yang berkaitan dengan
klinikal jangka panjang. Nuklida ini memiliki jangka setengah hidup selama 4.2 hari,
dapat membuat pencitraan kuantitatif PET lebih dari beberapa hari. Hanya sekitar 23%
dari hasil disintegrasi pada emisi positron, dan sebagiannya relatif memiliki energi
tinggi. Pada faktanya 124𝐼 memiliki karakter fisik yang sesuai, dalam beberapa
radiofarmaka PET tertentu, yang bisa dimanfaatkan pada dosis rendah; serta resolusi
spasial dari citra radionuklida ini dapat dibandingkan pada hal yang telah diperoleh lebih
dari PET yang konvesional

2. Data Fisik dari 𝟏𝟐𝟒𝑰


124
𝐼 memiliki emisi energi ganda: emisi radiasi beta 1532 keV (11%) dan 2134 keV
(11%) dan emisi gamma 511 keV (46%), 603 603 keV (61%), dan 1691 (11%). Gamma
konstannya adalah 2.05E-4 mSv/hr per MBq @ 1.0 meter. Fisikal hidup paruh (T1/2)
adalah 4.18 hari, hidup paruh biologikal adalah 120-138 hari. Dan waktu paruh
efektifnya adalah 4 hari. Organ yang penting adalah kelenjar tiroid. Radiotoksik berbeda
jika 124𝐼 ditelan (2.82E-7 Sv/Bq) atau dihirup (1.69E-7 Sv/Bq). Jalur dari 124𝐼 𝑜𝑑𝑖𝑛𝑒 bisa
melalui proses menelan, menghirup, tuskan, luka, dan kontimasi pada kulit.

Berdasarkan sifat fisik tersebut, 124𝐼 adalah satu satunya isotop emitor positron umur
panjang dari iodine yang bisa digunakan keduanya yaitu pencitraan dan terapi juga. Efek
dari farmaka 124𝐼 bergantung pada emisi elektron Auger yang berskala lebih kecil dari
nanometer; dapat membunuh keseluruhan sel itu terjadi ketika molekul 124𝐼 meluruh
bersama dengan molekul DNA, ketika diletakan diantara untaian DNAnya.

3. Produksi Isotop

Salah satu dilskema pertama dari produksi 124𝐼 telah berbasis pada 124𝑇𝑒(𝑑, 2𝑛) 124𝐼
dengan reaksi nuklir. Namun, baru-baru ini dengan meningkatnya dari energi rendah
proton cyclotrons, reaksi 124𝑇𝑒(𝑑, 2𝑛) 124𝐼 telah menjadi lebih populer karena reaksi
tersebut memberikan tingkat kemurnian yang sangat tinggi.

Produksi dari 124𝐼 dengan kontaminasi radioaktif tingkatan hidup panjang yang
tinggi, daktornya terdapat pada permforma termal dari target, komposisi target, dan
separasi iodine. Temperatur target adalah aspek yang sangat penting selama produksi
karena hasil yang tinggi membutuhkan arus yang tinggi dari iradiasi yang dibatasi oleh
performa termal dari material target yang bisa dikompensasi dari sistem pendinginan
yang efektif.

4. Penerapan Klinis dari 𝟏𝟐𝟒𝑰

Meningkatnya pencitraan dengan menggunakan PET disertai dengan kebutuhan


radiofarmaka yang serbaguna dan emitor positron dengan jangka setengah hidup yang
panjang, cocok untuk prosedur PET dan dapat menyoroti karakteristik dari sel tumor
(perubahan enzim, peningkatan laju glikolisis, pro tingkat sintesis protein dan lipid, dan
sintesis DNA).

Diantara radionuklida iodine radioaktif yang menggunakan reaksi substitusi ophilic


(ophilic substitution reaction), ada 124𝐼 − 𝑀𝐼𝐵𝐺 , 124𝐼 − 𝐼𝐴𝑍𝐴, 124𝐼 − 𝐼𝐴𝑍𝐺, 𝑑𝑎𝑛 124𝐼 −
𝑑𝑅𝐹𝐼𝐵. 𝑀 − 𝐼𝑜𝑑𝑜𝑏𝑒𝑛𝑧𝑦𝑙𝑔𝑢𝑎𝑛𝑖𝑑𝑖𝑛𝑒 (𝑀𝐼𝐵𝐺) digunakan dalam diagnosis (dilabeli
dengan 123𝐼 𝑎𝑡𝑎𝑢 124𝐼 ) dan terapi (dilabeli dengan 131𝐼 ) dari neuroblastoma dan
pheochromocytoma. Rata rata dosis efektif dari 124𝐼 − 𝑀𝐼𝐵𝐺terhadap orang dewasa laki
laki, diprediksikan berdasarkan data dari binatang, telah tersetimasi menjadi 0.25
mSv/MBq. Percobaan klinis dari pengukuran dosimetri organ dan tumor, menggunakan
124
𝐼 − 𝑀𝐼𝐵𝐺PET/CT pada pasien dengan refaktori atau neuroblasma yang kambuh, dan
dan penilaian keakuratan tumor pencitraan menggunakan 124𝐼 − 𝑀𝐼𝐵𝐺PET/CT versus
123
𝐼 − 𝑀𝐼𝐵𝐺scan dengan pencitraan 3 dimensi menggunakan SPECT atau SPECT/CT
dengan nomor, intensitas serapan, dan lokalisasi dari tempat tumor dalam progress.
124
𝐼 − 𝐼𝐴𝑍𝐴 dan 124𝐼 − 𝐼𝐴𝑍𝐺 adalah agen pencitraan hypoxia dan dengan tambahan
( 18𝐹 − 𝐹𝑀𝐼𝑆𝑂 dan 18𝐹 − 𝐹𝐴𝑍𝐴) dapat digunakan untuk pencitraan dari tumor hypoxia
di sel A431 tikus dengan menggunakan PET.

5. Kesimpulan

Isotop Iodine yang berkaitan dengan 131𝐼 dan 123𝐼 telah mewakili landasan pengobatan
nuklir, penyakit tiroid pada khususnya. Saat ini, isotop ini telah diperkaya oleh 124𝐼 ,
Iodine dengan emisi positron yang lebih lama, yang di mana sifat ini mengambil peran
dalam praktik klinis dari pencitraan molekular.

Faktanya, 124𝐼 dapat menjadi emisi radioaktif yang cocok, menguntungkan,


sederhana, dan terdokumentasi dengan baik pada radiokimia serta produksi standar dan
pemrosesan target. Semua aspek ini bersama dengan PET yang berkualitas tinggi
teknologi menjamin peran aktual dalam pencitraan kanker tiroid, serta aplikasi yang
menjanjikan dalam neurologi dan onkologi.

Kemajuan di masa depan dalam pengembangan penyelidikan akan mengarah pada


produksi radiofarmasi inovatif baru untuk penargetan molekuler spesifik untuk pencitraan
dan terapi di mana emisi elektron Auger dikaitkan dengan tinggi resolusi gambar
kuantitatif.

Anda mungkin juga menyukai