Gangguan irama jantung atau aritmia merupakan komplikasi yang sering terjadi pada
infark miokardium. Aritmia atau disritmia adalah perubahan pada frekuensi dan irama
jantung yang disebabkan oleh konduksi elektrolit abnormal atau otomatis (Doenges, 1999).
Gangguan irama jantung tidak hanya terbatas pada iregularitas denyut jantung tapi juga
termasuk gangguan kecepatan denyut dan konduksi. Aritmia jantung (heart arrhythmia)
menyebabkan detak jantung menjadi terlalu cepat, terlalu lambat, atau tidak teratur. Aritmia
jantung umumnya tidak berbahaya. Kebanyakan orang sesekali mengalami detak jantung
yang tidak beraturan kadang menjadi cepat, kadang melambat. Namun beberapa jenis
aritmia jantung dapat menyebabkan gangguan kesehatan atau bahkan sampai mengancam
nyawa. Aritmia dan HR abnormal tidak harus terjadi bersamaan. Aritmia dapat terjadi
dengan HR yang normal, atau dengan HR yang lambat (disebut bradiaritmia - kurang dari 60
per menit). Aritmia bisa juga terjadi dengan HR yang cepat (disebut tachiaritmia - lebih dari
100 per menit) (Hanafi, 2001).
Pada jantung orang normal, setiap denyut berasal dari nodus SA (irama sinus
normal). Jantung berdenyut sekitar 70 kali dalam satu menit pada keadaan istirahat.
Frekuensi melambat (bradikardia) selama tidur dan dipercepat (takikardia) oleh emosi,
olahraga, demam, dan rangsangan lain. Pada orang muda sehat yang bernapas dengan
frekuensi normal, frekuensi jantung bervariasi sesuai fase pernapasan meningkat selama
inspirasi dan menurun selama ekspirasi, terutama bila kedalaman napas meningkat. Aritmia
sinus ini adalah fenomena normal dan terutama disebabkan oleh fluktuasi persarafan
simpatis di jantung (Ganong, 2008).
Klasifikasi Aritmia
Tipe-tipe Aritmia
Macam-Macam Aritmia
a. Sinus Takikardi
Meningkatnya aktifitas nodus sinus, gambaran yang penting pada ECG adalah : laju
gelombang lebih dari 100 X per menit, irama teratur dan ada gelombang P tegak
disandapan I,II dan aVF.
b. Sinus bradikardi
Penurunan laju depolarisasi atrium. Gambaran yang terpenting pada ECG adalah laju
kurang dari 60 permenit, irama teratur, gelombang p tegak disandapan I,II dan aVF.
d. Takikardi Atrium
Suatu episode takikardi atrium biasanya diawali oleh suatu kompleks atrium prematur
sehingga terjadi reentri pada tingkat nodus AV.
e. Fluter atrium.
Kelainan ini karena reentri pada tingkat atrium. Depolarisasi atrium cepat dan teratur,
dan gambarannya terlihat terbalik disandapan II,III dan atau aVF seperti gambaran
gigi gergaji.
f. Fibrilasi atrium
Fibrilasi atrium bisa tibul dari fokus ektopik ganda dan atau daerah reentri multipel.
Aktifitas atrium sangat cepat sindrom sinus sakit.
Etiologi Aritmia
Penyebab dari aritmia secara umum menurut AHA, 2010 adalah sebagai berikut :
Patofisiologi Aritmia
Aritmia terjadi karena adanya fokus ektopik yang terjadi lebih cepat daripada
pacemaker normal (nodus sinoatrialis=NSA=SAN). Kelainan pembentukan impuls tersebut
disebabkan oleh:
a. Otomatisasi abnormal
Dominasi NSA sebagai pacemaker diambil alih oleh sel otomatik di atria, nodus AV,
sistem his purkinje atau ventrikel bila terjadi depresi NSA, mis. pada bradiaritmia
otomatisasi sel lain yang meningkat, misalnya pada ektopik prematur, takiaritmia
NSA tetap sebagai pacemaker, tetapi pembentukan impulsnya yang abnormal
b. Kelainan konduksi impuls, hantaran terganggu karena:
i. terhambat atau berhenti bradiaritmia
ii. reentrant aritmia (circus movement)
c. Bisa disebabkan oleh kedua-duanya.
Faktor Risiko Aritmia
2) Procainamide untuk ventrikel ekstra sistol atrial fibrilasi dan aritmi yang
menyertai anestesi.
2. Kelas 1 B
Lignocainuntukaritmiaventrikelakibatiskemiamiokard, ventrikeltakikardia.
Mexiletine untuk aritmia entrikel dan VT
3. Kelas 1 C
Flecainide untuk ventrikel ektopik dan takikardi
- Terapi mekanis
1) Kardioversi : mencakup pemakaian arus listrik untuk menghentikan disritmia yang
memiliki kompleks GRS, biasanya merupakan prosedur elektif.
2) Defibrilasi : kardioversi asinkronis yang digunakan pada keadaan gawat darurat.
3) Defibrilator kardioverter implantabel : suatu alat untuk mendeteksi dan
mengakhiri episode takikardi ventrikel yang mengancam jiwa atau pada pasien
yang resiko mengalami fibrilasi ventrikel.
4) Terapi pacemaker : alat listrik yang mampu menghasilkan stimulus listrik berulang
ke otot jantung untuk mengontrol frekuensi jantung.
Asuhan Keperawatan
- Pengkajian
l. Pengkajian primer :
1. Airway
1) Apakah ada peningkatan sekret ?
2) Adakah suara nafas : krekels ?
2. Breathing
1) Adakah distress pernafasan ?
2) Adakah hipoksemia berat ?
3) Adakah retraksi otot interkosta, dispnea, sesak nafas ?
4) Apakah ada bunyi whezing ?
3. Circulation
1) Bagaimanakan perubahan tingkat kesadaran ?
2) Apakah ada takikardi ?
3) Apakah ada takipnoe ?
4) Apakah haluaran urin menurun ?
5) Apakah terjadi penurunan TD ?
6) Bagaimana kapilery refill ?
7) Apakah ada sianosis ?
a. Pengkajian sekunder
a) Riwayat penyakit
1) Faktor resiko keluarga contoh penyakit jantung, stroke, hipertensi.
2) Riwayat IM sebelumnya (disritmia), kardiomiopati, GJK, penyakit katup
jantung, hipertensi.
3) Penggunaan obat digitalis, quinidin dan obat anti aritmia lainnya
kemungkinan untuk terjadinya intoksikasi.
4) Kondisi psikososial
b. Pengkajian fisik
b) Aktivitas : kelelahan umum.
c) Sirkulasi : perubahan TD ( hipertensi atau hipotensi ); nadi mungkin
tidak teratur; defisit nadi; bunyi jantung irama tak teratur, bunyi ekstra,
denyut menurun; kulit warna dan kelembaban berubah misal pucat,
sianosis, berkeringat; edema; haluaran urin menruun bila curah jantung
menurun berat.
d) Integritas ego : perasaan gugup, perasaan terancam, cemas, takut,
menolak,marah, gelisah, menangis.
e) Makanan/cairan : hilang nafsu makan, anoreksia, tidak toleran terhadap
makanan, mual muntah, peryubahan berat badan, perubahan kelembaban
kulit.
f) Neurosensori : pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi, bingung, letargi,
perubahan pupil.
g) Nyeri/ketidaknyamanan : nyeri dada ringan sampai berat, dapat hilang
atau tidak dengan obat antiangina, gelisah.
h) Pernafasan : penyakit paru kronis, nafas pendek, batuk, perubahan
kecepatan/kedalaman pernafasan; bunyi nafas tambahan (krekels, ronki,
mengi) mungkin ada menunjukkan komplikasi pernafasan seperti pada
gagal jantung kiri (edema paru) atau fenomena tromboembolitik pulmonal;
hemoptisis.
i) Keamanan : demam; kemerahan kulit (reaksi obat); inflamasi, eritema,
edema (trombosis siperfisial); kehilangan tonus otot/kekuatan
- Diagnosa dan Rencana Keperawatan
1) Raba nadi (radial, femoral, dorsalis pedis) catat frekuensi, keteraturan, amplitudo dan
simetris.
2) Auskultasi bunyi jantung, catat frekuensi, irama. Catat adanya denyut jantung ekstra,
penurunan nadi.
3) Pantau tanda vital dan kaji keadekuatan curah jantung/perfusi jaringan.
4) Tentukan tipe disritmia dan catat irama : takikardi; bradikardi; disritmia atrial; disritmia
ventrikel; blok jantung
5) Berikan lingkungan tenang. Kaji alasan untuk membatasi aktivitas selama fase akut.
6) Demonstrasikan/dorong penggunaan perilaku pengaturan stres misal relaksasi nafas
dalam, bimbingan imajinasi
7) Selidiki laporan nyeri, catat lokasi, lamanya, intensitas dan faktor penghilang/pemberat.
Catat petunjuk nyeri non-verbal contoh wajah mengkerut, menangis, perubahan TD
8) Siapkan/lakukan resusitasi jantung paru sesuai indikasi
9) Kolaborasi :
1) Pantau pemeriksaan laboratorium, contoh elektrolit
2) Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi
3) Berikan obat sesuai indikasi : kalium, antidisritmi
4) Siapkan untuk bantu kardioversi elektif
5) Bantu pemasangan/mempertahankan fungsi pacu jantung
6) Masukkan/pertahankan masukan IV
7) Siapkan untuk prosedur diagnostik invasif
8) Siapkan untuk pemasangan otomatik kardioverter atau defibrilator
1) Catat frekuensi jantung, irama, serta perubahan tekanan darah selama dan sesudah
aktivitas.
2) Tingkatkan istirahat, batasi aktivitas, dan berikan aktivitas senggang yang tidak berat
3) Anjurkan menghindari peningkatan tekanan abdomen, misalnya mengejan saat
defekasi
4) Jelaskan pola peningkatan bertahap dari tingkat aktivitas.
contoh: bangun dari kursi bila tidak ada nyeri, ambulasi, dan istirahat selama 1 jam
setelah makan
5) Pertahankan rentang gerak pasif selama sakit kritis
6) Pertahankan klien tirah baring sementara sakit akut
7) Evaluasi tanda vital saat kemajuan aktivitas terjadi
8) Berikan waktu untuk istirahat dan beraktivitas.
9) Pertahankan penambahan O2 sesuai pesanan
10) Selama aktivitas, kaji EKG, dispnea, sianosis, kerja dan frekuensi nafas serta keluhan
subyektif.
Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan komponen dari proses keperawatan, adalah kategori dari
perilaku keperawatan dimana tindakan yang digunakan untuk mencapai tujuan dan hasil
yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan. Implementasi
dilakukan sesuai dengan rencana keperawatan yang telah dibuat sebelumnya berdasarkan
masalah keperawatan yang ditemukan dalam kasus, dengan menuliskan waktu
pelaksanaan dan respon klien (Patricia A. Potter, 2005:205).
Evaluasi Keperawatan
Merupakan langkah terakhir dari proses perawatan dengan cara melakukan identifikasi
sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak. Dalam melakukan
evaluasi perawat seharusnya memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam memahami
respon terhadap intervensi keperawatan, kemampuan menggambarkan kesimpulan tentang
tujuan yang dicapai serta kemampuan dalam menghubungkan tindakan keperawatan pada
kriteria hasil. Evaluasi menentukan respons klien terhadap tindakan keperawatan dan
seberapa jauh tujuan perawatan telah terpenuhi (Patricia A. Potter, 2005:216).
. DEFIBRILASI
Dikutip dari AHA dalam ACLS: principle and practice, dalam 4 studi disebutkan
bahwa terdapat hubungan antara interval dari kolaps dengan dimulainya pemberian RKP
3. Pengertian Defibrillator
Defibrillator adalah peralatan elektronik yang dirancang untuk memberikan kejut
listrik dengan waktu yang relatif singkat dan intensitas yang tinggi kepada pasien penyakit
jantung. Pengulangan pemberian kejut listrik paling lama 45 detik sejakjantung berhenti.
Energi Externalyang diberikan antara 50 sampai 400 Joule. Posisi elektroda (paddles) :
anterior - anterior (apex - sternum) atau anterior posterior. Diameter elektroda antara 8 - 10
cm untuk dewasa. Sebelum Pemberian pulse defibrillator pada permukaan elektroda
diberikan gel elektrolit.
4. Jenis-jenis defibrillator
a. DC Defibrillator
DC defibrillator selalu dikalibrasi dalam satuan watt-detik atau joule sebagai ukuran
dari energi listrik yang tersimpan dalam kapasitor.
b. Advisory Defibrillator
Mampu dengan akurat menganalisis ECG dan membuat keputusan
menyalurkan kejutan yang handal.
a. Implan Defibrillator
Bisa digunakan oleh pasien yang beresiko tinggi mengalami ventricular
fibrillation.
6. Metode defibrillator
a. Asinkron
Pemberian shock listrik jika jantung sudah tidak berkontraksi lagi, secara manual
setelah pulsa R.
b. Sinkron
Pemberian shock listrik harus disinkornkan dengan signal ECGdalam keadaan
berfibrasi, jadi bila tombol discharge ditekan kapanpun maka akan membuang
setelah pulsa R secara otomatis.
7. Petunjuk Operasional
1) Ambil paddles dari sisi samping alat
2) Yakinkan dalam keadaan kering
3) Beri krim pada permukaan paddle
4) Tempelkan paddle pada pasien diposisi apeks dan sternum
5) Tekan tombol energy
6) Lakukan pengisian dengan menekan satu tombol pada paddle, lalu proses pengisian
dapat dilihat di monitor
7) Jangan menyentuh pasien
8) Setelah proses pengisiian selesai maka akan terdengar suara “beep”, pada display
muncul tulisan “Defibrillator Ready” dan pada tombol paddle akan menyala
9) Tekan paddle agak menekan ke tengkorak
10) Untuk pengosongan tekan kedua tombol pada paddle secara bersamaan
11) Lihat pada monitor
12) Setelah selesai pilih switch pada tombol energy menunjukkan angka “0”
13) Tekan tombol power
8. Petunjuk Pengamanan
Selama terapi kejut ada yang harus diperhatikan, yaitu Pasien harus :
DAFTAR PUSTAKA
Hanafi B. Trisnohadi. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Ed. 3. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI
Knight, John F. 1997. Jantung Kuat Bernapas Lega. Bandung : Indonesia Publishing House.
Smeltzer, S.C.& Bare, B.G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth (Terjemahan).Edisi 8.Jakarta :EGC.