Disusun oleh :
Suprianto, S.Si., M.Si., Apt.
Alhamdulillahhirabbilamin,
Segala puji bagi Allah SWT atas ridho dan rahmad-Nya, sehingga Modul Praktikum
Kimia Organik (MPKO) ini dapat disusun. MPKO memuat pokok materi yang akan
dipratikumkan. Dengan demikian mahasiswa diharapkan akan memiliki pemahaman
yang lebih mendalam terhadap materi praktikum.
MPKO disiapkan untuk mendampingi pelaksanaan perkuliahan Kimia Organik
melalui pembelajaran di laboratorium. Praktikum didesain dan dilaksanakan secara
sinergis berdasarkan materi tatap muka di dalam kelas. MPKO digunakan sebagai
buku instruksi bagi mahasiswa, asisten, analis, dan pembina dalam menjalankan dan
memahami setiap percobaan.
MPKO memuat reaksi-reaksi dasar dalam kimia organik meliputi subsitutusi
elektrofilik pada senyawa aromatik, reaksi terhadap asam karboksilat, esterifikasi,
asetilasi, dan halogenasi pada senyawa karbonil. Selain memuat reaksi dasar
diharapkan mahasiswa sekaligus memahami teknik dasar sintesa organik. Penulis
menyadari sepenuhnya bahwa buku penuntun ini masih jauh dari kesempurnaan,
terutama dari segi isi dan tata letak, kritik dan saran terhadap edisi berikutnya sangat
kami harapkan.
iii
TATA TERTIB PRAKTIKUM
A. Absensi
1. Praktikan hadir 15 menit sebelum praktikum, terlambat tidak lebih dari 15 menit.
2. Salah satu anggota kelompok terlambat atau tidak hadir, praktikum tetap berjalan.
3. Praktikan berhalangan hadir, harus membuat surat ijin atau surat keterangan sakit.
4. Praktikan wajib mengisi daftar absensi sebelum dan setelah praktikum,.
5. Praktikan dilarang meninggalkan laboratorium tanpa seijin dosen atau asisten.
B. Praktikum
1. Selama praktikum berlangsung tidak boleh merokok, makan dan minum.
2. Praktikan berpakaian Jas Laboratorium, tidak menggunakan sepatu sandal, sandal
atau sandal jepit.
3. Rambut praktikan harus rapi, Praktikan Pria tidak berambut panjang.
4. Praktikan harus membawa bagan kerja, lembar kerja, laporan praktikum
sebelumnya dan alat tulis.
5. Tas harus diletakkan di tempat yang telah ditentukan.
6. Sebelum memakai zat pereaksi, baca etiket botol dengan teliti.
7. Dilarang membuang zat yang tidak larut, asam-basa pekat, atau zat yang
berbahaya ke bak cuci.
iv
DAFTAR ISI
Halaman
v
PERCOBAAN 1
IDENTIFIKASI GUGUS FUNGSI SENYAWA ORGANIK
Senyawa di alam begitu banyak dan melimpah, saat ini diperkirakan sudah
mencapa jutaan dan akan terus bertambah dengan hadirnya senyawa-senyawa baru
hasil sintesis para ahli kimia organik. Senyawa karbon atau yang biasa dikenal dengan
senyawa organik adalah suatu senyawa yang unsur-unsur penyusunnya terdiri dari
atom karbon dan atom-atom hidrogen, oksigen, nitrogen, sulfur, halogen, atau fosfor.
Senyawa organik merupakan senyawa yang paling banyak dibandingkan dengan
senyawa lain.
Eksperimen
Alat
Tabung reaksi, pemanas listrik, pipet tetes, gelas ukur 10 ml, termometer, penangas
air, beaker glass 100 ml, Erlenmeyer.
Bahan
Larutan 5 % Br2 dalam n-oktanol atau CH2 Cl2, toluena, aseton, bensaldehida,
metanol, etanol, 1-propanol, 2-butanol, asetofenon, klorobensena, larutan FeCl3 5%,
larutan 2% KMnO4, larutan 15% NaI dalam aseton, 2% AgNO3 dalam etanol 95%, 5
gram CrO3 dalam 15 ml air dan 5 ml H2SO4 pekat, 2,4-dinitofenilhidrasin, dietilen
glikol atau DMF, HCl pekat, larutan 5% AgNO3, larutan 5% NaOH, larutan NH3
encer, Fehling A: 34,64 g CuSO4.5H2O dalam 500 mL larutan, Fehling B: 65 g NaOH
dan 173 g KNa tartarat dalam 500 ml larutan.
1
Prosedur Kerja
Dimasukkan 3 tetes sampel ke dalam tabung reaksi kering dan bersih. Ditambahkan 2
ml reagen AgNO3. Didiamkan beberapa menit. Dimasukkan tabung reaksi ke
penangas air (50-60oC) bila belum terjadi endapan. Dicatat waktu yang diperlukan
untuk terjadinya endapan untuk setiap sampel.
b. Reagen : larutan 15% NaI dalam aseton kering (harus dibuat baru)
Ditambahkan 3 tetes sampel ke dalam 2 ml reagen NaI ke dalam tabung reaksi kering
dan bersih. Dikocok campuran dalam tabung reaksi dan dibiarkan sekitar 3 menit.
Bila tidak terjadi perubahan, dimasukkan tabung reaksi dalam penangas air pada suhu
50oC. Dicatat waktu yang diperlukan untuk terbentukknya endapan.
3. Uji OH alkohol
Reagen: Larutan Asam Kromat (5 gram CrO3 dalam 15 ml air dan 5 ml H2SO4 pekat)
Dimasukkan 4 tetes sampel ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan 1 tetes aseton,
dan 1 tetes larutan asam kromat, dikocok campuran dan diamati perubahan yang
terjadi, positif jika terjadi perubahan warna dari kuning ke biru kehijauan atau
terbentuk endapan.
2
4. Uji aldehida dan keton
b. Tes Fehling
c. Tes Tollen
Reagen : larutan 5% AgNO3, larutan 5% NaOH, larutan NH3 encer (pengenceran 10
kali ammonia pekat).
5. Uji OH Fenol
Ke dalam tabung reaksi yang bersih dan kering dimasukkan 2 tetes sampel, 1 ml
etanol 95% dan 1 tetes larutan FeCl3 5% . Dilakukan penggojokan kuat-kuat. Diamati
dan dicatat terjadinya perubahan berwarna yang terjadi pada setiap sampel. Perubahan
warna dari oranye ke kehjauan akan pudar terhadap perubahan waktu.
3
Hasil Percobaan
1. Uji Ketidakjenuhan
a. Reaksi dengan Brom
No Sampel Perubahan yang diamati Hasil Percobaan
2. Uji Halogen
a. Reagen AgNO3
No Sampel Perubahan yang diamati Hasil Percobaan
b. Reagen NaI
No Sampel Perubahan yang diamati Hasil Percobaan
4
4. Uji Aldehida dan Keton
a. Reagen 2,4-dinitrofenilhidrazin
No Sampel Perubahan yang diamati Hasil Percobaan
b. Tes Fehling
No Sampel Perubahan yang diamati Hasil Percobaan
c. Tes Tollens
No Sampel Perubahan yang diamati Hasil Percobaan
5. Uji Fenol
No Sampel Perubahan yang diamati Hasil Percobaan
5
PERCOBAAN 2
TITIK LELEH
Titik leleh suatu padatan Kristal didefinisikan sebagai suhu dimana padatan
berubah menjadi cairan di bawah tekanan total satu atmosfer. Pada titik leleh tekanan
uap dari fasa padat sama dengan tekanan uap dari fasa cair yang dinamakan mencair,
sehingga fasa padat dan fasa cair benar-benar dalam kesetimbangan satu sama lain.
Untuk zat murni titik leleh biasanya tajam, rentang pelelehan dari 0,5 – 1,0oC.
Karena ketajaman dalam pelelehan ini, titik leleh dapat digunakan sebagai suatu
kriteria dari kemurnian atau sebagai alat indikasi suatu padatan. Adanya suatu
pengotor yang sedikit larut dalam padatan yang meleleh biasanya akan menghasilkan
suatu daerah pelelehan yang besar dan menurunkan suhu dimana pelelehan terjadi.
.
Gambar 2.1 Alat Melting Point
Ekperimen
Alat : Cawan, pipa kapiler, tabung kapiler, seperangkat alat melting point
Bahan : Asam benzoat, Asam asetil salisilat, Parasetamol, Asam salisilat, Asam sitrat
Prosedur
1. Sejumlah kristal sampel dihaluskan kemudian dimasukkan sedikit dengan cara
menekan mulut kapiler pada serbuk sampel.
2. Tabung kapiler kemudian dipegang vertical dan dimasukkan serbuk Kristal
sampel dan ditutup.
3. Tabung kapiler yang telah berisi serbuk sampel dimasukkan dalam suatu alat
melting point, dicatat titik leleh dari sampel.
6
Hasil Percobaan
Titik Leleh (oC)
Sampel
Literatur Percobaan
Asam benzoat
Asam asetil salisilat
Parasetamol
Asam salisilat
Asam sitrat
7
PERCOBAAN 3
KRISTALISASI
Kristalisasi adalah suatu metode untuk pemurnian senyawa padat yang dihasilkan dari
reaksi organik. Metode rekristalisasi melibatkan 5 tahap:
1. Pemilihan pelarut
Pelarut yang terbaik adalah pelarut dimana senyawa yang dimurnikan hanya larut
sedikit pada suhu kamar tetapi sangat larut pada suhu yang lebih tinggi, misalnya pada
titik didih pelarut tersebut. Pelarut harus memisahkan secara mudah pengotor-
pengotor dan harus mudah menguap, sehingga dapat dipisahkan secara mudah dari
materi yang dimurnikan. Titik didih pelarut harus lebih rendah dari titik leleh padatan.
Pelarut tidak boleh bereaksi dengan zat yang dimurnikan dan harus murah harganya.
2. Kelarutan senyawa padat dalam pelarut panas
Padatan yang dimurnikan harus dilarutkan dalam sejumlah minimum pelarut panas
dalam labu erlenmeyer. Pada titik didihnya, sedikit pelarut ditambahkan sampai
terlihat bahwa tidak ada tambahan materi yang larut lagi.
3. Penyaringan larutan
Larutan jenuh yang masih panas kemudian disaring melalui kertas saring yang
ditempatkan dalam suatu corong saring.
4. Kristalisasi
Filtrat panas kemudian dibiarkan dingin dalam gelas kimia. Zat padat murni
memisahkan sebagai kristal. Jika Kristal tidak terbentuk selama pendinginan filtrat
dalam waktu cukup lama maka larutan harus dibuat lewat jenuh.
5. Pemisahan dan pengeringan Kristal
Kristal dipisahkan dari larutan induk dengan
penyaringan. Penyaringan umumnya dilakukan di
bawah tekanan menggunakan corong buchner. Bila
larutan induk sudah keluar, kristal dicuci dengan
pelarut dingin murni untuk menghilangkan kotoran
yang menempel. Kristal kemudian dikeringkan
dengan menekan kertas saring atau di dalam oven,
desikator vakum atau piston pengeringan.
Gambar 3.1 Corong Buchner
8
Eksperimen
Alat
Tabung reaksi, pipet tetes, penangas air, erlenmeyer, corong Buchner, timbangan, alat
penentu titik leleh.
Bahan
Etanol 95%, etil asetat, aseton, toluena, n-heksana, aquades, norit, kapas, es batu,
sampel A (Tablet Bodrex), sampel B (Tablet Ponstan) dan sampel C (Tablet
Parasetamol)
Prosedur Kerja
a. Pemilihan Pelarut
Dimasukkan masing-masing 0.5 gram sampel A yang telah dihaluskan ke
dalam 6 tabung reaksi. Ditambahkan 2 ml akuades, etanol 95%, etil asetat, aseton,
toluen dan heksana pada masing-masing tabung reaksi. Tabung dikocok dan diamati
kelarutan sampel pada suhu kamar, dicatat hasil pengamatan. Sampel yang tidak larut
dipanaskan, lalu dikocok tabung dan dicatat kelarutannya. Dibiarkan larutan menjadi
dingin dan diamati pembentukan kristalnya. Dilakukan prosedur yang sama untuk
sampel B dan C serta ditentukan pelarut yang sesuai untuk rekristalisasi.
B. Rekristalisasi Sampel
Dimasukkan 0.1 gram sampel A ke dalam erlenmeyer, ditambahkan 2 ml
pelarut yang sesuai dari hasil prosedur A. Dipanaskan campuran perlahan sambil
dikocok hingga semua padatan larut, lalu disaring. Erlenmeyer ditutup dan dibiarkan
filtrat menjadi dingin. Setelah larutan berada dalam suhu kamar, disiapkan ice bath
untuk menyempurnakan proses kristalisasi. Lalu dimasukkan wadah larutan ke dalam
ice bath dan diamati pemebentukan kristalnya. Disaring kristal dan dicuci dengan
sejumlah pelarut dingin menggunakan penyaring Buchner. Lalu dilanjutkan
penyaringan hingga kering. Kristal ditimbang dan dihitung persen recovery-nya.
9
Hasil Percobaan
A. Penentuan Pelarut
Sampel A
Pelarut Suhu Kamar Dipanaskan Didinginkan
TL L TL L TL L
Akuades
Etanol
Etil Asetat
Aseton
Toluena
Heksana
Keterangan: TL = Tidak Larut; L = Larut
Sampel B
Pelarut Suhu Kamar Dipanaskan Didinginkan
TL L TL L TL L
Akuades
Etanol
Etil Asetat
Aseton
Toluena
Heksana
Keterangan: TL = Tidak Larut; L = Larut
Sampel C
Pelarut Suhu Kamar Dipanaskan Didinginkan
TL L TL L TL L
Akuades
Etanol
Etil Asetat
Aseton
Toluena
Heksana
Keterangan: TL = Tidak Larut; L = Larut
10
B. Rekristalisasi Sampel
Perlakuan
Sampel Suhu
Pelarut Panas Dingin Kering Rendemen
Kamar
Terbentuk
Larut Larut Terbentuk
Contoh Etanol serbuk 60%
sebagian semua kristal
kembali
Keterangan:
Rendemen = (Berat Hasil Percobaan/Berat Sampel)x100%
11
PERCOBAAN 4
DESTILASI
a. Destilasi Sederhana
Di dalam destilasi sederhana, dasar pemisahannya adalah perbedaan titik didih
yang jauh atau dengan salah satu komponen bersifat volatil. Jika campuran
dipanaskan maka komponen yang titik didihnya lebih rendah menguap lebih dulu.
Selain perbedaan titik didih, perbedaan kevolatilan, yaitu kecenderungan sebuah
substansi menjadi gas. Destilasi ini dilakukan pada tekanan atmosfer. Destilasi
sederhana dimanfaatkan untuk memisahkan campuran air serta alkohol. Metoda ini
digunakan untuk memurnikan cairan-cairan yang tidak terurai pada titik didihnya dari
pengotor-pengotor non volatil atau memisahkan cairan yang mempunyai perbedaaan
titik didih paling sedikit antara 70-80oC.
12
b. Destilasi Fraksinasi
Destilasi fraksinasi merupakan salah satu destilasi yang berfungsi memisahkan
komponen-komponen cair dari suatu larutan berdasarkan perbedaan titik didihnya.
Konstituen dari suatu campuran cairan yang berbeda titik didihnya sekitar 30oC atau
lebih dapat dipisahkan dengan teknik ini. Susunan peralatan sama dengan destilasi
sedergana, hanya dilengkapi dengan kolom fraksionasi. Aplikasi destilasi varian ini
digunakan pada industri minyak mentah, untuk memisahkan komponen-komponen
dalam minyak mentah.
Perbedaan destilasi fraksionasi dengan destilasi sederhana adalah ada kolom
fraksionasi. Di dalam kolom terjadi pemanasan bertahap dengan suhu berbeda setiap
plat. Pemanasan yang berbeda-beda bertujuan untuk pemurnian distilat yang lebih
dari plat di bawahnya. Semakin ke atas, semakin tidak volatil cairannya.
13
Gambar 4.3 Alat Destilasi Vakum Gambar 4.4 Rotari Epavorator
d. Destilasi Uap
Destilasi uap menguapkan senyawa dengan suhu mendekati 100°C dalam
tekanan atmosfer yang menggunakan uap atau air mendidih. Destilasi uap digunakan
untuk campuran yang tidak larut dalam air, tetapi dapat didestilasi dengan air.
Aplikasi destilasi uap untuk mengekstrak beberapa produk alam, seperti minyak
eucalyptus dari eucalyptus, minyak sitrus dari citrus atau jeruk, dan ekstraksi minyak
parfum yang tumbuhan.
Campuran dipanaskan melampaui uap air yang dialirkan ke dalam campuran.
Uap dari campuran akan naik menuju kondensor lalu masuk ke labu destilat. Metode
ini digunakan untuk memurnikan senyawa organik yang volatil, tidak bercampur
dengan air, mempunyai tekanan uap yang tinggi pada 100oC dan mengandung
pengotor non volatile.
14
Eksperimen
Alat: Set alat distilasi, gelas ukur 10 mL, erlenmeyer, statif, kertas saring.
Bahan: Kayu manis, Magnesium Sulfat anhidrat, batu didih, akuades.
Prosedur Kerja
Prosedur pertama adalah melakukan persiapan sampel. Kayu manis dihaluskan yang
sudah bersih dan kering (dengan jumlah air minimum). Kemudian setting alat distilasi
sesuai gambar pada buku petunjuk praktikum. Dimasukkan 10 g sampel ke dalam
labu alas bulat 250 ml. Labu diisi dengan akuades hingga setengah volume total labu,
ditambahkan batu didih. Dipasang kembali labu pada alat distilasi. Dipanaskan labu
pada mantel pemanas secara perlahan-lahan. Dihentikan distilasi jika sudah diperoleh
distilat sebanyak 100 ml atau telah dipanaskan selama 1-1,5 jam. Dicatat volume
distilat yang diperoleh, dibiarkan distilat beberapa saat hingga diperoleh 2 fasa, fase
air dan fase orgnaik. Dipisahkan minyak atsiri dari air yang ada dalam campuran
distilat lalu ditambahkan sedikit magnesium sulfat pada distilat minyak atsiri dengan
cara dekantasi. Dicatat volume minyak atsiri yang diperoleh. Dihitung rendemen
minyak atsiri yang diperoleh. Diamati bau dan warna dari minyak atsiri tersebut.
Hasil Percobaan
Data dan Perhitungan
Data Awal Kayu Manis
Berat sampel awal : …….gram
Volume air awal : …….ml
Bau : ……………….
Bentuk awal : ……………….
Data Percobaan
Massa minyak yang dihasilkan + Erlenmeyer : …………gram
Massa erlenmeyer : …………gram
Massa destilat yang diperoleh : …………gram
Bentuk : ……………….
Warna : ……………….
Setelah ditambah MgSO4 :………………..
15
PERCOBAAN 5
NITRASI SENYAWA AROMATIS
Reaksi substitusi pada atom karbon alifatik umumnya bersifat nukleofilik dan
reaksi substitusi aromatik bersifat elektrofilik. Mekanisme reaksi substitusi aromatik
elektrofilik dapat dilihat sebagai berikut:
Tahap I:
Tahap II:
16
Eksperimen
Alat
Erlenmeyer, pipet tetes, gelas piala, gelas ukur, penangas es
Bahan
H2SO4 pekat, es batu, HNO3 pekat, toluene, aquadest, klorobenzena, metil benzoat,
nitrobenzena
Prosedur Kerja:
1. Nitrasi Toluena
Sebanyak 3 ml toluena dimasukkan ke dalam erlenmeyer 125 ml yang telah berisi 6
ml H2SO4 pekat. Didinginkan campuran reaksi dalam penangas es hingga tidak terasa
panas. Diaduk campuran reaksi dengan cara menggoyangkan erlenmeyer selama 10
menit. Ditambahkan perlahan campuran 2 ml H2SO4 pekat dan 2 ml HNO3 pekat ke
dalam erlenmeyer yang masih berada dalam penangas es sambil diaduk. Diamati
dengan teliti dan dicatat setiap perubahan yang terjadi pada lembar pengamatan hasil
percobaan.
2. Nitrasi Klorobenzena
Sebanyak 2,25 ml klorobenzena dimasukkan ke dalam erlenmeyer 125 ml yang telah
berisi 6 ml H2SO4 pekat. Didinginkan campuran reaksi dalam penangas es hingga
tidak terasa panas. Diaduk campuran reaksi dengan cara menggoyangkan erlenmeyer
selama 10 menit. Ditambahkan perlahan campuran 2 ml H2SO4 pekat dan 2 ml HNO3
pekat ke dalam erlenmeyer yang masih berada dalam penangas es sambil diaduk.
Diamati dengan teliti dan dicatat setiap perubahan yang terjadi pada lembar
pengamatan hasil percobaan.
17
dengan teliti dan dicatat setiap perubahan yang terjadi pada lembar pengamatan hasil
percobaan.
4. Nitrasi Nitrobenzena
Sebanyak 2,25 ml nitrobenzena dimasukkan ke dalam erlenmeyer 125 ml yang telah
berisi 6 ml H2SO4 pekat. Diaduk campuran reaksi dengan cara menggoyangkan
erlenmeyer selama 20 menit. Ditambahkan perlahan campuran 2 ml H2SO4 pekat dan
2 ml HNO3 pekat ke dalam erlenmeyer sambil diaduk. Diamati dengan teliti dan
dicatat setiap perubahan yang terjadi pada lembar pengamatan hasil percobaan.
Hasil Percobaan
Sampel Hasil Percobaan
Toluena
Klorobenzena
Metil Benzoat
Nitrobenzena
18
PERCOBAAN 6
SINTESA ASPIRIN
Eksperimen
Alat
Penangas air, erlenmeyer 125 ml, batang pengaduk, klem, corong buchner, tabung
reaksi, tabung kapiler, melting blok, bunsen, termometer, buret.
Bahan
Asam asetil salisilat, anhidrida asetat, asam fosfat 85%, aquadest, etanol, FeCl3,
fenolftalein, tablet aspirin, NaOH 0,1 M.
19
Prosedur kerja
Sintesa Aspirin
Ke dalam labu 100 ml dimasukkan 5 g salisilat; 7,5 g asam asetat anhidrida
(BJ: 1,08 g/ml) dan 5 tetes asam sulfat pekat. Campuran dikocok sampai homogen.
Kemudian dipanaskan di atas penangas air (suhu didalam labu ± 50-60 oC) sambil
diaduk dengan termometer selama 15 menit.
Isolasi
Didinginkan sambil tetap diaduk dan ditambah 75 ml air, kemudian disaring dengan
pompa vakum.
Pemurnian
Pemurnian dilakukan dengan rekristalisasi. Pelarut yang digunakan adalah campuran
15 ml alkohol 96% dan 40 ml aquadest. Kristal dimasukkan ke dalam pelarut dan
dipanaskan hingga semua kristal larut, kemudian didinginkan perlahan-lahan akan
diperoleh kristal berbentuk jarum.
Uji Aspirin
Disiapkan 3 tabung reaksi, asam salisilat, aspirin hasil sintesa dan aspirin
murni dimasukkan masing–masing ke dalam tabung reaksi. Kemudian ditambahkan
20 tetes aquadest sanbil digoyang dan ditambah 10 tetes FeCl3 10%, diamati
perubahan warna yang terjadi.
Hasil Percobaan
Sampel Hasil Percobaan
Asam salisilat
Aspirin Pembanding
Aspirin Percobaan
20
PERCOBAAN 7
SINTESIS METIL SALISILAT
Metil salisilat diperoleh dari sintesis atau maserasi dan dilanjutkan dengan
destilasi dari daun Gaultheria procumbens Linne (Familia: Ericaceae) atau kulit
batang betula lente Linne. Metil salisilat berupa cairan, tidak berwarna, kekuningan
atau kemerahan, berbau khas dan rasa seperti gandapura. Mendidih antara 219 oC dan
224 oC disertai peruraian. Senyawa ini sukar larut dalam air, larut dalam etanol, dan
larut dalam asam asetat glasial.
Metil salisilat digunakan sebagai analgetik untuk mengurangi rasa sakit dan
sebagai antipiretik untuk mengurangi demam. Penggunaan obat ini untuk pemakaian
topikal mempunyai potensi analgetik sama dengan turunan salisilat-salisilat lainnya.
Metil salisilat diresorbsi baik oleh kulit dan banyak digunakan dalam obat gosok dan
krim (3-10%) untuk nyeri otot, sendi, dan lain-lain.
Berdasarkan strukturnya, metil salisilat merupakan senyawa ester, yaitu hasil
reaksi esterifikasi antara asam salisilat dengan methanol.
Eksperimen
Alat
Labu alas bulat, labu destilasi, pendingin Liebig, kondensor, tabung reaksi, dan
corong pisah.
Bahan
Asam salisilat, metanol absolut, asam sulfat pekat, natrium bikarbonat,
magnesium sulfat anhidrat
Prosedur Kerja
Sintesis
Ke dalam labu 500 ml dimasukkan 14 gram asam salisilat, ditambahkan 40,5 ml
metanol absolute, 4 ml asam sulfat pekat dan dimasukkan 2-3 buah batu didih. Labu
dihubungkan dengan pendingin tegak, direfluks selama 1,5 jam pada 70 -80 oC.
21
Isolasi
Kelebihan metanol didestilasi pada suhu 80o C, proses dinyatakan optimal jika
tidak ada tetesan destilat. Residu dituang ke corong pisah, diambil lapisan metil
salisilat. Lapisan metil salisilat yang diperoleh ditambahkan larutan natrium
bikarbonat, digojok-gojok, dipisahkan (diulang beberapa kali sampai netral, tidak
terbentuk gelembung CO2). Hasil sintesis dikeringkan dengan cara ditambahkan 2,5
g MgSO4 anhidrida dalam wadah erlenmeyer, didiamkan selama 30 menit pada suhu
kamar, disaring, filtrat dimurnikan lebih lanjut.
Hasil Percobaan
Bahan Awal Hasil
Rendemen
(%)
AsamSalisilat (g) Metanol (ml) AsamSalisilat (g) Metanol (ml)
22
DAFTAR PUSTAKA
1. Brian S. Furniss, B. S., Hannaford, A. J., Smith, P. W. G., Tatchell, A. R., 1989,
Vogel’s Textbook Of Practical Organic Chemistry, 5th edition, Longman
Scientific And Technical, John Wiley and Sons, New York.
2. Wilcox, Jr., C. F., and Wilcox, M. F., 1995, Experimental Organic Chemistry; A
Small-Scale Approach, 2nd edition, Prentice-Hall, Englewood Cliffs, New Jersey.
3. Fessenden, Ralph J, dan Fessenden, Joan S. 1997. Dasar-dasar Kimia Organik.
Jakarta: Bina Aksara
4. Petrucci, Ralph H. 1987. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern, Jilid
3. Jakarta: Erlangga
5. Respati. 1986. Pengantar Kimia Organik Jilid I. Jakarta: Aksara Baru
23