Anda di halaman 1dari 52

BIFURKASI SISTEM MANGSA-PEMANGSA

TIPE MICHAELIS-MENTEN DENGAN


TINGKAT PEMANENAN KONSTAN

FITRIA

DEPARTEMEN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2010
ABSTRAK

FITRIA. Bifurkasi Sistem Mangsa-Pemangsa Tipe Michaelis-Menten dengan Tingkat Pemanenan


Konstan. Dibimbing oleh ENDAR HASAFAH NUGRAHANI dan ALI KUSNANTO.

Sistem mangsa-pemangsa telah dikenal luas dan dikembangkan dengan berbagai tipe. Salah
satunya adalah tipe Michaelis-Menten. Pada karya ilmiah ini dibahas dinamika sistem mangsa-
pemangsa tipe Michaelis-Menten dengan melibatkan tingkat pemanenan konstan. Diasumsikan
bahwa pemanenan hanya dilakukan terus-menerus terhadap mangsa sehingga secara tidak
langsung juga berpengaruh pada pemangsa. Dinamika sistem diprediksi dengan menunjukkan
adanya bifurkasi. Dalam karya ilmiah ini ditunjukkan adanya dua jenis bifurkasi yaitu bifurkasi
titik sadel dan bifurkasi Hopf. Pengaruh tingkat pemanenan terhadap populasi mangsa dan
pemangsa diperlihatkan dengan simulasi numerik.
ABSTRACT

FITRIA. Prey-Predator System Bifurcation Michaelis-Menten Type with Constant Harvesting


Rate. Supervised by ENDAR HASAFAH NUGRAHANI and ALI KUSNANTO.

Prey-predator systems have been widely recognized and developed with various types. One
of them is the Michaelis-Menten type. In this manuscript, the dynamics of prey-predator systems
of Michaelis-Menten type is discussed involving a constant rate of harvesting. It is assumed that
the harvesting is only done continuously to prey, so that it affects the predator only indirectly. The
dynamics of the system is predicted by showing the existence of bifurcation. It has been shown
that there are two types of bifurcations, namely saddle-point and Hopf bifurcation. The effects of
harvesting on the population levels of prey and predators are shown with some numerical
simulations.
BIFURKASI SISTEM MANGSA-PEMANGSA
TIPE MICHAELIS-MENTEN DENGAN
TINGKAT PEMANENAN KONSTAN

FITRIA
G54060240

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Matematika

DEPARTEMEN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2010
Judul : Bifurkasi Sistem Mangsa-Pemangsa Tipe Michaelis-Menten dengan
Tingkat Pemanenan Konstan
Nama : Fitria
NIM : G54060240

Menyetujui

Pembimbing 1 Pembimbing II

Dr. Ir. Endar Hasafah Nugrahani, MS Drs. Ali Kusnanto, M.Si


NIP. 19631228 198903 2 001 NIP. 19650820 199003 1 001

Mengetahui
Ketua Departemen Matematika

Dr. Berlian Setiawaty, MS


NIP. 19650505 198903 2 004

Tanggal Lulus :
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin. Penulis mengucapkan syukur kehadirat Allah SWT atas segala


limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penyusunan
karya ilmiah ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan
ini, penulis juga ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak dan Ibu tersayang, terima kasih atas didikan, kasih sayang, nasihat, semangat, serta
do’a yang tiada henti-hentinya. Do’a yang selalu menjadi penerang jalan penulis.
2. Dr. Ir. Endar Hasafah Nugrahani, MS. selaku dosen pembimbing I, Drs. Ali Kusnanto, M.Si.
selaku pembimbing II. Terimakasih atas waktu, ilmu yang diberikan dan kesabarannyadalam
membimbing penulis. Semua ilmu yang Bu Endar dan Pak Ali berikan sangat bermanfaat
bagi penulis. Terima kasih.
3. Ir. N. K. Kutha Ardana, M.Sc. selaku dosen penguji. Terimakasih atas waktu dan ilmu yang
sangat bermanfaat bagi penulis.
4. Kakak-kakakku tersayang (M. Ali Nasri, Iswandi, dan Risdiyanto), kakak ipar (Neneng Heni
Sri Heryani dan Nuraini), terimakasih atas do’a, semangat dan dukungannya.
5. Adik-adikku tersayang (Elvi Rahayu dan Maulida Khairunnisa), terima kasih atas semangat
dan senyum kebahagiaan yang selalu dirindukan. Segala bentuk ocehan dan larangan adalah
kasih sayang yang suatu saat akan kalian kenang.
6. Keponakanku (Nabila, Rara, dan Quinza), terima kasih atas keceriaan dan senyum manis
yang selalu hadir pada wajah mungil kalian.
7. Fauza Ronal, terima kasih atas semangat dan kasih sayang yang selama ini diberikan.
Kesedihan dan kerinduan yang selalu terobati ketika mendengar tawa dan candamu.
8. Semua dosen Departemen Matematika, terimakasih atas ilmu yang telah diberikan.
9. Pak Yono, Bu Ade, Bu Susi, Mas Bono, Mas Heri, Mas Deni dan seluruh staf pegawai
Departemen Matematika, terimakasih atas bantuannya dalam memperlancar administrasi
akademik bagi penulis di departemen Matematika.
10. Guru-guru SMA N 1 Selatpanjang (Pak Yusuf, Pak Salman, dan lain-lain), SLTP N 1 Tebing
Tinggi, dan SD N 013 Selatpanjang. Tanpamu, penulis takkan berdiri di sini. Terima Kasih.
11. Teman-teman satu bimbingan : Rias, Nene, dan Subro. Terima kasih atas doa, bantuan,
dukungan semangat, dan nasehatnya.
12. Kakak kelas angkatan 42 dan 41 yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu.
13. Teman-teman angkatan 43 : Margi Aa, Suci, Aini Radit, Nene Momogi, Putri Bagus, Lina,
Lia, Erni Tyan, Rias Kriting, Arum Bayu, Nia, Destya, Resti, Nidya, Tami, Maria Herlina,
Narsih, Desy, Ratna Agung, Cici, Vera, Rizki SN, Rizki NS, Kiki, Apri, Ace, Subro, Mamet,
Supri, Irsyad, Copi, Wira, Peli, Arif, Mubarok, Ryan, Fardan, Nanu, Dwi, Adi, Ecka, Sendy,
Dandi, Zul, Adam, Kunto, Syahrul, Faisol, Elly, Hendra, Razon, Kabil, Sabar, Gandi,
Andrew, Ucok, dan Nobo. Terimakasih atas doa, dukungan dan semangatnya, terimakasih
atas kebersamaannya selama 3 tahun di Math’43.
14. Adik kelas angkatan 44 dan 45 yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu.
15. Teman-temanku di Padasuka : Ferra, Emil, dan Dian (berawal dari sekamar di asrama TPB
IPB sampai kost), Merry, Intan, Muti, Puma, Mei, Isti, Eka, Wulanda, Lina, Nabe, Molly,
Ovi, dan lainnya yang tidak bisa ditulis satu per satu, terimakasih atas doa, bantuan, dan
dukungan semangatnya.
16. Ella (sepupu), Eka, Yeyen, Yeni, Indah, Ayu, Jois, Amin, Agung, Agus, Topik, Lambok, Sri,
Sinta, Ana, Ijah, Yuli, Eko, Nova, Ita, Bang Adek, Bang Iwan, Bang Roni, dan lain-lain.
Penulis menyadari tulisan ini masih memiliki kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu dibutuhkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi kita semua, bagi dunia ilmu pengetahuan khususnya
Matematika.

Bogor, Juli 2010

Fitria
RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Selatpanjang, Riau pada tanggal 26 Juni 1988 sebagai anak ke empat dari
enam bersaudara, anak dari pasangan Arpan dan Yusniati. Tahun 2000 penulis lulus dari SDN 013
Selatpanjang. Tahun 2003 penulis lulus dari SLTPN 1 Tebing Tinggi. Tahun 2006 penulis lulus
dari SMAN 1 Selatpanjang dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui
jalur Beasiswa Utusan Daerah (BUD), Tingkat Persiapan Bersama. Pada tahun 2007, penulis
memilih jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah menjadi pengajar Pengantar Matematika dan
Kalkulus I di bimbingan belajar Gumatika, Exacta, dan REC. Penulis pernah menjadi pengajar di
SMA YPHB Bogor (bimbingan persiapan Ujian Nasional). Penulis aktif di Unit Kegiatan
Mahasiswa Koperasi Mahasiswa (UKM Kopma) periode 2006/2007. Penulis pernah menjabat
sebagai bendahara Organisasi Mahasiswa Daerah Rumpun Keluarga Pelajar Mahasiswa Bengkalis
Bogor (OMDA RKPMB Bogor) periode 2008/2009. Penulis juga aktif pada kegiatan
kemahasiswaan Gumatika (Gugus Mahasiswa Matematika) sebagai staf Departemen Keilmuan
periode 2008/2009. Selain itu, penulis pernah terlibat dalam berbagai kegiatan mahasiswa, antara
lain divisi acara Ice Cream Day, Campus Fair KOPMA IPB pada tahun 2007, divisi danus The
Supremacy on The Stove, Campus Fair KOPMA IPB pada tahun 2008, divisi ticketing Try Out
SNMPTN se-Bogor tahun 2008, anggota tim khusus Matematika Ria 2008 (Pesta Sains), serta
divisi acara Math Expo 2008.
DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ..................................................................................................................... vii


DAFTAR GAMBAR ....................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................................ viii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................... viii

I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penulisan...................................................................................................... 1
1.3 Sistematika Penulisan .............................................................................................. 1

II LANDASAN TEORI
2.1 Sistem Persamaan Diferensial Mandiri .................................................................... 2
2.2 Titik Tetap ............................................................................................................... 2
2.3 Pelinearan ................................................................................................................ 2
2.4 Nilai Eigen dan Vektor Eigen .................................................................................. 2
2.5 Titik Tetap Hiperbolik dan Titik Tetap Non-Hiperbolik ......................................... 2
2.6 Analisis Kestabilan Titik Tetap ............................................................................... 2
2.7 Penondimensionalan ................................................................................................ 4
2.8 Siklus Limit ............................................................................................................. 4
2.9 Bifurkasi .................................................................................................................. 4
2.10 Bifurkasi Titik Sadel ................................................................................................ 4
2.11 Bifurkasi Hopf ......................................................................................................... 4

III PEMBAHASAN
3.1 Model ....................................................................................................................... 6
3.2 Titik Tetap ............................................................................................................... 6
3.3 Analisis Kestabilan Titik Tetap ............................................................................... 7
3.4 Bifurkasi .................................................................................................................. 8
3.5 Simulasi ................................................................................................................ 10

IV SIMPULAN ...................................................................................................................... 14

V DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 15

LAMPIRAN ...................................................................................................................... 16
DAFTAR GAMBAR

Halaman
1 Jenis-jenis Kestabilan Titik Tetap ....................................................................................... 3
2 Plot Bidang Fase dan Bidang Solusi untuk Kasus 1 .......................................................... 11
3 Plot Bidang Fase dan Bidang Solusi untuk Kasus 2 .......................................................... 12
4 Bifurkasi Hopf................................................................................................................... 13

DAFTAR TABEL

Halaman
1 Kestabilan Titik Tetap Berdasarkan Jenis Titik Tetap ........................................................ 4
2 Ringkasan Keberadaan dan Kestabilan Titik Tetap ............................................................ 9

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
1 Penondimensionalan Persamaan Model Mangsa-Pemangsa
Tipe Michaelis-Menten ..................................................................................................... 17
2 Mencari Titik Tetap........................................................................................................... 19
3 Pembuktian Lema 3.1........................................................................................................ 21
4 Matriks Jacobi untuk Masing-masing Titik Tetap............................................................. 24
5 Pembuktian Teorema 3.2 .................................................................................................. 26
6 Pembuktian Teorema 3.3 .................................................................................................. 27
7 Pembuktian Teorema 3.4 .................................................................................................. 30
8 Pembuktian Teorema 3.5 .................................................................................................. 32
9 Simulasi Bidang Fase dan Bidang Solusi
Bifurkasi Titik Sadel Kasus 1............................................................................................ 33
10 Simulasi Bidang Fase dan Bidang Solusi
Bifurkasi Titik Sadel Kasus 2............................................................................................ 37
11 Simulasi Bifurkasi Hopf .................................................................................................... 42
I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang sistem mangsa-pemangsa yang memuat tipe


Michaelis-Menten akan dinondimensionalkan
Dalam suatu populasi, akan terjadi dengan skala tertentu. Faktor pemanenan
interaksi antar spesies, di mana dua spesies diikutsertakan dalam model, namun
berinteraksi dalam suatu rantai makanan. diasumsikan bahwa tingkat pemanenan hanya
Interaksi ini dapat berupa sistem mangsa- berpengaruh terhadap populasi mangsa.
pemangsa atau sistem kompetisi. Abrams dan Mengingat bahwa mangsa merupakan sumber
Ginzburg (2000) menyebutkan bahwa respon makanan bagi pemangsa, maka secara
fungsional yang melebihi rentang waktu otomatis pemanenan pada populasi mangsa
ekologi bergantung pada kepadatan populasi akan mempengaruhi populasi pemangsa
mangsa maupun pemangsa, terutama ketika secara tidak langsung. Dinamika global dari
pemangsa harus mencari makanan. Oleh sistem ini diprediksi dengan menunjukkan
karena itu, mangsa dan pemangsa harus terjadinya perubahan struktur (bifurkasi) pada
berbagi atau bersaing untuk mendapatkan sistem [Xiao, 2005].
makanan. Secara matematis, dari sudut pandang
Dalam dinamika populasi, beberapa ahli bifurkasi, pertanyaan yang sangat menarik
mengamati sistem mangsa-pemangsa yang adalah jenis bifurkasi apa yang akan terjadi
memuat tipe Michaelis-Menten. Dinamika ketika model diganggu oleh perubahan nilai
model ini telah dipelajari oleh beberapa konstanta (tingkat pemanenan) yang kecil.
peneliti dalam jurnalnya yaitu Kuang dan
Beretta (1998) dan Kuang (1999) yang 1.2 Tujuan Penulisan
memperlihatkan adanya dinamika pada sistem
ini. Tujuan dari penulisan karya ilmiah ini
Xiao (2005) menyebutkan bahwa dari adalah untuk memperlihatkan jenis bifurkasi
sudut pandang biologi, jika ada titik tetap yang terjadi pada sistem mangsa-pemangsa
positif pada model, untuk beberapa nilai yang memuat tipe Michaelis-Menten dengan
parameter tertentu baik mangsa maupun tingkat pemanenan konstan dan simulasi
pemangsa masih bisa mengalami kepunahan. bifurkasi tersebut dalam berbagai parameter.
Kepunahan mangsa dan pemangsa terjadi
dalam dua cara yang berbeda. Salah satu cara 1.3 Sistematika Penulisan
adalah kedua spesies akan mengalami
kepunahan tanpa memperhatikan kepadatan Pada bab pertama akan dijelaskan latar
awal populasi. Cara lain adalah kedua spesies belakang dan tujuan dari penulisan karya
akan punah hanya jika mangsa maupun ilmiah ini. Bab dua berisi landasan teori yang
pemangsa memiliki rasio awal yang terlalu menjadi konsep dasar dalam penyusunan
rendah. Sedangkan dari sudut pandang pembahasan. Pada bab tiga akan dibahas
kebutuhan manusia, perlu untuk pencarian titik tetap pada rasio ketergantungan
mempertimbangkan adanya eksploitasi model mangsa-pemangsa dengan laju
sumber daya alam hayati dan pemanenan pemanenan konstan dan analisis kestabilan
populasi yang umumnya dipraktekkan di titik tetapnya. Kemudian dilanjutkan dengan
perikanan, kehutanan, dan pengelolaan satwa analisis bifurkasi yang terjadi pada model
liar. tersebut. Simpulan dari karya ilmiah ini akan
Dalam karya ilmiah ini, untuk dibahas pada bab empat.
penyederhanaan matematis, bentuk awal

1
II LANDASAN TEORI

2.1 Sistem Persamaan Differensial 𝜕𝑓 𝜕𝑓


Mandiri 𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝑢
𝑢
= + 𝑂 𝑢2 , 𝑣 2 , 𝑢𝑣
Perhatikan sistem persamaan differensial 𝑣 𝜕𝑔 𝜕𝑔 𝑣
(SPD) berikut : 𝜕𝑥 𝜕𝑦
𝑑𝑥 𝜕𝑓 𝜕𝑓
= 𝐹 𝑥, 𝑦
𝑑𝑡 𝜕𝑥 𝜕𝑦
(2.1) Matriks 𝐴= 𝜕𝑔 𝜕𝑔
disebut
𝑑𝑦 𝜕𝑥 𝜕𝑦
= 𝐺 𝑥, 𝑦 𝑥 ∗ ,𝑦 ∗
𝑑𝑡 matriks Jacobi pada titik tetap 𝑥 ∗ , 𝑦 ∗ .
𝐹 dan 𝐺 adalah fungsi kontinu dari 𝑥 dan 𝑦
dengan turunan parsial pertama kontinu, Karena 𝑂 𝑢2 , 𝑣 2 , 𝑢𝑣 → 0 maka dapat
diabaikan sehingga didapat persamaan linear :
dengan laju perubahan 𝑥 dan 𝑦 dinyatakan
dengan fungsi eksplisit dari 𝑥 dan 𝑦 sendiri 𝜕𝑓 𝜕𝑓
dan tidak mengandung 𝑡 di dalamnya. SPD 𝑢 𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝑢
= (2.3)
(2.1) disebut sebagai sistem persamaan 𝑣 𝜕𝑔 𝜕𝑔 𝑣
differensial autonomous/mandiri. 𝜕𝑥 𝜕𝑦
[Farlow, 1994]
[Strogatz,1994]
2.2 Titik Tetap
2.4 Nilai Eigen dan Vektor Eigen
Misalkan diberikan persamaan differensial
Misalkan matriks 𝐴 berukuran 𝑛 × 𝑛.
(SPD) sebagai berikut :
𝑑𝑥 Suatu vektor tak nol 𝒙 di 𝑅𝑛 disebut vektor
= 𝑥 = 𝑓 𝑥 , 𝑥 ∈ 𝑅𝑛 (2.2) eigen dari 𝐴 jika untuk suatu skalar, yang
𝑑𝑡 disebut nilai eigen dari 𝐴 berlaku :

Titik 𝑥 disebut titik tetap jika memenuhi
𝐴𝒙 = 𝜆𝒙 (2.4)
𝑓 𝑥 ∗ = 0. Titik tetap disebut juga titik kritis
Vektor 𝒙 disebut vektor eigen yang
atau titik kesetimbangan. Untuk selanjutnya
akan digunakan istilah titik tetap. bersesuaian dengan nilai eigen 𝜆.
[Tu, 1994] Untuk mencari nilai eigen dari matriks 𝐴 yang
berukuran 𝑛 × 𝑛, maka persamaan (2.4) dapat
2.3 Pelinearan ditulis sebagai berikut :
𝐴 − 𝜆𝐼 𝒙 = 0 (2.5)
Misalkan : Dengan 𝐼 adalah matriks identitas.
𝑥 = 𝑓 𝑥, 𝑦 Persamaan (2.5) mempunyai solusi tak nol
𝑦 = 𝑔 𝑥, 𝑦 jika dan hanya jika :
Andaikan 𝑥 ∗ , 𝑦 ∗ adalah titik tetap dari 𝑑𝑒𝑡 𝐴 − 𝜆𝐼 = 0 (2.6)
persamaan di atas, maka 𝑓 𝑥 ∗ , 𝑦 ∗ = 0 dan Persamaan (2.6) disebut persamaan
𝑔 𝑥 ∗ , 𝑦 ∗ = 0. Misalkan 𝑢 = 𝑥 − 𝑥 ∗ dan karakteristik dari 𝐴.
𝑣 = 𝑦 − 𝑦 ∗ maka didapatkan : [Tu, 1994]

𝑢=𝑥 2.5 Titik Tetap Hiperbolik dan Titik


𝑢 = 𝑓 𝑥 ∗ + 𝑢, 𝑦 ∗ + 𝑣 Tetap Non-Hiperbolik
𝜕𝑓 𝜕𝑓
𝑢 = 𝑓 𝑥∗, 𝑦∗ + 𝑢 +𝑣 + 𝑂 𝑢2 , 𝑣 2 , 𝑢𝑣 Titik 𝑥 ∗ disebut titik tetap hiperbolik jika
𝜕𝑥 𝜕𝑦 pelinearan 𝐴𝑥 menghasilkan akar karakteristik
𝜕𝑓 𝜕𝑓
𝑢=𝑢 +𝑣 + 𝑂 𝑢2 , 𝑣 2 , 𝑢𝑣 dengan bagian real tak nol dan titik 𝑥 ∗ disebut
𝜕𝑥 𝜕𝑦 titik tetap non-hiperbolik jika dari pelinearan
𝐴𝑥 ada akar karakteristik dengan bagian real
𝑣=𝑦 sama dengan nol.
𝑣 = 𝑔 𝑥 ∗ + 𝑢, 𝑦 ∗ + 𝑣 [Tu, 1994]
𝜕𝑔 𝜕𝑔
𝑣 = 𝑔 𝑥∗, 𝑦∗ + 𝑢 +𝑣 + 𝑂 𝑢2 , 𝑣 2 , 𝑢𝑣
𝜕𝑥 𝜕𝑦 2.6 Analisis Kestabilan Titik Tetap
𝜕𝑔 𝜕𝑔
𝑣=𝑢 +𝑣 + 𝑂 𝑢2 , 𝑣 2 , 𝑢𝑣 Misal diberikan matriks 𝐴 berukuran 2 × 2
𝜕𝑥 𝜕𝑦 sebagai berikut :
Dalam bentuk matriks :

2
3

- Jika 𝜏 < 0 dan kedua nilai eigen real


𝑎 𝑏 bernilai negatif maka titik tetap
𝐴=
𝑐 𝑑 bersifat “simpul stabil”.
dengan persamaan karakteristik  𝜏 2 − 4Δ < 0.
𝑑𝑒𝑡 𝐴 − 𝜆𝐼 = 0, dan 𝐼 adalah matriks - Jika 𝜏 > 0 dan kedua nilai eigen
identitas, maka persamaan karakteristiknya imajiner (𝜆1,2 = 𝛼 ± 𝑖𝛽) maka titik
𝑎−𝜆 𝑏
menjadi 𝑑𝑒𝑡 = 0, sedemikian tetap bersifat “spiral tak stabil”.
𝑐 𝑑−𝜆
sehingga diperoleh persamaan : - Jika 𝜏 < 0 dan kedua nilai eigen
𝜆2 − 𝜏𝜆 + Δ = 0 imajiner (𝜆1,2 = 𝛼 ± 𝑖𝛽) maka titik
dengan tetap bersifat “spiral stabil”.
𝜏 = 𝑡𝑟𝑎𝑐𝑒 𝐴 = 𝑎 + 𝑑 = 𝜆1 + 𝜆2 - Jika 𝜏 = 0 dan kedua nilai eigen
Δ = det 𝐴 = 𝑎𝑑 − 𝑏𝑐 = 𝜆1 𝜆2 imajiner murni (𝜆1,2 = ±𝑖𝛽) maka
Dengan demikian diperoleh nilai eigen titik tetap bersifat “center”.
dari 𝐴 adalah :  𝜏 2 − 4Δ = 0.
𝜏 ± 𝜏 2 − 4∆ Parabola 𝜏 2 − 4Δ = 0 adalah garis
𝜆1,2 = batas antara simpul dan spiral. Star
2
nodes dan degenerate terletak pada
 Kasus Δ < 0. parabola ini. Jika kedua nilai eigen
Jika kedua nilai eigen real berbeda tanda bernilai sama maka titik tetap bersifat
maka titik tetap bersifat sadel. “simpul sejati”.

 Kasus ∆ > 0.  Kasus ∆ = 0.


Jika salah satu nilai eigen bernilai nol
 𝜏 2 − 4Δ > 0.
maka titik asal bersifat “titik tetap tak
- Jika 𝜏 > 0 dan kedua nilai eigen real
terisolasi”.
bernilai positif maka titik tetap
[Strogatz, 1994]
bersifat “simpul tak stabil”.
Berikut diberikan gambar jenis-jenis
kestabilan titik tetap :

Sadel Simpul tak stabil Simpul stabil Spiral tak stabil

Spiral stabil Center Stabil terisolasi


Gambar 1. Jenis-jenis Kestabilan Titik Tetap

Diberikan juga ringkasan jenis-jenis tetapnya (hiperbolik dan non-hiperbolik) [Tu,


kestabilan titik tetap berdasarkan jenis titik 1994] :
4

Tabel 1 Kestabilan Titik Tetap Berdasarkan Jenis Titik Tetap

Titik Tetap Hiperbolik


Nilai eigen 𝜆1 , 𝜆2 Sifat

Kasus 1 : (i) Real, 𝜆 berbeda, sama tanda Simpul stabil atau simpul tak stabil
𝜏 2 − 4∆ > 0
(ii) Real, 𝜆 berbeda, beda tanda Titik sadel

Kasus 2 : 𝜏
𝜆1 = 𝜆2 = 𝜆 = < atau > 0 Simpul sejati
𝜏 2 − 4∆ = 0 2

Kasus 3 :
𝜆 = 𝛼 ± 𝑖𝛽, 𝛼 ≠ 0 ≠ 𝛽 Spiral stabil atau spiral tak stabil
𝜏 2 − 4∆ < 0

Titik Tetap Non-Hiperbolik


Nilai eigen 𝜆1 , 𝜆2 Sifat

Kasus 4 : (i) 𝜆𝑖 = 0 ≠ 𝜆𝑗 𝑖 ≠ 𝑗 → ∆ = 0 Simple degenerate


𝜏 2 − 4∆ > 0 (ii) 𝜆1 = 0 = 𝜆2 → ∆ = 0 = 𝜏 Double degenerate

Kasus 5 : 𝜏
𝜆1 = 𝜆2 = =0→𝜏=0 Double degenerate
𝜏 2 − 4∆ = 0 2

Kasus 6 :
𝜆 = ±𝑖𝛽, 𝜏=0<∆ Center
𝜏 2 − 4∆ < 0

2.7 Penondimensionalan Pada bifurkasi satu-dimensi ditemukan


kasus-kasus untuk bifurkasi saddle-node,
Penondimensionalan adalah suatu metode
bifurkasi transcritical, dan bifurkasi pitchfork
untuk menyederhanakan suatu persamaan
(supercritial dan subcritical). Sedangkan pada
banyak parameter menjadi persamaan dengan
kasus dua-dimensi ditemukan kasus bifurkasi
sedikit parameter.
Hopf.
[Strogatz, 1994]
2.10 Bifurkasi Titik Sadel (Saddle-Node)
2.8 Siklus Limit (Lymit Cycle)
Bifurkasi saddle-node adalah bifurkasi
Siklus limit adalah orbit tertutup yang
yang terjadi jika salah satu sisi dari nilai
terisolasi. Terisolasi artinya bahwa orbit di
parameter tidak terdapat titik tetap dan pada
sekelilingnya menuju atau menjauhi siklus
sisi lain terdapat dua titik tetap, dimana yang
limit.
satu stabil dan yang lainnya tidak stabil.
[Strogatz, 1994]
[Strogatz, 1994]
2.9 Bifurkasi
2.11 Bifurkasi Hopf
Bifurkasi adalah suatu kondisi di mana
Teorema :
terjadinya perubahan pada sistem, bisa berupa
Misalkan :
perubahan banyaknya titik tetap atau 𝑑𝑥
perubahan kestabilan titik tetap. Titik yang = 𝐹 𝑥, 𝑣 (2.7)
mengalami kondisi ini disebut titik bifurkasi. 𝑑𝑡
adalah sistem persamaan diferensial mandiri
[Strogatz, 1994]
orde-2 yang nilai masing-masing parameter
5

𝑣 ∈ −𝑣0 , 𝑣0 di mana 𝑣0 positif dan vektor tr 𝐴 0 = 0, det 𝐴 0 > 0 (2.10)


fungsi 𝐹 ∈ 𝐶 2 𝐷 × −𝑣0 , 𝑣0 di mana 𝐷 Jika matriks 𝐵 𝑣 , didefinisikan oleh :
adalah daerah asal pada 𝑅2 . Misalkan bahwa 𝐴 𝑣 = 𝐴 0 + 𝑣𝐵 𝑣 (2.11)
sistem (2.7) memiliki titik singular untuk maka tr 𝐵(0) ≠ 0 sehingga ada solusi
masing-masing 𝑣, sehingga : periodik dari (2.7) untuk 𝑣 disekitar 𝑣 = 0
2𝜋
𝐹 𝑥, 𝑣 = 0 ⇒ = 𝑎𝑣 (2.8) dan 𝑥 disekitar 𝑎 dengan periode 𝑇 =
𝑤
Misalkan 𝐴 𝑣 matriks pelinearan dari untuk 𝑣 yang kecil.
(2.7) untuk titik singular 𝑎 𝑣 , maka : Bukti : Lihat Murray, 1993.
𝐴 𝑣 = ∇x 𝐹(𝑥, 𝑣) 𝑥=𝑎(𝑣) (2.9) [Murray, 1993]
Misalkan bahwa 𝐴 0 memiliki nilai eigen
imajiner murni ±𝑖𝑤, 𝑤 ≠ 0, sehingga :
III PEMBAHASAN

3.1 Model jelas bahwa aktivitas pemanenan mengurangi


populasi pemangsa secara tidak langsung
Sistem mangsa-pemangsa telah dikenal
dengan mengurangi ketersediaan mangsa
luas dan dikembangkan dengan berbagai tipe
untuk pemangsa.
seperti model mangsa-pemangsa klasik yang
Masalah tersebut diformulasikan sebagai
sering disebut Lotka-Volterra dan model
berikut :
mangsa-pemangsa Bazykin. 𝑎𝑥𝑦
Dalam karya ilmiah ini akan dibahas tipe 𝑥 =𝑥 1−𝑥 − −𝑕
𝑦+𝑥
lain dari model mangsa-pemangsa yaitu model
(3.3)
mangsa-pemangsa yang memuat tipe 𝑏𝑥
Michaelis-Menten dengan tingkat pemanenan 𝑦 = 𝑦 −𝑑 +
konstan. 𝑦+𝑥
Sistem mangsa-pemangsa yang memuat di mana :
tipe Michaelis-Menten memiliki bentuk 𝑥 𝑡 = kepadatan populasi mangsa
sebagai berikut : pada waktu 𝑡
𝑥 𝑐𝑥𝑦 𝑦 𝑡 = kepadatan populasi pemangsa
𝑥 = 𝑟𝑥 1 − − pada waktu 𝑡
𝐾 𝑚𝑦 + 𝑥
(3.1) 𝑎 = tingkat tertangkapnya mangsa oleh
𝑓𝑥 pemangsa
𝑦 = 𝑦 −𝐷 + 𝑏 = tingkat kemudahan pemangsaan oleh
𝑚𝑦 + 𝑥
di mana : pemangsa
𝑥 𝑡 = kepadatan populasi mangsa 𝑑 = laju kematian pemangsa
pada waktu 𝑡 𝑕 = tingkat pemanenan
𝑦 𝑡 = kepadatan populasi pemangsa dengan 𝑎, 𝑏, 𝑑, dan 𝑕 adalah konstanta positif.
pada waktu 𝑡 Berikut akan dicari titik tetap di 𝑅+2 dari
𝑟 = laju pertumbuhan intrinsik sistem (3.3) dengan mempertimbangkan
𝐾 = daya dukung lingkungan bahwa kondisi awal yang bermakna secara
𝐷 = laju kematian pemangsa biologis yaitu 𝑥 0 ≥ 0 dan 𝑦 0 ≥ 0.
Kemudian akan dianalisis kestabilan di sekitar
𝑐 = tingkat tertangkapnya mangsa oleh
titik tetap tersebut serta bifurkasi yang terjadi.
pemangsa
𝑚 = konstanta tingkat kejenuhan
3.2 Titik Tetap
𝑓 = tingkat kemudahan pemangsaan oleh
pemangsa Berikut akan ditentukan titik tetap dari
Untuk penyederhanaan matematis, persamaan (3.3) :
dilakukan penondimensionalan dengan skala 𝑑𝑥
𝑡 → 𝑟𝑡 , 𝑥 → 𝑥/𝐾, dan 𝑦 → 𝑚𝑦/𝐾 maka 𝑥= =0
𝑑𝑡
persamaan (3.1) menjadi : dan
𝑎𝑥𝑦 𝑑𝑦
𝑥 =𝑥 1−𝑥 − 𝑦= =0
𝑦+𝑥 𝑑𝑡
(3.2) 𝑑𝑦
Dari 𝑦 = = 0 diperoleh :
𝑏𝑥 𝑑𝑡
𝑦 = 𝑦 −𝑑 + 𝑦=0
𝑦+𝑥 atau
𝑐 𝑓 𝐷
di mana 𝑎 = , 𝑏 = , dan 𝑑 = . (𝑏 − 𝑑)
𝑚𝑟 𝑟 𝑟 𝑦= 𝑥
(Langkah-langkah penondimensionalannya 𝑑
dapat dilihat pada lampiran 1) Sehingga diperoleh :
Untuk mempermudah dan menjaga 1 + (−1)𝑖 1 − 4𝑕
dampak atau pengaruh biologis, parameter 𝑇1 = 𝑥𝑖 , 𝑦𝑖 = ,0
2
𝑎, 𝑏, dan 𝑑 berturut-turut memiliki arti yang (3.4)
sama dengan 𝑐, 𝑓, dan 𝐷. 𝑇2 = 𝑥𝑖∗ , 𝑦𝑖∗
Diasumsikan bahwa tingkat pemanenan
𝑏 − 𝑎 𝑏 − 𝑑 + (−1)𝑖 ∆ 𝑏 − 𝑑 ∗
konstan hanya berpengaruh pada perubahan = , 𝑥𝑖
populasi mangsa yang diambil secara kontinu. 2𝑏 𝑑
Aktivitas pemanenan tidak mempengaruhi
populasi pemangsa secara langsung. Hal ini

6
7

di mana ∆ = 𝑎 𝑏 − 𝑑 − 𝑏 2 − 4𝑕𝑏 2 dan 𝜕𝑓 𝜕𝑓


𝑖 = 1, 2. 𝜕𝑥 𝜕𝑦
(Penurunan rumusnya dapat dilihat pada 𝐴=
𝜕𝑔 𝜕𝑔
lampiran 2)
Berikut lema yang menjelaskan jumlah 𝜕𝑥 𝜕𝑦
dan lokasi titik tetap dari model (3.3) [Xiao, (3.6)
2 2
2005]. 𝑎𝑦 𝑎𝑥
1 − 2𝑥 − 2

𝑦+𝑥 𝑦+𝑥 2
Lema 3.1 : 𝐴=
𝑏𝑦 2 𝑏𝑥 2
1) Sistem (3.3) tidak memiliki titik tetap di 2
−𝑑 +
𝑦+𝑥 𝑦+𝑥 2
1
𝑅+2 jika 𝑕 > . di mana 𝑥 dan 𝑦 masing-masing adalah
4
2) Sistem (3.3) memiliki satu titik tetap di koordinat titik tetap. Disubstitusikan hasil titik
1 1 tetap (3.4) sehingga diperoleh :
𝑅+2 , yaitu 𝑥, 𝑦 = , 0 jika 𝑕 = .
2 4
3) Sistem (3.3) memiliki dua dua titik tetap di 𝑖+1
𝐴 𝑥 𝑖 ,𝑦 𝑖 = −1 1 − 4𝑕 −𝑎
𝑅+2 , yaitu 𝑥1 , 𝑦1 dan 𝑥2 , 𝑦2 jika salah
satu kondisi berikut ini terpenuhi: 0 𝑏−𝑑
1 (3.7)
(3.i) 𝑏 ≤ 𝑑 dan 0 < 𝑕 < ; 𝐴
4 𝑥 𝑖∗ ,𝑦𝑖∗
𝑏 1
(3.ii) 𝑏 − 𝑑 ≥ dan 0 < 𝑕 < ; 𝑎 𝑏 − 𝑑 𝑑 + −1 𝑖+1 𝑏 ∆ −𝑎𝑑 2
𝑎 4
𝑏 𝑎 𝑏−𝑑 −𝑏 2 2
(3.iii) 0 < 𝑏 − 𝑑 < dan < = 𝑏 𝑏2
𝑎 2𝑏 2
1 𝑏−𝑑 𝑑 𝑏−𝑑
𝑕< . −
4 𝑏 𝑏
4) Sistem (3.3) memiliki tiga titik tetap di 𝑅+2 ,
𝑏−𝑎 𝑏−𝑑 𝑏−𝑑
(Penurunan rumusnya dapat dilihat pada
yaitu 𝑥∗, 𝑦∗ = , 𝑥∗ , lampiran 4)
2𝑏 𝑑
𝑏 Dinamika model (3.5) di sekitar titik tetap
𝑥1 , 𝑦1 , dan 𝑥2 , 𝑦2 jika 0 < 𝑏 − 𝑑 <
𝑎 secara langsung berasal dari sifat nilai eigen
𝑎 𝑏−𝑑 −𝑏 2 1
dan =𝑕< . dari matriks A pada keseimbangan. Berikut
2𝑏 4
5) Sistem (3.3) memiliki empat titik tetap di diberikan Teorema 3.2 [Xiao, 2005] :
𝑅+2 , yaitu 𝑥1∗ , 𝑦1∗ , 𝑥2∗ , 𝑦2∗ , 𝑥1 , 𝑦1 dan
1
𝑏
𝑥2 , 𝑦2 , jika 0 < 𝑏 − 𝑑 < dan 0 < 𝑕 < Teorema 3.2. Jika 𝑕 = , sistem (3.3) hanya
𝑎 4
1
𝑎 𝑏−𝑑 −𝑏 2 1 memiliki satu titik tetap 𝑥, 𝑦 = , 0 , dan
𝑚𝑖𝑛 , . 2
2𝑏 4
(i) 𝑥, 𝑦 merupakan degenerate jika 𝑏 ≠ 𝑑;
(Pembuktian Lema 3.1 dapat dilihat pada (ii) 𝑥, 𝑦 merupakan double degenerate jika
lampiran 3) 𝑏 = 𝑑.
Berdasarkan titik tetap yang diperoleh,
Bukti : Lihat lampiran 5.
berikut akan dianalisis kestabilan titik 1 2
tetapnya. Dalam Teorema 3.2, 𝑥 = − 𝑥 − −
2
𝑎𝑥𝑦 2
3.3 Analisis Kestabilan Titik Tetap < 0 di R  yang mengisyaratkan bahwa
𝑥+𝑦
untuk beberapa nilai awal, spesies mangsa
Pada bagian ini akan dipertimbangkan
mungkin akan punah seiring dengan
sistem mangsa-pemangsa yang memuat tipe
meningkatnya waktu. Dan jika 𝑏 ≤ 𝑑, laju
Michaelis-Menten dengan tingkat pemanenan
kematian pemangsa 𝑑 lebih besar dari tingkat
konstan berikut :
𝑎𝑥𝑦 kemudahan pemangsaan oleh pemangsa 𝑏,
𝑥 = 𝑓 𝑥, 𝑦 = 𝑥 1 − 𝑥 − −𝑕 𝑦 < 0. Oleh karena itu untuk beberapa nilai
𝑦+𝑥
(3.5) awal tertentu spesies pemangsa akan punah
𝑏𝑥 seiring meningkatnya waktu. Tetapi keduanya
𝑦 = 𝑔 𝑥, 𝑦 = 𝑦 −𝑑 + tidak bisa punah secara bersamaan.
𝑦+𝑥 Untuk pembangunan sumber daya
berkelanjutan, diasumsikan bahwa pihak yang
Bentuk linear dari persamaan (3.5) yaitu : melakukan pemanenan memiliki kewajiban
𝑥 = 𝐴𝑥 terhadap masyarakat dan ekologi pelestarian
dengan 𝑥 = 𝑥, 𝑦 dan 𝐴 matriks Jacobi spesies mangsa. Dengan demikian, laju
1
berikut : pemanenan 𝑕 harus memenuhi 0 < 𝑕 < .
4
8

Berikut diberikan Teorema 3.3, Teorema 3.4, (i) 𝑥2∗ , 𝑦2∗ adalah simpul atau spiral stabil
Teorema 3.5 [Xiao, 2005] : jika :
𝑏
0<𝑏−𝑑 ≤ 1<
Teorema 3.3. Sistem (3.3) hanya memiliki 𝑎
dua titik tetap dengan ketentuan : ataupun dimisalkan :
1 𝑎 𝑏−𝑑 −𝑏 2 − 𝑑 𝑏−𝑑 𝑎 −𝑏 /𝑏 2
(a) Jika 𝑏 < 𝑑 dan 0 < 𝑕 < , maka sistem 𝑕∗ = ,
4 4𝑏 2
(3.3) memiliki dua titik tetap 𝑥1 , 0 0<𝑏−𝑑 <
𝑏
< 1,
merupakan sadel, dan 𝑥2 , 0 merupakan 𝑎
1
simpul stabil; 0 < 𝑕 < min 𝑕0 , , 𝑕∗ ;
4
1
(b) Jika 𝑏 = 𝑑 dan 0 < 𝑕 < maka sistem (ii) 𝑥2∗ , 𝑦2∗ adalah spiral atau center jika :
4 𝑏
(3.3) memiliki dua titik tetap 𝑥1 , 0 dan 0 < 𝑏 − 𝑑 < < 1,
𝑎
𝑥2 , 0 keduanya merupakan degenerate; 1
0 < 𝑕 = 𝑕∗ < 𝑚𝑖𝑛 𝑕0 , ;
𝑏 𝑎 𝑏−𝑑 −𝑏 2 4
(c) Jika 0 < 𝑏 − 𝑑 < dan < (iii) 𝑥2∗ , 𝑦2∗ adalah simpul atau spiral tak
𝑎 2𝑏
1 𝑏 1 𝑏
𝑕 < (atau 𝑏 − 𝑑 > dan 0 < 𝑕 < ), stabil jika 0 < 𝑏 − 𝑑 < < 1,
4 𝑎 4 𝑎
1
maka sistem (3.3) memiliki dua titik 0 < 𝑕 < 𝑕∗ < min 𝑕0 , .
4
tetap yaitu 𝑥1 , 0 merupakan simpul tak
(Pembuktian Teorema 3.3 dapat dilihat pada
stabil dan 𝑥2 , 0 merupakan sadel.
lampiran 8)
(Pembuktian Teorema 3.3 dapat dilihat pada
Ringkasan keberadaan dan kestabilan pada
lampiran 6)
sistem (3.3) dapat dilihat pada Tabel 2.
Berdasarkan Lema dan Teorema yang
𝑎 𝑏−𝑑 −𝑏 2
Teorema 3.4. Misalkan 𝑕0 = . telah dikemukakan di atas, berikut akan
2𝑏
𝑏 1 dibahas bifurkasi yang terjadi pada sistem
Jika 0 < 𝑏 − 𝑑 < dan 𝑕 = 𝑕0 < , maka
𝑎 4 (3.3).
sistem (3.3) mempunyai tiga titik tetap.
(I) Jika 𝑎 ≠ 𝑏, maka sistem (3.3) memiliki 3.4 Bifurkasi
tiga titik tetap di 𝑅+2 , yaitu 𝑥 ∗ , 𝑦 ∗ =
𝑏−𝑎 𝑏−𝑑 𝑏−𝑑 ∗ 𝑏−𝑑 3.4.1 Bifurkasi Titik Sadel
, 𝑥 = 𝑕0 , 𝑕0
2𝑏 𝑑 𝑑
1+ 1−4𝑕 0 Dari Lema 3.1 dan Teorema 3.3, diperoleh
dan 𝑥2 , 𝑦2 = , 0 merupakan sebagai berikut :
2
1− 1−4𝑕 0 1
sadel, dan 𝑥1 , 𝑦1 =
2
,0 𝑆𝑁1 = 𝑎, 𝑏, 𝑑, 𝑕 : 𝑕 = 4 , 𝑏 − 𝑑 ≤ 0,
merupakan simpul tak stabil. 𝑎 > 0, 𝑏 > 0, 𝑑 > 0
(II) Jika 𝑎 = 𝑏, maka sistem (3.3) memiliki yang merupakan batas dari bifurkasi titik
tiga titik tetap di 𝑅+2 , yaitu 𝑥 ∗ , 𝑦 ∗ = sadel.
𝑏−𝑎 𝑏−𝑑 𝑏−𝑑 ∗ 𝑏−𝑑 Ketika parameter meninggalkan satu sisi
, 𝑥 = 𝑕0 , 𝑕0
2𝑏 𝑑 𝑑 permukaan ke sisi yang lain, titik tetap dari
merupakan double degenerate, sistem (3.3) akan berubah dari nol ke dua, dan
1− 1−4𝑕 0
𝑥1 , 𝑦1 = ,0 merupakan kestabilan kedua titik tetap tersebut adalah
2
sadel dan simpul. Ini merupakan permukaan
simpul tak stabil, dan 𝑥2 , 𝑦2 = bifurkasi titik sadel pertama dari sistem.
1+ 1−4𝑕 0
, 0 merupakan sadel. Di sisi lain, dari Teorema 3.4, diketahui
2
bahwa permukaan :
(Pembuktian Teorema 3.3 dapat dilihat pada
𝑏
lampiran 7) 𝑎, 𝑏, 𝑑, 𝑕 : 0 < 𝑏 − 𝑑 < ,
𝑆𝑁2 = 𝑎
𝑏 1
Teorema 3.5. Jika 0<𝑏−𝑑 < dan 𝑕 = 𝑕0 < , 𝑎 > 0, 𝑏 > 0, 𝑑 > 0
𝑎 4
1
0 < 𝑕 < 𝑚𝑖𝑛 𝑕0 , maka sistem (3.3) adalah batas bifurkasi titik sadel yang kedua.
4
memilki empat titik tetap di 𝑅+2 seperti yang Bifurkasi titik sadel ini menghasilkan dua
ditunjukkan pada Lemma 3.1. Selain itu, titik titik tetap sadel dan simpul. Dalam kasus ini,
tetap 𝑥2 , 0 dan 𝑥1∗ , 𝑦1∗ merupakan sadel, salah satu batas bifurkasinya adalah laju
titik tetap 𝑥1 , 0 merupakan simpul tak stabil, pemanenan kritis 𝑕0 sehingga spesies
dan titik tetap 𝑥2∗ , 𝑦2∗ memiliki tiga pemangsa akan punah dalam selang waktu
kemungkinan berikut : tertentu.
9

Tabel 2 Ringkasan Keberadaan dan Kestabilan Titik Tetap

𝑇11 𝑇12 𝑇21 𝑇22


1
𝑕> - - - - -
4
𝑏≠𝑑 Degenerate - - -
1
𝑕= Double
4 𝑏=𝑑 - - -
degenerate
𝑏<𝑑 Sadel Simpul stabil - -
1 𝑏=𝑑 Degenerate Degenerate
0<𝑕< 𝑏
4 Simpul tak
𝑏−𝑑 > Sadel - -
𝑎 stabil
1 𝑏 Simpul tak
𝑕0 < 𝑕 < 0 <𝑏−𝑑 < Sadel - -
4 𝑎 stabil
𝑏
0<𝑏−𝑑 < , Simpul tak
𝑎 stabil
Sadel Sadel -
1 𝑎≠𝑏
𝑕 = 𝑕0 < 𝑏
4 0<𝑏−𝑑 < , Simpul tak Double
𝑎 stabil
Sadel
degenerate
-
𝑎=𝑏
0<𝑕 𝑏
1 0<𝑏−𝑑 < , Simpul tak 3 kemungkinan
< min 𝑕0 , 𝑎 stabil
Sadel Sadel
(dibawah)
4
0<𝑏−𝑑 <1
0<𝑕 𝑏
1 Simpul tak Simpul atau
< , Sadel Sadel
< min 𝑕0 , , 𝑕∗ 𝑎 stabil spiral stabil
4
𝑏
0 < 𝑕 = 𝑕∗ 0 <𝑏−𝑑 <
1 𝑎 Simpul tak
Sadel Sadel
Spiral atau
< min 𝑕0 , < 1, stabil center
4
0<𝑏−𝑑 <1
0 < 𝑕 < 𝑕∗ 𝑏
1 Simpul tak Simpul atau
< , Sadel Sadel
< 𝑚𝑖𝑛 𝑕0 , 𝑎 stabil spiral tak stabil
4

𝑎 𝑏−𝑑 −𝑏 2 𝑎 𝑏−𝑑 −𝑏 2 − 𝑑 𝑏−𝑑 𝑎 −𝑏 /𝑏 2


Keterangan : 𝑕0 = dan 𝑕∗ = .
2𝑏 4𝑏 2

3.4.2 Bifurkasi Hopf 𝑏


𝑎, 𝑏, 𝑑, 𝑕 : 0 < 𝑏 − 𝑑 < < 1,
Dari bagian (ii) pada Teorema 3.5, 𝑎
𝐻= 1
diketahui bahwa titik tetap positif 𝑥2∗ , 𝑦2∗ dari 0 < 𝑕 = 𝑕∗ < min 𝑕0 , ,
sistem (3.3) adalah titik tetap non-hiperbolik 4
(center) jika : 𝑎 > 0, 𝑏 > 0, 𝑑 > 0
𝑏
0 < 𝑏 − 𝑑 < < 1, 0 < 𝑕 = 𝑕∗ Pada saat tingkat pemanenan lebih kecil
𝑎 dari batas di atas, titik tetap bersifat spiral
1
< 𝑚𝑖𝑛 𝑕0 , stabil. Sedangkan ketika tingkat pemanenan
4
lebih besar dari batas tersebut, titik tetap
Ketika melewati parameter, titik tetap bersifat spiral tak stabil.
bersifat spiral. Oleh karena itu, sistem (3.3) Berikut diberikan simulasi untuk
dapat mengalami bifurkasi Hopf dengan batas mrnggambarkan bifurkasi yang terjadi pada
sebagai berikut : sistem.
10

3.5 Simulasi Kasus 2 :


3.5.1 Bifurkasi Titik Sadel 𝑏
𝑎, 𝑏, 𝑑, 𝑕 : 0 < 𝑏 − 𝑑 < ,
Kasus 1 :
𝑆𝑁2 = 𝑎 ,
1
1 𝑕 = 𝑕0 < , 𝑎 > 0, 𝑏 > 0, 𝑑 > 0
𝑎, 𝑏, 𝑑, 𝑕 : 𝑕 = , 𝑏 − 𝑑 < 0, 4
𝑆𝑁1 = 4
𝑎 > 0, 𝑏 > 0, 𝑑 > 0 𝑎 𝑏−𝑑 −𝑏 2
dengan 𝑕0 = .
2𝑏
Misalkan pada suatu sistem mangsa-
pemangsa terdapat tingkat tertangkapnya Misalkan pada suatu sistem mangsa-
mangsa oleh pemangsa 0.01, tingkat pemangsa terdapat tingkat tertangkapnya
kemudahan pemangsaan oleh pemangsa 0.02, mangsa oleh pemangsa 0.3, tingkat
dan laju kematian pemangsa 0.03. kemudahan pemangsaan oleh pemangsa 0.2,
Untuk beberapa nilai 𝑕 diperoleh bidang dan laju kematian pemangsa 0.1 sehingga
fase dan bidang solusi seperti yang diberikan 𝑕0 = 0.180625.
pada Gambar 2. Untuk beberapa nilai 𝑕 diperoleh bidang
Dari Gambar 2 dapat dilihat bahwa dengan fase dan bidang solusi seperti yang diberikan
menggunakan nilai 𝑕 yang sedikit berbeda, pada Gambar 3.
maka akan didapat plot bidang fase dan Dari Gambar 3, dapat dilihat bahwa telah
bidang solusi yang berbeda sehingga akan terjadi bifurkasi titik sadel pada batas kedua.
menghasilkan simpulan yang berbeda juga. Hal ini dapat dilihat dari plot bidang fasenya,
Dari plot bidang fase tersebut dapat pada saat melewati batas (𝑕 = 𝑕0 =
disimpulkan bahwa telah terjadi bifurkasi titik 𝑎 𝑏−𝑑 −𝑏 2
= 0.187778), titik tetap yang
sadel pada batas pertama. Dapat dilihat ketika 2𝑏
melewati batas (saat 𝑕 = 0.25), sistem tidak semula berjumlah dua buah pada saat 𝑕 = 0.2
mempunyai titik tetap pada saat 𝑕 = 0.3 (𝑕 > 𝑕0 ) menjadi empat buah pada saat
(𝑕 > 0.25) namun pada saat 𝑕 = 0.2 (𝑕 < 𝑕 = 0.1 (𝑕 < 𝑕0 ).
0.25) sistem mempunyai dua buah titik tetap. Dari hasil bidang solusi, dapat dilihat
Dari hasil bidang solusinya, untuk bahwa untuk interpretasi biologis dari
interpretasi biologis dari bifurkasi titik sadel bifurkasi titik sadel yang kedua ini dapat
yang pertama dapat disimpulkan bahwa pada disimpulkan bahwa ketika tingkat pemanenan
saat tingkat pemanenan 𝑕 = 0.3 (𝑕 > 0.25) sama dengan besarnya tingkat pemanenan
1
dapat dilihat bahwa dalam waktu yang lebih kritis 𝑕 = 𝑕0 < ataupun lebih besar dari
4
singkat spesies mangsa akan punah sehingga tingkat pemanenan kritis 𝑕 > 𝑕0 maka
dapat dikatakan bahwa sistem runtuh/gagal. dalam beberapa kurun waktu tertentu, spesies
1
Pada tingkat pemanenan sebesar 𝑕 = , dalam mangsa dan pemangsa akan menuju
4
beberapa kurun waktu tertentu spesies mangsa kepunahan. Pada saat tingkat pemanenan lebih
menuju kepunahan sehingga lama-kelamaan kecil dari tingkat pemenenan kritis 𝑕 < 𝑕0 ,
akan disusul pula oleh punahnya pemangsa. dapat dilihat bahwa pada waktu tertentu
Sedangkan pada saat tingkat pemanenan (𝑥 0 > 0.141) spesies mangsa tidak punah
𝑕 = 0.2 (𝑕 < 0.25) dapat dilihat bahwa dan pada saat tertentu, mangsa dan pemangsa
spesies mangsa tidak menuju kepunahan akan hidup secara berdampingan untuk nilai
(𝑥 0 > 0.28), namun dalam kurun waktu awal tertentu.
tertentu, spesies pemangsa akan punah.
11

Bidang Fase Bidang Solusi


1.0

0.8

y 0.6

𝑕 = 0.3
(𝑕 > 0.25)
0.4

0.2

0.2 0.4 0.6 0.8 1.0


x

tidak ada titik tetap

1.0

0.8

0.6
y

𝑕 = 0.25 0.4

0.2

0.2 0.4 0.6 0.8 1.0


x

satu titik tetap

1.0

0.8

0.6
y

𝑕 = 0.2
(𝑕 < 0.25)
0.4

0.2

0.2 0.4 0.6 0.8 1.0


x

dua titik tetap

Gambar 2 Plot bidang fase dan bidang solusi untuk beberapa nilai 𝑕 yang berbeda (Kasus 1)
12

Bidang Fase Bidang Solusi


1.0

0.8

0.6

y
𝑕 = 0.2
𝑕 > 𝑕0
0.4

0.2

0.2 0.4 0.6 0.8 1.0


x

dua titik tetap

1.0

0.8

0.6

𝑕 = 0.180625
y

𝑕 = 𝑕0 0.4

0.2

0.2 0.4 0.6 0.8 1.0


x

tiga titik tetap

1.0

0.8

0.6
y

𝑕 = 0.1
𝑕 < 𝑕0
0.4

0.2

0.2 0.4 0.6 0.8 1.0


x

empat titik tetap

Gambar 3 Plot bidang fase dan bidang solusi untuk beberapa nilai 𝑕 yang berbeda (Kasus 2)
13

3.5.2 Bifurkasi Hopf Misalkan pada suatu sistem mangsa-


pemangsa terdapat tingkat tertangkapnya
Kasus :
mangsa oleh pemangsa sebesar 1, tingkat
𝑏 kemudahan pemangsaan oleh pemangsa 0.5,
𝑎, 𝑏, 𝑑, 𝑕 : 0 < 𝑏 − 𝑑 < < 1, dan laju kematian pemangsa 0.25 maka
𝑎 𝑕∗ = 0.05859375, 𝑕0 = 0.0625.
𝐻= 1
0 < 𝑕 = 𝑕∗ < min 𝑕0 , , Untuk beberapa nilai 𝑕 diperoleh
4 kestabilan pada titik tetap 𝑥2∗ , 𝑦2∗ seperti
𝑎 > 0, 𝑏 > 0, 𝑑 > 0 yang diberikan pada Gambar 4.

𝑕 = 0.05 < 𝑕∗

𝑕 = 𝑕∗ = 0.05859375

𝑕 = 0.059 > 𝑕∗

Gambar 4 Bifurkasi Hopf

Dari Gambar 4 dapat dilihat bahwa pada titik tetapnya spiral tak stabil dan terdapat
saat 𝑕 < 𝑕∗ , kestabilan titik tetap 𝑥2∗ , 𝑦2∗ limit cycle tak stabil. Dapat dilihat bahwa
spiral stabil, pada saat 𝑕 = 𝑕∗ , kestabilannya pada permukaan 𝐻, titik tetap 𝑥2∗ , 𝑦2∗
center sedangkan pada saat 𝑕 > 𝑕∗ , kestabilan mengalami bifurkasi Hopf.
IV SIMPULAN

Sistem mangsa-pemangsa tipe Michaelis- stabil dan terdapat limit cycle tak stabil di
Menten dapat dikembangkan dengan dalamnya sehingga terjadi bifurkasi Hopf.
melibatkan tingkat pemanenan konstan pada Dari hasil simulasi pada bifurkasi titik
mangsa yang dilakukan secara terus-menerus. sadel, terdapat batasan tertentu pada tingkat
Perubahan besarnya tingkat pemanenan pemanenan. Ketika tingkat pemanenan berada
mengakibatkan adanya perbedaan banyaknya dibawah batasan pemanenan tersebut, untuk
titik tetap beserta kestabilannya. Perubahan beberapa nilai awal tertentu mangsa akan
pada batas tingkat pemanenan tertentu dengan tetap bertahan hidup (tidak punah). Sedangkan
beberapa ketentuan parameter lainnya ketika tingkat pemanenan berada di atas
menyebabkan terjadinya bifurkasi titik sadel batasan tersebut, mangsa dan pemangsa akan
dimana model yang awalnya tidak memiliki punah namun tidak secara bersamaan. Dengan
titik tetap menjadi dua titik tetap, kemudian nilai awal tertentu, mangsa akan mengalami
dari dua titik tetap menjadi empat titik tetap. kepunahan terlebih dahulu, kemudian disusul
Untuk batas tingkat pemanenan dan beberapa oleh punahnya pemangsa sebagai akibat dari
parameter tertentu lainnya, dengan mengubah punahnya mangsa yang merupakan sumber
menjadi lebih besar ataupun lebih kecil dari makanan bagi pemangsa. Sehingga untuk
batas tingkat pemanenan tersebut menghindari terjadinya kepunahan terhadap
menyebabkan terjadinya pertukaran kestabilan mangsa, maka hendaknya tidak melakukan
titik tetap. Titik tetap yang semula memiliki pemanenan secara berlebihan.
kestabilan spiral stabil menjadi spiral tak

14
V DAFTAR PUSTAKA

Abrams PA. dan Ginzburg LR. 2000. The Perko L. 1991. Differential Equations and
Nature of Predation : Prey Dependent, Dynamical System, Texts in Applied
Ratio-Dependent or Neither?. TREE. 15. Mathematics, vol. 7. Springer Verlag,
pp. 337-341. New York.

Farlow SJ. 1994. An Introduction to Strogatz SH. 1994. Nonlinear Dynamics and
Differential Equation and Their Chaos, with Applications to Physics,
Application. Mc Graw-Hill, New York. Biology, Chemistry, and Engineering.
Addison-Wesley Publishing Company,
Kuang Y. 1999. Rich Dynamics of Gause-
Type Ratio-Dependent Predator-Prey Reading, Massachusete.
System. In Differential Equations with Tu PNV. 1994. Dynamical System, An
Application to Biology. Fields Inst. Introduction with Application in
Commun. 21. Ruan S., Wolkowicz Economics and Biology. Springer-Verlag.
GSK., dan J. Wu, eds., AMS. Heidelberg, Germany.
Providence. RI. pp. 325-337. Wiggins S. 1990. Introduction to Applied
Nonlinear Dynamical Systems and
Kuang Y. dan Beretta E. 1998. Global Chaos, Springer-Verlag, New York.
Qualitative Analysis of A Ratio-
Dependent Predator-Prey System. J. Xiao D. 2005. Bifurcations of A Ratio-
Math. Biol.. 36. pp. 389-406. Dependent Predator-Prey System with
Constant Rate Harvesting. SIAM J. App.
Murray JD. 1993. Mathematical Biology. Math. 65. pp. 737-753.
Second, Corrected Edition. Springer-
Verlag, New York.

15
L A M P I R A N
17

Lampiran 1. Penondimensionalan Persamaan Model Mangsa Pemangsa Tipe Michaelis-


Menten

𝑥 𝑐𝑥𝑦
𝑥 = 𝑟𝑥 1 − − ,
𝐾 𝑚𝑦 + 𝑥
𝑓𝑥
𝑦 = 𝑦 −𝐷 + ,
𝑚𝑦 + 𝑥

Misal :
𝑥 = 𝑥∗𝑥
𝑦 = 𝑦∗𝑦
𝑡 = 𝑡 ∗𝜏

𝑑𝑥
 Untuk
𝑑𝑡

𝑑𝑥 𝑥 𝑐𝑥𝑦
= 𝑟𝑥 1 − −
𝑑𝑡 𝐾 𝑚𝑦 + 𝑥
𝑑 𝑥 ∗𝑥 ∗
𝑥 ∗𝑥 𝑐 𝑥 ∗𝑥 𝑦 ∗ 𝑦
= 𝑟 𝑥 𝑥 1 − −
𝑑 𝑡 ∗𝜏 𝐾 𝑚 𝑦∗𝑦 + 𝑥∗𝑥
𝑥 ∗ 𝑑𝑥 ∗
𝑥 ∗
𝑥 𝑐 𝑥 ∗ 𝑥 𝑦 ∗𝑦
∙ = 𝑟 𝑥 𝑥 1 − −
𝑡 ∗ 𝑑𝜏 𝐾 𝑚 𝑦∗ 𝑦 + 𝑥 ∗𝑥
∗ ∗
𝑑𝑥 𝑥 𝑥 𝑐𝑥 𝑦 𝑦𝑡 ∗
= 𝑟𝑥 𝑡 ∗ 1 − −
𝑑𝜏 𝐾 𝑚𝑦 ∗ 𝑦 + 𝑥 ∗ 𝑥
1 𝐾
Dengan pemisalan 𝑡 ∗ = , 𝑥 ∗ = 𝐾, 𝑦 ∗ = , diperoleh :
𝑟 𝑚

𝑐𝑥 𝑦𝐾
𝑑𝑥 𝑚𝑟
=𝑥 1−𝑥 −
𝑑𝜏 𝐾 𝑦+𝑥
𝑐𝑥 𝑦
𝑑𝑥
= 𝑥 1 − 𝑥 − 𝑚𝑟
𝑑𝜏 𝑦+𝑥
𝑑𝑥 𝑎𝑥 𝑦
=𝑥 1−𝑥 −
𝑑𝜏 𝑦+𝑥

di mana :
𝑐
𝑎=
𝑚𝑟

Hasil penondimensionalannya adalah :

𝑑𝑥 𝑎𝑥𝑦
=𝑥 =𝑥 1−𝑥 −
𝑑𝑡 𝑦+𝑥

𝑑𝑦
 Untuk
𝑑𝑡

𝑑𝑦 𝑓𝑥
= 𝑦 −𝐷 +
𝑑𝑡 𝑚𝑦 + 𝑥
𝑑 𝑦∗𝑦 ∗
𝑓 𝑥 ∗𝑥
= 𝑦 𝑦 −𝐷 +
𝑑 𝑡 ∗𝜏 𝑚 𝑦 ∗𝑦 + 𝑥 ∗𝑥

𝑦 𝑑𝑦 ∗
𝑓 𝑥∗𝑥
= 𝑦 𝑦 −𝐷 +
𝑡 ∗ 𝑑𝜏 𝑚 𝑦∗𝑦 + 𝑥 ∗𝑥
18

𝑑𝑦 𝑓𝑥 ∗ 𝑥
= 𝑦𝑡 ∗ −𝐷 +
𝑑𝜏 𝑚𝑦 ∗ 𝑦 + 𝑥 ∗ 𝑥
1 𝐾
Dengan pemisalan 𝑡 ∗ = , 𝑥 ∗ = 𝐾, 𝑦 ∗ = diperoleh :
𝑟 𝑚

𝑑𝑦 𝑦 𝑓𝐾𝑥
= −𝐷 +
𝑑𝜏 𝑟 𝐾 𝑦+𝑥
𝑑𝑦 𝑏𝑥
= 𝑦 −𝑑 +
𝑑𝜏 𝑦+𝑥

di mana :
𝐷 𝑓
𝑑= , 𝑏=
𝑟 𝑟

Hasil penondimensionalannya adalah :

𝑑𝑦 𝑏𝑥
= 𝑦 −𝑑 +
𝑑𝑡 𝑦+𝑥

Sehingga rasio ketergantungan sistem mangsa-pemangsa dengan pemanenan konstan dapat


disederhanakan menjadi :

𝑑𝑥 𝑎𝑥𝑦
=𝑥 =𝑥 1−𝑥 −
𝑑𝑡 𝑦+𝑥

𝑑𝑦 𝑏𝑥
= 𝑦 −𝑑 +
𝑑𝑡 𝑦+𝑥
dengan :
𝑐
𝑎= ,
𝑚𝑟
𝐷
𝑑= ,
𝑟
𝑓
𝑏= .
𝑟
19

Lampiran 2. Mencari Titik Tetap

Titik tetap diperoleh dengan menyederhanakan :

𝑑𝑥
𝑥= =0
𝑑𝑡
𝑑𝑦
𝑦= =0
𝑑𝑡

Sehingga :

𝑎𝑥𝑦
𝑥 1−𝑥 − − 𝑕 = 0,
𝑦+𝑥
𝑏𝑥
𝑦 −𝑑 + = 0,
𝑦+𝑥

𝑏𝑥
Dari 𝑦 −𝑑 + = 0, diperoleh :
𝑦 +𝑥

 𝑦 = 0,
𝑎𝑥𝑦
Substitusi 𝑦 = 0 ke persaman 𝑥 1 − 𝑥 − − 𝑕 = 0, didapat :
𝑦 +𝑥

𝑥 1−𝑥 −𝑕=0
𝑥2 − 𝑥 + 𝑕 = 0

Sehingga :

1 ± 1 − 4𝑕
𝑥1,2 =
2

Secara umum, diperoleh titik tetap :

𝑖
1 + −1 1 − 4𝑕
𝑇1 = 𝑥𝑖 , 𝑦𝑖 = ,0
2
(L1)
di mana 𝑖 = 1, 2.

𝑏𝑥
 −𝑑 + = 0,
𝑦+𝑥

Disederhanakan menjadi :

𝑏𝑥
=𝑑
𝑦+𝑥
𝑏𝑥 = 𝑑𝑦 + 𝑑𝑥
𝑑𝑦 = 𝑏𝑥 − 𝑑𝑥
𝑏−𝑑
𝑦= 𝑥
𝑑
𝑏−𝑑 𝑎𝑥𝑦
Substitusi 𝑦 = 𝑥 ke persamaan 𝑥 1 − 𝑥 − − 𝑕 = 0, didapat :
𝑑 𝑦+𝑥
20

𝑏−𝑑 𝑥
𝑎𝑥
𝑑
𝑥 1−𝑥 − −𝑕=0
𝑏−𝑑 𝑥
+𝑥
𝑑
𝑎𝑥 2 𝑏 − 𝑑
𝑥 1−𝑥 − 𝑑 −𝑕 =0
𝑏 − 𝑑 𝑥 + 𝑑𝑥
𝑑

𝑎𝑥 2 𝑏 − 𝑑
𝑥 1−𝑥 − −𝑕=0
𝑏𝑥

𝑎𝑥 𝑏 − 𝑑
𝑥 − 𝑥2 − −𝑕 = 0
𝑏

𝑎 𝑏−𝑑 −𝑏 𝑥
𝑥2 + +𝑕 = 0
𝑏

𝑏𝑥 2 + 𝑎 𝑏 − 𝑑 − 𝑏 𝑥 + 𝑕𝑏 = 0

Sehingga :

𝑏−𝑎 𝑏−𝑑 ± 𝑎 𝑏−𝑑 −𝑏 2 − 4𝑕𝑏 2


𝑥1,2 =
2𝑏

Secara umum diperoleh titik tetap :

𝑖
𝑏 − 𝑎 𝑏 − 𝑑 + −1 ∆ 𝑏−𝑑
𝑇2 𝑥𝑖∗ , 𝑦𝑖∗ = , 𝑥
2𝑏 𝑑
(L2)
2
di mana ∆ = 𝑎 𝑏 − 𝑑 − 𝑏 − 4𝑕𝑏 2 .
21

Lampiran 3. Pembuktian Lema 3.1

Lihat persamaan titik tetap L1 dan L2 berikut :

𝑖
1 + −1 1 − 4𝑕
𝑇1 = 𝑥𝑖 , 𝑦𝑖 = ,0
2
𝑏 − 𝑎 𝑏 − 𝑑 + −1 𝑖 ∆ 𝑏 − 𝑑 ∗
𝑇2 = 𝑥𝑖∗ , 𝑦𝑖∗ = , 𝑥𝑖
2𝑏 𝑑
di mana ∆ = 𝑎 𝑏 − 𝑑 − 𝑏 2 − 4𝑕𝑏 2 dan 𝑖 = 1,2.
1
1) Jika 𝑕 > maka :
4

Untuk 𝑇1 :
1 − 4𝑕 akan bernilai negatif sehingga tidak terdapat titik tetap di 𝑅+2 .

Untuk 𝑇2 :
∆ = 𝑎 𝑏 − 𝑑 − 𝑏 2 − 4𝑕𝑏 2
2
= 𝑎 𝑏−𝑑 − 2𝑎 𝑏 − 𝑑 + 𝑏 2 − 4𝑕𝑏 2
= 1 − 4𝑕 𝑏 − 2𝑎 𝑏 − 𝑑 + 𝑎2 𝑏 2 − 2𝑏𝑑 + 𝑑 2
2

= 1 − 4𝑕 𝑏 2 − 2𝑎 𝑏 − 𝑑 + 𝑎2 𝑏 2 − 2𝑎2 𝑏𝑑 + 𝑎2 𝑑 2
= 1 − 4𝑕 𝑏 2 − 2𝑎 𝑏 − 𝑑 − 2𝑎2 𝑏𝑑 + 𝑎2 𝑏 2 + 𝑑 2

Dapat dilihat bahwa ∆ bernilai negatif sehingga tidak terdapat titik tetap di 𝑅+2 .
1
2) Jika 𝑕 = maka :
4

Untuk 𝑇1 :
1
1 − 4𝑕 bernilai 0 sehingga ada satu titik tetap di 𝑅+2 yaitu ,0 .
2

Untuk 𝑇2 :
∆ = 𝑎 𝑏 − 𝑑 − 𝑏 2 − 4𝑕𝑏 2
2
= 𝑎 𝑏−𝑑 − 2𝑎 𝑏 − 𝑑 + 𝑏 2 − 4𝑕𝑏 2
= −2𝑎 𝑏 − 𝑑 + 𝑎2 𝑏 2 − 2𝑏𝑑 + 𝑑 2
= −2𝑎 𝑏 − 𝑑 + 𝑎2 𝑏 2 − 2𝑎2 𝑏𝑑 + 𝑎2 𝑑 2
= −2𝑎 𝑏 − 𝑑 − 2𝑎2 𝑏𝑑 + 𝑎2 𝑏 2 + 𝑑 2

Dapat dilihat bahwa ∆ bernilai negatif sehingga tidak terdapat titik tetap di 𝑅+2 .
1
3) Jika 0 < 𝑕 < maka :
4

Untuk 𝑇1 :
1 − 4𝑕 akan bernilai positif dan < 1. Sehingga terdapat dua titik tetap di 𝑅+2 yaitu :
1− 1−4𝑕 1+ 1−4𝑕
, 0 dan ,0 .
2 2

Untuk 𝑇2 :
 Jika 𝑏 ≤ 𝑑 maka :

Untuk 𝑏 = 𝑑
2
∆= 𝑎 𝑏−𝑑 −𝑏 − 4𝑕𝑏 2
= 𝑏 2 − 4𝑕𝑏 2
= 1 − 4𝑕 𝑏 2
Sehingga,
22

𝑖 𝑖
𝑏 − 𝑎 𝑏 − 𝑑 + −1 ∆ 1 − 4𝑕 𝑏 2
𝑏 + −1
=
2𝑏 2𝑏
1 + −1 𝑖 1 − 4𝑕
=
2
Dapat dilihat bahwa untuk 𝑏 = 𝑑 pada 𝑇2 akan diperoleh dua titik tetap yang sama dengan
𝑇1 .

Untuk 𝑏 < 𝑑.
Dapat dilihat bahwa 𝑥1∗ dan 𝑥2∗ bernilai positif, namun karena 𝑏 < 𝑑, maka 𝑦1∗ dan 𝑦2∗ akan
bernilai negatif sehingga untuk 𝑇2 tidak terdapat titik tetap di 𝑅+2 .
𝑏
 Jika 𝑏 − 𝑑 ≥ maka :
𝑎

Untuk 𝑎 𝑏 − 𝑑 = 𝑏
∆ = 𝑎 𝑏 − 𝑑 − 𝑏 2 − 4𝑕𝑏 2
= −4𝑕𝑏 2
Dapat dilihat bahwa ∆ bernilai negatif sehingga tidak terdapat titik tetap di 𝑅+2 .

Untuk 𝑎 𝑏 − 𝑑 > 𝑏
2
𝑏−𝑎 𝑏−𝑑 + −1 𝑖 𝑏−𝑎 𝑏−𝑑 −4𝑕 𝑏 2
Dapat dilihat bahwa bernilai negatif sehingga tidak
2𝑏
terdapat titik tetap di 𝑅+2 .

𝑏 𝑎 𝑏−𝑑 −𝑏 2 1
 Jika 0 < 𝑏 − 𝑑 < dan <𝑕< maka :
𝑎 2𝑏 4
Dapat dilihat bahwa :

𝑖 2
𝑏 − 𝑎 𝑏 − 𝑑 + −1 𝑎 𝑏−𝑑 −𝑏 − 4𝑕𝑏 2
2𝑏
2
𝑏−𝑎 𝑏−𝑑 𝑖
𝑎 𝑏−𝑑 −𝑏
= + −1 −𝑕
2𝑏 2𝑏
𝑎 𝑏 −𝑑 −𝑏 2
Karena < 𝑕 maka besarnya bilangan di dalam tanda akar bernilai negatif
2𝑏
sehingga untuk 𝑇2 tidak terdapat titik tetap di 𝑅+2.

𝑏 𝑎 𝑏−𝑑 −𝑏 2 1
4) Jika 0 < 𝑏 − 𝑑 < dan =𝑕<
𝑎 2𝑏 4

Untuk 𝑇1 :
1 − 4𝑕 akan bernilai positif dan < 1 sehingga akan ada dua titik tetap di 𝑅+2 yaitu :
1+ 1−4𝑕 1− 1−4𝑕
, 0 dan ,0 .
2 2

Untuk 𝑇2 :
𝑖 𝑖 2
𝑏 − 𝑎 𝑏 − 𝑑 + −1 ∆ 𝑏 − 𝑎 𝑏 − 𝑑 + −1 𝑎 𝑏−𝑑 −𝑏 − 4𝑕𝑏 2
=
2𝑏 2𝑏
2
𝑖 2 𝑎 𝑏−𝑑 −𝑏
𝑏 − 𝑎 𝑏 − 𝑑 + −1 𝑎 𝑏−𝑑 −𝑏 −4 𝑏2
2𝑏
=
2𝑏
𝑖 2 2
𝑏 − 𝑎 𝑏 − 𝑑 + −1 𝑎 𝑏−𝑑 −𝑏 − 𝑎 𝑏−𝑑 −𝑏
=
2𝑏
𝑏−𝑎 𝑏−𝑑
= ,
2𝑏
𝑏−𝑎 𝑏−𝑑 𝑏−𝑑
dengan 𝑎 𝑏 − 𝑑 < 𝑏 maka hanya ada satu titik tetap di 𝑅+2 yaitu , 𝑥∗ .
2𝑏 𝑑
23

𝑏 𝑎 𝑏−𝑑 −𝑏 2 1
5) Jika 0 < 𝑏 − 𝑑 < dan 0 < 𝑕 < min , .
𝑎 2𝑏 4

Untuk 𝑇1 :
1 − 4𝑕 akan bernilai positif dan < 1 sehingga terdapat dua titik tetap di 𝑅+2 yaitu :
1+ 1−4𝑕 1− 1−4𝑕
, 0 dan ,0 .
2 2

Untuk 𝑇2 :
𝑏 𝑎 𝑏−𝑑 −𝑏 2
 0<𝑏−𝑑 < dan 0 < 𝑕 <
𝑎 2𝑏
𝑏 − 𝑎 𝑏 − 𝑑 + −1 𝑖 ∆ 𝑏 − 𝑎 𝑏 − 𝑑 + −1 𝑖 𝑎 𝑏 − 𝑑 − 𝑏 2 − 4𝑕𝑏 2
=
2𝑏 2𝑏
𝑎 𝑏−𝑑 −𝑏 2
Jika 0 < 𝑕 < maka 𝑏 − 𝑎 𝑏 − 𝑑 > 𝑎 𝑏 − 𝑑 − 𝑏 2 − 4𝑕𝑏 2 dan
2𝑏
𝑏 − 𝑎 𝑏 − 𝑑 > 0 sehingga terdapat dua titik tetap di 𝑅+2 .
𝑏 1
 0<𝑏−𝑑 < dan 0 < 𝑕 <
𝑎 4
𝑏 − 𝑎 𝑏 − 𝑑 + −1 𝑖 ∆ 𝑏 − 𝑎 𝑏 − 𝑑 + −1 𝑖 𝑎 𝑏 − 𝑑 − 𝑏 2 − 4𝑕𝑏 2
=
2𝑏 2𝑏
1
Jika 0 < 𝑕 < maka 𝑏 − 𝑎 𝑏 − 𝑑 > 𝑎 𝑏 − 𝑑 − 𝑏 2 − 4𝑕𝑏 2 dan
4
𝑏 − 𝑎 𝑏 − 𝑑 > 0 sehingga terdapat dua titik tetap di 𝑅+2 .
24

Lampiran 4. Matriks Jacobi untuk Masing-masing Titik Tetap (Persamaan (3.3))

Lihat persamaan titik tetap L1 dan L2 berikut :

𝑖
1 + −1 1 − 4𝑕
𝑇1 = 𝑥𝑖 , 𝑦𝑖 = ,0
2
റ − 𝑎 𝑏 − 𝑑 + −1 𝑖
∆ 𝑏−𝑑 ∗
𝑇2 = 𝑥𝑖∗ , 𝑦𝑖∗ = , 𝑥𝑖
2𝑏 𝑑
2
di mana ∆ = 𝑏 − 𝑎 𝑏 − 𝑑 − 4𝑕𝑏 2 dan 𝑖 = 1,2.

Lihat juga persamaan (3.6) (matriks Jacobi persamaan (3.3)) berikut :

𝑎𝑦 2 𝑎𝑥 2
1 − 2𝑥 − 2

𝑦+𝑥 𝑦+𝑥 2
𝐴= 2
𝑏𝑦 𝑏𝑥 2
2
−𝑑 + 2
𝑦+𝑥 𝑦+𝑥
(L3)

Untuk mendapatkan matriks Jacobi pada masing-masing titik tetap maka substitusikan persamaan
L1 dan L2 ke persamaan matriks L3, diperoleh :

a. Untuk 𝑇1 :

𝑖
1 + −1 1 − 4𝑕 −𝑎𝑥𝑖 2
1−2 −0
2 𝑥𝑖 2
𝐴 𝑥 𝑖 ,𝑦 𝑖 =
𝑏𝑥𝑖 2
0 −𝑑 + 2
𝑥𝑖
𝑖+1
𝐴 𝑥 𝑖 ,𝑦 𝑖 = −1 1 − 4𝑕 −𝑎
0 𝑏−𝑑
(L4)

b. Untuk 𝑇2 :

𝑏−𝑑 ∗ 2
𝑎 𝑥𝑖 𝑎𝑥𝑖∗ 2
1 − 2𝑥𝑖∗ − 𝑑 −
2 2
𝑏−𝑑 ∗ 𝑏−𝑑 ∗
𝑥𝑖 + 𝑥𝑖∗ 𝑥𝑖 + 𝑥𝑖∗
𝐴 = 𝑑 𝑑
𝑥 𝑖∗ ,𝑦𝑖∗ 2
𝑏−𝑑 ∗ 2
𝑏 𝑥𝑖 𝑏𝑥𝑖∗
𝑑 −𝑑 +
2 2
𝑏−𝑑 ∗ 𝑏−𝑑 ∗
𝑥𝑖 + 𝑥𝑖∗ 𝑥𝑖 + 𝑥𝑖∗
𝑑 𝑑
𝑏−𝑑 ∗ 2
𝑎 𝑥𝑖 𝑎𝑥𝑖∗ 2
1 − 2𝑥𝑖∗ − 𝑑 −
𝑏 ∗ 2 𝑏 ∗ 2
𝑥𝑖 𝑥
= 𝑑 𝑑 𝑖
𝑏−𝑑 ∗ 2 2
𝑏 𝑥𝑖 𝑏𝑥𝑖∗
𝑑 −𝑑 +
2
𝑏 ∗ 𝑏 ∗ 2
𝑥𝑖 𝑥
𝑑 𝑑 𝑖
2 2
𝑎 𝑏−𝑑 𝑎𝑑
1 − 2𝑥𝑖∗ − − 2
= 𝑏2 𝑏
𝑏−𝑑 2 𝑑2
−𝑑 +
𝑏 𝑏
25

𝑖 2
𝑏 − 𝑎 𝑏 − 𝑑 + −1 ∆ 𝑎 𝑏−𝑑 𝑎𝑑 2
1−2 − −
2𝑏 𝑏2 𝑏2
𝐴 𝑥 𝑖∗ ,𝑦𝑖∗ =
𝑏−𝑑 2 𝑑2
−𝑑 +
𝑏 𝑏

𝑏 2 − 𝑏 𝑏 − 𝑎 𝑏 − 𝑑 + −1 𝑖
∆ −𝑎 𝑏−𝑑 2
𝑎𝑑 2

= 𝑏2 𝑏2
𝑏−𝑑 2 −𝑑𝑏 + 𝑑 2
𝑏 𝑏
𝑏 2 − 𝑏 2 + 𝑎𝑏 2 − 𝐶𝑏𝑑 + −1 𝑖+1 𝑏 ∆ − 𝑎𝑏 2 + 2𝑎𝑏𝑑 − 𝑎𝑑 2 𝑎𝑑 2

= 𝑏2 𝑏2
𝑏−𝑑 2 𝑑 𝑏−𝑑

𝑏 𝑏
𝑎𝑏𝑑 − 𝑎𝑑 2 + −1 𝑖+1
𝑏 ∆ 𝑎𝑑 2

= 𝑏2 𝑏2
𝑏−𝑑 2 𝑑 𝑏−𝑑

𝑏 𝑏
𝑖+1
𝑎 𝑏 − 𝑑 𝑑 + −1 𝑏 ∆ 𝑎𝑑 2

= 𝑏2 𝑏2
−𝑑 2 𝑑 𝑏−𝑑

𝑏 𝑏
(L5)
26

Lampiran 5. Pembuktian Teorema 3.2

1
𝑕= ,
4
1 1
Dari Lema 3.1 diketahui bahwa jika 𝑕 = , maka hanya ada satu titik tetap yaitu ,0 .
4 2

(i) Jika 𝑏 ≠ 𝑑

1
Substitusi titik tetap , 0 ke L1 sehingga matriks Jacobi menjadi :
2
0 −𝑎
𝐴 𝑥 1 ,0 =
0 𝑏−𝑑

Dengan demikian diperoleh :


𝜏 = 𝑏 − 𝑑 , berbentuk real (positif / negatif).
∆ = 0, sehingga dapat kita ketahui bahwa salah satu nilai eigen bernilai 0.
𝜏 2 − 4∆ = (𝑏 − 𝑑)2 , sehingga 𝜏 2 − 4∆ bernilai positif 𝜏 2 − 4∆> 0 .

Dari hasil di atas, dapat disimpulkan bahwa titik tetap 𝑥1 , 0 merupakan “degenerate”.

(ii) Jika 𝑏 = 𝑑

1
Substitusi titik tetap , 0 ke L1 sehingga matriks Jacobi menjadi :
2
0 −𝑎
𝐴 𝑥 1 ,0 =
0 0

Dengan demikian diperoleh :


𝜏 = 0,
∆ = 0, sehingga dapat kita ketahui bahwa kedua nilai eigen bernilai 0.
𝜏 2 − 4∆ = 0,

Dari hasil di atas, dapat disimpulkan bahwa titik tetap 𝑥1 , 0 merupakan “double degenerate”.
27

Lampiran 6. Pembuktian Teorema 3.3


1
a) Jika 𝑏 < 𝑑 dan 0 < 𝑕 <
4
Dari Lema 3.1 diketahui bahwa dengan syarat seperti di atas maka sistem (3.3) memiliki dua
1− 1−4𝑕 1+ 1−4𝑕
titik tetap, yaitu : 𝑥1 , 0 = , 0 dan 𝑥2 , 0 = ,0 .
2 2

1− 1−4𝑕
Untuk 𝑥1 , 0 = ,0
2

Substitusi titik tetap 𝑥1 , 0 ke L1 sehingga matriks Jacobi menjadi :


𝐴 𝑥 1 ,0 = 1 − 4𝑕 −𝑎
0 𝑏−𝑑

Dengan demikian diperoleh :


𝜏 = 1 − 4𝑕 + 𝑏 − 𝑑 , berbentuk real.
∆ = 1 − 4𝑕 𝑏 − 𝑑 , akan bernilai negatif karena 𝑏 < 𝑑 sehingga dapat kita ketahui
bahwa kedua nilai eigen beda tanda.
2
𝜏 2 − 4∆ = 1 − 4𝑕 + 𝑏 − 𝑑 − 4 1 − 4𝑕 𝑏 − 𝑑 , dimana −4 1 − 4𝑕 𝑏 − 𝑑
akan bernilai positif sehingga 𝜏 2 − 4∆ bernilai positif 𝜏 2 − 4∆> 0 .

Dari hasil di atas, dapat disimpulkan bahwa titik tetap 𝑥1 , 0 merupakan “sadel”.

1+ 1−4𝑕
Untuk 𝑥2 , 0 = ,0
2

Substitusi titik tetap 𝑥2 , 0 ke L1 sehingga matriks Jacobi menjadi :


𝐴 𝑥 1 ,0 = − 1 − 4𝑕 −𝑎
0 𝑏−𝑑

Dengan demikian diperoleh :


𝜏 = − 1 − 4𝑕 + 𝑏 − 𝑑 , berbentuk real negatif.
∆ = − 1 − 4𝑕 𝑏 − 𝑑 , akan bernilai positif karena 𝑏 < 𝑑 sehingga dapat kita ketahui
bahwa kedua nilai eigen sama tanda.
2
𝜏 2 − 4∆ = − 1 − 4𝑕 + 𝑏 − 𝑑 + 4 1 − 4𝑕 𝑏 − 𝑑 , dengan 4 1 − 4𝑕 𝑏 − 𝑑
2
bernilai negative, dapat dilihat bahwa − 1 − 4𝑕 + 𝑏 − 𝑑 > 4 1 − 4𝑕 𝑏 − 𝑑
sehingga 𝜏 2 − 4∆ akan bernilai positif 𝜏 2 − 4∆> 0 .

Dari hasil di atas, dapat disimpulkan bahwa titik tetap 𝑥1 , 0 merupakan “simpul
stabil”.
1
b) Jika 𝑏 = 𝑑 dan 0 < 𝑕 <
4
Dari Lema 3.1 dapat diketahui bahwa dengan syarat seperti di atas maka sistem (3.3) memiliki
1− 1−4𝑕 1+ 1−4𝑕
dua titik tetap, yaitu : 𝑥1 , 0 = , 0 dan 
2, 0 = ,0 .
2 2

1− 1−4𝑕
Untuk 𝑥1 , 0 = ,0
2

Substitusi titik tetap 𝑥1 , 0 ke L1 sehingga matriks Jacobi menjadi :


𝐴 𝑥 1 ,0 = 1 − 4𝑕 −𝑎
0 0

Dengan demikian diperoleh :


𝜏 = 1 − 4𝑕, berbentuk real positif.
28

∆ = 0, sehingga dapat kita ketahui bahwa salah satu nilai eigen bernilai 0.
2
𝜏 2 − 4∆ = 1 − 4𝑕 , akan bernilai positif 𝜏 2 − 4∆> 0 .

Dari hasil di atas, dapat disimpulkan bahwa titik tetap 𝑥1 , 0 merupakan “degenerate”.

1+ 1−4𝑕
Untuk 𝑥2 , 0 = ,0
2

Substitusi titik tetap 𝑥2 , 0 ke L1 sehingga matriks Jacobi menjadi :


𝐴 𝑥 1 ,0 = − 1 − 4𝑕 −𝑎
0 0

Dengan demikian diperoleh :


𝜏 = − 1 − 4𝑕, berbentuk real negatif.
∆ = 0, sehingga dapat kita ketahui bahwa salah satu nilai eigen bernilai 0.
2
𝜏 2 − 4∆ = − 1 − 4𝑕 , akan bernilai positif 𝜏 2 − 4∆> 0 .

Dari hasil di atas, dapat disimpulkan bahwa titik tetap 𝑥1 , 0 merupakan “degenerate”.

𝑏 𝑎 𝑏−𝑑 −𝑏 2 1
c) Jika 0 < 𝑏 − 𝑑 < dan <𝑕< .
𝑎 2𝑏 4

Dari Lema 3.1 dapat diketahui bahwa dengan syarat seperti di atas maka sistem (3.3) memiliki
1− 1−4𝑕 1+ 1−4𝑕
dua titik tetap, yaitu : 𝑥1 , 0 = , 0 dan 𝑥2 , 0 = ,0 .
2 2

1− 1−4𝑕
Untuk 𝑥1 , 0 = ,0
2

Substitusi titik tetap 𝑥1 , 0 ke L1 sehingga matriks Jacobi menjadi :


𝐴 𝑥 1 ,0 = 1 − 4𝑕 −𝑎
0 𝑏−𝑑

Dengan demikian diperoleh :


𝜏 = 1 − 4𝑕 + 𝑏 − 𝑑 , berbentuk real.
∆ = 1 − 4𝑕 𝑏 − 𝑑 , akan bernilai positif karena 𝑏 − 𝑑 > 0 sehingga dapat kita
ketahui bahwa kedua nilai eigen sama tanda.
2
𝜏 2 − 4∆ = 1 − 4𝑕 + 𝑏 − 𝑑 − 4 1 − 4𝑕 𝑏 − 𝑑 , dapat dilihat bahwa
2
1 − 4𝑕 + 𝑏 − 𝑑 > 4 1 − 4𝑕 𝑏 − 𝑑 sehingga 𝜏 2 − 4∆ akan bernilai positif
2
𝜏 − 4∆> 0 .

Dari hasil di atas, dapat disimpulkan bahwa titik tetap 𝑥1 , 0 merupakan “simpul tak
stabil”.

1+ 1−4𝑕
Untuk 𝑥2 , 0 = ,0
2

Substitusi titik tetap 𝑥2 , 0 ke L1 sehingga matriks Jacobi menjadi :


𝐴 𝑥 1 ,0 = − 1 − 4𝑕 −𝑎
0 𝑏−𝑑

Dengan demikian diperoleh :


𝜏 = − 1 − 4𝑕 + 𝑏 − 𝑑 , berbentuk real.
∆ = − 1 − 4𝑕 𝑏 − 𝑑 , akan bernilai negatif karena 𝑏 − 𝑑 > 0 sehingga dapat kita
ketahui bahwa kedua nilai eigen beda tanda.
29

2
𝜏 2 − 4∆ = − 1 − 4𝑕 + 𝑏 − 𝑑 + 4 1 − 4𝑕 𝑏 − 𝑑 , dapat dilihat bahwa 𝜏 2 − 4∆
bernilai positif 𝜏 2 − 4∆> 0 .

Dari hasil di atas, dapat disimpulkan bahwa titik tetap 𝑥1 , 0 merupakan “sadel”.

atau

𝑏 1
Jika 𝑏 − 𝑑 > dan 0 < 𝑕 < maka akan diperoleh kesimpulan yang sama dengan yang di
𝑎 4
𝑏 𝑎 𝑏−𝑑 −𝑏 2 1
atas, yaitu ketika 0 < 𝑏 − 𝑑 < dan <𝑕< .
𝑎 2𝑏 4
30

Lampiran 7. Pembuktian Teorema 3.4


2
𝑎 𝑏−𝑑 −𝑏
𝑕0 = ,
2𝑏
1
𝑕 = 𝑕0 < ,
4
Dari Lema 3.1 diketahui bahwa sistem (3.3) memiliki tiga titik tetap yaitu :

1 − 1 − 4𝑕 1 + 1 − 4𝑕
𝑥1 , 0 = , 0 , 𝑥2 , 0 = ,0 ,
2 2
𝑏−𝑎 𝑏−𝑑 𝑏−𝑑 ∗ 𝑏−𝑑
𝑥1∗ , 𝑦1∗ = , 𝑥1 = 𝑕0 , 𝑕0 .
2𝑏 𝑑 𝑑

2
di mana 𝑖 = 1,2, ∆ = 𝑎 𝑏 − 𝑑 − 𝑏 − 4𝑕𝑏 2 .

(I) Jika 𝑎 ≠ 𝑏

1− 1−4𝑕
Untuk 𝑥1 , 0 = ,0
2

Substitusi titik tetap 𝑥1 , 0 ke L1 sehingga matriks Jacobi menjadi :


𝐴 𝑥 1 ,0 = 1 − 4𝑕 −𝑎
0 𝑏−𝑑

Dengan demikian diperoleh :


𝜏 = 1 − 4𝑕 + 𝑏 − 𝑑 , berbentuk real.
∆ = 1 − 4𝑕 𝑏 − 𝑑 , akan bernilai positif karena 𝑏 − 𝑑 > 0 sehingga dapat kita
ketahui bahwa kedua nilai eigen sama tanda.
2
𝜏 2 − 4∆ = 1 − 4𝑕 + 𝑏 − 𝑑 − 4 1 − 4𝑕 𝑏 − 𝑑 , dapat dilihat bahwa
2
1 − 4𝑕 + 𝑏 − 𝑑 > 4 1 − 4𝑕 𝑏 − 𝑑 sehingga 𝜏 2 − 4∆ akan bernilai positif
2
𝜏 − 4∆> 0 .

Dari hasil di atas, dapat disimpulkan bahwa titik tetap 𝑥1 , 0 merupakan “simpul tak stabil”.

1+ 1−4𝑕
Untuk 𝑥2 , 0 = ,0
2

Substitusi titik tetap 𝑥2 , 0 ke L1 sehingga matriks Jacobi menjadi :


𝐴 𝑥 1 ,0 = − 1 − 4𝑕 −𝑎
0 𝑏−𝑑

Dengan demikian diperoleh :


𝜏 = − 1 − 4𝑕 + 𝑏 − 𝑑 , berbentuk real.
∆ = − 1 − 4𝑕 𝑏 − 𝑑 , akan bernilai negatif karena 𝑏 − 𝑑 > 0 sehingga dapat kita
ketahui bahwa kedua nilai eigen beda tanda.
2
𝜏 2 − 4∆ = − 1 − 4𝑕 + 𝑏 − 𝑑 − 4 1 − 4𝑕 𝑏 − 𝑑 , akan bernilai positif 𝜏 2 −
4∆> 0 .

Dari hasil di atas, dapat disimpulkan bahwa titik tetap 𝑥2 , 0 merupakan “sadel”.

𝑏−𝑎 𝑏−𝑑 𝑏−𝑑 𝑏−𝑑


Untuk 𝑥1∗ , 𝑦1∗ = , 𝑥1∗ = 𝑕0 , 𝑕0 .
2𝑏 𝑑 𝑑

Substitusi titik tetap 𝑥1∗ , 𝑦1∗ ke L2 sehingga matriks Jacobi menjadi :


31

𝑎 𝑏−𝑑 𝑑 𝑎𝑑 2

𝐴 ∗ 𝑦∗ = 𝑏2 𝑏2
𝑥 1, 1 𝑏−𝑑 2 𝑑 𝑏−𝑑
𝑏 𝑏

Dengan demikian diperoleh :


𝑎 𝑏−𝑑 𝑑 𝑑 𝑏−𝑑 𝑎 𝑏 − 𝑑 𝑑 + 𝑏𝑑 𝑏 − 𝑑
𝜏= 2
+ = ,
𝑏 𝑏 𝑏2
berbentuk real positif.
𝑎𝑑 2 𝑏 − 𝑑 2 𝑎𝑑 2 𝑏 − 𝑑 2 2𝑎𝑑 2 𝑏 − 𝑑 2
∆= + = ,
𝑏3 𝑏3 𝑏3
akan bernilai positif sehingga dapat kita ketahui bahwa kedua nilai eigen sama tanda.
𝜏 2 − 4∆ > 0.

Dari hasil di atas, dapat disimpulkan bahwa titik tetap 𝑥1∗ , 𝑦1∗ merupakan “simpul tak stabil”.

(II) Jika 𝑎 = 𝑏

1− 1−4𝑕
Untuk 𝑥1 , 0 = ,0
2

Substitusi titik tetap 𝑥1 , 0 ke L1 sehingga matriks Jacobi menjadi :


𝐴 𝑥 1 ,0 = 1 − 4𝑕 −𝑎
0 𝑏−𝑑

Dengan demikian diperoleh :


𝜏 = 1 − 4𝑕 + 𝑏 − 𝑑 , berbentuk real.
∆ = 1 − 4𝑕 𝑏 − 𝑑 , akan bernilai positif karena 𝑏 − 𝑑 > 0 sehingga dapat kita
ketahui bahwa kedua nilai eigen sama tanda.
2
𝜏 2 − 4∆ = 1 − 4𝑕 + 𝑏 − 𝑑 − 4 1 − 4𝑕 𝑏 − 𝑑 , dapat dilihat bahwa
2
1 − 4𝑕 + 𝑏 − 𝑑 > 4 1 − 4𝑕 𝑏 − 𝑑 sehingga 𝜏 2 − 4∆ akan bernilai positif
2
𝜏 − 4∆> 0 .

Dari hasil di atas, dapat disimpulkan bahwa titik tetap 𝑥1 , 0 merupakan “simpul tak stabil”.

1+ 1−4𝑕
Untuk 𝑥2 , 0 = ,0
2

Substitusi titik tetap 𝑥2 , 0 ke L1 sehingga matriks Jacobi menjadi :


𝐴 𝑥 1 ,0 = − 1 − 4𝑕 −𝑎
0 𝑏−𝑑

Dengan demikian diperoleh :


𝜏 = − 1 − 4𝑕 + 𝑏 − 𝑑 , berbentuk real.
∆ = − 1 − 4𝑕 𝑏 − 𝑑 , akan bernilai negatif karena 𝑏 − 𝑑 > 0 sehingga dapat kita
ketahui bahwa kedua nilai eigen beda tanda.
2
𝜏 2 − 4∆ = − 1 − 4𝑕 + 𝑏 − 𝑑 − 4 1 − 4𝑕 𝑏 − 𝑑 , akan bernilai positif 𝜏 2 −
4∆> 0 .

Dari hasil di atas, dapat disimpulkan bahwa titik tetap 𝑥2 , 0 merupakan “sadel”.
32

Lampiran 8. Pembuktian Teorema 3.5

𝑏 1
Jika 0 < 𝑏 − 𝑑 < dan 0 < 𝑕 < min 𝑕0 , maka berdasarkan Lema 3.1 sistem (3.3) memiliki
𝑎 4
empat titik tetap yaitu :
1 − 1 − 4𝑕 1+ 1 − 4𝑕
𝑥1 , 0 = , 0 , 𝑥2 , 0 = ,0 ,
2 2
𝑏−𝑎 𝑏−𝑑 − ∆ 𝑏−𝑑 ∗ 𝑏−𝑎 𝑏−𝑑 + ∆ 𝑏−𝑑 ∗
𝑥1∗ , 𝑦1∗ = , 𝑥1 , 𝑥2∗ , 𝑦2∗ = , 𝑥2 .
2𝑏 𝑑 2𝑏 𝑑

2
di mana 𝑖 = 1,2, ∆ = 𝑎 𝑏 − 𝑑 − 𝑏 − 4𝑕𝑏 2 .

1− 1−4𝑕
Untuk 𝑥1 , 0 = ,0
2

Substitusi titik tetap 𝑥1 , 0 ke L1 sehingga matriks Jacobi menjadi :


𝐴 𝑥 1 ,0 = 1 − 4𝑕 −𝑎
0 𝑏−𝑑

Dengan demikian diperoleh :


𝜏 = 1 − 4𝑕 + 𝑏 − 𝑑 , berbentuk real.
∆ = 1 − 4𝑕 𝑏 − 𝑑 , akan bernilai positif karena 𝑏 − 𝑑 > 0 sehingga dapat kita
ketahui bahwa kedua nilai eigen sama tanda.
2
𝜏 2 − 4∆ = 1 − 4𝑕 + 𝑏 − 𝑑 − 4 1 − 4𝑕 𝑏 − 𝑑 , dapat dilihat bahwa
2
1 − 4𝑕 + 𝑏 − 𝑑 > 4 1 − 4𝑕 𝑏 − 𝑑 sehingga 𝜏 2 − 4∆ akan bernilai positif
2
𝜏 − 4∆> 0 .

Dari hasil di atas, dapat disimpulkan bahwa titik tetap 𝑥1 , 0 merupakan “simpul tak stabil”.

1+ 1−4𝑕
Untuk 𝑥2 , 0 = ,0
2

Substitusi titik tetap 𝑥2 , 0 ke L1 sehingga matriks Jacobi menjadi :


𝐴 𝑥 1 ,0 = − 1 − 4𝑕 −𝑎
0 𝑏−𝑑

Dengan demikian diperoleh :


𝜏 = − 1 − 4𝑕 + 𝑏 − 𝑑 , berbentuk real.
∆ = − 1 − 4𝑕 𝑏 − 𝑑 , akan bernilai negatif karena 𝑏 − 𝑑 > 0 sehingga dapat kita
ketahui bahwa kedua nilai eigen beda tanda.
2
𝜏 2 − 4∆ = − 1 − 4𝑕 + 𝑏 − 𝑑 − 4 1 − 4𝑕 𝑏 − 𝑑 , akan bernilai positif 𝜏 2 −
4∆> 0 .

Dari hasil di atas, dapat disimpulkan bahwa titik tetap 𝑥2 , 0 merupakan “sadel”.
33

Lampiran 9. Simulasi Bidang Fase dan Bidang Solusi Bifurkasi Titik Sadel Kasus 1

Bidang Fase (menggunakan Software Mathematica7.0)


Load Package “CurvesGraphics6.nb”
a  0.01; b  0.02; d  0.03; h  0.3;

PhasePlotx  1  x  , x, 0.001, 1, y, 0.001, 1, 2, 2, GridPoints  10, Frame  True, FrameLabel  "x", " y",
a x  y b x
 h, y  d 
xy y x
LabelStyle  DirectiveBold , 11

1.0

0.8

0.6
y

0.4

0.2

0.2 0.4 0.6 0.8 1.0


x

a  0.01; b  0.02; d  0.03; h  0.25;

PhasePlotx  1  x  , x, 0.001, 1, y, 0.001, 1, 2, 2, GridPoints  10, Frame  True, FrameLabel  "x", " y",
a x  y b x
 h, y  d 
xy y x
LabelStyle  DirectiveBold , 11

1.0

0.8

0.6
y

0.4

0.2

0.2 0.4 0.6 0.8 1.0


x

a  0.01; b  0.02; d  0.03; h  0.2;

PhasePlotx  1  x  , x, 0.001, 1, y, 0.001, 1, 2, 2, GridPoints  10, Frame  True, FrameLabel  "x", " y",
a x  y b x
 h, y  d 
xy y x
LabelStyle  DirectiveBold , 11
34

1.0

0.8

0.6

y
0.4

0.2

0.2 0.4 0.6 0.8 1.0


x

Bidang Fase (menggunakan Software Maple12)


35
36
37

Lampiran 10. Simulasi Bidang Fase dan Bidang Solusi Bifurkasi Titik Sadel Kasus 2

Bidang Fase (menggunakan Software Mathematica7.0)


Load Package “CurvesGraphics6.nb”

a  0.3; b  0.2; d  0.1; h  0.2;

PhasePlotx  1  x  , x, 0.001, 1, y, 0.001, 1, 2, 2, GridPoints  10, Frame  True, FrameLabel  "x", " y",
a x  y b x
 h, y  d 
xy y x
LabelStyle  DirectiveBold , 11

1.0

0.8

0.6
y

0.4

0.2

0.2 0.4 0.6 0.8 1.0


x

a  0.3; b  0.2; d  0.1; h  a  b  d   b  2  b^ 2

PhasePlotx  1  x  , x, 0.001, 1, y, 0.001, 1, 2, 2, GridPoints  10, Frame  True, FrameLabel  "x", " y",
a x  y b x
 h, y  d 
xy y x
LabelStyle  DirectiveBold , 11

1.0

0.8

0.6
y

0.4

0.2

0.2 0.4 0.6 0.8 1.0


x

a  0.3; b  0.2; d  0.1; h  0.1;

PhasePlotx  1  x  , x, 0.001, 1, y, 0.001, 1, 2, 2, GridPoints  10, Frame  True, FrameLabel  "x", " y",
a x  y b x
 h, y  d 
xy y x
LabelStyle  DirectiveBold , 11
38

1.0

0.8

0.6

y
0.4

0.2

0.2 0.4 0.6 0.8 1.0


x

Bidang Solusi (menggunakan Software Maple12)


39
40
41
42

Lampiran 11. Simulasi Bifurkasi Hopf


43

Anda mungkin juga menyukai