Anda di halaman 1dari 4

NAMA : Pani Aqilla Purnamasari

NIM : 1701454
KELAS : PPB-B 2017
MATA KULIAH : Bimbingan dan Konseling
Multibudaya
DOSEN : Mamat Supriatna, M.Pd.
Dr. Nandang Budiman, M.Si

ISU-ISU BUDAYA

Kebudayaan yang diciptakan manusia dalam kelompok dan wilayah yang berbeda
menghasilkan keragaman budaya. Setiap persekutuan hidupp manusia (masyarakat, ras, dan
bangsa) memiliki kebudayaan sendiri yang berbeda dengan kebudayaan kelompok lain.
Kebudayaan yang dimiliki sekelompok manusia membentuk ciri dan menjadi pembeda
dengan kelompok lain. Dengan demikian, kebudayaan merupakan identitas penekanan hidup
manusia (Ridwan, 2015: 259).
Individu perlu memhami dinamika kebudayaan untuk lmengetahui berbagai isu-isu
budaya yang sering kali terjadi. Dinamika kebudayaan tersebut perlu dipahami oleh individu
agar tidak terjadi problematika kebudayaan seperti fanatisme suku bangsa (ethnosentrisme)
yakni penilaian terhadap kebudayaan orang lain atas dasar nilai dan stadar budaya sendiri,
goncangan kebudayaan (culture shock) merupakan ketidaksesuaian unsur-unsur yang saling
berbeda sehingga menghasilkan suatu pola yang tidak berfungsi secara serasi bagi
masyarakat, dan konflik kebudayaan (culture conflict) (Ahmadi, 2007: 207)
Penyebaran kebudayaan perlu dipahami secara positif sebagai perkembangan budaya
dari satu kelompok ke kelompok yang lain, atau suatu masyarakat ke masyarakat lain. Perlu
dipahami bahwa penyebaran budaya (Difusi) tidak selamanya positif, namun apabila
masyarakat kurang bijaksana dalam menyaring kebudayaan asing maka potensi kehilangan
nilai-nilai budaya lokal perlahan akan terjadi (Winarno, 2010: 207), misalnya globalisasi dari
berbagai kebudayaan barat seperti fenomena pola hidup konsumtif, hedonisme, pragmatis,
dan individualistik. Akibatnya, nilai budaya bangsa seperti rasa kebersamaan dan
kekeluargaan, lambat laun bisa hilang dari masyarakat Indonesia
Dalam Isu perubahan kebudaayan perlu dipahami bahwa perubahan kebudayaan
terjadi sebagai akibat dari adanya ketidaksesuaian antara unsur-unsur budaya yang berbeda,
sehingga terjadi keadaan yang fungsinya tidak serasi bagi kehidupan. Individu perlu
memahami bahwa perubahan kebudayaan mencakup banyak aspek, baik bentuk, sifat
perubahan, dampak perubahan, maupun mekanisme yang dilaluinya. Perubaan kebudayaan
mencakup perkembangan kebudayan seperti pembangunan dan modernisasi (Ridwan, 2015:
260)
Memahami Isu Budaya berkaitan erat dengan Keragaman kebudayaan di Indonesia.
Keragaman merupakan ciri khas yang membanggakan. Namun demikian, keragaman tidak
serta merta menciptakan keunikan, keindahan, kebanggaan, dan hal-hal baik lainnya, apabila
masyarakat Indonesia tidak menghargai kesetaraan. Persoalan yang biasa terjadi terkait
dengan keragaman budaya adalah adanya diskriminasi antar suku. Karena keragaman inilah
kita sebagai masyarakat Indonesia perlu memahami isu keragaman budaya dengan baik untuk
membangun Indonesia yang multikultural (Sutano, 2007: 12). Menurut Sutarno dalam
(Ridwan, 2015: 264) ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam meningkatkan
pemahaman mengenai isu budaya yakni meminimalisir berbagai penyakit budaya yang
seringkali memicu konflik dan disintegrasi. Adapun beberapa hal yang menyebabkan konflik
dan disintegrasi yakni ethnosentrisme, stereotip, prasangka buruk, rasisme, diskriminasi, dan
scape goating (kambing hitam).
Dalam Keragman kebudayaan dan perubahan budaya seringkali terjadi probelmatika
yaitu:
a. Masalah Konflik antar Etnis
Sesuai dengan kodratnya sebagai makhluk sosial, manusia selalu
membutuhkan kehadiran orang lain di sekitarnya. Tanpa kehadiran orang lain,
manusia tidak akan berarti apa-apa. Kondisi ini akan berakibat terjadinya interaksi
sosial antar manusia. Sebagai dampak dari interaksi tersebut, terjadi pertemuan
beberapa karakter, bahkan beberapa kebudayaan yang dibawa oleh masing-masing
individu. Akibatnya, dari bertemunya individu-individu tersebut menyebabkan: a.
Tolak-menolak (konfrontasi), Asimilasi, dan Akulturasi. Menyadari kondisi
konflik tersebut, diperlukan penanganan yang cepat dan tepat sehingga konflik
yang awalnya bersifat individu tidak menjalar menjadi konflik antar etnis. Perlu
disadari bahwa perbedaan yang ada pada setiap suku bangsa mempunyai tata nilai
dan tradisi yang berbeda-beda pula. Sudah saatnya setiap warga Negara bersikap
terbuka dan mau menerima kebudayaan etnis lain. Pandangan primordial yang
akan membawa pada suatu sikap picik perlu segera diubah, serta munculnya
perasaan superior harus segera ditinggalkan .
b. Masalah konflik antar Agama
Dalam pandangan fungsional, agama adalah sesuatu yang mempersatukan
inspirasi paling luhur, memberikan pedoman moral, serta memberikan ketenangan
individu dan kedamainan bagi masyarakat (Wuryati, 2007). Namun, pada saat
yang sama, kadang-kadang agama dijadikan sebagai alat untuk memecah
persatuan bangsa. Agama dijadikan sebagai kedok untuk mencapai ambisi yang
diinginkan. Akibatnya, masyarakat mempunyai pemikiran sempit, dan mudah
terbakar dengan segala macam isu yang dihembuskan oleh orang-orang yang tidak
bertanggung jawab. Maka untuk mencegah konflik antar agama individu perlu
mengembangkan toleransi antar umat beragama dan membiarkan orang lain
melakukan kegiatan keagamaan merupakan suatu keharusan yang perlu dilakukan.
c. Masalah konflik antara Mayoritas dengan Minoritas
Keragaman yang dimiliki bangsa Indonesia adalah sebuah kekayaan yang
tidak ternilai harganya. Namun, keragaman ini akan menjadi bencana seandainya
tidak dikelola dengan baik. Keragaman sangat berpotensi untuk memunculkan
konflik. Di Indonesia masih banyak dijumpai adanya perasaan sebagai etnis yang
merasa paling berkuasa di wilayahnya. Akibatnya, etnis lain yang secara ekonomi
lebih mapan dapat menjadi pemicu terjadinya konflik. Oleh karena itu, setiap etnis
harus dapat menghargai setiap perbedaan yang ada, karena perbedaan adalah
sebuah anugerah, bukan musibah (Ridwan, 2015: 268).
d. Masalah perlakuan Dikriminatif
Seringkali terjadi perlakuan diskriminatif antar suku sehingga tantangan pada
saat ini adalah bagaimana bangsa Indonesia dapat hidup damai berdampingan satu
sama lain. Untuk itu harus dihilangkan prasangka buruk, salah paham dan
kebencian, serta menemukan dan mengembangkan nilai-nilai bersama, yaitu nilai
kemanusiaan yang mengikat sebagai satu bangsa. Oleh karena itu, sikap toleransi
antar suku bangsa, agama, dan antar golongan harus benar-benar dikembangkan.

Isu-Isu Budaya perlu dipahami oleh individu dengan tujuan untuk mengurangi
dampak gegar budaya (culture shock), dan meningkatkan berbagai pengalaman positif antar
budaya. Menurut Litvin (Mulyana, 2005: 50) memahami keragaman budaya mampu
mengembangkan kognitf dan afektif individu, tujuanya agar individu lebih menyadari bias
budaya sendiri, lebih peka secara budaya, memperoleh kapasitas untuk benar-benar terlibat
dengan anggota dari budaya lain untuk menciptakan hubungan jangka panjang, lebih
memahami peran budaya dalam kehidupan, membantu memahami dan menyadari bahwa
sistem-sistem nilai yang berbeda dapat dipelajari secara sistematis.
Referensi
Ahmadi, A. (2007). Sosiologi Pendidikan . Jakarta: Rhineka Cipta .

Mulyana, D. (2005). Komunikasi Antar Budaya. Panduan Berkomunikasi dengan orang-orang


berbeda budaya. Bandung: Remaja Rosdakarya .

Ridwan. (2015). Problematika keragaman kebudayaan dan alternatif pemecahan (perspektif


sosiologi)). Jurnal Madaniyah, Volume 2 Edisi IX, 254-270.

Sutano. (2007). Pendidikan Multikultural. Jakarta: Proyek PJJ S1 PGSD Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi .

Winarno, H. d. (2010 ). Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta : Bumi Aksara.

Wuryati, N. (2007). Sosiologi. Jakarta : Arya Duta.

Anda mungkin juga menyukai