Anda di halaman 1dari 3

Assalamu Alaikum Wr. Wb.

Selamat Pagi dan Salam Sehat Indonesia!

Saya ingin mengawali sambutan singkat dan ringan ini dengan mengutip pesan singkat Buya Syafii
Maarif melalui layanan pesan singkat kepada kepada saya: “…Pak Dokter, … saya baru tahu 20%
puskesmas belum punya dokter umum. Saya harap IDI berjuang keras untuk memenuhi kekosongan
ini…”. Pesan berikutnya, “…mohon rakyat kecil tetap dibela”.

Menurup penangkapan saya, pesan singkat tersebut mengarah kepada dua hal. Pertama, agar IDI dan anggota
memperhatikan pemerataan pelayanan kesehatan guna mewujudkan keadilan sosial di bidang
kesehatan. Kedua, agar IDI dan anggotanya memperhatikan kesehatan orang kecil.

Berbicara tentang orang kecil berarti bercerita tentang rakyat miskin, duafa, dan tak berpunya lainnya. Orang
kecil kerap pula disebut “orang pinggiran. Sebutan orang pinggiran bagi orang kecil, melekat boleh jadi karena
memang orang kecil yang miskin itu hidupnya selalu di pinggiran. Atau mungkin pula karena mereka
terpinggirkan oleh keadaan atau karena sengaja dipinggirkan, tanpa ada upaya untuk menolong dan menariknya
ke tengah pusaran kehidupan untuk berdiri tegak, sebagaimana saudara sebangsanya yang lain.

Orang orang kecil yang miskin ini membutuhkan komitmen pemerintah dan dokter Indonesia. Komitmen Dokter
Indonesia untuk merawat Indonesia dengan cara menyehatkan dan memberdayakan rakyatnya. Dokter yang
menyehatkan dan memberdayakan dapat ditunjukkan pada tiga sisi:

1. Di tengah masyarakat menjadi center of empowerment

2. Di tengah fasilitas pelayanan kesehatan menjadi motor of health services

3. Di tengah problematika kesehatan menjadi health problem solver

Untuk mewujudkan komitmen kepada orang kecil yang miskin, dokter Indonesia harus mempunyai kepekaan
atas persoalan kesehatan rakyat. Disinyalir, hubungan dokter pasien yang transaksional saat ini menyebabkan
pelayanan kesehatan sangat berorientasi ekonomis, yang kemudian sedikit demi sedikit menggerus kepekaan
sosial kesehatan dokter. Nilai-nilai keluhuran profesi dokter pun menjadi terganggu akibatnya.

Karena itu sehingga pada saat Muktamar Dokter Indonesia ke 28 di Makassar yang lalu, muncul suatu semangat
baru untuk mengembalikan dokter Indonesia ke etika moralnya. Semangat ini tentu sangat bagus karena berarti
akan memberi harapan kepada seluruh masyarakat, terutma orang orang kecil yang membutuhkan pertolongan.

Satu hal penting sehingga membuat dokter Indonesia tidak bisa dipisahkan dengan orang miskin ialah karena
orang miskin itu guru sejatinya para dokter. Orang miskin adalah guru yang tak pernah mengeluh, marah, dan
lelah mengajarkan ilmu kedokteran kepada para calon dokter sampai menjadi dokter atau dokter spesialis.
Karena itu selayaknya para dokter memberi penghomatan dan perhatian khusus kepada guru sejatinya. Dan
juga semestinya para dokter menaru rasa malu (siri’, masiri’: Bugis) kepada guru sejatinya. Dokter Indonesia
mestinya senantiasa berhati-hati dalam bertutur kata serta berperilaku terhadapnya. Baik ketika sang guru
masih sehat walafiat, terlebih lagi ketika ia sakit.
Masyarakat Indonesia, terutama orang kecil yang miskin sangat menaruh harapan besar kepada dan IDI dan
anggotanya untuk dapat berperan mendorong terjadinya perubahan paradigma hubungan dokter pasien yang
transaksional melalui SJSN/BPJS ini sehingga nilai-nilai keluruhan profesi tetap terjaga. Dan bahkan dengan
SJSN/BPJS diharapkan dapat mendorong terwujudnya pembangunan kesehatan yang berkeadilan sosial. Suatu
pembangunan yang mengedepankan mutu pelayanan kesehatan dan aksesibilitas pelayanan.

Harapan masyarakat terhadap IDI dan dokter Indonesia tentu tidak salah alamat. Sebab bukankan dokter
Indonesia itu seorang profesional terpelajar (cendekia). Lebih dari itu dokter Indonesia adalah profesional
cendekia yang masih dipercaya mesyarakat memegang erat tadisi luhur. Karena itu, kepercayaan masyarakat
untuk tegaknya keadilan sosial kesehatan seharusnya dijaga betul oleh kita semua.

Bagi seorang dokter, pelayanan kesehatan yang berkeadilan sosial adalah berlaku adil pada pada masyarakat
yang membutuhkan pelayanan kesehatan dan juga berlaku adil bagi dokter yang memberi layanan kesehatan.

Dalam memberi pelayanan kesehatan yang bermutu, tentu saja dokter Indonesia membutuhkan daya saing
berupa kompetensi dan pendukung fasiltas serta teknologi yang memadai. Dan semua itu membutuhkan
ketersediaan anggaran.

Karena itu bila kita ingin mewujudkan Indonesia Yang Adil dan Menyehatkan, selain mengharuskan adanya
perhatian khusus kepada orang kecil yang terpinggirkan, yaitu mereka yang bermukim di daerah kumuh
perkotaan, daerah tertinggal, dan pulau-pulau terluar di Indonesia, juga mewajibkan pemerintah memenuhi dan
memaksimalkan anggaran kesehatan sebagaimana yang diamanahkan oleh UU.

Keadilan sosial di sektor kesehatan, sangat penting dan mendasar karena berkaitan dengan sehat dan sakit
seseorang. Berkaitan dengan nyawa manusia. Karena itu, seandainya keadilan sosial sulit sekali diwujdukan di
negeri ini, jangan pula di sektor kesehatan kita tidak berupaya keras untuk mewujudkannya.

Demikian semoga kapal besar kita yang bernama Indonesia dan Ikatan Dokter Indonesia dapat kita rawat dan
berdayakan bersama untuk sampai berlabuh ke tujuan yang diharapakn bersama, yakni “Adil – Makmur Yang
diridhoi Allah SWT”. Yakin Usaha Sampai!

Billahit Taufiq Walhidayah

Wassalamu Alaikum Wr. Wb.

MENGAWALI SAMBUTAN INI, MARILAH KITA PANJATKAN PUJI DAN SYUKUR KEHADIRAT ALLAH SWT,
KARENA ATAS RAHMAT SERTA KARUNIANYA KITA SENANTIASA MASIH DIBERIKAN KESEHATAN,
SEHINGGA PADA SAAT INI KITA DAPAT BERSILATURAHMI MELALUI ACARA BAKTI SOSIAL
PEMERIKSAAN DAN PENGOBATAN GRATIS YANG DISELENGGARAKAN OLEH KERJASAMA PONTREN AL-
IHSAN DAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN …………………. SERTA RS. UMUM DJUANDA, SEMOGA
ALLAH SWT. MERIDHOI SETIAP LANGKAH KITA.
SHOLAWAT SERTA SALAM SEMOGA TETAP TERCURAH KEPANGKUAN NABI BESAR MUHAMMAD SAW.
PARA KELUARGA, SAHABAT SERTA KITA UMATNYA YANG TAAT KEPADA AJARANNYA. AMIIN.
PADA PAGI HARI INI KITA MERASA BERBAHAGIA,MENYAKSIKAN SATU WUJUD KETELADANAN DARI
PONTREN AL-IHSAN DAN STIKKU SERTA RS. UMUM DJUANDA, BAHWA DALAM MENGISI KEUTAMAAN
BULAN MAULID INI TERGUGAH UNTUK MENYELENGGARAKAN KEGIATAN YANG INOVATIF.
SAYA MERASA BERBANGGA HATI SEKALIGUS MEMBERIKAN PENGHARGAAN KEPADA PIMPINAN
PONTREN AL-IHSAN, KETUA STIKKU SERTA DIREKTUR RS. UMUM DJUANDA ……………….., YANG DALAM
HAL INI DAPAT MEMBERIKAN BIMBINGAN SERTA SUMBANGSIH KEGIATAN BHAKTI SOSIAL SECARA
NYATA UNTUK PEMBANGUNAN DI BIDANG KESEHATAN, YANG MERUPAKAN SALAH SATU
PERWUJUDAN KEPEDULIAN UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS KESEHATAN MASYARAKAT.

UNTUK KONDISI SEKARANG, TANTANGAN ZAMAN DI BIDANG KESEHATAN SEMAKIN


KOMPLEK DAN PERLU PENANGANAN YANG LEBIH SERIUS SEJALAN DENGAN TINGKAT
PEREKONOMIAN MASYARAKAT KABUPATEN ………….. YANG SEDANG DIDORONG
PERTUMBUHANNYA.

UNTUK ITU MELALUI KEGIATAN BHAKTI SOSIAL INI, JELAS AKAN MEMBERIKAN DAMPAK POSITIF
UNTUK TERBANGUNNYA KONDISI KESEHATAN MASYARAKAT YANG LEBIH BAIK,

SELANJUTNYA SAYA BERPESAN KEPADA MAHASISWA BIDAN DESA PROGRAM PEMDA


KABUPATEN ……………, KESEMPATAN BAKTI SOSIAL KEMASYARAKATAN HARUS BETUL-
BETUL DAPAT DIPAHAMI SEBAGAI SATU ARENA KOMUNIKATIF, DIMANA SETIAP MAHASISWA
HARUS MEMILIKI TINGKAT KEMAMPUAN YANG BENAR-BENAR ADAPTIF DENGAN TUNTUNAN
ZAMAN. DILUAR TUGAS UTAMANYA MENGGALI ILMU UNTUK MENGHANTARKAN PARA
MAHASISWA SEBAGAI AGEN INTELEKTUAL MASA KINI DAN AKAN DATANG.

KARENANYA, SEKALI LAGI SAYA MENGUCAPKAN TERIMA KASIH, ATAS KONTRIBUSINYA YANG TELAH
MELAKSANAKAN SATU TEROBOSAN BAKTI SOSIAL YANG SANGAT BERMANFAAT BAGI MASYARAKAT
KHUSUSNYA DESA …………………… DAN UMUMNYA KECAMATAN …………………., SEMOGA ALLAH SWT.
MERIDHOI USAHA DAN KERJA KERAS KITA SEKALIAN, AMIIN.

DEMIKIAN SAMBUTAN SAYA, SELANJUTNYA SERAYA MEMBACA BASMALAH “ BISMILLAHIR


ROHMAANIR ROHIIM “ ACARA BAKTI SOSIAL PEMERIKSAAN DAN PENGOBATAN GRATIS, SAYA
NYATAKAN DIMULAI.
SEMOGA ALLAH SWT. SENANTIASA MELIMPAHKAN KEBERKAHAN KEPADA KITA SEMUA,
AMIN.
BILLAHIT TAUFIQ WAL HIDAYAH.

WASSALAMU’ ALAIKUM WR. WB.

Anda mungkin juga menyukai