karena etika Pancasila tercermin dalam empat tabiat saleh, yaitu kebijaksanaan,
kesederhanaan, keteguhan, dan keadilan.
1. Kebijaksanaan artinya melaksanakan suatu tindakan yang didorong oleh
kehendak yang tertuju pada kebaikan serta atas dasar kesatuan akal – rasa –
kehendak yang berupa kepercayaan yang tertuju pada kenyataan mutlak (Tuhan)
dengan memelihara nilai-nilai hidup kemanusiaan dan nilai-nilai hidup religius.
Contoh :
Seorang pemimpin perusahaan yang harus bijak mengambil keputusan di dalam
perusahaan
2. Kesederhaaan artinya membatasi diri dalam arti tidak melampaui batas dalam
hal kenikmatan.
Contoh :
Apabila memiliki uang lebih, maka uang tersebut ditabung untuk keperluan
mendatang. Tidak dihambur-hamburkan untuk berfoya-foya.
3. Keteguhan artinya membatasi diri dalam arti tidak melampaui batas dalam
menghindari penderitaan.
Contoh :
mempertahankan keyakinan sesuai dengan kebenaran yang ada. Misalnyal
meyakini bahwa mencontek itu dilarang maka apapun situasinya bagaimanapun
sulitnya apabila sudah teguh pendirian maka hal tsebut tidak akan dilakukan.
terima kasih.
4. Keadilan artinya memberikan sebagai rasa wajib kepada diri sendiri dan
manusia lain, serta terhadap Tuhan terkait dengan segala sesuatu yang telah
menjadi haknya.
Contoh :
Orang tua yang mempunyai 2 anak , mereka harus bias adil memperlakukan
anak mereka agar tidak ada iri hati
5. Apa yang terjadi apabila sistem etika tidak diterapkan dalam kehidupan sehari-
hari ?
Jawab :
Apabila tidak menerapkan etika. Maka akan terjadi beberapa hal berikut :
Pertama, dekadensi moral yang melanda kehidupan masyarakat, terutama
generasi muda sehingga membahayakan kelangsungan hidup bernegara.
Generasi muda yang tidak mendapat pendidikan karakter yang memadai
dihadapkan pada pluralitas nilai yang melanda Indonesia sebagai akibat
globalisasi sehingga mereka kehilangan arah. Dekadensi moral itu terjadi ketika
pengaruh globalisasi tidak sejalan dengan nilai-nilai Pancasila, tetapi justru
nilai-nilai dari luar berlaku dominan. Contoh-contoh dekadensi moral, antara
lain: penyalahgunaan narkoba, kebebasan tanpa batas, rendahnya rasa hormat
kepada orang tua, menipisnya rasa kejujuran, tawuran di kalangan para pelajar.
Kedua, korupsi akan bersimaharajalela karena para penyelenggara negara tidak
memiliki rambu-rambu normatif dalam menjalankan tugasnya. Para
penyelenggara negara tidak dapat membedakan batasan yang boleh dan tidak,
pantas dan tidak, baik dan buruk (good and bad).
Ketiga, kurangnya rasa perlu berkontribusi dalam pembangunan melalui
pembayaran pajak. Hal tersebut terlihat dari kepatuhan pajak yang masih rendah,
padahal peranan pajak dari tahun ke tahun semakin meningkat dalam membiayai
APBN.
Keempat, pelanggaran hak-hak asasi manusia (HAM) dalam kehidupan
bernegara di Indonesia ditandai dengan melemahnya penghargaan seseorang
terhadap hak pihak lain. Kasus-kasus pelanggaran HAM yang dilaporkan di
berbagai media, seperti penganiayaan terhadap pembantu rumah tangga (PRT),
penelantaran anak-anak yatim oleh pihak-pihak yang seharusnya melindungi,
kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), dan lain-lain.
Kelima, kerusakan lingkungan yang berdampak terhadap berbagai aspek
kehidupan manusia, seperti kesehatan, kelancaran penerbangan, nasib generasi
yang akan datang, global warming, perubahan cuaca, dan lain sebagainya.
Contoh yang paling jelas adalah pembakaran hutan di Riau sehingga
menimbulkan kabut asap.
6. Jelaskan mengapa terjadi Dekadensi Moral
Jawab :
Dekadensi moral itu terjadi ketika pengaruh globalisasi tidak sejalan dengan
nilai-nilai Pancasila, tetapi justru nilai-nilai dari luar berlaku dominan. Oleh
karena itu, Pancasila sebagai sistem etika diperlukan kehadirannya sejak dini,
terutama dalam bentuk pendidikan karakter di sekolah-sekolah.
7. Bagaimana peran Pancasila dalam Sistem Etika untuk mengatasi korupsi yang
merajalela di Indonesia ?
Jawab :
Pancasila sebagai sistem etika terkait dengan pemahaman atas kriteria baik
(good) dan buruk (bad). Archie Bahm dalam Axiology of Science, menjelaskan
bahwa baik dan buruk merupakan dua hal yang terpisah. Namun, baik dan buruk
itu eksis dalam kehidupan manusia, maksudnya godaan untuk melakukan
perbuatan buruk selalu muncul. Ketika seseorang menjadi pejabat dan
mempunyai peluang untuk melakukan tindakan buruk (korupsi), maka hal
tersebut dapat terjadi pada siapa saja. Oleh karena itu, simpulan Archie Bahm,
”Maksimalkan kebaikan, minimalkan keburukan” (Bahm, 1998: 58). Apabila
pejabat telah menerapkan pancasila sebagai sistem etika, maka mereka akan
enggan untuk melakukan korupsi karena bertentangan dengan nilai-nilai
Pancasila.
8. Mengapa masih sering terjadi pelanggaran terhadap hak asasi manusia (HAM) ?
Jawab :
Hal itu menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat terhadap nilai-nilai Pancasila
sebagai sistem etika belum berjalan maksimal. Oleh karena itu, di samping
diperlukan sosialisasi sistem etika Pancasila, diperlukan pula penjabaran sistem
etika ke dalam peraturan perundang-undangan tentang HAM. Dari hal ini dapat
ditelusuri bahwa terdapat 2 faktor yang menyebabkan terjadinya pelanggaran
HAM, yakni faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal antara lain meliputi ego yang tinggi, kesadaran yang rendah akan
pentingnya HAM, kurangnya sikap toleransi. Ego yang tinggi dapat membuat
kita kehilangan akal sehat. Kita bisa menghalalkan segala cara untuk memenuhi
ego kita tersebut, termasuk melanggar HAM orang lain. Kemudian kurangnya
rasa toleransi. Hal inilah yang terjadi di negeri kita akhir-akhir ini. Sebagai
contoh yaitu Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok yang ditolak menjadi
pemimpin hanya karena agama dan ras yang berbeda dengan mayoritas rakyat
Indonesia. Ahok juga dicemooh dan difitnah terus-menerus. Menurut saya, ini
juga disebabkan karena rendahnya toleransi masyarakat Indonesia akibat ras,
suku, agama, dan budaya. Faktor ini menyebabkan banyak orang melanggar
HAM karena merasa kelompok dirinya yang paling benar. Selanjutnya yaitu
faktor eksternal, antara lain penyalahgunaan kekuasaan, ketidaktegasan aparat
penegak hukum, penyalahgunaan teknologi, serta kesenjangan sosial.
Penyalahgunaan kekuasaan ini dapat kita lihat pada kasus yang sudah sangat
marak di Indonesia, yaitu korupsi.
9. Sumber politis Pancasila sebagai Sistem Etika terdapat pada?
Jawab :
Sumber politis Pancasila sebagai sistem etika terdapat dalam norma-norma dasar
(Grundnorm) sebagai sumber penyusunan berbagai peraturan perundangan-
undangan di Indonesia. Pancasila sebagai sistem etika merupakan norma
tertinggi (Grundnorm) yang sifatnya abstrak, sedangkan perundang-undangan
merupakan norma yang ada di bawahnya bersifat konkrit.
10. Bagaimana pengaruh Pancasila sebagai Sistem Etika pada kehidupan sehari-hari
pada era sekarang ini?
Jawab :
Sistem etika Pancasila pada era reformasi tenggelam dalam eforia demokrasi.
Namun seiring dengan perjalanan waktu, disadari bahwa demokrasi tanpa
dilandasi sistem etika politik akan menjurus pada penyalahgunaan kekuasaan,
serta machiavelisme (menghalalkan segala cara untuk mencapi tujuan).