Anda di halaman 1dari 11

TUGAS RINGKASAN

TEORI MODEL PROMOSI KESEHATAN

Disusun Oleh:

DINDA SAHYATI RIZKI NALIA POHAN

G1A115063

Dibimbing Oleh:

Bapak M. Ridwan, S.KM, MPH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS JAMBI

2018
1. Health belief Model
Health belief model adalah suatu model yang digunakan untuk menggambarkan
kepercayaan individu terhadap perilaku hidup sehat, sehingga individu akan melakukan
perilaku sehat, perilaku sehat tersebut dapat berupa perilaku pencegahan maupun
penggunaan fasilitas kesehatan.
Health belief model ini sering digunakan untuk memprediksi perilaku kesehatan
preventif dan juga respon perilaku untuk pengobatan pasien dengan penyakit akut dan
kronis.Namun akhir-akhir ini teori Health belief model digunakan sebagai prediksi
berbagai perilaku yang berhubungan dengan kesehatan. Konsep utama dari health belief
model adalah perilaku sehat ditentukan oleh kepercaaan individu atau presepsi tentang
penyakit dan sarana yang tersedia untuk menghindari terjadinya suatu penyakit.
Gambaran Health belief model terdiri dari 6 dimensi, diantaranya:
 Perceived susceptibility atau kerentanan yang dirasakan konstruk tentang resiko
atau kerentanan (susceptibility) personal, Hal ini mengacu pada persepsi subyektif
seseorang menyangkut risiko dari kondisi kesehatannya. Di dalam kasus penyakit
secara medis, dimensi tersebut meliputi penerimaanterhadap hasil diagnosa,
perkiraan pribadi terhadap adanya resusceptibilily (timbul kepekaan kembali), dan
susceptibilily (kepekaan) terhadap penyakit secara umum.
 Perceived severity atau kesriuasan yang dirasa.Perasaan mengenai keseriusan
terhadap suatu penyakit, meliputikegiatan evaluasi terhadap konsekuensi klinis dan
medis (sebagai contoh, kematian, cacat, dan sakit) dan konsekuensi sosial yang
mungkin terjadi (seperti efek pada pekerjaan, kehidupan keluarga, dan hubungan
sosial). Banyak ahli yang menggabungkan kedua komponen diatas sebagai
ancaman yangdirasakan (perceived threat).
 Perceived benefitsm, manfaat yang dirasakan.Penerimaan susceptibility sesorang
terhadap suatu kondisi yang dipercaya dapat menimbulkan keseriusan (perceived
threat) adalah mendorong untuk menghasilkan suatu kekuatan yang mendukung
kearah perubahan perilaku. Ini tergantung pada kepercayaan seseorang terhadap
efektivitas dari berbagai upaya yang tersedia dalammengurangi ancaman penyakit,
atau keuntungan-keuntungan yang dirasakan (perceived benefit) dalam mengambil
upaya-upaya kesehatan tersebut. Ketika seorang memperlihatkan suatu
kepercayaan terhadap adanya kepekaan (susceptibility) dan keseriusan
(seriousness), sering tidak diharapkan untuk menerima apapun upaya kesehatan
yang direkomendasikan kecuali jika upaya tersebut dirasa manjur dan cocok.
 Perceived barriers atau hambatan yang dirasakan untuk berubah, atau apabila
individu menghadapi rintangan yang ditemukan dalam mengambil tindakan
tersebut. Sebagai tambahan untuk empat keyakinan (belief) atau persepsi. Aspek-
aspek negatif yang potensial dalam suatu upaya kesehatan (seperti: ketidakpastian,
efek samping), atau penghalang yang dirasakan (seperti: khawatir tidak cocok,
tidak senang, gugup), yang mungkin berperan sebagai halangan untuk
merekomendasikan suatu perilaku.
 Health motivation dimana konstruk ini terkait dengan motivasi individu untuk
selalu hidup sehat. Terdiri atas kontrol terhadap kondisi kesehatannya serta health
value.
 Cues to action suatu perilaku dipengaruhi oleh suatu hal yang menjadi isyarat bagi
seseorang untuk melakukan suatu tindakan atau perilaku. Isyarat-isyarat yang
berupa faktorfaktor eksternal maupun internal, misalnya pesan-pesan pada media
massa, nasihat atau anjuran kawan atau anggota keluarga lain, aspek
sosiodemografis misalnya tingkat pendidikan, lingkungan tempat tinggal,
pengasuhan dan pengawasan orang tua, pergaulan dengan teman, agama, suku,
keadaan ekonomi, sosial, dan budaya, self-efficacy yaitu keyakinan seseorang
bahwa dia mempunyai kemampuan untuk melakukan atau menampilkan suatu
perilaku tertentu.

Teori Health belief model menghipotesiskan terdapat hubungan aksi dengan faktor
berikut:
 Motivasi yang cukup kuat untuk mencapai kondisi yang sehat.
 Kepercayaan bahwa seseorang dapat menderita penyakit serius dan dapat
menimbulkan sekuele.
 Kepercayaan bahwa terdapat usaha untuk menghindari penyakit tersebut walaupun
hal tersebut berhubungan dengan finansial. Health belief model juga dapat
menjelaskan tentang perilaku pencegahan pada individu.Hal ini menjelaskan
mengapa terdapat individu yang mau mengambil tindakan pencegahan, mengikuti
skrining, dan mengontrol penyakit yang ada.

2. Transtheorical Model

Transtheoretical Model adalah perubahan perilaku atas kesiapan individu untuk


memiliki tindakan yang lebih sehat, memberikan strategi, atau proses perubahan untuk
memandu individu untuk berperilaku sehat melalui tahapan perubahan dan pemeliharaan
kesehatan. Model ini menjelaskan bagaimana individu memodifikasi perilaku yang
menjadi masalah dan memperoleh perilaku positif. Transtheorical model adalah model
yang fokus pada pembuatan keputusan oleh individu. Asumsi dasar model ini adalah pada
dasarnya individu tidak dapat merubah perilaku dalam waktu yang singkat, terutama pada
perilaku yang menjadi kebiasaan sehari-hari. Terdapat lima tahapan menuju perubahan
bagi individu: Pre-contemplation, Contemplation, Preparation, Action, dan Maintanance.

Model transteoritikal merupakan model biopsikososial yang integratif, mengenai


perubahan perilaku yang disengaja.Tidak seperti model ataupun teori perilaku lainnya yang
eksklusif hanya terfokus pada dimensi tertentu, seperti pengaruh sosial atau biologi.

Model ini juga berupaya menyatukan dan mengintegrasikan konstruksi kunci dari
beberapa teori menjadi suatu model perubahan perilaku yang komperhensif agar dapat
digunakan dalam beragam perilaku, populasi dan keadaan (pengobatan, upaya pencegahan,
atau upaya pembuat kebijakan). Model ini adalah suatu perubahan yang disengaja untuk
mengambil suatu keputusan dari individu tersebut. Model melibatkan emosi, pengamatan
dan perilaku, melibatkan pula suatu kepercayaan diri.

Model ini dikembangkan dari pengalaman dalam pelaksanaan program yang


berhubungan dengan perilaku merokok dan pemakaian obat-obatan terlarang. Program ini
meneliti perubahan sebagai sesuatu proses dan mengakui bahwa tiap orang memiliki
tingkat kesediaan atau motivasi yang berbeda untuk berubah.
Transtheoretical model mengemukakan enam tahap (stage) terpisah. Melalui
tahap-tahap ini, seseorang dapat berubah ke arah perilaku sehat jangka panjang yang
positif. Enam tahap tersebut adalah:

 Pra Perenungan (Precontemplation)


Pada tahap ini seseorang tidak peduli untuk melakukan aksi terhadap masa depan yang
dapat diperkirakan. Pengukuran biasanya diukur dalam enam bulan berikutnya.Rasa
ketidakpedulian ini terjadi disebabkan oleh kurang tahunya mengenai konsekuensi
suatu perilaku.
 Perenungan (Contemplation)
Pada tahap ini seseorang peduli untuk berubah pada enam bulan berikutnya.Individu
lebih peduli dalam kemungkinan perubahan.Akan tetapi, seringkali peduli terhadap
konsekuensi secara akut.
 Persiapan (Preparation)
Pada tahap ini seseorang peduli melakukan aksi dengan secepatnya di masa
mendatang.Pengukuran dilakukan biasanya pada bulan berikutnya.Seseorang pada
tahap ini secara khusus melakukan beberapa aksi yang signifikan pada tahun
sebelumnya.
 Aksi (Action)
Tahap dimana seseorang telah melakukan modifikasi spesifik pada gaya hidupnya
selama enam bulan terakhir. Pada tahap ini aksi sudah dapat diamati. Dalam
transtheoretical model, aksi hanya ada sekali dari lima tahap dan tidak semua
modifikasi perilaku disebut aksi.
 Pemeliharan (Maintenance)
Pada tahap yang terakhir ini seseorang berupaya untuk mecegah munculnya perilaku
yang tidak diinginkan. Akan tetapi seringkali seseorang tidak menerapkan proses
perubahan aksinya.

3. Interactive Domain Model (IDM)


Suatu model/ konsep yang dapat dipergunakan untuk melihat, menganalisa, dan sekaligus
mendasari rencana intervensi untuk mencegah penyakit dan masalah kesehatan yang
dilakukan oleh tenaga promosi kesehatan. Dalam pendekatan IDM, "praktek terbaik"
bervariasi sesuai dengan situasi. IDM ini berfokus pada konsistensi antara praktek (proses
dan kegiatan) inisiatif, nilai-nilai, tujuan dan etika teori, konsep dan keyakinan
yangmendasari bukti pemahaman lingkungan (politik, ekonomi, sosial, psikologis, fisik).

IDM terdiri dari 3 domain yaitu: domain dasar(fondasi) yang meliputi


unsur tujuan, nilai, teori; domain pemahaman lingkungan, dan domain praktek .Setiap
domain tersebut saling berinteraksi dan berhubungan dengan lingkungan internal dan
eksternal. Lingkungan internal adalah lingkungan yang ada pada masyarakat tersebut
antara lain : sosial budaya, ekonomi, sedangakn lingkungan eksternal adalah lingkungan
yang tidak berada dalam masyarakat tersebut, tetapi berpengaruh terhadap masyarakat
tersebut. Misalnya kebijakan Puskesmas dll.

4. Precede-Proceed

model perencanaan promosi kesehatan yang sering digunakan adalah precede-


proceed. model precede-proceed memungkinkan suatu struktur komprehensif untuk
menilai tingkat kesehatan, kebutuhan kualitas kehidupan dan untuk merancang,
mengimplementasikan, dan mengevaluasi promosi kesehatan dan program kesehatan
publik lainnya. precede yang merupakan akronim dari “predisposing, reinforcing, and
enabling causes in educational diagnosis and evaluation”, menggambarkan perencanaan
proses diagnosis untuk membantu perkembangan program kesehatan atau edukasi
kesehatan. proceed yang merupakan akronim untuk “policy, regulatory, organizational
construct, in educational and enviromental development”, mendampingi proses
implementasi dan evaluasi dari program atau intervensi yang telah dirancang menggunakan
precede. model precede-proceed mengatur perhatian pertama edukator kesehatan pada
outcome dan memulai proses perencananaan edukasi kesehatan dengan melihat outcome
yang diinginkan, dalam hal ini berupa kualitas hidup yang baik. precede terdiri atas 5 fase:
 menentukan kualias kehidupan atau permasalahan sosial dan kebutuhan suatu populasi.
 penentuan faktor kesehatan untuk permasalahan kesehatan.
 menganalisis faktor perilaku dan lingkungan.
 pengindentifikasian faktor-faktor predisposing, reinforcing, dan enabling.
 penentuan promosi kesehatan, edukasi kesehatan, dan atau kebijakan terkait intervensi
mana yang paling sesuai untuk mendorong perubahan yang diinginkan pada perilaku
atau lingkungan, dan pada faktor yang mendukung perilaku dan lingkungan tersebut.
proceed terdiri atas 4 fase tambahan.

 intervensi pada fase kelima diimplementasikan.


 dilakukan proses evaluasi dari intervensi-intervensi tersebut.
 mengevaluasi dampak dari intervensi pada faktor-faktor pendukung perilaku dan
pada perilaku itu sendiri.
 evaluasi outcome, yang menentukan efek terbesar pada intervensi terhadap
kesehatan dan kualitas kehidupan suatu populasi.

pada praktek di lapangan, precede dan proceed berjalan dalam lingkaran


berkesinambungan. informasi yang didapatkan pada precede mengarahkan
perkembangan tujuan program dan intervensi pada fase implementasi proceed.
informasi yang sama juga memberikan kriteria terhadap bentuk kesukesan pada
program yang mana yang diukur pada fase evaluasi proceed. sebagai timbal balik, data
yang didapat pada fase implementasi dan evaluasi proceed membuat jelas hubungan
yang dinilai pada precede dengan kesehatan atau outcome kualitas hidup, perilaku dan
faktor lingkungan yang memengaruhinya, dan faktor-faktor yang mengarahkan pada
perubahan perilaku dan lingkungan. data ini juga dapat menunjukkan bagaimana
program dapat dimodifikasi untuk semakin mendekati tujuan dan target yang
diinginkan

5. The Policy Rainbow

Kesehatan dan kesejahteraan individu dan populasi di semua kelompok usia


dipengaruhi oleh berbagai fakto, baik di dalam dan di luar control individu. Salah satu
model yang menangkap hubungan timbal balik antara factor-faktor ini adalah kebijakan
rainbow, yang menggambarkan lapisan pengaruh potensial individu untuk kesehatan
dijelaskan factor ini sebagai orang-orang yang tetap (inti factor non dimodifikasi), seperti
usia, jenis kelamin dan genetic dan satu set factor yang berpotensi dimodifikasi dinyatalam
sebagai serangkaian lapisan pengaruh termasuk gaya hidup dan lingkungan kondisi.
Domain penentu kesehatan terhadap kematidan dini telah diperkirakan sebagai
berikut:

 30% dari kecendrungan genetic


 15% dari keadaan social
 5% dari paparan lingkungan
 40% dari pola prilaku
 10% dari kekurangan dalam perawatan medis

Tempat dengan struktur populasi yang berbeda, di bawah kondisi yang berbeda
akan menunjukkan gambaran yang sangat berbeda.

6. The Theory Of Planned Behavior


Fokus utama dari teori planned behavior ini sama seperti teori reason action yaitu
intensi individu untuk melakukan perilaku tertentu. Intensi dianggap dapat melihat faktor-
faktor motivasi yang mempengaruhi perilaku. Intensi merupakan indikasi seberapa keras
orang mau berusaha untuk mencoba dan berapa besar usaha yang akan dikeluarkan
individu untuk melakukan suatu perilaku. Teori perilaku terencana memiliki 3 variabel
independen.
 Pertama adalah sikap terhadap perilaku dimana seseorang melakukan penilaian
atas sesuatu yang menguntungkan dan tidak menguntungkan.
 Kedua adalah faktor sosial disebut norma subyektif, hal tersebut mengacu pada
tekanan sosial yang dirasakan untuk melakukan atau tidak melakukan suatu
tindakan.
 Ketiga anteseden niat adalah tingkat persepsi pengendalian perilaku yang, seperti
yang kita lihat sebelumnya, mengacu pada persepsi kemudahan atau kesulitan
melakukan perilaku, dan diasumsikan untuk mencerminkan pengalaman masa lalu
sebagai antisipasi hambatan dan rintangan

7. Communication Theory
Teori Komunikasi meliputi unsur-unsur komunikator, komunikan, pesan, media,
efek, dan konteks komunikasi. Adapun konteks komunikasi dapat disebutkan sebagai
berikut :
1. Komunikasi Antar Pribadi Teori komunikasi antar pribadi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah symbolic interactionism. Blumer menyatakan bahwa ada tiga
prinsip dasar dalam teori interaksionisme simbolik yaitu: meaning, language, dan
thought. Ia mengatakan bahwa meaning adalah ketika manusia bertindak atau
menyikapi orang/ sesuatu berdasarkan makna yang mereka pahami dari individu atau
sesuatu tersebut. Premis yang kedua yaitu language, maksudnya makna yang muncul
atau dapat diketahui dalam interaksi sosial antara individu dengan individu yang lain.
Makna dinegosiasikan melalui penggunaan bahasa. Sedang premis yang ketiga adalah
thought, yaitu sebuah interpretasi individu atas simbol dimodifikasi melalui proses
pemikirannya sendiri. Interaksionisme simbolik menggambarkan pemikiran sebagai
sebuah percakapan dengan dirinya sendiri (inner conversation/ dialogue).
2. Komunikasi Kelompok Teori komunikasi kelompok yang digunakan dalam penelitian
ini adalah Groupthink Theory (teori pikiran kelompok). Hipotesis dalam groupthink
dikembangkan Janis dari pengujian secara detil tentang efektifitas pembuatan
keputusan kelompok. Konsep penting dalam teori ini adalah kohesivitas
(cohesiveness), yaitu tingkat saling pemahaman antar individu yang menjadi anggota
kelompok. Semakin tinggi tingkat kohesivitas kelompok, maka semakin tinggi pula
tingkat tekanan (pressure) kelompok pada individu yang menjadi anggota kelompok
tersebut.
3. Komunikasi Massa Teori komunikasi massa yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Cultivation Theory. Menurut teori ini, televisi/media adalah tempat sentral
dalam kehidupan sehari-hari masyarakat, ia mendominasi lingkungan simbolik kita,
menggantikan pesan tentang realitas untuk pengalaman personal dan makna lain
tentang dunia. Televisi/media sebagai lingkungan simbolik tempat dimana kita tinggal,
sebuah lingkungan yang mengultivasi cara pandang secara spesifik.

8. Community Mobilization
Mobilisasi masyarakat dapat didefinisikan sebagai sebuah proses untuk melibatkan
masyarakat dalam mengidentifikasi prioritas, sumber daya kebutuhan, dan solusi
masyarakat untuk mempromosikan partisipasi yang representative.
Mobilisasi masyarakat adalah upaya untuk melibatkan atau menggerakan masyarakat
dalam mengambil tindakan untuk mencapai suatu tujuan khusus. Mendorong masyarakat
untuk menyelesaikan permasalahan mereka sendiri akan lebih baik dbanding ketika kita
memberi solusi langsung kepada masyarakat.
A. Masyarakat menjadi subjek bukan objeK
Seorang kader merupakan penggerak utama masyarakat untuk berpartisipasi dalam
segala upaya promosi kesehatan. Dalam melaksanakan aktivitasnya, kader perlu
bekerjasama dengan pihak lain untuk mencapai keberhasilan program. Untuk itu
seorang kader mutlak dituntut memiliki ketrampilan dalam membangun jaringan
dengan berbagai pihak yang berkepentingan (stake holder) yang ada di masyarakat
seperti : organisasi kemasyarakatan (formal dan informal), perangkat desa, sekolah,
dan tenaga kesehatan lokal. Khusus untuk organisasi kemasyarakatan di desa, kader
perlu melakukan pendekatan dan hubungan yang baik kepada pimpinan organisasi
tersebut.
Dalam berinteraksi dengan masyarakat, sering terjadi perbedaan pandangan dan
kepentingan yang berujung pada konflik. Untuk itu seorang kader juga harus mampu
mengidentifikasi potensi konflik yang ada di masyarakat sekaligus mengelolanya
dengan baik.
B. Manajemen Konflik
Konflik adalah interaksi antara orang-orang yang merasa tidak cocok dengan tujuan
dan campur tangan yang satu terhadap yang lain dalam mencapai tujuan. Konflik
merupkan suatu hal yang tidak dapat dihindarkan dalam interaksi manusia. Meskipun
konflik sering dikonotasikan dengan efek negatif namun konflik juga memiliki sisi
positif, tergantung bagaimana konflik itu bisa dikelola dengan baik. Berdasarkan
situasi yang dihadapi ada 5 gaya untuk mengelola konflik : menghindar,
kompetisi,akomodasi, kolaborasi,kompromi

9. Social Network And Social Support Theory


Jaringan social merupakan salah satu dimensi sosial selain kepercayaan dan norma.
Konsep jaringan dalam kapital sosial lebih memfokuskan pada aspek ikatan antar simpul
yang bisa berupa orang atau kelompok (organisasi). Dalam hal ini terdapat pengertian
adanya hubungan social yang diikat oleh adanya kepercayaan yang mana kepercayaan itu
dipertahankan dan dijaga oleh norma-norma yang ada. Pada konsep jaringan ini, terdapat
unsur kerja, yang melalui media hubungan social menjadi kerja sama. Pada dasarnya
jaringan social terbentuk karena adanya rasa saling tahu, saling menginformasikan, saling
mengingatkan, dan saling membantu dalam melaksanakan ataupun mengatasi
sesuatu.intinya, konsep jaringan dalam capital social menunjuk pada semua hubungan
dengan orang atau kelompok lain yang memungkinkan kegiatan dapat berjalan secara
efisien dan efektif
Social support adalah informasi verbal dan non-verbal, saran, bantuan yang nyata
atau tingkah laku yang diberikan oleh orang-orang yang akrab dengan subjek di dalam
lingkungan sosialnya atau yang berupa kehadiran dan hal-hal yang dapat memberikan
keuntungan emosional atau berpengaruh pada tingkah laku penerimanya. Dalam hal ini
orang yang mendapatkan social support secara emosional merasa lega karena diperhatikan,
mendapat saran atau kesan yang menyenangkan pada dirinya.

Anda mungkin juga menyukai