Anda di halaman 1dari 42

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sebagian besar petani peternak di Nusa Tenggara Timur (NTT) pada
umumnya memelihara ternak kambing kacang (kambing lokal) secara semi
intensif dimana ternak digembalakan pada siang hari dan dikandangkan pada
malam hari. Kambing lokal yang telah dipelihara dan akrab dengan kehidupan
masyarakat petani memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi dan cocok dengan
iklim di NTT sehingga kendala untuk memeliharanya tidak begitu berarti. Kendala
klasik bagi peternak dalam meningkatkan produksi khususnya ternak kambing
kacang adalah asupan nutrisi relatif tidak memenuhi kebutuhan khususnya pada
musim kemarau. Kendala tersebut membutuhkan terobosan kontiniutas penyediaan
pakan baik kuantitas maupun kualitas.
Kebutuhan pakan utama kambing lokal adalah hijauan segar yang
umumnya berasal dari rumput-rumputan dan kacang-kacangan. Ternak kambing
mengkonsumsi daunnya dan kadang-kadang batangnya. Pemberian pakan pada
ternak dimaksudkan untuk dapat memenuhi kebutuhan pakan sesuai dengan
tingkat produksi yang dibutuhkan.
Bahan-bahan pakan yang ada, diketahui bahwa kandungan nutrisi berbeda-
beda, ada bahan pakan yang mengandung protein tinggi namun karbohidrat dan
lemaknya rendah ataupun sebaliknya, oleh karena itu dalam kaitannya dengan
usaha untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas pakan ternak, maka diperlukan
ransum yang mengandung semua zat-zat nutrisi yang dibutuhkan oleh ternak.
Kebutuhan pakan dalam keadaan segar harus sebesar 10%-12% dari berat badan
perekor perhari. Kartadisastra (1997) mengemukakan bahwa untuk mendapatkan
produksi yang tinggi maka penggunaan perlu ditambahkan konsentrat.
Kenaikan berat badan ternak yang merumput pada padang penggembalaan
alam selama setahun sangat ditentukan oleh kualitas dan kuantitas hijauan selama
musim hujan. Umumnya selama musim kemarau ternak mengalami penurunan

1
berat badan, hal ini sangat berpengaruh terhadap angka kelahiran dan
menyebabkan tingginya angka kematian (Sutaryono dan Partridge, 2002). Salah
satu strategi yang disarankan untuk peningkatan produktivitas ternak pada padang
penggembalaan adalah dengan upaya suplementasi (Anggraeny dan Umiyasih,
2005). Suplementasi dipadang penggembalaan perlu dilakukan mengingat vegetasi
di daerah tropik mempunyai kecernaan, karbohidrat mudah larut dan Nitrogen (N)
terlarut rendah. Kualitas hijauan di padang penggembalaan ditentukan oleh
tingkat kesuburan tanah, curah hujan dan kandungan mineral tanah.
Suplementasi pada ternak ruminansia yang digembalakan pada kondisi
iklim semi arid pada umumnya menunjukkan peningkatan produktivitas seperti
yang dikemukan oleh beberapa peneliti. Dilaporkan oleh Alexandr ee tal, (2002)
pada ternak kambing menyusui, bahwa suplementasi meningkatkan jumlah anak
yang lahir, berat lahir, berat sapih, produksi susu, Pertambahan Bobot Badan
Harian (PBBH) anak dan menekan angka kematian anak sehingga suplementasi
pada ternak kambing yang digembalakan dapat meningkatkan produktivitasnya.
Salah satu bahan pakan lokal yang dapat dijadikan pakan suplemen yaitu
tongkol jagung. Produksi jagung di NTT dari luasan lahan 273.194ha dengan
produksi jagung 685.081 ton dan 47.955 ton limbah tongkol jagung (BPS NTT,
2016). Penggunaantongkol jagung untuk bahan baku penyusunan pakan ternak
sudah menyebar ditiap daerah tetapi belum dapat dimanfaatkan secara maksimal.
Hal tersebut disebabkan kandungan- kandungan serat kasar yang tinggi yaitu
selulosa (44,9%), hemiselulosa (31,8%) dan lignin (23,3%) dan kandungan
protein yang sangat rendah 5,62% sehingga diperlukan pengolahan secara fisik
dan kimiawi untuk meningkatkan nilai nutrisi dan kecernaannya melalui
fermentasi.
Mineral Zn bagi ternak ruminansia digunakan untuk memenuhi kebutuhan
hidup dan produksi, serta mendukung dan memasok kebutuhan mikroba yang
hidup dalam rumen. Apabila terjadi defisiensi mineral, maka aktifitasmikroba
rumen tidak berlangsung optimal sehingga tingkat pemanfaatan pakan menjadi
energi tidak maksimal yang pada gilirannya akan menurunkan produktivitas
ternak.

2
Biokompleks Zink dibuat dari zinc atau Zn anorganik dengan media
ekstrak bungkil jagung dan inokulan. Zaccharomyces serevisiae, sebagai pakan
tambahan atau aditif untuk meningkatkan produksi ternak. Zn merupakan salah
satu mineral yang dibutuhkan untuk meningkatkan perkembangan mikroba dalam
rumen ternak ruminansia. Zn penting untuk aktivitas enzim yang terlibat dalam
metabolisme asam nukleat, metabolisme protein dan juga proses dalam pergantian
sel enzim yang mengandung Zn antara karbonat, urease (Church, 1984; POWER
and HOGAN, 2000)

Defesiensi zink akan mengakibatkan aktifitas mikroba rumen tidak optimal


sehingga tingkat pemanfaatan pakan menjadi rendah dan pada gilirannya akan
menurunkan produktifitas ternak. Keunggulannya teknologi ini tidak
memerlukan biaya infestasi tinggi, meningkatkan aktifitas mikroba dalam rumen
ruminansia dan meningkatkan produktifitas ruminansia, serta dapat
meningkatkan daya serap Zn lebih cepat dan terarah. Oleh karena itu penelitian
ini bertujuan untuk mengetahuipengaruh level pemberian suplementasi
konsentrat yang mengandung tepung tongkol jagung terfermentasi yang
ditambahkan Zn-Biokompleks terhadap kinerja pertumbuhan kambing kacang
betina.
Berdasarkan permasalahan diatas, maka akan dilakukan suatu penelitian
dengan judul PENGARUH SUPLEMENTASI KONSENTRAT YANG
MENGANDUNG TEPUNG TONGKOL JAGUNG TERFERMENTASI
YANG DITAMBAHKAN Zn-BIOKOMPLEKS TERHADAP KINERJA
PERTUMBUHAN KAMBING KACANG.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka permasalahan yang dapat
diidentifikasi pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh penggunaan tepung tongkol jagung tanpa
fermentasi yang ditambahkan Zn-Biokompleks terhadap kinerja
pertumbuhan pada kambing kacang betina ?

3
2. Bagaimana pengaruh penggunaan tepung tongkol jagung terfermentasi
terhadap kinerja pertumbuhan pada kambing kacang betina dengan
pemberian level yang berbeda ?

1.3.Tujuan dan kegunaan


Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan
tepung tongkol jagung terfermentasi terhadap kinerja pertumbuhan pada kambing
kacang.
Kegunaan dari penelitian ini adalah :
1. Sebagai salah satu sumber informasi ilmiah bagi pengembangan
peternakan dengan memanfaatkan bahan pakan alternatif yang
penggunaannya kurang bersaing dengan manusia dan mudah diperoleh.
2. Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya dibidang
ilmu nutrisi dan makanan ternak.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Petani peternak pada khususnya dan masyarakat pada umumnya
sebagian besar informasi untuk mengembangkan usaha peternakan serta
dapat memanfaatkan limbah dari produksi jagung sebagai pakan
ternak yang berkualitas dan dapat meningkatkan produksi ternak.
2. Pemerintah, khusnya Dinas peternakan sebagai sumber informasi dalam
pemanfaatan limbah sebagai salah satu sumber bahan pakan di Nusa
Tenggara Timur.
3. Masyarakat ilmiah, sebagai sumber informasi ilmiah untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya
dibidang peternakan.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Karakteristik Kambing Kacang


Kambing Kacang merupakan kambing lokal Indonesia yang memiliki
keunggulan antara lain pemeliharaan yang mudah serta memiliki daya adaptasi
yang tinggi terhadap kondisi alam setempat. Kambing Kacang juga merupakan
salah satu bangsa kambing lokal yang berpotensi baik dalam menghasilkan karkas
dan non karkas (Kusuma et al., 2013). Kegunaan dari kambing Kacang adalah
sebagai ternak penghasil daging, yang dapat berpotensi membantu memenuhi
kebutuhan protein hewani bagi masyarakat. Kelebihan kambing Kacang adalah
mampu berproduksi pada lingkungan yang kurang baik. Namun kambing kacang
memiliki ukuran tubuh relatif kecil dan laju pertumbuhan bobot badannya relatif
rendah. (Supryati dkk., 2001). Kambing Kacang memiliki ukuran tubuh yang
relatif kecil dengan bobot badan kambing jantan dapat mencapai 36 kg dan betina
mencapai 30 kg. Persentase karkas berkisar antara 47,40 – 51,30 %. Reproduksi
ternak kambing bersifat prolifik dengan rata-rata jumlah anak perkelahiran 1,78
ekor pada kondisi laboratorium dan berkisar antara 1,45 – 1,76 pada kondisi usaha
peternakan di pedesaan.
Tingkat kesuburan kambing Kacang tinggi dengan kemampuan hidup dari
lahir sampai sapih 79,4%, sifat prolifik anak kembar dua 52,2%, kembar tiga 2,6%
dan anak tunggal 44,9%. Kambing Kacang dewasa kelamin rata-rata umur 307,72
hari, persentase karkas 44-51%. Rata-rata bobot anak lahir 3,28 kg dan bobot
sapih (umur 90 hari) sekitar 10,12 kg (Batubara dkk., 2007).
2.2. Pakan Ternak Kambing
Pakan kambing adalah semua bahan yang dapat dimakan atau dicerna oleh
ternak yang mampu menyediakan semua nutrisi pakan yang diperlukan untuk
hidup pokok dan produksi. Pakan ternak harus memenuhi beberapa persyaratan,
yaitu tidak bersaing dengan manusia, kebutuhan terjamin dan selalu ada, kualitas
baik, dan harganya murah. Pakan yang dikonsumsi oleh ternak dimanfaatkan

5
untuk kebutuhan hidup pokok dan juga untuk produksinya. Kebutuhan pakan
ternak ruminansia dipenuhi dengan hijauan sebagai pakan utama dan konsentrat
sebagai pakan penguat. Untuk menunjang hidup pokok dan produksi ternak
membutuhkan protein, energi, vitamin dan mineral dalam jumlah yang seimbang
dan tepat. Pemberian pakan yang efisien mempunyai pengaruh lebih besar dari
pada faktor-faktor yang lainnya, dan merupakan cara yang sangat penting untuk
peningkatan produktivitas.
Peningkatan produksi ternak kambing sejalan dengan peningkatan
kuantitas dan kualitas makanan terutama pada musim kemarau di daerah tropis.
Bamualim (1988) menjelaskan bahwa musim kemarau yang panjang sering
menurunkan kuantitas dan kualitas dari hijauan makanan ternak sehingga ternak
ruminansia yang dipelihara dengan system ekstensif akan mengalami penurunan
bobot badan umumnya sifat yang dimiliki hijauan makanan ternak didaerah
tropis adalah nilai gizinya rendah, cepat menua dan kualitasnya menurun. Nilai
gizi yang rendah ini dapat terlihat pada kandungan protein kasar hijauan rumput
alam sebesar 3-5 % dari bahan kering (BK) pada musim kemarau dan 8-10% pada
musim hujan
Pemberian makanan pada kambing yang hanya mengandalkan pakan
hijauan rumput di daerah tropis akan kurang berarti, sebab kambing tidak dapat
memenuhi kebutuhan tubuh yang berkaitan dengan zat makanan khususnya
protein. Oleh karena itu perlu disuplementasikan dengan bahan pakan lainnya
yang kandungan proteinnya lebih tinggi, sehingga kebutuhan ternak akan hidup
pokok, pertumbuhan , produksi dan reproduksinya dapat terpenuhi.
2.3. Lamtoro
Lamtoro (Leucena leucocephala) merupakan bangsa leguminosa yang
berasal dari Amerika Tengah dan mempunyai daya guna yang besar di negara-
negara tropis. Lamtoro dapat digunakan sebagai pakan ternak karena memiliki
kandungan protein tinggi, sebagai tanaman peneduh bagi perkebunan Maupun
untuk kepentingan lainnya seperti kayu bakar, bahan bangunan dan pencegah
erosi. Sebagai bahan pakan hijauan kandungan protein lamtoro sebesar 22,30%(
Rosnah, 1998). Sobang 2005 menyatakan bahwa lamtoro pada umumnya tumbuh

6
di daerah terbuka pada ketinggian 1-700 m di atas permukaan laut. di jelaskan
lebih lanjut bahwa tanaman ini juga dapat melindungi protein ransum dari
degradasi mikroba dalam rumen.Tanaman lamtoro beradaptasi dengan tanah yang
tinggi keasamannya, tanah yang kaya akan kandungan kalsium dan phosfor
sehinggga usaha pengembangbiakannya mudah untuk dilaksanakan. Tanama
lamtoro mengandung sejenis zat beracun yang disebut mimosin yang dapat
memberikan efek negatif berupa kerontokan bulu, nafsu makan menurun,
hipersaliva, pembesaran kelenjar gondok, gerakan tidak terkordinasi dan dapat
mengakibatkan kematian jika ternak mengkonsumsi lebih dari kemampuan
teloransi berbagai jenis ternak terhadap mimosin tanaman lamtoro bermacam-
macam. pada umumnya ternak ruminansia seperti kerbau, sapi, kambing, dan biri-
biri tahan terhadap mimosin.
2.4. Pakan Konsentrat
Konsentrat adalah bahan makanan yang konsentrasi gizinya tinggi tetapi
kandungan serat kasarnya relatif rendah dan mudah dicerna. Parakassi, (1999)
menyatakan bahwa konsentrat atau makanan penguat adalah bahan pakan yang
tinggi kadar zat-zat makanan seperti protein atau karbohidrat dan rendahnya kadar
serat kasar (dibawah 18%). konsentrat merupakan salah satu bentuk pakan
suplemen yang diberikan kepada ternak khususnya ruminansia yang dibuat dari
berbagai campuran jenis pakan yang kaya akan energi, protein, lemak dan
mineral.
Penambahan konsentrat pada kambing bertujuan untuk meningkatkan nilai
pakan dan menambah energi. Tingginya pemberian pakan berenergi menyebabkan
peningkatan konsumsi dan daya cerna dari rumput atau hijauan kualitas rendah.
Selain itu pemberian konsentrat tertentu dapat menghasilkan asam amino esensial
yang dibutuhkan oleh tubuh. Penambahan konsentrat tertentu dapat juga bertujuan
agar zat makanan dapat langsung diserap di usus tanpa terfermentasi di rumen,
mengingat fermentasi rumen membutuhkan energi lebih banyak. Penambahan
konsentrat merupakan suatu usaha untuk mencukupi kebutuhan zat-zat makanan,
sehingga akan diperoleh produksi yang tinggi. Selain itu dengan penggunaan
konsentrat dapat meningkatkan daya cerna bahan kering ransum, pertambahan

7
bobot badan serta efisien dalam penggunaan ransum (Holcom, 1984 yang dikutib
Haba Ora, 2008).
2.4.1. Dedak Padi
Dedak padi adalah limbah pengolahan padi menjadi beras dan kualitasnya
bermacam-macam tergantung dari varietas padi. Dedak padi digunakan sebagai
pakan ternak, karena mempunyai kandungan gizi tinggi harganya relatif murah,
mudah diperoleh dan penggunaannya tidak bersaing dengan manusi (
Schalbroeck, 2011). Dedak padi mengandung nilai gizi dengan komposisi sebagai
berikut: 87.5% bahan kering, 13.6% protein, 8.2 % lemak, 8.5% abu, dan 58.5%
BETN. Menurut Bamualim (1988), dedak padi mengandung lemak yang cukup
tinggi sekitar 10-15%, juga mengandung protein, vitamin B dan E.
2.4.2. Jagung giling
Jagung merupakan bahan pakan berupa butiran yang paling banyak
digunakan dalam penyusunan ransum ternak, karena merupakan sumber energi .
Selain itu jagung mengandung karbohidrat dan lemak. Namun demikian, jagung
tidak dapat diberikan sebagai bahan tunggal karena kandungan proteinnya rendah
(Williamson dan Payne,1993).
Sobang, (2005) menyatakan bahwa jagung memenuhi kriteria sebagai
pakan penguat, disamping harganya murah dan mudah diperoleh.Pemberian
jagung disarankan agar tidak diberikan sebagai pakan tunggal, namun
ditambahkan pakan sumber protein lainnya, suplemen, vitamin dan mineral
sehingga dapat membentuk ransum sempurna. Makanan penguat adalah jenis
makanan yang kandungan TDNnya 75-85%, BETN 62-77,2% dan protein 8,9-
36,6% dengan kandungan serat kasar rendah ± 18%. Kandungan gizi utama
jagung adalah pati (72-73%), Jagung mempunyai kandungan zat gizi dengan
komposisi yaitu bahan kering 88,83%, bahan organik 87,41%, protein kasar
8,16% (Richana, Nur dan B.A.Susilo, 2008).
2.4.3.Tepung Daun Gamal
Gamal (Gliricidia sepium) adalah tanaman leguminosa pohon yang
mudah tumbuh dan tahan hidup di musim kamarau,juga tahan terhadap
pemotongan yang berulang dengan pertumbuan kembali yang cepat serta

8
pengembangannya. pengunaan daun gamal sebagai pakan dalam bentuk segar
kurang disukai ternak kerena baunya yang kurang sedap dan mengadung zat anti
nutrisi coumarin untuk mengatasinya maka di anjurkan untuk dilayukan selama 24
jam sebelum di berikan pada ternak atau pun di jadikan tepung (Sobang, 2005).
Nilai nutrisi daun gamal dalam bentuk segar berdasarkan hasil laporan Ninek, dkk
(1988) adalah sebagai berikut bahan kering 19,47%, bahan orga nik 93,65%,
protein 23,42, lemak 6,42% dan serat kasar 15%.
2.4.4.Tepung tongkol jagung terfermentasi
Tongkol jagung merupakan bagian terbesar dari limbah jagung. Dari berat
jagung bertongkol, diperkirakan 40-50-% adalah tongkol jagung. Tongkol jagung
merupakan bahan berlignoselulosa (kadar serat kasar 38,99%)yang mengandung
xilan tertinggi (12,4%) dibanding limbah pertanian lain (Richana dkk, 2004).
Tongkol jagung mengandung lignoselulosa yang terdiri dari lignin, selulosa dan
hemiselulosa (Aylianawaty dan Susiani, 1985). Janggel atau tongkol kosong yang
berbentuk batang berukuran cukup besar, sehingga tidak dapat dikonsumsi ternak
jika diberikan langsung. Oleh karena itu, untuk memberikannya perlu
penggilingan terlebih dahulu (Suhartanto dkk, 2003). Menurut Wahyono(2004)
kandungan nutrisi tongkol jagung yaitu bahan kering 76,608%, protein kasar
5,616%, lemak kasar 1,576%, serat kasar 25,547%, Total Digestible Nutrien
53,075%. kadar air 29,54, bahan kering, 70,45%. protein kasar 2,67% dan serat
kasar 46,52% dalam 100% bahan kering (BK)
2.4.5.Gula air
Darwin, (2013) gula adalah suatu karbohidrat sederhana karena dapat larut
dalam air dan langsung diserap tubuh untuk diubah menjadi energi. Secara
umum,gula dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Monosakarida
Sesuai dengan namanya yaitu mono yang berarti satu, ia terbentuk
dari satu molekul gula. Yang termasuk monosakarida adalah glukosa,
fruktosa, galaktosa.
2. Disakarida

9
Berbeda dengan monosakarida, disakarida berarti terbentuk dari
dua molekul gula. Yang termasuk disakarida adalah sukrosa (gabungan
glukosa dan fruktosa), laktosa (gabungan dari glukosa dan galaktosa) dan
maltosa (gabungan dari dua glukosa).
Gula lontar merupakan hasil pemasakan dari nira lontar. Lontar (Borassus
sundaicus) adalah sejenis tanaman palma yang terdapat di daerah bercurah hujan
terbatas dan di NTT terdapat di pulau Timor, Rote dan Sabu (Suek, 1997). Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa kandungan sukrosa pada gula air tidak jauh
berbeda dengan kandungan yang terdapat dalam molases. Sudjono, (1989) dikutip
Amtiran, (2007) melaporkan bahwa gula air mengandung sukrosa 14%, air 85%,
protein 2,98%, lemak 0,25% dan abu 0,27%. Sementara dilaporkan bahwa sugar
pada gula air sebesar 86,03% dan molases 85,7%. Jalaludin et al., (1999)
menyatakan bahwa gula lontar dapat digunakan sebagai bahan perekat dan sumber
energi yang dapat menggantikan peran molases dalam pembuatan suplemen
berbentuk blok.
2.4.6.Tepung Ikan
Sobang (2005), menyatakan bahwa tepung ikan merupakan sumber protein
hewani dengan kadar protein kasar yang tinggi bersifat escape dan dicerna di usus
halus, sehingga bermanfaat langsung untuk ternak. Selanjutnya dikemukakan
bahwa tepung ikan yang bermutu baik harus mempunyai sifat-sifat diantaranya:
butiran-butirannya relative seragam, bebas dari sisa tulang dan mata ikan serta
benda asing. Lebih lanjut dinyatakan tepung ikan dapat meningkatkan nilai guna
pakan yang umumnya terdiri dari serat kasar tinggi dengan kandungan
nitrogen sangat rendah. Penggunaan tepung ikan dalam ransum ternak sapi dan
domba menunjukan adanya peningkatan dalam hal pertumbuhannya. Hasil
analisis kandungan nutrisi dan energi tepung ikan dari Laboratorium Kimia Pakan
Fapet Undana-Kupang adalah sebagai berikut: BK 87,73%, PK 53,56%, lemak
kasar 5,14%, BETN 33,29% dan energi 4917,95 Kkal/kg.
2.4.7.Starbio
Probiotik starbio adalah koloni bibit mikroba (berasal dari lambung sapi)
yang dikemas dalam campuran tanah dan akar rumput serta daun-daun atau

10
ranting-ranting yang dibusukkan. Manfaat starbio dalam ransum ternak adalah
meningkatkan daya cerna, penyerapan zat nutrisi dan efisiensi penggunaan
ransum. Pemberian pakan tambahan merupakan salah satu upaya teknologi
penggemukan sapi modern. Mikroba didalam pakan tambahan akan
menghasilkan enzim yang menguraikan serat kasar pada pakan sapi, dengan
begitu daya cerna pakan oleh sapi lebih efesien sehingga akan meningkatkan
berat badan.
2.4.8.Garam
Garam diperlukan oleh semua kelas ternak, khususnya ternak herbivora
(pemakan hijauan). Jumlah garam yang dibutuhkan ternak bervariasi tergantung
pada tingkat pertumbuhan, komposisi ransum, tingkat produksi dan suhu
lingkungan. Ternak yang banyak terkena panas dan bekerja lebih berat
memerlukan garam yang lebih banyak dibandingkan dengan ternak normal.
Ternak ruminansia yang digembalakan memerlukan garam untuk
menyeimbangkan kalium yang tinggi dan kalsium yang rendah. Garam berfungsi
sebagai mineral juga berfungsi meningkatkan palatabilitas (Bekti, dkk., 2013)
2.4.9.Urea
Urea merupakan senyawa kimia yang mengandung 40-45% nitrogen
miroorganisme yang terdapat dalam saluran pencernaan ternak. Nitrogen dalam
urea dapat dikombinasikan dengan C, H2 dan O2 dalam karbohidrat untuk
membentuk asam amino. Oleh karena itu urea dapat digunakan sebagai sumber
nitrogen pada ternak ruminansia. Urea didalam rumen akan dihidrolisis menjadi
amonia (NH3) sehingga mudah digunakan oleh bakteri rumen untuk membentuk
protein tubuhnya dan merangsang petumbuhan bakteri rumen untuk
meningkatkan kecernaan pakan berserat. Urea dalam proporsi tertentu
mempunyai dampak posotif terhadap peningkatan konsumsi protein kasar dan
daya cerna. (Bekti, dkk, 2013)
2.5. Zn-Biokompleks
Zn-Biokompleks merupakan salah satu mineral mikro yang memiliki
fungsi dan kegunaan penting bagi tubuh, seperti kulit, mukosa saluran cerna dan
hampir semua sel membutuhkan mineral ini. Manfaat Zn didapat dari analisis

11
proksimat suatu bahan adalah bahan permulaan yang digunakan untuk
determinasi jenis mineral. Secara umum memiliki fingsi sebagai berikut:
1.Sebagai komponen senyawa pembentuk tulang dan gigi yang menyebabkan
adanya jaringan yang keras dan kuat
2.Mempertahankan keadan kolodial dari beberapa senyawa dalam tubuh
3.Memelihara keseimbangan asam dan basa dalam tubuh
4.Sebagai activator system enzim tertentu
5.Sebagai komponen dari suatu enzim tertentu
6.Mineral memiliki sifat kepekaan otot dan saraf (Tilman et al., 1991)
Mineral merupakan suatu zat organik yang terdapat dalam kehidupan
alam maupun dalam makluk hidup. Mineral merupakan unsure penting dalam
tanah,bebatuan,air dan udara.Sedangkan pada tubuh makluk hidup sendiri mineral
merupakan salah satu komponen penyusun tubuh 4-5% berat badan kita terdiri
atas mineral,sekitar 50% mineral tubuh terdiri atas kalsium ,25% fosfor dan 25%
lainnya terdiri atas mineral lain.Tubuh memerlukan mineral dari luar karena
fungsinya yang penting untuk kelangsungan proses metabolism.Berdasarkan
umlah yang dibutuhkan ternak, mineral digolongkan dalam dua kelompok yaitu
makro mineral antara lain : kalsium ( Ca), fosfor (P), kalium (K), magnesium
(Mg), natruim (Na), klor (Cl), sulfur (S), dan amkro mineral atau trace mineral
terdiri dari besi (Fe), cuprum (Cu), Zn, molybdenum (Mo), mangan (Mn), kobalt
(Co), krom (Cr), nikel (Ni), dan yodium (I).
Mineral amkro lebih banyak dibutuhakan dibandingkan dengan mineral
mikro.Beberapa mineral memiliki lebih dari satu fungsi (Church and Pond,
1982).Mineral tidak dapat dibuat didalam tubuh hewan, sehingga harus
disediakan dalam ransum baik dalam hijaunan, konsentrat, maupun pakan
suplemen.
2.6.Pertumbuhan ternak kambing
Pertumbuhan adalah pertambahan bobot badan atau ukuran tubuh sesuai
dengan umur. Pertumbuhan secara umum dapat didefenisikan sebagai perubahan
ukuran yang meliputi perubahan berat hidup, bentuk, dimensi linear dan
komposisi tubuh, termasuk perubahan jaringan-jaringan tubuh seperti otot, lemak,

12
tulang dan organ-organ tubuh lainnya. Pertumbuhan dipengaruhi oleh beberapa
faktor seperti genetik, pakan dan manajemen. Perubahan organ-organ dan
jaringan berlangsung secara gradual hingga tercapainya ukuran dan bentuk
karakteristik masing-masing organ dan jaringan tersebut. Kombinasi dan besarnya
badan umumnya dipakai sebagai ukuran pertumbuhan (Sri Racham, 2006).
Aberle et al, (2001) menyatakan bahwa pertumbuhan dapat dinilai sebagai
peningkatan tinggi pundak , panjang badan, ukuran lingkar dada dan bobot badan
yang terjadi pada seekor ternak muda yang sehat serta diberi pakan dan minum.
2.6.1.Pertambahan Bobot Badan Harian
Kemampuan ternak untuk merubah zat-zat makanan yang terdapat dalam
ransum menjadi daging, ditunjukkan dengan pertambahan bobot badan dari ternak
tersebut. Pertambahan bobot badan merupakan salah satu kriteria yang digunakan
untuk mengukur pertumbuhan (Anggorodi,1991). Menurut Rose (1997),
pertumbuhan meliputi peningkatan ukuran sel-sel tubuh akan peningkatan sel-sel
individu, dimana pertumbuhan itu mencakup empat komponen utama yaitu
adanya peningkatan bobot otot yang terdiri dari protein dan air, peningkatan
ukuran skeleton, peningkatan total lemak tubuh dalam jaringan adiposa dan
peningkatan bulu, kulit dan organ dalam .
Pertumbuhan murni menurut Anggorodi (1985) adalah pertambahan dalam
bentuk dan bobot jaringan-jaringan tubuh seperti urat daging, tulang, jantung,
otak, dan semua jaringan tubuh lainnya (kecuali lemak). Kemampuan ternak
mengubah zat-zat nutrisi ditunjukkan dengan pertambahan bobot badan.
Pertambahan bobot badan merupakan salah satu kriteria yang digunakan untuk
mengukur pertumbuhan. Kenaikan bobot badan dapat diketahui dengan
penimbangan ternak yang dilakukan berulang-ulang dan dinyatakan dengan
pertambahan bobot badan setiap hari, setiap minggu atau dalam waktu tertentu
(Tillman et. al.,1998).
2.6.2. Ukuran Linear Tubuh
Performans produksi ternak yang diperhatikan adalah pertumbuhan
dari ternak tersebut dan pertumbuhan ini berhubungan dengan peningkatan
jaringan tubuh dan organ-organ tubuh. Pertumbuhan mempengaruhi distribusi

13
berat dan komposisi kimia komponen-komponen tubuh termasuk tulang, otot
dan lemak (Soeparno, 2005). Lebih lanjut dinyatakan bahwa organ-organ dari
jaringan berlangsung secara gradual sehingga tercapainya ukuran dan bentuk
karakteristik masing-masing organ dan jaringan tersebut.
Pertumbuhan umumnya diukur melalui peningkatan dan pertambahan
berat badan. Hal tersebut disertai oleh perubahan dalam bentuk dan komposisi
tubuh yang di sebut perkembangan. Natasasmita (1983) menyatakan bahwa
perubahan adalah suatu rangkaian yang terjadi pada ternak meliputi dua aspek
yang saling berhubungan yaitu pertumbuhan atau (growth) yang merupakan
pertambahan massa tubuh persatuan waktu serta perkembangan (development)
merupakan perubahan bentuk tubuh ternak sebagai akibat adanya kecepatan
pertumbuhan relatif berbeda-beda antara komponen tubuh yang satu dengan
komponen tubuh yang lain. Williamson dan Payne (1993) menyatakan bahwa
pemakaian berbagai ukuran badan seperti lingkar dada, panjang badan dan tinggi
pundak dapat memberikan petunjuk tentang bobt badan seekor ternak dengan
ketelitian yang tinggi. Lebih lanjut di jelaskan bahwa dengan menyelidiki
bentuk luar serta bagian yang nampak dari luar dapat menentukan tipe seekor
ternak degan kemampuan berproduksinya. Pengukuran linear tubuh untuk jenis
kambing, sapi, kerbau dan domba tekniknya sama. Lukman dkk., (1987)
menyatakan bahwa secara umum ukuran panjang badan dan lingkar dada
bertambah sesuai dengan pertambahan bobot badan pada masa pertumbuhan.
Ukuran panjang badan dipengaruhi oleh keadaan perdagingan dan perlemakan.
Jika keadaan tersebut berjalan normal maka kambing dalam keadaan bentuk
badan yang kompak, artinya semakin panjang dan semakin besar badan akan
menyebabkan bobot badan meningkat. Tinggi pundak menggambarkan tulang
penyusun kaki depan (ekstremitas anterior) dan tulang penyusun
punggung. Pertumbuhan ukuran-ukuran tubuh yang lebih cepat pada umur muda
berkorelasi secara kuat dengan ukuran dewasa yang lebih besar (Davendra dan
Burn,1994). Individu ternak yang besar akan tumbuh lebih cepat dan lebih
besar ukurannya pada saat mencapai kedewasaan dibandingkan dengan individu
ternak yang kecil. Faktor lingkungan yang banyak mempengaruhi kondisi

14
kambing terutama adalah faktor makanan. Kambing yang mendapat
makanan yang baik (kebutuhan bahan kering terpenuhi) akan lebih cepat dewasa
tubuh jika dibandingkan dengan yang mendapat makanan yang kurang baik
(kebutuhan bahan kering tidak terpenuhi). Dengan kata lain pertambahan bobot
badan per hari tergantung bahan makanan yang dikonsumsi seekor ternak. umur 3
- 6, 6 - 9, 9 -12 bulan, baik jantan maupun betina pendugaan bobot badan terbaik
adalah lingkar dada.
Koefisien korelasi bobot badan dengan lingkar dada kambing kacang
pada masing – masing tingkat umur tidak nyata dipengaruhi oleh jenis kelamin.
Herman, (1985) Menyatakan bahwa semua koefisien pertumbuhnan ukuran tubuh
relatif (panjang badan, lingkar dada, tinggi pundak, lebar dada) terhadap bobot
tubuhnya. Menunjukkan bahwa ukuran tubuh lebih dini karena ditentukan oleh
ukuran tulang kerangka. Tulang tubuh lebih dini dibandingkan komponen tubuh
utama lainnya.

15
BAB III
MATERI DAN METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Kandang Ternak Fakultas Peternakan Universitas
Nusa Cendana Kupang. Waktu penelitian ini berlangsung selama 10 minggu yang
terbagi dalam 2 tahap yaitu 2 minggu tahap penyesuaian dan 8 minggu masa
pengambilan data. Tahap penyesuaian bertujuan memberikan kesempatan pada
ternak untuk menyesuaikan diri dengan pakan yang diberikan. Penelitian ini dimulai
tanggal 13 Agustus – 8 Oktober 2018.
3.2. Materi Penelitian
3.2.1.Ternak percobaan
Penelitian ini menggunakan ternak kambing kacang betina sebanyak 12 ekor,
umur 6-8 bulan dengan rata-rata berat badan awal 9,3-13,5kg dan koevesien
variasi (KV) 13.30%.
3.2.2.Kandang
Kandang yang digunakan adalah kandang individu bertipe panggung sebanyak
12 unit dengan ukuran 1 x 0,5m. Dimana masing-masing dilengkapi dengan
tempat makan dan minum serta penampungan dibuat feses dibawah kandang
secara terpisah..
3.2.3.Peralatan
Peralatan yang digunakan terdiri dari ber merk morist scale dengan kapisitas
50kg untuk menimbang ternak dan pakan hijauan, merk kitchen scale kapisitas
2kg untuk menimbang suplemen, silo untuk tempat fermentasi tongkat ukur
dan pita ukur untuk mengukur linear tubuh. Alat-alat lain yang digunakan yaitu
parang digunakan untuk memotong dan mencacah h i j a u a n l a m t o r o ,
ember air minum dan tempat makanan ternak, sapu lidi untuk membersihkan
kandang.

16
3.2.4.Bahan pakan
Pakan yang diberikan yaitu pakan basal berupa hijauan gamal, konsentrat yang
terdiri dari tepung jagung kuning, dedah halus, tepung daun gamal, tepung
tongkol jagung terfermentasi (TTJT), tepung ikan, urea, garam, gula air dan
starbi
Komposisi bahan pakan penyusun konsentrat disajikan dalam Tabel 1 dan
kandungan disajikan dalam Tabel 2 sebagai berikut :
Tabel 1. Komposisi bahan penyusun pakan konsentrat (%)

JenisPakan R0 R1 R2 R3
Dedak halus 50 45 40 30
Jagung giling 20 15 10 10
Tepung daun gamal 15 15 15 15
TTJT - 10 20 30
Gula Air 5 5 5 5
Tepung ikan 5 5 5 5
Starbio 2 2 2 2
Garam 2 2 2 2
Urea 1 1 1 1

Jumlah 100 100 100 100

Tabel 2. Kandungan nutrisi bahan pakan penelitian

GE
BK BO PK LK SK CHO BETN
Pakan
(%) (%BK) (%BK) (%BK) (%BK) (%BK) (%BK)
Mj/kg Kkal/kg

Lamtoro 19,77 79,151 24,367 4,32 14,358 50,464 36,106 14,239 3.132,42
TJTF 88,321 74,135 2,932 2,21 41,263 68,993 27,73 11,321 2.705,72
TJFerm 89,32 78,654 9,367 4,887 29,562 64,400 34,838 14,687 3.069,58
R0 83,717 68,179 13,904 6,345 13,360 47,930 34,571 13,826 3.291,99
R1 85,894 70,976 14,912 8,016 9,569 48,048 38,479 14,661 3.490,78
R2 85,076 68,828 12,783 5,368 14,806 50,677 35,871 13,697 3.261,09
R3 84,505 66,858 11,853 4,010 18,213 50,995 32,782 13,063 3.110,21
Keterangan : Hasil Analisis laboratarium kimia pakan Universitas Nusa Cendana Kupang 2018, TTJ:
Tepung tongkol jagung, TTJF: Tepung tongkol jagung tanpa terfermentasi.

17
3.3.Metode Penelitian
penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4
perlakuan dan 3 ulangan sehingga diperoleh 12 unit percobaan dari keempat
perlakuan yang diteliti, sebagai beriku:
1. R0=Pakan konsentrat tanpa TTJF + ZN-Biokompleks 2,06g
2. R1 =Pakan konsentrat yang mengandung TTJF 10% + Zn-Biokompleks 2,06g
3. R2 =Pakan konsetrat yang mengandung TTJF 20 + Zn-Biokompleks 2,06g
4. R3 =Pakan konsentrat yang mengandyng TTJF30 % + Zn-Biokompleks 2,06g.
3.4. Prosedur Penelitian
3.4.1.Pengacakan Ternak
Sebelum penelitian dilakasanakan ternak kambing ditimbang terlebih dahulu
untuk mengetahui berat badan awal kemudian ternak kambing tersebut diberi nomor.
Setelah ternak diberi nomor, kandang ternak tersebut di acak untuk mendapatkan
perlakuan. Penempatan ternak ke dalam kandang juga dilakukan secara acak. Hasil
pengacakan perlakuan dan kandang dijelaskan dalam tabel 3.
Tabel 3. Pengacakan
No kandang Perlakuan
1 R1.2

2 R1.1

3 R2.2

4 R2.3

5 R0.1

6 R1.3

7 R0.3

8 R0.2

9 R3.1

10 R3.2

11 R3.3

12 R2.1

18
Keterangan :
1. R0.1, R0.2 dan R0.3 = Perlakuan menggunakan tepung tongkol jagung tanpa
fermentasi
2. R1.1, R1.2 dan R1.3 = Perlakuan menggunakan TTJF 10%
3. R2.1, R2.2 dan R2.3= Perlakuan menggunakan TTJF 20%
4. R3.1, R3.2 dan R3.3= Perlakuan menggunakan TTJF 30%

3.4.2. Prosedur Pembuatan Tepung Tongkol Jagung Terfermentasi


Lima (5) liter aquades dicampur degan 500 ml EM4 gula air 500 ml dan urea
50 gram, lalu diaduk searah sampai tercampur merata. Tepung tongkol jagung
sebanyak 50kg ditaburkan sedikit demi sedikit di atas terpal kemudian disemprotkan
degan larutan tersebut menggunakan sprayer secara merata. Tumpuk kembali tepung
tongkol jagung di atasnya dengan ketebalan yang sama, lalu disemprotkan dengan
larutan tersebut. Lakukan hal yang sama sampai habis. Selanjutnya tepung tongkol
jagung dimasukan kedalam wadah silo dan ditutup rapat dengan plastik untuk
menjaga kelembaban suhu tetap stabil dan mencegah penguapan serta menghambat
masuknya mikroba pencemar dari udara. Lama fermentasi selama 7 hari (hasil
perlakuan terbaik) kemudian siap dipanen dan dikeringkan pada suhu ruangan untuk
selanjutnya digunakan.
3.4.3. Prosedur Pembuatan Konsentrat
Penyiapan bahan pakan berupa dedah halus, jagung giling, tepung daun
gamal, tepung tongkol jagung terfermentasi, urea, garam, gula air dan starbio.
Setelah bahan-bahan tersebut disiapkan bahan pakan dicampur secara homogen
dimulai dari bahan pakan yang paling sedikit sampai dengan jumlah yang paling
banyak, dengan tujuan agar percampuran homogen dan mempercepat proses
pencampuran.
3.4.4. Pemberian pakan dan air minum
Pemberian pakan basal dan air minum dilakukan secara ad lidbitum pada
pagi hari,2 jam setelah pemberian pakan konsentrat.
3.4.5. Prosedur Pengukuran Ternak Kambing
Proses pengumpulan data dilakukan pada pagi hari sebelum diberikan makan
dan minum. Cara pengukuran panjang badan diukur dengan tongkat ukur yang

19
dilakukan membentuk garis miring dari tonjolan bahu sampai tulang duduk.
Lingkar dada diukur dengan melingkar pita ukur dari tulang dada dibelakang
tulang bahu dan belikat menggunakan pita ukur dan tinggi pundak
diukur dengan tongkat ukur. Pengu ran tinggi pundak dilakukan dari
dasar tanah sampai titi k tertinggi pundak secara tegak lurus.
3.5. Parameter Yang Diteliti
Adapun variabel yang diteliti dalam penelitian ini berdasarkan rumus sesuai
petunjuk Fattah (2016) antara lain :
1. Pertambahan panjang badan harian (PPBH)
PB ak− PB aw
PPBH = t(hari)

Ket : P. BDaw= Panjang badan awal (cm)


P. BDak = Panjang badan akhir (cm)
t= Lama waktu pemeliharaan (hari)

2. Pertambahan lingkar dada harian (PLDH)


LD ak− LD aw
PLDH = t(hari)

Ket : LDaw = Lingkar dada awal (cm)


LDak = Lingkar dada akhir (cm)
t = Lama waktu pemeliharaan (hari)

3. Pertambahan tinggi pundak harian (PTPH)


TP ak− TP aw
PTPH = t(hari)

Ket : TPaw = Tinggi pundak awal (cm)


TPak = Tinggi pundak akhir (cm)
t = Lama waktu pemeliharaan (hari)

4. Pertambahan bobot badan harian (PPBH)


Berat badan akhir (W2) – Berat badan awal (W1)
PBBH= Lama waktu pemeliharaan (t)

20
3.6.Analisis Data
Data yang diperoleh selama penelitian ini ditabulasi dan di analisis menurut
prosedur sidik ragam ANOVA ( Analysis Of Variance ) untuk mengetahui pengaruh
perlakuan terhadap variable yang diukur. Apabila ada pengaruh perlakuan terhadap yang
diukur maka dilanjutkan dengan uji jarak berganda. Duacan untuk mengetahui
perbedaan antara perlakuan ( Steel dan Torrie, 1993).

Yij=μ+i +εij
Di mana:

Yij= nilai pengamatan pada perlakuan ke-i ulangan ke-j


μ= nilai tengah umum
 = pengaruh perlakuan ke-i
i

ε = galat percobaan pada perlakuan ke-i ulangan ke-j


ij

21
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Keadaan Umum Ternak Penelitian


Sebelum masa penyesuaian, kandang yang siap untuk ditempati ternak dibersikan
untuk memberikan kenyamanan pada ternak. Dalam penyesuaian ternak diberi
hijauan berupa lamtoro dengan pemberian suplemen sesuai perlakuan masing- masing
selama 2 minggu masa percobaan, dan pencampuran suplemen dimulai dari bahan
yang jumlahnya paling sedikit. Suplemen yang diberikan dicampur secara merata,
kemudian suplemen diberikan pada ternak dipagi hari sesuai perlakuan setelah itu
diberikan hijauan berupa lamtoro dan air minum diberikan secara ad libitum. Sebelum
proses pengacakan, Semua ternak ditimbang untuk mengetahui berat badan awal dan
diberi tanda seperti nomor untuk mempermudah pada saat pemberian pakan.
Penimbangan sisa pakan dilakukan pada pagi hari sebelum pergantian pakan. Proses
pengukuran ukuran linear tubuh ternak kambing dilakukan pada pagi hari sebelum
ternak diberi makan pada minggu pertama pada masa pengumpulan data dan minggu
terakhir pengumpulan data.
Berdasarkan pengamatan secara eksterior pada tahap awal, ternak kambing yang
digunakan dalam penelitian ini dalam keadaan yang sehat. Yang ditandai dengan
pergerakan tubuh yang lincah, pancaran mata yang tajam serta nafsu makan yang
baik dan tidak ditemukan hal-hal yang mengganggu proses penelitian. Meskipun
minggu awal penelitian (masa adaptasi) semua ternak menunjukkan gejala yang kurang
baik dengan menurunnya nafsu makan kemudian berangsur angsur membaik setelah
ternak beradaptasi dengan ransum yang diberikan serta kandang penelitian yang
ditempati. Hal ini diduga karena ternak dalam proses adaptasi dengan ransum yang
diberikan akan tetapi gejala-gejala tersebut hilang dengan sendirinya.
Pada minggu pertama masa pengumpulan data (minggu pertama), ternak yang
mendapatkan perlakuan R0, R1, R2 dan R3 menunjukkan respon yang kurang baik
terhadap ransum ditandai dengan tidak menghabiskan ransum yang diberikan sehingga
ternak kambing disuapi dengan suplemen yang tersisa. Akan tetapi minggu ke-2 masa
pengumpulan data semua ternak menunjukkan respon yang baik terhadap ransum
yang diberikan sampai pada akhir masa pengumpulan data.
22
4.1. Pengaruh Perlakuan Terhadap Pertambahan Bobot Badan Ternak
Kambing Kacang
Pertambahan bobot badan harian merupakan suatu refleksi dari akumulasi
konsumsi, fermentasi, metabolisme dan penyerapan zat-zat makanan di dalam tubuh
ternak (Jesse et al., 1976). Rataan pertambahan berat badan harian ternak kambing
kacang tersaji tabel pada berikut.
Tabel 3. Pengaruh Perlakuan Terhadap Pertambahan Bobot Badan Kambing
Kacang (gram/ekor/hari)
Perlakuan
Ulangan R0 R1 R2 R3 Total Rataan
I 47.19 50.77 43.88 57.65 199.49 49.87
II 53.57 81.12 49.49 38.78 222.96 55.74
III 55.87 66.58 45.15 29.85 197.45 49.36
Total 156.63 198.47 138.52 126.28 619.9
Rataan 52.21 66.16 46.17 42.09 38.74
Ket :Superscrip yang sama pada baris yang sama menunjukan pengaruh yang tidak
nyata (P>0,05)

Pada Tabel 3 terlihat bahwa ternak yang mendapat perlakuan R1 diperoleh


pertambahan berat badan yang tertinggi sebesar 66,19 g/e/h , R0 52,21g/e/h, R2
sebesar 46,17g/e/h dan diikuti perlakuan R3 sebesar 42,09 g/e/h. Hal ini menunjukan
bahwa peningkatan level penambahan konsentrat yang mengandung tepung tongkol
jagung terfermentasi tidak memberikan pengaruh terhadap pertambahan berat badan
harian ternak kambing yang disebabkan keseragaman konsumsi pakan ternak dalam
memenuhi kebutuhan protein dan energi untuk hidup pokok serta dalam pemberian
zn-biokompleks diberikan jumlah yang sama, dikarenakan persentase absorpsi Zn-
biokompleks semakin rendah, seperti yang dikatakan Miller (1970) bahwa semakin
tinggi level Zn dalam pakan semakin menurun absorpsinya.
Penambahan Zn dalam bentuk Biokompleks pada penelitian ini tidak dapat
berpengaruh pada pertambahan bobot hidup. Menurut Mc Dowell (1992) dan NRC
(2001), kebutuhan harian Zn untuk ternak domba sekitar 20-33 mg/ kg per bobot

23
hidup, dimana pada penelitian ini ternyata penambahan Zn-Biokomples sebesar
2,06g tidak memberikan respon yang signifikan. Tidak ada perbedaan yang nyata
antara keempat perlakuan terhadap PBBH yang diduga karena konsumsi juga
menunjukkan perbedaan yang tidak nyata. Hal ini berarti bahwa metode pemberian
pakan tidak memberikan pengaruh terhadap pertambahan bobat harian hidup.
Menurur Soeparno (1998) dan Parakkasi (1999), salah satu faktor yang
mempengaruhi PBBH adalah konsumsi pakan, semakin tinggi jumlah pakan yang
dikonsumsi, semakin tinggi pula laju pertumbuhan ternak
Menurut Iswoyo dan Widiyaningrum (2008) kecenderungan meningkatnya
pertambahan bobot badan menunjukan adanya keterkaitan dengan banyaknya pakan
yang dikonsumsi dan tingkat kecernaan pakan. Semakin tinggi konsumsi dan tingkat
kecernaan pakan, akan menghasilkan pertambahan bobot badan yang lebih baik.
Menurut Parakkasi (1999) konsumsi dan kecernaan pakan merupakan faktor yang
sangat penting dalam mempengaruhi pertambahan bobot badan dan kecepatan
pertumbuhan, dan energi yang lebih tinggi akan menghasilkan laju pertumbuhan.
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan
berpengaruh tidak nyata terhadap pertambahan bobot badan harian (P>0,05). Hal ini
menunjukkan bahwa pemberian suplementasi pakan konsentrat yang mengandung
tepung tongkol jagung terfermentasi tidak memberikan pengaruh terhadap
pertambahan berat badan harian ternak kambing yang disebabkan karena
keseragaman konsumsi pakan ternak dalam memenuhi kebutuhan protein dan energi
untuk hidup pokok. Pertambahan bobot hidup terjadi apabila ternak mampu
mengubah zat-zat pakan yang diperoleh menjadi produk ternak seperti lemak dan
daging, setelah kebutuhan pokok terpenuhi. Rianto dkk., (2006) menjelaskan bahwa
konsumsi protein yang tinggi ternyata tidak memberikan harapan terhadap
peningkatkan pertambahan bobot badan. Hal ini karena pertambahan bobot badan
pada ternak tidak hanya merupakan fungsi deposisi protein, melainkan juga
merupakan fungsi deposisi lemak.

24
4.2. Pengaruh Perlakuan Terhadap Pertambahan Panjang Badan Ternak
Kambing kacang
Panjang badan harian merupakan gambaran pertumbuhan tulang belakang,
tulang pinggang dan tulang belakang. Nilai rataan panjang badan harian kambing
kacang di lihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Pengaruh Perlakuan Terhadap Pertumbuhan Panjang Badan
Kambing Kacang (cm/ekor/hari)
Perlakuan
Ulangan R0 R1 R2 R3 Total Rataan
I 0.12 0.16 0.12 0.12 0.52 0.13
II 0.22 0.20 0.17 0.16 0.75 0.18
III 0.17 0.24 0.24 0.13 0.78 0.19
Total 0.51 0.59 0.54 0.41 2.05
Rataan 0.17 0.20 0.18 0.14 0.12
Ket :Superscrip yang sama pada baris yang sama menunjukan pengaruh yang tidak
nyata (P>0,05)

Pada Tabel 4 terlihat bahwa ternak yang mendapat perlakuan R0 memiliki


rataan pertambahan panjang badan harian sebesar 0,17cm/e/h, kemudian ternak yang
mendapat perlakuan R1 sebesar 0,20cm/e/h perlakuan R2 sebesar 0,18cm/e/h dan
perlakuan R3 0,14cm/e/h. Panjang badan yang diperoleh sejalan dengan pertambahan
berat badan harian yang diperoleh dalam penelitian ini. Menurut Kadarsih (2003)
panjang badan berhubungan erat dengan pertambahan bobot hidup, semakin tinggi
pertumbuhan ternak maka semakin tinggi pula pertambahan komponen penduga
berat badan temasuk panjang badan ternak.
Tingginya pertambahan panjang badan pada perlakuan R1 disebabkan karena
tingginya kecernaan nutrien ransum sehingga lebih banyak diserap didalam saluran
pencernaan dalam bentuk asam propionat, butirat dan asetat yang disalurkan melalui
darah ke jaringan tubuh seperti otot lemak dan pertumbuhan tulang sehingga
tingginya kecernaan diduga telah terpenuhinya kebutuhan mineral kalsium dalam
pencernaan ternak karena kekurangan mineral kalsium pada ternak dapat

25
mempengaruhi proses pencernaan. Jika defisiensi mineral kalsium dapat
mengganggu proses pencernaan (Soetan et al, 2010), maka akan berdampak pada
pertambahan panjang badan. Lebih lanjut dinyatakan bahwa mineral tersebut
memiliki peranan yang sangat penting dalam proses pertumbuhan dan
perkembangan pada ternak. Fosfor memiliki peran dalam proses metabolisme,
komponen adenosine trifosfat (ATP) dan asam nukleat. Dalam proses pencernaan,
fosfor terdapat pada air liur, berperan untuk membantu proses mencerna makanan.
Kalium merupakan mineral yang berperan pada otot dan saraf terlibat dalam
metabolisme karbohidrat dan kofaktor pada sintesis protein, kalium berfungsi
sebagai kation sel, pengatur osmotik cairan dan keseimbangan asam basa.
Ditambahkan Pujiastari et al, (2015) menyatakan bahwa kalsium dalam tubuh
memiliki peranan yang penting sehubungan dengan peranannya dalam pembentukan
tulang yang berdampak pada pertambahan panjang badan. Sedangkan menurut
Siregar (1994) bahwa pertambahan berat badan mempunyai hubungan erat dengan
pertambahan panjang badan sehingga pertumbuhan ternak kambing meningkat pada
usia penyapihan dan pubertas namun akan menurun ketika memasuki usia dewasa.
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan
berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap pertambahan panjang badan ternak
kambing kacang. Hal ini menunjukkan bahwa suplementasi pakan konsentrat yang
mengandung tepung tongkol jagung fermentasi dengan level berbeda memberikan
pengaruh yang relatif sama terhadap pertambahan panjang badan kambing kacang
betina. Hal ini diduga karena kandungan nutrisi ransum penelitian yang relatif
hampir sama terutama protein dan energi sehingga menyebabkan konsumsi dan
kecernaan pakan yang tidak berbeda untuk meningkatkan pertambahan panjang
badan ternak. Menurut Tilman dkk., (2005) bahwa ternak kambing yang muda akan
menggunakan makanan yang lebih efisien dari pada ternak yang sudah tua, dimana
ternak yang mudah akan mengkonsumsi makanan dan dirubah menjadi sumber
energi untuk kemudian dimanfaatkan bagi proses pertumbuhan sedangkan ternak tua
akan merubah makanan untuk dimanfaatkan bagi proses perletakan lemak.

26
Sehingga walaupun dengan adanya penambahan pakan suplementasi konsentrat pada
hijauan menunjukkan respon yang tidak jauh berbeda terhadap ternak penelitian.

4.3. Pengaruh Perlakuan Terhadap Pertambahan Lingkar Dada Ternak


Kambing Kacang
Lingkar dada merupakan komponen yang di pengaruhi oleh dua faktor yaitu
pertumbuhan kerangka tubuh (tulang) dan pertumbuhan jaringan otot diantara kedua
komponen tersebut pertumbuhan tulang paling besar disusul pertumbuhan otot dan
lemak, selanjutnya dinyatakan bahwa perototan ternak berpengaruh langsung
terhadap linear tubuh demikian juga dengan pertumbuhan tulang. Lingkar dada
merupakan bagian tubuh yang mengalami pembesaran ke arah samping. Hasil ini
juga sejalan dengan yang dilaporkan Mc Donal (2002) yang menyatakan bahwa
dalam periode pertumbuhan ternak membutuhkan kandungan zat-zat makanan yang
berimbang dalam ransum terutama protein dan karbohidrat karena akan digunakan
untuk pertumbuhan jaringan-jaringan tubuh. Dengan demikian ransum yang
mempunyai kandungan nutrisi yang seimbang akan memberikan pertambahan berat
badan yang lebih tinggi yang diikuti dengan peningkatan produk-produk fermentasi
didalam rumen sebagai presekutor pembentukan jaringan tubuh. Didukung oleh
pendapat (Doho, 1994) pertambahan bobot badan ternak menyebabkan ternak
tambah besar dan diikuti dengan pertambahan dan perkembangan otot yang ada di
daerah dada sehingga ukuran lingkar dada semakin meningkat.

27
Tabel 5. Pengarun Perlakuan Terhadap Pertambahan Lingkar Dada Ternak
Kambing Kacang (cm/ekor/hari)
Perlakuan
Ulangan R0 R1 R2 R3 Total Rataan
I 0.23 0.30 0.30 0.22 1.05 0.26
II 0.20 0.28 0.15 0.15 0.78 0.19
III 0.23 0.22 0.24 0.21 0.9 0.22
Total 0.66 0.81 0.69 0.57 2.73
Rataan 0.22 0.27 0.23 0.19 0.16
Ket :Superscrip yang sama pada baris yang sama menunjukan pengaruh yang tidak
nyata (P>0,05)

Pada Tabel 5 terlihat bahwa ternak yang mendapat perlakuan R0 memiliki


rataan PLDH sebesar 0,22cm/e/h, kemudian ternak yang mendapat perlakuan R1
sebesar 0,27cm/e/h perlakuan R2 sebesar 0,23cm/e/h dan perlakuan R3 sebesar
0,19cm/e/h. Lingkar dada yang diperoleh sejalan dengan pertumbuhan otot dan
lemak yang diperoleh dalam penelitian ini. Menurut Gunawan dkk (2016)
pertambahan lingkar dada pada kambing lokal digambarkan dari pertumbuhan otot
dan lemak. Kemudian Sampurna dan Suatha (2010) menambahkan bahwa semakin
baik pertumbuhan otot dan lemak semakin tinggi pula peningkatan lingkar dadanya.
Meskipun secara statistik tidak berbeda antara perlakuan, namun terlihat
bahwa penambahan pakan konsentrat yang mengandung tepung tongkol jagung
fermentasi sebanyak 10% yang ditambahkan Zn Biokompleks memiliki
pertambahan lingkar dada yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan lainnya.
Menurut Van Soest (2006) bahwa rendahnya kualitas pakan dapat menurunkan
konsumsi dan kecernaan ransum, selain perbedaan serat kasar pakan, kandungan
protein kasar pakan dapat menjadi penyebab menurunnya konsumsi. Pakan yang
mempunyai serat kasar tinggi memiliki sifat amba, sifat amba ini akan menimbulkan
sensasi rasa kenyang yang lebih cepat pada ternak ruminansia. Sedangkan Utomo et
al. (2006) menyatakan bahwa pakan dengan kandungan protein yang cukup dapat
berfungsi memperbaiki jaringan, pertumbuhan jaringan baru, metabolisme untuk

28
energi. Ditambahkan Nugraha dkk, (2016) pertumbuhan ternak tergantung pada
tingkat nutrisi yang tersedia. Menurut Mc Donal dkk, (2002) pertumbuhan
dipengaruhi oleh genetik, jenis kelamin dan hormon, lingkar dada dipengaruhi oleh
pertumbuhan otot dan lemak dimana ukurannya dipengaruhi oleh kondisi ternak
misalnya kurus atau gemuk ternak tersebut, semakin gemuk ternak maka semakin
tinggi ukuran lingkar dada.
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan
berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap ukuran lingkar dada kambing kacang
betina. Hal ini berarti bahwa pemberian hijauan lantoro dan konsentrat memberikan
pengaruh yang relatif sama untuk menunjang pertumbuhan tulang dan otot selama
masa pertumbuhan. Hal ini juga disebabkan karena pakan yang diberikan
mengandung protein dan energi yang tidak jauh berbeda sehingga tidak terdapat
perbedaan dalam menghasilkan pertambahan jaringan otot lemak tubuh pada
bagian dada. Menurut Gunawan dkk, (2016) bahwa kandungan nutrisi berupa
protein, karbohidrat, lemak, vitamin, mineral dan air dalam pakan yang diberikan
hampir sama tidak memberikan pengaruh terhadap lingkar dada ternak. Kondisi
yang sama menyebabkan pertumbuhan kambing relatif sama. Apabila kebutuhan
hidup pokok tidak terpenuhi dari pakan, maka kebutuhan tersebut akan dipenuhi dari
degradasi jaringan (Tillman et al, 2005) sehingga akan berpengaruh terhadap lingkar
dada.

4.4. Pengaruh Perlakuan Terhadap Pertambahan Tinggi Pundak Ternak


Kambing Kacang
Tinggi pundak menggambarkan tulang penyusun tulang kaki depan dan
tulang penyusum punggung hasil rataan tinggi pundak kambing kacang dalam
penelitian ini terdapat pada Tabel 6.

29
Tabel 6. Pengaruh Perlakuan Terhadap Pertambahan Tinggi Pundak Ternak
Kambing Kacang (cm/e/h)
Perlakuan
Ulangan R0 R1 R2 R3 Total Rataan
I 0.15 0.18 0.20 0.12 0.65 0.16
II 0.11 0.21 0.11 0.10 0.53 0.13
III 0.18 0.13 0.13 0.17 0.51 0.12
Total 0.44 0.53 0.44 0.39 1.69
Rataan 0.15 0.18 0.15 0.13 0.10
Ket :Superscrip yang sama pada baris yang sama menunjukan pengaruh yang tidak
nyata (P>0,05)

Pada Tabel 6 terlihat bahwa ternak yang mendapat perlakuan R0 memiliki


rataan pertambahan tinggi pundak harian sebesar 0,15cm/e/h, kemudian ternak yang
mendapat perlakuan R1 sebesar 0,18cm/e/h perlakuan R2 sebesar 0,15cm/e/h dan
pada ternak yang mendapatkan perlakuan R3sebesar 0,13cm/e/h. Tinggi pundak yang
diperoleh sejalan dengan pertambahan berat badan harian yang diperoleh dalam
penelitian ini. Menurut Kadarsih (2003) tinggi pundak berhubungan erat dengan
pertambahan bobot hidup, semakin tinggi pertumbuhan ternak maka semakin tinggi
pula pertambahan komponen penduga berat badan temasuk tinggi pundak.
Walaupun secara statistik tidak berpengaruh nyata namun perlakuan R1
memperoleh pertambahan tinggi pundak yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan
lainnya karena kandungan protein dan karbohidrat yang seimbang dalam ransum.
Mc Donal dkk, (2002) yang menyatakan bahwa dalam periode pertumbuhan ternak
membutuhkan kandungan zat-zat makanan yang berimbang dalam ransum terutama
protein dan karbohidrat karena akan digunakan untuk pertumbuhan jaringan-jaringan
tubuh.
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan berpengaruh
tidak nyata (P>0,05) terhadap tinggi pundak ternak kambing kacang. Hal ini diduga
disebabkan karena pemberian hijauan lantoro yang tidak memperhatikan aspek
kecukupan nutrisi dari ternak dan ketika ransum tersebut ditambahkan pakan
konsentrat memberikan pengaruh terhadap produksi ternak sehingga terjadinya

30
pertumbuhan otot dan pertumbuhan tulang dengan kecepatan yang sama. Didukung
oleh Sugeng (2004) bahwa ukuran tinggi pundak dipengaruhi oleh pertumbuhan
tulang dimana meningkat atau tinggi sejak ternak lahir sampai dengan umur
penyapihan kemudian menurun sampai ternak dewasa. Menurut Herd, (1986) dikutip
Gunawan (2016) bahwa pertumbuhan ternak secara langsung dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain faktor eksternal dan faktor intenal, fakor eksternal yang
dominan dalam mempengaruhi pertumbuhan adalah pakan dan lingkungan
sedangkan faktor internal yang paling mempengaruhi pertumbuhan adalah genetik
dan endokrin. Faktor lingkungan dan pakan tidak terlalu berpengaruh terhadap
pertumbuhannya (Handiwirawan dan Subandryo, 2004).

31
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. KESIMPULAN
Hasil penelitian yang diperoleh disimpulkan bahwa suplementasi konsentrat
yang mengandung tepung tongkol jagung terfermentasi sampai dengan level 30 %
ditambahkan Zn-Biokompleks memberikan respon yang relatif sama dengan
pemberian konsentrat tanpa suplementasi tepung tongkol jagung terfermentasi yang
ditambhan Zn-Biokompleks terhadap kinerja pertumbuhan kambing kacang.

5.2. SARAN
Berdasarkan simpulan hasil penelitian ini, maka disarankan :
1. Tepung tongkol jagung terfermentasi ditambahkan Zn-Biokompleks dapat
digunakan sebagai suplemen pakan konsentrat yang digunakan dalam penelitian
ini sampai dengan level 30 %.
2. Penelitian lanjutan perlu dilakukan untuk mengetahui batas toleransi optimum
tepung tongkol jagung terfermentasi ditambahkan Zn-Biokompleks sebagai
suplemen pakan konsentrat.

32
DAFTAR PUSTAKA

Aberte DE, Forrest JC, Gerrard DF, Mills EW. 2001. Principles of Meat Science.
4th Edition. Freeman WH and Company. San Francisco, United States of
America

Afolayan RA, Adeyinka IA, Lakpini CAM. 2006. The estimation of live weight
from body measurements in Yankasa sheep. Czech J. Anim. Sci.51 (8): 343-
348

Alexandre G , Fleury J, Coppry O, Archimede H, Alexande. 2002. Effect of mode


of supplementation upon milk and growth performances of suckling Creole
goats and their kids reared at pasture in Guadeloupe. Livestock Research for
Rural Development 14 (1). Livestock Research for Rural Development 14 (1).

Anggorodi R. 1985. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT. Gramedia. Jakarta.


Anggorodi R. 1991. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT. Gramedia. Jakarta
Anggraeny YN, Umiyasih U. 2005. Tinjauan tentang upaya penyediann hijauan
pakan ternak sepanjang tahun dilahan kering. Prosiding Seminar Nasional
Pengembangan Usaha Peternakan Berdaya Saing di Lahan Kering. Fapet-
UGM Yogyakarta.
Aylianawaty E. Susiani. 1985. Pengaruh berbagai pre-treatment pada limbah
tongkol jagung terhadap aktivitas enzim selulase hasil fermentasi substrat
padat dengan bantuan Aspergillus niger. Available at http://www.
lppm.wima.ac.id/ailin.pdf. Accession date: 15
Juni, 2009. Astuti,

Bamualim A. 1988 . Peranan Peternakan dalam Usahatani di Daerah Nusa Tenggara.


Jurnal Litbang Pertanian 7(3): 69-74.
Bamualim B.1988 . Prosedur dan Parameter Dalam Penelitian Makanan Ternak
RuminansiaDalam Prinsip Produksi dan Penelitian Peternakan,Kupang.
Batubara AM, Doloksaribu B, Tiesnamurti. 2007. Potensi keragaman sumberdaya
genetik kambing lokal indonesia. Prossiding Lokakarya Nasional
Pengololaan dan Perlindungan Sumberdaya Genetik di Indonesia. Bogor, 20
Desember 2006. Jakarta. ISBN 978-979-8308-66-6. Halaman 245-265.

Bekti N, Sunandar Y, Widiawati A, Hanafiah E, Gustani, Tedy S. 2013.


Pengenbangan Pemanfaatan Bungkil Inti Sawit (Bis) Untuk Meningkatkan

33
Produksi Susu (Sebesar 20%) Sapi Perah Di Jawa Barat. Prosiding Ekspose
dan Seminar Nasional Inovasi Pertanian Ramah Lingkungan. Makasar Juni
2013.

BPS NTT 2016. Nusa Tenggara Timur dalam angka 2015.

Churen DC, Pond WG. 1982. Basic Animal Nutrition and Feeding 2nd ed. John
Wiley and Son. New York. Singapore.

Church DC. 1984. Digestive Physiology and Nutrition, Second Ed. O & B Books Inc.
Corvalis, Oregon.

Darwin Philips. 2013. Menikmati Gula Tanpa Rasa Takut. Perpustakaan Nasional:
Sinar Ilmu.

Devendra C, Burns M. 1994. Produksi kambing di daerah tropis. Institut


Teknologi Bandung.

Doho SR. 1994. Parameter fenotipik beberapa sifat kualitatif dan kuantitatif pada
domba ekor gemuk. Thesis, Program Paska Sarjana,Institut Pertanian Bogor.

Fattah S. 2016. Manajemen Ternak Potong. Undana Press.

Gunawan, 2016. Ukuran linier tubuh, sebagai acuan untuk mengetahui pertumbuhan
atau pertambahan berat badan ternak. Tarsito: Bandung. Hal 243-248.

Guntoro S. 2008. Mengolah tongkol jagung. http://www.bisnisbali. com2009/06/05/


newsg.htm. Diakses pada tanggal 27 Februari 2013 Makassar

Handiwirawan E. dan Subandriyono. 2004. Potensi dan keragaman sumber daya


genetik sapi bali. Wartazoa. Vol. 14 (3). hal. 107-117.

Iswoyo dan Widiyanigrum. 2008. Pengaruh jarak waktu pemberian pakan konsentrat
dan hijauan terhadap produktivitas kambing peranakan etawa lepas sapih.
Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan Vol. XI. NO. 2.

Jesse GW, Thomson GB, Clark JL, Hedrick HB, Weimer KG. 1976. Effect Of
Ration Energy And Slaughter Weight On Composition Of Empty Body
And Carcass Gain Of Cattle. J. Anim. Sci. 43: 418-425.

34
Kadarsih S. 2003. Peranan ukuran tubuh terhadap badan ternak ruminansia di
Propinsi Bengkulu. J. Penelitian UNIB. 9 (1): 45-48.

Kartadisastra HR. 1997. Penyediaan & Pengololaan Pakan Ternak Ruminansia


(sapi, kerbau, domba, kambing). Yogyakarta, kanisius

Kusuma A. 2013. Persentase Non Karkas Kambing Kacang, Kambing Peranakan


Ettawa (PE) dan Kambing Kacang Jantan Umur Satu Tahun. Fakultas
Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro, Semarang (Skripsi Sarjana
Petenakan).

Lukman MA, Saefuddin, Mansjoer SS. 1987. Pendugaan Beberapa Ukuran Kambing
Kacang di Unit Pendidikan dan Penelitian Jonggol. Media Peternakan.

MILLER WJ. 1970. Zinc nutrition of cattle: A review. J. Dairy Sci. 53:1123-1135.

McDOWELL LR. 1992. Minerals In Animal and Human Nutrition. Academic Press,
USA.

McDonald P, Edwards R, Greenhalg J, Morgan C. 2002. Animal Nutrition. 6th Ed.


Logman Scienttificand Technical John Willey and Sons Inc. NewYork. Hlm
90-95.

NRC. 2001. Nutrient Requirement of Domestic Animals, Nutrient Requirement of


sheep. Fifth edition. NAS-NRC, Washington, DC.

Nugroho BA. 2006. Pengembangan agribisnis peternakan pola bantuan usaha


ekonomi produktif (Studi di Propinsi Sulawesi Utara). hlm. 162-172. Dalam B
Suryanto, E Rianto dan AM Legowo. Pemberdayaan masyarakat peternakan
di bidang agribisnis untuk mendukung ketahanan pangan. Prosiding Seminar
Nasional 2006, Semarang. Universitas Diponegoro.

Parakassi A. 1999. Nilai Gizi konsentrat tinggi tetapi serat kasarnya rendah. Penerbit.
Universitas Indonesia Jakarta.

Pujiastari NNT, Suastika P, Suwiti NK. 2015. Kadar Mineral Kalsium dan Besi Pada
ternak di Lahan Persawahan. Buletin Veteriner Udayana, 7(1):67-72.

POWER R, HORGAN K. 2000. Biological chemistry and absorption of inorganic


trace mineral. In: Biotechnology in the Feed Industry, Prock. Alltech’s 16th

35
Annual Symposium. T.P. Lyons and K.A. JACQUES (Eds). Nottingham
Universitiy Press. pp. 277-291

Rianto ED, Anggalina, Dartosukarno S, Purnomoadi A. 2006. Pengaruh Metode


Pemberian Pakan Terhadap Produktivitas Domba Ekor Tipis. Prosiding
Seminar Teknologi Peternakan Dan Veteriner. Puslitbang Peternakan-
Badan Litbang Pertanian. Bogor.

Richana NP, Lestina, Irawadi, TT. 2004. Karakterisasi lignoselulosa: xilan dari
limbah tanaman pangan dan pemanfaatannya untuk pertumbuhan bakteri
RXA III-5 penghasil xilanase. J. Penelitian Pertanian 23(3): 171-17.
Richana Nur, Susilo BA, Santosa. 2008. “ Teknologi Pengolahan Pangan Lokal Dari
Jagung” dalam Teknologi pengolahan untuk Penganekaragaman Konsumsi
Pangan . Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian,
Bogor.
Rose SP. 1997. Principles of Poultry Science. Cab International, Wallingford, Inggris.
Siregar SB. 1994. Ransum ternak r. penebar swaday, Jakarta

Semakula JD, Mutetikka RD, Kugonza, Mpairwe RD. 2010. Variability in body
morphometric measurements and their application in predicting live body
weight of mubende and small East African Goat breeds In: Uganda. Middle-
East J. Sci. Res.5 (2): 98-105

Sobang YUL. 2005. Kinerja Fisiologis, Hematologi dan Produksi Sapi Bali
Penggemukan Yang Diberi Pakan Konsentrat Berbasis Pakan Lokal. Laporan
Penelitian Fakultas Peternakan Undana.
Sutaryono AY, Partridge IJ. 2002. Mengelola Padang Rumput Alam di Indonesia
Tenggara. The State of Queensland, Department of Primary Industries,
Brisbane, Australia.

Supriyanti S, Hidayat, Sadiran 2001. Penelitian Ternak Ruminansia Kecil. Balitnak,


Bogor.s

Soetan KO, Olaiya CO, Oyewole OE. 2010. The Importance of Mineral Elements
for Humans, Domestic Animals and Plants : A Review. African J.Food Sci, 4
(5): 200-222.

Steel dan Torrie. 1993. Perlakuan Ransum dan Rancangan Percobaan Praktis
Bidang Pertaninan. Kanisius. Yogyakarta

36
Shcalbroeck. 2011. Toxicologikal evalution of red mold rice. DFG- Senate Comision
on Food Savety. Ternak monogastrik. Karya Ilmiah. Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor, Bogor
Tillman ADH, Hartadi S, Reksohadiprojo S, Prawirokusumo, Lebdosoekojo S.
1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gajah Mada Universiti Press. Fakultas
Peternakan. UGM. Yogyakarta.
Utomo B, Prawirodigdo S, Sarjana, Sutjadmogo. 2006. Perfomans pedet sapi perah
dengan perlakuan induk saat masa akhir kebuntingan. Seminar Nasional
Teknologi Peternakan dan Veteriner.

Van Soest PJ. 2006. Nutritional ecology of the ruminant. O & B Books, Inc.
Corvallis, Oregon Vol 130 (7): 137 – 171.

Ward JW, Perry TW. 1982. Enzymatic conversion of corn cobs to glucose with
trichoderma viride, fungus and the effect on nutritional value of the corn cobs.
Jurnal Of Animal Science, Vol. 54, No. 3, pp 609-619.

Wahyono DE, Hardiyanto R. 2004. Pemanfaatan sumber daya pakan lokal untuk
pengembangan usaha sapi potong. Lokakarya Nasional Sapi Potong 2004.IPB,
Bogor. Hal 66-76.

Williamson G, Payne WJA. 1993. Pengantar Peternakan di Daerah Tropis Gadjah


Mada University Press, Yogyakarta.

37
LAMPIRAN

Lampiran 2. Pengaruh Perlakuan Terhadap Pertambahan Berat Badan Kambing


Kacang (g/e/h)
Perlakuan
Ulangan R0 R1 R2 R3
I 47.19 50.77 43.88 57.65
II 53.57 81.12 49.49 38.78
III 55.87 66.58 45.15 29.85
Total 156.63 198.47 138.52 126.28
Rataan 52.21 66.16 46.17 42.09
Ket :Superscrip yang sama pada baris yang sama menunjukan pengaruh yang tidak
nyata (P>0,05)

Anova: Single Factor


SUMMARY

Groups Count Sum Average Variance


Column 1 3 156.63 52.21 20.2228
Column 2 3 198.47 66.15667 230.415
Column 3 3 138.52 46.17333 8.653433
Column 4 3 126.28 42.09333 201.4436

ANOVA
Source of Variation SS Df MS F P-value F crit
Between Groups 996.2414 3 332.0805 2.88305 0.102731 4.066181
Within Groups 921.4698 8 115.1837
Total 1917.711 11
tn
tidak berpengaruh nyata (P>0,05)

38
Lampiran 3. Pengaruh Perlakuan Terhadap Pertambahan Panjang Badan Ternak
Kambing Kacang (cm/e/h)
Perlakuan
Ulangan R0 R1 R2 R3
I 0.12 0.16 0.12 0.12
II 0.22 0.20 0.17 0.16
III 0.17 0.24 0.24 0.13
Total 0.51 0.59 0.54 0.41
Rataan 0.17 0.20 0.18 0.14
Ket :Superscrip yang sama pada baris yang sama menunjukan pengaruh yang tidak
nyata (P>0,05)

Anova: Single Factor


SUMMARY

Groups Count Sum Average Variance


Column 1 3 0.507143 0.169048 0.002597
Column 2 3 0.594643 0.198214 0.001687
Column 3 3 0.5375 0.179167 0.003499
Column 4 3 0.414286 0.138095 0.000565

ANOVA
Source of Variation SS Df MS F P-value F crit
Between Groups 0.005681 3 0.001894 0.907393 0.479151 4.066181
Within Groups 0.016696 8 0.002087
Total 0.022378 11
tn
tidak berpengaruh nyata (P>0,05)

39
Lampiran 4. Pengaruh Perlakuan Terhadap Pertambahan Lingkar Dada Ternak
Kambing Kacang (cm/e/h).
Perlakuan
Ulangan R0 R1 R2 R3
I 0.23 0.30 0.30 0.22
II 0.20 0.28 0.15 0.15
III 0.23 0.22 0.24 0.21
Total 0.66 0.81 0.69 0.57
Rataan 0.22 0.27 0.23 0.19
Ket :Superscrip yang sama pada baris yang sama menunjukan pengaruh yang tidak
nyata (P>0,05)

Anova: Single Factor


SUMMARY

Groups Count Sum Average Variance


Column 1 3 0.660714 0.220238 0.00031
Column 2 3 0.807143 0.269048 0.001815
Column 3 3 0.6875 0.229167 0.005805
Column 4 3 0.573214 0.191071 0.001515

ANOVA
Source of Variation SS Df MS F P-value F crit
Between Groups 0.009326 3 0.003109 1.316528 0.334745 4.066181
Within Groups 0.01889 8 0.002361
Total 0.028216 11
tn
tidak berpengaruh nyata (P>0,05)

40
Lampiran 5. Pengaruh Perlakuan Terhadap Pertambahan Tinggi Pundak Ternak
Kambing Kacang (cm/e/h).
Perlakuan
Ulangan R0 R1 R2 R3
I 0.15 0.18 0.20 0.12
II 0.11 0.21 0.11 0.10
III 0.18 0.13 0.13 0.17
Total 0.44 0.53 0.44 0.39
Rataan 0.15 0.18 0.15 0.13
Ket :Superscrip yang sama pada baris yang sama menunjukan pengaruh yang tidak
nyata (P>0,05)

Anova: Single Factor


SUMMARY

Groups Count Sum Average Variance


Column 1 3 0.435714 0.145238 0.001245
Column 2 3 0.526786 0.175595 0.00156
Column 3 3 0.444643 0.148214 0.002232
Column 4 3 0.3875 0.129167 0.001162

ANOVA
Source of Variation SS Df MS F P-value F crit
Between Groups 0.003343 3 0.001114 0.718964 0.568091 4.066181
Within Groups 0.012398 8 0.00155
Total 0.015741 11
tn
tidak berpengaruh nyata (P>0,05)

41
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 20 Mei 1993 di


Kadumbul, Desa Palakahembi, Kecematan Pandawai,
Kabupaten Sumba Timur. Penulis merupakan putri ke empat
dari tiga bersaudara dari bapak Nggaji Walu Wanja dan ibu
Djera Ata Yewa
Pada tahun 2001 penulis mengawali pendidikan pada Sekolah Dasar Inpres
Negeri Watumbaka tamat pada tahun 2006. Pada tahun yang sama penulis
melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Pandawai
tamat pada tahun 2009. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan ke
Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Pandawai mengambil Jurusan Ilmu
Pengetahuan Sosial dan tamat berijazah tahun 2013 Pada tahun yang sama penulis
melenjutkan perkuliahan di kampus Akademik Komunitas Sandlewood Diploma II
Sumba Timur dan tamat berijazah tahun 2015. Pada Tahun 2016 penulis melanjutkan
perkuliahan melalui jalur transfer dan diterima sebagai mahasiswi di Fakultas
Peternakan Univeritas Nusa Cendana hingga akhir penulisan skripsi ini.
Atas penyertaan kasih Tuhan Yesus Kristus Allah Bapa dan Roh kudus, maka
penulis dapat meyelesaikan pendidikan di Fakultas Peternakan Universitas Nusa
Cendana dengan menempuh lama studi 3 tahun.

Kupang, 2019

Mersy Hana Ataluki

42

Anda mungkin juga menyukai