PENDAHULUAN
1
berat badan, hal ini sangat berpengaruh terhadap angka kelahiran dan
menyebabkan tingginya angka kematian (Sutaryono dan Partridge, 2002). Salah
satu strategi yang disarankan untuk peningkatan produktivitas ternak pada padang
penggembalaan adalah dengan upaya suplementasi (Anggraeny dan Umiyasih,
2005). Suplementasi dipadang penggembalaan perlu dilakukan mengingat vegetasi
di daerah tropik mempunyai kecernaan, karbohidrat mudah larut dan Nitrogen (N)
terlarut rendah. Kualitas hijauan di padang penggembalaan ditentukan oleh
tingkat kesuburan tanah, curah hujan dan kandungan mineral tanah.
Suplementasi pada ternak ruminansia yang digembalakan pada kondisi
iklim semi arid pada umumnya menunjukkan peningkatan produktivitas seperti
yang dikemukan oleh beberapa peneliti. Dilaporkan oleh Alexandr ee tal, (2002)
pada ternak kambing menyusui, bahwa suplementasi meningkatkan jumlah anak
yang lahir, berat lahir, berat sapih, produksi susu, Pertambahan Bobot Badan
Harian (PBBH) anak dan menekan angka kematian anak sehingga suplementasi
pada ternak kambing yang digembalakan dapat meningkatkan produktivitasnya.
Salah satu bahan pakan lokal yang dapat dijadikan pakan suplemen yaitu
tongkol jagung. Produksi jagung di NTT dari luasan lahan 273.194ha dengan
produksi jagung 685.081 ton dan 47.955 ton limbah tongkol jagung (BPS NTT,
2016). Penggunaantongkol jagung untuk bahan baku penyusunan pakan ternak
sudah menyebar ditiap daerah tetapi belum dapat dimanfaatkan secara maksimal.
Hal tersebut disebabkan kandungan- kandungan serat kasar yang tinggi yaitu
selulosa (44,9%), hemiselulosa (31,8%) dan lignin (23,3%) dan kandungan
protein yang sangat rendah 5,62% sehingga diperlukan pengolahan secara fisik
dan kimiawi untuk meningkatkan nilai nutrisi dan kecernaannya melalui
fermentasi.
Mineral Zn bagi ternak ruminansia digunakan untuk memenuhi kebutuhan
hidup dan produksi, serta mendukung dan memasok kebutuhan mikroba yang
hidup dalam rumen. Apabila terjadi defisiensi mineral, maka aktifitasmikroba
rumen tidak berlangsung optimal sehingga tingkat pemanfaatan pakan menjadi
energi tidak maksimal yang pada gilirannya akan menurunkan produktivitas
ternak.
2
Biokompleks Zink dibuat dari zinc atau Zn anorganik dengan media
ekstrak bungkil jagung dan inokulan. Zaccharomyces serevisiae, sebagai pakan
tambahan atau aditif untuk meningkatkan produksi ternak. Zn merupakan salah
satu mineral yang dibutuhkan untuk meningkatkan perkembangan mikroba dalam
rumen ternak ruminansia. Zn penting untuk aktivitas enzim yang terlibat dalam
metabolisme asam nukleat, metabolisme protein dan juga proses dalam pergantian
sel enzim yang mengandung Zn antara karbonat, urease (Church, 1984; POWER
and HOGAN, 2000)
3
2. Bagaimana pengaruh penggunaan tepung tongkol jagung terfermentasi
terhadap kinerja pertumbuhan pada kambing kacang betina dengan
pemberian level yang berbeda ?
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
untuk kebutuhan hidup pokok dan juga untuk produksinya. Kebutuhan pakan
ternak ruminansia dipenuhi dengan hijauan sebagai pakan utama dan konsentrat
sebagai pakan penguat. Untuk menunjang hidup pokok dan produksi ternak
membutuhkan protein, energi, vitamin dan mineral dalam jumlah yang seimbang
dan tepat. Pemberian pakan yang efisien mempunyai pengaruh lebih besar dari
pada faktor-faktor yang lainnya, dan merupakan cara yang sangat penting untuk
peningkatan produktivitas.
Peningkatan produksi ternak kambing sejalan dengan peningkatan
kuantitas dan kualitas makanan terutama pada musim kemarau di daerah tropis.
Bamualim (1988) menjelaskan bahwa musim kemarau yang panjang sering
menurunkan kuantitas dan kualitas dari hijauan makanan ternak sehingga ternak
ruminansia yang dipelihara dengan system ekstensif akan mengalami penurunan
bobot badan umumnya sifat yang dimiliki hijauan makanan ternak didaerah
tropis adalah nilai gizinya rendah, cepat menua dan kualitasnya menurun. Nilai
gizi yang rendah ini dapat terlihat pada kandungan protein kasar hijauan rumput
alam sebesar 3-5 % dari bahan kering (BK) pada musim kemarau dan 8-10% pada
musim hujan
Pemberian makanan pada kambing yang hanya mengandalkan pakan
hijauan rumput di daerah tropis akan kurang berarti, sebab kambing tidak dapat
memenuhi kebutuhan tubuh yang berkaitan dengan zat makanan khususnya
protein. Oleh karena itu perlu disuplementasikan dengan bahan pakan lainnya
yang kandungan proteinnya lebih tinggi, sehingga kebutuhan ternak akan hidup
pokok, pertumbuhan , produksi dan reproduksinya dapat terpenuhi.
2.3. Lamtoro
Lamtoro (Leucena leucocephala) merupakan bangsa leguminosa yang
berasal dari Amerika Tengah dan mempunyai daya guna yang besar di negara-
negara tropis. Lamtoro dapat digunakan sebagai pakan ternak karena memiliki
kandungan protein tinggi, sebagai tanaman peneduh bagi perkebunan Maupun
untuk kepentingan lainnya seperti kayu bakar, bahan bangunan dan pencegah
erosi. Sebagai bahan pakan hijauan kandungan protein lamtoro sebesar 22,30%(
Rosnah, 1998). Sobang 2005 menyatakan bahwa lamtoro pada umumnya tumbuh
6
di daerah terbuka pada ketinggian 1-700 m di atas permukaan laut. di jelaskan
lebih lanjut bahwa tanaman ini juga dapat melindungi protein ransum dari
degradasi mikroba dalam rumen.Tanaman lamtoro beradaptasi dengan tanah yang
tinggi keasamannya, tanah yang kaya akan kandungan kalsium dan phosfor
sehinggga usaha pengembangbiakannya mudah untuk dilaksanakan. Tanama
lamtoro mengandung sejenis zat beracun yang disebut mimosin yang dapat
memberikan efek negatif berupa kerontokan bulu, nafsu makan menurun,
hipersaliva, pembesaran kelenjar gondok, gerakan tidak terkordinasi dan dapat
mengakibatkan kematian jika ternak mengkonsumsi lebih dari kemampuan
teloransi berbagai jenis ternak terhadap mimosin tanaman lamtoro bermacam-
macam. pada umumnya ternak ruminansia seperti kerbau, sapi, kambing, dan biri-
biri tahan terhadap mimosin.
2.4. Pakan Konsentrat
Konsentrat adalah bahan makanan yang konsentrasi gizinya tinggi tetapi
kandungan serat kasarnya relatif rendah dan mudah dicerna. Parakassi, (1999)
menyatakan bahwa konsentrat atau makanan penguat adalah bahan pakan yang
tinggi kadar zat-zat makanan seperti protein atau karbohidrat dan rendahnya kadar
serat kasar (dibawah 18%). konsentrat merupakan salah satu bentuk pakan
suplemen yang diberikan kepada ternak khususnya ruminansia yang dibuat dari
berbagai campuran jenis pakan yang kaya akan energi, protein, lemak dan
mineral.
Penambahan konsentrat pada kambing bertujuan untuk meningkatkan nilai
pakan dan menambah energi. Tingginya pemberian pakan berenergi menyebabkan
peningkatan konsumsi dan daya cerna dari rumput atau hijauan kualitas rendah.
Selain itu pemberian konsentrat tertentu dapat menghasilkan asam amino esensial
yang dibutuhkan oleh tubuh. Penambahan konsentrat tertentu dapat juga bertujuan
agar zat makanan dapat langsung diserap di usus tanpa terfermentasi di rumen,
mengingat fermentasi rumen membutuhkan energi lebih banyak. Penambahan
konsentrat merupakan suatu usaha untuk mencukupi kebutuhan zat-zat makanan,
sehingga akan diperoleh produksi yang tinggi. Selain itu dengan penggunaan
konsentrat dapat meningkatkan daya cerna bahan kering ransum, pertambahan
7
bobot badan serta efisien dalam penggunaan ransum (Holcom, 1984 yang dikutib
Haba Ora, 2008).
2.4.1. Dedak Padi
Dedak padi adalah limbah pengolahan padi menjadi beras dan kualitasnya
bermacam-macam tergantung dari varietas padi. Dedak padi digunakan sebagai
pakan ternak, karena mempunyai kandungan gizi tinggi harganya relatif murah,
mudah diperoleh dan penggunaannya tidak bersaing dengan manusi (
Schalbroeck, 2011). Dedak padi mengandung nilai gizi dengan komposisi sebagai
berikut: 87.5% bahan kering, 13.6% protein, 8.2 % lemak, 8.5% abu, dan 58.5%
BETN. Menurut Bamualim (1988), dedak padi mengandung lemak yang cukup
tinggi sekitar 10-15%, juga mengandung protein, vitamin B dan E.
2.4.2. Jagung giling
Jagung merupakan bahan pakan berupa butiran yang paling banyak
digunakan dalam penyusunan ransum ternak, karena merupakan sumber energi .
Selain itu jagung mengandung karbohidrat dan lemak. Namun demikian, jagung
tidak dapat diberikan sebagai bahan tunggal karena kandungan proteinnya rendah
(Williamson dan Payne,1993).
Sobang, (2005) menyatakan bahwa jagung memenuhi kriteria sebagai
pakan penguat, disamping harganya murah dan mudah diperoleh.Pemberian
jagung disarankan agar tidak diberikan sebagai pakan tunggal, namun
ditambahkan pakan sumber protein lainnya, suplemen, vitamin dan mineral
sehingga dapat membentuk ransum sempurna. Makanan penguat adalah jenis
makanan yang kandungan TDNnya 75-85%, BETN 62-77,2% dan protein 8,9-
36,6% dengan kandungan serat kasar rendah ± 18%. Kandungan gizi utama
jagung adalah pati (72-73%), Jagung mempunyai kandungan zat gizi dengan
komposisi yaitu bahan kering 88,83%, bahan organik 87,41%, protein kasar
8,16% (Richana, Nur dan B.A.Susilo, 2008).
2.4.3.Tepung Daun Gamal
Gamal (Gliricidia sepium) adalah tanaman leguminosa pohon yang
mudah tumbuh dan tahan hidup di musim kamarau,juga tahan terhadap
pemotongan yang berulang dengan pertumbuan kembali yang cepat serta
8
pengembangannya. pengunaan daun gamal sebagai pakan dalam bentuk segar
kurang disukai ternak kerena baunya yang kurang sedap dan mengadung zat anti
nutrisi coumarin untuk mengatasinya maka di anjurkan untuk dilayukan selama 24
jam sebelum di berikan pada ternak atau pun di jadikan tepung (Sobang, 2005).
Nilai nutrisi daun gamal dalam bentuk segar berdasarkan hasil laporan Ninek, dkk
(1988) adalah sebagai berikut bahan kering 19,47%, bahan orga nik 93,65%,
protein 23,42, lemak 6,42% dan serat kasar 15%.
2.4.4.Tepung tongkol jagung terfermentasi
Tongkol jagung merupakan bagian terbesar dari limbah jagung. Dari berat
jagung bertongkol, diperkirakan 40-50-% adalah tongkol jagung. Tongkol jagung
merupakan bahan berlignoselulosa (kadar serat kasar 38,99%)yang mengandung
xilan tertinggi (12,4%) dibanding limbah pertanian lain (Richana dkk, 2004).
Tongkol jagung mengandung lignoselulosa yang terdiri dari lignin, selulosa dan
hemiselulosa (Aylianawaty dan Susiani, 1985). Janggel atau tongkol kosong yang
berbentuk batang berukuran cukup besar, sehingga tidak dapat dikonsumsi ternak
jika diberikan langsung. Oleh karena itu, untuk memberikannya perlu
penggilingan terlebih dahulu (Suhartanto dkk, 2003). Menurut Wahyono(2004)
kandungan nutrisi tongkol jagung yaitu bahan kering 76,608%, protein kasar
5,616%, lemak kasar 1,576%, serat kasar 25,547%, Total Digestible Nutrien
53,075%. kadar air 29,54, bahan kering, 70,45%. protein kasar 2,67% dan serat
kasar 46,52% dalam 100% bahan kering (BK)
2.4.5.Gula air
Darwin, (2013) gula adalah suatu karbohidrat sederhana karena dapat larut
dalam air dan langsung diserap tubuh untuk diubah menjadi energi. Secara
umum,gula dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Monosakarida
Sesuai dengan namanya yaitu mono yang berarti satu, ia terbentuk
dari satu molekul gula. Yang termasuk monosakarida adalah glukosa,
fruktosa, galaktosa.
2. Disakarida
9
Berbeda dengan monosakarida, disakarida berarti terbentuk dari
dua molekul gula. Yang termasuk disakarida adalah sukrosa (gabungan
glukosa dan fruktosa), laktosa (gabungan dari glukosa dan galaktosa) dan
maltosa (gabungan dari dua glukosa).
Gula lontar merupakan hasil pemasakan dari nira lontar. Lontar (Borassus
sundaicus) adalah sejenis tanaman palma yang terdapat di daerah bercurah hujan
terbatas dan di NTT terdapat di pulau Timor, Rote dan Sabu (Suek, 1997). Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa kandungan sukrosa pada gula air tidak jauh
berbeda dengan kandungan yang terdapat dalam molases. Sudjono, (1989) dikutip
Amtiran, (2007) melaporkan bahwa gula air mengandung sukrosa 14%, air 85%,
protein 2,98%, lemak 0,25% dan abu 0,27%. Sementara dilaporkan bahwa sugar
pada gula air sebesar 86,03% dan molases 85,7%. Jalaludin et al., (1999)
menyatakan bahwa gula lontar dapat digunakan sebagai bahan perekat dan sumber
energi yang dapat menggantikan peran molases dalam pembuatan suplemen
berbentuk blok.
2.4.6.Tepung Ikan
Sobang (2005), menyatakan bahwa tepung ikan merupakan sumber protein
hewani dengan kadar protein kasar yang tinggi bersifat escape dan dicerna di usus
halus, sehingga bermanfaat langsung untuk ternak. Selanjutnya dikemukakan
bahwa tepung ikan yang bermutu baik harus mempunyai sifat-sifat diantaranya:
butiran-butirannya relative seragam, bebas dari sisa tulang dan mata ikan serta
benda asing. Lebih lanjut dinyatakan tepung ikan dapat meningkatkan nilai guna
pakan yang umumnya terdiri dari serat kasar tinggi dengan kandungan
nitrogen sangat rendah. Penggunaan tepung ikan dalam ransum ternak sapi dan
domba menunjukan adanya peningkatan dalam hal pertumbuhannya. Hasil
analisis kandungan nutrisi dan energi tepung ikan dari Laboratorium Kimia Pakan
Fapet Undana-Kupang adalah sebagai berikut: BK 87,73%, PK 53,56%, lemak
kasar 5,14%, BETN 33,29% dan energi 4917,95 Kkal/kg.
2.4.7.Starbio
Probiotik starbio adalah koloni bibit mikroba (berasal dari lambung sapi)
yang dikemas dalam campuran tanah dan akar rumput serta daun-daun atau
10
ranting-ranting yang dibusukkan. Manfaat starbio dalam ransum ternak adalah
meningkatkan daya cerna, penyerapan zat nutrisi dan efisiensi penggunaan
ransum. Pemberian pakan tambahan merupakan salah satu upaya teknologi
penggemukan sapi modern. Mikroba didalam pakan tambahan akan
menghasilkan enzim yang menguraikan serat kasar pada pakan sapi, dengan
begitu daya cerna pakan oleh sapi lebih efesien sehingga akan meningkatkan
berat badan.
2.4.8.Garam
Garam diperlukan oleh semua kelas ternak, khususnya ternak herbivora
(pemakan hijauan). Jumlah garam yang dibutuhkan ternak bervariasi tergantung
pada tingkat pertumbuhan, komposisi ransum, tingkat produksi dan suhu
lingkungan. Ternak yang banyak terkena panas dan bekerja lebih berat
memerlukan garam yang lebih banyak dibandingkan dengan ternak normal.
Ternak ruminansia yang digembalakan memerlukan garam untuk
menyeimbangkan kalium yang tinggi dan kalsium yang rendah. Garam berfungsi
sebagai mineral juga berfungsi meningkatkan palatabilitas (Bekti, dkk., 2013)
2.4.9.Urea
Urea merupakan senyawa kimia yang mengandung 40-45% nitrogen
miroorganisme yang terdapat dalam saluran pencernaan ternak. Nitrogen dalam
urea dapat dikombinasikan dengan C, H2 dan O2 dalam karbohidrat untuk
membentuk asam amino. Oleh karena itu urea dapat digunakan sebagai sumber
nitrogen pada ternak ruminansia. Urea didalam rumen akan dihidrolisis menjadi
amonia (NH3) sehingga mudah digunakan oleh bakteri rumen untuk membentuk
protein tubuhnya dan merangsang petumbuhan bakteri rumen untuk
meningkatkan kecernaan pakan berserat. Urea dalam proporsi tertentu
mempunyai dampak posotif terhadap peningkatan konsumsi protein kasar dan
daya cerna. (Bekti, dkk, 2013)
2.5. Zn-Biokompleks
Zn-Biokompleks merupakan salah satu mineral mikro yang memiliki
fungsi dan kegunaan penting bagi tubuh, seperti kulit, mukosa saluran cerna dan
hampir semua sel membutuhkan mineral ini. Manfaat Zn didapat dari analisis
11
proksimat suatu bahan adalah bahan permulaan yang digunakan untuk
determinasi jenis mineral. Secara umum memiliki fingsi sebagai berikut:
1.Sebagai komponen senyawa pembentuk tulang dan gigi yang menyebabkan
adanya jaringan yang keras dan kuat
2.Mempertahankan keadan kolodial dari beberapa senyawa dalam tubuh
3.Memelihara keseimbangan asam dan basa dalam tubuh
4.Sebagai activator system enzim tertentu
5.Sebagai komponen dari suatu enzim tertentu
6.Mineral memiliki sifat kepekaan otot dan saraf (Tilman et al., 1991)
Mineral merupakan suatu zat organik yang terdapat dalam kehidupan
alam maupun dalam makluk hidup. Mineral merupakan unsure penting dalam
tanah,bebatuan,air dan udara.Sedangkan pada tubuh makluk hidup sendiri mineral
merupakan salah satu komponen penyusun tubuh 4-5% berat badan kita terdiri
atas mineral,sekitar 50% mineral tubuh terdiri atas kalsium ,25% fosfor dan 25%
lainnya terdiri atas mineral lain.Tubuh memerlukan mineral dari luar karena
fungsinya yang penting untuk kelangsungan proses metabolism.Berdasarkan
umlah yang dibutuhkan ternak, mineral digolongkan dalam dua kelompok yaitu
makro mineral antara lain : kalsium ( Ca), fosfor (P), kalium (K), magnesium
(Mg), natruim (Na), klor (Cl), sulfur (S), dan amkro mineral atau trace mineral
terdiri dari besi (Fe), cuprum (Cu), Zn, molybdenum (Mo), mangan (Mn), kobalt
(Co), krom (Cr), nikel (Ni), dan yodium (I).
Mineral amkro lebih banyak dibutuhakan dibandingkan dengan mineral
mikro.Beberapa mineral memiliki lebih dari satu fungsi (Church and Pond,
1982).Mineral tidak dapat dibuat didalam tubuh hewan, sehingga harus
disediakan dalam ransum baik dalam hijaunan, konsentrat, maupun pakan
suplemen.
2.6.Pertumbuhan ternak kambing
Pertumbuhan adalah pertambahan bobot badan atau ukuran tubuh sesuai
dengan umur. Pertumbuhan secara umum dapat didefenisikan sebagai perubahan
ukuran yang meliputi perubahan berat hidup, bentuk, dimensi linear dan
komposisi tubuh, termasuk perubahan jaringan-jaringan tubuh seperti otot, lemak,
12
tulang dan organ-organ tubuh lainnya. Pertumbuhan dipengaruhi oleh beberapa
faktor seperti genetik, pakan dan manajemen. Perubahan organ-organ dan
jaringan berlangsung secara gradual hingga tercapainya ukuran dan bentuk
karakteristik masing-masing organ dan jaringan tersebut. Kombinasi dan besarnya
badan umumnya dipakai sebagai ukuran pertumbuhan (Sri Racham, 2006).
Aberle et al, (2001) menyatakan bahwa pertumbuhan dapat dinilai sebagai
peningkatan tinggi pundak , panjang badan, ukuran lingkar dada dan bobot badan
yang terjadi pada seekor ternak muda yang sehat serta diberi pakan dan minum.
2.6.1.Pertambahan Bobot Badan Harian
Kemampuan ternak untuk merubah zat-zat makanan yang terdapat dalam
ransum menjadi daging, ditunjukkan dengan pertambahan bobot badan dari ternak
tersebut. Pertambahan bobot badan merupakan salah satu kriteria yang digunakan
untuk mengukur pertumbuhan (Anggorodi,1991). Menurut Rose (1997),
pertumbuhan meliputi peningkatan ukuran sel-sel tubuh akan peningkatan sel-sel
individu, dimana pertumbuhan itu mencakup empat komponen utama yaitu
adanya peningkatan bobot otot yang terdiri dari protein dan air, peningkatan
ukuran skeleton, peningkatan total lemak tubuh dalam jaringan adiposa dan
peningkatan bulu, kulit dan organ dalam .
Pertumbuhan murni menurut Anggorodi (1985) adalah pertambahan dalam
bentuk dan bobot jaringan-jaringan tubuh seperti urat daging, tulang, jantung,
otak, dan semua jaringan tubuh lainnya (kecuali lemak). Kemampuan ternak
mengubah zat-zat nutrisi ditunjukkan dengan pertambahan bobot badan.
Pertambahan bobot badan merupakan salah satu kriteria yang digunakan untuk
mengukur pertumbuhan. Kenaikan bobot badan dapat diketahui dengan
penimbangan ternak yang dilakukan berulang-ulang dan dinyatakan dengan
pertambahan bobot badan setiap hari, setiap minggu atau dalam waktu tertentu
(Tillman et. al.,1998).
2.6.2. Ukuran Linear Tubuh
Performans produksi ternak yang diperhatikan adalah pertumbuhan
dari ternak tersebut dan pertumbuhan ini berhubungan dengan peningkatan
jaringan tubuh dan organ-organ tubuh. Pertumbuhan mempengaruhi distribusi
13
berat dan komposisi kimia komponen-komponen tubuh termasuk tulang, otot
dan lemak (Soeparno, 2005). Lebih lanjut dinyatakan bahwa organ-organ dari
jaringan berlangsung secara gradual sehingga tercapainya ukuran dan bentuk
karakteristik masing-masing organ dan jaringan tersebut.
Pertumbuhan umumnya diukur melalui peningkatan dan pertambahan
berat badan. Hal tersebut disertai oleh perubahan dalam bentuk dan komposisi
tubuh yang di sebut perkembangan. Natasasmita (1983) menyatakan bahwa
perubahan adalah suatu rangkaian yang terjadi pada ternak meliputi dua aspek
yang saling berhubungan yaitu pertumbuhan atau (growth) yang merupakan
pertambahan massa tubuh persatuan waktu serta perkembangan (development)
merupakan perubahan bentuk tubuh ternak sebagai akibat adanya kecepatan
pertumbuhan relatif berbeda-beda antara komponen tubuh yang satu dengan
komponen tubuh yang lain. Williamson dan Payne (1993) menyatakan bahwa
pemakaian berbagai ukuran badan seperti lingkar dada, panjang badan dan tinggi
pundak dapat memberikan petunjuk tentang bobt badan seekor ternak dengan
ketelitian yang tinggi. Lebih lanjut di jelaskan bahwa dengan menyelidiki
bentuk luar serta bagian yang nampak dari luar dapat menentukan tipe seekor
ternak degan kemampuan berproduksinya. Pengukuran linear tubuh untuk jenis
kambing, sapi, kerbau dan domba tekniknya sama. Lukman dkk., (1987)
menyatakan bahwa secara umum ukuran panjang badan dan lingkar dada
bertambah sesuai dengan pertambahan bobot badan pada masa pertumbuhan.
Ukuran panjang badan dipengaruhi oleh keadaan perdagingan dan perlemakan.
Jika keadaan tersebut berjalan normal maka kambing dalam keadaan bentuk
badan yang kompak, artinya semakin panjang dan semakin besar badan akan
menyebabkan bobot badan meningkat. Tinggi pundak menggambarkan tulang
penyusun kaki depan (ekstremitas anterior) dan tulang penyusun
punggung. Pertumbuhan ukuran-ukuran tubuh yang lebih cepat pada umur muda
berkorelasi secara kuat dengan ukuran dewasa yang lebih besar (Davendra dan
Burn,1994). Individu ternak yang besar akan tumbuh lebih cepat dan lebih
besar ukurannya pada saat mencapai kedewasaan dibandingkan dengan individu
ternak yang kecil. Faktor lingkungan yang banyak mempengaruhi kondisi
14
kambing terutama adalah faktor makanan. Kambing yang mendapat
makanan yang baik (kebutuhan bahan kering terpenuhi) akan lebih cepat dewasa
tubuh jika dibandingkan dengan yang mendapat makanan yang kurang baik
(kebutuhan bahan kering tidak terpenuhi). Dengan kata lain pertambahan bobot
badan per hari tergantung bahan makanan yang dikonsumsi seekor ternak. umur 3
- 6, 6 - 9, 9 -12 bulan, baik jantan maupun betina pendugaan bobot badan terbaik
adalah lingkar dada.
Koefisien korelasi bobot badan dengan lingkar dada kambing kacang
pada masing – masing tingkat umur tidak nyata dipengaruhi oleh jenis kelamin.
Herman, (1985) Menyatakan bahwa semua koefisien pertumbuhnan ukuran tubuh
relatif (panjang badan, lingkar dada, tinggi pundak, lebar dada) terhadap bobot
tubuhnya. Menunjukkan bahwa ukuran tubuh lebih dini karena ditentukan oleh
ukuran tulang kerangka. Tulang tubuh lebih dini dibandingkan komponen tubuh
utama lainnya.
15
BAB III
MATERI DAN METODE PENELITIAN
16
3.2.4.Bahan pakan
Pakan yang diberikan yaitu pakan basal berupa hijauan gamal, konsentrat yang
terdiri dari tepung jagung kuning, dedah halus, tepung daun gamal, tepung
tongkol jagung terfermentasi (TTJT), tepung ikan, urea, garam, gula air dan
starbi
Komposisi bahan pakan penyusun konsentrat disajikan dalam Tabel 1 dan
kandungan disajikan dalam Tabel 2 sebagai berikut :
Tabel 1. Komposisi bahan penyusun pakan konsentrat (%)
JenisPakan R0 R1 R2 R3
Dedak halus 50 45 40 30
Jagung giling 20 15 10 10
Tepung daun gamal 15 15 15 15
TTJT - 10 20 30
Gula Air 5 5 5 5
Tepung ikan 5 5 5 5
Starbio 2 2 2 2
Garam 2 2 2 2
Urea 1 1 1 1
GE
BK BO PK LK SK CHO BETN
Pakan
(%) (%BK) (%BK) (%BK) (%BK) (%BK) (%BK)
Mj/kg Kkal/kg
Lamtoro 19,77 79,151 24,367 4,32 14,358 50,464 36,106 14,239 3.132,42
TJTF 88,321 74,135 2,932 2,21 41,263 68,993 27,73 11,321 2.705,72
TJFerm 89,32 78,654 9,367 4,887 29,562 64,400 34,838 14,687 3.069,58
R0 83,717 68,179 13,904 6,345 13,360 47,930 34,571 13,826 3.291,99
R1 85,894 70,976 14,912 8,016 9,569 48,048 38,479 14,661 3.490,78
R2 85,076 68,828 12,783 5,368 14,806 50,677 35,871 13,697 3.261,09
R3 84,505 66,858 11,853 4,010 18,213 50,995 32,782 13,063 3.110,21
Keterangan : Hasil Analisis laboratarium kimia pakan Universitas Nusa Cendana Kupang 2018, TTJ:
Tepung tongkol jagung, TTJF: Tepung tongkol jagung tanpa terfermentasi.
17
3.3.Metode Penelitian
penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4
perlakuan dan 3 ulangan sehingga diperoleh 12 unit percobaan dari keempat
perlakuan yang diteliti, sebagai beriku:
1. R0=Pakan konsentrat tanpa TTJF + ZN-Biokompleks 2,06g
2. R1 =Pakan konsentrat yang mengandung TTJF 10% + Zn-Biokompleks 2,06g
3. R2 =Pakan konsetrat yang mengandung TTJF 20 + Zn-Biokompleks 2,06g
4. R3 =Pakan konsentrat yang mengandyng TTJF30 % + Zn-Biokompleks 2,06g.
3.4. Prosedur Penelitian
3.4.1.Pengacakan Ternak
Sebelum penelitian dilakasanakan ternak kambing ditimbang terlebih dahulu
untuk mengetahui berat badan awal kemudian ternak kambing tersebut diberi nomor.
Setelah ternak diberi nomor, kandang ternak tersebut di acak untuk mendapatkan
perlakuan. Penempatan ternak ke dalam kandang juga dilakukan secara acak. Hasil
pengacakan perlakuan dan kandang dijelaskan dalam tabel 3.
Tabel 3. Pengacakan
No kandang Perlakuan
1 R1.2
2 R1.1
3 R2.2
4 R2.3
5 R0.1
6 R1.3
7 R0.3
8 R0.2
9 R3.1
10 R3.2
11 R3.3
12 R2.1
18
Keterangan :
1. R0.1, R0.2 dan R0.3 = Perlakuan menggunakan tepung tongkol jagung tanpa
fermentasi
2. R1.1, R1.2 dan R1.3 = Perlakuan menggunakan TTJF 10%
3. R2.1, R2.2 dan R2.3= Perlakuan menggunakan TTJF 20%
4. R3.1, R3.2 dan R3.3= Perlakuan menggunakan TTJF 30%
19
dilakukan membentuk garis miring dari tonjolan bahu sampai tulang duduk.
Lingkar dada diukur dengan melingkar pita ukur dari tulang dada dibelakang
tulang bahu dan belikat menggunakan pita ukur dan tinggi pundak
diukur dengan tongkat ukur. Pengu ran tinggi pundak dilakukan dari
dasar tanah sampai titi k tertinggi pundak secara tegak lurus.
3.5. Parameter Yang Diteliti
Adapun variabel yang diteliti dalam penelitian ini berdasarkan rumus sesuai
petunjuk Fattah (2016) antara lain :
1. Pertambahan panjang badan harian (PPBH)
PB ak− PB aw
PPBH = t(hari)
20
3.6.Analisis Data
Data yang diperoleh selama penelitian ini ditabulasi dan di analisis menurut
prosedur sidik ragam ANOVA ( Analysis Of Variance ) untuk mengetahui pengaruh
perlakuan terhadap variable yang diukur. Apabila ada pengaruh perlakuan terhadap yang
diukur maka dilanjutkan dengan uji jarak berganda. Duacan untuk mengetahui
perbedaan antara perlakuan ( Steel dan Torrie, 1993).
Yij=μ+i +εij
Di mana:
21
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
23
hidup, dimana pada penelitian ini ternyata penambahan Zn-Biokomples sebesar
2,06g tidak memberikan respon yang signifikan. Tidak ada perbedaan yang nyata
antara keempat perlakuan terhadap PBBH yang diduga karena konsumsi juga
menunjukkan perbedaan yang tidak nyata. Hal ini berarti bahwa metode pemberian
pakan tidak memberikan pengaruh terhadap pertambahan bobat harian hidup.
Menurur Soeparno (1998) dan Parakkasi (1999), salah satu faktor yang
mempengaruhi PBBH adalah konsumsi pakan, semakin tinggi jumlah pakan yang
dikonsumsi, semakin tinggi pula laju pertumbuhan ternak
Menurut Iswoyo dan Widiyaningrum (2008) kecenderungan meningkatnya
pertambahan bobot badan menunjukan adanya keterkaitan dengan banyaknya pakan
yang dikonsumsi dan tingkat kecernaan pakan. Semakin tinggi konsumsi dan tingkat
kecernaan pakan, akan menghasilkan pertambahan bobot badan yang lebih baik.
Menurut Parakkasi (1999) konsumsi dan kecernaan pakan merupakan faktor yang
sangat penting dalam mempengaruhi pertambahan bobot badan dan kecepatan
pertumbuhan, dan energi yang lebih tinggi akan menghasilkan laju pertumbuhan.
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan
berpengaruh tidak nyata terhadap pertambahan bobot badan harian (P>0,05). Hal ini
menunjukkan bahwa pemberian suplementasi pakan konsentrat yang mengandung
tepung tongkol jagung terfermentasi tidak memberikan pengaruh terhadap
pertambahan berat badan harian ternak kambing yang disebabkan karena
keseragaman konsumsi pakan ternak dalam memenuhi kebutuhan protein dan energi
untuk hidup pokok. Pertambahan bobot hidup terjadi apabila ternak mampu
mengubah zat-zat pakan yang diperoleh menjadi produk ternak seperti lemak dan
daging, setelah kebutuhan pokok terpenuhi. Rianto dkk., (2006) menjelaskan bahwa
konsumsi protein yang tinggi ternyata tidak memberikan harapan terhadap
peningkatkan pertambahan bobot badan. Hal ini karena pertambahan bobot badan
pada ternak tidak hanya merupakan fungsi deposisi protein, melainkan juga
merupakan fungsi deposisi lemak.
24
4.2. Pengaruh Perlakuan Terhadap Pertambahan Panjang Badan Ternak
Kambing kacang
Panjang badan harian merupakan gambaran pertumbuhan tulang belakang,
tulang pinggang dan tulang belakang. Nilai rataan panjang badan harian kambing
kacang di lihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Pengaruh Perlakuan Terhadap Pertumbuhan Panjang Badan
Kambing Kacang (cm/ekor/hari)
Perlakuan
Ulangan R0 R1 R2 R3 Total Rataan
I 0.12 0.16 0.12 0.12 0.52 0.13
II 0.22 0.20 0.17 0.16 0.75 0.18
III 0.17 0.24 0.24 0.13 0.78 0.19
Total 0.51 0.59 0.54 0.41 2.05
Rataan 0.17 0.20 0.18 0.14 0.12
Ket :Superscrip yang sama pada baris yang sama menunjukan pengaruh yang tidak
nyata (P>0,05)
25
mempengaruhi proses pencernaan. Jika defisiensi mineral kalsium dapat
mengganggu proses pencernaan (Soetan et al, 2010), maka akan berdampak pada
pertambahan panjang badan. Lebih lanjut dinyatakan bahwa mineral tersebut
memiliki peranan yang sangat penting dalam proses pertumbuhan dan
perkembangan pada ternak. Fosfor memiliki peran dalam proses metabolisme,
komponen adenosine trifosfat (ATP) dan asam nukleat. Dalam proses pencernaan,
fosfor terdapat pada air liur, berperan untuk membantu proses mencerna makanan.
Kalium merupakan mineral yang berperan pada otot dan saraf terlibat dalam
metabolisme karbohidrat dan kofaktor pada sintesis protein, kalium berfungsi
sebagai kation sel, pengatur osmotik cairan dan keseimbangan asam basa.
Ditambahkan Pujiastari et al, (2015) menyatakan bahwa kalsium dalam tubuh
memiliki peranan yang penting sehubungan dengan peranannya dalam pembentukan
tulang yang berdampak pada pertambahan panjang badan. Sedangkan menurut
Siregar (1994) bahwa pertambahan berat badan mempunyai hubungan erat dengan
pertambahan panjang badan sehingga pertumbuhan ternak kambing meningkat pada
usia penyapihan dan pubertas namun akan menurun ketika memasuki usia dewasa.
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan
berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap pertambahan panjang badan ternak
kambing kacang. Hal ini menunjukkan bahwa suplementasi pakan konsentrat yang
mengandung tepung tongkol jagung fermentasi dengan level berbeda memberikan
pengaruh yang relatif sama terhadap pertambahan panjang badan kambing kacang
betina. Hal ini diduga karena kandungan nutrisi ransum penelitian yang relatif
hampir sama terutama protein dan energi sehingga menyebabkan konsumsi dan
kecernaan pakan yang tidak berbeda untuk meningkatkan pertambahan panjang
badan ternak. Menurut Tilman dkk., (2005) bahwa ternak kambing yang muda akan
menggunakan makanan yang lebih efisien dari pada ternak yang sudah tua, dimana
ternak yang mudah akan mengkonsumsi makanan dan dirubah menjadi sumber
energi untuk kemudian dimanfaatkan bagi proses pertumbuhan sedangkan ternak tua
akan merubah makanan untuk dimanfaatkan bagi proses perletakan lemak.
26
Sehingga walaupun dengan adanya penambahan pakan suplementasi konsentrat pada
hijauan menunjukkan respon yang tidak jauh berbeda terhadap ternak penelitian.
27
Tabel 5. Pengarun Perlakuan Terhadap Pertambahan Lingkar Dada Ternak
Kambing Kacang (cm/ekor/hari)
Perlakuan
Ulangan R0 R1 R2 R3 Total Rataan
I 0.23 0.30 0.30 0.22 1.05 0.26
II 0.20 0.28 0.15 0.15 0.78 0.19
III 0.23 0.22 0.24 0.21 0.9 0.22
Total 0.66 0.81 0.69 0.57 2.73
Rataan 0.22 0.27 0.23 0.19 0.16
Ket :Superscrip yang sama pada baris yang sama menunjukan pengaruh yang tidak
nyata (P>0,05)
28
energi. Ditambahkan Nugraha dkk, (2016) pertumbuhan ternak tergantung pada
tingkat nutrisi yang tersedia. Menurut Mc Donal dkk, (2002) pertumbuhan
dipengaruhi oleh genetik, jenis kelamin dan hormon, lingkar dada dipengaruhi oleh
pertumbuhan otot dan lemak dimana ukurannya dipengaruhi oleh kondisi ternak
misalnya kurus atau gemuk ternak tersebut, semakin gemuk ternak maka semakin
tinggi ukuran lingkar dada.
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan
berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap ukuran lingkar dada kambing kacang
betina. Hal ini berarti bahwa pemberian hijauan lantoro dan konsentrat memberikan
pengaruh yang relatif sama untuk menunjang pertumbuhan tulang dan otot selama
masa pertumbuhan. Hal ini juga disebabkan karena pakan yang diberikan
mengandung protein dan energi yang tidak jauh berbeda sehingga tidak terdapat
perbedaan dalam menghasilkan pertambahan jaringan otot lemak tubuh pada
bagian dada. Menurut Gunawan dkk, (2016) bahwa kandungan nutrisi berupa
protein, karbohidrat, lemak, vitamin, mineral dan air dalam pakan yang diberikan
hampir sama tidak memberikan pengaruh terhadap lingkar dada ternak. Kondisi
yang sama menyebabkan pertumbuhan kambing relatif sama. Apabila kebutuhan
hidup pokok tidak terpenuhi dari pakan, maka kebutuhan tersebut akan dipenuhi dari
degradasi jaringan (Tillman et al, 2005) sehingga akan berpengaruh terhadap lingkar
dada.
29
Tabel 6. Pengaruh Perlakuan Terhadap Pertambahan Tinggi Pundak Ternak
Kambing Kacang (cm/e/h)
Perlakuan
Ulangan R0 R1 R2 R3 Total Rataan
I 0.15 0.18 0.20 0.12 0.65 0.16
II 0.11 0.21 0.11 0.10 0.53 0.13
III 0.18 0.13 0.13 0.17 0.51 0.12
Total 0.44 0.53 0.44 0.39 1.69
Rataan 0.15 0.18 0.15 0.13 0.10
Ket :Superscrip yang sama pada baris yang sama menunjukan pengaruh yang tidak
nyata (P>0,05)
30
pertumbuhan otot dan pertumbuhan tulang dengan kecepatan yang sama. Didukung
oleh Sugeng (2004) bahwa ukuran tinggi pundak dipengaruhi oleh pertumbuhan
tulang dimana meningkat atau tinggi sejak ternak lahir sampai dengan umur
penyapihan kemudian menurun sampai ternak dewasa. Menurut Herd, (1986) dikutip
Gunawan (2016) bahwa pertumbuhan ternak secara langsung dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain faktor eksternal dan faktor intenal, fakor eksternal yang
dominan dalam mempengaruhi pertumbuhan adalah pakan dan lingkungan
sedangkan faktor internal yang paling mempengaruhi pertumbuhan adalah genetik
dan endokrin. Faktor lingkungan dan pakan tidak terlalu berpengaruh terhadap
pertumbuhannya (Handiwirawan dan Subandryo, 2004).
31
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. KESIMPULAN
Hasil penelitian yang diperoleh disimpulkan bahwa suplementasi konsentrat
yang mengandung tepung tongkol jagung terfermentasi sampai dengan level 30 %
ditambahkan Zn-Biokompleks memberikan respon yang relatif sama dengan
pemberian konsentrat tanpa suplementasi tepung tongkol jagung terfermentasi yang
ditambhan Zn-Biokompleks terhadap kinerja pertumbuhan kambing kacang.
5.2. SARAN
Berdasarkan simpulan hasil penelitian ini, maka disarankan :
1. Tepung tongkol jagung terfermentasi ditambahkan Zn-Biokompleks dapat
digunakan sebagai suplemen pakan konsentrat yang digunakan dalam penelitian
ini sampai dengan level 30 %.
2. Penelitian lanjutan perlu dilakukan untuk mengetahui batas toleransi optimum
tepung tongkol jagung terfermentasi ditambahkan Zn-Biokompleks sebagai
suplemen pakan konsentrat.
32
DAFTAR PUSTAKA
Aberte DE, Forrest JC, Gerrard DF, Mills EW. 2001. Principles of Meat Science.
4th Edition. Freeman WH and Company. San Francisco, United States of
America
Afolayan RA, Adeyinka IA, Lakpini CAM. 2006. The estimation of live weight
from body measurements in Yankasa sheep. Czech J. Anim. Sci.51 (8): 343-
348
33
Produksi Susu (Sebesar 20%) Sapi Perah Di Jawa Barat. Prosiding Ekspose
dan Seminar Nasional Inovasi Pertanian Ramah Lingkungan. Makasar Juni
2013.
Churen DC, Pond WG. 1982. Basic Animal Nutrition and Feeding 2nd ed. John
Wiley and Son. New York. Singapore.
Church DC. 1984. Digestive Physiology and Nutrition, Second Ed. O & B Books Inc.
Corvalis, Oregon.
Darwin Philips. 2013. Menikmati Gula Tanpa Rasa Takut. Perpustakaan Nasional:
Sinar Ilmu.
Doho SR. 1994. Parameter fenotipik beberapa sifat kualitatif dan kuantitatif pada
domba ekor gemuk. Thesis, Program Paska Sarjana,Institut Pertanian Bogor.
Gunawan, 2016. Ukuran linier tubuh, sebagai acuan untuk mengetahui pertumbuhan
atau pertambahan berat badan ternak. Tarsito: Bandung. Hal 243-248.
Iswoyo dan Widiyanigrum. 2008. Pengaruh jarak waktu pemberian pakan konsentrat
dan hijauan terhadap produktivitas kambing peranakan etawa lepas sapih.
Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan Vol. XI. NO. 2.
Jesse GW, Thomson GB, Clark JL, Hedrick HB, Weimer KG. 1976. Effect Of
Ration Energy And Slaughter Weight On Composition Of Empty Body
And Carcass Gain Of Cattle. J. Anim. Sci. 43: 418-425.
34
Kadarsih S. 2003. Peranan ukuran tubuh terhadap badan ternak ruminansia di
Propinsi Bengkulu. J. Penelitian UNIB. 9 (1): 45-48.
Lukman MA, Saefuddin, Mansjoer SS. 1987. Pendugaan Beberapa Ukuran Kambing
Kacang di Unit Pendidikan dan Penelitian Jonggol. Media Peternakan.
MILLER WJ. 1970. Zinc nutrition of cattle: A review. J. Dairy Sci. 53:1123-1135.
McDOWELL LR. 1992. Minerals In Animal and Human Nutrition. Academic Press,
USA.
Parakassi A. 1999. Nilai Gizi konsentrat tinggi tetapi serat kasarnya rendah. Penerbit.
Universitas Indonesia Jakarta.
Pujiastari NNT, Suastika P, Suwiti NK. 2015. Kadar Mineral Kalsium dan Besi Pada
ternak di Lahan Persawahan. Buletin Veteriner Udayana, 7(1):67-72.
35
Annual Symposium. T.P. Lyons and K.A. JACQUES (Eds). Nottingham
Universitiy Press. pp. 277-291
Richana NP, Lestina, Irawadi, TT. 2004. Karakterisasi lignoselulosa: xilan dari
limbah tanaman pangan dan pemanfaatannya untuk pertumbuhan bakteri
RXA III-5 penghasil xilanase. J. Penelitian Pertanian 23(3): 171-17.
Richana Nur, Susilo BA, Santosa. 2008. “ Teknologi Pengolahan Pangan Lokal Dari
Jagung” dalam Teknologi pengolahan untuk Penganekaragaman Konsumsi
Pangan . Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian,
Bogor.
Rose SP. 1997. Principles of Poultry Science. Cab International, Wallingford, Inggris.
Siregar SB. 1994. Ransum ternak r. penebar swaday, Jakarta
Semakula JD, Mutetikka RD, Kugonza, Mpairwe RD. 2010. Variability in body
morphometric measurements and their application in predicting live body
weight of mubende and small East African Goat breeds In: Uganda. Middle-
East J. Sci. Res.5 (2): 98-105
Sobang YUL. 2005. Kinerja Fisiologis, Hematologi dan Produksi Sapi Bali
Penggemukan Yang Diberi Pakan Konsentrat Berbasis Pakan Lokal. Laporan
Penelitian Fakultas Peternakan Undana.
Sutaryono AY, Partridge IJ. 2002. Mengelola Padang Rumput Alam di Indonesia
Tenggara. The State of Queensland, Department of Primary Industries,
Brisbane, Australia.
Soetan KO, Olaiya CO, Oyewole OE. 2010. The Importance of Mineral Elements
for Humans, Domestic Animals and Plants : A Review. African J.Food Sci, 4
(5): 200-222.
Steel dan Torrie. 1993. Perlakuan Ransum dan Rancangan Percobaan Praktis
Bidang Pertaninan. Kanisius. Yogyakarta
36
Shcalbroeck. 2011. Toxicologikal evalution of red mold rice. DFG- Senate Comision
on Food Savety. Ternak monogastrik. Karya Ilmiah. Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor, Bogor
Tillman ADH, Hartadi S, Reksohadiprojo S, Prawirokusumo, Lebdosoekojo S.
1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gajah Mada Universiti Press. Fakultas
Peternakan. UGM. Yogyakarta.
Utomo B, Prawirodigdo S, Sarjana, Sutjadmogo. 2006. Perfomans pedet sapi perah
dengan perlakuan induk saat masa akhir kebuntingan. Seminar Nasional
Teknologi Peternakan dan Veteriner.
Van Soest PJ. 2006. Nutritional ecology of the ruminant. O & B Books, Inc.
Corvallis, Oregon Vol 130 (7): 137 – 171.
Ward JW, Perry TW. 1982. Enzymatic conversion of corn cobs to glucose with
trichoderma viride, fungus and the effect on nutritional value of the corn cobs.
Jurnal Of Animal Science, Vol. 54, No. 3, pp 609-619.
Wahyono DE, Hardiyanto R. 2004. Pemanfaatan sumber daya pakan lokal untuk
pengembangan usaha sapi potong. Lokakarya Nasional Sapi Potong 2004.IPB,
Bogor. Hal 66-76.
37
LAMPIRAN
ANOVA
Source of Variation SS Df MS F P-value F crit
Between Groups 996.2414 3 332.0805 2.88305 0.102731 4.066181
Within Groups 921.4698 8 115.1837
Total 1917.711 11
tn
tidak berpengaruh nyata (P>0,05)
38
Lampiran 3. Pengaruh Perlakuan Terhadap Pertambahan Panjang Badan Ternak
Kambing Kacang (cm/e/h)
Perlakuan
Ulangan R0 R1 R2 R3
I 0.12 0.16 0.12 0.12
II 0.22 0.20 0.17 0.16
III 0.17 0.24 0.24 0.13
Total 0.51 0.59 0.54 0.41
Rataan 0.17 0.20 0.18 0.14
Ket :Superscrip yang sama pada baris yang sama menunjukan pengaruh yang tidak
nyata (P>0,05)
ANOVA
Source of Variation SS Df MS F P-value F crit
Between Groups 0.005681 3 0.001894 0.907393 0.479151 4.066181
Within Groups 0.016696 8 0.002087
Total 0.022378 11
tn
tidak berpengaruh nyata (P>0,05)
39
Lampiran 4. Pengaruh Perlakuan Terhadap Pertambahan Lingkar Dada Ternak
Kambing Kacang (cm/e/h).
Perlakuan
Ulangan R0 R1 R2 R3
I 0.23 0.30 0.30 0.22
II 0.20 0.28 0.15 0.15
III 0.23 0.22 0.24 0.21
Total 0.66 0.81 0.69 0.57
Rataan 0.22 0.27 0.23 0.19
Ket :Superscrip yang sama pada baris yang sama menunjukan pengaruh yang tidak
nyata (P>0,05)
ANOVA
Source of Variation SS Df MS F P-value F crit
Between Groups 0.009326 3 0.003109 1.316528 0.334745 4.066181
Within Groups 0.01889 8 0.002361
Total 0.028216 11
tn
tidak berpengaruh nyata (P>0,05)
40
Lampiran 5. Pengaruh Perlakuan Terhadap Pertambahan Tinggi Pundak Ternak
Kambing Kacang (cm/e/h).
Perlakuan
Ulangan R0 R1 R2 R3
I 0.15 0.18 0.20 0.12
II 0.11 0.21 0.11 0.10
III 0.18 0.13 0.13 0.17
Total 0.44 0.53 0.44 0.39
Rataan 0.15 0.18 0.15 0.13
Ket :Superscrip yang sama pada baris yang sama menunjukan pengaruh yang tidak
nyata (P>0,05)
ANOVA
Source of Variation SS Df MS F P-value F crit
Between Groups 0.003343 3 0.001114 0.718964 0.568091 4.066181
Within Groups 0.012398 8 0.00155
Total 0.015741 11
tn
tidak berpengaruh nyata (P>0,05)
41
RIWAYAT HIDUP
Kupang, 2019
42