Anda di halaman 1dari 3

PERTEMUAN 3 PERSEDIAAN DAN BEBAN DIBAYAR DIMUKA

Bahan kajian :
 Persediaan
 Biaya dibayar dimuka
Dasar hokum :
1. UU PPh
2. UU PPN
3. PP NO 5 TH. 2002 jo KMK-120/KMK.03/2002 jo. KEP-227/2002 Tentang Pembayaran
Pajak Penghasilan Atas Penghasilan Dari Persewaan Tanah Dan/Atau Bangunan
4. PMK-184/PMK.03/2007 jo. PMK-80/PMK/03/2010 Tentang Penentuan Tanggal Jatuh
Tempo Pembayaran Dan Penyetoran Pajak, Penentuan Tempat Pembayaran Pajak,
Penyetoran Dan Pelaporan Pajak, Serta Tatacara Pengangsuran Dan Penundaan
Pembayaran Pajak.
5. PER-70/2007 Tentang Jenis Jasa Lain Dan Perkiraan Penghasilan Neto
6. PMK-154/PMK.03/2010 jo. PER-15/PJ/2011 Tentang Pemungutan PPH 22 Sehubungan
Dengan Pembayaran Atas Penyerahan Barang Dan Kegiatan di bidang impor / kegiatan
usaha dibidang lain.
7. PP 19 Tahun 2009 jo. Se-01/PJ.03/2009 Tentang Deviden
8. PER-33/PJ/2009 jo. SE-58/PJ/2009 Tentang Royalti

Persediaan
Dalam SAK-ETAP yang diatur oleh IAI, persediaan adalah asset untuk dijual dalam kegiatan
usaha normal; dalam proses produksi untuk kemudian dijual; atau dalam bentuk bahan atau
perlengkapan untuk digunakan dalam proses produksi atau pembelian kerja.
Menurut Weygandt, Kimmel dan Kieso, aktivitas perusahaan dagang adalah untuk menghasilkan
pedapatan yang digunakan untuk membeli barang dagangan yang kemudian dijual kembali
kepada pelanggan. Pendapatan dari barang dagangan yang telah dijual dilaporkan sebagai
penjualan (sales). Sedangkan beban dari membeli barang dagang tersebut dilaporkan sebagai
Harga Pokok Penjualan. HPP dikurangkan dengan penjualan menghasilkan laba bruto.
Biaya angkut dibagi menjadi 2, yaitu :
1. FOB destination,dimana biaya angkut dibayar oleh penjual dan kepemilikan barang
berubah saat barang diterima pembeli. Biaya angkut ini akan dicatat sebagai beban
operasional oleh penjual.
2. FOB shipping point, dimana biaya angkut dibayar oleh pembeli dan kepemilikan barang
berubah ketika barang sampi di pelabuhan atau carrier. Dalam hal ini,biaya angkut akan
menambah HPP bagi pembeli.
Jenis persediaan bagi perusahaan manufaktur :
1. Bahan baku dan bahan pelengkap
Perolehan barang baku terdiri atas harga perolehan, ongkos angkut, biaya gudang dan lain
lain yang berhubungan dengan produksi..
2. Barang dalam pengolahan, adalah barang yang masih dalam tahap penyelesaian.
3. Barang jadi, adalah produk yang sudah selesai diolah dan siap unutk dijual. Dalam barang
ini, semua biaya telah selesai dibebankan.
4. Barang dalam perjalanan. Barang yag dikirimkan atas dasar FOB Shipping point yg masih
berada dalam perjalanan pada akhir periode akan menjadi milik pebeli dan harus
diperhitungkan dicatatan pembeli.
5. Barang konsinyasi, adalah barang yang dititipkan pada consignee tetapi merupakan
kepemilikan dari consignor dan dimasukkan dalam persediaan consignor sebagai harga beli
atau biaya produksi.

Pencatatan persediaan dibagi menjadi 2 :


1. System perpetual
Persediaan dapat diketahui secara terus - menerus tanpa inventariasi fisik (stock
opname). Setiap jenis barang dibuatkan kartu dan setiap mutase persediaan diacatat
didalam kartu persediaan, baik harga maupun jumlah barang, sehingga pengendalian
persediaan menjadi mudah dengan cara mencocokan antara kartu dengan persediaan
aslinya.
2. System periodik
setiap pembelian dicatat dalam akun pembelian dan penjualan dicatat dalam akun
penjualan. HPP ditentukan di akhir periode dengan rumus :
Persediaan Awal + Pembelian (neto) – Persediaan Akhir =
HPP
Perhitungan fisik dilakukan pada akhir periode. Sistem ini cocok digunakan untuk
perusahaan dengan persediaan yang tidak banyak.
 Lebih baik mana?
 Tergantung perusahaannya, jika barangnya banyak seperti perusahaan dagang
(indomaret), tidak disarankan menggunakan system perpetual karena tidak efisien
mencatat barang-barang satu persatu. Disarankan mengugunakan sitem periodik.
 Jika barangnya terbatas seperti showroom mobil, disarankan menggunakan sitem
perpetual, karena barangnya terlihat jelas dan efisien dalam pencatatan
persediaannya.
Contoh perbedaan system periodic dan perpetual :
Pada tanggal 2 November PT Zuma mencatat pembelian barang dagangan sebesar Rp.1.200.000
secara kredit dengan syarat 2/10, n/30
Sistem penilaian persediaan menurut Wild and Kwok, sistem ini dibagi menjadi 3, yaitu :
1. Specific Identification Method, metode ini digunakan dengan cara mengidentifikasi setiap
barang yang akan dijual dan setiap barang dalam akun persediaan.
2. Gross profit method, sering digunakan untuk menguji nilai kewajaran persediaan akhir.
Dan juga untuk mendeteksi kesalahan yang besar dalam menilai persediaan akhir.
3. Retail inventory method, sering dipakai utuk menaksir nilai persediaan guna penyusunan
laporan perhitungan laba-rugi atau untuk menentukan apakah terjadi kekurangan
persediaan.

Anda mungkin juga menyukai