http://zaidbio.blogspot.com/2012/12/makalah-nasionalisme-pemuda.html?m=1
Biologiku
Disusun oleh :
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Sehubungan dengan globalisasi dan berkembangnya teknologi informasi telah
mengakibatkan kaburnya batas-batas antar negara (baik secara politik, ekonomi, maupun
sosial), masalah nasionalisme dan patriotisme tidak lagi dapat dilihat sebagai masalah
sederhana yang dapat dilihat dari satu perspektif saja. Dalam dunia yang oleh sebagian
orang disifatkan sebagai dunia yang semakin borderless, banyak pengamat yang mulai
mempertanyakan kembali pengertian negara beserta aspek-aspeknya. Masalah
pembangunan nasionalisme dan patriotisme di Indonesia saat ini tengah menghadapi
tantangan yang berat, maka perlu dimulai upaya-upaya untuk kembali mengangkat tema
tentang pembangunan nasionalisme dan patriotisme. Apalagi di sisi lain, pembahasan
atau diskusi tentang nasionalisme dan patriotisme di Indonesia justru kurang berkembang
(atau mungkin memang kurang dikembangkan).
Indonesia merupakan laboratorium sosial yang sangat kaya karena pluralitasnya, baik dari
aspek ras dan etnis, bahasa, agama dan lainnya. Itu pun ditambah status geografis
sebagai negara maritim yang terdiri dari setidaknya 13.000 pulau. Bahwa pluralitas di satu
pihak adalah aset bangsa jika dikelola secara tepat, di pihak lain ia juga membawa bibit
ancaman disintegrasi. Karakter pluralistik itu hanya suatu pressing factor dalam realitas
ikatan negara. Di tengah situasi bangsa Indonesia yang seperti itu, nasionalisme sangat di
butuhkan untuk menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Berhubungan dengan patriotisme, refleksi kisah perjuangan telah terbukti betapa tinginya
semangat perjuangan Bangsa Indonesia untuk mengusir dan melawan penjajah sejak
awal penjajahan Belanda sampai dengan tercapai Kemerdekaan RI. Adalah sebuah
kewajiban yang Universal, dimana generasi yang lebih tua agar mewariskan tidak hanya
pengetahuan tentang tonggak sejarah atas kejadian yang terjadi di masa lalu namun juga
terutama tentang semangat patriotisme yang berpengaruh atas perjalanan hidup dalam
berbangsa dan bernegara. Karena dengan demikian akan tercipta suatu hubungan
emosional secara timbal-balik di antaranya dalam kaitan semangat Patriotisme. Hal ini
menjadi sebuah tuntutan yang layak, agar generasi muda dapat menghargai jasa-jasa
Pejuang dan Pahlawannya sehingga mereka menempatkan para Pejuang dan Pahlawan
yang terhormat.
Oleh karena itu, kami berusaha merangkum sedemikian rupa dan mencoba membedah
apa saja yang seharusnya dilakukan sebagai wujud dari sikap Nasionalisme dan
Patrotisme dan mengapa hal ini menjadi sangat penting dalam mewujudkan Bangsa
Indonesia yang sedang mengalami krisis Nasionalisme dan Patriotisme khususnya di
kalangan remaja Indonesia.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang tealh dikemukakkan, maka dapat dikemukakan rumusan
masalah yaitu :
Bagaimana Nasionalisme para pemuda di Indonesia era sekarang?
Bagaimana Nasionalisme remaja dari kalangan pelejar/mahasiswa?
Strategi apa saja yang dapat dilakukan untuk menguatkan rasa Nasionalisme dan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Nasionalisme
Nasionalisme berasal dari kata nation yang berarti bangsa. Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia (Ali dkk., 1994:89), kata bangsa memiliki arti: (1) kesatuan
orang yang bersamaan asal keturunan, adat, bahasa, dan sejarahnya serta
pemerintahan sendiri; (2) golongan manusia, binatang, atau tumbuh-tumbuhan
yang mempunyai asal-usul yang sama dan sifat khas yang sama atau bersamaan;
dan (3)kumpulan manusia yang biasanya terikat karena kesatuan bahasa dan
kebudayaan dalam arti umum, dan yang biasanya menempati wilayah tertentu di
muka bumi. Beberapa makna kata bangsa diatas menunjukkan arti bahwa bangsa
adalah kesatuan yang timbul dari kesamaan keturunan, budaya, pemerintahan,
dan tempat. Pengertian ini berkaitan dengan arti kata suku yang dalam kamus
yang sama diartikan sebagai golongan orang-orang (keluarga) yang seturunan;
golongan bangsa sebagai bagian dari bangsa yang besar (ibid, 1994:970).
Beberapa suku atau ras dapat menjadi pembentuk sebuah bangsa dengan
syarat ada kehendak untuk bersatu yang diwujudkan dalam pembentukan
pemerintahan yang ditaati bersama. Kata bangsa mempunyai dua pengertian:
pengertian antropologis-sosiologis dan pengertian politis. Menurut pengertianan
tropologis-sosiologis, bangsa adalah suatu masyarakat yang merupakan
persekutuan-hidup yang berdiri sendiri dan masing-masing anggota masyarakat
tersebut merasa satu kesatuan suku, bahasa, agama, sejarah, dan adat istiadat.
Pengertian ini memungkinkan adanya beberapa bangsa dalam sebuah negara dan
sebaliknya satu bangsa tersebar pada lebih dari satu negara.
Sementara dalam pengertian politis, bangsa adalah masyarakat dalam suatu
daerah yang sama dan mereka tunduk kepada kedaulatan negaranya sebagai suatu
kekuasaan tertinggi ke luar dan ke dalam. Bangsa (nation) dalam pengertian politis
inilah yang kemudian menjadi pokok pembahasan nasionalisme (Nur dalam
Yatim,2001:57 58). Istilah nasionalisme yang telah diserap ke dalam bahasa
Indonesia memiliki dua pengertian: paham (ajaran) untuk mencintai bangsa dan
negara sendiri dan kesadaran keanggotan dalam suatu bangsa yang secara
potensial atau aktual bersama-sama mencapai, mempertahankan, dan
menngabadikan identitas,integritas, kemakmuran, dan kekuatan bangsa itu (Op.
cit, 1994:684).
Dengan demikian, nasionalisme berarti menyatakan keunggulan suatu
afinitas kelompok yang didasarkan atas kesamaan bahasa, budaya, dan
wilayah.Istilah nasionalis dan nasional, yang berasal dari bahasa Latin yang berarti
“lahir di”, kadangkala tumpang tindih dengan istilah yang berasal dari bahasa
Yunani,etnik. Namun istilah yang disebut terakhir ini biasanya digunakan untuk
menunjuk kepada kultur, bahasa, dan keturunan di luar konteks politik (Riff, 1995:
193— 194).
Di Indonesia, nasionalisme melahirkan Pancasila sebagai ideologi
negara.Perumusan Pancasila sebagai ideologi negara terjadi dalam BPUPKI
(BadanPenyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia). Di dalam
badan inilah Soekarno mencetuskan ide yang merupakan perkembangan dari
pemikirannya tentang persatuan tiga aliran besar: Nasionalisme, Islam, dan
Marxis. Pemahamannya tentang tiga hal ini berbeda dengan pemahaman orang
lain yang mengandaikan ketiganya tidak dapat disatukan. Dalam sebuah artikel
yangditulisnya dia menyatakan, “Saya tetap nasionalis, tetap Islam, tetap Marxis,
sintesedari tiga hal inilah memenuhi saya punya dada. Satu sintese yang menurut
anggapan saya sendiri adalah sintese yang geweldig (Soekarno dalam Yatim,
2001:155).
Dalam artikel itu, dia juga menjelaskan bahwa Islam telah menebalkan rasa
dan haluan nasionalisme. Cita-cita Islam untuk mewujudkan persaudaraan umat
manusia dinilai Soekarno tidak bertentangan dengan konsep nasionalismenya.
Pemisahan itu tidak berarti menghilangkan kemungkinan untuk memberlakukan
hukum-hukum Islam dalam negara, karena bila anggota parlemen sebagian besar
orang-orang yang berjiwa Islam, mereka dapat mengusulkan dan memasukkan
peraturan agama dalam undang-undang negara. Itulah cita ideal negara Islam
menurut Soekarno (ibid, 2001:156). Dengan dasar pemikiran itulah, Soekarno
mengusulkan lima asas untuk negara Indonesia merdeka. Kelima asas itu adalah
(1)Kebangsaan Indonesia, (2)Internasionalisme atau peri kemanusiaan, (3)Mufakat
atau demokrasi, (4)Kesejahteraan sosial, (5)Ketuhanan.
Nasionalisme Pancasila
Pada prinsipnya nasionalisme Pancasila adalah pandangan atau paham kecintaan
manusia Indonesia terhadap bangsa dan tanah airnya yang didasarkan pada nilai-
nilai Pancasila. Prinsip nasionalisme bangsa Indonesia dilandasi nilai-nilai
Pancasila yang diarahkan agar bangsa Indonesia senantiasa:
Menempatkan persatuan – kesatuan, kepentingan dan keselamatan bangsa dan
rendah diri
Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban antara
Dalam zaman modern ini, nasionalisme merujuk kepada amalan politik dan
ketentaraan yang berlandaskan nasionalisme secara etnik serta keagamaan, seperti
yang dinyatakan di bawah. Para ilmuwan politik biasanya menumpukan
penyelidikan mereka kepada nasionalisme yang ekstrem seperti nasional
sosialisme, pengasingan dan sebagainya. Nasionalisme dapat menonjolkan dirinya
sebagai sebagian paham negara atau gerakan (bukan negara) yang populer
berdasarkan pendapat warga negara, etnis, budaya, keagamaan dan ideologi.
Kategori tersebut lazimnya berkaitan dan kebanyakan teori nasionalisme
mencampuradukkan sebahagian atau semua elemen tersebut.
Nasionalisme kewarganegaraan (nasionalisme sipil) adalah sejenis nasionalisme
dimana negara memperoleh kebenaran politik dari penyertaan aktif rakyatnya, "kehendak
rakyat"; "perwakilan politik".
Nasionalisme etnis adalah sejenis nasionalisme di mana negara memperoleh kebenaran
politik dari budaya asal atau etnis sebuah masyarakat. Dibangun oleh Johann Gottfried
von Herder ,yang memperkenalkan konsep Volk ( bahasa Jerman untuk "rakyat").
Nasionalisme romantik (juga disebut nasionalisme organik, nasionalisme identitas)
adalah lanjutan dari nasionalisme etnis dimana negara memperoleh kebenaran politik
secara semula jadi ("organik") hasil dari bangsa atau ras; menurut semangat romantisme.
Nasionalisme Budaya adalah sejenis nasionalisme dimana negara memperoleh
kebenaran politik dari budaya bersama dan bukannya "sifat keturunan" seperti warna
kulit,ras dan sebagainya.
Nasionalisme kenegaraan ialah variasi nasionalisme kewarganegaraan, selalu
politik dari persamaan agama. Walaupun begitu, lazimnya nasionalisme etnis adalah
dicampuradukkan dengan nasionalisme keagamaan.
B. Patriotisme
Patriotisme berasal dari kata Patriot, yang artinya adalah: pecinta dan pembela
tanah air. Sedangkan Patriotisme maksudnya adalah semangat cinta tanah air. Pengertian
Patriotisme adalah sikap Untuk selalu mencintai atau membela tanah air, seorang pejuang
sejati, pejuang bangsa yang mempunyai semangat, sikap dan perilaku cinta tanah air,
dimana ia sudi mengorbankan segala-galanya bahkan jiwa sekalipun demi kemajuan,
kejayaan dan kemakmuran tanah air.
Patriotisme atau Kepahlawanan adalah watak untuk berkorban guna sesuatu tugas
Besar dan Cita2 Besar sebagai perluasan dari “Pahlawan adalah ia yang berkorban untuk
Tugas besar dan Cita2 besar” [Un hero est celui, qui se sacrifie aun grand devoir, ou a une
grande idée”; Livre d’Or, De la Comptesse Diane]. Kepahlawanan bukan monopolinya
seseorang atau segolongan tetapi Kepahlawanan adalah suatu perhiasan watak, yang
setiap rakyat kita dapat memiliki, asal ia bersedia berkorban untuk “un grand devoir”
(untuk sesuatu Tugas besar) atau untuk “une grand idée” (untuk sesuatu Cita2 besar).
Tugas besar dan Cita-cita besar itu ialah tidak lain daripada hidup
merdeka, bernegara kebangsaan, sederajat dengan bangsa2 lain dalam keadaan mana
Rakyat semua memperkembangkan dan dapat menyuburkan nilai2 kemanusiaannya.
Dan bila yang dimaksud dengan semangat Kepahlawanan itu adalah cara berdaya
dan berusaha untuk menjalankan Tugas besar dan Cita2 besar itu, maka teranglah kiranya,
bahwa cara amal dan cara perbuatan itulah yang penting sekali.
Amal dan perbuatan, dijiwai dengan semangat bersedia untuk berkorban,
menentukan nilai dan mutu Kepahlawanan setiap orang. Dan tidak sedikit pula yang
diharapkan dari kita semua amal dan perbuatan yang sesuai dengan keadaan yang nyata
dari pada Rakyat kita dewasa ini. Untuk inipun diperlukan dari kita sekalian keberanian dan
kejujuran dalam menilai keadaan dan perasaan Rakyat kita yang sebenar-benarnya. Untuk
Negara Pancasila, para pahlawan Rakyat kita dulu itu berjoang dan berkorban ! Dan
mereka meninggalkan kepada kita dewasa ini, suatu Amanat suci dan Amanat keramat
yakni Amanat Kepahlawanan Rakyat Indonesia, amanat tentang caranya melaksanakan
Amanat Penderitaan Rakyat kita.
Pada pokoknya, cara-cara perjuangan dan kebaktiannya itu ialah secara
revolusioner, secara dinamis, secara heroik dan patriotik, dan terutama secara jujur dan
ikhlas, dengan selalu beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Bangsa Indonesia terkenal akan budayanya yang beraneka ragam dan memiliki
kekayaan yang melimpah ruah yang tidak dimiliki bangsa lain. Indonesia juga terkenal
dengan penduduknya yang ramah - ramah dan menerima pendapat serta perbedaan -
perbedaan di lingkungan Bangsa Indonesia. Indonesia telah mulai belajar menerima dan
memahami perbedaan sesungguhnya dengan lebih terbuka. Patriotisme konstruktif juga
membutuhkan keterlibatan politik dalam arti luas. Tidak berarti harus tergabung dalam
politik praktis, melainkan adanya aktivitas untuk mendapatkan informasi politik atau hal-
hal yang berkaitan dengan kelompoknya. Dengan lebih mengenal kelompoknya baik
karakteristik maupun permasalahannya, akan memudahkan seseorang untuk bisa lebih
pedulli atau terlibat, termasuk mengkritisi untuk menghasilkan perubahan positif.
C. Pembahasan Masalah
1. Nasionalisme kaum muda masa kini
Setiap memasuki bulan Oktober, kita akan selalu diingatkan oleh sebuah
peristwa bersejarah dalam perjalanan bangsa ini. Peristiwa tersebut kita kenal
sebagai Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928. Sebagai bangsa beradab, tentu kita tidak
ingin momentum bersejarah ini terlewatkan begitu saja. Seharusnya ada makna
yang bisa diambil dari peristiwa besar ini. Salah satu makna paling menonjol dari
peristiwa Sumpah Pemuda ini adalah menguatnya semangat nasionalisme di
kalangan pemuda saat itu.
Semangat nasionalisme telah mengilhami pemuda pada masa itu, hingga
mereka mampu menjadi pilar penting dan berada pada garda terdepan dalam
merintis perjuangan kemerdekan bangsa Indonesia. Menarik untuk
mempertanyakan bagaimana pula dengan semangat nasionalisme dan
kepeloporan pemuda hari ini? Pertanyaan ini acap kali muncul di tengah
keprihatinan berbagai kalangan yang mengkhawatirkan semakin lemahnya
eksistensi dan posisi politik pemuda masa kini, terutama dalam mengemban misi
kebangsaan.
Nasionalisme pemuda Nasionalisme merupakan suatu kehendak untuk
bersatu sebagai bangsa. Kehendak ini tumbuh karena didorong kesadaran akan
adanya riwayat atau pengalaman hidup yang sama dan dijalani bersama. Demikian
pengertian yang diberikan oleh Ernest Renan yang sering disebut sebagai bapak
nasionalisme.
Peristiwa kongres pemuda tanggal 28 Oktober 1928 yang kemudian kita
peringati sebagai Sumpah Pemuda adalah manifestasi tumbuhnya kesadaran
nasional (nasionalisme) dalam perjuangan menghadapi kolonialisme dan
imperialisme Belanda waktu itu. Langkah ini menjadi semacam titik balik dari pola
perlawanan sebelumnya yang lebih bersifat lokal. Tidak bisa dipungkiri bahwa
tumbuhnya kesadaran tersebut secara nasional tidak bisa dilepaskan dari
kontribusi pemuda pada masa tersebut dengan idealisme dan paradigma barunya.
Demikianlah seterusnya, sejarah panjang bangsa ini mencatat konstribusi
yang diberikan kaum muda di setiap persimpangan sejarah. Hingga wajar jika
banyak pengamat sejarah yang menyatakan bahwa sejarah suatu bangsa
sesungguhnya adalah sejarah kaum muda. Pemuda hadir pada titik persimpangan
sejarah dan memberi arah bagi perjalanan bangsa ini. Sekadar menjadi catatan,
perjuangan kaum muda di panggung sejarah juga terjadi di hampir seluruh
belahan dunia.
Sejarah mereka adalah sejarah perlawanan dan pembelaan. Seperti ada
benang merah bahwa gerakan pemuda biasanya lahir dari kondisi yang dihadapi
masyarakat yang sudah tidak sesuai lagi dengan cita-cita negara dan harapan
masyarakatnya. Mereka merespons berbagai situasi dan kondisi tersebut atas dasar
kesadaran moral, tanggung jawab intelektual, pengabdian sosial, dan kepedulian
politik. Tidak jarang pula ditemukan bahwa situasi global sering menjadi faktor
yang memicu dan mematangkan kekuatan aksi mereka.
Semangat zaman Lantas muncul pertanyaan bagaimana dengan pemuda
masa kini? Bagaimana kita menakar nasionalisme mereka saat ini? Bagaimana
pula kita memaknai peran, posisi dan kontribusi politik generasi yang sekarang ini
lebih dikenal sebagai generasi anak nongkrong itu dalam panggung sejarah
perubahan?
Louis Gottschalk dalam bukunya yang berjudul Mengerti Sejarah,
memperkenalkan istilah zeigest yang biasa diartikan sebagai semangat zaman.
Setiap zaman, diidentifikasi memiliki karakteristiknya sendiri. Ada tiga unsur yang
mempengaruhi karakteristik semangat zaman. Pertama, ia bisa didesain oleh
manusia sebagai pelaku atau tokoh sejarah. Kedua, semangat zamanlah yang
membentuk manusia.
Ketiga, semangat zaman lahir dari sturuktur politik dan kebijakan negara.
Dalam sejarah perjalanan bangsa yang menempatkan sosok kaum muda sebagai
instrumen perubahan, peran politik kaum muda setidaknya dipengaruhi oleh tiga
faktor yaitu: mainstream isu yang berkembang, kepandaian menerjemahkan
semangat zaman, dan ketepatan merumuskan strategi perjuangannya.
Pemuda Indonesia dalam sejarahan cukup memainkan perannya dalam
'mendesain' setiap peristiwa besar perubahan bangsa ini, bahkan sekaligus
menjadi aktor utama dalam peristiwa perubahan tersebut. Dalam hal ini bisa
katakan bahwa pemuda telah memiliki daya responsivitas yang tinggi dalam
menerjemahkan semangat zamannya masing-masing. Namun di sisi lain,
kenyataan memilukan yang juga sering mengemuka di setiap panggung sejarah
perubahan adalah bahwa kaum muda seperti kurang memiliki energi untuk
mengarahkan perubahan serta kurang memiliki kesiapan kompetensi untuk
mengisi perubahan tersebut.
Di situlah letak tantangan yang harus dihadapi oleh kaum muda saat ini
dihadapkan pada berbagai persoalan, baik di tingkat lokal seperti korupsi,
kemiskinan, pengangguran, kemandirian dan lain-lain maupun di tingkat global
seperti isu-isu lingkungan hidup, pemanasan global, terorisme, dan sebagainya. Itu
semua tentu saja tidak bisa diselesaikan oleh para pemuda yang hanya bisa
bernostalgia dan beromantisme mengenang masa yang telah berlalu.
Setiap perubahan perlu energi besar yang lahir dari jiwa yang senantiasa
menggelora khas anak muda, cerminan dari hati yang bersih serta nurani yang
senantiasa berkobar. Jadi bukan munculnya generasi anak nongkrong yang jadi
persoalan. Namun, intinya adalah ketika sensitivitas krisis dari generasi muda
terus melemah serta kepeduliannya terhadap persoalan-persoalan besar telah
terkikis, maka tunggulah saat di mana pemuda akan semakin menepi dan
terpinggirkan dari panggung sejarah peradaban.
Zaman mungkin boleh berubah, semangat zaman yang menyertainya pun
mungkin saja berbeda. Tetapi sekali lagi, akan selalu ada cahaya di ujung lorong
yang gelap jika tetap ada sekelompok pemuda di setiap zaman yang tidak
kehilangan sensitivitas dan kepeduliannya. Dua hal ini merupakan substansi dari
nasionalisme yang dapat dipakai sebagai syarat minimal guna menakar
nasionalisme kaum muda di setiap zaman.
di daerah rawan pangan (miskin), rawan konflik, dan rawan bencana alam.
Peningkatan apresiasi terhadap anggota atau kelompok masyarakat
Pengaruh positif
Dilihat dari globalisasi politik, pemerintahan dijalankan secara terbuka dan
demokratis. Karena pemerintahan merupakan bagian dari suatu negara, jika pemerintahan
djalankan secara jujur, bersih dan dinamis tentunya akan mendapat tanggapan positif dari
rakyat. Tanggapan positif tersebut berupa rasa nasionalisme terhadap negara menjadi
meningkat. Dari aspek globalisasi ekonomi, terbukanya pasar internasional, meningkatkan
kesempatan kerja dan meningkatkan devisa negara. Semakin terbukanya pasar
internasional ini akan membuka peluang besar kerja sama dalam sektor perekonomian
nasional. Dengan adanya hal tersebut akan semakin meningkatkan kehidupan ekonomi
bangsa guna menunjang kehidupan nasional bangsa dan Negara.
Pengaruh adanya globalisasi dalam sektor sosial budaya, kita dapat meniru pola
berpikir yang baik. Seperti membangun etos kerja yang tinggi dan disiplin,serta meniru
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek) dari bangsa lain yang sudahmaju untuk
meningkatkan kemajuan bangsa. Pada akhirnya, akan membawakemajuan bangsa serta
mempertebal rasa nasionalisme kita terhadap bangsa.
Pengaruh negatif
Selain berdampak positif, munculnya globalisasi juga berdampak negatif yang tak
kalah pentingnya untuk diperhatikan. Globalisasi mampu meyakinkan masyarakat
Indonesia bahwa liberalisme dapat membawa kemajuan dan kemakmuran. Sehingga tidak
menutup kemungkinan berubah arah dari ideologi Pancasila ke ideologi liberalisme. Jika
hal tesebut terjadi akibatnya rasa nasionalisme bangsa akan hilang.
Munculnya globalisasi juga berdampak pada aspek ekonomi. Yakni, semakin
hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri. Sebab, sudah semakin banyaknya
produk luar negeri seperti Mc Donald, Coca-Cola, Pizza Hut, dan sebagainya, yang
membanjiri dunia pasar di Indonesia. Dengan hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam
negeri menunjukan gejala berkurangnya rasa nasionalisme masyarakat kita terhadap
bangsa Indonesia. Mayarakat kita, khususnya anak muda, banyak yang lupa mengenai
identitas diri sebagai bangsa Indonesia. Karena gaya hidupnya cenderung meniru budaya
barat yang oleh masyarakat dunia dianggap sebagai kiblat. Selain itu, globalisasi juga
mengakibatkan adanya kesenjangan sosialyang tajam antara orang kaya dan miskin. Ini
disebabkan karena adanya persaingan bebas dalam globalisasi ekonomi.
Pengaruh-pengaruh di atas memang tidak secara langsung berdampak terhadap
nasionalisme. Akan tetapi, secara keseluruhan dapat menimbulkan rasanasionalisme
terhadap bangsa menjadi berkurang atau bahkan hilang. Sebab,globalisasi mampu
membuka cakrawala masyarakat secara global. Apapun yangada di luar negeri dianggap
baik serta mampu memberi aspirasi kepada masyarakatkita untuk diterapkan di negara
kita. Berdasarkan analisa dan uraian di atas, pengaruh negatif globalisasi lebih banyak
daripada pengaruh positifnya. Olehkarena itu, diperlukan langkah untuk mengantisipasi
pengaruh negatif globalisasiterhadap nilai nasionalisme.
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1. Rasa Nasionalisme di Indonesia telah ada dari jaman perjuangan melawan para
penjajah hanya tahun demi tahun mengalami penipisan karena adanya banyak faktor yang
mempengaruhinya. Diantaranya faktor perekonomian yang mana menimbulkan banyak
masalah pengangguran, kemiskinan danlain-lain. Rasa Nasionalisme itu harus kita pupuk
ulang agar tidak hilang ditelan masa. Negara Indonesia sendiri menganut Nasionalisme
Pancasila yang mana dalam Nasionalisme ini kita tidak hanya mencintai Bangsa dan
Negara Indonesia sendiri tapi juga menghormati Negara dan bangsa lainnya.
2. Nasionalisme Indonesia adalah sebuah nasionalisme bentukan, sebuah kesadaran
akan identitas bangsa sebagai hasil konstruksi karena pengalaman penderitaan dan
diskriminasi oleh bangsa kolonial Belanda. Itulah nasionalisme Indonesia, yakni sebuah
penegasan akan identitas diri versus kolonialisme-imperialisme.
3. Patriotisme adalah sikap Untuk selalu mencintai atau membela tanah air,seorang
pejuang sejati, pejuang bangsa yang mempunyai semangat, sikap dan perilaku cinta tanah
air, dimana ia sudi mengorbankan segala-galanya bahkan jiwa sekalipun demi kemajuan,
kejayaan dan kemakmuran tanah air.
4. Penguatan semangat nasionalisme dan patriotisme dalam konteks globalisasi saat
ini harus lebih dititikberatkan pada elemen-elemen strategis dalam percaturan global.
5. Nasionalisme diprediksikan akan lenyap sejalan dengan semakin sebuah negara
menjadi modern.
6. Tantangan bagi nasionalisme Indonesia ke depan adalah bagaimana kita
mewujudkan sebuah negara kebangsaan yang bersifat liberal-demokratis dimana hak-hak
dasar setiap warga negara diakui, dihormati, dan dijamin, dimana hukum ditegakkan
secara pasti dan adil, di mana negara mewujudkan kesejahteraan umum, dan sebagainya.
Saran
ü Untuk dapat memupuk kembali semangat nasionalisme bangsa Indonesia, salah
satunya bisa juga dengan lebih menekankan pada pembenahan bidang perekonomian
terlebih dahulu supaya tingkat kemiskinan kita berkurang. Karena jika kita sudah menjadi
bangsa yang Adil dan Sejahtera Niscaya Rasa Nasionalisme kita pun akan tinggi dan
Rakyat semakin bangga dengan bangsa dan Negara Indonesia tercinta ini.
ü Menanamkan jiwa nasionalisme, patriotisme, didukung dengan komitmen moral
dan karya para pemuda/pelajar melalui organisasi-organisasi sekolah dan juga
adanya peringatan hari sumpah pemuda yang dimaksudkan untuk mengulas
sejarah, memahami, dan menguatkan semangat Nasionalis para pemuda.
DAFTAR PUSTAKA
Beranda
‹ ›
Lihat versi web
Mengenai Saya
zaid wisnu