Anda di halaman 1dari 16

Optimized 4 hours ago View original

http://zaidbio.blogspot.com/2012/12/makalah-nasionalisme-pemuda.html?m=1

Biologiku

Blog tempat salah, mohon kritik dan sarannya...

Rabu, 12 Desember 2012

MAKALAH NASIONALISME PEMUDA

MAKALAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN


NASIONALISME DIKALANGAN REMAJA

Disusun oleh :

Nama                   : Zaid Wisnu Abdullah


NIM                     : A4 2011 0101

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2012/2013

BAB  I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Sehubungan dengan globalisasi dan berkembangnya teknologi informasi telah
mengakibatkan kaburnya batas-batas antar negara (baik secara politik, ekonomi, maupun
sosial), masalah nasionalisme dan patriotisme tidak lagi dapat dilihat sebagai masalah
sederhana yang dapat dilihat dari satu perspektif saja. Dalam dunia yang oleh sebagian
orang disifatkan sebagai dunia yang semakin borderless, banyak pengamat yang mulai
mempertanyakan kembali pengertian negara beserta aspek-aspeknya. Masalah
pembangunan nasionalisme dan  patriotisme di Indonesia saat ini tengah menghadapi
tantangan yang berat, maka  perlu dimulai upaya-upaya untuk kembali mengangkat tema
tentang pembangunan nasionalisme dan patriotisme. Apalagi di sisi lain, pembahasan
atau diskusi tentang nasionalisme dan patriotisme di Indonesia justru kurang berkembang
(atau mungkin memang kurang dikembangkan).
Indonesia merupakan laboratorium sosial yang sangat kaya karena pluralitasnya, baik dari
aspek ras dan etnis, bahasa, agama dan lainnya. Itu pun ditambah status geografis
sebagai negara maritim yang terdiri dari setidaknya 13.000 pulau. Bahwa pluralitas di satu
pihak adalah aset bangsa jika dikelola secara tepat, di pihak lain ia juga membawa bibit
ancaman disintegrasi. Karakter pluralistik itu hanya suatu pressing factor  dalam realitas
ikatan negara. Di tengah situasi bangsa Indonesia yang seperti itu, nasionalisme sangat di
butuhkan untuk menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Berhubungan dengan patriotisme, refleksi kisah perjuangan telah terbukti betapa tinginya
semangat perjuangan Bangsa Indonesia untuk mengusir dan melawan penjajah sejak
awal penjajahan Belanda sampai dengan tercapai Kemerdekaan RI. Adalah sebuah
kewajiban yang Universal, dimana generasi yang lebih tua agar mewariskan tidak hanya
pengetahuan tentang tonggak sejarah atas kejadian yang terjadi di masa lalu namun juga
terutama tentang semangat  patriotisme yang berpengaruh atas perjalanan hidup dalam
berbangsa dan  bernegara. Karena dengan demikian akan tercipta suatu hubungan
emosional secara timbal-balik di antaranya dalam kaitan semangat Patriotisme. Hal ini
menjadi sebuah  tuntutan yang layak, agar generasi muda dapat menghargai jasa-jasa
Pejuang dan Pahlawannya sehingga mereka menempatkan para Pejuang dan Pahlawan
yang terhormat.
Oleh karena itu, kami berusaha merangkum sedemikian rupa dan mencoba membedah
apa saja yang seharusnya dilakukan sebagai wujud dari sikap  Nasionalisme dan
Patrotisme dan mengapa hal ini menjadi sangat penting dalam mewujudkan Bangsa
Indonesia yang sedang mengalami krisis Nasionalisme dan Patriotisme khususnya di
kalangan remaja Indonesia.

B. Rumusan Masalah
            Dari latar belakang yang tealh dikemukakkan, maka dapat dikemukakan rumusan
masalah yaitu :
      Bagaimana Nasionalisme para pemuda di Indonesia era sekarang?
      Bagaimana Nasionalisme remaja dari kalangan pelejar/mahasiswa?
Strategi apa saja yang dapat dilakukan untuk menguatkan rasa Nasionalisme dan
     

Patriotisme di Era Global ?


      Bagaimana cara membangkitkan rasa Nasionalisme dengan menghargai keragaman ?
      Apa pengaruh Globalisasi terhadap nilai-nilai Nasionalisme ?
      Apa yang harus kita lakukan agar Nasionalisme di Indonesia tidak kian memudar ?

BAB II
PEMBAHASAN

A. Nasionalisme
            Nasionalisme berasal dari kata nation yang berarti bangsa. Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia (Ali dkk., 1994:89), kata bangsa memiliki arti: (1) kesatuan
orang yang bersamaan asal keturunan, adat, bahasa, dan sejarahnya serta
pemerintahan sendiri; (2) golongan manusia, binatang, atau tumbuh-tumbuhan
yang mempunyai asal-usul yang sama dan sifat khas yang sama atau bersamaan;
dan (3)kumpulan manusia yang biasanya terikat karena kesatuan bahasa dan
kebudayaan dalam arti umum, dan yang biasanya menempati wilayah tertentu di
muka bumi. Beberapa makna kata bangsa diatas menunjukkan arti bahwa bangsa
adalah kesatuan yang timbul dari kesamaan keturunan, budaya, pemerintahan,
dan tempat. Pengertian ini berkaitan dengan arti kata suku yang dalam kamus
yang sama diartikan sebagai golongan orang-orang (keluarga) yang seturunan;
golongan bangsa sebagai bagian dari bangsa yang besar (ibid, 1994:970).
            Beberapa suku atau ras dapat menjadi pembentuk sebuah bangsa dengan
syarat ada kehendak untuk bersatu yang diwujudkan dalam pembentukan
pemerintahan yang ditaati bersama. Kata bangsa mempunyai dua pengertian:
pengertian antropologis-sosiologis dan pengertian politis. Menurut pengertianan
tropologis-sosiologis, bangsa adalah suatu masyarakat yang merupakan
persekutuan-hidup yang berdiri sendiri dan masing-masing anggota masyarakat
tersebut merasa satu kesatuan suku, bahasa, agama, sejarah, dan adat istiadat.
Pengertian ini memungkinkan adanya beberapa bangsa dalam sebuah negara dan
sebaliknya satu bangsa tersebar pada lebih dari satu negara.
            Sementara dalam pengertian politis, bangsa adalah masyarakat dalam suatu
daerah yang sama dan mereka tunduk kepada kedaulatan negaranya sebagai suatu
kekuasaan tertinggi ke luar dan ke dalam. Bangsa (nation) dalam pengertian politis
inilah yang kemudian menjadi pokok pembahasan nasionalisme (Nur dalam
Yatim,2001:57 58). Istilah nasionalisme yang telah diserap ke dalam bahasa
Indonesia memiliki dua pengertian: paham (ajaran) untuk mencintai bangsa dan
negara sendiri dan kesadaran keanggotan dalam suatu bangsa yang secara
potensial atau aktual bersama-sama mencapai, mempertahankan, dan
menngabadikan identitas,integritas, kemakmuran, dan kekuatan bangsa itu (Op.
cit, 1994:684).
                      Dengan demikian, nasionalisme berarti menyatakan keunggulan suatu
afinitas kelompok yang didasarkan atas kesamaan bahasa, budaya, dan
wilayah.Istilah nasionalis dan nasional, yang berasal dari bahasa Latin yang berarti
“lahir di”, kadangkala tumpang tindih dengan istilah yang berasal dari bahasa
Yunani,etnik. Namun istilah yang disebut terakhir ini biasanya digunakan untuk
menunjuk kepada kultur, bahasa, dan keturunan di luar konteks politik (Riff, 1995:
193— 194).
                      Di Indonesia, nasionalisme melahirkan Pancasila sebagai ideologi
negara.Perumusan Pancasila sebagai ideologi negara terjadi dalam BPUPKI
(BadanPenyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia). Di dalam
badan inilah Soekarno mencetuskan ide yang merupakan perkembangan dari
pemikirannya tentang persatuan tiga aliran besar: Nasionalisme, Islam, dan
Marxis. Pemahamannya tentang tiga hal ini berbeda dengan pemahaman orang
lain yang mengandaikan ketiganya tidak dapat disatukan. Dalam sebuah artikel
yangditulisnya dia menyatakan, “Saya tetap nasionalis, tetap Islam, tetap Marxis,
sintesedari tiga hal inilah memenuhi saya punya dada. Satu sintese yang menurut
anggapan saya sendiri adalah sintese yang geweldig (Soekarno dalam Yatim,
2001:155).
           
            Dalam artikel itu, dia juga menjelaskan bahwa Islam telah menebalkan rasa
dan haluan nasionalisme. Cita-cita Islam untuk mewujudkan persaudaraan umat
manusia dinilai Soekarno tidak bertentangan dengan konsep nasionalismenya.
Pemisahan itu tidak berarti menghilangkan kemungkinan untuk memberlakukan
hukum-hukum Islam dalam negara, karena bila anggota parlemen sebagian besar
orang-orang yang berjiwa Islam, mereka dapat mengusulkan dan memasukkan
peraturan agama dalam undang-undang negara. Itulah cita ideal negara Islam
menurut Soekarno (ibid, 2001:156). Dengan dasar pemikiran itulah, Soekarno
mengusulkan lima asas untuk negara Indonesia merdeka. Kelima asas itu adalah
(1)Kebangsaan Indonesia, (2)Internasionalisme atau peri kemanusiaan, (3)Mufakat
atau demokrasi, (4)Kesejahteraan sosial, (5)Ketuhanan.

Nasionalisme Pancasila
Pada prinsipnya nasionalisme Pancasila adalah pandangan atau paham kecintaan
manusia Indonesia terhadap bangsa dan tanah airnya yang didasarkan pada nilai-
nilai Pancasila. Prinsip nasionalisme bangsa Indonesia dilandasi nilai-nilai
Pancasila yang diarahkan agar bangsa Indonesia senantiasa:
Menempatkan persatuan – kesatuan, kepentingan dan keselamatan bangsa dan
     

negara di atas kepentingan pribadi atau kepentingan golongan


      Menunjukkan sikap rela berkorban demi kepentingan bangsa dan Negara
Bangga sebagai bangsa Indonesia dan bertanah air Indonesia serta tidak merasa
     

rendah diri
Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban antara
         

sesamamanusia dan sesama bangsa


      Menumbuhkan sikap saling mencintai sesama manusia
      Mengembangkan sikap tenggang rasa
      Tidak semena-mena terhadap orang lain
      Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan
      Senantiasa menjunjung tinggi nilai kemanusiaan
10.  Berani membela kebenaran dan keadilan
11.  Merasa bahwa bangsa Indonesia merupakan bagian dari seluruh umat manusia
12.  Menganggap pentingnya sikap saling menghormati dan bekerja sama
dengan bangsa lain

            Dalam zaman modern ini, nasionalisme merujuk kepada amalan politik dan
ketentaraan yang berlandaskan nasionalisme secara etnik serta keagamaan, seperti
yang dinyatakan di bawah. Para ilmuwan politik biasanya menumpukan 
penyelidikan mereka kepada nasionalisme yang ekstrem seperti nasional
sosialisme, pengasingan dan sebagainya. Nasionalisme dapat menonjolkan dirinya
sebagai sebagian paham negara atau gerakan (bukan negara) yang populer
berdasarkan pendapat warga negara, etnis, budaya, keagamaan dan ideologi.
Kategori tersebut lazimnya berkaitan dan kebanyakan teori nasionalisme
mencampuradukkan sebahagian atau semua elemen tersebut.
Nasionalisme kewarganegaraan (nasionalisme sipil) adalah sejenis nasionalisme
         

dimana negara memperoleh kebenaran politik dari penyertaan aktif rakyatnya, "kehendak
rakyat"; "perwakilan politik".
Nasionalisme etnis adalah sejenis nasionalisme di mana negara memperoleh kebenaran
     

politik dari budaya asal atau etnis sebuah masyarakat. Dibangun oleh Johann Gottfried
von Herder ,yang memperkenalkan konsep Volk ( bahasa Jerman untuk "rakyat").
Nasionalisme romantik (juga disebut nasionalisme organik, nasionalisme identitas)
     

adalah lanjutan dari nasionalisme etnis dimana negara memperoleh kebenaran politik
secara semula jadi ("organik") hasil dari bangsa atau ras; menurut semangat romantisme.
Nasionalisme Budaya adalah sejenis nasionalisme dimana negara memperoleh
         

kebenaran politik dari budaya bersama dan bukannya "sifat keturunan" seperti warna
kulit,ras dan sebagainya.
Nasionalisme kenegaraan ialah variasi nasionalisme kewarganegaraan, selalu
         

digabungkan dengan nasionalisme etnis. Perasaan nasionalistik adalah kuat sehingga


diberi lebih keutamaan mengatasi hak universal dan kebebasan.
Nasionalisme agama ialah sejenis nasionalisme dimana negara memperoleh legitimasi
     

politik dari persamaan agama. Walaupun begitu, lazimnya nasionalisme etnis adalah
dicampuradukkan dengan nasionalisme keagamaan.
B. Patriotisme
                  Patriotisme berasal dari kata Patriot, yang artinya adalah: pecinta dan  pembela
tanah air. Sedangkan Patriotisme maksudnya adalah semangat cinta tanah air. Pengertian
Patriotisme adalah sikap Untuk selalu mencintai atau membela tanah air, seorang pejuang
sejati, pejuang bangsa yang mempunyai semangat, sikap dan  perilaku cinta tanah air,
dimana ia sudi mengorbankan segala-galanya bahkan jiwa sekalipun demi kemajuan,
kejayaan dan kemakmuran tanah air.
            Patriotisme atau Kepahlawanan adalah watak untuk berkorban guna sesuatu tugas
Besar dan Cita2 Besar sebagai perluasan dari “Pahlawan adalah ia yang berkorban untuk
Tugas besar dan Cita2 besar” [Un hero est celui, qui se sacrifie aun grand devoir, ou a une
grande idée”; Livre d’Or, De la Comptesse Diane]. Kepahlawanan bukan monopolinya
seseorang atau segolongan tetapi Kepahlawanan adalah suatu perhiasan watak, yang
setiap rakyat kita dapat memiliki, asal ia  bersedia berkorban untuk “un grand devoir”
(untuk sesuatu Tugas besar) atau untuk “une grand idée” (untuk sesuatu Cita2  besar).
                      Tugas besar dan Cita-cita besar itu ialah tidak lain daripada hidup
merdeka,  bernegara kebangsaan, sederajat dengan bangsa2 lain dalam keadaan mana
Rakyat semua memperkembangkan dan dapat menyuburkan nilai2 kemanusiaannya.
Dan  bila yang dimaksud dengan semangat Kepahlawanan itu adalah cara berdaya
dan berusaha untuk menjalankan Tugas besar dan Cita2 besar itu, maka teranglah kiranya,
bahwa cara amal dan cara perbuatan itulah yang  penting sekali.
                      Amal dan perbuatan, dijiwai dengan semangat bersedia untuk berkorban,
menentukan nilai dan mutu Kepahlawanan setiap orang.   Dan tidak sedikit pula yang
diharapkan dari kita semua amal dan perbuatan yang sesuai dengan keadaan yang nyata
dari pada Rakyat kita dewasa ini. Untuk inipun diperlukan dari kita sekalian keberanian dan
kejujuran dalam menilai keadaan dan perasaan Rakyat kita yang sebenar-benarnya. Untuk
Negara Pancasila, para pahlawan Rakyat kita dulu itu  berjoang dan berkorban ! Dan
mereka meninggalkan kepada kita dewasa ini, suatu Amanat suci dan Amanat keramat
yakni Amanat Kepahlawanan   Rakyat Indonesia, amanat tentang caranya melaksanakan
Amanat Penderitaan Rakyat kita.
                      Pada pokoknya, cara-cara perjuangan dan kebaktiannya itu ialah secara
revolusioner, secara dinamis, secara heroik dan patriotik, dan terutama secara jujur  dan
ikhlas, dengan selalu beriman dan bertaqwa  kepada Tuhan Yang Maha Esa.
                      Bangsa Indonesia terkenal akan budayanya yang beraneka ragam dan memiliki
kekayaan yang melimpah ruah yang tidak dimiliki bangsa lain. Indonesia  juga terkenal
dengan penduduknya yang ramah - ramah dan menerima pendapat serta perbedaan -
perbedaan di lingkungan Bangsa Indonesia. Indonesia telah mulai  belajar menerima dan
memahami perbedaan sesungguhnya dengan lebih terbuka. Patriotisme konstruktif juga
membutuhkan keterlibatan politik dalam arti luas. Tidak berarti harus tergabung dalam
politik praktis, melainkan adanya aktivitas untuk mendapatkan informasi politik atau hal-
hal yang berkaitan dengan kelompoknya. Dengan lebih mengenal kelompoknya baik
karakteristik maupun  permasalahannya, akan memudahkan seseorang untuk bisa lebih
pedulli atau terlibat, termasuk mengkritisi untuk menghasilkan perubahan positif.
C. Pembahasan Masalah
1.        Nasionalisme kaum muda masa kini
                      Setiap memasuki bulan Oktober, kita akan selalu diingatkan oleh sebuah
peristwa bersejarah dalam perjalanan bangsa ini. Peristiwa tersebut kita kenal
sebagai Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928. Sebagai bangsa beradab, tentu kita tidak
ingin momentum bersejarah ini terlewatkan begitu saja. Seharusnya ada makna
yang bisa diambil dari peristiwa besar ini. Salah satu makna paling menonjol dari
peristiwa Sumpah Pemuda ini adalah menguatnya semangat nasionalisme di
kalangan pemuda saat itu.
                      Semangat nasionalisme telah mengilhami pemuda pada masa itu, hingga
mereka mampu menjadi pilar penting dan berada pada garda terdepan dalam
merintis perjuangan kemerdekan bangsa Indonesia. Menarik untuk
mempertanyakan bagaimana pula dengan semangat nasionalisme dan
kepeloporan pemuda hari ini? Pertanyaan ini acap kali muncul di tengah
keprihatinan berbagai kalangan yang mengkhawatirkan semakin lemahnya
eksistensi dan posisi politik pemuda masa kini, terutama dalam mengemban misi
kebangsaan.
                      Nasionalisme pemuda Nasionalisme merupakan suatu kehendak untuk
bersatu sebagai bangsa. Kehendak ini tumbuh karena didorong kesadaran akan
adanya riwayat atau pengalaman hidup yang sama dan dijalani bersama. Demikian
pengertian yang diberikan oleh Ernest Renan yang sering disebut sebagai bapak
nasionalisme.
                      Peristiwa kongres pemuda tanggal 28 Oktober 1928 yang kemudian kita
peringati sebagai Sumpah Pemuda adalah manifestasi tumbuhnya kesadaran
nasional (nasionalisme) dalam perjuangan menghadapi kolonialisme dan
imperialisme Belanda waktu itu. Langkah ini menjadi semacam titik balik dari pola
perlawanan sebelumnya yang lebih bersifat lokal. Tidak bisa dipungkiri bahwa
tumbuhnya kesadaran tersebut secara nasional tidak bisa dilepaskan dari
kontribusi pemuda pada masa tersebut dengan idealisme dan paradigma barunya.
            Demikianlah seterusnya, sejarah panjang bangsa ini mencatat konstribusi
yang diberikan kaum muda di setiap persimpangan sejarah. Hingga wajar jika
banyak pengamat sejarah yang menyatakan bahwa sejarah suatu bangsa
sesungguhnya adalah sejarah kaum muda. Pemuda hadir pada titik persimpangan
sejarah dan memberi arah bagi perjalanan bangsa ini. Sekadar menjadi catatan,
perjuangan kaum muda di panggung sejarah juga terjadi di hampir seluruh
belahan dunia.
                      Sejarah mereka adalah sejarah perlawanan dan pembelaan. Seperti ada
benang merah bahwa gerakan pemuda biasanya lahir dari kondisi yang dihadapi
masyarakat yang sudah tidak sesuai lagi dengan cita-cita negara dan harapan
masyarakatnya. Mereka merespons berbagai situasi dan kondisi tersebut atas dasar
kesadaran moral, tanggung jawab intelektual, pengabdian sosial, dan kepedulian
politik. Tidak jarang pula ditemukan bahwa situasi global sering menjadi faktor
yang memicu dan mematangkan kekuatan aksi mereka.
                      Semangat zaman Lantas muncul pertanyaan bagaimana dengan pemuda
masa kini? Bagaimana kita menakar nasionalisme mereka saat ini? Bagaimana
pula kita memaknai peran, posisi dan kontribusi politik generasi yang sekarang ini
lebih dikenal sebagai generasi anak nongkrong itu dalam panggung sejarah
perubahan?
                      Louis Gottschalk dalam bukunya yang berjudul Mengerti Sejarah,
memperkenalkan istilah zeigest yang biasa diartikan sebagai semangat zaman.
Setiap zaman, diidentifikasi memiliki karakteristiknya sendiri. Ada tiga unsur yang
mempengaruhi karakteristik semangat zaman. Pertama, ia bisa didesain oleh
manusia sebagai pelaku atau tokoh sejarah. Kedua, semangat zamanlah yang
membentuk manusia.
            Ketiga, semangat zaman lahir dari sturuktur politik dan kebijakan negara.
Dalam sejarah perjalanan bangsa yang menempatkan sosok kaum muda sebagai
instrumen perubahan, peran politik kaum muda setidaknya dipengaruhi oleh tiga
faktor yaitu: mainstream isu yang berkembang, kepandaian menerjemahkan
semangat zaman, dan ketepatan merumuskan strategi perjuangannya.
                      Pemuda Indonesia dalam sejarahan cukup memainkan perannya dalam
'mendesain' setiap peristiwa besar perubahan bangsa ini, bahkan sekaligus
menjadi aktor utama dalam peristiwa perubahan tersebut. Dalam hal ini bisa
katakan bahwa pemuda telah memiliki daya responsivitas yang tinggi dalam
menerjemahkan semangat zamannya masing-masing. Namun di sisi lain,
kenyataan memilukan yang juga sering mengemuka di setiap panggung sejarah
perubahan adalah bahwa kaum muda seperti kurang memiliki energi untuk
mengarahkan perubahan serta kurang memiliki kesiapan kompetensi untuk
mengisi perubahan tersebut.
                      Di situlah letak tantangan yang harus dihadapi oleh kaum muda saat ini
dihadapkan pada berbagai persoalan, baik di tingkat lokal seperti korupsi,
kemiskinan, pengangguran, kemandirian dan lain-lain maupun di tingkat global
seperti isu-isu lingkungan hidup, pemanasan global, terorisme, dan sebagainya. Itu
semua tentu saja tidak bisa diselesaikan oleh para pemuda yang hanya bisa
bernostalgia dan beromantisme mengenang masa yang telah berlalu.
            Setiap perubahan perlu energi besar yang lahir dari jiwa yang senantiasa
menggelora khas anak muda, cerminan dari hati yang bersih serta nurani yang
senantiasa berkobar. Jadi bukan munculnya generasi anak nongkrong yang jadi
persoalan. Namun, intinya adalah ketika sensitivitas krisis dari generasi muda
terus melemah serta kepeduliannya terhadap persoalan-persoalan besar telah
terkikis, maka tunggulah saat di mana pemuda akan semakin menepi dan
terpinggirkan dari panggung sejarah peradaban.
            Zaman mungkin boleh berubah, semangat zaman yang menyertainya pun
mungkin saja berbeda. Tetapi sekali lagi, akan selalu ada cahaya di ujung lorong
yang gelap jika tetap ada sekelompok pemuda di setiap zaman yang tidak
kehilangan sensitivitas dan kepeduliannya. Dua hal ini merupakan substansi dari
nasionalisme yang dapat dipakai sebagai syarat minimal guna menakar
nasionalisme kaum muda di setiap zaman.

2.    Nasionalisme remaja dari kalangan pelejar/mahasiswa


`      Keberanian dan patriotisme generasi muda masa lalu, khususnya pelajar dan
mahasiswa dalam hal bela bangsa tidak bisa dianggap remeh. Berkat cucuran
darah merekalah, negeri ini bebas dari penindasan penjajahan. Namun generasi
anak muda zaman sekarang sering dituduh larut dalam euforia kemerdekaan yang
makin melunturkan semangat patriotisme. Hmm, apa iya sih patriotisme kita
makin mengendor? Buktinya apa?  
Dalam catatan sejarah, peran serta pemuda selalu hadir dalam setiap fase-fase
perjuangan. Pada saat kebangkitan nasionalisme Indonesia misalnya, muncul
gerakan Boedi Oetomo tahun 1908. Meskipun gerakan ini hanya mencakup
masyarakat Jawa saja, namun gebrakannya tetap menjadi inspirasi bagi
tumbuhnya rasa kebangsaan. Dalam gerakan ini, sejumlah mahasiswa kedokteran
Stovia, Jakarta, yang sudah muak terhadap para penjajah, bangkit membentuk
organisasi yang membela kaum papa, dengan memberikan pelayanan kesehatan
bagi rakyat yang hidupnya menderita.
Pada tahun 1928, sekali lagi pelajar-pelajar Indonesia yang tengah menimba ilmu di
dalam maupun luar negeri seperti Soepomo, Hatta, Sutan Syahrir dan Soekarno
terus aktif menyuarakan tuntutan kemerdekaan bagi negerinya, lewat organisasi-
organisasi yang tumbuh di awal abad 20. karena gerakannya itu, mereka menjadi
penghuni langganan penjara-penjara pemerintah kolonial.
Mereka bergerak menyatukan kesadaran pemuda-pemuda yang sudah terkotak-
kotak ke dalam organisasi kedaerahan seperti; Jong Java, Jong Sumatera, Jong
Ambon dan sebagainya, untuk bangkit bersama membentuk satu bangsa, satu
Negara dan satu bahasa bernama: Indonesia.
Demikian pula pada saat berjuang merebut kemerdekaan, peran nyata para
pemuda pelajar dan mahasiswa sungguh luar biasa keberaniannya. Sehingga
Indonesia mencapai pintu gerbang kemerdekaan. Sebuah momentum yang sangat
dicita-citakan oleh seluruh bangsa Indonesia.
Bahkan setelah merdeka, Indonesia sekali lagi dihadapkan pada sebuah konflik
para elit yang cenderung memecah belah kesatuan nasional, tahun 1966. Pada saat
yang genting seperti ini, kembali pemuda pelajar dan mahasiswa turun ke jalan
menuntut TNI bertindak tegas terhadap anasir-anasir yang merusak tatanan
kehidupan bernegara. Sehingga terjadilah pengalihan pemerintahan dari Orde
Lama ke Orde Baru.
Jadi kalau kita bicara perjuangan generasi muda, pelajar dan mahasiswa tempo
dulu, nampak terlihat sebuah semangat nasionalisme dan jiwa patriotisme yang
demikian membara. Mereka begitu tegas, gagah dan berani mengorbankan seluruh
jiwa dan raganya untuk mengangkat martabat bangsa. Bagaimana dengan generasi
muda, pelajar dan mahasiswa masa kini? Apakah mereka juga setangguh pemuda-
pemuda masa lalu?
Generasi muda sekarang hidup dalam kondisi yang kondusif, aman dan tidak ada
peperangan lagi. Karena itulah generasi muda sekarang umumnya hanya santai-
santai menikmati hidup, dengan berbagai fasilitas yang sudah tersedia.
  Demikian pula dalam bidang pendidikan, kesempatannya sangat besar dan
terbuka lebar. meskipun tidak semuanya memanfaatkan kesempatan ini dengan
sungguh-sungguh, bahkan sedikit sekali. Akibatnya fasilitas dan kesempatan yang
disediakan dengan baik itu jadi mubazir.
Apalagi bagi anak dari kalangan elit yang bergelimangan duit, semuanya selalu
diukur dengan duit. Semua urusan dianggapnya mudah dengan duit, dengan sogok
sana, sogok sini. Bahkan saking banyaknya limpahan materi itu, sebagaian dari
mereka malah menghambur-hamburkan untuk sesuatu yang tidak ada manfaatnya
sama sekali seperti; dugem, narkoba, mabuk-mabukan dan berbagai bentuk
pemborosan lainnya.
Ada juga generasi muda yang masih gemar tawuran dengan sesama. Pemuda
dengan pemuda, pelajar dengan pelajar, mahasiswa dengan mahasiswa atau
kombinasi antar ketiganya. Mahasiswa dengan masyarakat, pelajar dengan
mahasiswa dan seterusnya. Tindakan ini bukan saja membahayakan keselamatan
umum, tapi juga dapat menimbulkan disintegrasi bangsa, pembelah rasa
kebangsaan. Inilah potret buram generasi muda Indonesia masa kini yang terus
terjadi hingga sekarang.
Namun demikian, kita tahu, tidak semuanya buram seperti itu, masih ada sebagian
genrasi muda Indonesia yang benar-benar cemerlang. Mereka adalah orang-orang
yang pandai memanfaatkan dengan baik fasilitas dan kesempatan yang
dimilikinya. Sehingga tumbuh menjadi pemuda yang berprestasi.
Merekalah pemuda Indonesia yang mampu “bicara” di pentas dunia, baik dalam
bidang olah raga, kesenian dan bahkan dalam bidang ilmu pengetahuan. Mereka
layak disebut sebagai patriot bangsa masa kini, yang kerap mengharumkan nama
bangsa di dunia internasional.
Disamping itu, ada juga generasi muda Indonesia yang berprestasi dalam berbagai
bidang, namun sepi dari perhatian publik. Mereka adalah pelajar-pelajar yang aktif
di organisasi-organisasi sekolah, PMR, Pramuka, Paskibra dan sejumlah kegiatan
lainnya. Yang pasti kegiatannya tidak menimbulkan masalah bagi masyarakat dan
Negara. Mereka juga patut dicatat sebagai patriot-patriot bangsa yang mampu
mengisi kemerdekaan dengan karya nyata yang positif guna kemakmuran
bersama.   
Jadi, setiap pemuda, pelajar dan mahasiswa dengan segala kelebihan dan
keistimewaannya sangat diharapkan dapat mewujudkan cita-cita nasional menuju
bangsa yang bermartabat dan berdaulat. Tentunya pemuda yang dimaksud adalah
mereka-mereka yang mempunyai jiwa nasionalisme, patriotisme, didukung dengan
komitmen moral dan karya nyata.
Semangat sumpah pemuda yang pernah dideklarasikan oleh pemuda masa lalu
mestinya bisa direaktualisasi sekarang ini. Karena tidak dapat dipungkiri bahwa
masalah pembangunan dan kedaulatan Indonesia tidak terlepas dari campur
tangan para pemudanya. Karena itu sosok pemuda diharapkan dapat berperan
aktif dalam pembangunan karakter bangsa dan Negara, tidak jauh dari sosok para
pemuda pendahulunya. Hanya saja konteks peran aktif itu mungkin bisa menjadi
berbeda dan lebih beragam di zaman sekarang ini.

3. Strategi yang dapat dilakukan untuk menguatkan rasa Nasionalisme dan


Patriotisme di Era Global.
                      Semangat nasionalisme dan patriotisme sangat diperlukan
dalam  pembangunan bangsa agar setiap elemen bangsa bekerja dan berjuang
keras mencapai jati diri dan kepercayaan diri sebagai sebuah bangsa yang
bermartabat. Jati diri dan kepercayaan diri sebagai sebuah bangsa ini merupakan
modal yangkuat dalam menghadapi berbagai tantangan dan hambatan di masa
depan.Penguatan semangat nasionalisme dan patriotisme dalam konteks
globalisasi saatini harus lebih dititikberatkan pada elemen-elemen strategis dalam
percaturan global. Oleh karena itu, strategi yang dapat dilakukan antara lain:
    Penguatan peran lembaga-lembaga sosial kemasyarakatan dalam
     

ikutmembangun semangat nasionalisme dan patriotisme, terutama di kalangan


generasi muda. Sebagai contoh: Gerakan Pramuka. Generasi muda adalah elemen
strategis di masa depan. Mereka sepertinya menyadari bahwa dalam eraglobalisasi,
generasi muda dapat berperan sebagai subjek maupun objek.
Penguatan semangat nasionalisme dan patriotisme pada masyarakat yang tinggal
     

di wilayah-wilayah yang dalam perspektif kepentingan nasional dinilai strategis


Penguatan semangat nasionalisme dan patriotisme pada masyarakat yang hidup
     

di daerah rawan pangan (miskin), rawan konflik, dan rawan bencana alam.
    Peningkatan apresiasi terhadap anggota atau kelompok masyarakat
     

yang berusaha melestarikan dan mengembangkan kekayaan budaya bangsa.


           
           
                      Demikian pula dengan anggota atau kelompok masyarakat yang berhasil
mencapai prestasi yang membanggakan di dunia internasional.
                      Peningkatan peran Pemerintah dan masyarakat RI dalam ikut berperan
aktif  dalam penyelesaian berbagai persoalan regional dan internasional,
seperti: penyelesaian konflik, kesehatan, lingkungan hidup, dan lain-lain.

4. Membangkitkan rasa nasionalisme dengan menghargai keragaman


            Di Republik Indonesia kita ini tidak mengenal adanya perbedaan etnis, siapakah dia
dan dari rumpun manakah dia berasal yang jelas itulah Indonesia, yang melalui Kongres
Pemuda Tahun 1928 di Jakarta diikat dengan semangat Sumpah Pemuda. Ber Tanah Air
yang Satu, Tanah Air Indonesia. Berbangsa yang Satu, Bangsa Indonesia. Dan Berbahasa
yang Satu, Bahasa Indonesia.
                      Berangkat hal itu semua, marilah kita selalu berpegang kepada semangat ber-
Bhinneka Tunggal Ika yang merupakan semboyan pemersatu bangsa sejak dulu.
Hilangkan pikiran-pikiran baru yang rusak dan tidak bertanggung jawab atas upayauntuk
melakukan suatu pergeseran makna rasa kebersamaan dalam Kerangka Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI). Semua harus sadar bahwa ketika hak azasi seseorang yang
terlahir dan berasal-usul dari wilayah negeri yang terbentang dari Sabang hingga Merauke
ini juga memiliki hak dan kewajiban serta tanggung jawab yang sama atas bangsa dan
negaranya. Oleh karena perlunya kita menghargai keragamanan, tentunya dimanapun
terjadinya pesta demokrasi baik di pusat atau di daerah, hendaknya menjadi ajang aspirasi
yang paling demokratis tanpa dibayangi atau dihantui serta diracuni dengan pikiran-pikiran
sempit darisebagian atau sekelompok orang tertentu yang hendak memudarkan
semangat Nasionalisme dalam konteks berbangsa dan bernegara.
            Dengan memegang semangat nasionalisme yang tinggi atau menghargai sebuah
keragaman seperti yang dimaksudkan di atas, maka pada akhirnya nanti masyarakat
sebagai pemegang kedaulatan tertinggi benar-benar akan menikmati pesta demokrasi ini
secara lansung, umum, bebas dan rahasia serta jujur dan adil sesuai dengan yang
diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan Pancasila.

5. Pengaruh globalisasi terhadap nilai-nilai nasionalisme


            Kehadiran globalisasi tentunya membawa pengaruh bagi kehidupan suatu negara
termasuk Indonesia. Pengaruh tersebut meliputi dua sisi, yakni pengaruh positif dan
pengaruh negatif. Pengaruh globalisasi juga merasuk dalam berbagai bidang kehidupan,
termasuk kehidupan politik, ekonomi, ideologi, sosial budayadan lain sebagainya. Hal ini
tentunya akan mempengaruhi nilai-nilai nasionalisme terhadap bangsa. Globalisasi
berlangsung di semua bidang kehidupan seperti bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial
budaya, pertahanan keamanan dan lain- lain.Teknologi informasi dan komunikasi
merupakan faktor pendukung utama dalam globalisasi. Dewasa ini, perkembangan
teknologi begitu cepat sehingga segalain formasi dengan berbagai bentuk dan
kepentingan dapat tersebar luas ke seluruh dunia. Oleh karena itu globalisasi tidak dapat
kita hindari kehadirannya.

Pengaruh positif
                      Dilihat dari globalisasi politik, pemerintahan dijalankan secara terbuka dan
demokratis. Karena pemerintahan merupakan bagian dari suatu negara, jika pemerintahan
djalankan secara jujur, bersih dan dinamis tentunya akan mendapat tanggapan positif dari
rakyat. Tanggapan positif tersebut berupa rasa nasionalisme terhadap negara menjadi
meningkat. Dari aspek globalisasi ekonomi, terbukanya pasar internasional, meningkatkan
kesempatan kerja dan meningkatkan devisa negara. Semakin terbukanya pasar
internasional ini akan membuka peluang besar kerja sama dalam sektor perekonomian
nasional. Dengan adanya hal tersebut akan semakin meningkatkan kehidupan ekonomi
bangsa guna menunjang kehidupan nasional bangsa dan Negara.
            Pengaruh adanya globalisasi dalam sektor sosial budaya, kita dapat meniru pola
berpikir yang baik. Seperti membangun etos kerja yang tinggi dan disiplin,serta meniru
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek) dari bangsa lain yang sudahmaju untuk
meningkatkan kemajuan bangsa. Pada akhirnya, akan membawakemajuan bangsa serta
mempertebal rasa nasionalisme kita terhadap bangsa.

Pengaruh negatif
            Selain berdampak positif, munculnya globalisasi juga berdampak negatif yang tak
kalah pentingnya untuk diperhatikan. Globalisasi mampu meyakinkan masyarakat
Indonesia bahwa liberalisme dapat membawa kemajuan dan kemakmuran. Sehingga tidak
menutup kemungkinan berubah arah dari ideologi Pancasila ke ideologi liberalisme. Jika
hal tesebut terjadi akibatnya rasa nasionalisme bangsa akan hilang.
                      Munculnya globalisasi juga berdampak pada aspek ekonomi. Yakni, semakin
hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri. Sebab, sudah semakin banyaknya
produk luar negeri seperti Mc Donald, Coca-Cola, Pizza Hut, dan sebagainya, yang
membanjiri dunia pasar di Indonesia. Dengan hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam
negeri menunjukan gejala berkurangnya rasa nasionalisme  masyarakat kita terhadap
bangsa Indonesia. Mayarakat kita, khususnya anak muda, banyak yang lupa mengenai
identitas diri sebagai bangsa Indonesia. Karena gaya hidupnya cenderung meniru budaya
barat yang oleh masyarakat dunia dianggap sebagai kiblat. Selain itu, globalisasi juga
mengakibatkan adanya kesenjangan sosialyang tajam antara orang kaya dan miskin. Ini
disebabkan karena adanya persaingan bebas dalam globalisasi ekonomi.
            Pengaruh-pengaruh di atas memang tidak secara langsung berdampak terhadap
nasionalisme. Akan tetapi, secara keseluruhan dapat menimbulkan rasanasionalisme
terhadap bangsa menjadi berkurang atau bahkan hilang. Sebab,globalisasi mampu
membuka cakrawala masyarakat secara global. Apapun yangada di luar negeri dianggap
baik serta mampu memberi aspirasi kepada masyarakatkita untuk diterapkan di negara
kita. Berdasarkan analisa dan uraian di atas, pengaruh negatif globalisasi lebih banyak
daripada pengaruh positifnya. Olehkarena itu, diperlukan langkah untuk mengantisipasi
pengaruh negatif globalisasiterhadap nilai nasionalisme.

5.        Nasionalisme indonesia yang kian memudar


                      Nasionalisme Indonesia, yakni sebuah penegasan akan identitas diri versus
kolonialisme-imperialisme. Kesadaran sebagai bangsa yang adalah hasil konstruksiatau
bentukan mengandung kelemahan internal yang serius ketika kolonialisme dan
imperialisme tidak lagi menjadi sebuah ancaman. Karena itu, nasionalisme kita akan ikut
lenyap jika kita berhenti mengkonstruksi atau membentuknya tanpa harus menyebutnya
sebagai sebuah nasionalisme baru.
Pertama, beberapa pengalaman kolektif seharusnya menjadi “roh baru” pembangkit
semangat nasionalisme Indonesia. Kedua, negara Indonesia sangat plural. Identifikasi
sebuah kelompok etnis atau agama pada identitas kolektif sebagai bangsa hanya
mungkin terjadi kalau negara mengakui, menerima, menghormati, dan menjamin hak
hidup mereka.
                      Masyarakat akan merasa lebih aman dan diterima dalam kelompok etnis atau
agamanya ketika negara gagal menjamin kebebasan beragama termasuk kebebasan
beribadah dan mendirikan rumah ibadah, persamaan di hadapan hukum,hak mendapatkan
pendidikan yang murah dan berkualitas, hak memperoleh pekerjaan dan penghidupan
yang layak, dan sebagainya.
                      Nasionalisme bisa dipraktikkan dalam sebuah sistem pemerintahan sosialis,
komunis, ultranasionalis, etnis, atau liberal-demokratis. Masyarakat Indonesia yang sangat
plural ini akan menjadi ancaman serius bagi nasionalisme jika negara kebangsaan yang
kita bangun bersifat sosialis, ultranasionalis ala nazisme Jerman dan fasisme Italia, atau
komunis. Alasannya sederhana, hak individu akan kebebasan, otonomi dan kesetaraan
(equality) dalam masyarakat dirampas oleh negara dalam sistem pemerintahan sosialis,
komunis, dan ultranasionalis (IanAdams, 1995: 82).
                      Tantangan bagi nasionalisme Indonesia ke depan adalah bagaimana kita
mewujudkan sebuah negara kebangsaan yang bersifat liberal-demokratis di mana hak-hak
dasar setiap warga negara diakui, dihormati, dan dijamin, di mana hokum ditegakkan
secara pasti dan adil, di mana negara mewujudkan kesejahteraan umum, dan sebagainya.
Itulah alasan dasar tekad para pemuda 78 tahun yang lalu, yakni menjadi satu Indonesia
demi mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur.

BAB III
SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan
1.              Rasa Nasionalisme di Indonesia telah ada dari jaman perjuangan melawan para
penjajah hanya tahun demi tahun mengalami penipisan karena adanya banyak faktor yang
mempengaruhinya. Diantaranya faktor perekonomian yang mana menimbulkan banyak
masalah pengangguran, kemiskinan danlain-lain. Rasa Nasionalisme itu harus kita pupuk
ulang agar tidak hilang ditelan masa. Negara Indonesia sendiri menganut Nasionalisme
Pancasila yang mana dalam Nasionalisme ini kita tidak hanya mencintai Bangsa dan
Negara Indonesia sendiri tapi juga menghormati Negara dan bangsa lainnya.
2.              Nasionalisme Indonesia adalah sebuah nasionalisme bentukan, sebuah kesadaran
akan identitas bangsa sebagai hasil konstruksi karena pengalaman penderitaan dan
diskriminasi oleh bangsa kolonial Belanda. Itulah nasionalisme Indonesia, yakni sebuah
penegasan akan identitas diri versus kolonialisme-imperialisme.
3.              Patriotisme adalah sikap Untuk selalu mencintai atau membela tanah air,seorang
pejuang sejati, pejuang bangsa yang mempunyai semangat, sikap dan perilaku cinta tanah
air, dimana ia sudi mengorbankan segala-galanya bahkan jiwa sekalipun demi kemajuan,
kejayaan dan kemakmuran tanah air.
4.              Penguatan semangat nasionalisme dan patriotisme dalam konteks globalisasi saat
ini harus lebih dititikberatkan pada elemen-elemen strategis dalam percaturan global.
5.              Nasionalisme diprediksikan akan lenyap sejalan dengan semakin sebuah negara
menjadi modern.
6.              Tantangan bagi nasionalisme Indonesia ke depan adalah bagaimana kita
mewujudkan sebuah negara kebangsaan yang bersifat liberal-demokratis dimana hak-hak
dasar setiap warga negara diakui, dihormati, dan dijamin, dimana hukum ditegakkan
secara pasti dan adil, di mana negara mewujudkan kesejahteraan umum, dan sebagainya.

Saran
ü  Untuk dapat  memupuk kembali semangat nasionalisme bangsa Indonesia, salah
satunya bisa juga dengan lebih menekankan pada pembenahan bidang  perekonomian
terlebih dahulu supaya tingkat kemiskinan kita berkurang. Karena jika kita sudah menjadi
bangsa yang Adil dan Sejahtera Niscaya Rasa  Nasionalisme kita pun akan tinggi dan
Rakyat semakin bangga dengan bangsa dan Negara Indonesia tercinta ini.
ü  Menanamkan jiwa nasionalisme, patriotisme, didukung dengan komitmen moral
dan karya para pemuda/pelajar melalui organisasi-organisasi sekolah dan juga
adanya peringatan hari sumpah pemuda yang dimaksudkan untuk mengulas
sejarah, memahami, dan menguatkan semangat Nasionalis para pemuda.

DAFTAR PUSTAKA

Fahd Reza Abdullah’s Blog. Landasan Teori Tentang Nasionalisme


Febi’s Blog. Manfaat Sikap Patriotisme dalam Pendidikan
Jamli, Edison dkk. Kewarganegaraan. 2005. Jakarta: Bumi Akasara
Krsna@Yahoo.com. Pengaruh Globalisasi Terhadap Pluralisme KebudayaanManusia di
Negara Berkembang. 2005. Internet:Public Jurnal
Okezone.com. Senin, 27 Desember 2010 – 07:39 wib
Pengaruh Globalisasi Terhadap Pluralisme Kebudayaan Manusia di Negara Berkembang.
internet. public jurnal Redaksi 18 Agustus 2010
Satiman, Sudewo. Dengan Semangat Berkobar; Nasionalisme dan GerakanPemuda di
Indonesia. 2003. Jakarta: Hasta Mitra
Wisata-Buku.com
www.google.com

zaid wisnu di 09.11


Tidak ada komentar:

Beranda
‹ ›
Lihat versi web

Mengenai Saya

zaid wisnu

Lihat profil lengkapku

Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai