Oleh:
2016
Lembar Pengesahan
Telah Diterima Dan Disahkan Oleh Clinical Teacher (CT) Dan Clinical
TINJAUAN PUSTAKA
kematian janin. Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di
luar kandungan.
Abortus atau lebih dikenal dengan istilah keguguran adalah pengeluaran hasil
konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar rahim. Janin belum mampu hidup di luar
rahim, jika beratnya kurang dari 500 g, atau usia kehamilan kurang dari 20 minggu
karena pada saat ini proses plasentasi belum selesai. Pada bulan pertama kehamilan yang
mengalami abortus, hampir selalu didahului dengan matinya janin dalam rahim.
gestasi belum mencapai usia 22 minggu dan beratnya kurang dari 500gr
membedakan aborsi:
minggu), abortus yang terjadi disebabkan oleh faktor maternal (Sayidun, 2001).
1) Faktor ovofetal
bahwa pada 70% kasus, ovum yang telah dibuahi gagal untuk berkembang atau
terjadi malformasi pada tubuh janin. Pada 40% kasus, diketahui bahwa latar
adekuat.
2) Faktor maternal
dugaan bahwa masalah psikologis memiliki peranan pula dengan kejadian abortus
3) Faktor janin
Faktor janin penyebab keguguran adalah kelainan genetik, dan ini terjadi pada
c. Infeksi, diduga akibat beberapa virus seperti cacar air, campak jerman,
6) Faktor genetik
abnormalitas kromosom pada janin. Lebih dari 60% abortus spontan yang terjadi
berulang salah satu dari pasangan tersebut membawa sifat kromosom yang
bahan pemeriksaan diambil dari darah tepi pasangan tersebut. Tetapi tentunya
pemeriksaan ini belum berkembang di Indonesiadan biayanya cukup tinggi.
7) Faktor anatomi
Faktor anatomi kogenital dan didapat pernah dilaporkan timbul pada 10-15
darah endometrium.
dan endometriosis.
bikornus atau uterus ganda. Defek pada uterus yang acquired yang sering
uterus atau sinekia dan leiomioma. Adanya kelainan anatomis ini dapat diketahui
USG dan HSG. Dari pemeriksaan USG sekaligus juga dapat mengetahui adanya
suatu mioma terutama jenis submukosa. Mioma submukosa merupakan salah satu
faktor mekanik yang dapat mengganggu implantasi hasil konsepsi. Jika terbukti
adanya
mioma pada klien ini maka perlu dieksplorasi lebih jauh mengenai keluhan
dan harus dipastikan apakah mioma ini berhubungan langsung dengan adanya
ROB pada klien ini. Hal ini penting karena mioma yang mengganggu mutlak
dilakukan operasi.
8) Faktor endokrin:
kasus.
b. Insufisiensi fase luteal ( fungsi corpus luteum yang abnormal dengan tidak
yang tidak adekuat dapat menaikkan insiden abortus (Sutherland dan Pritchard,
korpus luteum atau plasenta, mempunyai kaitan dengan kenaikan insiden abortus.
tersebut secara teoritis akan mengganggu nutrisi pada hasil konsepsi dan dengan
9) Faktor infeksi
lupus dan antibodi cardiolipin. Adanya penanda ini meskipun gejala klinis tidak
liver/ ginjal kronis) dapat diketahui lebih mendalam melalui anamnesa yang baik.
menderita infeksi berat, seperti apakah telah diterapi dengan tepat dan adekuat.
Untuk eksplorasi kausa, dapat dikerjakan beberapa pemeriksaan laboratorium
seperti pemeriksaan gula darah, tes fungsi hati dan tes fungsi ginjal untuk menilai
apakah ada gangguan fungsi hepar dan ginjal atau diabetes melitus yang kemudian
teratogenik harus dicari dari anamnesa seperti tembakau dan alkohol, yang
berperan karena jika ada mungkin hal ini merupakan salah satu yang berperan.
keadaan mental akan tetapi belum dapat dijelaskan sebabnya. Yang peka terhadap
terjadinya abortus ialah wanita yang belum matang secara emosional dan sangat
spontan yang berulang masih belum dapat dipastikan. Akan lebih baik bagi
1) Abortus spontan yaitu abortus yang terjadi dengan sendirinya tanpa disengaja
tindakan yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis dan
serviks telah mendatar dan ostium uteri telah membuka, akan tetapi hasil
5) Abortus Inkompletus adalah sebagian hasil konsepsi telah keluar dari kavum
6) Abortus Kompletus adalah seluruh hasil konsepsi telah keluar dari kavum
uteri pada kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500
gram.
7) Missed Abortion adalah abortus yang ditandai dengan embrio atau fetus telah
8) Abortus Habitualis ialah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih
berturut- turut.
9) Abortus Infeksious ialah abortus yang disertai infeksi pada alat genitalia.
tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil,
konsepsi.
4) Rasa mulas atau kram perut, didaerah atas simfisis, sering nyeri pingang
nerkrosis jaringan sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap
benda asing tersebut. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, villi korialis belum
menembus desidua secara dalam jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya.
plasenta hasil konsepsi keluar dalam bentuk seperti kantong kosong amnion atau
benda kecil yang tidak jelas bentuknya (blightes ovum),janin lahir mati, janin
masih hidup, mola kruenta, fetus kompresus, maserasi atau fetus papiraseus.
Perdarahan nekrosis
Hasil konsepsi
keluar
Abortus
Curetase
Kekurangan
Merangsang saraf Masuknya alat
Volume Cairan
sensorik motorik curetase
Proteksi kurang
Invasi bakteri
Nyeri saat
aktivitas
Risiko Infeksi
Hambatan
Mobilitas Fisik
4) pemeriksaan Dopler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup
7) Pemeriksaan Ginekologi:
a. Inspeksi vulva
kehamilan
1.1.8 Penatalaksanaan
1) Abortus Iminens
a. Istirahat baring
c. Semua pengeluaran dari vagina, pembalut wanita, kain yang terkena darah
mencegah infeksi.
f. Test kehamilan dapat dilakukan, bila negatif mungkin janin sudah mati.
Apabila terjadi obstipasi dapat diberikan laksan ringan dapat juga berbentuk
h. Denyut nadi dan suhu badan diperiksa 2 x sehari bila tidak panas, tiap 4 jam
i. Dianjurkan untuk istirahat secara fisik dan mental dengan istirahat baring
cerviks.
dan ketegangan jiwa, 2-3 minggu setelah lepas perawatan jangan melakukan
senggama. Bila terjadi perdarahan ulang, segera istirahat baring dan lapor
2) Abortus Incomplete
a. Bila disertai syok karena perdarahan segera berikan infuse NaCl atau cairan
d. Bila klien dalam keadaan anemi beri obat hematinik, sulfas ferroscus dan
vitamin C.
3) Abortus kompletus
a. Bila kondisi baik berikan ergometrin 3×1 tablet selama 3-5 hari.
b. Bila klien anemi berikan hematinik, jika terlalu anemi bisa dipertimbangkan
transfuse.
4) Abortus incipiens .
ergometrin 0,5 mg Intra muskuler, dan apapun yang keluar dari vagina
pengosongan uterus.
banyak dan bahaya perforasi pada saat kerokan lebih besar. Pemberian
dinaikkan sesuai kontraksi uterus sampai terjadi abortus komplit. Bila janin
f. Bila dengan demikian masih tertinggal, harus dirujuk ke rumah sakit untuk
tindakan pengosongan uteri,
abortus,
b. Berikan antibiotik yang cukup dan tepat (buat pemeriksaan pembiakan dan
uji kepekaan obat). Berikan suntikan penisillin 1 juta tiap 6 jam berikan
lainnya.
c. 24 sampai 48 jam setelah dilindungi dengan antibiotik atau lebih cepat bila
hasil konsepsi.
kemajuan penderita.
e. Pada abortus septic terapi sama saja hanya dosis dan jenis antibiotik
ditinggikan dan dipilih jenis yang tepat sesuai dengan hasil pembiakan dan
1.1.9 Komplikasi
Dalam melakukan dilatasi dan kerokan harus diingat bahwa selalu ada
peritoneum, ke ligamentum latum, atau ke kandung kencing. Oleh sebab itu, letak
uterus harus ditetapkan lebih dahulu dengan seksama pada awal tindakan, dan
pada dilatasi serviks tidak boleh digunakan tekanan berlebihan. Kerokan kuret
dimasukkan dengan hati-hati, akan tetapi penarikan kuret ke luar dapat dilakukan
dengan tekanan yang lebih besar. Bahaya perforasi ialah perdarahan dan
peritonitis. Apabila terjadi perforasi atau diduga terjadi peristiwa itu, penderita
harus diawasi dengan seksama dengan mengamati keadaan umum, nadi, tekanan
darah, kenaikan suhu, turunnya hemoglobin, dan keadaan perut bawah. Jika
Apabila jaringan serviks keras dan dilatasi dipaksakan maka dapat timbul
sobekan pada serviks uteri yang perlu dijahit. Apabila terjadi luka pada ostium
uteri internum, maka akibat yang segera timbul ialah perdarahan yang
memerlukan pemasangan tampon pada serviks dan vagina. Akibat jangka panjang
jangan sampai terkerok, karena hal itu dapat mengakibatkan terjadinya perlekatan
suatu tempat apabila pada suatu tempat tersebut dirasakan bahwa jaringan tidak
begitu lembut lagi.
4) Perdarahan
Kerokan pada kehamilan yang sudah agak tua atau pada mola hidatidosa
terdapat bahaya perdarahan. Oleh sebab itu, jika perlu hendaknya dilakukan
transfusi darah dan sesudah itu, dimasukkan tampon kasa ke dalam uterus dan
vagina.
5) Infeksi
infeksi sangat besar. Infeksi kandungan yang terjadi dapat menyebar ke seluruh
abortus kriminalis antara lain infeksi pada saluran telur. Akibatnya, sangat
6) Lain-lain
hipertonik adalah apabila larutan garam masuk ke dalam rongga peritoneum atau
Sesuai dengan tujuan dari abortus itu sendiri yaitu ingin mengakhiri
kehamilan, maka nasib janin pada kasus abortus provokatus kriminalis sebagian
besar meninggal. Kalaupun bisa hidup, itu berarti tindakan abortus gagal
berulang
3) Riwayat Kehamilan
HPHT :................................... Taksiran Partus :...........................
BB sebelum hamil :................ TD sebelum hamil :......................
Riwayat ANC :....................... Obat yang di dapat :.......................
Keluhan saat hamil :.....................
4) Riwayat Nifas Yang Lalu dan Persalinan
klien
Pola hubungan dan peran
Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien dengan keluarga dan
orang lain.
Pola penagulangan stres
Biasanya klien sering melamun dan merasa cemas
Pola sensori dan kognitif
Pola sensori klien merasakan nyeri perut akibat involusi uteri (pengecilan uteri
konsep diri antara lain dan body image dan ideal diri
Pola reproduksi dan sosial
Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan seksual atau fungsi
dari seksual yang tidak adekuat karena adanya proses persalinan dan nifas.
7) Pemeriksaan Fisik
Kepala
Bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kontribusi rambut, warna
rambut, ada atau tidak adanya edem, kadang-kadang terdapat adanya cloasma
Mata
Terkadang adanya pembengkakan paka kelopak mata, konjungtiva, dan
Ekstermitas
Pemeriksaan odema untuk melihat kelainan-kelainan karena membesarnya
Adalah data yang didapatkan dari klien sebagai suatu pendapat terhadap
suatu situasi dan kejadian. Informasi tersebut tidak bisa ditentukan oleh perawat,
malu.
2) Data Objektif
Adalah data yang dapat diobservasi dan diukur, dapat diperoleh
menggunakan panca indera (lihat, dengar, cium, raba) selama pemeriksaan fisik.
Misalnya frekuensi nadi, pernafasan, tekanan darah, edema, berat badan, tingkat
kesadaran.
berkurang
Kriteria hasil: NOC (Pain Level, Pain control, Comfort level)
Mampu mengontrol nyeri
Melaporkan nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
Mampu mengenali nyeri
Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
Intervensi: Pain Management
a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
b. Kurangi faktor presipitasi nyeri
c. Ajarkan teknik non farmakologi
d. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
e. Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak
berhasil
2) Kekurangan volume cairan b/d kehilangan cairan aktif
Tujuan: setelah diberikan asuhan keperawatan selama ….x24 jam, diharapkan
kemampuan berpindah
Memperagakan penggunaan alat
Bantu untuk mobilisasi
Intervensi: NIC (Exercise therapy: ambulation)
a. Monitor vital sign sebelum dan sesudah lathan dan lihat respon pasien saat
latihan
b. Konsultasikan dengan ah;I fisioterapi tentang rencana ambulasi sesuia
dengan kebutuhan
c. Bantu klien menggunakan tongkat saat berjalan dan cegah terhadap cedera
d. Ajarkan pasien tentang teknik ambulasi
e. Kaji kemmapuan klien dalam ambulasi
f. Latih klien dalam pemenuhan kebutuhan ADLs secara mandiri sesuai
kemampuan
g. Damping dan bantu klien saat mobilisasi dan bantu penuhi kebutuhan
ADLs klien
h. Berikan alat banu jika klien membutuhkan
i. Ajarkan klien bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan bila
diperlukan
4) Risiko infeksi b/d trauma jaringan
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama……x24 jam klien
control)
Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
Jumlah leukosit dalam batas normal
Menunjukkan perilaku hidup sehat
Status imun, gastrointestinal, genitourinaria dalam batas normal
Intervensi: NIC (Infection Control)
a. Pertahankan teknik aseptif
b. Batasi pengunjung bila perlu
c. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan
d. Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung
e. Ganti letak IV perifer dan dressing sesuai dengan petunjuk umum
f. Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi kandung kencing
g. Tingkatkan intake nutrisi
h. Berikan terapi antibiotic
i. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan local
j. Pertahankan teknik isolasi k/p
k. Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas, drainase
l. Monitor adanya luka
m. Dorong masukan cairan
n. Dorong istirahat
o. Ajarkan klien dan keluarga tanda dan gejala infeksi
p. Kaji suhu badan pada klien neutropenia setiap 4 jam
1.2.5 Evaluasi
1) Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilakukan segera setelah tindakan
Mosby Elsevier
NANDA International 2012. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi
Pustaka
Sarwono Prawirohardjo