Anda di halaman 1dari 28

T UGAS

HUKUM DAGANG

OLEH

NAMA :

1802010431 GABRIELA IBRIANTI ADE LY

1802010289 GERALDUS D BORO SALE

1802010480 GETSMARC I. MALAIKOSA

1802010390 GEORGERIUS R LAUW

1802010297 INGRID W.A C. KABOSU

1802010524 INEVIA LINDA MOHINA

1802010404 GERALDY Y. LAAK

1802010655 GILBERTH DALLY

KELAS/SEMESTER : E/3

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2019
KATA PENGANTAR

Pertama-tama penulis panjatkan Puji dan Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena berkat Rahmat-Nyalah makalah ini dapat terselesaikan. Tujuan penulisan makalah ini
adalah untuk menyelesaikan tugas Hukum Dagang. Selain itu juga untuk meningkatkan
pemahaman saya mengenai materi .
Dengan membaca makalah ini penulis berharap dapat membantu teman-teman serta
pembaca dapat memahami materi ini dan dapat memperkaya wawasan pembaca. Walaupun
penulis telah berusaha sesuai kemampuan penulis, namun penulis yakin bahwa manusia itu
tak ada yang sempurna. Seandainya dalam penulisan makalah ini ada yang kurang, maka
itulah bagian dari kelemahan penulis.Mudah-mudahan melalui kelemahan itulah yang akan
membawa kesadaran kita akan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa.
Pada kesempatan ini saya mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini dan kepada pembaca yang telah meluangkan
waktunya untuk membaca makalah ini.Untuk itu saya selalu menantikan kritik dan saran
yang membangun dari pembaca demi perbaikan penyusunan makalah ini.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………………… i


RUMUSAN MASALAH ………………………………………………………………… ii
BAB 1. SEJARAH DAN PENGERTIAN HUKUM DAGANG ……………………… 5
1.1 SEJARAH HUKUM DAGANG …………………………………………. 5
1.1.1. Sejarah Perkembangan Hukum Dagang di Dunia …………………… 5
1.1.2. Sejarah Hukum Dagang di Indonesia …………………………………. 6
BAB 2. PEMBIAYAAN PERUSAHAAN ……………………………………………… 8
2.1. PERJANJIAN KREDIT …………………………………………………... 8
 SYARAT SAH PERJANJIAN KREDIT HAL 6
 JENIS JENIS KREDIT HAL 7
 PIHAK PIHAK DALAM PERJANJIAN KREDIT HAL 7
 FUNGSI PERJANJIAN KREDIT HAL 7
 BENTUK PERJANJIAN KREDIT HAL 8
 KREDIT KOMPOSISI PERJANJIAN HAL 8
 AKIBAT PERJANJIAN KREDIT HAL 8
 KLAUSUL KLAUSUL PERJANJIAN KREDIT YANG MEMBERATKAN
NASABAH DEBITOR HAL 8
 BERAKHIRNYA PERJANJIAN KREDIT HAL 9
 GROSSE AKTE PENGAKUAN UTANG HAL 9
 2.2. LEASING HAL 9
 2.3.FACTORING HAL 10
 2.4. MODAL VENTURA
2.5. INVESTASI
BAB 3. PEMBAHASAN
BAB 4. KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah Hukum Dagang?
2. Apa itu perjanjian kredit?
3. Apa syarat perjanjian kredit?
4. Apa jenis-jenis kredit?
5. Siapa saja pihak-pihak dalam perjanjian kredit?
6. Apa fungsi perjanjian kredit?
7. Apa akibat perjanjian kredit?
8. Apa itu leasing?
9. Apa itu factoring?
10. Apa itu modal ventura?
11. Apa itu investasi?
BAB 1
SEJARAH DAN PENGERTIAN HUKUM DAGANG

1.1 SEJARAH HUKUM DAGANG


1.1.1. Sejarah Perkembangan Hukum Dagang di Dunia
Perkembangan hukum dagang sebenarnya telah di mulai sejak abad
pertengahan eropa (1000/ 1500) yang terjadi di Negara dan kota-kota di Eropa
dan pada zaman itu di Italia dan perancis selatan telah lahir kota-kota sebagai
pusat perdagangan (Genoa, Florence, vennetia, Marseille, Barcelona dan Negara-
negara lainnya ) .
Tetapi pada saat itu hukum Romawi (corpus lurus civilis ) tidak dapat
menyelsaikan perkara-perkara dalam perdagangan, maka dibuatlah hukum baru
di samping hukum Romawi yang berdiri sendiri pada abad ke-16 & ke- 17 yang
berlaku bagi golongan yang disebut hukum pedagang (koopmansrecht)
khususnya mengatur perkara di bidang perdagangan (peradilan perdagangan ) dan
hukum pedagang ini bersifat unifikasi.
Karena bertambah pesatnya hubungan dagang maka pada abad ke-17 diadakan
kodifikasi dalam hukum dagang oleh mentri keuangan dari raja Louis XIV (1613-
1715) yaitu Corbert dengan peraturan (ORDONNANCE DU COMMERCE)
1673. Dan pada tahun 1681 disusun ORDONNANCE DE LA MARINE yang
mengatur tenteng kedaulatan.
Dan pada tahun 1807 di Perancis di buat hukum dagang tersendiri dari hukum
sipil yang ada yaitu (CODE DE COMMERCE ) yang tersusun dari ordonnance
du commerce (1673) dan ordonnance du la marine(1838) . Pada saat itu
Nederlands menginginkan adanya hukum dagang tersendiri yaitu KUHD belanda,
dan pada tahun 1819 direncanakan dalam KUHD ini ada 3 kitab dan tidak
mengenal peradilan khusus, lalu pada tahun 1838 akhirnya di sahkan.
KUHD Belanda berdasarkan azas konkordansi KUHD belanda 1838 menjadi
contoh bagi pembuatan KUHD di Indonesia pada tahun 1848 . dan pada akhir
abad ke-19 Prof. molengraaff merancang UU kepailitan sebagai buku III di
KUHD Nederlands menjadi UU yang berdiri sendiri (1893 berlaku 1896).Dan
sampai sekarang KUHD Indonesia memiliki 2 kitab yaitu , tentang dagang
umumnya dan tentang hak-hak dan kewajiban yang tertib dari pelayaran.
1.1.2. Sejarah Hukum Dagang di Indonesia
Perkembangan hukum dagang di dunia telah berlangsung pada tahun 1000 hingga
1500 pada abad pertengahan di Eropa. Kala itu telah lahir kota-kota yang berfungsi sebagai
pusat perdagangan, seperti Genoa, Venesia, Marseille, Florence hingga Barcelona. Meski
telah diberlakukan Hukum Romawi (Corpus Iulis Civilis), namun berbagai masalah terkait
perdagangan belum bisa diselesaikan. Maka dari itu dibentuklah Hukum Pedagang
(Koopmansrecht). Saat itu hukum dagang masih bersifat kedaerahan.Kodifikasi hukum
dagang pertama dibentuk di Prancis dengan nama Ordonance de Commerce pada masa
pemerintahan Raja Louis XIV pada 1673. Dalam hukum itu terdapat segala hal berkaitan
dengan dunia perdagangan, mulai dari pedagang, bank, badan usaha, surat berharga hingga
pernyataan pailit.
Pada 1681 lahirlah kodifikasi hukum dagang kedua dengan nama Ordonance de la
Marine. Dalam kodifikasi ini termuat segala hal berkaitan dengan dagang dan kelautan,
misalnya tentang perdagangan di laut.Kedua hukum itu kemudian menjadi acuan dari
lahirnya Code de Commerce, hukum dagang baru yang mulai berlaku pada 1807 di
Prancis. Code de Commerce membahas tentang berbagai peraturan hukum yang timbul dalam
bidang perdagangan sejak abad pertengahan.Code de Commerce kemudian menjadi cikal
bakal hukum dagang di Belanda dan Indonesia. Sebagai negara bekas jajahan Prancis,
Belanda memberlakukan Wetboek van Koophandel yang diadaptasi dari Code de Commerce.
Meski telah dipublikasikan sejak 1847, penerapan Wetboek van Koophandel baru
berlangsung sejak 1 Mei 1848. Lalu Belanda menjajah Indonesia dan turut mempengaruhi
perkembangan hukum dagang di Indonesia. Akhirnya lahirlah Kitab Undang-undang Hukum
Dagang (KUHD) yang diadaptasi dari Wetboek van Kopphandel yang kemudian menjadi
salah satu sumber dari hukum dagang Indonesia.
Hukum dagang di Indonesia tidak tercipta begitu saja, melainkan berdasarkan pada
sumber. Terdapat tiga jenis sumber yang menjadi rujukan dari hukum dagang, yakni hukum
tertulis yang sudah dikodifikasikan, hukum tertulis yang belum dikodifikasikan dan hukum
kebiasaan.Pada hukum tertulis yang sudah dikodifikasikan, hal yang menjadi acuan adalah
KUHD yang mempunyai 2 kitab dan 23 bab. Dalam KUHD dibahas tentang dagang
umumnya sebanyak 10 bab serta hak-hak dan kewajiban sebanyak 13 bab. Selain KUHD,
sumber lainnya adalah Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUHPerdata) atau juga
dikenal dengan istilah Burgerlijk Wetboek (BW). Salah satu bab pada BW membahas tentang
perikatan.Pada hukum tertulis yang belum dikodifikasikan, ada 4 Undang-undang yang
menjadi acuan. Keempat UU itu adalah Undang-undang Nomor 40 tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas, Undang-undang Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal, Undang-
undang Nomor 32 tahun 1997 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi dan Undang-undang
Nompr 8 tahun 1997 tentang dokumen perusahaan.Adapun pada hukum kebiasaan, hal yang
menjadi sumber adalah Pasal 1339 KUH Perdata dan Pasal 1347 KUH Perdata.
Hukum dagang adalah ilmu yang mengatur hubungan antara suatu pihak dengan
pihak lain yang berkaitan dengan urusan-urusan dagang. Definisi lain menyatakan bahwa
hukum dagang merupakan serangkaian norma yang timbul khusus dalam dunia usaha atau
kegiatan perusahaan.Hukum dagang masuk dalam kategori hukum perdata, tepatnya hukum
perikatan. Alasannya karena hukum dagang berkaitan dengan tindakan manusia dalam urusan
dagang. Oleh karena itu hukum dagang tidak masuk dalam hukum kebendaan. Kemudian
hukum dagang juga berkaitan dengan hak dan kewajiban antarpihak yang bersangkutan
dalam urusan dagang. Hukum perikatan mengatur hal ini. Itulah sebabnya hukum dagang
dikategorikan ke dalam hukum perikatan. Hukum perikatan adalah hukum yang secara
spesifik mengatur perikatan-perikatan dalam urusan dagang.1

1
BAB 2
PEMBIAYAAN PERUSAHAAN

2.1. PERJANJIAN KREDIT


MENGENAL PERJANJIAN KREDIT
Menurut Pasal 1 (11) UU No.10 / 1998 tentang Perubahan Atas UU No. 7/1992
tentang Perbankan (UU Perbankan) sebagai berikut:Kredit untuk penyediaan uang atau
tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau persetujuan
pinjam meminjam dari bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk
melunasi setelah jangka waktu tertentu dengan penyedia bunga. Kemudian yang disetujui
dengan Perjanjian Kredit adalah perjanjian pemberian kredit antara pemberi kredit dan
penerima kredit . setiap kredit yang telah disetujui dan disetujui antara pemberi kredit dan
penerima kredit wajib dituangkan dalam bentuk persetujuan kredit. Pasal 1313 Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPer) mengajukan perjanjian tentang mana melakukan
dengan mana satu orang atau lebih mengikatkannya terhadap satu orang lain atau lebih.
Dari perjanjian tersebut timbullah suatu hubungan hukum antara dua pihak pem-
buatnya yang dinamakan perikatan. Hubungan hukum adalah hubungan yang memunculkan
hukum yang diajukan oleh hukum atau undang-undang. Jika salah satu pihak tidak memenuhi
hak dan kewajiban sukarela maka salah satu pihak dapat meminta melalui
pengadilan.Sedangkan perikatan adalah suatu hubungan hukum antara dua orang atau dua
pihak: pihak yang satu berhak atas sesuatu dari pihak yang lain dan pihak yang berkewajiban
untuk memenuhi kebutuhan itu. Pihak yang meminta sesuatu disebut kreditor. Sementara
pihak yang berkewajiban memenuhi persyaratan disebut debitor.Sebetulnya, istilah perjanjian
kredit tidak dikenal di dalam UU Perbankan. Namun, jika ditelaah lebih lanjut tentang
persetujuan kredit dalam UU Perbankan, tentukan kata-kata persetujuan atau persetujuan
pinjam-pinjam.
Kata-kata tersebut menyatakan Hubungan Kredit adalah hubungan kontraktual
(hubungan yang berdasar pada perjanjian) yang membentuk pinjaman. Perjanjian kredit itu
sendiri yang disetujui pada perjanjian pinjam-meminjam. Di sisi lain, persetujuan kredit
berakar dari perjanjian pinjam-pinjaman tetapi berbeda dengan perjanjian pinjam-meminjan
seperti disepakati dalam KUHPer. Pasal 1754 KUHPer Perjanjian pinjam-beli adalah
perjanjian dengan pihak mana yang memberikan jumlah pihak pada barang-barang yang
melebihi kebutuhan, dengan ketentuan yang terkait ini akan memperbaharui dana yang sama
dan juga yang sama pula.
12. SYARAT SAH PERJANJIAN KREDIT
Karena perjanjian kredit elemen pembentuknya adalah perjanjian pada umumnya,
oleh karenannya persyaratan perjanjian tersebut sama dengan persyaratan perjanjian Pasal
1320 KUHPer yang menentukan 4 persyaratan sah berdasarkan perjanjian, yaitu:
Unsur Subjektif
 Sepakat
Dalam kontrak adalah PERASAAN RELA ATAU IKHLAS di antara
pihak yang terlibat dalam perjanjian tersebut. Selanjutnya setuju dinyatakan
tidak ada bila ada suatu persetujuan, kesalahan, paksaan, dan disetujui
keadaan.
 Kecakapan
Berarti orang yang terlibat dalam perjanjian tersebut adalah orang yang
oleh hukum dapat mempertimbangkan subjek hukum, yang tidak cakap oleh
hukum adalah orang yang belum dewasa, orang yang ditempatkan dalam
pengawasan / pengampuan, orang yang sakit kejiwaannya.
Unsur Objektif
 Suatu hal tertentu
Terkait dengan membuat perjanjian, apa yang diperjanjikan harus jelas
dan hak para pihak dapat ditentukan.
 Suatu sebab yang halal
Berarti setuju ini tidak boleh bertentangan dengan Undang-Undang,
Undang-undang lain, ketertiban umum, dan kesusilaan.
Pelanggaran terhadap Unsur Subjektif yang dimaksud dengan persetujuan ini dapat diajukan
untuk diberikan melalui Upaya hukum dengan cara mengajukan gugatan kepada Pengadilan
Negeri. Pelanggaran Terhadap Unsur Objektif artinya Perjanjian batal dengan sendirinya
(batal demi hukum).
 JENIS JENIS KREDIT
Kredit yang ditinjau dari segi tujuan penggunaannya dapat berupa:
- Kredit Konsumtif, yaitu kredit yang diberikan kepada orang-perorangan untuk
memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat;
- Kredit Produktif, yaitu kredit yang diberikan kepada usaha-usaha yang
menghasilkan barang dan jasa yang diperoleh dari usahanya.
Sementara ditinjau dari jangka waktu dapat terdiri:
 Kredit Jangka Pendek;
 Kredit Jangka Menengah
 Kredit Jangka Panjang.
 PIHAK PIHAK DALAM PERJANJIAN KREDIT
Pihak-pihak dalam perjanjian kredit antara lain:
- Pemberi Kredit atau kreditur adalah bank atau lembaga lain selain bank selain
perusahaan leasing;
- Penerima Kredit atau debitur, yaitu pihak yang bertindak sebagai subyek hukum.
 FUNGSI PERJANJIAN KREDIT
Fungsi perjanjian kredit, yaitu:
1. Sebagai perjanjian pokok, artinya perjanjian kredit merupakan sesuatu yang
menentukan batal atau tidak batalnya perjanjian lain yang mengikutinya, misalnya
perjanjian pengikatan penjaminan;
2. Sebagai alat bukti tentang batasan-batasan hak dan kewajiban di antara kreditur
dan debitur;
3. Sebagai alat untuk melakukan pemantauan kredit.
 BENTUK PERJANJIAN KREDIT
Perjanjian kredit ada 2 bentuk, yaitu:
1. Perjanjian kredit yang dibuat di bawah tangan dinamakan akta di bawah tangan
mengenai persetujuan kredit oleh bank kepada para kreditnya yang hanya dibuat di antara
mereka (kreditur dan debitur) tanpa notaris;
2. Perjanjian kredit yang dibuat oleh dan dihadapan notaris yang dinamakan akta
verifikasi atau akta notariil.
 KREDIT KOMPOSISI PERJANJIAN
Terdiri dari 4 bagian, yaitu:
1.Judul.
2. Komparisi, yaitu bagian dari suatu akta yang memuat pernyataan tentang orang /
pihak yang melakukan pengambilan tindakan hukum.
3. Isi, yaitu bagian dari perjanjian kredit yang hal-hal yang diperjanjikan para pihak
termasuk pula oleh Debitor oleh Jaminan;
4. Penutup.
 AKIBAT PERJANJIAN KREDIT
Akibat hukum dari lahirnya suatu perjanjian kredit tidak berubah dengan hukum
terhadap lahirnya suatu perjanjian pada umumnya. Hal umum yang menimbulkan perikatan
dalam bentuk hak dan kewajiban. Hak dan kewajiban ini tidak lain adalah hubungan timbal
balik dari para pihak pada perjanjian tersebut. Dengan kata lain mengenai hukum dari
perjanjian Kredit tersebut adalah hal yang mengikat dan disetujui terhadap perjanjian kredit
tersebut.
 KLAUSUL KLAUSUL PERJANJIAN KREDIT YANG MEMBERATKAN
NASABAH DEBITOR
Beberapa klausul-klausul dalam perjanjian kredit yang memberatkan Nasabah Debitur antara
lain:
 Kewajiban bank untuk mengambil-waktu tanpa alasan apapun dan tanpa
pemberitahuan sebelumnya;
 Bank senang menentukan harga jual barang agunan dalam hal penjualan barang
agunan karena kredit kemenangan debitur macet;
 Kewajiban kredit debitur untuk persetujuan petunjuk dan peraturan bank yang harus
ada dan yang masih akan diatur kemudian oleh bank:
 Kuasa pendapatan debitur yang tidak dapat dicabut kembali ke bank untuk dapat
melakukan semua yang harus dilakukan oleh bank;
 Pencantuman klausul-klausul eksemsi yang membebaskan bank dari penggantian
ganti rugi oleh kredit debitur atas penggantian kerugian yang diderita olehnya sebagai
konsekuensi tindakan bank;
 Pencantuman klausul eksemsi tentang tidak adanya hak debitur untuk dapat disetujui
atas pembebanan bank terhadap rekeningnya.
 BERAKHIRNYA PERJANJIAN KREDIT
Tentang hapusnya atau setujui perjanjian kredit pada ketentuan dalam Pasal 1381
KUHPer tentang hapusnya perikatan. Pada saat praktik menghapusnya atau menyetujui
perjanjian kredit lebih banyak daripada:
 Pembayaran;
 Subrogasi;
adalah pembayaran hak kreditur kepada pihak ketiga yang membayar kepada kreditur. hal ini
dapat terjadi karena perjanjian atau undang-undang.
 Pembaruan Utang atau Novasi;
 Perjumpaan Utang atau Kompensasi.

 GROSSE AKTE PENGAKUAN UTANG


Grosse akta ucapan terima kasih atas persetujuan atau kutipan (minoritas) dari minuta akta
(naskah asli) yang di atas (di atas judul akta) sebagai Grosse Pertama, dengan menyebutkan
nama orang, yang atas permintaannya grosse yang diberikan dan tanggal pemberiannya.
2.2. LEASING
Leasing disebut juga dengan “lease” yang artinya sewa menyewa. Pranata hukum
sewa menyewa yang dikembangkan sebagai ilmu pengetahuan telah terekam dalam sejarah,
yaitu kurang lebih 4500 tahun SM, yakni sewa menyewa yang dipraktekkan oleh orang-orang
sumeria. (Sri Suyatmi, 1992 : 11). Leasing pertama kali berkembang di AS dan kemudian
menyebar ke Eropa bahkan seluruh dunia, tak terkecuali Indonesia. Di Amerika Serikat,
leasing dalam arti modern pertama kali diperkenalkan yaitu leasing yang berobjek kereta api.
Perkembangan pranata hukum leasing ini cukup pesat di Amerika Serikat. Selama dasawarsa
1980-an, volume leasing bertambah rata-rata 15% setiap tahun.Eksistensi pranata hukum
leasing di Indonesia baru terjadi di awal dasawarsa 1970-an, kelahirannya didasarkan pada
suratkeputusan bersama (SKB) tiga menteri, yaitu Menteri Keuangan, Menteri Perindustrian,
dan Menteri Perdagangan. Adapun peraturan yang merupakan tonggak sejarah perkembangan
hukum leasing di Indonesia antara lain:
1. SKB MenKeu, Menteri Perindustrian dan MenDag RI No. KEP-122/ MK/IV/2/1974,
No. 32/M/SK/2/1974, No. 30/Kpb/I/1974 Tertanggal 7 februari 1974 tentang
perizinan usaha leasing.
2. SK MenKeu RI No. KEP. 649/MK/IV/5/1974 tentang usaha perizinan usaha leasing.
3. SK MenKeu RI No. KEP 650/MK/IV/5/1974 tentang penegasan ketentuan pajak
penjualan dan besarnya bea materai terhadap usaha leasing.
4. Pengumuman DirJen Moneter No. Peng-307/DJM/III.1/7/1974, tanggal 8 juli 1974
tentang pedoman pelaksanaan peraturan leasing.
Istilah leasing sebenarnya berasal dari kata “lease” yang berarti sewa
menyewa. Tetapi terdapat banyak definisi mengenai leasing ini, di antaranya:
Pemerintah Republik Indonesia melaluiSKB Menteri Keuangan, Menteri
Perindustrian dan MenteriPerdagangan Republik Indonesia, mendefenisikan leasing
sebagai berikut : “kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal baik
secara sewa guna usaha dengan hak opsi (Finance Lease) maupun sewa guna usaha
tanpa hak opsi (Operating Lease) untuk digunakan oleh Penyewa Guna Usaha
(lessee) selama/jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara
berkala.Definisi ini tampaknya hanya menampung satu jenis sewa guna usaha
yanglazim disebut finance lease atau sewa guna usaha pembiyaan, diartikan
sebagaisuatu kegiatan pembiayaan dalam penyediaan barang-barang modal atau
aktivayang disusutkan lainnya (depreciable assets) dan tidak selalu berakhir dengan
pemilikan barang oleh si penyewa (hak pilih/opsi) dan adanya pembayaran
secaraberkala.

2.3. FACTORING
Pengertian Anjak Piutang atau Factoring juga dijumpai dalam referensi formal isi
kamus Bank Indonesia, merupakan hukum kegiatan pembiayaan dalam bentuk pembelian
dan/atau pengalihan serta pengurusan piutang atau tagihan jangka pendek atau perusahaan
atas transaksi perdagangan dalam atau luar negeri, sedangkan perusahaan yang melakukan
Anjak Piutang disebut penganjak-piutang (Factoring) dan pengertian penganjak-piutang yaitu
adalah pihak yang kegiatannya membeli piutang pihak lain dengan menanggung resiko tak
terbayar utang (Factor). Dari definisi di atas dapat disebutkan bahwa anjak piutang adalah
suatu teknik pendanaan jangka pendek dengan memanfaatkaan piutang yang dimiliki oleh
suatu perusahaan. Perusahaan yang bersangkutan menjual atau menyerahkan hak atas
piutangnya kepada perusahaan kepada perusahaan anjak piutang. Kemudian perusahaan anjak
piutang menyerahkan uang kepada perusahaan tersebut sebesar persentase tertentu dari
jumlah nilai piutang. Sebagai imbalan, perusahaan anjak piutang membebankan biaya
administrasi dan bunga pada perusahaan tersebut. Gatot Wardoyo, dalam makalahnya
berjudul “Beberapa aspek mengenai Factoring (Anjak Piutang)” mengemukakan bahwa
Anjak Piutang mengandung dua aspek hukum yang penting, yaitu : Transaksi penjualan
tagihan, meskipun tagihan yang dijual dan dilakukan oleh Clien kepada factor belum dilunasi,
akan tetapi pengalihan tersebut diberitahukan kepada customer dan diminta kepadanya untuk
membayar kepada factor. Pembayaran dimuka yang dilakukan oleh factor kepada Clien
dianggap sebagai pinjaman, sedangkan tagihan yang diterima oleh Factoring dari Clien
diberlakukan sebagai jaminan. Anjak piutang bagi perusahaan yang memproduksi barang dan
jasa akan memberi manfaat dalam melancarkan usaha terutama dalam hal:Membantu
administrasi penjualan dan penagihan (sales ladgering and collection service), Membantu
beban resiko (credit insurance), Memperbaiki sistem penagihan, Membantu memperlancar
modal kerja, Meningkatkan kepercayaan, Kesempatan untuk megembangkan usaha.
Dasar Hukum
Aturan hukum yang ada di indonesia mengenai hal ini hanyalah diketemukan didalam
keputusan presiden republik indonesia nomor 61 tahun 1988 tanggal 20 desember 1988
lembaran negara republik indonesia nomor 93 tahun 1988 jis. Surat keputusan menteri
keuangan nomor: 448/KMK. 06/2002, jis. Surat keputusan menteri keuangan nomor:
172/KMK. 06/2002 mengtur mengenai perusahaan pembiayaan, sehingga aturan anjak
piutang hanyalah ditemukan sebagai salah satu hukum administrasi yang mengatur
keberadaan kegiatan kegiatan perusahaan pembiayaan. Dengan demikian terlihat pengaturan
hukum dibidang lembaga anjak piutang itu terlihat masih sangat sederhana dan belum
lengkap. Pengertian yang ada mengenai anjak piutang atau factoring masih dalam bentuk
keputusan menteri keuangan nomor 1251/ KMK. 013/ 1988 jis nomor. 448/KMK. 017/ 2000
tanggal 27 oktober 2000 pada pasal 1 hruf E adalah “kegiatan pembiayaan dalam bentuk
pembelian dan/ atau pengalihan serta kepengurusan piutang atau tagihan jangka pendek suatu
perusahaan dari transaksi perdagangan dalam atau luara negri”. Selanjutnya pengertian anjak
piutang dipertegas dengan ketentuan surat keputusan menetri keuangan nomor 172/ KMK.
06/ 2002. yang menyatakan kegiatan anjak piutang dilakukan dalam bentuk: Pembelian dan/
atau pengalihan; serta Pengurusan atas piutang atau tagihan jangka pendek dari transaksi
perdagangan dalam atau luar negri. Ketentuan tersebut ditujukan kepada lembaga
pembiayaan yang boleh menggunakan usaha anjak piutang ini berdasarkan kepuusan presiden
nomor. 61 tahun 1998 tanggal 20 desember 1998 pada pasal 3 ayat 1 yaitu jenis kegiatan dan
pembiayaan ini dapat dilakukan oleh pembiayaan, lembaga keuangan bank dan bukan bank.
Jenis-jenis Anjak Piutang (Factoring) :
Full service factoring
Yaitu bentuk perlayanan yang diberikan atau disediakan oleh perusahaan anjak
piutang yang meliputi semua jenis jasa anjak piutang, baik dalam bentuk jasa pembiayaan
maupun jasa non pembiayan.
Recourse factoring
Yaitu bentuk perlayanan yang diberikan yang meliputi hampir semua jasa-jasa bank
anjak piutang kecuali proteksi terhadap resiko tidak dibayarnya tagihan.
Bull factoring
Yaitu bentuk bentuk perlayanan clien hanya memerlukan jasa pembiayaan atau
pemberitahuan jatuh tempo pada nasabah atau costumer sedangkan jasa- jasa seperti proteksi
kredit, seles ledger administration, dan penagihan tidak diperlukan.
Matury factoring
Yaitu bentuk perlayanan dimana yang dibutuhkan klien adalah jaminan perlindungan
kredit yang meliputi pengurusan penuh atas penjualan, penagihan dari pelanggan, dan
proteksi atas piutang.
Agenci factoring
Bentuk factoring ini sering dikaitkan dengan bull factoring yaitu penyerangan
keseluruhan penjualan anjak piutang klien kepada perusahaan factoring atas dasar nitifikasi,
tetapi tidak bertanggung jawab atas kepengurusan atas kepenagihan piutang tersebut.
Invoice discouting
Klien dalam hal ini hanya membutuhkan jasa pembiayaan perusahaan anjak piutang
sedangkan jasa non-pembiayaan ditangani sendiri oleh klien.
Undisclosed factoring
Biasanya berkaitan dengan suatu perjanjian penjualan piutang dimana perusahaan
factoring memberikan proteksi terjadinya kemacetan pelunasan piutang sampai dengan
persentase tertentu (biasanya 80%) dari jumlah factur yang disetujui yaitu dengan without
recourse sebagai resiko kredit. Perkembangan anjak piutang di Indonesia, Pada dasarnya
kegiatan usaha anjak piutang merupakan bidang usaha yang relatif baru di
Indonesia.eksistensinya dimulai sejak adanya paket kebijaksanaan 20 desember 1988 atau
pakdes 20,1988 sesuai dengan keppres No. 61 tahun 1988 dan keputusan menteri keuangaan
No. 1251/KMK.013/1988 tanggal 20 desmber 1988 dimana jumlah modal disetor atau
simpanan pokok dan wajib ditetapkan sebagai berikut:
- Perusahaan swasta nasional sebesar Rp 2 miliar.
- Perusahaan patungan Indonesia –asing sebesar Rp 8 miliar.
- Koperasi sebesar Rp 2 miliar.
- Mekanisme Anjak Piutang (Factoring)
Dalam kegiatan anjak piutang terdapat 3 pelaku utama yang terlibat antara lain:
Perusahaan anjak piutang atau factor adalah perusahaan atau pihak yang menawarkan jasa
anjak piutang. Klien atau suplier adalah pihak yang mengunakan jasa perusahaan anjak
piutang. Nasabah atau costumer atau debitur adalah pihak yang mengadakan transaksi
dengan klien.
Mekanisme anjak piutang ada 2, yaitu: Tanpa factor atau tradisional piutang tersebut.
Dengan jasa non pembiayaan atau non financing servises. Penyediaan jasa non pembiayaan
merupakan jasa untuk melayani kepentingan kredit klien atau supllier. Produk jasa non
pembiayaan yang ditawarkan oleh perusahaan anjak piutang antara lain: Investasi kredit
(credit investigation). Sales ledger administration atau salae accounting. Pengawasan kredit
dan penagihannya. Perlindungan terhadap resiko kredit. Kegiatan utama perusahaan anjak
piutang adalah mengambil alih pengurusan piutang atau perusahaan dengan suatu tanggung
jawab tertentu, tergantung kesepakatan dengan pihak kreditur (pihak yang punya piutang).
Dalam praktiknya keuntungan yang diperoleh dari biaya- biaya yang dibebankan kepada
para nasabahnya terdiri dari;
Jasa penagihan (servis darge)
Yaitu biaya yang dibebankan oeh perusahaan anjak piuang kepada kliennya, yang
dikenal dengan isilah fee dan besarnya di hitung kepada presentase tertentu. Kemudian
besarnya fee yang diberikn tergantung dari kesepakatan kedua belah pihak dengan berbagai
pertimbangan seperti tingkat kesulitan atau jumlah piutang yang ditagihkan.
Biaya administrasi
Yaitu biaya yang diterima oleh perusahaan anjak piutang setelah melakukan
pengelolahan perusahaan kreditur oleh klien dan besarnya pun tergantung dari kesepakatan
yang dibuat bersama.

2.4. MODAL VENTURA


Modal Ventura adalah suatu investasi yang bentuknya pembiayaan berupa penyertaan
modal (baca: pengertian modal) ke dalam suatu perusahaan swasta sebagai rekan/ pasangan
usaha (investee company) dalam jangka waktu tertentu. Biasanya investasi modal ventura ini
diberikan dalam bentuk uang tunai yang kemudian ditukarkan dengan sejumlah saham pada
perusahaan pasangan usaha. Pada umumnya modal ventura termasuk investasi dengan risiko
tinggi, namun juga merupakan investasi dengan imbal yang tinggi. Dana investasi dari
investor dikelola oleh dana ventura dimana para investor tersebut sudah mengetahui bahwa
perusahaan yang dibiayai memiliki risiko tinggi dan tidak memenuhi syarat standar
perusahaan terbuka untuk mendapatkan modal pinjaman dari perbankan. Sebagian besar dana
ventura tersebut berasal dari investor yang sudah mapan, bank investasi, dan institusi
keuangan yang melakukan pengumpulan dana untuk tujuan investasi tersebut. Penyertaan
modal ventura umumnya diberikan kepada perusahaan-perusahaan startup (perusahaan
rintisan).
 Dasar Hukum Modal Ventura
Saat ini, modal ventura termasuk suatu lembaga pembiayaan yang masih relatif baru.
Modal ventura dijelaskan dalam KEPPRES No. 61 Tahun 1998 tentang Lembaga
Pembiayaan, dan juga KEPMENKEU No. 1251/ KMK.013/ 1998 tentang Ketentuan dan Tata
Cara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan.Dua peraturan tersebut (KEPPRES dan
KEPMENKEU) merupakan awal sejarah dasar hukum modal ventura di Indonesia. Selain
kedua peraturan di atas, modal ventura juga dijelaskan dalam berbagai peraturan perundang-
undangan, baik yang bersifat perdata maupun yang bersifat publik.
1. Hukum Perdata
Dalam aktivitas bisnis, yang dimaksud dengan modal ventura adalah perusahaan
modal ventura (venture capital company) dan perusahaan pasangan usaha (investee
company). Dalam hukum perdata, terdapat 2 sumber hukum sebagai dasar bisnis modal
ventura, yaitu:
 Asas Kebebasan Berkontrak
Hubungan hukum pada modal ventura selalu dibuat dalam kontrak tertulis
sebagai dokumen hukum yang menjadi dasar kepastian hukum (legal certainty). Kontrak
modal ventura merupakan dokumen hukum utama (main legal document) yang dibuat
dan berfungsi secara sah bagi perusahaan modal ventura dan perusahaan pasangan usaha
dengan memenuhi syarat-syarat sebagaimana yang ditetapkan dalam Pasal 1320 KUH
Perdata.Karena hukum kontrak dibuat secara sah, maka kontrak tersebut berlaku sebagai
UU bagi perusahaan modal ventura dan pihak perusahaan pasangan usaha (Pasal 1338
ayat (1) KUH Perdata).
2. Undang-Undang Hukum Perdata
Dasar hukum modal ventura berupa undang-undang di bidang hukum perdata adalah
KUH Perdata, UU Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, UU Nomor 25 Tahun
1992 tentang Perkoperasian, dan UU Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.
 Hukum Publik
Sebagai bisnis jasa pembiayaan, modal ventura sangat erat hubungannya dengan
kepentingan publik, khususnya yang sifatnya administratif. Itu sebabnya UU yang sifatnya
publik diberlakukan pada bisnis modal ventura. Perundang-undangan tersebut diantaranya;
UU, peraturan pemerintah, KEPPRES, dan keputusan menteri.
1. UU Bidang Hukum Publik
Dasar hukum utama modal ventura yaitu:
 UU No. 5 tahun 1960 tentang Ketentuan Pokok Agraria dan peraturan
pelaksanaannya
 UU No. 3 tahun 1983 tentang Wajib Daftar Perusahaan dan peraturan
pelaksanaannya
 UU No. 12 tahun 1985
 UU No. 7 tahun 1991
 UU No. 8 tahun 1991 dan peraturan pelaksanaannya.
2. Peraturan tentang Lembaga Pembiayaan
Peraturan tentang lembaga pembiayaan yang mengatur usaha modal ventura yaitu:
 Peraturan Pemerintah No. 18 tahun 1973 tentang Pendirian PT. Bahana Pembinaan
Usaha Indonesia (selaku perusahaan modal ventura pertama di Indonesia
 KEPPRES No. 61 tahun 1988 tentang Lembaga Pembiayaan (telah diubah menjadi
Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan)
 KEPKEMENKEU No. 1251/KMK.013/1988 tentang Ketetentuan dan Tata Cara
Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan, diubah dan disempurnakan dengan Keputusan
Menteri Keuangan Nomor 468 Tahun 1995.

 Karakteristik Modal Ventura


Berikut ini adalah ciri-ciri modal ventura pada umumnya:

 Pembiayaan Modal Ventura adalah EquityBentuk pembiayaan yang dilakukan oleh


perusahaan modal ventura adalah dengan penyertaan modal langsung pada
perusahaan pasangan usaha.
 Modal Ventura Merupakan Investai Jangka PanjangPerusahaan modal ventura tidak
mengharapkan perolehan keuntungan dengan memperdagangkan sahamnya dalam
jangka pendek, namun mengharapkan capital gain setelah jangka waktu tertentu.
 Modal Ventura Merupakan Pembiayaan yang Sifatnya Risk CapitalModal ventura
beresiko tinggi karena pembiayaannya tidak disertai dengan jaminan seperti halnya
dengan kredit perbankan. Namun, risiko tinggi tersebut diimbangi dengan harapan
mendapatkan return yang lebih besar.
 Modal Ventura Sifatnya SementaraMeskipun pembiayaan modal ventura berupa
penyertaan saham, namun ada prinsipnya tetap bersifat sementara yaitu misalnya
ketentuan jangka waktu penyertaan modal ventura di Indonesia maksimun 10 tahun
 Keuntungan Berupa Capital Gain dan DevidenKeuntungan yang diharapakan
diperoleh perusahaan modal ventura terutama capital gain atau apresiasi nilai saham
di samping deviden.
 Rate Of Return yang tinggiBidang usaha yang umunya dibiayai oleh modal ventura
adalah yang bersifat terobosan-terobosan baru yang menjanjikan keuntungan yang
tinggi.

 Tujuan Modal Ventura


PT. Bahana Pembinaan Usaha Indonesia merupakan perusahaan modal
ventura yang pertamakali di Indonesia. Berikut ini adalah beberapa tujuan modal
ventura tersebut:

 Menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan UMKM (baca: pengertian


UMKM) dengan mengupayakan bantuan secara finansial tanpa mengabaikan
kaidah perusahaan yang sehat.
 Membantu meningkatkan angka pertumbuhan UKM dengan mengupayakan
modal saham, dan memberikan jaminan jangka panjang dan menengah, serta
membantu usaha kecil dalam peningkatkan keahlian dan manajemen.
 Membantu menciptakan situasu bisnis yang sehat bagi UKM agar dapat
bertumbuh menjadi usaha yang dapat diandalkan.
 Kemitraan dalam rangka pengentasan kemiskinan, dengan tujuan untuk membantu
para pengusaha yang kekurangan modal dan tidak punya jaminan materiil,
sehingga sulit memperoleh pinjaman dari bank. Dengan adanya penyertaan modal
dari modal ventura dapat membantu menghadapi kesulitan keuanganannya.
 Membantu perusahaan yang sedang kekurangan likuiditas.
 Membantu mendirikan perusahaan baru, dimana tingkat risiko kerugiannya sangat
besar.

 Manfaat Modal Ventura


Berikut ini adalah beberapa manfaat modal ventura:
 Peningkatan Kegiatan UsahaBiasanya perusahaan pasangan adalah usaha kecil yang
butuh dana untuk meningkatkan usaha. Pembiayaan dari modal ventura dapat
membantu peningkatan kegiatan usaha.
 Meningkatkan Potensi UsahaIndividu maupun kelompok yang berhasil menciptakan
sesuatu yang baru umumnya membutuhkan dukungan dana. Modal ventura dalam hal
ini berperan sebagai rekan usaha yang dapat membantu pengembangan produk atau
bisnis menjadi lebih besar.
 Pemasaran Produk Lebih EfisienProses pemasaran pada usaha rintisan umumnya
tidak efisien karena jumlah produksinya masih kecil. Dengan adanya bantuan dana
dari modal ventura, maka perusahaan pasangan usaha dapat meningkatkan efisiensi
pemasaran produk.
 Mendapat Kepercayaan dari BankUmumnya perusahaan rintisan sulit mendapatkan
pendanaan dari bank karna manajemennya yang masih belum efektif. Dengan
masuknya dana dari modal ventura, maka hal ini akan meningkatkan kepercayaan
bank kepada perusahaan rintisan dalam pemberian modal usaha.
 Tingkat Likuiditas MembaikPerusahaan rintisan yang mendapat dana dari modal
ventura tidak harus membyar beban bunga dan angsuran hutang. Dengan begitu, maka
penambahan modal penyertaan langsung akan meningkatkan likuiditas perusahaan.
rintisan tersebut.
 Rentabilitas Semakin BaikBantuan dana dan manajemen yang berisi tenaga
profesional dan berpengalaman akan membuat usaha rintisan semakin efektif dan
efisien. Dengan begitu, maka biaya pemasaran dan biaya produksi dapat diminimalisir
dan akhirnya membantu memperbaiki kemampuan untuk mendapatkan keuntungan
(rentabilitas).

 Jenis Pembiayaan Modal Ventura


Berikut ini adalah beberapa jenis pembiayaan modal ventura:

 Eguity FinancingIni merupakan jenis pembiayaan langsung yang dilakukan


perusahaan modal ventura dengan melakukan penyertaan dana secara
langsung kepada perusahaan pasangan usaha dan mengambil bagian dari
jumlah sahammilik perusahaan pasangan usaha.
 Semi Equity FinancialIni adalah jenis pembiayaan dengan cara membeli
obligasi konversi yang diterbitkan oleh perusahaan pasangan usaha.
 Mendirikan Usaha BaruPerusahaan modal ventura bekerjasama dengan
perusahaan pasangan dalam mendirikan sebuah usaha yang benar-benar baru.
 Bagi HasilIni adalah jenis pembiayaan kepada usaha kecil yang belum punya
badan hukum atau yang telah berbadan hukum, dimana kedua belah pihak
mendapatkan porsi dari keuntungan yang dihasilkan usaha tersebut.

2.5. INVESTASI2
Secara etimologi kata investasi berasal dari kata invest yang berarti menanam
atau menginvestasikan uang atau modal. Dengan kata lain investasi adalah
penanaman modal. Secara langsung, dapat dikatakan bahwa investasi adalah
memberikan uang kepada sebuah usaha baik itu jasa atau produksi yang akan kembali
bila usaha tersebut maju dan tidak akan kembali bila usaha tersebut hancur. Istilah
investasi sangat populer dalam dunia bisnis dan sangat sering digunakan, walaupun
dalam undang undang, digunakan istilah penanaman modal.Investasi memiliki
pengertian yang luas daripada penanaman modal dikarenakan investasi dapat
dilakukan secara langsung dan tidak langsung sedangkan secara konotasi, penanaman
modal berkonotasi secara langsung.
Secara umum, pengertian investasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan baik
oleh orang pribadi ataupun badan hukum dalam upaya untuk meningkatkan dan atau
mempertahankan nilai modalnya, baik yang berbentuk uang (cash money), peralatan
(equipment), aset tidak bergerak, hak atas kekayaan intelektual (HAKI), maupun
keahlian (skills). Berdasarkan Undang Undang Pasal 1 Ayat 1 No. 25/2007 tentang
penanaman modal disebutkan bahwa penanaman modal adalah segala bentuk
penanaman modal baik oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal
asing untuk melakukan usaha di wilayah negara republik Indonesia.Kemudian,
setelah mengkaji pengertian investasi mari simak jenis atau bentuk investasi.
Berdasarkan teori ekonomi, investasi berarti pembelian (dan produksi) dari
modal barang yang tidak dikonsumsi tetapi digunakan untuk produksi yang akan
datang (barang produksi). Contohnya membangun rel kereta api atau pabrik. Investasi
adalah suatu komponen dari PDB dengan rumus PDB = C + I + G + (X-M). Fungsi
investasi pada aspek tersebut dibagi pada investasi non-residential (seperti pabrik dan
mesin) dan investasi residential (rumah baru). Investasi adalah suatu fungsi
pendapatan dan tingkat bunga, dilihat dengan kaitannya I= (Y,i). Suatu pertambahan
pada pendapatan akan mendorong investasi yang lebih besar, di mana tingkat bunga
yang lebih tinggi akan menurunkan minat untuk investasi sebagaimana hal tersebut
akan lebih mahal dibandingkan dengan meminjam uang. Walaupun jika suatu
perusahaan lain memilih untuk menggunakan dananya sendiri untuk investasi, tingkat
bunga menunjukkan suatu biaya kesempatan dari investasi dana tersebut daripada
meminjamkan untuk mendapatkan bunga.

PRODUK
Beberapa produk investasi dikenal sebagai efek atau surat berharga. Definisi efek
adalah suatu instrumen bentuk kepemilikan yang dapat dipindah tangankan dalam bentuk
surat berharga, saham/obligasi, bukti hutang (Promissory Notes), bunga atau partisipasi
dalam suatu perjanjian kolektif (Reksa dana), Hak untuk membeli suatu saham (Rights),
garansi untuk membeli saham pada masa mendatang atau instrumen yang dapat diperjual
belikan.
BENTUK
 Investasi tanah – diharapkan dengan bertambahnya populasi dan penggunaan tanah;
harga tanah akan meningkat pada masa depan.
 Investasi pendidikan – dengan bertambahnya pengetahuan dan keahlian, diharapkan
pencarian kerja dan pendapatan lebih besar.
 Investasi saham – diharapkan perusahaan mendapatkan keuntungan dari hasil kerja atau
penelitian.
 Investasi mata uang asing – diharapkan investor akan mendapatkan keuntungan dari
menguatnya nilai tukar mata uang asing terhadap mata uang lokal
RISIKO
Selain dapat menambah penghasilan seseorang, investasi juga membawa risiko
keuangan jika investasi tersebut gagal. Kegagalan investasi disebabkan oleh banyak hal,
diantaranya adalah faktor keamanan (baik dari bencana alam atau diakibatkan faktor
manusia), atau ketertiban hukum
JENIS ATAU BENTUK INVESTASI
Secara garis besar ada dua bentuk investasi yaitu langsung (direct investment) dan
tidak langsung (indirect investment) atau portofolio investment.Investasi langsung dapat
dilakukan dengan mendirikan perusahaan patungan (joint venture company) dengan mitra
lokal dengan melakukan kerja sama operasi (joint operation scheme) tanpa membentuk
perusahaan baru dengan mengkonversikan pinjaman menjadi penyertaan mayoritas dalam
perusahaan lokal dengan memberikan bantuan teknis dan manajerial dengan memberikan
lisensi dan lain lain.Investasi tidak langsung adalah investasi yang dilakukan pada kegiatan
tranksasi pasar modal dan di pasar uang (money exchange).
BAB 3
PEMBAHASAN

Ketika Wanprestasi Leasing Kendaraan Berujung ke MK3


Pemohon lebih banyak mengurai kasus konkrit. Pemohon diminta memperbaiki
sistematika permohonan agar menjadi jelas kerugian konsitusional dan pertentangan
normanya. Gara-gara kendaraannya ditarik perusahaan leasing, Aprilliani Dewi dan Suri
Agung Prabowo pun mempersoalkan masalah ini ke Mahkamah Konstitusi (MK) lewat uji
materi Pasal 15 ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) UU No. 42 Tahun 1999 tentang Jaminan
Fidusia (UUJF) terkait sertifikat jaminan fidusia yang memiliki kekuatan eksekutorial.
Artinya, jika debitur ingkar janji (wanprestasi), penerima fidusia punya hak menjual objek
jaminan dengan kekuasaannya sendiri (lelang). Dalam sidang perdana, Suri Agung
menyampaikan dalam kasus konkrit pihaknya telah mengalami tindakan pengambilan paksa
mobil Toyota Alphard V Model 2.4 A/T 2004 oleh PT Astra Sedaya Finance (PT ASF).
“Kami telah mengalami tindakan pengambilan paksa mobil Toyota Alphard V Model 2.4 A/T
2004 oleh PT ASF,” ujar Suri dalam persidangan yang dipimpin Hakim Konstitusi I Dewa
Gede Palguna, Selasa (12/3/2019).
Pasal 15 UU Jaminan Fidusia
1. Dalam Sertifikat Jaminan Fidusia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat
(1) dicantumkan kata-kata "DEMI KEADILAN BERDASARKAN
KETUHANAN YANG MAHA ESA",
2. Sertifikat Jaminan Fidusia sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) mempunyai
kekuatan eksekutorial yang sama dengan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap,
3. Apabila debitor cidera janji, Penerima Fidusia mempunyai hak untuk menjual
Benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia atas kekuasaannya sendiri.
Kasus ini bermula, Pemohon telah melakukan Perjanjian Pembiayaan
Multiguna atas penyediaan dana pembelian satu unit mobil tersebut. Sesuai perjanjian
yang telah disepakati, Aprilliani dan Suri berkewajiban membayar utang kepada PT
ASF senilai Rp 222.696.000 dengan cicilan selama 35 bulan terhitung sejak 18
November 2016. Selama 18 November 2016 hingga 18 Juli 2017, Pemohon telah
membayarkan angsuran tepat waktu. Namun, pada 10 November 2017, PT ASF
mengirim perwakilan untuk mengambil kendaraan mereka dengan dalil/alasan
wanprestasi. Atas perlakuan tersebut, Pemohon mengajukan surat pengaduan atas
tindakan yang dilakukan perwakilan PT ASF. Namun tidak ditanggapi hingga
mendapat beberapa perlakuan tidak menyenangkan. Menerima perlakuan tersebut,
keduanya berupaya mengambil langkah hukum dengan mengajukan gugatan perkara
ke Pengadilan Negeri Jakarta Selatan (PN Jaksel) pada 24 April 2018. Dasar
gugatannya, perbuatan melawan hukum dengan nomor registrasi perkara
345/PDT.G/2018/PN.jkt.Sel. Pengadilan pun mengabulkan gugatan Aprilliani dan
Suri dengan menyatakan PT ASF telah melakukan perbuatan melawan hukum.
Namun, PT ASF kembali melakukan penarikan paksa kendaraan Pemohon dengan
disaksikan pihak kepolisian. Atas perlakuan paksa tersebut, keduanya menilai PT ASF
telah berlindung di balik Pasal 15 UU Jaminan Fidusia yang diujikan dalam perkara a
quo. Padahal, kata Suri, putusan PN Jakarta Selatan tersebut lebih tinggi daripada UU
No. 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia. Dengan demikian, Suri pun berpendapat
tidak ada alasan paksa yuridis apapun bagi pihak PT ASF untuk melakukan tindakan
paksa termasuk atas dasar Pasal 15 ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) UU Jaminan
Fidusia.
“Sesuai hasil keputusan pengadilan itu, pihak PT ASF tidak bisa mengambil
mobil. Namun kenyataannya, tetap mengambil paksa. Jadi, akibat Pasal 15 ayat (1),
ayat (2), dan ayat (3) UU Jaminan Fidusia, kami merasa dirugikan hak
konstitusionalnya. Kita meminta kepada Mahkamah agar pasal itu bertentangan
dengan UUD 1945,” kata Suri. Baca Juga: Ini PR Besar Revisi UU Jaminan Fidusia
Menanggapi permohonan, Ketua Majelis Panel I Dewa Gede Palguna yang
didampingi Hakim Konstitusi Suhartoyo dan Enny Nurbaningsih sebagai anggota,
menganggap ada ketidakjelasan kerugian konstitusional yang disampaikan Pemohon.
Palguna menilai permohonan ini lebih banyak menjabarkan kasus konkrit yang
dialami para Pemohon. Karena itu, Palguna mengingatkan para Pemohon agar
memahami syarat tertentu atas hal-hal yang termasuk dalam kategori kerugian
konstitusonal. “Jadi, kenapa pasalnya bertentangan? Anda harus fokus pada pasal
yang diujikan itu dengan menguraikan kerugian konstitusional akibat berlakunya
pasal a quo dengan UUD 1945. Kenapa bertentangan?” kata Palguna. Anggota
Majelis Panel, Enny Nurbaningsih menyarankan para Pemohon melihat dan
mempelajari sistematika permohonan yang lazim di MK. Menurut Enny, permohonan
ini sulit dipahami, sehingga Mahkamah mengalami ketidakmengertian hal yang
dimaksudkan (diminta) Pemohon. "Perbaiki sistematika kelaziman mengajukan
permohonan di MK dan kedudukan hukum Pemohon. Jika tidak jelas, kita tidak akan
bisa masuk ke pokok permohonan. Jadi, hak konstitusional apa yang diberikan UU a
quo, kemudian terlanggar?” saran Enny.
BAB 4
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Dalam makalah ini dijelaskan mengenai sejarah hokum dagang, pembiayaan perusahaan,
perjanjian kredit, leasing, factoring, modal ventura dan investasi. Dari makalah ini kita
belajar bahwa menurut Pasal 1 (11) UU No.10 / 1998 tentang Perubahan Atas UU No. 7/1992
tentang Perbankan (UU Perbankan) sebagai berikut:Kredit untuk penyediaan uang atau
tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau persetujuan
pinjam meminjam dari bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk
melunasi setelah jangka waktu tertentu dengan penyedia bunga. Kita juga bias tahu bahwa
ada berbagai jenis kredit, dan juga tahu peraturan hokum dalam bidang investasi.
Saran
Dalam berpendidikan tinggi itu harus disertai dengan memiliki buku pegangan guna sumber
ilmu pengetahuan yang factual dan aktual, guna mengetahui peraturan hukum yang telah
dikodifikasi, juga bias mengenal masalah-masalah yang terjadi dalam praktiknya yang sering
terjadi dan bias mencari solusi bagaimana langkah yang harus ditempuh agar sesuai peraturan
hukum yang ada.
Dalam kenyataannya banyak mahasiswa yang kurang mampu sehingga minimnya memiliki
buku pegangan sebagai sumber karena buku sumber harganya mahal, dapat dipastikan dalam
satu buku itu tidak menyediakan semua materi yang mahasiswa perlukan, maka mahasiswa
harus memiliki banyak buku sumber, di perpustakaan di fakultas hokum Universitas Nusa
Cendana nyatanya tidak dapat meminjam buku di sini untuk mengerjakannya di rumah atau
pun di tempat WiFi yang dapat menambah ilmu pengetahuan, bila ingin menaati peraturan
perpustakaan juga tidak bias berlama-lama di perpustakaan karena harus mengikuti kelas
kuliah, dan pada saat jam makan siang yang terkadang dosen tidak masuk maka mahasiswa
masuk keperpustakaan tetapi pegawai perpustakaan menyuruh mahasiswa untuk keluar.
Diharapkan perpustakaan fakultas hokum Universitas Nusa Cendana dapat meminjamkan
buku minimal 3 buku kepada mahasiswa, karena mahasiswa adalah pemimpin masa depan
Indonesia dimana tempat perguruan tinggi harus menyiapkan mahasiswa menjadi pribadi
yang cerdas, peduli dan inovatif (tahu dasar pilar bangsa dan ini menjadi dasar pandangan
membangun hokum guna menyejahterakan seluruh rakyat Indonesia), bersama mahasiswa
lainnya kita bias membangun Indonesia yang lebih sejahtera.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5c8a0653a360a/ketika-wanprestasi-leasing-
kendaraan-berujung-ke-mk/
http://andruhk.blogspot.com/2016/10/hukum-dagang.html?m=1
[1]Suharto, hukumperjanjian, kencana, Jakarta, 2007, halaman1-2
[2]Abdul Kadir, hukumperjanjian, pt alumni, Jakarta, 1980, halaman 98
https://dewifajar55.wordpress.com/bisnis-dan-investasi/
https://id.wikipedia.org/wiki/Hukum_dagang

Anda mungkin juga menyukai