Anda di halaman 1dari 10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hipertensi
1. Definisi

Menurt WHO, Hipertensi juga dikenal sebagai tekanan

darah tinggi adalah suatu kondisi di mana pembuluh darah terus-

menerus mengalami peningkatan tekanan. Darah dibawa dari

jantung ke seluruh bagian tubuh di dalam pembuluh. Setiap kali

jantung berdetak, ia memompa darah ke dalam pembuluh.

Tekanan darah diciptakan oleh kekuatan darah yang mendorong

dinding pembuluh darah (arteri) karena dipompa oleh jantung.

Semakin tinggi tekanan semakin sulit jantung memompa.

Hipertensi adalah tekanan darah sistole >140 mmHg dan

tekanan diastole >90 mmHg (Brunner & Suddarth, 2011).

Hipertensi merupakan penyakit tekanan darah tinggi yang tidak

disadari keberadaannya sehingga dapat membawa kematian yang

tinggi (Bustan, 2015).

Hipertensi primer adalah suatu keadaan terjadinya tekanan

darah tinggi akibat dari seseorang yang pola makannya tidak

terkontrol merupakan pencetus untuk terkena penyakit darah

tinggi. Begitu pula seseorang yang berada dalam lingkungan atau

kondisi stressor tinggi juga dapat terkena penyakit darah tinggi

(Arumi, 2011).

6
2. Etiologi

Pada umumnya, berdasarkan penyebabnya hipertensi

terbagi menjadi 2 yaitu hipertensi primer penyebab tidak

diketahui dan hipertensi sekunder penyebab karena adanya

penyakit lain (Sutanto, 2010). Hipertensi primer terdapat > 90%

penderita, 10% sisanya penderita hipertensi sekunder (Padila,

2013). Secara umum penyebab tekanan darah tinggi belum

diketahui. Hipertensi dapat terjadi karena besarnya darah yang

dipompa oleh jantung meningkat sehingga mengakibatkan

bertambahnya volume darah di arteri (Sutanto, 2010).

Adapun penyebab dari hipertensi primer secara pasti

belum diketahui, namun hal ini dapat terjadi karena faktor

genetik, stres, faktor lingkungan, diet makanan (Majid, 2019).

3. Klasifikasi

Berdasarkan etiologi hipertensi diklasifikasikan menjadi

dua, yaitu Hipertensi Esensial (Primer) dan Hipertensi Non

Esensial (Sekunder) (Putri & Wijaya, 207).

a. Hipertensi Esensial (Primer)

Merupakan hipertensi yang terjadi karena faktor gen,

stress, psikologis, faktor lingkungan, gaya hidup, serta

diet sehari - hari.

7
b. Hipertensi Sekunder

Merupakan hipertensi yang terjadi karena adanya

penyakit lain seperti tumor, diabetes, kelainan adrenal,

kelainan aorta.

The Joint National Comitte VII (JNC VII) untuk

pencegahan, penentuan, penilaian, dan penatalaksanaan tekanan

darah tinggi pada pasien dengan faktor risiko yang lebih banyak,

harus ditangani dengan segera dan cepat (Robinson, 2014).

Tabel 3.1

Klasifikasi tekanan darah menurut JNC VII

KATEGORI SISTOLIK (mmHg) DIASTOLIK (mmHg)


Normal <120 <80

Prahipertensi 120 - 139 80 - 89

Hipertensi 1 140 – 159 90 – 99

Hipertensi 2 >160 >100

4. Faktor Risiko

Ada beberapa faktor - faktor yang dikategorikan sebagai

faktor hipertensi (Bustan, 2015).

a. Umur : Tekanan darah meningkat

sesuai umur, dimulai dari umur 40 tahun.

b. Ras/suku : Orang kulit hitam lebih

banyak dari kulit putih, ditemukan perbedaan

antarsuku di Indonesia; terendah di lembah Baliem

8
Jaya,Papua (0,6%), dan tertinggi di Suku Sunda, Jawa

Barat (28,6%).

c. Urban/rural : Kota lebih banyak dari desa.

d. Geografis : Hipertensi lebih banyak

ditemukan di daerah pantai daripada di daerah

pegunungan.

e. Jenis Kelamin : Hipertensi lebih banyak

terjadi pada perempuan daripada laki – laki.

f. Obesitas : Hipertensi lebih cenderung

terjadi pada orang yang mempunyai berat badan lebih.

g. Stress : Stress juga akan

mengakibatkan tekanan darah meningkat.

h. Diet : Orang yang sering

mengkonsumi makanan seperti mengandung tinggi

garam akan mengakibatkan tekanan darah meningkat.

i. Diabetes mellitus : Tekanan darah tinggi

dijumpai pada pasien penderita DM.

j. Minuman keras : Orang yang sering

meminum minuman keras

k. Rokok : Hipertensi juga disebabkan

oleh orang yang merokok.

9
5. Patofisiologi

Menurut Kardiyudiani & susanti (2019) proses

terjadinya hipertensi terjadi melalui beberapa cara sebagai

berikut.

1. Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan

lebih banyak darah pada setiap detiknya.

2. Arteri besar kehilangan kelenturan menjadi kaku,

sehingga tidak dapat mengembang saat jantung

memompa darah melalui arteri tersebut. Oleh sebab

itu, setiap denyut jantung darah melalui pembuluh

darah yang sempit dan menyebabkan naiknya

tekanan darah. Hal ini juga terjadi pada usia lanjut,di

mana dinding arterinya menebal dan kaku karena

arteriosklerosis.

3. Tekanan darah dapat meningkat saat terjadi

vasokonstriksi, yaitu arteri kecil (arteriola) mengerut

akibat perangsangan saraf

Namun menurut Majid (2019) menambahkan terdapat

hubungan antara tingginya sodium dalam diet pada individu yang

akan mengakibatkan tingginya tekanan darah, sehingga hal ini

berdampak pada perubahan status kesehatan, hal tersebut terjadi

karena kurang terpapar informasi kesehatan.

Pathway

10
Hipertensi

Jantung memompa Arteri besar tidak


Perangsangan saraf
darah lebih kuat elastis

Peningkatan aliran Tidak dapat Arteriola mengkerut


darah setiap detik mengembang

Darah harus mengalir Afterload fatigue


pada pembuluh darah meningkat mengembang
yang mengalami
vasokonstriksi
Penurunan
curah jantung Intoleransi
mengembang aktivitas

Tekanan darah tinggi

Sodium tinggi

Perubahan status
kesehatan

Kurang terpapar informasi kesehatan

MK : Defisiensi Pengetahuan

Sumber : Kardiyudiani & Susanti (2019) & Majid (2019)

11
Gambar 2.1 Pathway Hipertensi

6. Manifestasi klinis

Pemeriksaan fisik dapat mengungkap bahwa tidak ada

abnormalitas lain selain tekanan darah tinggi (Brunner &

Suddarth, 2011). Selain itu gejala penyakit hipertensi yang

mudah diamati (Arumi, 2011) yaitu :

a. Sering mengalami gelisah.

b. Wajah merah.

c. Leher bagian belakang terasa pegal.

d. Mudah marah.

e. Telinga berdengung.

f. Sulit tidur.

g. Sesak nafas.

h. Leher bagian belakang terasa berat.

i. Mudah lelah.

j. Mata berkunang – kunang.

k. Mimisan.

7. Pemeriksaan penunjang

12
Ada beberapa pemeriksaan yang dapat menunjang

diagnosis hipertensi (Padila, 2013) yaitu :

a. Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh.

b. Pemeriksaan retina.

c. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui adanya

kerusakan organ seperti ginjal maupun jantung.

d. Pemeriksaan EKG untuk mengetahui pembesaran

ventrikel kiri.

e. Pemeriksaan urine untuk mengetahui protein dalam

urin,darah,glukosa.

f. Foto dada dan CT scan.

8. Penatalaksanaan medis

Menurut Brunner & Suddarth (2011) golongan

farmakologis yang diberikan pada pasien hipertensi yaitu obat

yang memiliki efektivitas terbesar, efek samping kecil, dan

peluang terbesar untuk diterima oleh pasien, obat tersebut adalah

obat diuretik dan penyekat beta. Adapun golongan

nonfarmakologis meliputi peurunan berat badan, pembatasan

alkohol, pembatasan garam dapur, olahraga teratur dan relaksasi,

diet tinggi buah, sayuran, dan produk susu rendah lemak.

B. Defisiensi Pengetahuan

13
1. Definisi Defisiensi Pengetahuan

Kekurangan informasi pengetahuan yang berkaitan dengan

topik tertentu (Nanda, 2018).

2. Tanda Menunjukkan Defisiensi Pengetahuan

Menurut Nanda (2018) adapun hal- hal yang menunjukkan

bahwa individu terjadi defisiensi pengetahuan meliputi

ketidakakuratan mengikuti perintah, ketidakakuratan melakukan

tes perilaku tidak tepat, kurang pengetahuan.

C. Diet hipertensi

1. Definisi Diet

Aturan makan yang telah ditentukan guna untuk

mengontrol penyakit hipertensi seperti menstabilkan tekanan

darah (Bumi Medika, 2017).

2. Prinsip – Prinsip Diet pada Hipertensi

Menurut Bumi Medika (2017) adapun prinsip – prinsip

diet pada pasien hipertensi meliputi:

1. Batasi garam dan makanan olahan, penggunaan garam

dapur perlu dibatasi, untuk penderita hipertensi,

penggunaan garam dapur tidak dianjurkan lebih dari 1

sendok teh dalam sehari. Bagi penderita hipertensi,

sebaiknya sama sekali tidak memakai garam dapur

dalam setiap masakan. Selain itu, penderita hipertensi

perlu menghindari makanan dan minuman olahan,

14
kalengan, dan cepat saji. Karena jenis makanan dan

minuman tersebut banyak mengandung natrium.

2. Hindari makanan berlemak, penderita hipertensi perlu

menghindari makanan atau minuman yang

mengandung lemak jenuh, seperti daging berlemak,

jeroan, daging kambing, susu full cream, keju, dan

kuning telur. Namun penderita hipertensi

mengkonsumsi makanan yang mengandung lemak

tidak jenuh seperti omega- 3, yang banyak terdapat di

dalam ikan tuna dan salmon, selain itu juga dapat

ditemukan pada kacang – kacangan, dan alpukat.

3. Kosumsi makanan tinggi serat,

15

Anda mungkin juga menyukai