Anda di halaman 1dari 92

PERBEDAAN EFEKTIVITAS EKSTRAK SARANG SEMUT SEBAGAI

BAHAN IRIGASI SALURAN AKAR DENGAN DAYA HAMBAT


BAKTERI ENTEROCOCCUS FAECALIS DI LABORATORIUM
FARMASI UMI TAHUN 2018

SKRIPSI

ADELYA AWDYA MUTHALIB


161 2015 0028

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2019
PERBEDAAN EFEKTIVITAS EKSTRAK SARANG SEMUT SEBAGAI
BAHAN IRIGASI SALURAN AKAR DENGAN DAYA HAMBAT
BAKTERI ENTEROCOCCUS FAECALIS DI LABORATORIUM
FARMASI UMI TAHUN 2018

SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Mencapai Gelar Sarjana Kedokteran Gigi

ADELYA AWDYA MUTHALIB


161 2015 0028

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2019
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Adelya Awdya Muthalib


NIM : 161 2015 0028
Judul skripsi: Perbedaan Efektivitas Ekstrak Sarang Semut Sebagai Bahan Irigasi
Saluran Akar Dengan Daya Hambat Bakteri Enterococcus Faecalis Di
Laboratorium Farmasi UMI 2018

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa penulisan skripsi ini berdasarkan

penelitian, pemikiran dan pemaparan asli dari peneliti sendiri, baik untuk naskah

laporan maupun hasil penelitian yang tercantum sebagai bagian dari skripsi ini. Jika

terdapat karya orang lain, peneliti akan mencantumkan sumber secara jelas.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila

dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini,

maka saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan norma yang berlaku di perguruan

tinggi ini.

Makassar, 31 Desember 2018


Yang membuat pernyataan
Peneliti,

Matrei 6000

Adelya Awdya Muthalib


NIM.16120150028
PRAKATA

Puji syukur kepada kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala, karena hanya


dengan rahmat dan ridho-Nya peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Perbedaan Efektivitas Ekstrak Sarang Semut (Myrmecodia pendens) Sebagai Bahan
Irigasi Saluran Akar Dengan Daya Hambat Bakteri Enterococcus Faecalis Di
Laboratorium Farmasi UMI Tahun 2018”. Shalawat dan salam semoga selalu
tercurahkan kepada Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam, yang telah menjadi
contoh teladan bagi peneliti dalam menjalankan kehidupan.
Penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik berkat bimbingan,
bantuan, doa dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
peneliti ingin mengucapkan terima kasih dan memberikan penghargaan yang sebesar-
besarnya kepada :
1. Ibunda tersayang Suriaty Suaib S.Pd dan ayahanda tercinta Abdul Muthalib
yang selama ini mengorbankan segalanya demi pendidikanku. Terima kasih
banyak atas doa yang tiada putusnya, cinta dan kasih sayang yang tiada hentinya,
dukungan moral dan materi, serta nasehat dan semangat motivasi yang tak pernah
lelah diutarakan demi kesuksesan peneliti. Semoga selalu ada kesempatan untuk
memberikan kebahagiaan dan kebanggaan kepada kalian, walaupun itu tetap tidak
mampu membalas segala hal yang telah kalian berikan. Tak lupa pula terima
kasih kepada adik, nenek, paman, tante, sepupu dan sanak keluarga lain yang
senantiasa memberikan doa, dukungan, senyuman manis, serta selalu hadir dalam
suka dan duka.
2. Prof. Dr. H. Basri Modding, SE, M.SI selaku Rektor Universitas Muslim
Indonesia.
3. Prof. drg. H. M. Dharma Utama, Ph.D, Sp.Pros(K) selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Muslim Indonesia.
4. drg. Nur Fadhilah Arifin, MARS selaku Penasehat Akademik yang senantiasa
memberikan dukungan, nasehat, motivasi dan semangat kepada peneliti baik
mengenai akademik maupun non-akademik.
5. drg. Andy Fairuz Zuraida Eva, M.Kes selaku pembimbing utama yang telah
menyetujui usulan penelitian ini, memberikan tambahan pengetahuan dan banyak
masukan, kesabaran yang luar biasa, serta tidak pernah bosan meluangkan waktu
untuk membimbing peneliti sehingga menjadikan skripsi ini semakin baik.
6. Dr. drg. Lilies Anggarwati Astuti, Sp.Perio selaku pembimbing pendamping
yang telah memberikan tambahan pengetahuan dan banyak masukan, serta tidak
pernah bosan meluangkan waktu untuk membimbing peneliti selama proses
pembuatan skripsi ini.
7. Seluruh dosen yang telah bersedia memberikan ilmu, serta staf dan karyawan
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Muslim Indonesia yang telah memberikan
banyak bantuan kepada peneliti baik secara langsung maupun tidak langsung.
8. Seluruh dosen, staf serta asisten Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Farmasi
Universitas Muslim Indonesia terkhusus untuk kak Fajri, kak Arly dan kak
Ulla yang telah bersedia memberikan tempat untuk melakukan penelitian serta
tidak pernah lelah membantu dan membimbing peneliti mulai dari awal hingga
selesainya penelitian ini.
9. Teman-teman seperjuangan angkatan 2015 (INCISAL) yang selalu membantu,
memberikan motivasi dan kekompakan yang tiada duanya. Terima kasih atas
kebersamaan dalam suka dan duka, keceriaan, canda tawa dan semangat yang luar
biasa selama ini.
10. Kepada sahabat terkasih Muflih Gunawan terima kasih selalu memberikan
semangat , doa dan canda tawa.
11. Kepada sahabat-sahabat tercinta Hilyah, Alfriana Suci Wartika, Khadijah
Fauzi Basalamah, Fatimah Fauzi Basalamah, Indira Ayu Suryandari I,
Ulfiyah Nauroh dan Tira Nurfaizah yang tidak henti-hentinya berbagi
ilmu,saling bertukar fikiran dan memberikan motivasi serta semangat .
12. Kepada sahabat seperjuangan penulis Mirza Yaza Oktaviani Helingo, Erika
Aprina, Nurul Amaliyah, Sri Rahayu dan Reza Julianda yang selalu
menyemangati, memberi motivasi, saling menguatkan hingga dapat sampai
ketahap ini bersama-sama.
13. Semua sahabat-sahabat penulis Aghita Putri Shahab, Tiara Hibatullah, Suci
Indah Sari, Akhmad Nuzul, Afika Nur, Nurjannah Fitrah,Muh. Aidil
Prasetyo dan semua sahabat IPA B yang tidak dapat dituliskan satu-persatu,
yang selalu hadir mewarnai hari-hari penulis baik suka maupun duka,
memberikan semangat, doa, motivasi, serta canda tawa selama ini.
Tiada imbalan yang dapat peneliti berikan selain doa yang tulus, semoga
bantuan dari berbagai pihak bernilai ibadah dimata Allah SWT. Peneliti menyadari
bahwa masih banyak kekurangan dalam skripsi ini, oleh karena itu saran dan
masukan yang bersifat membangun sangat diperlukan oleh peneliti dari para pembaca
sebagai masukan untuk kedepannya. Akhir kata, peneliti berharap semoga skripsi ini
dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kita semua. Amin

Makassar, 05 Januari 2019

Peneliti
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i


HALAMAN PERSETUJUAN PERBAIKAN...................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ............................... iv
PRAKATA ............................................................................................................. v
DAFTAR ISI .........................................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................xiii
DAFTAR TABEL.................................................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xv
DAFTAR ARTI SINGKATAN ............................................................................ xvi
ABSTRAK ............................................................................................................ xvii
ABSTRACT ..........................................................................................................xviii
BAB I AWAL
1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 4

1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................ 4

1.3.1 Tujuan Umum ........................................................................................... 4

1.3.2 Tujuan Khusus .......................................................................................... 5

1.4 Manfaat Penelitian .......................................................................................... 5

1.4.1 Peneliti ...................................................................................................... 5

1.4.2 Teoritis ...................................................................................................... 6

1.4.3 Praktis........................................................................................................ 6

1.4.4 Institusi ..................................................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Sarang Semut (Myrmecodia pendens) ............................................................ 7

2.1.1 Asal Sarang Semut (Myrmecodia pendens) .............................................. 7

2.1.2 Taksonomi Tanaman Sarang Semut (Myrmecodia pendens).................... 7

2.1.3 Morfologi Tanaman Sarang Semut (Myrmecodia pendens) ..................... 8

2.1.3.1 Umbi .................................................................................................. 8


2.1.3.2 Batang ................................................................................................ 8
2.1.3.3 Daun .................................................................................................. 8
2.1.3.4 Bunga ................................................................................................. 8

2.1.4 Tanaman Sarang Semut (Myrmecodia pendens) Sebaga Desinfektan.. ….9

2.2 Enterococcus Faecalis ...................................................................................10

2.2.1 Karakteristik Bakteri Enterococcus Faecalis............................................ 10

2.2.2 Klasifikasi Ilmiah Enterococcus Faecalis ................................................11

2.2.3 Bakteri Enterococcus Faecalis dalam Saluran Akar ................................11

2.3 Irigasi Saluran Akar ........................................................................................13

2.3.1 Sifat Larutan Irigasi...................................................................................13

2.3.1.1 Pelarut Debris atau Pelarut Jaringan ..................................................13

2.3.1.2 Toksisitas ............................................................................................13

2.3.1.3 Tegangan Permukaan Rendah ............................................................13

2.3.1.4 Pelumas ..............................................................................................14

2.3.1.5 Sterilisasi ............................................................................................14

2.3.1.6 Membuang Smear Layer ....................................................................14

2.3.1.7 Faktor Lain .........................................................................................14

2.3.2 Bahan Irigasi .............................................................................................14


2.3.2.1 Sodium Hipoklorit (NaOCl)............................................................... 14

2.3.2.2 Larutan kelator/EDTA ....................................................................... 16

2.3.2.3 Klorheksidin (CHX)........................................................................... 17

2.4 Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Perawatan Endodontik.................18

BAB III KERANGKA PENELITIAN

3.1 Kerangka Teori................................................................................................19

3.2 Kerangka Konsep ............................................................................................20

3.3 Hipotesis..........................................................................................................20

BAB IV METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian.............................................................................................21

4.2 Lokasi dan Waktu Pengambilan Data Penelitian ............................................ 21

4.2.1 Lokasi Penelitian.......................................................................................21

4.2.2 Waktu Pengambilan Data Penelitian.........................................................21

4.3 Identifikasi Variabel........................................................................................21

4.3.1 Variabel Independen .................................................................................21

4.3.2 Variabel Dependen....................................................................................21

4.3.3 Variavel Antara .........................................................................................21

4.4 Definisi Operasional dan Kriteria Objektif .....................................................22

4.4.1 Ekstrak Tanaman Sarang Semut (Myrmecodia pendens).........................22

4.4.2 Bakteri Enterococcus Faecalis .................................................................22

4.4.3 Daya Hambat Bakteri................................................................................22


4.5 Subjek/Objek Penelitian..................................................................................23

4.5.1 Subjek Penelitian ......................................................................................23

4.5.2 Objek Penelitian........................................................................................23

4.6 Metode Sampling ............................................................................................24

4.7 Besar Sampel...................................................................................................24

4.8 Alat dan Bahan ................................................................................................25

4.8.1 Alat Penelitian...........................................................................................25

4.8.2 Bahan Penelitian .......................................................................................27

4.9 Intrument Penelitian ........................................................................................28

4.10 Prosedur Penelitian........................................................................................28

4.10.1 Strerilisasi Alat........................................................................................28

4.10.2 Pembuatan Ekstrak Tanaman Sarang Semut (Myrmecodia Pendens) ....28

4.10.3 Pengenceran Ekstrak Tanaman Sarang Semut (Myrmecodia Pendens) .29

4.10.4 Pembuatan Medium ................................................................................29

4.10.5 Uji Daya Hambat Antibakteri .................................................................30

4.10.6 Zona Inhibisi ...........................................................................................30

4.11 Pengumpulan, Pengolahan, Analisa dan Penyajian Data..............................30

4.11.1 Pengumpulan Data ..................................................................................30

4.11.2 Pengolahan Data .....................................................................................30

4.11.3 Analisa Data ............................................................................................30

4.11.4 Penyajian Data ........................................................................................31

4.12 Alur Penelitian ..............................................................................................32


BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

5.1 Hasil Penelitian..............................................................................................33


5.1.1 Diameter Zona Daya Hambat Ekstrak Tanaman Sarang Semut
(Myrmecodia pendens) konsentrasi 25% dalam Menghambat
Pertumbuhan Bakteri Enterococcus faecalis........................................35
5.1.2 Diameter Zona Daya Hambat Ekstrak Tanaman Sarang Semut
(Myrmecodia pendens) konsentrasi 50% dalam Menghambat Pertumbuhan
Bakteri Enterococcus faecalis................................................................36
5.1.3 Hubungan Diameter Rata-rata Zona Daya Hambat Ekstrak Tanaman Sarang
Semut (Myrmecodia pendens) konsentrasi 25% dan 50% dalam
Menghambat Pertumbuhan Bakteri Enterococcus faecalis ......................37
5.2 Pembahasan Penelitian....................................................................................40
BAB IV AKHIR
6.1 Kesimpulan ...............................................................................................50
6.2 Saran..........................................................................................................50
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Umbi Sarang Semut (Myrmecodia Pendens) .......................................10

Gambar 2.2 Enterococcus faecalis .........................................................................11

Gambar 2.3 Diagram prevalensi mikroorganisme yang terdeteksi pada saluran


akar pasca perawatan saluran akar yang gagal .....................................12

Gambar 2.4 Sodium hipoklorit (NaOCl) ................................................................15

Gambar 2.5 Ethylendiamin tettaacetic acid (EDTA) .............................................16

Gambar 2.6 Klorheksidin (CHX) ............................................................................17

Gambar 4.1 Alat penelitian ......................................................................................26

Gambar 4.2 Bahan Penelitian...................................................................................29

Gambar 5.1 Diameter zona daya hambat ................................................................ 39


DAFTAR TABEL
Gambar 5.1 Diameter Zona Daya Hambat Ekstrak Tanaman Sarang Semut
(Myrmecodia pendens) konsentrasi 25% dalam Menghambat
Pertumbuhan Bakteri Enterococcus faecalis........................................35

Gambar 5.2 Diameter Zona Daya Hambat Ekstrak Tanaman Sarang Semut
(Myrmecodia pendens) konsentrasi 50% dalam Menghambat
Pertumbuhan Bakteri Enterococcus faecalis........................................36

Gambar 5.3 Hubungan Diameter Rata-rata Zona Daya Hambat Ekstrak Tanaman
Sarang Semut (Myrmecodia pendens) konsentrasi 25% dan 50% dalam
Menghambat Pertumbuhan Bakteri Enterococcus faecalis..................38
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Persetujuan Penelitian

Lampiran 2 : Surat Izin Uji Etik

Lampiran 3 : Rekomendasi Persetujuan Etik

Lampiran 4 : Surat Izin Penelitian Fakultas Farmasi UMI

Lampiran 5 : Surat Penyampaian Persetujuan Penelitian Fakultas Farmasi UMI

Lampiran 6 : Surat Keterangan Selesai Penelitian

Lampiran 7 : Hasil Pengukuran Diameter Zona Daya Hambat

Lampiran 8 : Dokumentasi Kegiatan Penelitian

Lampiran 9 : Hasil Data SPSS 2.1


DAFTAR ARTI SINGKATAN
NaOCl : Sodium Hipoklorit
cm : centimeter
EDTA : Ethylendiamin tetraacetic acid
gr : gram
H0 : Hipotesis nol
Ha : Hipotesis alternatif
MHA : Mueller Hinton Agar
K+ : Kontrol positif
K- : Kontrol negatif
m : meter
mm : millimeter
ml : mililiter
CMC : Carboxy Methyl Cellulose
IPI : Iodine Potassium Iodide
CHX : Klorheksidin
SD : Standar Deviasi
SPSS : Statical Product and Service Solution
% : Persentasi
ºC : Derajat celcius
µm : Mikrometer
> : Lebih besar
< : Lebih kecil
ABSTRAK
ADELYA AWDYA MUTHALIB. Perbedaan Efektivitas Ekstrak Sarang Semut
Sebagai Bahan Irigasi Saluran Akar Dengan Daya Hambat Bakteri
Enterococcus Faecalis Di Laboratorium Farmasi Umi Tahun 2018 (Dibimbing
oleh Andy Fairuz Zuraida Eva dan Lilies Anggarwati Astuti).

Latar belakang: Studi kultur bakterial dan molekular menegaskan bahwa


Enterococcus faecalis merupakan salah satu bakteri dengan prevalensi terbanyak
yang ditemukan pada saluran akar pasca perawatan saluran akar yang gagal dan sulit
untuk dimatikan meskipun menggunakan berbagai macam larutan irigasi. Saat ini
terdapat beberapa macam bahan irigasi yang umum digunakan. Bahan irigasi yang
biasa digunakan berasal dari bahan kimia dapat memberikan efek samping yang lebih
besar dibandingkan dengan obat tradisional. Penggunaan bahan yang berasal dari
alam dapat dijadikan pilihan sebagai alternatif bahan irigasi saluran akar karena
beberapa dari bahan tersebut dapat bersifat menghambat pertumbuhan (bakteriostatik)
maupun membunuh bakteri (bakterisid). Tujuan: Untuk mengetahui hubungan
Ekstrak Sarang Semut (Myrmecodia pendens) sebagai bahan irigasi saluran akar
dengan daya hambat bakteri Enterococcus faecalis. Metode: Menggunakan metode
eksperimental laboratorium dengan bentuk penelitian berupa Post test only control
group design dan pengambilan sampel dengan Purposive Sampling menggunakan 4
perlakuan dan 5 kali pengulangan. Uji statistik menggunakan One Way Anova.
Hasil: Hasil penelitian ini menunjukkan diameter zona inhibisi dalam menghambat
pertumbuhan bakteri Enterococcus faecalis pada ekstrak tanaman sarang semut
(Myrmecodia pendens) konsentrasi 25% sebesar 21,10 ± 0,18 dan pada ekstrak
tanaman sarang semut (Myrmecodia pendens) konsentrasi 50% sebesar 23,47 ± 0,24,
dan berdasarkan uji statistik memperoleh nilai signifikan p = 0,000 <α = 0,01.
Kesimpulan: Hipotesis alternatif penelitian ini diterima dan hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa ada hubungan ekstrak tanaman sarang semut konsentrasi 25%
dan konsentrasi 50% sebagai bahan irigasi saluran akar yang dapat menghambat
pertumbuhan bakteri Enterococcus faecalis.

Kata kunci: Irigasi saluran akar, Myrmecodia pendens, Enterococcus faecalis.


ABSTRACT

ADELYA AWDYA MUTHALIB. The Differences Effectiveness of Sarang


Semut Extracts as Irrigation Material of Root Canal with Inhibition of Bacteria
Enterococcus faecalis at Laboratory of Pharmacy UMI Year 2018 (Guided by
Andy Fairuz Zuraida Eva dan Lilies Anggarwati Astuti).
Background: Studies of bacterial and molecular cultures confirmed that
Enterococcus faecalis is a bacterium with the highest prevalence found on post
treatments root canals that fail and are difficult to shutdown although using variety of
irrigation solutions. Nowdays, there are several types of irrigation materials
commonly used. The commonly used irrigation materials are from chemicals can
provide more side effects than traditional medicine. The using of materials from
nature can be an option as an alternative to root canal irrigation materials because
some of these materials can be inhibit the growth (bacteriostatic) or killing the
bacteria (bactericid). Objective: To know the correlation of sarang semut extracts
(Myrmecodia pendens) as irrigation material of root canal with inhibition of bacteria
Enterococcus Faecalis. Method: The method was used laboratory experimental
method with post test only control group design and sampling technique with
purposive sampling that used 4 treatments and 5 repetitions. Statistical analysis used
one way anova test. Result: The Results of this research showed that diameter of
inhibition zone to inhibiting the growth of enterococcus faecalis bacteria on sarang
semut extracts (Myrmecodia pendens) of 25% concentration was 21,10 ± 0,18 and on
sarang semut extracts (Myrmecodia pendens) of 50% concentration was 23,47 ± 0,24
And based on the statical test obtained significance difference with the value of p =
0,000 <α = 0,01. Conclusion: The hypothesis was accepted and the results of this
research showed that there was a correlation of sarang semut 25% concentration dan
50% concentration as irrigation material of root canal can inhibiting growth
enterococcus faecalis bacteria.

Keywords : Irrigation of root canal, Myrmecodia pendens, Enterococcus faecalis.


BAB I

AWAL

1.1 Latar Belakang

Mikroorganisme dapat masuk ke saluran akar melalui beberapa rute.

Umumnya, pintu utama masuknya mikroorganisme ke pulpa yaitu dengan

adanya karies gigi. Mikroorganisme dapat juga masuk ke dalam rongga pulpa

oleh karena terjadinya cedera mekanis atau traumatis melalui sulkus gingival dan

aliran darah(1).

Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa hampir 90% penyebab infeksi di

saluran akar adalah bakteri. Salah satunya adalah spesies bakteri gram positif yaitu

Enterococcus faecalis. Studi kultur bakterial dan molekular menegaskan bahwa

Enterococcus faecalis merupakan salah satu bakteri dengan prevalensi terbanyak yang

ditemukan pada saluran akar pasca perawatan saluran akar yang gagal. Tingginya

resistensi Enterococcus faecalis disebabkan antara lain karena Enterococcus faecalis

mampu bertahan hidup pada lingkungan yang tidak menguntungkan (2,3,4,5).

Saluran akar yang terinfeksi oleh karena mikroorganisme memegang

peranan penting dalam terjadinya nekrosis pada pulpa gigi dan terbentuknya

kelainan periapikal seperti abses, granuloma dan kista. Sehingga harus dilakukan

perawatan saluran akar yang bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi

populasi mikrobial dan membuang secara biomekanis jaringan nekrotik di dalam


sistem saluran akar yang merupakan media pertumbuhan mikroba serta mencegah

infeksi ulang dengan menutup rapat ruang saluran (5,6).

Tahap perawatan saluran akar terbagi menjadi 3 tahapan utama. Irigasi

adalah salah satu tahapan penting dalam menunjang keberhasilan perawatan

saluran akar, karena irigasi memudahkan pengeluaran jaringan nekrotik,

mikroorganisme dan serpihan dentin dari saluran akar terinfeksi dengan larutan

irigasi. Suatu irigan yang ideal sebaiknya tidak bersifat toksik, tidak mahal dan

mudah penggunaannya (7,8,9).

Saat ini terdapat beberapa macam bahan irigasi yang umum digunakan.

Namun, yang paling sering digunakan ialah NaOCl konsentrasi 0,5%-5,25%. Hal

ini disebabkan karena NaOCl dianggap cukup efektif sebagai larutan irigasi dan

dianggap mewakili syarat-syarat ideal larutan irigasi dibandingkan larutan irigasi

yang lain(2,8,10).

Penggunaan bahan yang berasal dari alam dapat dijadikan pilihan sebagai

alternatif bahan irigasi saluran akar karena beberapa dari bahan tersebut dapat

bersifat menghambat pertumbuhan (bakteriostatik) maupun membunuh bakteri

(bakterisid) dan dinilai memiliki efek samping lebih kecil (11).

Indonesia merupakan salah satu negara tropis yang memiliki

keanekaragaman tumbuhan yang tinggi yang harus dimanfaatkan dengan baik.

Sebagian besar tumbuhan tersebut dapat digunakan sebagai tanaman obat. Salah

satu diantara tanaman obat yang sangat potensial adalah Sarang semut

(Myrmecodia pendens). Sifatnya yang epifit menguntungkan bagi


pemanfaatannya sebagai tanaman obat karena ekploitasinya tidak membahayakan

ekosistem. Masyarakat pedalaman bagian barat Wamena pun, secara turun-

temurun menggunkana sarang semut untuk kepentingan terapeutik (12,13,14).

Rasulullah SAW bersabda:

“ Sesunggungnya Allah telah menurunkan penyakit beserta obatnya dan

Dia telah menjadikan setiap penyakit ada obatnya, maka berobatlah kalian dan

jangan berobat dengan barang yang haram” (H.R Abu Dauwud)

Tumbuhan sarang semut juga mengandung senyawa-senyawa kimia dari

golongan flavonoid dan tanin. Pada umumnya senyawa flavonoid dapat

menghambat pertumbuhan bakteri gram positif dan gram negatif. Selain itu, tanin

juga memiliki aktivitas antibakteri (15).

Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa hampir 90% penyebab

infeksi di saluran akar adalah bakteri. Salah satunya adalah spesies bakteri gram

positif yaitu Enterococcus faecalis. Studi kultur bakterial dan molekular

menegaskan bahwa Enterococcus faecalis merupakan salah satu bakteri dengan

prevalensi terbanyak yang ditemukan pada saluran akar pasca perawatan saluran

akar yang gagal. Tingginya resistensi Enterococcus faecalis disebabkan antara

lain karena Enterococcus faecalis mampu bertahan hidup pada lingkungan yang

tidak menguntungkan (2,3,4,5).

Oleh karena tingginya prevalensi bakteri Enterococcus faecalis pasca

perawatan saluran akar yang gagal dan belum banyak penelitian mengenai

tanaman sarang semut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian


perbedaan efektivitas ekstrak sarang semut sebagai bahan irigasi saluran akar

dengan daya hambat bakteri Enterococcus faecalis dilaboratorium Farmasi UMI

Tahun 2018.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang lah diuraikan sebelumnya,

maka rumusan masalah yang dapat di ambil yaitu :

1.2.1 Bagaimana daya hambat bakteri Enterococcus faecalis dengan ekstrak

Sarang Semut (Myrmecodia pendens) 25% di laboratorium Farmasi UMI

tahun 2018 ?

1.2.2 Bagaimana daya hambat bakteri Enterococcus faecalis dengan ekstrak

Sarang Semut (Myrmecodia pendens) 50% di laboratorium Farmasi UMI

tahun 2018 ?

1.2.3 Bagaimana perbedaan efektivitas antara ekstrak Sarang Semut (Myrmecodia

pendens) 25% dan 50% sebagai bahan irigasi saluran akar dengan daya

hambat bakteri Enterococcus faecalis di laboratorium Farmasi UMI tahun

2018 ?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum


Untuk mengetahui perbedaan efektivitas Ekstrak Sarang Semut

(Myrmecodia pendens) sebagai bahan irigasi saluran akar dengan daya hambat

bakteri Enterococcus faecalis di laboratorium Farmasi UMI tahun 2018

1.3.2 Tujuan khusus

1.3.2.1 Untuk mengetahui daya hambat bakteri Enterococcus faecalis dengan ekstrak

Sarang Semut (Myrmecodia pendens) 25% di laboratorium Farmasi UMI tahun

2018

1.3.2.2 Untuk mengetahui daya hambat bakteri Enterococcus faecalis dengan ekstrak

Sarang Semut (Myrmecodia pendens) 50% di laboratorium Farmasi UMI tahun

2018

1.3.2.3 Untuk mengetahui perbedaan efektivitas antara ekstrak Sarang Semut

(Myrmecodia pendens) 25% dan 50% sebagai bahan irigasi saluran akar

dengan daya hambat bakteri Enterococcus faecalis di laboratorium Farmasi

UMI tahun 2018

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Peneliti

Peneliti dapat mengetahui metodologi penelitian secara ilmiah serta menambah

wawasan keilmuan tentang ekstrak sarang semut (Myrmecodia pendens) sebagai


bahan alternatif irigasi saluran akar yang dapat menghambat pertumbuhan

bakteri Enterococcus faecalis

1.4.2 Teoritis

Secara teoritis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi

dalam bidang ilmu bahan kedokteran gigi tentang bahan irigasi saluran akar

yang berasal dari alam.

1.4.3 Praktisi

Memberikan informasi kepada produsen mengenai manfaat ekstrak sarang

semut (Myrmecodia pendens) sebagai bahan alternatif irigasi saluran akar yang

dapat menghambat pertumbuhan bakteri Enterococcus faecalis.

1.4.4 Institusi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi di perpustakaan Fakultas

Kedokteran Gigi Universitas Muslim Indonesia dan sebagai acuan bagi peneliti

selanjutnya yang akan melakukan penelitian yang berkaitan dengan penelitian

ini.
BAB II TINJAUAN

PUSTAKA

2.1 Sarang Semut (Myrmecodia pendens)

2.1.1 Asal Sarang Semut (Mymecodia pendens)

Sarang semut (Myrmecodia pendens) merupakan obat alami asal Papua dari

Wamena. Selain di Wamena, di Kalimantan Selatan sarang semut ini banyak terdapat

diperbatasan antara Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah (12,15)


.

2.1.2 Taksonomi Tanaman Sarang Semut (Myrmecodia pendens)

Taksonomi tanaman sarang semut diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divis i : Tracheophyta

Kelas : Magnoliopsida

Subkelas : Lamiidae

Ordo : Rubiales

Famili : Rubiaceae

Genus : Mymecodia

Spesies : Mymecodia pendes Merr. &Perry (16).


2.1.3 Morfologi Tanaman Sarang Semut (Myrmecodia pendens)

2.1.3.1 Umbi

Saat muda umbinya berbentuk bulat, kemudian menjadi lonjong memendek

dan memanjang saat tua. Umbinya berduri dan memiliki sistem jaringan lubang-

lubang, dimana bentuk dan interkoneksi dari lubang-lubang tersebut sangat khas

sehingga sering digunakan sebagai parameter dalam klasifikasi genus ini (16).

2.1.3.2 Batang

Batangnya jarang ada yang bercabang, jika ada hanya satu atau beberapa

cabang saja. Bahkan ada beberapa species yang tidak memiliki cabang sama sekali.

Batangnya tebal dan internodalnya sangat dekat, kecuali pada pangkal sarang semut

dari beberapa spesies(16).

2.1.3.3 Daun

Daunnya tebal seperti kulit. Pada beberapa spesies memiliki daun yang sempit

dan panjang. Stipula (penumpu) besar, persisten, terbelah dan berlawanan dengan

tangkai daun (petiol), serta membentuk seperti “telinga” pada klipeoli. Terkadang

terus berkembang menjadi sayap di sekitar bagian atas klipeolus (16).

2.1.3.4 Bunga

Pembungaan dimulai sejak adanya beberapa ruas (intermodal) pada tiap-tiap

nodus (buku). Dua bagian pada setiap bunga berkembang pada suatu kantong udara

(alveolus) yang berbeda. Alveoli tersebut mungkin ukurannya tidak sama dan terletak
pada tempat yang berbeda di batang. Kuntum bunga muncul pada dasar alveoli.

Setiap bunga berlawanan oleh suatu brakteola. Bunga jarang kleistogamus

(menyerbuk tidak terbuka) dan terkadang heterostilus(16).

2.1.4 Tanaman Sarang Semut (Myrmecodia pendens) sebagai Desinfektan

Kemampuan ekstrak sarang semut memiliki efektivitas sebagai antibakteri

juga didukung oleh zat-zat aktif yang dikandung oleh tumbuhan ini. Dijelaskan pula

dalam penelitian Roslizawaty,dkk tahun 2013 sarang semut mengandung glikosida,

vitamin, mineral, flavonoid, tokoferol, polifenol dan tanin. Flavonoid berperan

langsung sebagai antibiotik dengan mengganggu fungsi dari mikroorganisme seperti

bakteri atau virus.

Mekanisme penghambatan flavonoid terhadap pertumbuhan bakteri diduga

karena kemampuan senyawa tersebut membentuk komplek dengan protein

ekstraseluler, mengaktivasi enzim, dan merusak membran sel. Pada umumnya

senyawa flavonoid dapat menghambat pertumbuhan bakteri Gram positif dan Gram

negatif(15).

Tanin memiliki aktivitas antibakteri. Toksisitas tanin dapat merusak membran

sel bakteri, senyawa astringen tanin dapat menginduksi pembentukan kompleks

senyawa ikatan terhadap enzim atau subtrat mikroba dan pembentukan suatu

kompleks ikatan tanin terhadap ion logam yang dapat menambah daya toksisitas

tanin itu sendiri. Mekanisme kerja senyawa tanin dalam menghambat sel bakteri,

yaitu dengan cara mendenaturasi protein sel bakteri, menghambat fungsi selaput sel
(transpor zat dari sel satu ke sel yang lain) dan menghambat sintesis asam nukleat

sehingga pertumbuhan bakteri dapat terhambat. Selain itu dengan adanya tanin

(asam tanat) maka akan terjadi penghambatan metabolisme sel, mengganggu sintesa

dinding sel, dan protein dengan mengganggu aktivitas enzim (15).

Gambar 2.1 Umbi Sarang Semut (Myrmecodia pendens)

Sumber (Febriana, Ardanti., dkk., 2017

Bunga Rampai Forum Peneliti Muda Indonesia )

2.2 Enterococcus faecalis

2.2.1. Karakteristik Bakteri Enterococcus faecalis

Bakteri Enterococcus faecalis merupakan bakteri kokus gram positif yang

berkoloni secara rantai, berpasangan ataupun soliter. Bakteri ini bersifat fakultatif

anaerob, mempunyai kemampuan untuk hidup dan berkembang biak dengan

oksigen maupun tanpa oksigen. Bakteri Enterococcus faecalis memiliki dinding sel
dengan peptidoglikan tebal, namun apabila terjadi kerusakan maupun ada hambatan
(17)
pada pembentukannya maka akan terjadi kematian sel tersebut .

Gambar 2.2 Enterococcus faecalis

Sumber (https://en.wikipedia.org/wiki/Enterococcus_faecalis, accesed on 01/08/2017)

2.2.2. Klasifikasi Ilmiah Enterococcus faecalis

Kingdom : Bacteria

Filum : Firmicutes

Kelas : Bacilli

Ordo : Lactobacillales

Family : Enterococcaceae

Genus : Enteroccus

Spesies : Enterococcus faecalis (18)

2.2.3. Bakteri Enterococcus faecalis dalam Saluran Akar


Pada dasarnya, Enterococcus faecalis merupakan flora normal komensal

yang habitatnya pada gastrointestinal dan rongga mulut dengan jumlah kecil. Di

rongga mulut, Enterococcus faecalis adalah salah satu jenis bakteri yang sering

ditemukan pada saluran akar. Bakteri ini dapat ditemukan pada kasus infeksi

endodontik primer. Namun, sering sekali ditemukan pada kasus perawatan

endodontik yang gagal. Bakteri Enterococcus faecalis dapat masuk ke dalam

saluran akar melalui kerusakan gigi yang mencapai pulpa atau melalui sulkus

gingiva dan aliran darah (17,19).

Gambar 2.3 Diagram prevalensi mikroorganisme yang terdeteksi pada saluran akar pasca perawatan saluran akar yang gagal

Sumber (Hargreaves, K. M., and Cohen, S., 2011)

Enterococcus faecalis bertanggung jawab terhadap 80-90% infeksi saluran

akar oleh Enterococci dan biasanya merupakan satu-satunya spesies enterokokus


yang diisolasi dari saluran akar yang telah diisi. Tingginya resistensi Enterococcus

faecalis disebabkan antara lain karena Enterococcus faecalis mampu bertahan

hidup pada pH alkali (9,6) juga mampu bertahan terhadap detergen, logam berat,

etanol, hidrogen peroksida dan pengawetan. Enterococcus faecalis dapat

menginvasi dan berkolonisasi pada tubuli dentin, isthmus, kanal lateral dan kanal

aksesoris. Enterococcus faecalis dapat bertahan dalam saluran akar tanpa

dukungan dari bakteri lain. Organisme ini dapat menghasilkan perubahan patologis

melalui produksi racun atau secara tidak langsung melalui proses inflamasi
(2,3,4,5,20)
.

2.3. Irigasi Saluran Akar

Irigasi adalah salah satu tahapan penting dalam menunjang keberhasilan

perawatan saluran akar, karena irigasi memudahkan pengeluaran jaringan nekrotik,

mikroorganisme dan smear layer dari saluran akar terinfeksi dengan larutan irigasi
(9)
.

2.3.1. Sifat Larutan Irigasi

Adapun sifat – sifat larutan irigasi adalah :

2.3.1.1 Pelarut debris atau pelarut jaringan.

Pada daerah yang tidak dapat dimasuki oleh instrumen, irigan dapat

melarutkan atau menghancurkan sisa-sisa jaringan lunak atau keras agar

memudahkan pembuangan sisa-sisa jaringan tersebut.

2.3.1.2 Toksisitas.
Irigan tidak boleh mencederai jaringan periradikuler.

2.3.1.3 Tegangan permukaan rendah.

Sifat ini memudahkan mengalirnya larutan irigasi ke dalam tubulus dan ke

daerah yang tidak dapat dimasuki instrumen.

2.3.1.4 Pelumas.

Pelumas akan membantu instrumen ‘meluncur’ di dalam saluran. Semua

cairan memiliki efek ini.

2.3.1.5 Sterilisasi (atau paling sedikit desinfeksi).

Irigan seharusnya memiliki efek antibakteri dengan spektrum yang luas.

2.3.1.6 Membuang smear layer.

Lapisan ini adalah lapisan kristal-kristal mikro dan debris partikel organik

yang tersebar di dinding saluran akar akibat preparasi saluran akar. Irigan ini

mencegah terbentuknya smear layer selama preparasi saluran akar atau mampu

melarutkannya segera setelah terbentuk.

2.3.1.7 Faktor lain.

Faktor lain yang terkait adalah kegunaan dan kesediannya, harganya,

kemudahan pemakaiannya dan ketahanan serta kemudahan penyimpanannya.

Faktor lain juga penting adalah larutan irigan tidak mudah dinetralkan dalam

saluran akar agar efektivitasnya tetap terjaga (2,9,21,22).

2.3.2 Bahan Irigasi

2.3.2.1 Sodium Hipoklorit (NaOCl)


Sodium hipoklorit (NaOCl) merupakan bahan irigasi yang paling sering

digunakan pada saat ini. Konsentrasi yang paling sering digunakan adalah 0,5%,

1%, 2,5% dan 5,2% (2).

Kelebihan sodium hipoklorit (NaOCl) adalah mampu melarutkan jaringan

pulpa vital dan nekrotik, membilas debris keluar dari saluran akar, bersifat anti

mikroba dengan spektrum luas, sporisid, virusid, pelumas, harganya ekonomis

dan mudah diperoleh. Akan tetapi larutan sodium hipoklorit (NaOCl) dapat

menyebabkan iritasi bila terdorong ke jaringan periapikal, tidak mampu

melarutkan komponen anorganik, menyebabkan bercak putih bila mengenai

pakaian pasien dan aromanya tidak enak. Toksisitas terhadap jaringan sehat

merupakan salah satu kelemahan larutan sodium hipoklorit (NaOCl) dan

dilaporkan meningkat sesuai dengan konsentrasinya. Penggunaan sodium

hipoklorit (NaOCl) konsentrasi rendah lebih dianjurkan dibanyak negara untuk

menghindari efek toksik dari larutan ini (2).

Gambar 2.4 Sodium hipoklorit (NaOCl)

Sumber (Garg, N., and Garg A., 2010)


2.3.2.2 Larutan kelator/EDTA

Larutan kelator yang sering digunakan dalam perawatan endodontik adalah

garam dari ethylendiamin tetraacetic acid (EDTA 17% dalam larutan netral).

Kelator adalah pelarut komponen anorganik dan memiliki efek anti bakteri yang

rendah, sehingga dianjurkan sebagai pelengkap dalam irigasi saluran akar setelah

sodium hipoklorit (NaOCl) (2).

Smear layer yang terbentuk selama preparasi mekanik saluran akar dan yang

melekat pada dinding saluran akar, dapat dengan mudah dilepaskan melalui

demineralisasi, membuat tubulus dentinalis terbuka lebih lebar. Hal ini

memudahkan penetrasi desinfektan lebih jauh ke dalam dentin saluran akar,

menjadikan larutan kelator ini berkontribusi terhadap eliminasi bakteri. Efektivitas

ini makin berkurang ke apikal, bisa karena volume larutan yang kurang memadai,

ukuran saluran akar yang makin kecil yang membatasi sirkulasi dan aksi larutan

atau variasi anatomis seperti tubulus yang sklerotik (2).

Gambar 2.5 Ethylendiamin tetraacetic acid (EDTA)

Sumber (Rhodes, John S., 2006)


2.3.2.3 Klorheksidin (CHX)

Konsentrasi 2% klorheksidin (CHX) dianjurkan sebagai larutan irigasi

saluran akar, karena memiliki efek antimikoba yang luas dan dapat bertahan lama

dengan kemampuannya melekat pada dinding saluran akar. Disamping itu,

klorheksidin tidak mengiritasi jaringan periapikal, kurang toksik dibandingkan

dengan larutan lainnya dan baunya tidak menyengat (2).

Klorheksidin (CHX) bukan merupakan bahan irigasi utama karena bahan ini

tidak mampu melarutkan sisa-sisa jaringan nekrotik dan kurang efektif terhadap

bakteri gram negatif. Disamping itu, efektivitas klorheksidin (CHX) berkurang

dengan adanya protein dan matriks dentin organik. Oleh sebab itu, kombinasi

larutan irigasi sodium hipoklorit (NaOCl) dan klorheksidin (CHX) dianjurkan untuk

meningkatkan kemampuan keduanya (2,22).

Gambar 2.6 Klorheksidin (CHX)

Sumber (Rhodes, John S., 2006)


2.4. Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Perawatan Endodontik

Keberhasilan perawatan endodontik tergantung banyak faktor antara lain

faktor host, preparasi, mikroorganisme dan lain-lain. Diantara faktor-faktor tersebut,

mikroorganisme baik yang tersisa pada saluran akar setelah dipreparasi atau yang

tumbuh pasca obturasi saluran akar merupakan penyebab utama kegagalan perawatan

endodontik. Oleh sebab itu, pemilihan larutan irigasi memerlukan pengetahuan dan

pemahaman yang baik terhadap sifat-sifat dari berbagai larutan irigasi. Akan tetapi

dari berbagai penelitian yang telah dilakukan, belum ada senyawa larutan irigasi yang

dapat memenuhi kriteria yang ideal. Penelitian lain menunjukkan penggunaan

kombinasi dari larutan irigasi tertentu mendukung keberhasilan perawatan. Metode

irigasi yang tepat dan pengetahuan mengenai macam mikroorganisme juga berperan
(2,9,22)
dalam proses infeksi saluran akar, turut menunjang efektivitas larutan irigasi .
BAB III KERANGKA

PENELITIAN

3.1 Kerangka Teori

Perawatan
Endodontik

Tahap-Tahap
Perawatan Endodontik

Obturasi Post perawatan


Cleaning Shaping

Irigasi Berhasil Gagal

Ekstrak Larutan
Sarang Semut
NaOCl

E. faecalis

Keterangan :

: Variabel di teliti

: Variabel yang tidak diteliti


3.2 Kerangka Konsep Penelitian

Ekstrak Tanaman Sarang Bakteri


semut enterococcus
faecalis

Daya hambat
bakteri

Keterangan :

: Variabel Independen

: Variabel Dependen

: Variabel Antara

3.3 Hipotesis Penelitian


3.3.1 Ho :

1. Tidak terdapat daya hambat bakteri Enterococcus faecalis dengan ekstrak Sarang

Semut (Myrmecodia pendens) 25%

2. Tidak terdapat daya hambat bakteri Enterococcus faecalis dengan ekstrak Sarang

Semut (Myrmecodia pendens) 50%

3. Tidak terdapat perbedaan efektivitas antara ekstrak Sarang Semut (Myrmecodia

pendens) 25% dan 50% sebagai bahan irigasi saluran akar dengan daya hambat

bakteri Enterococcus faecalis


3.3.2 Ha :

1. Terdapat daya hambat bakteri Enterococcus faecalis dengan ekstrak Sarang Semut

(Myrmecodia pendens) 25%

2. Terdapat daya hambat bakteri Enterococcus faecalis dengan ekstrak Sarang Semut

(Myrmecodia pendens) 50%

3. Terdapat perbedaan efektivitas antara ekstrak Sarang Semut (Myrmecodia pendens)

25% dan 50% sebagai bahan irigasi saluran akar dengan daya hambat bakteri

Enterococcus faecalis
BAB IV METODE

PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode Eksperimental Laboratorium yaitu

pengujian yang dilakukan di laboratorium dengan bentuk penelitian berupa Post test

Only Control Design. Jenis penelitian yang dilakukan adalah True Eksperimental

Laboratorium.

4.2 Lokasi dan Waktu Pengambilan Data Penelitian

4.2.1 Lokasi

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Farmasi

Universitas Muslim Indonesia.

4.2.2 Waktu

Penelitian ini dilaksanakan pada September 2018 sampai selesai.

4.3 Identifikasi Variabel

4.3.1 Variabel independen : Ekstrak Tanaman Sarang Semut (Myrmecodia

pendens)

4.3.2 Variabel dependen : Bakteri Enterococcus faecalis

4.3.3 Variabel antara : Daya Hambat Bakteri


4.4 Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

4.4.1 Ekstrak Tanaman Sarang Semut (Myrmecodia pendens)

Definisi Operasional : Ekstrak dari tanaman sarang semut yang bernama

latin Myrmecodia pendens. Diekstraksi dengan

metode maserasi dan akan diteliti pada sampel yang

telah ditentukan.

Kriteria Objektif : Ekstrak dari tanaman sarang semut (Myrmecodia

pendens.) dengan konsentrasi 25 % dan 50%,

berbentuk cair.

4.4.3 Bakteri Enterococcus faecalis

Definisi Operasional : Bakteri Enterococcus faecalis adalah bakteri gram

positif yang dikembangbiakkan di Laboratorium

Mikrobiologi Fakultas Farmasi Universitas Muslim

Indonesia.

Kriteria Objektif : Koloni bakteri Enterococcus faecalis dalam cawan

petri berbentuk bulat berantai yang nantinya akan

dijadikan objek penelitian.

4.4.4 Daya Hambat Bakteri


Definisi Operasional : Terjadinya zona hambat yang ditandai dengan adanya

daerah jernih atau bening dispencadangekitar lubang

pada medium Mueller Hinton Agar (MHA).

Kriteria Objektif : Luas daerah bening yang terbentuk disekitar lubang

pencadang yang diukur dengan menggunakan jangka

sorong digital dalam satuan millimeter (mm). Adapun

interpretasi dari zona inhibisi yang terbentuk yaitu :

1. Aktivitas lemah (<5 mm)

2. Aktivitas sedang (5-10 mm)

3. Aktivitas kuat (< 10-20mm)

4. Aktivitas sangat kuat (> 20-30mm).

4.5 Subjek/Objek Penelitian

4.5.1 Objek Penelitian

Sampel dalam penelitian ini adalah bakteri Enterococcus faecalis yang

diinkubasi di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Farmasi Universitas Muslim

Indonesia.

4.5.2 Subjek Penelitian


Subjek dalam penelitian ini adalah bahan antibakteri yaitu Ekstrak dari

tanaman sarang semut (Myrmecodia pendens). Jenis bahan antibakteri ini akan

melakukan intervensi atau diberikan perlakuan terhadap bakteri Enterococcus

faecalis.

4.6 Metode Sampling

Pada metode penelitian ini, teknik pengambilan sampel yang digunakan

adalah Purposive Sampling dimana pengambilan sampel dilakukan dengan sengaja

sesuai dengan persyaratan sampel yang dibutuhkan.

4.6.1 Kriteria Inklusi

1. Tanaman sarang semut yang sudah matang dan berwarna coklat

kemerahan.

2. Tanaman sarang semut dengan jenis myrmecodia pendens.

3. Bakteri yang sudah diinkubasi dan dikembangbiakkan sebelumnya

4.6.1 Kriteria Eksklusi

1. Ekstrak sarang semut yang mengalami perubahan warna

2. Ekstrak sarang semut yang memiliki bau yang tidak normal

4.7 Besar Sampel

Metode penentuan jumlah sampel diestimasikan berdasarkan rumus Lukito


(1998):
P (n-1) ≥ 16

Keterangan :
n = Jumlah Pengulangan

P = Jumlah perlakuan atau konsentrasi

Penelitian ini menggunakan 4 kelompok yang masing-masing terdiri dari :

1. Kelompok I : Ekstrak tanaman sarang semut (Myrmecodia

Pendens.) konsentrasi 25%

2. Kelompok II : Ekstrak tanaman sarang semut (Myrmecodia

Pendens.) konsentrasi 50%

3. Kelompok III : Aquades steril sebagai kontrol negatif

4. Kelompok IV : Sodium Hipoklorit 3% sebagai kontrol positif

Jadi perlakuannya (P) adalah 4

P (n – 1) ≥ 16

4 (n – 1) ≥ 16

4n – 4 ≥ 16

4n ≥ 20

n ≥5 n=5

Maka berdasarkan hasil perhitungan, jumlah pengulangan yang dilakukan

adalah 5, artinya pada kelompok I sampai IV dilakukan 5 kali pengulangan. Sehingga

didapatkan jumlah total sampel adalah (P × n) = (4 × 5) = 20.


4.8 Alat dan Bahan
4.8.1 Alat Penelitian

1. Alat tulis
2. Autoclave
3. Inkubator
4. Spoit 10 ml, 5 ml dan 1 ml
5. Pencadang
6. Timbangan analitik
7. Cawan petri
8. Sterilisator
9. Batang Pengaduk
10. Tabung reaksi
11. Sendok tanduk (flatware)
12. Ose bulat
13. Gelas kimia
14. Lampu spirtus
15. Pinset
16. Jangka sorong
17. Plastik warp
18. Handscoon
19. Aluminium foil
20. Tabung erlenmeyer
21. Corong buchner yang dilapisi kertas saring
22. Kertas label
23. Masker
24. Botol vial
(a) (b) (c)

(d) (e) (f)


(g) (h) (i)

(j) (k) (l) (m) (n) (o)


(p) (q) (r) (s) (t)

(u) (v) (w) (x)

Gambar 4.1 Alat Penelitian


(a) Alat tulis (b) Autoclave (c) Inkubator (d) Spoit 10 ml, 5 ml, 1 ml (e) Pencadang (f)
Timbangan analitik (g) Cawan petri (h) Sterilisator (i) Batang Pengaduk (j) Tabung reaksi (k)
Sendok tanduk (flatware) (l) Ose bulat (m) Gelas kimia (n) Lampu spirtus (o) Pinset (p)
Jangka sorong (q) Plastik warp (r) Handscoon (s) Aluminium foil (t) Tabung erlenmeyer (u)
Corong buchner yang dilapisi kertas saring (v)Kertas label (w)Masker (x)Botol vial

4.8.2 Bahan Penelitian

1. Bakteri Enterococcus faecalis


2. Tanaman sarang semut (Myrmecodia Pendens.)
3. Aquades
4. Sodium Hipoklorit 32%,
5. Mueller Hinton Agar (MHA)
6. Etanol 96%
7. Spirtus

(a) (b) (c)

(d) (e) (f) (g)

Gambar 4.2 Bahan Penelitian


(a) Bakteri Enterococcus faecalis (b)Tanaman sarang semut (Myrmecodia Pendens.) (c) Aquades (d)
Sodium Hipoklorit 32% (e) Mueller Hinton Agar (MHA) (f) Etanol 96% (g) Spirtus

4.9 Instrumen Penelitian

Untuk melihat adanya zona inhibisi yang ditandai dengan adanya zona bening

pada medium biakan bakteri, dapat menggunakan jangka sorong digital dalam satuan

millimeter (mm).
4.10 Prosedur Penelitian

4.10.1 Sterilisasi Alat

Alat-alat yang digunakan dicuci hingga bersih kemudian dikeringkan,

untuk alat-alat gelas disterilkan dengan menggunakan oven pada suhu 180°C

selama 2 jam. Alat-alat gelas yang berskala dan tidak tahan panas terhadap

pemanasan serta yang terbuat dari bahan plastik disterilkan dalam autoklaf pada

suhu 121°C selama 15 menit.

4.10.2 Pembuatan Ekstrak Tanaman Sarang Semut (Myrmecodia Pendens)

Untuk pembuatan ekstrak tanaman sarang semut siapkan tanaman

sarang semut dalam bentuk kering kemudian timbang sebanyak 250gr. Setelah

itu haluskan dengan menggunakan blender.

4.10.3 Pengenceran Ekstrak Tanaman Sarang Semut (Myrmecodia Pendens)

Pengenceran bertujuan menghasilkan konsentrasi ekstrak tanaman

sarang semut digunakan untuk kemudian dilarutkan dengan aquades.

Sehingga didapatkan konsentrasi 25% dan 50%. Setelah itu, hasil

pengenceran ekstrak tanaman sarang semut (Myrmecodia Pendens)

dimasukkan kedalam botol vial dan diberikan label.

4.10.4 Pembuatan Medium

Mueller Hinton Agar (MHA) sebanyak 3,4 gram dilarutkan dengan

100 ml aquades menggunakan tabung Erlenmeyer yang ditutup dengan kasa


dan dibungkus dengan kertas. Media tersebut disterilkan dalam autoklaf pada

suhu 121°C selama 25 menit. Bagian bawah cawan petri dibagi sesuai dengan

banyaknya pencadang yang akan diberikan untuk menentukan batas daerah

tiap perlakuan pada MHA. Selanjutnya, gunakan spoit untuk memasukkan 10

ml medium kedalam botol vial steril. Ambil 1 ose bakteri kemudian masukkan

ke botol vial yang berisi medium kemudian homogenkan. MHA dituang ke

dalam cawan petri dan dibiarkan sampai setengah memadat. Setelah itu,

pencadang dimasukkan satu- persatu pada medium sesuai dengan jumlah

kuadran yang dibuat sampai memadat dan pencadang dapat dilepaskan dari

medium tersebut. Sehingga membentuk lingkaran kosong pada medium yang

nantinya akan di isi oleh kelompok uji.

4.10.5 Uji Daya Hambat Antibakteri

Setelah medium memadat, ekstrak tanaman sarang semut

(Myrmecodia Pendens) konsentrasi 25% dan 50%, kontrol positif serta

kontrol negatif dimasukkan ke dalam medium menggunakan spoit.

Inkubasikan dalam inkubator selama 24 jam pada suhu 37oC.

4.10.6 Zona Inhibisi

Daya hambat diketahui berdasarkan pengukuran diameter zona inhibisi

(zona bening atau daerah jernih tanpa pertumbuhan mikroorganisme) yang


terbentuk di sekitar lubang pencadang. Pengukuran tersebut menggunakan jangka

sorong digital yang dinyatakan dalam satuan millimeter (mm).

4.11 Pengumpulan, Pengolahan, Analisa dan Penyajian Data

4.11.1 Pengumpulan Data

Data yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dari

hasil perhitungan keempat kelompok sampel bahan antibakteri terhadap bakteri

Enterococcus faecalis.

4.11.2 Pengolahan Data

Pengolahan data penelitian dengan menggunakan SPSS

4.11.3 Analisa Data

Pada penelitian ini menggunakan uji One Way Anova, sebab skala

pengukurannya menggunakan numerik, lebih dari dua kelompok dan tidak

berpasangan.

4.11.3.1 Confidence Interval = 95%

4.11.3.2 α = 0,05

4.11.4 Penyajian Data

Data dari hasil penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel berdasarkan

hasil uji yang telah dilakukan.


4.12 Alur Penelitian

Sterilisasi alat

Pembuatan Ekstrak
Tanaman Sarang
Semut (Myrmecodia
Pendens)

Pengenceran Ekstrak
Tanaman Sarang Semut
(Myrmecodia Pendens)
Konsentrasi 25% dan 50%

Pembuatan Medium

Uji Daya Hambat


Antibakteri

Ekstrak Tanaman Sarang Ekstrak Tanaman Sodium Hipoklorit


Semut (Myrmecodia Sarang Semut Aquades
3%
Pendens) Konsentrasi (Myrmecodia Pendens) (kontrol negatif)
25% Konsentrasi 50% (kontrol positif)

Inkubasi
Zona 24 jam
inkobasi
inhibisi

Pengukuran zona
inhibisi

Pencatatan,Dokum
entasi dan Tabulasi
data

Analisis data

Laporan hasil
penelitian
BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

Pada penelitian ini menggunakan larutan ekstrak tanaman Sarang Semut

(Myrmecodia pendens) sebagai bahan irigasi saluran akar dalam menghambat

pertumbuhan bakteri Enterococcus faecalis. Pada uji daya hambat yang dilakukan

terdapat empat larutan yang digunakan yaitu larutan ekstrak tanaman sarang semut

(Myrmecodia pendens) konsentrasi 25%, larutan ekstrak tanaman sarang semut

(Myrmecodia pendens) konsentrasi 50%, Sodium Hipoklorit 3% sebagai kontrol

positif (K+) dan Aquades steril sebagai kontrol negatif (K-). Pada proses uji daya

hambat tersebut dilakukan sebanyak lima kali replikasi percobaan pada masing-

masing larutan untuk mengetahui seberapa besar zona daya hambat yang dihasilkan

terhadap pertumbukan bakteri Enterococcus faecalis. Sehingga jumlah sampel dalam

penelitian ini adalah sebanyak 20 sampel.

Berdasarkan data hasil penelitian diperoleh data hasil penelitian yang

homogen. Uji homogenitas menggunakan Levene’s Test. Data hasil penelitian

dikatakan homogen jika hasil uji homogenitas memiliki nilai signifikansi p>0,05.

Pada penelitian ini, uji normalitas menggunakan uji Shapiro-Wilk karena jumlah

sampel yang digunakan dalam penelitian ini kurang dari 50 sampel. Hasil uji
normalitas menunjukkan kelompok bakteri uji memiliki nilai signifikansi p>0,05.

Sehingga data hasil penelitian dikatakan berdistribusi normal.

Berdasarkan hasil uji homogenitas Levene’s Test dan normalitas Shapiro-

Wilk, kemudian diuji menggunakan analisis One Way Anova. Hasil penelitian

memperlihatkan nilai signifikansi p = 0,000 (p<0,05). Hal ini berarti terdapat

perbedaan yang signifikan. Selanjutnya dilakukan uji Post Hoc multiple comparisons

untuk melihat adanya perbedaan atau tidak pada masing-masing perlakuan terhadap

perlakuan yang lain.

Berdasarkan hasil uji Post Hoc multiple comparisons diperoleh hasil data

bahwa terdapat perbedaan yang signifikan terlihat pada semua kelompok. Adapun

perbedaan diameter rata-rata zona daya hambat terbesar terdapat diantara esktrak

sarang semut (Myrmecodia pendens) konsentrasi 50% dengan aquades steril sebagai

kontrol negatif, dan perbedaan diameter rata-rata zona daya hambat terkecil terdapat

diantara aquades steril sebagai kontrol negatif dan esktrak sarang semut (Myrmecodia

pendens) konsentrasi 50%. Perbedaan ini disebabkan karena kandungan zat aktif yang

berfungsi sebagai antibakteri terdapat pada masing-masing kelompok juga berbeda.

Diameter zona hambat yang terbentuk (daerah jernih pertumbuhan bakteri)

diukur dengan menggunakan jangka sorong digital dan dinyatakan dalam satuan

millimeter (mm). Pengukuran dilakukan dari tiga arah, yakni arah vertikal, arah

horizontal, dan arah diagonal. Selanjutnya, luas zona dirata-ratakan dari ketiga

pengukuran tersebut. Seluruh hasil penelitian selanjutnya dikumpulkan dan dicatat,

serta dilakukan pengolahan dan analisis data dengan menggunakan program SPSS
versi 25 (SPSS Inc., Chicago, IL, USA). Hasil penelitian ditampilkan dalam tabel

distribusi dan diagram sebagai berikut.

5.1.1 Diameter Zona Daya Hambat Ekstrak Tanaman Sarang Semut


(Myrmecodia pendens) Konsentrasi 25% dalam Menghambat Pertumbuhan
Bakteri Enterococcus faecalis.
Setelah melakukan pengukuran zona inhibisi dalam uji daya hambat

menggunakan ekstrak tanaman sarang semut (Myrmecodia pendens) konsentrasi

25%, aquades steril sebagai kontrol negatif dan Sodium Hipoklorit 3% (NaOCl)

sebagai kontrol positif terhadap pertumbuhan bakteri Enterococcus faecalis dengan

menggunakan lima replikasi pada masing-masing kelompok perlakuan, maka

diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 5.1 Diameter zona daya hambat ekstrak tanaman sarang semut (Myrmecodia pendens)
konsentrasi 25% dan variabel kontrol dalam menghambat pertumbuhan bakteri
Enterococcus faecalis
Ekstrak Sarang Semut Kontrol
Replikasi Konsentrasi 25% (mm) (mm)
Mean ± SD K- Mean ± SD K+ Mean ± SD
1. 21,17 0,00 17,40

2. 21,16 0,00 18,10

3. 20,99 21,10 ± 0,18 0,00 0,00 ± 0,000 18,60 18,30 ± 0,57

4. 20,87 0,00 18,86

5. 21,35 0,00 18,57


Sumber : Data primer 2018

Tabel 5.1 menunjukkan bahwa telah terbentuk zona daya hambat pada

medium agar disekitar pencadang yang diberikan ekstrak tanaman sarang semut

(Myrmecodia pendens) konsentrasi 25% dan Sodium Hipoklorit 3% (NaOCl)

sebagai kontrol positif. Hasil pengukuran pada tabel diatas menunjukkan bahwa
zona daya hambat terbesar pada ekstrak tanaman sarang semut (Myrmecodia

pendens) konsentrasi 25% terbentuk pada replikasi 5 sebesar 21,35 mm dan zona

daya hambat terkecil terbentuk pada replikasi 4 sebesar 20,87. Nilai rata-rata dari

kelima replikasi ekstrak tanaman sarang semut (Myrmecodia pendens) konsentrasi

25% tersebut sebesar 21,10 ± 0,18 mm. Pada kontrol positif menunjukan zona daya

hambat terbesar terbentuk pada replikasi 4 yaitu sebesar 18,86 mm dan zona daya

hambat terkecil terbentuk pada replikasi 1 sebesar 17,40 mm. Nilai rata-rata dari

kelima replikasi Sodium Hipoklorit 3% tersebut sebesar 18,30 ± 0,57 mm.

Sedangkan pada kontrol negatif tidak terdapat zona daya hambat disekitar

pencadang.

5.1.2 Diameter Zona Daya Hambat Ekstrak Tanaman Sarang Semut

(Myrmecodia pendens) Konsentrasi 50% dalam Menghambat Pertumbuhan

Bakteri Enterococcus faecalis

Setelah melakukan pengukuran zona inhibisi dalam uji daya hambat

menggunakan ekstrak tanaman sarang semut (Myrmecodia pendens) konsentrasi

50%, aquades steril sebagai kontrol negatif dan Sodium Hipoklorit 3% (NaOCl)

sebagai kontrol positif terhadap pertumbuhan bakteri Enterococcus faecalis dengan

menggunakan lima replikasi pada masing-masing kelompok perlakuan, maka

diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 5.2 Diameter zona daya hambat ekstrak tanaman sarang semut (Myrmecodia pendens)
konsentrasi 50% dan variabel kontrol dalam menghambat pertumbuhan bakteri
Enterococcus faecalis
ekstrak tanaman sarang Kontrol
Replikasi
semut (Myrmecodia (mm)
pendens) konsentrasi
50% (mm)
Mean ± SD K- Mean ± SD K+ Mean ± SD
1. 23,47 0,00 17,40

2. 23,86 0,00 18,10

3. 23,51 23,47 ± 0,24 0,00 0,00 ± 0,000 18,60 18,30 ± 0,57

4. 23,28 0,00 18,86

5. 23,24 0,00 18,57


Sumber : Data primer 2018

Tabel 5.2 menunjukkan bahwa telah terbentuk zona daya hambat pada

medium agar disekitar pencadang yang diberikan ekstrak tanaman sarang semut

(Myrmecodia pendens) konsentrasi 50% dan Sodium Hipoklorit 3% (NaOCl)

sebagai kontrol positif. Hasil pengukuran pada tabel diatas menunjukkan bahwa

zona daya hambat terbesar pada ekstrak tanaman sarang semut (Myrmecodia

pendens) konsentrasi 50% terbentuk pada replikasi 2 sebesar 23,86 mm dan zona

daya hambat terkecil terbentuk pada replikasi 5 sebesar 23,24. Nilai rata-rata dari

kelima replikasi ekstrak tanaman sarang semut (Myrmecodia pendens) konsentrasi

50% tersebut sebesar 23,47 ± 0,24 mm. Pada kontrol positif menunjukan zona daya

hambat terbesar terbentuk pada replikasi 4 yaitu sebesar 18,86 mm dan zona daya

hambat terkecil terbentuk pada replikasi 1 sebesar 17,40 mm. Nilai rata-rata dari

kelima replikasi Sodium Hipoklorit 3% tersebut sebesar 18,30 ± 0,57 mm.

Sedangkan pada kontrol negatif tidak terdapat zona daya hambat disekitar

pencadang.
5.1.3 Perbedaan Diameter Rata-Rata Zona Daya Hambat Ekstrak Tanaman

Sarang Semut (Myrmecodia pendens) Konsentrasi 25% dan Ekstrak Tanaman

Sarang Semut (Myrmecodia pendens) Konsentrasi 50% Dalam Mengambat

Pertumbuhan Bakteri Enterococcus faecalis

Setelah melakukan pengukuran zona daya hambat menggunakan ekstrak

tanaman sarang semut (Myrmecodia pendens) konsentrasi 25%, ekstrak tanaman

sarang semut (Myrmecodia pendens) konsentrasi 50%, Sodium Hipoklorit 3%

sebagai kontrol positif (K+) dan Aquades steril sebagai kontrol negatif (K-)

terhadap pertumbuhan bakteri Enterococcus faecalis dengan melakukan masing-

masing sebanyak lima kali replikasi maka diperoleh hasil perbedaan diameter zona

inhibisi sebagai berikut :

Tabel 5.3 Perbedaan Diameter rata-rata zona daya hambat ekstrak tanaman sarang semut
(Myrmecodia pendens) konsentrasi 25%, ekstrak tanaman sarang semut (Myrmecodia
pendens) konsentrasi 50% dalam menghambat pertumbuhan bakteri Enterococcus
faecalis
Mean Std.
Kelompok Jenis Larutan P
Difference Error

Ekstrak Sarang Ekstrak 50% -2,36400* ,20644 ,000


Semut
Konsentrasi Larutan K+ 2,80200* ,20644 ,000
25%
Larutan K- 21,10800* ,20644 ,000

Ekstrak Ekstrak 25% 2,36400* ,20644 ,000


Sarang Semut
Konsentrasi Larutan K+ 5,16600* ,20644 ,000
50%
Larutan K- 23,47200* ,20644 ,000

Sodium Ekstrak 25% -2,80200* ,20644 ,000


Hipoklorit
konsentrasi Ekstrak 50% -5,16600* ,20644 ,000
3% (K+) Larutan K- 18,30600* ,20644 ,000

Ekstrak 25% -21,10800* ,20644 ,000


Aquadest
steril (K-) Ekstrak 50% -23,47200* ,20644 ,000

Larutan K+ -18,30600* ,20644 ,000

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

*Post Hoc test: LSD test; p<0.05: significant


Sumber : Data primer 2018

Tabel 5.3 menunjukkan letak perbedaan diameter rata-rata zona daya hambat

antara larutan ekstrak tanaman sarang semut (Myrmecodia pendens) konsentrasi 25%,

ekstrak tanaman sarang semut (Myrmecodia pendens) konsentrasi 50% dan larutan

kontrol terhadap pertumbuhan bakteri Enterococcus faecalis. Berdasarkan uji statistik

Post Hoc Multiple Comparisons atau uji lanjutan tersebut diperoleh hasil bahwa

perbedaan diameter zona daya hambat ekstrak tanaman sarang semut (Myrmecodia

pendens) konsentrasi 25% dan ekstrak tanaman sarang semut (Myrmecodia pendens)

konsentrasi 50% sebanyak -2,364 mm dengan p = 0,000 yang berarti sangat

signifikan, larutan ekstrak tanaman sarang semut (Myrmecodia pendens) konsentrasi

25% dan kontrol positif sebanyak 2,802 mm dengan p = 0,000 yang berarti

signifikan, larutan ekstrak tanaman sarang semut (Myrmecodia pendens) konsentrasi

25% dan kontrol negatif sebanyak 21,108 mm dengan p = 0,000 yang berarti

signifikan. Pada ekstrak tanaman sarang semut (Myrmecodia pendens) konsentrasi

50% dan kontrol positif sebanyak 5,166 mm dengan p = 0,000 yang berarti

signifikan, ekstrak tanaman sarang semut (Myrmecodia pendens) konsentrasi 50%

dan kontrol negatif sebanyak 23,472 mm dengan p = 0,000 yang berarti signifikan.
Pada kontrol positif dan kontrol negatif sebanyak 18,306 mm dengan p = 0,000 yang

berarti signifikan.

(Gambar 5.1) Diameter zona daya hambat

5.2 Pembahasan Penelitian

Penelitian yang telah dilakukan yaitu hubungan ekstrak sarang semut

(Myrmecodia pendens) konsentrasi 25% dan konsentrasi 50% sebagai bahan irigasi

saluran akar dengan daya hambat bakteri Enterococcus faecalis. Penelitian ini

merupakan eksperimental laboratorium yang dilakukan di Laboratorium

Mikrobiologi Fakultas Farmasi Universitas Muslim Indonesia dengan bentuk

penelitian berupa Post test only control design dan pengambilan sampel dengan

Purposive Sampling menggunakan 4 perlakuan dan 5 kali pengulangan. Penelitian ini


dilaksanakan pada bulan Juni 2018. Sampel penelitian adalah biakan murni bakteri

Enterococcus faecalis yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Fakultas

Farmasi Universitas Muslim Indonesia.

Penelitian ini dilakukan untuk membuktikan teori bahwa tumbuhan sarang

semut mengandung senyawa-senyawa kimia dari golongan flavonoid dan tanin.

Dalam banyak kasus, flavonoid dapat berperan secara langsung sebagai antibiotik

dengan mengganggu fungsi dari mikroorganisme bakteri atau virus. Pada umumnya

senyawa flavonoid dapat menghambat pertumbuhan bakteri gram positif dan gram

negatif. Tanin memiliki aktivitas antibakteri. Mekanisme kerja senyawa tanin dalam

menghambat sel bakteri, yaitu dengan cara mendenaturasi protein sel bakteri,

menghambat fungsi selaput sel (transpor zat dari sel satu ke sel yang lain) dan

menghambat sintesis asam nukleat sehingga pertumbuhan bakteri dapat terhambat (15).

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan adanya zona daya hambat atau

zona bening terbentuk pada medium agar atau MHA disekitar pencadang yang

mengandung ekstrak tanaman sarang semut (Myrmecodia pendens) konsentrasi 25% ,

50% dan sodium hipoklorit 3% sebagai kontrol positif. Diameter zona daya hambat

yang terbentuk memperlihatkan bahwa adanya reaksi antibakteri dari ekstrak tanaman

sarang semut (Myrmecodia pendens) konsentrasi 25%, 50% dan sodium hipoklorit

3% terhadap pertumbuhan bakteri Enterococcus faecalis. Pada medium agar atau

MHA yang diberikan pencadang mengandung aquades steril sebagai kontrol negatif

tidak terbentuk zona bening disekitar pencadang tersebut. Hal ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Roslizawaty dkk (2013) di Universitas Syiah Kuala,
menyatakan bahwa ekstrak tanaman sarang semut (Myrmecodia pendens) dengan

konsentrasi 25% dan 50% efektif menghambat pertumbuhan bakteri. Perlakuan

dengan ekstrak tanaman sarang semut (Myrmecodia pendens) konsentrasi 25% dan

50% dinyatakan memiliki aktivitas antibakteri yang kuat. Pada hasil juga

memperlihatkan, semakin tinggi konsentrasi, semakin besar zona hambat yang

terbentuk di sekeliling pencadang. Hal ini sesuai dengan pernyataan Pelezar dan Chan

(1986), bahwa semakin tinggi konsentrasi suatu bahan antibakteri maka aktivitas

antibakterinya semakin kuat pula. Hasil ini didukung oleh pernyataan Prawata dan

Dewi (2008), bahwa efektivitas suatu zat antibakteri dipengaruhi oleh konsentrasi zat

tersebut. Meningkatnya konsentrasi zat menyebabkan meningkatnya kandungan

senyawa aktif yang berfungsi sebagai antibakteri, sehingga kemampuannya dalam

membunuh suatu bakteri juga semakin besar (15).

Kemampuan ekstrak etanol sarang semut memiliki efektivitas sebagai

antibakteri juga didukung oleh zat-zat aktif yang dikandung oleh tumbuhan ini.

Sebagaimana yang dijelaskan oleh Mangan (2009), sarang semut mengandung

glikosida, vitamin, mineral, flavonoid, tokoferol, polifenol dan tanin. Dalam dunia

pengobatan beberapa jenis flavonoid berfungsi sebagai zat antibiotik, misalnya

antivirus dan jamur dan peradangan pembuluh darah (Vickery dan Vickery, 1981).

Selain itu flavonoid juga berperan langsung sebagai antibiotik dengan mengganggu

fungsi dari mikroorganisme seperti bakteri atau virus (Subroto dan Saputro, 2006).

Mekanisme penghambatan flavonoid terhadap pertumbuhan bakteri diduga karena

kemampuan senyawa tersebut membentuk komplek dengan protein ekstraseluler,


mengaktivasi enzim, dan merusak membran sel. Pada umumnya senyawa flavonoid

dapat menghambat pertumbuhan bakteri gram positif dan gram negatif (Cowan,

1999). Senyawa ini merupakan antimikroba karena kemampuannya membentuk

kompleks dengan protein ekstraseluler terlarut serta dinding sel mikroba. Flavonoid

yang bersifat lipofilik akan merusak membran mikroba (Rahman, 2008).

Kandungan lainnya yaitu tanin, dimana memiliki aktivitas antibakteri.

Toksisitas tanin dapat merusak membran sel bakteri, senyawa astringen tanin dapat

menginduksi pembentukan kompleks senyawa ikatan terhadap enzim atau subtrat

mikroba dan pembentukan suatu kompleks ikatan tanin terhadap ion logam yang

dapat menambah daya toksisitas tanin itu sendiri (Juliantina, 2009). Mekanisme kerja

senyawa tanin dalam menghambat sel bakteri, yaitu dengan cara mendenaturasi

protein sel bakteri, menghambat fungsi selaput sel (transpor zat dari sel satu ke sel

yang lain) dan menghambat sintesis asam nukleat sehingga pertumbuhan bakteri

dapat terhambat (Purwanti, 2007). Senyawa tanin dapat menghambat dan membunuh

pertumbuhan bakteri dengan cara bereaksi dengan membran sel. Tanin berperan

sebagai antibakteri karena dapat membentuk komplek dengan protein dan interaksi

hidrofobik, jika terbentuk ikatan hidrogen antara tanin dengan protein enzim yang

terdapat pada bakteri maka kemungkinan akan terdenaturasi sehingga metabolisme

bakteri terganggu, selain itu dengan adanya tanin (asam tanat) maka akan terjadi

penghambatan metabolisme sel, mengganggu sintesa dinding sel, dan protein dengan
(15)
mengganggu aktivitas .
Diameter rata-rata zona daya hambat yang dihasilkan oleh kontrol positif

(18,30 ± 0,57) menunjukan diameter zona daya hambat yang lebih kecil daripada

diameter zona daya hambat yang dihasilkan dari ekstrak tanaman sarang semut

(Myrmecodia pendens) dengan konsentrasi 25% (21,10 ± 0,18) dan ekstrak tanaman

sarang semut (Myrmecodia pendens) dengan konsentrasi 50% (23,47 ± 0,24). Hal ini

menunjukan bahwa sodium hipoklorit (NaOCl) 3% memiliki daya antibakteri yan g

lebih lemah jika dibandingkan dengan ekstrak tanaman sarang semut (Myrmecodia

pendens) dengan konsentrasi 25% dan 50%. Hal ini juga sejalan dengan penelitian

yang telah dilakukan oleh Crisnaningtyas (2010) dimana hasil penelitiannya

menunjukkan diameter yang lebih besar pada ekstrak sarang semut dengan pelarut

etanol dengan rata-rata zona hambat berkisar 20-23mm. Untuk ekstrak sarang semut

dengan pelarut air, rata-rata diameter zona hambat yang terjadi berkisar antara 7-8

mm Dari perbandingan diameter zona hambat yang terjadi dapat dikatakan bahwa

ekstrak etanol sarang semut memiliki daya ikat yang baik sehingga aktifitas

antibakteri yang dihasilkan lebih baik dibandingkan dengan ekstrak air. Hal ini

diduga erat kaitannya dengan komposisi sarang semut yang lebih mudah larut dengan

menggunakan etanol yang bersifat polar. Crisnaningtyas juga menyimpulkan dalam

penelitiannya bahwa aktivitas antibakteri dari ekstrak tanaman sarang semut bisa

diaplikasikan baik pada bakteri gram positif maupun negatif (12).

Menurut penelitian Davis dan Stout pada tahun 1971 menyebutkan kategori

penilaian zona hambat/zona inhibisi dilihat dari hasil pengukuran diameter yang

digolongkan menjadi (1) tidak ada zona hambat, (2) lemah yaitu zona hambat kurang
dari 5 mm, (3) sedang yaitu zona inhibisi 5-10 mm, (4) kuat yaitu zona hambat 11-20

mm, dan (5) sangat kuat yaitu zona hambat lebih dari 20 mm. Berdasarkan kriteria di

atas maka zona daya hambat yang terbentuk disekitaran cawan petri yang berisi

sodium hipoklorit 3% sebagai kontrol positif dapat dikategorikan kuat, ekstrak

tanaman sarang semut (Myrmecodia pendens) dengan konsentrasi 25% dapat

dikategorikan memiliki rata-rata daya hambat yang sangat kuat, dan esktrak sarang

semut (Myrmecodia pendens) dengan konsentrasi 50% juga dapat dikategorikan

memiliki rata-rata daya hambat yang sangat kuat terhadap pertumbuhan bakteri

Enterococcus faecalis. Sedangkan pada kontrol negatif (aquades steril) menunjukan

tidak adanya diameter zona inhibisi yang terbentuk, sehingga dapat dikatakan bahwa

kontrol negatif yang digunakan tidak memiliki daya antibakteri dalam menghambat

pertumbuhan bakteri Enterococcus faecalis(23).

Hasil penelitian menunjukkan diameter zona hambat ekstrak sarang semut

(Myrmecodia pendens) lebih besar apabila dibandingkan dengan kontrol positif

yaitu sodium hipoklorit (NaOCl). Dimana zona hambat yang terbentuk dari ekstrak

sarang semut (Myrmecodia pendens) dengan konsentrasi 25% yaitu (21,10 ± 0,18)

dan ekstrak sarang semut dengan konsentrasi 50% yaitu (23,47 ± 0,24) sedangkan

kontrol positif yaitu Sodium Hipoklorit (NaOCl) 3% yaitu (18,30 ± 0,57). Beberapa

mekanisme kerja antibakteri pada NaOCl antara lain dengan melepaskan oksigen

bebas yang bergabung dengan protoplasma dan akan merusak sel, mengganggu

metabolism sel, menghambat fungsi membran sel. Kerusakan sel secara mekanis

akibat NaOCl menyebabkan hambatan kerja enzim dan kematian sel Ion hidroksil
yang dilepaskan natrium hipoklorit juga mengakibatkan gangguan terhadap aktivitas

enzimatik pada membran sitoplasma yang berkaitan langsung dengan proses

metabolisme, pertumbuhan sel, pembentukan dinding sel fase akhir, biosintesis lipid,

dan transport elektron. Hasil penelitian tersebut bertentangan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Apriyanti mengenai perbedaan potensi antibakteri ekstrak metanol

umbi sarang semut (Myrmecodia pendens Merr. & Perry) dan NaOCl terhadap

Streptococcus mutans yang menunjukkan hasil bahwa ekstrak metanol sarang semut

dan NaOCl memiliki potensi daya hambat terhadap Streptococcus mutans, namun

potensi antibakteri NaOCl lebih besar dibandingkan dengan ekstrak metanol sarang

semut (14).

Hasil yang didapatkan bahwa esktrak tanaman sarang semut (Myrmecodia

pendens) dengan konsentrasi 50% memiliki daya hambat yang paling besar

membuktikan beberapa penelitian mengenai ekstrak tersebut. Dimana berdasarkan

penelitian yang dilakukan oleh Crisnaningtyas (2010) menyimpulkan bahwa

antibakteri dari ekstrak sarang semut biasa diaplikasikan baik pada bakteri gram

positif maupun negatif serta pada penelitian yang dilakukan oleh Roslizawaty dkk

(2013) menyatakan bahwa hasil yang diperoleh dari ekstrak sarang semut 25% dan

50% memiliki aktivitas antibakteri yang kuat.

Ramadhinta dkk (2016) juga melakukan penelitian mengenai uji efektivitas

antibakteri air perasan jeruk nipis (citrus aurantifolia) sebagai bahan irigasi saluran

akar alami terhadap pertumbuhan enterococcus faecalis menunjukkan hasil bahwa


air perasan jeruk nipis konsentrasi 25% menghasilkan rata-rata zona

hambat terhadap enterococcus faecalis sebesar 9,2 mm, konsentrasi 50%

menghasilkan rata-rata zona hambat terhadap enterococcus faecalis sebesar 11,2

mm, konsentrasi 70% menghasilkan rata-rata zona hambat terhadap

enterococcus faecalis sebesar 14,2 mm, konsentrasi 100% menghasilkan rata-rata

zona hambat terhadap enterococcus faecalis sebesar 17,2 mm. Namun zona daya

hambat yang terbentuk pada ekstrak tanaman sarang semut (Myrmecodia pendens)

masih lebih besar apabila dibandingkan dengan air perasan jeruk nipis dalam berbagai

konsentrasi(2).

Pada penelitian lain yang dilakukan Darjono (2011) tentang analisis minyak

atsiri serai (Cymbopogon Citratus) sebagai alternatif bahan irigasi saluran akar gigi

dengan menghambat pertumbuhan Enterococcus Faecalis mendapatkan hasil bahwa

daya antibakteri minyak atsiri serai menunjukkan bahwa di sekitar lubang sumuran

pada konsentrasi 10%, 12,5%, 15%, 17,5%, dan 20% terbentuk zona jernih yang

merupakan zona hambatan pertumbuhan bakteri Enterococcus faecalis. Hal ini

menunjukkan bahwa minyak atsiri serai dapat menghambat pertumbuhan bakteri

Enterococcus faecalis. Nilai rerata zona hambatan pada konsentrasi 10% sebesar

0,958 mm, pada konsentrasi 12,5% yaitu sebesar 1,307 mm, pada konsentrasi 15%

yaitu sebesar 1,956 mm, pada konsentrasi 17,5% sebesar 2,913 mm, pada konsentrasi

20% sebesar 3,278 mm sedangkan pada kontrol menunjukkan terbentuknya zona

hambatan sebesar 4,098 mm. Zona daya hambat yang diperoleh masih dalam kategori
yang sangat lemah. Hal ini membuktikan bahwa ekstrak tanaman sarang semut

(Myrmecodia pendens) lebih baik dalam menghambat bakteri Enterococcus faecalis

dibandingkan dengan minyak atsiri serai (Cymbopogon Citratus)(9).

Penelitian berikutnya yang dilakukan oleh Hilmiyahya (2016) menunjukkan

hasil bahwa air perasan jeruk nipis (Citrus aurantifolia S.) berpengaruh terhadap

hambatan pertumbuhan bakteri Enterococcus faecalis. Hal ini dibuktikan adanya

zona hambat di sekitar lubang sumuran yang berisi air perasan jeruk nipis (Citrus

aurantifolia S.) konsentrasi 25%, 50%, dan 100%. Air perasan jeruk nipis (Citrus

aurantifolia S.) konsentrasi 25%, 50%, dan 100% memiliki rata-rata diameter zona

hambat berturut-turut sebesar 5,09 mm, 8,72 mm, dan 13,52 mm. Zona hambat

terbesar air perasan jeruk nipis (Citrus aurantifolia S.) adalah pada konsentrasi 100%.

Zona hambat tersebut masih lebih kecil dibandingkan zona hambat yang dihasilkan

kontrol positif menggunakan klorheksidin 2%. Air perasan jeruk nipis (Citrus

aurantifolia S.) konsentrasi 100% memiliki rata-rata diameter zona hambat sebesar

13,52 mm, sedangkan klorheksidin 2% memiliki rata-rata diameter zona hambat yang

lebih besar, yaitu 15,76 mm. Namun hasil penelitian yang didapatkan berupa zona

daya hambat yang terbentuk baik pada air perasan jeruk nipis (Citrus aurantifolia S.)

maupun klorheksidin 2% masih lebih kecil apabila dibandingkan dengan zona daya

hambat yang terbentuk pada ekstrak tanaman sarang semut (Myrmecodia pendens)
(24)
.

Howarto (2015) juga melakukan penelitian dengan dengan cara membiakan

bakteri Enterococcus faecalis dalam media Mueller Hinton Agar (MHA) dan disertai
dengan pelekatan cakram kertas saring yang diberi minyak atsiri sereh dapur dengan

konsentrasi 100%, 75%, 50%, 25%, antibiotik klindamisin sebagai kontrol positif dan

digunakan juga kertas saring yang diberi carboxy methyl cellulose (CMC) sabagai

kontrol negatif untuk mengetahui efek antibakteri dari minyak atsiri sereh dapur

sebagai bahan medikamen saluran akar terhadap bakteri Enterococcus faecalis. Pada

kelompok yang diberikan minyak atsiri sereh dapur dengan konsentrasi 100%

didapatkan nilai rata-rata diameter zona hambat sebesar 5,34 mm, pada kelompok

yang diberi minyak atsiri sereh dapur dengan konsentrasi 50% didapat nilai rata-rata

diameter zona hambat sebesar 4,73 mm, pada kelompok yang diberi minyak atsiri

sereh dapur dengan konsentrasi 25% didapat nilai rata-rata diameter zona hambat

sebesar 2,60 mm sedangkan pada kelompok kontrol positif klindamisin didapat nilai

rata-rata diameter zona hambat sebesar sebesar 22,25 mm. Perbedaan konsentrasi

minyak atsiri sereh dapur dapat memengaruhi besarnya daya hambat terhadap bakteri

Enterococcus faecalis. Konsentrasi yang memiliki daya hambat terbesar ialah

konsentrasi 100%, jika dibandingkan dengan konsentrasi 25%, 50%, dan 75%.

walaupun relatif lebih kecil dibandingkan dengan antibiotik klindamisin sebagai

kontrol. Penelitian ini menunjukkan bahwa minyak atsiri sereh dapur memiliki

memiliki efek antibakteri untuk menghambat pertumbuhan dari bakteri Enterococcus

faecalis, namun kemampuan ini masih kurang efektif bila dibandingkan dengan
(19)
esktrak tanaman sarang semut (Myrmecodia pendens) .
BAB VI

AKHIR

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti, dapat disimpulkan :

1. Esktrak tanaman sarang semut (Myrmecodia pendens) dengan konsentrasi 25%

memiliki diameter rata-rata zona daya hambat sebesar 21,10 ± 0,18 mm dalam

menghambat pertumbuhan bakteri Enterococcus faecalis.

2. Esktrak tanaman sarang semut (Myrmecodia pendens) dengan konsentrasi 50%

memiliki diameter rata-rata zona daya hambat sebesar 23,47 ± 0,24 mm dalam

menghambat pertumbuhan bakteri Enterococcus faecalis.

3. Terdapat perbedaan efektivitas ekstrak tanaman sarang semut (Myrmecodia

pendens) konsentrasi 25% dan 50% dengan daya hambat bakteri Enterococcus

faecalis

6.2 Saran

1. Perlu dilakukan uji lanjutan seperti uji secara in vivo dan uji toksisitas agar

esktrak sarang semut (Myrmecodia pendens) konsentrasi 25% dan konsentrasi

50% dapat dimanfaatkan secara maksimal.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tidak hanya terhadap bakteri Enterococcus

faecalis tetapi juga ke bakteri lain yang ada pada saluran akar.
DAFTAR PUSTAKA

1. Garg, N., and Garg A., Textbook of Endodontics, 2nd ed., 2010, Jaypee., New
Delhi, p. 46.

2. Ramadhinta., dkk., Uji Efektifitas Antibakteri Air Perasan Jeruk Nipis (Citrus
Aurantifolia) sebagai Bahan Irigasi Saluran Akar Alami Terhadap
Pertumbuhan Enterococcus Faecalis In Vitro, Dentino (Jur. Ked. Gigi), Vol I.
No. 2. September 2016 : Hal. 124-128

3. Hargreaves, K. M., and Cohen, S., Cohen’s Pathways of the Pulp, 2011, 10th
ed., Mosby Elsevier., St. Louis, p. 582,585.

4. Sari, A. N., dan Untara, T. E., Root Canal Retreatment menggunakan


Kombinasi Kalsium Hidroksida dan Chlorhexidine sebagai Medikamen Intra
Kanal Insisivus Sentral Kiri Maksila, 2014, Maj Ked GI. Desember 2014; 21 (2)
: Hal. 165-170.

5. Santoso, M. L., dkk., Konsentrasi Hambat Minimum Larutan Propolis terhadap


Bakteri Enterococcus Faecalis, 2012, Jurnal PDGI Vol. 61, No.3, September-
Desember 2012 : Hal. 96-101

6. Dewiyani, S., 2014, Perawatan Endodontik Pada Kasus Periodontitis Apikalis


Kronis (Endodontic Treatment on Chronis Apical Periodontitis Case), 2014,
Jurnal PDGI 63 (3) 2014 : hal. 99-103.

7. Pasril, Y., dan Yuliasanti, A., Daya Antibakteri Ekstrak Daun Sirih Merah
(Piper Crocatum) terhadap Bakteri Enterococcus Faecalis sebagai Bahan
Medikamen Saluran Akar, dengan Metode Dilusi, 2014, IDJ, Vol. 3 No. I Bulan
Mei tahun 2014 : Hal. 88-95.

8. Tanumihardja, M., Larutan Irigasi Saluran Akar, 2010, Dentofasial, Vol.9,


No.2, Oktober 2010 : Hal. 108-115.

9. Darjono, U. N. A., Analisis Minyak Atsiri Serai (Cymbopogon citratus) sebagai


Alternatif Bahan Irigasi Saluran Akar Gigi dengan Menghambat Pertumbuhan
Enterococcus faecalis, 2011, Jurnal Majalah Ilmiah Sultan Agung Vol 49, No
124 (2011) : hal. 59-68.

10. Nisa, R ., dkk, , Aktivitas Daya Hambat Ekstrak Etanol Daun Belimbing wuluh
Dan Sodium Hipoklorit Terhadap Enterococcus Faecalis (In Vitro), 2017,
Jurnal Program Studi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi UNLAM
Banjarmasin : Hal. 201.

11. Noventi, Wulan., dan Carolia, Novita., Potensi Ekstrak Daun Sirih Hijau (Piper
betle L.) sebagai Alternatif Terapi Acne vulgaris, Majority, 2016, Volume 5,
Nomor 1, Februari 2015 : p.140-145

12. Crisnaningtyas, S., Rachmadi, AD., Pemanfaatan Sarang Semut (Myrmecodia


Pendens) Asal Kalimantan Selatan Sebagai Antibakteri, 2010, Jurnal Riset
Industri Hasil Hutan, Desember 2010 : Hal. 31.
13. Efendi, Y. N dan Hertiani, T., Antimicrobial Potency Of Ant-Plant Ectract
(Myrmecodia Tuberosa Jack.) Againts Candida Albicans, Escherichia Coli, And
Staphylococcus Aureus, 2013, Jurnal Department Biology Pharmacy Faculty of
Pharmacy UGM, Januari 2013 : p. 54.

14. Apriyanti.,dkk., Perbedaan Potensi Antibakteri Ekstrak Metanol Umbi Sarang


Semut (Myrmecodia pendens Merr. & Perry) dan NaOCl Terhadap
Streptococcus Mutans, 2016, Departemen Oral Biologi Fakultas Kedokteran
gigi Universitas Padjadjaran: hal. 5-6

15. Roslizawaty, dkk ., Aktivitas Antibakterial Ekstrak Etanol Dan Rebusan Sarang
Semut (Myrmecodia sp.) terhadap Bakteri Escherichia coli, 2013, Jurnal
Medika Veterinaria : Hal. 92-93.

16. Subroto, A., Gempur Penyakir Dengan Sarang Semut, Penebar Swadaya, 2006,
Jakarta : Hal. 15-19

17. Sofiani, E., dan Mareta, D. A., Perbedaan Daya Antibakteri antara
Klorheksidin Diglukonat 2% dan Ekstrak Daun Jambu Biji (Psidium Guajava
Linn) Berbagai Konsentrasi (Tinjauan Terhadap Enterococcus Faecalis), 2014,
IDJ, Vol. 3 No. 1 Bulan Mei Tahun 2014 : Hal. 30-40.

18. Fisher, K dan Philips,C., The Ecology, Epidemiologi and Virulence of


Enterococcus, 2013, University of Northampton UK : p 1749.

19. Howarto, M. S., dkk., Uji Efektifitas Antibakteri Minyak Atsiri Sereh Dapur
sebagai Bahan Medikamen Saluran Akar Terdapat Bakteri Enterococcus
Faecalis, 2015, Jurnal e-GiGi (eG), Volume 3, Nomor 2, Juli-Desember 2015 :
hal. 432-438.

20. Hedge, V., Enterococcus Faecalis; Clinical Significance & Treatment


Considerations, 2009, J Endod 2002 : p. 48-53.

21. Walton, R. E., dan Torabinejad, M., Prinsip & Praktik Ilmu Endodonsia, 2001,
ed 4., EGC., Jakarta: Hal. 243-244.

22. Mulyawati, E., Peran Bahan Disinfeksi pada Perawatan Saluran Akar, 2011,
Maj Ked Gi, Desember 2011; 18(2) : hal. 205-209.

23. Putra, R. E. D., dkk., Uji Daya Hambat Perasan Buah Jeruk Purut Citrus Hyrix
terhadap Bakteri Staphylococcus Aureus secara In Vitro, 2017, Jurnal Ilmiah
Farmasi-UNSRAT Vol. 6 No. 1 Februari 2017 : hal. 62-67

24. Hilmiyahya., Pengaruh Air Perasan Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia Swingle)
Terhadap Hambatan Pertumbuhan Bakteri Enterococcus Faecalis Dominan
Pada Saluran Akar Secara In Vitro, 2006, Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Muhammadiyah Surakarta : hal. 5- 9
Lampira
n
YAYASANWAl<AF UMl UNIVERSITAS
MUSLIM INDONESIA AlN·du,111 hn111111I N1111111r 0/.'i
FAKULTAS
.\'K IIAN-/'f'Afr,·d l'Ll l(JJ.I

KEDOKTERAN GIGI
A ~.1 J.11 is.1No 21 '·'(04flJ87Jlllll-M'('(,lll,J11,,,,1n,r:., Jl)ll\'Ni-1•' tlrJ11rrtg,irl [,m,i ~I

IIISMIILAIIIHRAIIMANIRRAl/1/:M

SURAT PERSETUJUAN
No. 541 /B.02/FKG·UMI/VIII/2018

A~bn1ll AlaiivmwarahmJtullahlWabarakatuh.
Dengan Rahmat Allah SWT, yang bertanda tangan di bawah ini :
Nam a : Dr. drg. H. Syamsu Khaldun, M.Kes.
Nip.s : 19541010 199003 1010
Jabatan : Dekan
Unit Kerja : Fakultas Kedokteran Gigi

Dengan ini menyatakan menyetujui :


Nama : Adelya Awdya Muthalib
Stambuk : 161 2015 0028

Untuk melakukan p.enelitlan dengan Judul "Hubungan Ekstrak Sarang Semut


Sebagai Bahan Irigasi Saluran Akar Dengan Daya Hambat Bakteri
Enterococcus Faecalis Di laboratorium Fakultas Farmasi UMI Tahun 2018.

Demikian Surat Persetujuan ini dlbuat untuk digunakan sebagaimana mestinya .


Wa.l8/IU W11!,nvt Tauflq WalllkJiJ}'iJh.

Makassar, 02 Agustus 2018


Dekan, ~

·~
Dr. drg. H. Syamsu Khaldun, M.Kes/
YAYASANWAKAFUMI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
.Akreditari Jnstitusi Nomor: OJBtSK!BAN·PTIAkredfn'n/2014
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI .
AJarrm; J. Kaladue No. 27 8(0411) 87~1U74C.60;Makass•90121Webde:fKg-OrrJ.go.id;Emel: dekfflM@qmai.ccm

BISMJLLAHIRRA]!MANIRRAHIEM

Nomor : 541 /B.06/FKG-UMI/VllI/2018


Lamplran
HaI . : Izin Uji Etik
Kepada Yang Terhormat :
KEPK YW UMI - RS. IBNU SINA
Di
Makassar
As:s4/4muAlalkumWarahmtv/ahlWabara/GJtvh.
Dengan Rahmat Allah swr, berkenaan dengan surat Ketua DEU•
FKG UMI Nomor : 025/8.02/DEU.FKG-UMI/VIII/2018, Tanggal 02
Agustus 2018, tentang permohonan penelitian Mahasiswa FKG-UMI,
maka Pimpinan Fakultas Kedokteran Gigi UMI Makassar menyampaikan
kiranya Mahasiswa yang tersebut namanya dibawah ini dapat diberikan
izin Ujl Etik kepada :

Nama I Stambuk : Adelya Awdya Muthalib / 1612015 0028


Judul Hubungan Ekstrak Sarang Semut Sebagai Bahan
Irigasi Saluran Akar Dengan Daya Hambat Bakteri
Enterococcus Faecalis Di Laboratorium Fakultas
Farmasi UMI Tahun 2018.
Tempat Penelitian : Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Farmasi UMI.

Demikian penyampalan kami atas perhatian dan kerjasarnanya diucapkan


terlma kasih.
Wal/ahuWal/yyut Tauflq WaVlkiayah.

Tern1Ju8n:
1, KellJI YW.uHJ
z Ratrx'UNJ
s ~ DEV FKG-uHJ
4. y~~
Komisi Etik Pcnelitian Kcsehatan
Univenitas Muslim Indonesia dan Rumah Sakit Ibnu Sina YW-UMI
(K[PK UMI dan RSIS YW-UMI Makassar)
Jabn Urip Somohar:Jo Oct!una Menan UMJ lanta1 3 T clp & Fax. (!» 11) 428075 ~ 902J I
Wcbs11c:: """"' u:i;:11£ J¢ Email ..-,.w kc:pl·?u,m ac.id

REKOMENDASI PERSETUJUAN ETIK (Expedited)


Nomor : 248/A.I/KEPK-UMUIX/2018

Berdasarkan Perneriksaan Protokol dan Dokumen yang berhubungan dengan Protokol


Pcnelitian:
Narna Peneliti : Adelya awdya Muthalib
Judul Penelitan : Hubungan Ekstrak Sarong Semut Sebagai Bahan lrigasi Saluran
Akar dengan Daya Hambat Bakteri Enterococcus Faecalis di
Laboratorium Farmasi Tahun 2018
No Register : I
u M I o I I I
I I I
8 O I8 2I 4. I6 I 1. I I
Tclah di review secara (T:.:cpedtlt!d)oleh tim reviewer KEPK UMI dan Rumah Sakit lbnu Sina
dcngan
No Versi :2
No PSP : I

Berdasarkan hasil pemeriksaan reviewer. rnaka Pengurus KEPK UMI dan Rumah Sakit lbnu
Sinn membcrikan Pcrwtujuan I Rckomcndui f.Cik untuk Pelaksanaan Pcnctitinn terscbut di
n111s sampa! dengan Tanggnl 18 September 2019.
Dalam mclobanakan penclitian ini. Pcncliti diminta untuk mcnjaga dan mcnghorrnati
martaba! mnkhfuk hidup (Manus1a I f lewan Cobaj yang mcnjadi subyck I rcspondcn I
infonnan dalam penclitian ini. Dengan dcrnikian diharnpkan masyarakat luas dapat
mcmperoleh manfaa! yang baik cbri penelitian ini
Pnda akhir peneliuan, laporan pelaksanaan penclitian harus dfscrahkan kcpada KEPK UMI
win RSIS YW-UMI Malll.\)a(. J1lu uJ.t perubahan protokol dan atau perpanjangan penelitian,
harus mcngajukan kembali permohonan kajinn ctik penelitian (Amandemcn Protokol).

Makassar, 18 September 2018

Pengurus KEPK usn - RS rssr YW UM(


Ketua Wa.Sekretaris
YAYASANWAKAFUMI


Nomor
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Akrtwtasl lnstitusiNomor: OJ&tSKJa-tN-PTIAkrrd'PTIJnOJ.J
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
Al~•: JI. Klkll.u•No. 21 s (0411) 87JCIH74050:1.l•IS$• ~121 Wtbds.· n-~J.go.il: Emit

BISMILLAHIRRAHMANIRRA.HIEM
: 541/B.06/FKG-UMI/Vlll/2018
cftlri'tW:"r• er

Lamplran :-
Ha1 : Izln eeaelltlan
Kepada Yang Terhormat :
Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Muslim Indonesia
Di
Makassar
NSiJlamuAlai/am WarahrntJJJahlWabaraJrall.11.
Dengan Rahmat Allah SNr, berkenaan dengan surat Ketua
DEU- FKG UM! Nomor : 025/B.02/DEU.FKG-UMI/Vlll/2018 Tanggal
02 Agustus 2018, tentang permohonan penelitian Mahasiswa FKG•
UMI, maka Pimpinan Fakultas Kedo~eran Gigi UM! Makassar
menyampaikan kiranya dapat memberikan izin mengadakan
penelitian kepada Mahasiswa :
Nama /Stambuk Adelya Awdya Muthalib / 161 2015 0028
Judul Hubungan Ekstrak sarang Semut Sebagai Bahan
Irigasi · Saluran Akar Dengan Daya Hambat
Bakteri Enterococcus Faecalis Di Laboratorium
Fakultas Farrnasi UMI Tahun 2018.
Jadwal Penelitian Agustus - September 2018
Tempat Penelitian Laboratorium Mlkrobiologi Fakultas Fannas\ UMI.

Demikian penyampalan kaml atas perhatian dan kerjasamanya


diucapkan terima kasih.
WclLa'Ju~ TaifKW/a/Jkiayah.

Tembufi/0,·
1. KelUiJ YW-UHI
2. Rekla'UH/
J. Ketl»DEU FKG-W ~
.. &JI • ,.. , ...
YAYASANWAKAFUMI
NIVERSITAS ~1USLIM INDONESIA
U
FAKULTAS FARMASI
Kampus ll lJJ\,11: Jt. l lrip S11mohardjo km.5 Tlp/l~ax (0411~ 425 ~19 ~akassar 9023!
Web Site: f,~nnasi.ur.,;.ac.ic!, Ii-mail: farmast<-~um1.ac.1d

..:~\\~\"(~\
~ ""-'--~----
Nomor : ts6z/B.2/FF-UMI/VID/2018 02 Dzulhijah 1439 H
Lamp 15 Agustus 2018 M
Hal : Penyampaian

Kepada: Yang Terhormat,


Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Muslim Indonesia
Di
Makassar

"-.11...S .>-:J .i'lil t...~.JJ ~ r~l


Dengan Rahmat Allah SWT, memenuhi permohonan dari Dekan Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Muslim Indonesia melalui surat tentang
Permohonan izin tempat Penelitian mahasiswa untuk Karya Tulis IImiah atas :
Nam a Adelya Awdya Muthalib
No.Stambuk 1612015 0028
Judul Hubungan Ekstrak Sarang Semut Sebagai Bahan lrigasi
Saluran Akar Dengan Daya Hambat Bakteri Enterococcus
Nfeacelis

Maka pada dasarnya kami tidak keberatan untuk melakukan penelitian pada
unit l:arni, demi memenuhi tugas akhir yang dibebankan kepadanya.
Demikian kami sampaikan, atas perhatian dan kerjasama yang baik kami
ucapkan teri:na kasih.

TP.mbusan Yth:
6. ~ektor UMI
7. Ketua Prodi Farmasi UMI
8. Kepala Lab. Mikrobiologi Fak. Farmasi UMI
Mahasiswa Yang bersangkutan
9_
10. Perlinggal
YAYASAN WAKAF UMI UNI\/EllSll
,\S MUSLIM INDONF.SIA
FAKULTAS FARMASI
l'ltO(at,\~I STIIUI SAil.i,\~,\ FAlt'1.\SI
lABORATORIUM MIKROBIOLOGIFARMASI
,, ,,; • ..,"'· •""........... .,.....n11"
,,•.a.111,0#1..,,..,11 , •
,,..,. ..,.,.~_.. .•l'lilllo,~l\s.'"""""'.1'""''·' .i ---
IWIUIT NDEIIANGAN Ill.DAI PENWTIU
Ho, Oll/C.01,UlF.PSSftn'.UIVlllOll

Yang bertanda tangan dlbawah lnl:


Nama : Rus11, S.SI., M.SI., Apt
NIP : 19741212 2005011 001
Jabatan : Kepala Laboratorium Mlkrobiologl Farmasl Fakultas
Farmasl Unlversltas Muslim Indonesia

menerangkan dengan sesungguhnya bahwa:


Nama : Adclya Awdya M.
No Mahasiswa : 16120150026
lnsti1usi : FKG UMI
Judul : Hubungan Sarang Semut Sebagal Bahan trigasl Sa turan Akar
Dcngan Daya Hambat Baktcri Enterococcus faecalfs di
Laboratorium Farmasl UMI 2018

bahwa yang bersangkutan di alas adalah benar telah melakukan penelitian di


Laboratorium M1kroblologl Farmasl Program Studi Sarjana Farrnasi Fakultas Farmasl
Universrtas Muslim Indonesia

Oemikian surat keterangan inl dlberlkan kepada yang bersangkutan untuk dipergunakan
sebagaimana mestinya.

Makassar. 3 Oktober 2018


Kepala boratorium
M1 bio ogi Farmasl


Hasil Pengukuran Diameter Zona Daya Hambat

Perlakuan Pengulangan D1 D2 D3 Rata-rata


P1 21.12 21.15 21.25 21.17
P2 21.12 21.17 21.2 21.16
Ekstrak Sarang
P3 20.8 21.04 21.13 20.99
Semut 25%
P4 20.52 21.03 21.08 20.87
P5 21.24 21.27 21.55 21.35
P1 23.24 23.27 23.9 23.47
P2 23.68 23.92 23.98 23.86
Ekstrak Sarang
Semut 50% P3 23.42 23.46 23.67 23.51
P4 22.96 23.25 23.63 23.28
P5 23.16 23.23 23.33 23.24
P1 17.31 17.4 17.49 17.40
Kontrol Positif P2 18.01 18.04 18.27 18.10
(Sodium P3 18 18.85 18.96 18.60
Hipoklorit) P4 18.74 18.87 18.97 18.86
P5 18.53 18.59 18.6 18.57
P1 0.00 0.00 0.00 0.00
P2 0.00 0.00 0.00 0.00
Kontrol Negatif
(Aquades Steril) P3 0.00 0.00 0.00 0.00
P4 0.00 0.00 0.00 0.00
P5 0.00 0.00 0.00 0.00
Dokumentasi Kegiatan Penelitian

Sterilisasi alat

Pembuatan ekstrak sarang semut


Ekstrak Sarang
Semut 25% dan 50%
Pembuatan medium

Uji Daya Hambat Bakteri


Horizontal (D1) Vertical (D2) Diagonal (D3)

Pengukuran diameter zona daya hambat


Descriptives
Jenis Larutan Statistic Std. Error

Diameter Ekstrak 25% Mean 21,1080 ,08237

95% Confidence Interval for Lower Bound 20,8793


Mean Upper Bound 21,3367
5% Trimmed Mean 21,1078
Median 21,1600
Variance ,034
Std. Deviation ,18417
Minimum 20,87
Maximum 21,35
Range ,48
Interquartile Range ,33
Skewness -,038 ,913
Kurtosis -,553 2,000

Ekstrak 50% Mean 23,4720 ,11015

95% Confidence Interval for Lower Bound 23,1662


Mean Upper Bound 23,7778
5% Trimmed Mean 23,4633
Median 23,4700
Variance ,061
Std. Deviation ,24631
Minimum 23,24
Maximum 23,86
Range ,62
Interquartile Range ,43
Skewness 1,085 ,913
Kurtosis 1,142 2,000

Larutan K+ Mean 18,3060 ,25752


95% Confidence Interval for Lower Bound 17,5910
Mean Upper Bound 19,0210
5% Trimmed Mean 18,3256
Median 18,5700
Variance ,332
Std. Deviation ,57583
Minimum 17,40
Maximum 18,86
Range 1,46
Interquartile Range ,98
Skewness -1,175 ,913
Kurtosis ,892 2,000

Larutan K- Mean ,0000 ,00000

95% Confidence Interval for Lower Bound ,0000


Mean Upper Bound ,0000
5% Trimmed Mean ,0000
Median ,0000
Variance ,000
Std. Deviation ,00000
Minimum ,00
Maximum ,00
Range ,00
Interquartile Range ,00
Skewness . .
Kurtosis . .

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Jenis Larutan Statistic df Sig. Statistic df Sig.


Diameter Ekstrak 25% ,211 5 ,200* ,968 5 ,865
Ekstrak 50% ,239 5 ,200* ,901 5 ,415
Larutan K+ ,277 5 ,200* ,898 5 ,396
Larutan K- . 5 . . 5 .
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
Descriptives

Diameter
95% Confidence Interval for
Mean
Std. Std.
N Mean Deviation Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum
Ekstrak 25% 5 21,1080 ,18417 ,08237 20,8793 21,3367 20,87 21,35

Ekstrak 50% 5 23,4720 ,24631 ,11015 23,1662 23,7778 23,24 23,86

Larutan K+ 5 18,3060 ,57583 ,25752 17,5910 19,0210 17,40 18,86

Larutan K- 5 ,0000 ,00000 ,00000 ,0000 ,0000 ,00 ,00

Total 20 15,7215 9,50444 2,12526 11,2733 20,1697 ,00 23,86

Test of Homogeneity of Variances

Levene Statistic df1 df2 Sig.

Diameter Based on Mean 5,896 3 16 ,007

Based on Median 1,989 3 16 ,156

Based on Median and with 1,989 3 5,450 ,226


adjusted df

Based on trimmed mean 5,568 3 16 ,008


ANOVA

Diameter

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 1714,649 3 571,550 5364,523 ,000

Within Groups 1,705 16 ,107

Total 1716,354 19

Multiple Comparisons

Dependent Variable: Diameter

LSD

99% Confidence Interval


Mean Difference
(I) Jenis Larutan (J) Jenis Larutan (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound

Ekstrak 25% Ekstrak 50% -2,36400* ,20644 ,000 -2,9670 -1,7610

Larutan K+ 2,80200* ,20644 ,000 2,1990 3,4050

Larutan K- 21,10800* ,20644 ,000 20,5050 21,7110

Ekstrak 50% Ekstrak 25% 2,36400* ,20644 ,000 1,7610 2,9670

Larutan K+ 5,16600* ,20644 ,000 4,5630 5,7690

Larutan K- 23,47200* ,20644 ,000 22,8690 24,0750

Larutan K+ Ekstrak 25% -2,80200* ,20644 ,000 -3,4050 -2,1990

Ekstrak 50% -5,16600* ,20644 ,000 -5,7690 -4,5630


Larutan K- 18,30600* ,20644 ,000 17,7030 18,9090

Larutan K- Ekstrak 25% -21,10800* ,20644 ,000 -21,7110 -20,5050

Ekstrak 50% -23,47200* ,20644 ,000 -24,0750 -22,8690

Larutan K+ -18,30600* ,20644 ,000 -18,9090 -17,7030

*. The mean difference is significant at the 0.01 level.


RIWAYAT HIDUP

Adelya Awdya Muthalib, lahir di Palopo pada tanggal 10 Desember 1997,

adalah anak sulung dari Ayahanda Abdul Muthalib dan Ibunda Suriaty Suaib S.Pd.

Peneliti menempuh pendidikan diawali pada Taman Kanak-kanak yaitu TK

Pembina Palopo pada tahun 2002, kemudian lanjut ke Sekolah Dasar pada tahun

2003 yakni SD Negeri 75 Surutanga Palopo. Pada tahun 2009 peneliti melanjutkan

pendidikan ke jenjang Sekolah Menengah Pertama di SMPN 3 Palopo. Kemudian,

peneliti melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Atas pada Tahun 2012 yakni

SMAN 3 Palopo dan berhasil lulus pada tahun 2015. Pada tahun 2015 peneliti

memasuki bangku perkuliahan di Universitas Muslim Indonesia dan menjadi

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi.

Syukur Alhamdulillah berkat ridho Allah SWT, perjuangan keras yang

disertai iringan doa dari orang tua serta seluruh keluarga,perjuangan panjang peneliti

dalam mengikuti pendidikan di perguruan tinggi dapat berhasil dengan tersusunnya

skripsi yang berjudul: “Hubungan Ekstrak Sarang Semut Sebagai Bahan Irigasi

Saluran Akar Dengan Daya Hambat Bakteri Enterococcus Faecalis Di Laboratorium

Farmasi UMI Tahun 2018”

Anda mungkin juga menyukai