SKRIPSI
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Mencapai Gelar Sarjana Kedokteran Gigi
penelitian, pemikiran dan pemaparan asli dari peneliti sendiri, baik untuk naskah
laporan maupun hasil penelitian yang tercantum sebagai bagian dari skripsi ini. Jika
terdapat karya orang lain, peneliti akan mencantumkan sumber secara jelas.
maka saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan norma yang berlaku di perguruan
tinggi ini.
Matrei 6000
Peneliti
DAFTAR ISI
1.4.3 Praktis........................................................................................................ 6
3.3 Hipotesis..........................................................................................................20
Gambar 5.2 Diameter Zona Daya Hambat Ekstrak Tanaman Sarang Semut
(Myrmecodia pendens) konsentrasi 50% dalam Menghambat
Pertumbuhan Bakteri Enterococcus faecalis........................................36
Gambar 5.3 Hubungan Diameter Rata-rata Zona Daya Hambat Ekstrak Tanaman
Sarang Semut (Myrmecodia pendens) konsentrasi 25% dan 50% dalam
Menghambat Pertumbuhan Bakteri Enterococcus faecalis..................38
DAFTAR LAMPIRAN
AWAL
adanya karies gigi. Mikroorganisme dapat juga masuk ke dalam rongga pulpa
oleh karena terjadinya cedera mekanis atau traumatis melalui sulkus gingival dan
aliran darah(1).
saluran akar adalah bakteri. Salah satunya adalah spesies bakteri gram positif yaitu
Enterococcus faecalis merupakan salah satu bakteri dengan prevalensi terbanyak yang
ditemukan pada saluran akar pasca perawatan saluran akar yang gagal. Tingginya
peranan penting dalam terjadinya nekrosis pada pulpa gigi dan terbentuknya
kelainan periapikal seperti abses, granuloma dan kista. Sehingga harus dilakukan
mikroorganisme dan serpihan dentin dari saluran akar terinfeksi dengan larutan
irigasi. Suatu irigan yang ideal sebaiknya tidak bersifat toksik, tidak mahal dan
Saat ini terdapat beberapa macam bahan irigasi yang umum digunakan.
Namun, yang paling sering digunakan ialah NaOCl konsentrasi 0,5%-5,25%. Hal
ini disebabkan karena NaOCl dianggap cukup efektif sebagai larutan irigasi dan
yang lain(2,8,10).
Penggunaan bahan yang berasal dari alam dapat dijadikan pilihan sebagai
alternatif bahan irigasi saluran akar karena beberapa dari bahan tersebut dapat
Sebagian besar tumbuhan tersebut dapat digunakan sebagai tanaman obat. Salah
satu diantara tanaman obat yang sangat potensial adalah Sarang semut
Dia telah menjadikan setiap penyakit ada obatnya, maka berobatlah kalian dan
menghambat pertumbuhan bakteri gram positif dan gram negatif. Selain itu, tanin
infeksi di saluran akar adalah bakteri. Salah satunya adalah spesies bakteri gram
prevalensi terbanyak yang ditemukan pada saluran akar pasca perawatan saluran
lain karena Enterococcus faecalis mampu bertahan hidup pada lingkungan yang
perawatan saluran akar yang gagal dan belum banyak penelitian mengenai
Tahun 2018.
tahun 2018 ?
tahun 2018 ?
pendens) 25% dan 50% sebagai bahan irigasi saluran akar dengan daya
2018 ?
(Myrmecodia pendens) sebagai bahan irigasi saluran akar dengan daya hambat
1.3.2.1 Untuk mengetahui daya hambat bakteri Enterococcus faecalis dengan ekstrak
2018
1.3.2.2 Untuk mengetahui daya hambat bakteri Enterococcus faecalis dengan ekstrak
2018
(Myrmecodia pendens) 25% dan 50% sebagai bahan irigasi saluran akar
1.4.1 Peneliti
1.4.2 Teoritis
Secara teoritis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi
dalam bidang ilmu bahan kedokteran gigi tentang bahan irigasi saluran akar
1.4.3 Praktisi
semut (Myrmecodia pendens) sebagai bahan alternatif irigasi saluran akar yang
1.4.4 Institusi
Kedokteran Gigi Universitas Muslim Indonesia dan sebagai acuan bagi peneliti
ini.
BAB II TINJAUAN
PUSTAKA
Sarang semut (Myrmecodia pendens) merupakan obat alami asal Papua dari
Wamena. Selain di Wamena, di Kalimantan Selatan sarang semut ini banyak terdapat
Kingdom : Plantae
Divis i : Tracheophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Lamiidae
Ordo : Rubiales
Famili : Rubiaceae
Genus : Mymecodia
2.1.3.1 Umbi
dan memanjang saat tua. Umbinya berduri dan memiliki sistem jaringan lubang-
lubang, dimana bentuk dan interkoneksi dari lubang-lubang tersebut sangat khas
sehingga sering digunakan sebagai parameter dalam klasifikasi genus ini (16).
2.1.3.2 Batang
Batangnya jarang ada yang bercabang, jika ada hanya satu atau beberapa
cabang saja. Bahkan ada beberapa species yang tidak memiliki cabang sama sekali.
Batangnya tebal dan internodalnya sangat dekat, kecuali pada pangkal sarang semut
2.1.3.3 Daun
Daunnya tebal seperti kulit. Pada beberapa spesies memiliki daun yang sempit
dan panjang. Stipula (penumpu) besar, persisten, terbelah dan berlawanan dengan
tangkai daun (petiol), serta membentuk seperti “telinga” pada klipeoli. Terkadang
2.1.3.4 Bunga
nodus (buku). Dua bagian pada setiap bunga berkembang pada suatu kantong udara
(alveolus) yang berbeda. Alveoli tersebut mungkin ukurannya tidak sama dan terletak
pada tempat yang berbeda di batang. Kuntum bunga muncul pada dasar alveoli.
juga didukung oleh zat-zat aktif yang dikandung oleh tumbuhan ini. Dijelaskan pula
senyawa flavonoid dapat menghambat pertumbuhan bakteri Gram positif dan Gram
negatif(15).
senyawa ikatan terhadap enzim atau subtrat mikroba dan pembentukan suatu
kompleks ikatan tanin terhadap ion logam yang dapat menambah daya toksisitas
tanin itu sendiri. Mekanisme kerja senyawa tanin dalam menghambat sel bakteri,
yaitu dengan cara mendenaturasi protein sel bakteri, menghambat fungsi selaput sel
(transpor zat dari sel satu ke sel yang lain) dan menghambat sintesis asam nukleat
sehingga pertumbuhan bakteri dapat terhambat. Selain itu dengan adanya tanin
(asam tanat) maka akan terjadi penghambatan metabolisme sel, mengganggu sintesa
berkoloni secara rantai, berpasangan ataupun soliter. Bakteri ini bersifat fakultatif
oksigen maupun tanpa oksigen. Bakteri Enterococcus faecalis memiliki dinding sel
dengan peptidoglikan tebal, namun apabila terjadi kerusakan maupun ada hambatan
(17)
pada pembentukannya maka akan terjadi kematian sel tersebut .
Kingdom : Bacteria
Filum : Firmicutes
Kelas : Bacilli
Ordo : Lactobacillales
Family : Enterococcaceae
Genus : Enteroccus
yang habitatnya pada gastrointestinal dan rongga mulut dengan jumlah kecil. Di
rongga mulut, Enterococcus faecalis adalah salah satu jenis bakteri yang sering
ditemukan pada saluran akar. Bakteri ini dapat ditemukan pada kasus infeksi
saluran akar melalui kerusakan gigi yang mencapai pulpa atau melalui sulkus
Gambar 2.3 Diagram prevalensi mikroorganisme yang terdeteksi pada saluran akar pasca perawatan saluran akar yang gagal
hidup pada pH alkali (9,6) juga mampu bertahan terhadap detergen, logam berat,
menginvasi dan berkolonisasi pada tubuli dentin, isthmus, kanal lateral dan kanal
dukungan dari bakteri lain. Organisme ini dapat menghasilkan perubahan patologis
melalui produksi racun atau secara tidak langsung melalui proses inflamasi
(2,3,4,5,20)
.
mikroorganisme dan smear layer dari saluran akar terinfeksi dengan larutan irigasi
(9)
.
Pada daerah yang tidak dapat dimasuki oleh instrumen, irigan dapat
2.3.1.2 Toksisitas.
Irigan tidak boleh mencederai jaringan periradikuler.
2.3.1.4 Pelumas.
Lapisan ini adalah lapisan kristal-kristal mikro dan debris partikel organik
yang tersebar di dinding saluran akar akibat preparasi saluran akar. Irigan ini
mencegah terbentuknya smear layer selama preparasi saluran akar atau mampu
Faktor lain juga penting adalah larutan irigan tidak mudah dinetralkan dalam
digunakan pada saat ini. Konsentrasi yang paling sering digunakan adalah 0,5%,
pulpa vital dan nekrotik, membilas debris keluar dari saluran akar, bersifat anti
dan mudah diperoleh. Akan tetapi larutan sodium hipoklorit (NaOCl) dapat
pakaian pasien dan aromanya tidak enak. Toksisitas terhadap jaringan sehat
garam dari ethylendiamin tetraacetic acid (EDTA 17% dalam larutan netral).
Kelator adalah pelarut komponen anorganik dan memiliki efek anti bakteri yang
rendah, sehingga dianjurkan sebagai pelengkap dalam irigasi saluran akar setelah
Smear layer yang terbentuk selama preparasi mekanik saluran akar dan yang
melekat pada dinding saluran akar, dapat dengan mudah dilepaskan melalui
ini makin berkurang ke apikal, bisa karena volume larutan yang kurang memadai,
ukuran saluran akar yang makin kecil yang membatasi sirkulasi dan aksi larutan
saluran akar, karena memiliki efek antimikoba yang luas dan dapat bertahan lama
Klorheksidin (CHX) bukan merupakan bahan irigasi utama karena bahan ini
tidak mampu melarutkan sisa-sisa jaringan nekrotik dan kurang efektif terhadap
dengan adanya protein dan matriks dentin organik. Oleh sebab itu, kombinasi
larutan irigasi sodium hipoklorit (NaOCl) dan klorheksidin (CHX) dianjurkan untuk
mikroorganisme baik yang tersisa pada saluran akar setelah dipreparasi atau yang
tumbuh pasca obturasi saluran akar merupakan penyebab utama kegagalan perawatan
endodontik. Oleh sebab itu, pemilihan larutan irigasi memerlukan pengetahuan dan
pemahaman yang baik terhadap sifat-sifat dari berbagai larutan irigasi. Akan tetapi
dari berbagai penelitian yang telah dilakukan, belum ada senyawa larutan irigasi yang
irigasi yang tepat dan pengetahuan mengenai macam mikroorganisme juga berperan
(2,9,22)
dalam proses infeksi saluran akar, turut menunjang efektivitas larutan irigasi .
BAB III KERANGKA
PENELITIAN
Perawatan
Endodontik
Tahap-Tahap
Perawatan Endodontik
Ekstrak Larutan
Sarang Semut
NaOCl
E. faecalis
Keterangan :
: Variabel di teliti
Daya hambat
bakteri
Keterangan :
: Variabel Independen
: Variabel Dependen
: Variabel Antara
1. Tidak terdapat daya hambat bakteri Enterococcus faecalis dengan ekstrak Sarang
2. Tidak terdapat daya hambat bakteri Enterococcus faecalis dengan ekstrak Sarang
pendens) 25% dan 50% sebagai bahan irigasi saluran akar dengan daya hambat
1. Terdapat daya hambat bakteri Enterococcus faecalis dengan ekstrak Sarang Semut
2. Terdapat daya hambat bakteri Enterococcus faecalis dengan ekstrak Sarang Semut
25% dan 50% sebagai bahan irigasi saluran akar dengan daya hambat bakteri
Enterococcus faecalis
BAB IV METODE
PENELITIAN
pengujian yang dilakukan di laboratorium dengan bentuk penelitian berupa Post test
Only Control Design. Jenis penelitian yang dilakukan adalah True Eksperimental
Laboratorium.
4.2.1 Lokasi
4.2.2 Waktu
pendens)
telah ditentukan.
berbentuk cair.
Indonesia.
Indonesia.
tanaman sarang semut (Myrmecodia pendens). Jenis bahan antibakteri ini akan
faecalis.
kemerahan.
Keterangan :
n = Jumlah Pengulangan
P (n – 1) ≥ 16
4 (n – 1) ≥ 16
4n – 4 ≥ 16
4n ≥ 20
n ≥5 n=5
1. Alat tulis
2. Autoclave
3. Inkubator
4. Spoit 10 ml, 5 ml dan 1 ml
5. Pencadang
6. Timbangan analitik
7. Cawan petri
8. Sterilisator
9. Batang Pengaduk
10. Tabung reaksi
11. Sendok tanduk (flatware)
12. Ose bulat
13. Gelas kimia
14. Lampu spirtus
15. Pinset
16. Jangka sorong
17. Plastik warp
18. Handscoon
19. Aluminium foil
20. Tabung erlenmeyer
21. Corong buchner yang dilapisi kertas saring
22. Kertas label
23. Masker
24. Botol vial
(a) (b) (c)
Untuk melihat adanya zona inhibisi yang ditandai dengan adanya zona bening
pada medium biakan bakteri, dapat menggunakan jangka sorong digital dalam satuan
millimeter (mm).
4.10 Prosedur Penelitian
untuk alat-alat gelas disterilkan dengan menggunakan oven pada suhu 180°C
selama 2 jam. Alat-alat gelas yang berskala dan tidak tahan panas terhadap
pemanasan serta yang terbuat dari bahan plastik disterilkan dalam autoklaf pada
sarang semut dalam bentuk kering kemudian timbang sebanyak 250gr. Setelah
suhu 121°C selama 25 menit. Bagian bawah cawan petri dibagi sesuai dengan
ml medium kedalam botol vial steril. Ambil 1 ose bakteri kemudian masukkan
dalam cawan petri dan dibiarkan sampai setengah memadat. Setelah itu,
kuadran yang dibuat sampai memadat dan pencadang dapat dilepaskan dari
Data yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dari
Enterococcus faecalis.
Pada penelitian ini menggunakan uji One Way Anova, sebab skala
berpasangan.
4.11.3.2 α = 0,05
Data dari hasil penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel berdasarkan
Sterilisasi alat
Pembuatan Ekstrak
Tanaman Sarang
Semut (Myrmecodia
Pendens)
Pengenceran Ekstrak
Tanaman Sarang Semut
(Myrmecodia Pendens)
Konsentrasi 25% dan 50%
Pembuatan Medium
Inkubasi
Zona 24 jam
inkobasi
inhibisi
Pengukuran zona
inhibisi
Pencatatan,Dokum
entasi dan Tabulasi
data
Analisis data
Laporan hasil
penelitian
BAB V
pertumbuhan bakteri Enterococcus faecalis. Pada uji daya hambat yang dilakukan
terdapat empat larutan yang digunakan yaitu larutan ekstrak tanaman sarang semut
positif (K+) dan Aquades steril sebagai kontrol negatif (K-). Pada proses uji daya
hambat tersebut dilakukan sebanyak lima kali replikasi percobaan pada masing-
masing larutan untuk mengetahui seberapa besar zona daya hambat yang dihasilkan
dikatakan homogen jika hasil uji homogenitas memiliki nilai signifikansi p>0,05.
Pada penelitian ini, uji normalitas menggunakan uji Shapiro-Wilk karena jumlah
sampel yang digunakan dalam penelitian ini kurang dari 50 sampel. Hasil uji
normalitas menunjukkan kelompok bakteri uji memiliki nilai signifikansi p>0,05.
Wilk, kemudian diuji menggunakan analisis One Way Anova. Hasil penelitian
perbedaan yang signifikan. Selanjutnya dilakukan uji Post Hoc multiple comparisons
untuk melihat adanya perbedaan atau tidak pada masing-masing perlakuan terhadap
Berdasarkan hasil uji Post Hoc multiple comparisons diperoleh hasil data
bahwa terdapat perbedaan yang signifikan terlihat pada semua kelompok. Adapun
perbedaan diameter rata-rata zona daya hambat terbesar terdapat diantara esktrak
sarang semut (Myrmecodia pendens) konsentrasi 50% dengan aquades steril sebagai
kontrol negatif, dan perbedaan diameter rata-rata zona daya hambat terkecil terdapat
diantara aquades steril sebagai kontrol negatif dan esktrak sarang semut (Myrmecodia
pendens) konsentrasi 50%. Perbedaan ini disebabkan karena kandungan zat aktif yang
diukur dengan menggunakan jangka sorong digital dan dinyatakan dalam satuan
millimeter (mm). Pengukuran dilakukan dari tiga arah, yakni arah vertikal, arah
horizontal, dan arah diagonal. Selanjutnya, luas zona dirata-ratakan dari ketiga
serta dilakukan pengolahan dan analisis data dengan menggunakan program SPSS
versi 25 (SPSS Inc., Chicago, IL, USA). Hasil penelitian ditampilkan dalam tabel
25%, aquades steril sebagai kontrol negatif dan Sodium Hipoklorit 3% (NaOCl)
Tabel 5.1 Diameter zona daya hambat ekstrak tanaman sarang semut (Myrmecodia pendens)
konsentrasi 25% dan variabel kontrol dalam menghambat pertumbuhan bakteri
Enterococcus faecalis
Ekstrak Sarang Semut Kontrol
Replikasi Konsentrasi 25% (mm) (mm)
Mean ± SD K- Mean ± SD K+ Mean ± SD
1. 21,17 0,00 17,40
Tabel 5.1 menunjukkan bahwa telah terbentuk zona daya hambat pada
medium agar disekitar pencadang yang diberikan ekstrak tanaman sarang semut
sebagai kontrol positif. Hasil pengukuran pada tabel diatas menunjukkan bahwa
zona daya hambat terbesar pada ekstrak tanaman sarang semut (Myrmecodia
pendens) konsentrasi 25% terbentuk pada replikasi 5 sebesar 21,35 mm dan zona
daya hambat terkecil terbentuk pada replikasi 4 sebesar 20,87. Nilai rata-rata dari
25% tersebut sebesar 21,10 ± 0,18 mm. Pada kontrol positif menunjukan zona daya
hambat terbesar terbentuk pada replikasi 4 yaitu sebesar 18,86 mm dan zona daya
hambat terkecil terbentuk pada replikasi 1 sebesar 17,40 mm. Nilai rata-rata dari
Sedangkan pada kontrol negatif tidak terdapat zona daya hambat disekitar
pencadang.
50%, aquades steril sebagai kontrol negatif dan Sodium Hipoklorit 3% (NaOCl)
Tabel 5.2 Diameter zona daya hambat ekstrak tanaman sarang semut (Myrmecodia pendens)
konsentrasi 50% dan variabel kontrol dalam menghambat pertumbuhan bakteri
Enterococcus faecalis
ekstrak tanaman sarang Kontrol
Replikasi
semut (Myrmecodia (mm)
pendens) konsentrasi
50% (mm)
Mean ± SD K- Mean ± SD K+ Mean ± SD
1. 23,47 0,00 17,40
Tabel 5.2 menunjukkan bahwa telah terbentuk zona daya hambat pada
medium agar disekitar pencadang yang diberikan ekstrak tanaman sarang semut
sebagai kontrol positif. Hasil pengukuran pada tabel diatas menunjukkan bahwa
zona daya hambat terbesar pada ekstrak tanaman sarang semut (Myrmecodia
pendens) konsentrasi 50% terbentuk pada replikasi 2 sebesar 23,86 mm dan zona
daya hambat terkecil terbentuk pada replikasi 5 sebesar 23,24. Nilai rata-rata dari
50% tersebut sebesar 23,47 ± 0,24 mm. Pada kontrol positif menunjukan zona daya
hambat terbesar terbentuk pada replikasi 4 yaitu sebesar 18,86 mm dan zona daya
hambat terkecil terbentuk pada replikasi 1 sebesar 17,40 mm. Nilai rata-rata dari
Sedangkan pada kontrol negatif tidak terdapat zona daya hambat disekitar
pencadang.
5.1.3 Perbedaan Diameter Rata-Rata Zona Daya Hambat Ekstrak Tanaman
sebagai kontrol positif (K+) dan Aquades steril sebagai kontrol negatif (K-)
masing sebanyak lima kali replikasi maka diperoleh hasil perbedaan diameter zona
Tabel 5.3 Perbedaan Diameter rata-rata zona daya hambat ekstrak tanaman sarang semut
(Myrmecodia pendens) konsentrasi 25%, ekstrak tanaman sarang semut (Myrmecodia
pendens) konsentrasi 50% dalam menghambat pertumbuhan bakteri Enterococcus
faecalis
Mean Std.
Kelompok Jenis Larutan P
Difference Error
Tabel 5.3 menunjukkan letak perbedaan diameter rata-rata zona daya hambat
antara larutan ekstrak tanaman sarang semut (Myrmecodia pendens) konsentrasi 25%,
ekstrak tanaman sarang semut (Myrmecodia pendens) konsentrasi 50% dan larutan
Post Hoc Multiple Comparisons atau uji lanjutan tersebut diperoleh hasil bahwa
perbedaan diameter zona daya hambat ekstrak tanaman sarang semut (Myrmecodia
pendens) konsentrasi 25% dan ekstrak tanaman sarang semut (Myrmecodia pendens)
25% dan kontrol positif sebanyak 2,802 mm dengan p = 0,000 yang berarti
25% dan kontrol negatif sebanyak 21,108 mm dengan p = 0,000 yang berarti
50% dan kontrol positif sebanyak 5,166 mm dengan p = 0,000 yang berarti
dan kontrol negatif sebanyak 23,472 mm dengan p = 0,000 yang berarti signifikan.
Pada kontrol positif dan kontrol negatif sebanyak 18,306 mm dengan p = 0,000 yang
berarti signifikan.
(Myrmecodia pendens) konsentrasi 25% dan konsentrasi 50% sebagai bahan irigasi
saluran akar dengan daya hambat bakteri Enterococcus faecalis. Penelitian ini
penelitian berupa Post test only control design dan pengambilan sampel dengan
Dalam banyak kasus, flavonoid dapat berperan secara langsung sebagai antibiotik
dengan mengganggu fungsi dari mikroorganisme bakteri atau virus. Pada umumnya
senyawa flavonoid dapat menghambat pertumbuhan bakteri gram positif dan gram
negatif. Tanin memiliki aktivitas antibakteri. Mekanisme kerja senyawa tanin dalam
menghambat sel bakteri, yaitu dengan cara mendenaturasi protein sel bakteri,
menghambat fungsi selaput sel (transpor zat dari sel satu ke sel yang lain) dan
menghambat sintesis asam nukleat sehingga pertumbuhan bakteri dapat terhambat (15).
zona bening terbentuk pada medium agar atau MHA disekitar pencadang yang
50% dan sodium hipoklorit 3% sebagai kontrol positif. Diameter zona daya hambat
yang terbentuk memperlihatkan bahwa adanya reaksi antibakteri dari ekstrak tanaman
sarang semut (Myrmecodia pendens) konsentrasi 25%, 50% dan sodium hipoklorit
MHA yang diberikan pencadang mengandung aquades steril sebagai kontrol negatif
tidak terbentuk zona bening disekitar pencadang tersebut. Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Roslizawaty dkk (2013) di Universitas Syiah Kuala,
menyatakan bahwa ekstrak tanaman sarang semut (Myrmecodia pendens) dengan
dengan ekstrak tanaman sarang semut (Myrmecodia pendens) konsentrasi 25% dan
50% dinyatakan memiliki aktivitas antibakteri yang kuat. Pada hasil juga
terbentuk di sekeliling pencadang. Hal ini sesuai dengan pernyataan Pelezar dan Chan
(1986), bahwa semakin tinggi konsentrasi suatu bahan antibakteri maka aktivitas
antibakterinya semakin kuat pula. Hasil ini didukung oleh pernyataan Prawata dan
Dewi (2008), bahwa efektivitas suatu zat antibakteri dipengaruhi oleh konsentrasi zat
antibakteri juga didukung oleh zat-zat aktif yang dikandung oleh tumbuhan ini.
glikosida, vitamin, mineral, flavonoid, tokoferol, polifenol dan tanin. Dalam dunia
antivirus dan jamur dan peradangan pembuluh darah (Vickery dan Vickery, 1981).
Selain itu flavonoid juga berperan langsung sebagai antibiotik dengan mengganggu
fungsi dari mikroorganisme seperti bakteri atau virus (Subroto dan Saputro, 2006).
dapat menghambat pertumbuhan bakteri gram positif dan gram negatif (Cowan,
kompleks dengan protein ekstraseluler terlarut serta dinding sel mikroba. Flavonoid
Toksisitas tanin dapat merusak membran sel bakteri, senyawa astringen tanin dapat
mikroba dan pembentukan suatu kompleks ikatan tanin terhadap ion logam yang
dapat menambah daya toksisitas tanin itu sendiri (Juliantina, 2009). Mekanisme kerja
senyawa tanin dalam menghambat sel bakteri, yaitu dengan cara mendenaturasi
protein sel bakteri, menghambat fungsi selaput sel (transpor zat dari sel satu ke sel
yang lain) dan menghambat sintesis asam nukleat sehingga pertumbuhan bakteri
dapat terhambat (Purwanti, 2007). Senyawa tanin dapat menghambat dan membunuh
pertumbuhan bakteri dengan cara bereaksi dengan membran sel. Tanin berperan
sebagai antibakteri karena dapat membentuk komplek dengan protein dan interaksi
hidrofobik, jika terbentuk ikatan hidrogen antara tanin dengan protein enzim yang
bakteri terganggu, selain itu dengan adanya tanin (asam tanat) maka akan terjadi
penghambatan metabolisme sel, mengganggu sintesa dinding sel, dan protein dengan
(15)
mengganggu aktivitas .
Diameter rata-rata zona daya hambat yang dihasilkan oleh kontrol positif
(18,30 ± 0,57) menunjukan diameter zona daya hambat yang lebih kecil daripada
diameter zona daya hambat yang dihasilkan dari ekstrak tanaman sarang semut
(Myrmecodia pendens) dengan konsentrasi 25% (21,10 ± 0,18) dan ekstrak tanaman
sarang semut (Myrmecodia pendens) dengan konsentrasi 50% (23,47 ± 0,24). Hal ini
lebih lemah jika dibandingkan dengan ekstrak tanaman sarang semut (Myrmecodia
pendens) dengan konsentrasi 25% dan 50%. Hal ini juga sejalan dengan penelitian
menunjukkan diameter yang lebih besar pada ekstrak sarang semut dengan pelarut
etanol dengan rata-rata zona hambat berkisar 20-23mm. Untuk ekstrak sarang semut
dengan pelarut air, rata-rata diameter zona hambat yang terjadi berkisar antara 7-8
mm Dari perbandingan diameter zona hambat yang terjadi dapat dikatakan bahwa
ekstrak etanol sarang semut memiliki daya ikat yang baik sehingga aktifitas
antibakteri yang dihasilkan lebih baik dibandingkan dengan ekstrak air. Hal ini
diduga erat kaitannya dengan komposisi sarang semut yang lebih mudah larut dengan
penelitiannya bahwa aktivitas antibakteri dari ekstrak tanaman sarang semut bisa
Menurut penelitian Davis dan Stout pada tahun 1971 menyebutkan kategori
penilaian zona hambat/zona inhibisi dilihat dari hasil pengukuran diameter yang
digolongkan menjadi (1) tidak ada zona hambat, (2) lemah yaitu zona hambat kurang
dari 5 mm, (3) sedang yaitu zona inhibisi 5-10 mm, (4) kuat yaitu zona hambat 11-20
mm, dan (5) sangat kuat yaitu zona hambat lebih dari 20 mm. Berdasarkan kriteria di
atas maka zona daya hambat yang terbentuk disekitaran cawan petri yang berisi
dikategorikan memiliki rata-rata daya hambat yang sangat kuat, dan esktrak sarang
memiliki rata-rata daya hambat yang sangat kuat terhadap pertumbuhan bakteri
tidak adanya diameter zona inhibisi yang terbentuk, sehingga dapat dikatakan bahwa
kontrol negatif yang digunakan tidak memiliki daya antibakteri dalam menghambat
yaitu sodium hipoklorit (NaOCl). Dimana zona hambat yang terbentuk dari ekstrak
sarang semut (Myrmecodia pendens) dengan konsentrasi 25% yaitu (21,10 ± 0,18)
dan ekstrak sarang semut dengan konsentrasi 50% yaitu (23,47 ± 0,24) sedangkan
kontrol positif yaitu Sodium Hipoklorit (NaOCl) 3% yaitu (18,30 ± 0,57). Beberapa
mekanisme kerja antibakteri pada NaOCl antara lain dengan melepaskan oksigen
bebas yang bergabung dengan protoplasma dan akan merusak sel, mengganggu
metabolism sel, menghambat fungsi membran sel. Kerusakan sel secara mekanis
akibat NaOCl menyebabkan hambatan kerja enzim dan kematian sel Ion hidroksil
yang dilepaskan natrium hipoklorit juga mengakibatkan gangguan terhadap aktivitas
metabolisme, pertumbuhan sel, pembentukan dinding sel fase akhir, biosintesis lipid,
dan transport elektron. Hasil penelitian tersebut bertentangan dengan penelitian yang
umbi sarang semut (Myrmecodia pendens Merr. & Perry) dan NaOCl terhadap
Streptococcus mutans yang menunjukkan hasil bahwa ekstrak metanol sarang semut
dan NaOCl memiliki potensi daya hambat terhadap Streptococcus mutans, namun
potensi antibakteri NaOCl lebih besar dibandingkan dengan ekstrak metanol sarang
semut (14).
pendens) dengan konsentrasi 50% memiliki daya hambat yang paling besar
antibakteri dari ekstrak sarang semut biasa diaplikasikan baik pada bakteri gram
positif maupun negatif serta pada penelitian yang dilakukan oleh Roslizawaty dkk
(2013) menyatakan bahwa hasil yang diperoleh dari ekstrak sarang semut 25% dan
antibakteri air perasan jeruk nipis (citrus aurantifolia) sebagai bahan irigasi saluran
zona hambat terhadap enterococcus faecalis sebesar 17,2 mm. Namun zona daya
hambat yang terbentuk pada ekstrak tanaman sarang semut (Myrmecodia pendens)
masih lebih besar apabila dibandingkan dengan air perasan jeruk nipis dalam berbagai
konsentrasi(2).
Pada penelitian lain yang dilakukan Darjono (2011) tentang analisis minyak
atsiri serai (Cymbopogon Citratus) sebagai alternatif bahan irigasi saluran akar gigi
daya antibakteri minyak atsiri serai menunjukkan bahwa di sekitar lubang sumuran
pada konsentrasi 10%, 12,5%, 15%, 17,5%, dan 20% terbentuk zona jernih yang
Enterococcus faecalis. Nilai rerata zona hambatan pada konsentrasi 10% sebesar
0,958 mm, pada konsentrasi 12,5% yaitu sebesar 1,307 mm, pada konsentrasi 15%
yaitu sebesar 1,956 mm, pada konsentrasi 17,5% sebesar 2,913 mm, pada konsentrasi
hambatan sebesar 4,098 mm. Zona daya hambat yang diperoleh masih dalam kategori
yang sangat lemah. Hal ini membuktikan bahwa ekstrak tanaman sarang semut
hasil bahwa air perasan jeruk nipis (Citrus aurantifolia S.) berpengaruh terhadap
zona hambat di sekitar lubang sumuran yang berisi air perasan jeruk nipis (Citrus
aurantifolia S.) konsentrasi 25%, 50%, dan 100%. Air perasan jeruk nipis (Citrus
aurantifolia S.) konsentrasi 25%, 50%, dan 100% memiliki rata-rata diameter zona
hambat berturut-turut sebesar 5,09 mm, 8,72 mm, dan 13,52 mm. Zona hambat
terbesar air perasan jeruk nipis (Citrus aurantifolia S.) adalah pada konsentrasi 100%.
Zona hambat tersebut masih lebih kecil dibandingkan zona hambat yang dihasilkan
kontrol positif menggunakan klorheksidin 2%. Air perasan jeruk nipis (Citrus
aurantifolia S.) konsentrasi 100% memiliki rata-rata diameter zona hambat sebesar
13,52 mm, sedangkan klorheksidin 2% memiliki rata-rata diameter zona hambat yang
lebih besar, yaitu 15,76 mm. Namun hasil penelitian yang didapatkan berupa zona
daya hambat yang terbentuk baik pada air perasan jeruk nipis (Citrus aurantifolia S.)
maupun klorheksidin 2% masih lebih kecil apabila dibandingkan dengan zona daya
hambat yang terbentuk pada ekstrak tanaman sarang semut (Myrmecodia pendens)
(24)
.
bakteri Enterococcus faecalis dalam media Mueller Hinton Agar (MHA) dan disertai
dengan pelekatan cakram kertas saring yang diberi minyak atsiri sereh dapur dengan
konsentrasi 100%, 75%, 50%, 25%, antibiotik klindamisin sebagai kontrol positif dan
digunakan juga kertas saring yang diberi carboxy methyl cellulose (CMC) sabagai
kontrol negatif untuk mengetahui efek antibakteri dari minyak atsiri sereh dapur
sebagai bahan medikamen saluran akar terhadap bakteri Enterococcus faecalis. Pada
kelompok yang diberikan minyak atsiri sereh dapur dengan konsentrasi 100%
didapatkan nilai rata-rata diameter zona hambat sebesar 5,34 mm, pada kelompok
yang diberi minyak atsiri sereh dapur dengan konsentrasi 50% didapat nilai rata-rata
diameter zona hambat sebesar 4,73 mm, pada kelompok yang diberi minyak atsiri
sereh dapur dengan konsentrasi 25% didapat nilai rata-rata diameter zona hambat
sebesar 2,60 mm sedangkan pada kelompok kontrol positif klindamisin didapat nilai
rata-rata diameter zona hambat sebesar sebesar 22,25 mm. Perbedaan konsentrasi
minyak atsiri sereh dapur dapat memengaruhi besarnya daya hambat terhadap bakteri
konsentrasi 100%, jika dibandingkan dengan konsentrasi 25%, 50%, dan 75%.
kontrol. Penelitian ini menunjukkan bahwa minyak atsiri sereh dapur memiliki
faecalis, namun kemampuan ini masih kurang efektif bila dibandingkan dengan
(19)
esktrak tanaman sarang semut (Myrmecodia pendens) .
BAB VI
AKHIR
6.1 Kesimpulan
memiliki diameter rata-rata zona daya hambat sebesar 21,10 ± 0,18 mm dalam
memiliki diameter rata-rata zona daya hambat sebesar 23,47 ± 0,24 mm dalam
pendens) konsentrasi 25% dan 50% dengan daya hambat bakteri Enterococcus
faecalis
6.2 Saran
1. Perlu dilakukan uji lanjutan seperti uji secara in vivo dan uji toksisitas agar
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tidak hanya terhadap bakteri Enterococcus
faecalis tetapi juga ke bakteri lain yang ada pada saluran akar.
DAFTAR PUSTAKA
1. Garg, N., and Garg A., Textbook of Endodontics, 2nd ed., 2010, Jaypee., New
Delhi, p. 46.
2. Ramadhinta., dkk., Uji Efektifitas Antibakteri Air Perasan Jeruk Nipis (Citrus
Aurantifolia) sebagai Bahan Irigasi Saluran Akar Alami Terhadap
Pertumbuhan Enterococcus Faecalis In Vitro, Dentino (Jur. Ked. Gigi), Vol I.
No. 2. September 2016 : Hal. 124-128
3. Hargreaves, K. M., and Cohen, S., Cohen’s Pathways of the Pulp, 2011, 10th
ed., Mosby Elsevier., St. Louis, p. 582,585.
7. Pasril, Y., dan Yuliasanti, A., Daya Antibakteri Ekstrak Daun Sirih Merah
(Piper Crocatum) terhadap Bakteri Enterococcus Faecalis sebagai Bahan
Medikamen Saluran Akar, dengan Metode Dilusi, 2014, IDJ, Vol. 3 No. I Bulan
Mei tahun 2014 : Hal. 88-95.
10. Nisa, R ., dkk, , Aktivitas Daya Hambat Ekstrak Etanol Daun Belimbing wuluh
Dan Sodium Hipoklorit Terhadap Enterococcus Faecalis (In Vitro), 2017,
Jurnal Program Studi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi UNLAM
Banjarmasin : Hal. 201.
11. Noventi, Wulan., dan Carolia, Novita., Potensi Ekstrak Daun Sirih Hijau (Piper
betle L.) sebagai Alternatif Terapi Acne vulgaris, Majority, 2016, Volume 5,
Nomor 1, Februari 2015 : p.140-145
15. Roslizawaty, dkk ., Aktivitas Antibakterial Ekstrak Etanol Dan Rebusan Sarang
Semut (Myrmecodia sp.) terhadap Bakteri Escherichia coli, 2013, Jurnal
Medika Veterinaria : Hal. 92-93.
16. Subroto, A., Gempur Penyakir Dengan Sarang Semut, Penebar Swadaya, 2006,
Jakarta : Hal. 15-19
17. Sofiani, E., dan Mareta, D. A., Perbedaan Daya Antibakteri antara
Klorheksidin Diglukonat 2% dan Ekstrak Daun Jambu Biji (Psidium Guajava
Linn) Berbagai Konsentrasi (Tinjauan Terhadap Enterococcus Faecalis), 2014,
IDJ, Vol. 3 No. 1 Bulan Mei Tahun 2014 : Hal. 30-40.
19. Howarto, M. S., dkk., Uji Efektifitas Antibakteri Minyak Atsiri Sereh Dapur
sebagai Bahan Medikamen Saluran Akar Terdapat Bakteri Enterococcus
Faecalis, 2015, Jurnal e-GiGi (eG), Volume 3, Nomor 2, Juli-Desember 2015 :
hal. 432-438.
21. Walton, R. E., dan Torabinejad, M., Prinsip & Praktik Ilmu Endodonsia, 2001,
ed 4., EGC., Jakarta: Hal. 243-244.
22. Mulyawati, E., Peran Bahan Disinfeksi pada Perawatan Saluran Akar, 2011,
Maj Ked Gi, Desember 2011; 18(2) : hal. 205-209.
23. Putra, R. E. D., dkk., Uji Daya Hambat Perasan Buah Jeruk Purut Citrus Hyrix
terhadap Bakteri Staphylococcus Aureus secara In Vitro, 2017, Jurnal Ilmiah
Farmasi-UNSRAT Vol. 6 No. 1 Februari 2017 : hal. 62-67
24. Hilmiyahya., Pengaruh Air Perasan Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia Swingle)
Terhadap Hambatan Pertumbuhan Bakteri Enterococcus Faecalis Dominan
Pada Saluran Akar Secara In Vitro, 2006, Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Muhammadiyah Surakarta : hal. 5- 9
Lampira
n
YAYASANWAl<AF UMl UNIVERSITAS
MUSLIM INDONESIA AlN·du,111 hn111111I N1111111r 0/.'i
FAKULTAS
.\'K IIAN-/'f'Afr,·d l'Ll l(JJ.I
KEDOKTERAN GIGI
A ~.1 J.11 is.1No 21 '·'(04flJ87Jlllll-M'('(,lll,J11,,,,1n,r:., Jl)ll\'Ni-1•' tlrJ11rrtg,irl [,m,i ~I
IIISMIILAIIIHRAIIMANIRRAl/1/:M
SURAT PERSETUJUAN
No. 541 /B.02/FKG·UMI/VIII/2018
A~bn1ll AlaiivmwarahmJtullahlWabarakatuh.
Dengan Rahmat Allah SWT, yang bertanda tangan di bawah ini :
Nam a : Dr. drg. H. Syamsu Khaldun, M.Kes.
Nip.s : 19541010 199003 1010
Jabatan : Dekan
Unit Kerja : Fakultas Kedokteran Gigi
·~
Dr. drg. H. Syamsu Khaldun, M.Kes/
YAYASANWAKAFUMI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
.Akreditari Jnstitusi Nomor: OJBtSK!BAN·PTIAkredfn'n/2014
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI .
AJarrm; J. Kaladue No. 27 8(0411) 87~1U74C.60;Makass•90121Webde:fKg-OrrJ.go.id;Emel: dekfflM@qmai.ccm
BISMJLLAHIRRA]!MANIRRAHIEM
Tern1Ju8n:
1, KellJI YW.uHJ
z Ratrx'UNJ
s ~ DEV FKG-uHJ
4. y~~
Komisi Etik Pcnelitian Kcsehatan
Univenitas Muslim Indonesia dan Rumah Sakit Ibnu Sina YW-UMI
(K[PK UMI dan RSIS YW-UMI Makassar)
Jabn Urip Somohar:Jo Oct!una Menan UMJ lanta1 3 T clp & Fax. (!» 11) 428075 ~ 902J I
Wcbs11c:: """"' u:i;:11£ J¢ Email ..-,.w kc:pl·?u,m ac.id
Berdasarkan hasil pemeriksaan reviewer. rnaka Pengurus KEPK UMI dan Rumah Sakit lbnu
Sinn membcrikan Pcrwtujuan I Rckomcndui f.Cik untuk Pelaksanaan Pcnctitinn terscbut di
n111s sampa! dengan Tanggnl 18 September 2019.
Dalam mclobanakan penclitian ini. Pcncliti diminta untuk mcnjaga dan mcnghorrnati
martaba! mnkhfuk hidup (Manus1a I f lewan Cobaj yang mcnjadi subyck I rcspondcn I
infonnan dalam penclitian ini. Dengan dcrnikian diharnpkan masyarakat luas dapat
mcmperoleh manfaa! yang baik cbri penelitian ini
Pnda akhir peneliuan, laporan pelaksanaan penclitian harus dfscrahkan kcpada KEPK UMI
win RSIS YW-UMI Malll.\)a(. J1lu uJ.t perubahan protokol dan atau perpanjangan penelitian,
harus mcngajukan kembali permohonan kajinn ctik penelitian (Amandemcn Protokol).
•
Nomor
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Akrtwtasl lnstitusiNomor: OJ&tSKJa-tN-PTIAkrrd'PTIJnOJ.J
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
Al~•: JI. Klkll.u•No. 21 s (0411) 87JCIH74050:1.l•IS$• ~121 Wtbds.· n-~J.go.il: Emit
BISMILLAHIRRAHMANIRRA.HIEM
: 541/B.06/FKG-UMI/Vlll/2018
cftlri'tW:"r• er
Lamplran :-
Ha1 : Izln eeaelltlan
Kepada Yang Terhormat :
Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Muslim Indonesia
Di
Makassar
NSiJlamuAlai/am WarahrntJJJahlWabaraJrall.11.
Dengan Rahmat Allah SNr, berkenaan dengan surat Ketua
DEU- FKG UM! Nomor : 025/B.02/DEU.FKG-UMI/Vlll/2018 Tanggal
02 Agustus 2018, tentang permohonan penelitian Mahasiswa FKG•
UMI, maka Pimpinan Fakultas Kedo~eran Gigi UM! Makassar
menyampaikan kiranya dapat memberikan izin mengadakan
penelitian kepada Mahasiswa :
Nama /Stambuk Adelya Awdya Muthalib / 161 2015 0028
Judul Hubungan Ekstrak sarang Semut Sebagai Bahan
Irigasi · Saluran Akar Dengan Daya Hambat
Bakteri Enterococcus Faecalis Di Laboratorium
Fakultas Farrnasi UMI Tahun 2018.
Jadwal Penelitian Agustus - September 2018
Tempat Penelitian Laboratorium Mlkrobiologi Fakultas Fannas\ UMI.
Tembufi/0,·
1. KelUiJ YW-UHI
2. Rekla'UH/
J. Ketl»DEU FKG-W ~
.. &JI • ,.. , ...
YAYASANWAKAFUMI
NIVERSITAS ~1USLIM INDONESIA
U
FAKULTAS FARMASI
Kampus ll lJJ\,11: Jt. l lrip S11mohardjo km.5 Tlp/l~ax (0411~ 425 ~19 ~akassar 9023!
Web Site: f,~nnasi.ur.,;.ac.ic!, Ii-mail: farmast<-~um1.ac.1d
..:~\\~\"(~\
~ ""-'--~----
Nomor : ts6z/B.2/FF-UMI/VID/2018 02 Dzulhijah 1439 H
Lamp 15 Agustus 2018 M
Hal : Penyampaian
Maka pada dasarnya kami tidak keberatan untuk melakukan penelitian pada
unit l:arni, demi memenuhi tugas akhir yang dibebankan kepadanya.
Demikian kami sampaikan, atas perhatian dan kerjasama yang baik kami
ucapkan teri:na kasih.
TP.mbusan Yth:
6. ~ektor UMI
7. Ketua Prodi Farmasi UMI
8. Kepala Lab. Mikrobiologi Fak. Farmasi UMI
Mahasiswa Yang bersangkutan
9_
10. Perlinggal
YAYASAN WAKAF UMI UNI\/EllSll
,\S MUSLIM INDONF.SIA
FAKULTAS FARMASI
l'ltO(at,\~I STIIUI SAil.i,\~,\ FAlt'1.\SI
lABORATORIUM MIKROBIOLOGIFARMASI
,, ,,; • ..,"'· •""........... .,.....n11"
,,•.a.111,0#1..,,..,11 , •
,,..,. ..,.,.~_.. .•l'lilllo,~l\s.'"""""'.1'""''·' .i ---
IWIUIT NDEIIANGAN Ill.DAI PENWTIU
Ho, Oll/C.01,UlF.PSSftn'.UIVlllOll
Oemikian surat keterangan inl dlberlkan kepada yang bersangkutan untuk dipergunakan
sebagaimana mestinya.
•
Hasil Pengukuran Diameter Zona Daya Hambat
Sterilisasi alat
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Diameter
95% Confidence Interval for
Mean
Std. Std.
N Mean Deviation Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum
Ekstrak 25% 5 21,1080 ,18417 ,08237 20,8793 21,3367 20,87 21,35
Diameter
Total 1716,354 19
Multiple Comparisons
LSD
adalah anak sulung dari Ayahanda Abdul Muthalib dan Ibunda Suriaty Suaib S.Pd.
Pembina Palopo pada tahun 2002, kemudian lanjut ke Sekolah Dasar pada tahun
2003 yakni SD Negeri 75 Surutanga Palopo. Pada tahun 2009 peneliti melanjutkan
peneliti melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Atas pada Tahun 2012 yakni
SMAN 3 Palopo dan berhasil lulus pada tahun 2015. Pada tahun 2015 peneliti
disertai iringan doa dari orang tua serta seluruh keluarga,perjuangan panjang peneliti
skripsi yang berjudul: “Hubungan Ekstrak Sarang Semut Sebagai Bahan Irigasi