Anda di halaman 1dari 9

Changes in Symmetry of Anterior Chamber Following

Routine Cataract Surgery in Non Glaucomatous Eyes

Oleh :
Annisa Pratiwi

NIM :
2015730010

Pembimbing:
dr. Rety Sugiarti, Sp.M

STASE MATA RUMAH SAKIT UMUM KOTA BANJAR


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2019
BAB 1

PENDAHULUAN

Operasi katarak dapat dikombinasikan dengan pemberian sebuah tabung


glakukoma dan lensa intraokular dibagian ruang anterior, tetapi dengan
penggunaan ini dapat memberikan efek samping yaitu mengurangi lapisan dari sel
endotel dalam pemberian jangka panjang. Lensa inntraokuler ditempatkan dalam
poros tertentu yang signifikan dapat menutupi ruang dari bilik mata depan
sedangkan dengan penggunaan tabung dapat ditempatkan bagian ruang anterior
superotemporal yang areanya lebih tidak dapat menutupi ruang dari bilik mata
depan dan kehilangan sel endotelnya lebih besar dibandingkan ddengan
pemasangan IOL.

Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengukur perubahan


yang terjadi pada bilik mata depan seperti parameter Oculus Pentacam HR yang
merupakan sebuah perangkat dengan cara memberikan suat penerangan pada
bagian anterior dan memutar kamera Scheimpfluf di sekitar mata. Perangkat ini
suatu metode cepat dan non invasif yang dapat mengevaluasi ruang anterior dari
permukaan kornea ke bagian posterior dan juga dilakukan perhitungan dari
keratometri dan dilakuakan pengukuran berulang. Studi ini menunjukkan hasil
yang baik dengan melakukan pengukuran berulang.

Tujuan pada penelitian ini adalah untuk mengindentifikasi perubahan


maksimum dan minimum pada ruang anterior secara horizontal, vertikal, dan
oblique dengan menghitung derajat kedalaman pada pasien setelah dilakukan
operasi katarak tanpa adanya glaukoma.
BAB 2

METODE PENELITIAN

Penelitain ini merupakan metode observational secara prospektif


terkontrol yang diabil secara acak pada pasien di rumah sakit mata Brighton,
United Kingdom pada bulan Juli 2013 hingga Maret 2015 dengan prinsip yang
digunakan adalah Deklarasi Helsinki.

Dengan kriteria inklusi pada penelitian ini :

1. Katarak yang simptomatik


2. Mempersetujui dilakukan operasi
3. Adanya astigma dengan tonografi ≥0,75 D dan ≤2,5 D
Dengan kriteria eksklusi
1. Usia < 18 tahun
2. Adanya komorbidtas oftalmik
3. Tidak adanya persetujuan untuk dilakukan operasi
4. Dalam penggunaan obat mata seperti Lubricants
5. Tidak hadir dalam setiap kunjungan untuk penelitian
6. Adanya komplikasi yang ditemukan selama operasi
Informed consent kepada sampel dilakukan secara tertulis setelah diberikan
penjelasan mengenai prosedur pada penelitian.
Pasien yang mengalami operasi katarak dengan tidak ditemukan adanya
komplikasi maka dilakukan pembedahan dengan fakoemulsifikasi dan dilakukan
pemasangan IOL. Pensayatan dilakukan di bagian superior kornea sepanjang 2,75
mm. Pengkoreksian astigma digunakan T-Flex ILOLtosik atau PCRI (Peripheral
corneal relaxing incision) yang dhitung sebelum dilakukan operasi .
Setelah operasi maka dilakukan pengambilan data selama 1, 3, 6, dan 12
bulan pasca oeprasi. Apabila dilewatkan satu dari keempat kunjungan maka masih
mungkin untuk dilakukan analisis. Data yang sudah dikumpulakan berupa data
mata, Scheimplg yang menggunakan metode Pentacam oleh ahli yang
berpengalamman. Perangkan kamera yang digunakan adalah kamera beresolusi
tinggi 1,45 M pixel yang menangkap 138.000 titik kurng dari 2 detik dengan
panjang gelombang 475 nm dengan pemancar berwarna biru dan kamera diputar
disekitara sumbu optik untuk mendpaaatkan bagian segmen anterior. Dilakukan
pengambilan gambar sebanyak 3 kali pada setiap mata. Selaa pengambilan
gambar pasien tidak boleh berkedip.
Data demografi yang dibutuhkan berupa usia, tanggal operasi, tanggal
kunjungan, panjang axial yang menggunakan biometrik optik, dan parameter data
ruang anterior menggunakan metode Pentacam yang terdiri ;
1. Sudut ke sudut (AAD)
Diukur secara manual menggunakan perangkat lunak kaliper yang
menghubungkan titik persimpangan iris dengan permukaan posterior
kornea atau disebut pacu skleral. Sudut dalam bentuk sederhananya 0⁰ -
180⁰, 45⁰ - 225⁰, 90⁰ - 270⁰, dan 135⁰ - 315⁰.
2. Sudut ruang anterior (ACA)
Dari perangkat pentacam secara otomatis akan mendapatkan hasil
ukuran sudut dan bagian anterior (ACA) disetiap sudut. Kamera pada
Scheimpflug akan memberikan beberapa hasil gambar disetiap derajat
rotasi yang berbeda dengan sudut 0⁰ (Horizontal), 45⁰ (Oblique), 90⁰
(Vertikel), 135⁰ (Oblique), 180⁰ (Horizontal), 225⁰ (Oblique), 270⁰
(Vertikel), dan 315⁰(Obliique).
3. Kedalam anterior (ACD)
Diukur secara manual menggunakan Pentacam yaitu jarak aksial dari
permukaan kornea posterior ke permukaan lensa yang diukur dari tengah
pupil.

Data yang sudah dikumpulan maka di input di Miscrosoft Excel


dan dilakukan uji Kolmogrov smirnov dengan SPSS versi 22,0. Tes ANOVA
dilakukan untuk menilai perbandinngan dari semua parameter dari
setiap kunjungan 1,3,6, dan 12 bulan dan uji T setelah dilakukan ANOVA.
Apabila didapatkan nilai statistik p-value <0,05 maka bermakna
secara statistik. Untuk menghindari hasil bias dalam pengukuran maka
dua penulis mengkumpulkan semua data. Penelitian yang dilakukan oleh
Patton dijadikan panduan untuk menilai statistik dan pengulangan
penilaian digunakan koefisien dan relasi.
BAB 3

HASIL

Didapatkan jumlah sampel berjumlah 42 pasien yang termasuk ke dalam


kriteria inklusi. Tidak ada sampel yang di eksklusikan selama penelitian oleh
karena adanya komplikasi intraoperative atau yang membutuhkan prosedur
tambahan intraoperative. Umur sampel pada penelitian ini berkisar 73.97±10.71
tahun(berkisar 51-90 tahun). Dan rata-rata panjang axis 23.75±1.28 mm (berkisar
21.67-27.03 mm).

Diameter sudut ke sudut (AAD)

Didapatkan pada AAD adanya peningkatan pada nilai rata-rata pada setiap
kunjungan yaitu bulan ke 1, 3, 6, dan 12 yang dapat dilihat di tabel 1. Pada bulan
ke 12, ditemukan adanya peningkatan nilai rata-rata yang maksimum di sudut
yang horizontal dan peningkatan yang minimum di sudut yang vertikal (tabel 1).
Tidak ada nilai yang signifikan perubahan nilai AAD pada bulan ke 1 dan bulan
ke 12 kunjungan di keempat sudut. Pada uji ANOVA ditemukan adanya
perbedaan yang signifika pada hasil sebelum operasi yang dibandingkan pada
setiap kunjungan setelah operasi pada bulan ke 1,3,6, dan 12 (Tabel 1). Dan tidak
adanya hubungan antara panjang axial dengan perubahan pada AAD di setiap
keempat sudut yang dinilai. (Tabel 2)

Sudut bilik mata depan (ACA)

Didapatkan pada ACA adanya peningkatan nilai rata-rata di derajat 0⁰,


180⁰, 225⁰, dan 315 di keempat bulan kunjungan. Pada uji ANOVA didapatkan
adanya nilai yang signifikan pada sebelum operasi, bulan ke1, 3,6, dan 12 setelah
operasi pada derajat yang horizontal dan infero-lateral (0⁰dan 180⁰ ) dan dua
derajat bawah (225⁰, dan 315⁰). Tetapi tidak ada hubungan yang signifikan
antara panjang axial dengan perubahan ACA pada tabel 2.

Kedalaman bilik mata depan (ACD)

Rata-rata pada hasil pengukuran ACD ditemukan adanya peningkatan


yang signifikan pada bulan ke 1,3,6, dan 12 yang dapat dilihat pada tabel 1,
tetapi tidak adanya hubungan antara panjang axial dengan ACD (tabel 2).
BAB 4

PEMBAHASAN

Sudah diketahui adanya peningkatatan sudut pada bilik mata depan


dan kedalamannya pasca dilakukannya operasi katarak. Tetapi peningkatan
ini tidak diketahui apakah terjadi siemtris pada semua derajat di semua
sudut di bilik mata depan. Kami menemukan adanya peningkatan pada AAD,
ACA, dan, ACD setelah dilakukan nya operasi katarak pada pasien dengan
tanpa adanya glakukoma sebelumnya. Ada beberapa literatur yang
menjelaskan adanya perubahan AAD pasca operasi katarak dan pendapat ini
juga didapatkan pada penelitian ini. Pada pasien kami adanya peningkatan
AAD yang maksimum di bidang horizontal dan minimum di bidang vertikel
pasca operasi. Beberapa penelitian yang menjelaskan mengenai ini seperti
yang dijelaskan oleh Rondeau dkk melakukan penelitian pada 28 mata pada
14 subjek dengan menggunakan ultrasonografi dan menemukan adanya
peningkatan diameter terbesar pada bidang horizontal, Werner dkk juga
menemukan bahwa nilai AAD pada bidang vertikel lebih besar signifikan
dibandingkan di bidang horizontal yang menggunakan ultrasound dengan
frekuenssi tinggi (VHF-US).

Pada beberapa penelitian juga ada yang menggunakan OCT dalam


pengukuran AAD seperti yang dilakukan oleh Werner dkk ditteukan adanya
bidang vertikel lebih kecil signifikan dibanidngkan dengan bidang horizontal
pada bagian sudut bilik mata depan dan Barkof dkk mengevaluasi dengan
cara berbeda enggunakan tomografi koherensi okular segmen anterior (AS-
OCT) dengan seri 89 dan ditemukan bahwa diameter vertikel 100 μm lebih
besar di diamteter horizontal. Tetapi penjelasan mengapa AAD di bidang
vertikel lebih kecil dibandingkan bidag horizontal masih belum diketahui.

Menurut Werner dkk, hal ini dapat terjadi krena adanya perubahan
ruang naterior menjadi lebih oval yang dapat menyebabkan adanya
perpindahan kekuatan centripetal di zonula, ketebalan dari lensa katarak,
dan adanya pembuatan ruang di segmen anterior mata, dan juga diperparah
dengan kedipan mata yang berpenngaruh dengan kekuatan centripetal
sehingga dengan adanya ini perubahan di sudut vertikel hanya terjaid lebih
sedikit di bandingkan dengan di bidang horizontal.

Sudut bilik mata depan terbukti meningkat setelah dilakukannya


operasi katarak pada USG biomikroskopi dan AS-OCT. Menrut Kurimoto dkk,
menggunakan USG biomikroskopi menyimpulkan bahwa sudut sempit
sebelum operasi menjadi lebih besar pasca dilakukannya operasi katarak dan
adanya persentuhan anatar iris dengan bagian lensa dan pupil bergeser dari
dinding ruang anterior ke ruang anterior sekiatar 850 μm.

Penelitian ini kami menunjukkan ACD meningkatkan secara signifikan


setelah dilakukan operasi katarak menggunakan ultrasonik biomikroskopi.
Menurut Kurimoto dkk menemukan bahwa bilik mata depan lebih dangkal
setelah dilakukan operasi katarak dan ruang anterior superior lebih dangkal
dibandingkan dengan bagian inferior. Sehingga pemilihan ukuran dari lensa
berpengaruh krena memiliki dampak langsung. Baikoff merekomendasikan
pemilohan IOLs dengan diameter internal terbesar dari ruang anterior dan
memasukkannya di sepanjang sumbu dan menghindari terjadi adanya
pemintalan di bidang anterior pada sumbu Z dan juga mempertimbangkan
pilihan dari IOLs pada bagian posterior yang ditempatkan di sulkus siliar.
Dan bagain anterior lebih dangkal sehingga penempatan pada bagian IOLs
bagain anterior diletakkan di sepanjang sudur horizontal.

Bagian superior dari bilik mata depan lebih sempit sehingga dapat
meningkatkan risiko terjadinya perdekatan antara lensa intraokular
sekunder dengan bagian endotel kornea, apabila diletakkan dalam posisi
vertikel. Dan di beberapa situasi didapatkan juga apabila ukuran yang
dipasang tidak memadai maka terjadinya kehilangan sel endotel pun juga
akan semakin eningkat karena adanya dekompensasi dari kornea seperti
dalam penelittian dari Alio dkk ditemukan adanya dekompensasi dari kornea
terjadi pada 24% kasus akibat dari ketidaksesuain ukuran.

Tan dkk mempelajari mengenai jenis tabung baeverdelt dari


glaukoma yang menemukan bahwa adanya kehilangan dari sel endotel yang
terbesar ketika jarak antara kornea dan endotel lebih rendah dan kepadatan
dari tabung pemasangannya. Kehilangan ada sel endotel ini biasanya di awali
di bagian perifer dulu sebanyak 5,77% dan pada bagian sentral sebanyak
4,11%. Pemasangan tabung glakukoma ini dibbuat dari bahan yang invasif
dan kaku dan ketika dipasang di daerah yang lebih ke anterior maka akan
meningkatankan risiko terjadinya pengontakan dari endotel kornea yang
mengarah terjadinya ECC

Keterbatasan penelitian ini adalah pengukuran ada AAD, ACA, dan


ACD dalam bentuk subjektif tetapi untk mengurangi hasil yang bias kami
menyertakan adanya dua penulis yang dapat menghitung pengulangan
berdasarkan metode yang telah ditetapkan. Dalam dalam meggunakan uji
ANOVA dapat menetukan batas reproduktifitas pada penelitain ini.
BAB 4

KESIMPULAN

Kesimpulan pada penelitian ini dditemukannya bahwa perubahan


pada AAD, ACA, dan ACD signifikan terjadinya akibat dari operasi katarak
dan perubahan pada bagian naterior ini juga tidak terjadi secara simetris di
semua bagian atau sudut. Dan perubahan pada AAD lebih banyak terjadi
pada sudut horizontal dibandingkan dengan vertikel, sedangkan ACA lebih
pada bagian inferior dibandingkan superior. Dari hasil penelitian ini dapat
membantu dalam menentukan posisi pada pemasangan dari tabung
glaukoma untuk kemanjuran maksimum dan kehilangan endotel yang
minimum.

Anda mungkin juga menyukai