Anda di halaman 1dari 84

TUGAS AKHIR

PENGOPERASIAN UPS (UNINTERUPTIBLE POWER SUPPLY)


SEBAGAI SUMBER TENAGA CADANGAN DI PT. RCTI

Diajukan Oleh :

FAIZAL
NIM 41406120017

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS
MERCUBUANA
JAKARTA 2008
ABSTRAK

Pada Tugas Akhir ini penulis membahas tentang Pengoperasian UPS (

Uninterubtible Power Supply ) sebagai Sumber Tenaga Listrik Cadangan di PT.

RCTI.

UPS adalah suatu sistem yang dapat mengubah tegangan AC – DC – AC .

Tahapan perubahan AC – DC melewati tiga langkah. Pada langkah pertama, input

suplai tegangan AC diubah manjadi DC oleh rectifier utama. Langkah kedua,

pengubah resonansi mengubah tegangan DC menjadi tegangan AC befrekuensi

tinggi. Dan pada langkah ketiga rectifier mengubah tegangan AC berfrekuensi

tinggi menjadi DC bertegangan tinggi.

Sebuah baterai digunakan sebagai input suplai cadangan ketika input yang

menuju rectifier mengalami gangguan. Semakin besar kapasitas baterai dalam

sebuah UPS maka UPS tersebut (dengan beban yang sama besar ) akan mampu

mensuplai tenaga lebih lama dari pada UPS dengan kapasitas yang lebih kecil.

Hendaklah dalam pemilihan UPS harus di pertimbangkan dahulu terhadap

beban yang akan dipakai, yaitu berapa lama beban tersebut akan di back up, hal

tersebut dapat mengefesienkan pemakaian UPS baik dari sisi ekonomi dan

kebutuhannya.

V
KATA PENGANTAR

Bismillaah, Alhamdulillaah, washalaatuwassalaamu ‘ ala rasuulillaah.


Puji dan syukur penulis panjatkan kehadapan allah SWT yang telah
memberikan rahmatnya dan kasih sayang – Nya, sungguh hanya allah – lah yang
memberikan kemudahan dan ilmu yang bermanfaat, sehingga penulis dapat
menyelesaikan Proposal Tugas Akhir ini sebagai salah satu syarat guna
menyelesaikan pendidikan pada Universitas Mercu Buana.
Proposal Tugas Akhir ini penulis beri judul “ PENGOPERASIAN UPS
(UNINTERUPTIBLE POWER SUPPLAY) SEBAGAI TENAGA LISTRIK
CADANGAN DI PT. RCTI ”. Proposal ini berisikan rencana yang akan penulis
laksanakan dalam penulisan tugas akhir mendatang, meliputi latar belakang, tujuan,
landasan teori, serta system pengoperasian UPS yang berkaitan dengan baterai
charger dan rectifier.
Segala kemampuan penulis curahkan demi terselesainya proposal tugas akhir
ini, namun penulis menyadari tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak proposal ini
tidak akan terwujud. Akhirul kalam, saya ingin berucap tahniah atas terselesainya
proposal ini kepada mereka yang berjasa.
1. Ummi, Ibu yang melahirkan, merawat, mendidik dan mendoakan
diriku setiap saat. Juga kepada Bapak, yang selama ini memberikan
keteladanan untuk hidup bersahaja dan ihklas berjuang dengan
sabar.
2. Rekan – rekan kerja PT. RCTI (Rajawali Citra Televisi Indonesia)
khususnya untuk bagian engineering ME & Building Utility.
3. Teman – teman Angkatan X – PKK UMB, yang telah memberikan
dorongan semangat kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
proposal ini.
4. Bapak Ir. Budiyanto Husodo Msc, selaku Ketua Jurusan Teknik
Elektro PKK – UMB.
5. Bapak Ir. Yudhi Gunardi, MT, selaku koordinator Tugas Akhir
jurusan Teknik Elektro PKK – UMB.
6. Segenap dosen pengajar FTI Jurusan Teknik Elektro Universitas
Mercu Buana yang telah memberikan kuliah dan membekali penulis
dengan pengetahuan yang bermanfaat.
7. Terima kasih kepada Perpustakaan Universitas Mercu Buana yang
telah menyediakan referensi buku – buku yang bermanfaat.
8. Untuk kakak dan adiku tersayang atas doanya.
9. Juga kepada siapa saja, yang dengan tulus telah mendoakan saya
dalam penyelesaian proposal ini.

Penulis telah berusaha dengan segala kemampuan yang ada untuk


menyelesaikan proposal Tugas Akhir ini, namun masih jauh dari sempurna, untuk itu
penulis selalu mengharap masukan dan kritik yang membangun demi perbaikan dalam
penyusunan tugas Akhir mendatang. Akhir kata saya sampaikan Jazakumullah
Khairal jaza’. Wassalamualaikum.

Jakarta, April 2008

Penulis
DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan -------------------------------------------------------------------- i

Kata Pengantar --------------------------------------------------------------------------- ii

Abstrak ------------------------------------------------------------------------------------ v

Daftar isi ---------------------------------------------------------------------------------- vi

Daftar Gambar --------------------------------------------------------------------------- x

Daftar Tabel ------------------------------------------------------------------------------ xii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ---------------------------------------------------------------------- 1

1.2 Tujuan Penulisan -------------------------------------------------------------------- 2

1.3 Batasan Masalah -------------------------------------------------------------------- 3

1.4 Metode Penulisan ------------------------------------------------------------------- 3

1.5 Sistematika Penulisan -------------------------------------------------------------- 4

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Teori Umum ------------------------------------------------------------------------- 6

2.1.1 On Line UPS ------------------------------------------------------------------ 7

2.1.2 Off Line UPS ----------------------------------------------------------------- 9

2.1.3 Line Interactive UPS --------------------------------------------------------- 10

2.2 Komponen – Komponen UPS ----------------------------------------------------- 11

2.2.1 Rectifier ( penyearah) ------------------------------------------------------- 12

2.2.2 Inverter------------------------------------------------------------------------- 18

VI
2.2.3 Battery ------------------------------------------------------------------------- 27

2.2.3.1 Parameter – Parameter pada Baterai ------------------------------ 29

2.2.3.2 Perhitungan Baterai ------------------------------------------------- 31

2.3 Penghantar --------------------------------------------------------------------------- 32

2.4 Pengaman ---------------------------------------------------------------------------- 36

BAB III SISTEM PENGOPERASIAN UPS

3.1 Konsep Dasar Penggunaan--------------------------------------------------------- 39

3.2 Cara Kerja UPS --------------------------------------------------------------------- 39

3.3 Prinsip Kerja UPS ------------------------------------------------------------------ 40

3.4 Sistem Pengoperasian UPS dalam Berbagai Keadaan ------------------------- 43

3.4.1 Kerja Sistem dalam Keadaan Normal ------------------------------------- 43

3.4.2 Sistem Operasi Selama Terjadinya Gangguan ---------------------------- 44

3.5 Penchargeran UPS ------------------------------------------------------------------ 45

3.5.1 Memahami Operasi Dasar Rectifier---------------------------------------- 45

3.5.2 Elemen Dasar yang Terdapat pada Charger Baterai/ Rectifier --------- 46

3.5.3 Kegagalan Supply AC dan Pengembalian Operasi ---------------------- 47

3.5.4 Pengaturan Batasan Arus Rectifier ----------------------------------------- 47

3.5.5 Ketidakseimbangan Fasa ---------------------------------------------------- 48

3.5.6 Filter Output DC ------------------------------------------------------------- 48

3.5.7 Cara Merawat Charger atau Rectifier -------------------------------------- 49

VII
3.6 Sistem Proteksi UPS ---------------------------------------------------------------- 50

3.7 Trouble Shooting -------------------------------------------------------------------- 51

3.8 Sistem Pemeliharaan UPS --------------------------------------------------------- 52

3.8.1 Dasar – Dasar Sistem Pemeliharaan --------------------------------------- 52

3.8.2 Prosedur Pemeriksaan Pemeliharaan Preventif --------------------------- 53

3.8.3 Pemeriksaan dan Perawatan Preventif ------------------------------------- 54

3.8.4 Pemeliharaan dan Pencegahan ---------------------------------------------- 56

BAB IV ANNALISA TEKNIS DAN PERHITUNGAN

4.1 Kajian Teknis Kebutuhan Peralatan UPS pada PT.RCTI --------------------- 58

4.2 Analisis Penerapan ------------------------------------------------------------------ 62

4.3 Perhitungan -------------------------------------------------------------------------- 63

4.3.1 Perhitungan Ekonomis ------------------------------------------------------- 63

4.3.2 Perhitungan Kebutuhan Beban --------------------------------------------- 65

4.3.3 Perhitungan Baterai ---------------------------------------------------------- 66

4.3.4 Perhitungan Kabel ------------------------------------------------------------ 67

4.3.5 Data untuk Arus Input, Output dan Baerai -------------------------------- 69

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan -------------------------------------------------------------------------- 70

5.2 Saran ---------------------------------------------------------------------------------- 70

VIII
DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN :

• Lembar Data UPS SOCOMEC

• Gambar bagian – bagian dari UPS

IX
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Blok Kerja ON LINE UPS --------------------------------------------- 8

Gambar 2.2 Blok Kerja Off Line UPS ----------------------------------------------- 9

Gambar 2.3 Blok Kerja Line Interaktive UPS ------------------------------------- 11

Gambar 2.4 Penyearah 2 thyristor ---------------------------------------------------- 13

Gambar 2.5 Penyearah Terkendali Penuh ------------------------------------------- 13

Gambar 2.6 Penyearah Terkendali Setengah---------------------------------------- 13

Gambar 2.7 Blok Diagam Unit Terkendali Penyulut Thyristor Penyearah ----- 15

Gambar 2.8 Bentuk Gelombang pada Unit Pengendali ---------------------------- 16

Gambar 2.9 Sinyal Jembatan Penyearah Thyristor 3 phasa Terkendali Penuh - 18

Gambar 2.10 Rangkaian Jembatan Inverter 1 phasa ------------------------------ 19

Gambar 2.11 Gambar Keadaan Sebelum Fase 1 ----------------------------------- 20

Gambar 2.12 Pemberian Tegangan dari Baterai kepada Filter AB--------------- 21

Gambar 2.13 Pemadaman Thyristor T1 --------------------------------------------- 22

Gambar 2.14 Pemanfaatan Kembali Daya yang Tersimpan pada Cs (Gambar A)

-------------------------------------------------------------------------------------------- 23

Gambar 2.15 Pemanfaatan Kembali Daya yang Tersimpan pada Cs (Gambar B)

-------------------------------------------------------------------------------------------- 23

Gambar 2.16 Pemanfaatan Kembali Daya yang Tersimpan pada Cs (Gambar C)

-------------------------------------------------------------------------------------------- 24

Gambar 2.17 Pemanfaatan Kembali Daya pada Cs dan Ls yang kedua --------- 25

Gambar 2.18 Pemberian Tegangan Negatif dari Baterai kepada filter AB------ 26

X
Gambar 2.19 Pemutus Rangkaian ( Circuit Breaker = CB ) --------------------- 37

Gambar 2.20 Pengaman Lebur ( Fuse = Sekering ) -------------------------------- 37

Gambar 3.1 Diagram Blok UPS ----------------------------------------------------- 41

Gambar 3.2 Diagram UPS ------------------------------------------------------------ 42

Gambar 3.3 Kerja Sistem Dalam Keadaan Normal -------------------------------- 43

Gambar 3.4 Pengoperasian Baterai Pada Saat Terjadinya Gangguan ----------- 44

XI
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Luas Penampang Konduktor dengan Kapasitas Arusnya dan Faktor

Kehilangan Tegangannya -------------------------------------------------- 34

Tabel 2.2 Panjang Kabel Maksimum Beban – Kontrol Panel -------------------- 35

Tabel 4.1 Data Dasar Pengoperasian UPS untuk Rating Arus dan daya -------- 68

XII
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penggunaan peralatan listrik saat ini sudah menjadi kebutuhan yang

mendasar terutama pada industri dan perkantoran yang menggunakan berbagai

peralatan listrik untuk mendukung operasi kerja. Penggunaan energi listrik yang

besar ini tentu saja tidak selamanya mampu bekerja konstan tanpa permasalahan

dan gangguan pada jalur supplay tenaga listrik. Untuk itu sangatlah diperlukan

suatu solusi yang dapat mengatasi masalah tersebut, yaitu dengan menggunakan

UPS (Uninterruptible Power Supplay).

Pada dasarnya UPS merupakan sumber tenaga listrik alternatif sementara

yang menggantikan suplai tenaga listrik utama, dalam hal ini sumber listrik PLN.

UPS sendiri merupakan sebuah sistem yang berdiri sendiri terhadap sistem suplai

tenaga listrik PLN. UPS diharapkan mampu melindungi peralatan listrik yang

kritis terhadap gangguan suplai tenaga listrik seperti komputer, jaringan computer

dan server – server, bahkan peralatan industri agar terhindar dari kerusakan yang

fatal, yang dapat mengakibatkan kerugian baik dari sisi produksi maupun

penyiaran (khusus industri media).

1
Dalam industri media, khususnya pertelevisian, UPS sangat berperan

penting dalam hal menjaga peralatan broadcasting agar tetap bekerja konstan

tanpa gangguan baik dari segi peralatan maupun suplai energi listrik, karena

dalam industri media acara yang disiarkan sangatlah bergantung pada peralatan

penyiaran yang bekerja terus menerus tanpa putus.

Selain hal tersebut diatas media penyiaran sangat menuntut agar siaran

yang di pancarkan ke konsumen tidak mengalami gangguan akibat dari suplai

energi listrik PLN yang tiba - tiba bermasalah, baik akibat jaringan itu sendiri

maupun disebabkan kondisi alam yang kurang baik.

Bertitik tolak dari permasalahan diatas, dan untuk memperluas wawasan

sekaligus menerapkan ilmu – ilmu di bidang teknik Elektro yang telah diperoleh

dalam perkuliahan, maka penulis mengambil tugas akhir ini dengan judul

“PENGOPERASIAN UPS (UNINTERUPTIBLE POWER SUPPLY)

SEBAGAI SUMBER TENAGA LISTRIK CADANGAN DI PT. RCTI “.

Penulis bekerja sama dengan pihak M/E untuk mempelajari keseluruhan

system kelistrikan yang digunakan, terutama yang menyangkut penggunaan dan

system pengoperasian UPS.

1.2 Tujuan Penulisan

Tujuan dari UPS sebagai Sumber Tenaga Cadangan di PT. RCTI adalah :

1. Mencontinuitaskan supply energi listrik agar peralatan mendapatkan

mutu sumber daya listrik yang baik yang menjamin umur pemakaian

peralatan.

2
2. Sebagai sumber tenaga cadangan sementara dan tanpa delay apabila

terjadi gangguan pada catu daya utama, dalam hal ini PLN.

1.3 Batasan Masalah

Penulisan tugas akhir ini difokuskan kepada studi pengenalan system UPS

secara global, penggunaan dan pengoperasiannya dalam berbagai kondisi sebagai

salah satu alternative sumber sementara.

1.4 Metode Penulisan

Dalam penulisan tugas akhir ini dilakukan proses pengumpulan data dan

menganalisis permasalahan dengan beberapa metode, yaitu :

1. Studi Pustaka

Studi mengenai teori dasar yang mencakup prinsip kerja UPS beserta alat

pendukungnya, dengan mengambil dari beberapa literatur dari buku-buku

yang dianggap penting dan relevan dengan garapan penulis.

2. Metode Observasi

Penulis memperoleh data-data mengenai penggunaan dan system

pengoperasian UPS di PT.RCTI dengan melakukan pengukuran,

pengambilan sample data kondisi-kondisi yang sering terjadi di

lingkungan PT. RCTI, serta mengamati langsung obyek yang akan di teliti.

3
3. Metode tanya jawab

Untuk mendapatkan data –data yang tidak tercatat, maka penulis

melakukan tanya jawab dengan pihak terkait, yaitu seputar kejadian –

kejadian yang pernah terjadi maupun dari pengalaman – pengalaman, guna

memperoleh melengkapi data – data penulisan tugas akhir.

1.5 Sistematika Penulisan

Adapun system penulisan tugas akhir ini adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN :

Pada bab ini dibahas hal – hal yang berkenaan dengan latar belakang

masalah, tujuan penulisan, batasan masalah, metode penulisan dan sistematika

penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Membahas mengenai teori – teori yang berkaitan dengan pembuatan tugas

akhir ini, dimana dapat berupa teori mengenai elemen – elemen yang digunakan,

baik elektronika maupun penunjang.

BAB III SISTEM PENGOPERASIAN UPS

Dalam bab ini dibahas mengenai prinsip dasar UPS, cara kerja UPS, cara

kerja UPS dalam berbagai keadaan, charger baterai/ rectifier, dan pengontrolan.

4
BAB IV ANNALISA TEKNIS DAN PERHITUNGAN

Bab ini di bahas tentang annalisa teknis yaitu kajian teknis kebutuhan

peralatan UPS pada PT. RCTI, dan perhitungan – perhitungan baterai yang akan

dipakai, serta hal – hal yang berhubungan dengan UPS.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini berisikan kesimpulan dan saran dari penulis tugas akhir.

5
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Teori Umum

Uninterruptible Power Supply ( UPS ) atau disebut juga sebagai catu daya

tak terputus ( continuous power sources ) adalah sistem catu daya listrik yang

dapat memberikan tenaga listrik secara independen dalam jangka waktu tertentu

tanpa harus adanya sumber catu daya primer atau sekunder atau sumber catu daya

tersebut sedang dalam gangguan.

Yang dimaksud sumber catu daya primer atau main supply adalah sumber

catu daya listrik yang disupply dari public main supply biasa disebut PLN atau

pada keadaan tertentu untuk menjaga kontinuitas operasi adakalanya didukung

dengan lokal generating set ( catu daya yang diusahakan sendiri ) dimana

keduanya independen. Sedangkan catu daya sekunder adalah catu daya listrik

yang didapat dari sumber catu daya cadangan atau dapat disebut juga sebagai

stand by power unit.

Selain dipergunakan untuk memecahkan masalah masalah seperti

kontinuitas sumber catu daya, UPS juga dipergunakan sebagai alat untuk

memperbaiki mutu catu daya.

6
Mutu catu daya yang baik sangat dibutuhkan sebagai sumber tenaga listrik

bagi peralatan peralatan elektronika, karena pesatnya perkembangan teknologi

menyebabkan trend pemakaian beban beralih kebeban non linier sehingga dengan

kurang baiknya mutu daya listrik akan menyebabkan rusaknya peralatan seperti

peralatan ADP, Alat komunikasi, Navigasi, Pemancar, Radar dan lain lain.

Dari cara kerjanya UPS dapat dikelompokkan menjadi 2 ( dua ) yaitu ;

Static/ Electronic type UPS dan Rotary / Dynamic UPS ( tidak akan dibahas lebih

lanjut dalam tulisan ini ).

Sedangkan dari cara penggunaannya dapat dibagi dalam 3 ( tiga ) cara yaitu :

a. ON line UPS kadang disebut juga Double Conversion UPS.

b. OFF line UPS.

c. Line interactive UPS.

2.1.1 ON line UPS

A.C power dari sumber catu daya di diteruskan sebagai input ke rectifier /

dirubah ke D.C power. Sumber D.C ini akan dipertahankan untuk mengisi battery

dan diteruskan juga ke inverter. Inverter akan merubah sumber daya D.C kembali

menjadi sumber daya A.C yang selanjutnya dipergunakan sebagai sumber bagi

beban / peralatan ( lihat blok diagram dibawah ).

Keuntungan dari ON line UPS ; Pertama adalah good power conditioning /

sebagai proteksi setiap saat karena dua sumber yang terkonversi dan dibangkitkan

dari inverter.

7
Critical load tidak langsung berhubungan dengan sumber yang mungkin

terdapat spike, surges, fluktuasi tegangan dan masalah frekwensi. Kedua adalah

tidak mungkin terjadi kehilangan sumber catu daya baik karena kehilangan atau

kegagalan dan atau pada proses pemindahan sumber catu daya listrik.

Kerugian dari ON line UPS ; Pertama adalah ukuran UPS lebih besar

karena UPS harus mempunyai ukuran penuh dari rectifier untuk mensupply daya

ke inverter dan terkadang juga sebagai pengisi battery. Kedua adalah

membutuhkan biaya investasi lebih.

Static by pass

Rectifier Inverter

Input Output

Battery

Gambar 2.1 Blok kerja ON LINE UPS

8
2.1.2 OFF line UPS

Pada OFF line UPS sumber catu daya beban dari main supply sedangkan

UPS sebagai standby power, artinya critical load mendapat listrik dari sumber

kecuali bila terjadi kegagalan pada sumber, inverter akan mensupply beban dan

waktu pemindahan supply kira kira 4 s/d 10 mSec sehingga akan terjadi

kehilangan power sementara. Untuk dapat memberikan tingkat pengamanan

biasanya OFF LINE UPS diperlengkapi dengan AVR dan filter.

In built AVR or Filter

Rectifier Inverter

Change
over
switch

Battery

Gambar 2.2 Blok kerja OFF LINE UPS

Keuntungan dari OFF line UPS ; Pertama adalah ukuran lebih kecil dan

lebih ringan. Kedua adalah efficiency tinggi karena tak terdapat double

conversion dan daya langsung terhubung beban. Ketiga adalah more affordable

price.

9
Kerugian dari OFF line UPS ; Pertama adalah memberikan power

conditioning dan proteksi yang minimal. Kedua adalah terjadi pemutusan

sementara pada kegagalan catu daya atau pada transition time. Ketiga terbatasnya

battery back up time, karena kecilnya ukuran rectifier. Keempat dapat

membangkitkan square wave inverter output.

2.1.3 Line interactive UPS

Pada dasarnya Line interactive UPS hampir sama dengan OFF line UPS

dimana sumber melalui 2 ( dua ) filter sebelum kebeban, voltage booster yang

terhubung sebagai regulasi tegangan selama operasi normal.

Keuntungan dari Line interactive UPS : Pertama adalah proses switching

lebih capat dibandingkan dengan OFF line UPS. Kedua adalah kecil, ringan dan

kompak. Ketiga adalah mostly sine wave inverter output dan terakhir more

intelligent feature incorporate.

Kerugian dari line interactive UPS : Pertama adalah power proteksi kurang

dibandingkan dengan ON line UPS. Kedua kapasitasnya terbatas.

10
Voltage
Booster

I/P O/P
Filter Filter

Fast Transfer
Switch
Converter
Module

Battery

Gambar 2.3 Blok kerja Line interactive UPS

2.2 Komponen – Komponen UPS

UPS yang bagian bagiannya berupa unit-unit tanpa gerak yang tepatnya

berupa unit - unit elektronik, battery sebagai penyimpan daya dan komponen

komponen listrik lainnya seperti transformator dan saklar atau pemutus daya.

Susunan UPS seperti terlihat pada blok diagram di teori umum, dimana

transformator, saklar pemisah, dan unit unit elektronik pengatur dan

pengendalinya tidak diperlihatkan dengan maksud hanya untuk menunjukkan

bagian bagian terpenting saja.

11
2.2.1 RECTIFIER ( Penyearah )

Penyearah adalah unit elektronik yang mengubah arus bolak balik menjadi

arus searah yang dipergunakan untuk mengisi battery dan sebagai input daya

searah bagi inverter. Untuk maksud tersebut maka penyearah UPS harus berupa

penyearah yang dapat diatur dan dikendalikan sehingga dapat memberikan

tegangan pengeluaran yang tetap, meskipun beban ac pada inverter berubah, arus

dc keluarannya dibatasi sampai Idc maksimum yang telah ditentukan dan arus

pengisian ke battery juga dibatasi.

Untuk melakukan hal tersebut umumnya UPS mempergunakan thyristor (

SCR ) sebagai pengendali dan lazimnya untuk kapasitas < 1kVA mempergunakan

penyearah satu phase, sedangkan pada kapasitas > 1 kVA mempergunakan

penyearah tiga phase.

Pada UPS SOCOMEC IC pengendali penyulut thyristor penyearah adalah uA

145, IC ini dapat pula untuk mengatur penyearah satu phase.

Rangkaian penyearah thyristor yang dipergunakan pada UPS dibawah 1

kVA berupa penyearah gelombang penuh satu phase. Ada tiga macam penyearah

gelombang penuh thyristor satu phase ; penyearah 2 ( dua ) thyristor, penyearah

jembatan terkendali penuh dan penyearah jembatan terkendali separuh.

12
Induktor

Gambar 2.4Penyearah 2 thyristor

Gambar 2.5 Penyearah terkendali penuh

Gambar 2.6 Penyearah terkendali setengah

Catatan : Untuk menghaluskan atau meratakan penyearah dengan battery

dipasang filter induktor / L yang bersifat menghalangi perubahan arus

atau menghasilkan arus yang tertunda terhadap tegangan penyebabnya.

13
Pewaktu / timing pemberian pulsa penyulutan ditetapkan saat tegangan

sinus sumber daya ac melalui / silang nol ( zero cross ) yang dinyatakan dengan

sudut dan diberi nama sudut penyalaan / firing angle. Makin kecil sudut penyalaan

/ α berarti pulsa penyulutan makin maju mendekati silang nol, hal ini berarti

memperbesar nilai rata rata tegangan atau arus keluarannya.

Unit kendali penyulutan penyearah thyristor mempunyai fungsi ;

menerima tegangan masukan kendali VControl, menerima sinkronisasi berupa

tegangan sinus dari sumber daya ac dan mendeteksi silang nol untuk

menghasilkan tegangan ramp, membandingkan tegangan masukan kendali VControl

dengan tegangan ramp dan dihasilkan pulsa penyulutan pada saat ketinggian ramp

menyamai VControl ( sudut penyulutan α makin kecil jika VControl makin besar ),

memisahkan pulsa penyulutan dan menyalurkan keluar melalui dua keluaran.


O
Kedua pulsa penyulutan ini berbeda setengah periode 180 pulsa pertama

positive half cycle kedua negative half cycle.

Blok diagram unit kendali penyulut thyristor penyearah terlihat pada

gambar dibawah ini, rangkaian flip flop tidak harus ada kegunaannya untuk

menghentikan kegiatan pembangkitan pulsa penyulutan yaitu dengan memberikan

masukan reset berupa tegangan arus tinggi ( sebesar VS + ).

14
Stop firing

Tegangan
kendali
VC
g
Ger- h Pulsa
bang firing
+ Flip Mono positif
DETEKTOR Pembangkit flop stable
SILANG Ramp _ e
d f multi
Tegangan NOL c Turun vibrator
ac pe- Comparator
nyingkron Ger- i Pulsa
b a bang firing
negatif

VS- VS +

Gambar 2.7 Blok diagram unit kendali penyulut thyristor penyearah

Cara kerja unit tersebut adalah sebagai berikut :

Detektor silang nol menerima tegangan sinus ( ac ) penyingkron dan

menghasilkan pulsa setiap kali gelombang sinusnya melintasi penyilang nol (

sinyal c ), sehingga untuk setiap periode dihasilkan dua pulsa. Disamping itu

dihasilkan juga gelombang kotak yang saling berkaitan sebagai input gerbang

pemisah pulsa penyulutan ( sinyal a dan b ). Pulsa keluaran detektor silang nol

digunakan untuk mereset gelombang pembangkit ramp turun.

Mono stable multi vibrator adalah suatu rangkaian yang bekerja bila

ditriger dan akan menghasilkan pulsa yang lebarnya tertentu ( ditentukan dari nilai

RC yang dipergunakan ).

15
Tegangan ac
penyingkron

0 180 360

e=f

Gambar 2.8 Bentuk gelombang pada unit pengendali

16
Pemicu/triger mono stable multi vibrator terjadi saat sinyal d memotong

VC . Dengan mengunakan gerbang pulsa tersebut dipisah menjadi dua yaitu

penyulut untuk periode positif dan periode negatif.

Pada rangkaian penyearah thyristor 3 ( tiga ) phase pulsa penyalaan bagi

setiap thyristor terdiri dari dua pulsa yang berurutan dan berjarak α ( O
listrik ),

pulsa bagian depan disebut pulsa penyalaan dan pulsa bagian belakang disebut

pulsa konfirmasi. Pulsa konfimasi dimaksudkan untuk mempertahankan thyristor

nomor urut n tetap menghantar saat thyristor nomor urut n + 1 disulut. Sebagai

contoh thyristor T1 mendapat pulsa konfirmasi saat thyristor T2 disulut, T2

mendapat pulsa konfirmasi saat thyristor T3 disulut dan seterusnya.

Hal ini diperlukan terutama untuk sudut penyalaan α yang besar, pada α

besar thyristor nomor urut n akan bertegangan sangat rendah saat thyristor nomor

urut n + 1 disulut. Hal ini dapat mengakibatkan thyristor nomor urut n padam bila

tidak mendapat pulsa konfirmasi yang bersifat menyulut kembali.

17
T1 on T3 on T5 on T1 on
S

T
T6 on T2 on T4 on T6 on T2 on

α 360
R

120
S

Gambar 2.9 Sinyal jembatan penyearah thyristor 3 phase terkendali penuh

2.2.2 INVERTER

Inverter adalah perangkat elektronik daya yang mengubah daya dc

menjadi daya ac, dengan kapasitas daya mulai dari beberapa watt sampai puluhan

ribu watt.

Rangkaian inverter pada UPS terdiri dari inverter 1 phase dan 3 phase (

tersusun dari 3 unit inverter 1 phase R, S, T yang terhubung bintang ).

18
Inverter 1 phase merupakan inverter jembatan thyristor yang secara

garis besar terdiri dari ; jembatan thyristor 4 sel, sebuah filter, elektronik

pengendali dan pengatur ( control and regulation electronic ). Karena masing

masing inverter mempunyai pengatur sendiri, maka sudut phase vektor tegangan

antara phase yang satu terhadap yang lain selalu tetap berapapun besarnya beban

bagi masing masing phase.

D1' T1 T1' D T3' T3 D3'

C L L C
D2' D1 OUTPUT D3 D4'

Cs Ls
A B

D2 Cp D4

T2 T2' D T4' T4

C L L C

Gambar 2.10 Rangkaian jembatan inverter 1 phase

19
T1, T2, T3, T4 : Thyristor utama.

D1, D2, D3, D4 : Diode untuk rangkaian penyalur ( boosting circuit ).

T1’, T2’, T3’, T4’ : Thyristor untuk rangkaian pemadam.

D1’, D2’, D3’, D4’ : Untuk pengosongan kapasitor C.

D : Dioda untuk rangkaian isolasi pembalikan polaritas kondensator

pemadam.

Prinsip kerja dari rangkaian jembatan inverter 1 phase :

A. Keadaan sebelum Fase 1

Kondensator C di isi oleh thyristor T1’ sehingga bertegangan positif

gambar A, pengisian C akan berhenti pada saat T1 disulut. Bersamaan dengan

menghantarnya T1 kapasitor C akan discharge lewat L dan D.

Dengan adanya L, maka arus pengosongan akan berlangsung terus meskipun

tegangan C telah kosong sehingga terjadi pembalikan polaritas tegangan pada C.

T1
off T1’ T1
C ON
_| | _| | | |_
+ + +

A
Gambar 2.11 Gambar keadaan sebelum fase 1

20
B. Fase 1 : Pemberian tegangan dari battery kepada filter AB

Pemberian tegangan positif kepada filter AB dilaksanakan oleh dua

thyristor yang berseberangan ( thyristor diagonal ) yaitu T1 dan T4. Selama phase

1 ini atau T1 dan T2 menghantar, arah arus pada filter AB adalah seperti terlihat

pada gambar dibawah. Perlu diingat bahwa dalam phase 1 ini kondensator C

bertegangan negatif.

+ Ub
T1

|| Output
+ -
Cs Ls
||
A B
||

T4

- Ub

Gambar 2.12 Pemberian tegangan dari battery kepada filter AB

C. Fase 2 : Pemadaman Thyristor T1

Pemadaman thyristor T1 yang berarti penghentian pemberian tegangan

positif dari battery dilaksanakan dengan penyalaan thyristor T1’ maka

kondensator C yang bertegangan negatif terhubung ke anoda T1 sehingga arus

dari battery disimpangkan ke C dan tidak lagi mengalir melalui T1.

21
Karena T1 tidak dialiri arus maka menjadi padam selama T1’ menghantar,

arus pengosongan C yang bertegangan negatif melalui D1, D2, D1’, dan T1’

seperti gambar dibawah. Pada saat ini arah arus pada filter AB masih dari A ke B,

meskipun T1 telah tidak menghantar.

T1
OFF T1’
ON
||

Cs Ls
||
+ - ||

T4

Gambar 2.13 Pemadaman Thyristor T1

D. Fase 3 : Pemanfaatan kembali daya yang tersimpan pada Cs

Dalam keadaan T1 tidak menghantar dan kondensator Cs telah berisi

tegangan dengan polaritas seperti gambar diatas, maka arus pada filter AB yang

arahnya dari A ke B makin berkurang menuju nol. Tetapi karena adanya Ls, maka

arus akan berayun sehingga terjadi pembalikan arus. Bersamaan dengan terjadinya

pembalikan arus ini thyristor T2 dinyalakan untuk mengalirkan pembalikan arah

arus. Jelasnya arus pada filter AB digambarkan seperti gambar dibawah.

22
Saat arus melalui nol, thyristor T4 padam secara alami sehingga setelah

terjadi pembalikan arus karena osilasi, arus pelucutan ( pengosongan )

kondensator Cs melalui D2, T2, D4’ dan D3.

Dalam fase 3 ini juga, dengan menghantarnya T2 maka C2 yang pernah

diisi tegangan positif lewat T2’ akan dikosongkan lewat T2 ( gambar C ) dan

berisolasi melalui L2, D dan T2 sehingga terjadi pembalikan tegangan pada C.

Saat T1 diputus arus


iAB mulai berkurang
Saat arus melewati nol, T2
dinyalakan untuk menyalurkan
arus yang akan membalikan arah
Fase 3
t

Arus membalik
arah akibat osilasi
Fase 4

Gambar 2.14 Pemanfaatan kembali daya yang tersimpan pada Cs


(Gambar A)

T1
OFF

B
A ||
||

T2 Padam secara T4
ON alami

Gambar 2.15 Pemanfaatan kembali daya yang tersimpan pada Cs


(Gambar B )

23
D2 D2 D2

T2
OFF T2’ T2 D T2 D
ON ON
|| _| | ||
_ + + _
+

Saat pengisian C2 Saat pengosongan C2 Akibat osilasi maka terjadi


pembalikan polaritas
tegangan pada C2

Gambar 2.16 Pemanfaatan kembali daya yang tersimpan pada Cs


(Gambar C)

E. Fase 4 : Pemanfaatan kembali daya pada Cs dan Ls yang kedua

Dalam fase ini T2 telah menghantar, meskipun T4 telah padam secara

alami pada fase 3, pada fase 4 ini T4 dipastikan lagi pemadamannya dengan

menyalakan thyristor pemadaman T4’. Untuk meyakinkan T2 tetap menghantar,

maka pulsa penyalaan T2 yang terjadi pada fase 3 tetap dipertahankan lebarnya

selama fase 4 ini berlangsung.

Akibat penyalaan T4’ adalah pengisian C sehingga arus pada filter AB

yang negatif sebagian dialirkan menuju C yang mengakibatkan terjadinya lekukan

pada bentuk gelombang arus filter AB dibagian negatif.

24
D3

||
||
D2 D4
D4’

T2 T4’ T4

||

Gambar 2.17 Pemanfaatan kembali daya pada Cs dan Ls yang kedua

F. Fase 5 : Pemberian tegangan negatif dari battery kepada filter AB

Pada fase ini, T3 dinyalakan sehingga bersama sama dengan T2 yang

pernah dinyalakan sebelumnya memungkinkan pemberian tegangan – Ub kepada

filter AB oleh thyristor pasangan diagonal T3 – T2 ini. Terlihat bahwa penyalaan

T3 dilakukan serentak dengan penyalaan T4’ dan T1 untuk pengisian C ( arus

yang terjadi terlihat seperti gambar dibawah ).

Penyalaan T3 juga mengakibatkan pengosongan tegangan C yang karena

adanya osilasi oleh C dan L berakibat pembalikan polaritas tegangan pada C.

25
T3
T1’ D ON
_ + ON
|| _| |
+
D3
D1
||
D2 || D4

T2 T4’
ON ON

| |_
+

Gambar 2.18 Pemberian tegangan negatif dari battery kepada filter AB

G. Fase 6, 7, 8 dan 9

Fase 6, 7, 8 dan 9 serupa dengan fase 2, 3, 4 dan 5 hanya berbeda pada

simetris diagonal. Sebagai catatan ; bahwa sebelum pertama kali menyalakan

jembatan inverter, pulsa pulsa penyalaan diberikan kepada thyristor thyristor

pemadam untuk mengisi kapasitor pemadam C.

26
2.2.3. BATTERY

Battery adalah perangkat / alat sumber tenaga yang dapat

menghasilkan tenaga / energi berdasarkan reaksi kimia. Dari jenisnya battery

terbagi dalam 2 ( dua ) yaitu ; battery primer dan battery sekunder.

Battery primer adalah perangkat sumber tenaga yang cara kerjanya

mengubah energi kimia menjadi listrik semata mata digunakan hanya sekali

hingga habis kemampuannya, contohnya battery sel kering. Dan battery sekunder

adalah perangkat sumber tenaga yang cara kerjanya mengubah energi kimia

menjadi listrik ( reaksi primer ) dan dapat pula mengubah energi listrik menjadi

kimia dengan kata lain dapat menyimpan energi listrik ( reaksi sekunder ), serta

lazim disebut accumulator atau disingkat menjadi accu / aki.

Battery sekunder sebelum memberikan energi listrik ( proses discharge

) terlebih dahulu harus diisi ( charging ), yaitu dengan cara menghubungkannya

dengan catu daya searah. Jenis battery sekunder ada 2 ( dua ) yaitu ; battery asam /

battery timbal ( load acid ) dan battery basa / alkali ( nickel cadmium / NiCad ).

Dan berdasarkan wujud elektrolit terdiri dari battery basah dan battery kering.

Susunan utama dari battery terdiri dari ; plat positif ( anoda ), plat negatif (

katoda ), elektrolit, separator ( pemisah ), wadah.

27
a. Battery load acid / battery timbal

Susunan utama battery adalah sebagai berikut ; kutup positif terdiri dari

peroxida timbal ( P6O2 ), kutup negatif terdiri dari timbal murni ( P6 ) dan

elektrolitnya terdiri dari larutan asam belerang ( H2SO4 ) + air murni ( H2O ),

dengan reaksi kimia sebagai berikut :

P6O2 + 2 H2SO4 + P6 ⇒ 2P6 SO4 + 2 H2O ( reaksi discharging )

2P6O4 + 2 H2O ⇒ P6O2 + P6 + 2 H2SO4 ( reaksi charging )

Keuntungan dari battery lead acid adalah ; harganya relatif murah,

tegangan nominal per cell 2 Volt, biaya perawatan relatif murah, ukuran dan berat

lebih kecil.

Kerugian dari battery lead acid adalah ; umur lebih pendek, terpengaruh

terhadap temperatur operasi, tidak tahan terhadap proses charging dan discharging

yang berlebihan, tidak tahan terhadap arus hubung singkat, dan zat elektrolitnya

bersifat merusak bahan aktif ( anoda / katoda ) yakni akan menimbulkan sulfat.

b. Battery alkali / NiCad

Susunan utama battery adalah sebagai berikut ; kutup positif terdiri dari

hidroksida nikel / Ni(OH)3, kutup negatif terdiri dari oxida cadmium ( Cd ) dan

elektrolitnya terdiri dari larutan basa yaitu potasium hidroksida ( KOH ) + air

murni ( H2O ), dengan reaksi kimia sebagai berikut :

2Ni(OH)9 + 2 KOH + Cd ⇒ 2Ni(OH)2 + 2 KOH + Cd(OH)2 ( discharging )

2Ni(OH)2 + 2 KOH + Cd(OH)2 ⇒ 2Ni(OH)2 + 2 KOH + Cd ( charging )

28
Keuntungan dari battery alkali / NiCad adalah ; tahan terhadap goncangan,

tahan terhadap charging dan discharging berlebihan, tahan terhadap hubung

singkat, tahan terhadap kesalahan charging ( polaritas terbalik ), umur panjang.

Kerugian dari battery alkali / NiCad adalah ; harga mahal, 4 buah battery

harga terdiri dari 1 set, tagangan nominal hanya 1,2 volt, memerlukan ruang

penyimpanan yang lebih luas.

2.2.3.1 Parameter parameter pada battery.

1. Kapasitas adalah ukuran kemempuan battery dalam menyimpan muatan

listrik, satuannya adalah ampere - hour (Ah). Kapasitasnya bervariasi

dengan laju pemakaian/pengeluaran, temperatur, umur dari batere.

2. Kapasitas battery diukur dalam amper - hour yang dikeluarkan sampai

battery kosong. kapasitas dapat dinyatakan dalam berbagai laju nominal,

laju pemakaian nominal yang umum adalah 8, 20 atau 100 jam. Waktu

pengeluaran yang lambat atau laju pengeluaran yang besar dapat

menghasilkan kapasitas tersedia yang lebih besar (dibanding laju

pengeluaran yang kecil) sebelum tegangan akhir dicapai. Penentuan

kapasitas didasarkan pada rata-rata waktu pengeluaran

3. Kapasitas nominal standar diukur pada 25oC. temperatur yang lebih rendah

akan menyebabkan kapasitas lebih kecil.

4. Tingkat keadaan muatan (State of Charge), adalah ukuran dari beberapa

banyak total kapasitas yang masih tersedia. SOC dinyatakan sebagai suatu

prosentase dari kapasitas nominal.

29
Contoh batere 100 AH :

- 85 % SOC = Masih tersedia 85 % Ah dalam batere

- 25% SOC = Masih tersedia 25 Ah dalam batere

5. Tegangan nominal battery adalah tegangan yang diukur pada terminal

battery dalam keadaan tanpa beban.

6. Berat jenis / specify gravity adalah besaran berat jenis cairan elektrolit (

pada battery basah ).

7. Tahanan battery adalah nilai tahanan battery yang didapatkan pada saat

pengetesan berbeban dengan menaikan besar tegangan dan arus battery

secara berkesinambungan.

8. Impedansi battery adalah nilai yang diperoleh dari pemberian pulsa pulsa

arus yang berfrekwensi ac pada kutup battery sehingga pada battery

tegangan ac drop yang akan memberikan hasil nilai empedance sebagai

perbandingan arus dan tegangan.

9. Konduktansi battery diperoleh dengan memberikan tegangan dengan

frekwensi tertentu pada battery dan melihat arus ac keluar

30
2.2.3.2 Perhitungan Batere

Depth of discharge mempengaruhi umur. Batere siklus dalam dirancang

untuk beroperasi pada 80% DOD harian. Batere siklus dangkal dirancang untuk

beroperasi hanya pada 15% DOD harian. Pada proses siklus terjadi

pengembangan dan pengerutan komponen aktif plat elektroda, proses mekanik ini

akan menyebabkan kerusakan plat. Proses yang berulang-ulang ini memperlemah

ikatan plat.

Setiap sel dalam batere menghasilkan tegangan di antara anode dan katode

sebesar 2 V, sehingga untuk menghasilkan tegangan 12 V dibutuhkan 6 buah sel

batere yang dihubungkan secara seri.

Besarnya energi yang dapat dikeluarkan oleh batere disebut “kapasitas

batere” atau banyaknya arus yang dapat dilepaskan (discharge currents) dari

pengisian (charge rate) yang tertentu pula. Kapasitas batere diukur dalam satuan

ampere – hour (Ah).

Perhitungan kapasitasa batere persamaan :

Kapasitas Batere yang dibutuhkan ( AH pada 6 volt)


Kebutuhan energi beban (Wj) × Jumlah hari untuk menyimpan energi (2-1)
=
D.O.D × 6 volt

Catatan :

- D.O.D adalah singkatan dari “Depth Of Discharge” dalam penentuan

kapasitas batere, umumnya diambil D.O.D = 0,8 yaitu yang merupakan

kapasitas minimum yang boleh dikeluarkan (di – discharge).

31
Tegangan input
Jumlah batere = (2-2)
Tegangan baterai

Kapasitas beban
Jumlah cabang = (2-3)
Kapasitas baterai

Batere yang dibutuhkan :

Jumlah cabang x banyaknya batere per cabang (2- 4)

2.3 Penghantar
Penghantar (kabel) berfungsi untuk menyalurkan atau mengalirkan energi

listrik dari satu titik supply ke titik beban. Penghantar yang digunakan dalam

penginstalasian ini adalah kawat yang terbuat dari tembaga dan diisolasi yang

disebut kabel.

Dalam sistem pengkabelan (wiring sistem) rugi daya dan tegangan jatuh (voltage

drop) sebaiknya diminimumkan dengan :

- menyesuaikan kapasitas kabel untuk kompensasi temperature

- membuat pengkabelan yang pendek-pendek

- menyesuaikan diameter kabel terhadap arus yang mengalir

- menyesuaikan panjang kabel untuk meminimumkan tegangan jatuh

Kemudian gunakan pelindung kabel yang sesuai, conduit, atau di tanam

langsung. Minimumkan jumlah koneksi agar reliabilitas tinggi, biaya tenaga kerja

rendah, serta sistem yang lebih aman.

32
Komponen kabel penghantar diantaranya adalah :

- Konduktor adalah logam yang mempunyai sifat sebagai penghantar arus

listrik yang baik (Tembaga, Aluminium).

- Isolasi adalah pengaman konduktor dari panas, sinar Matahari, serangga,

dan lain-lain.

- Pelindung kabel (conduit) adalah logam atau plastik yang berfungsi

sebagai pengaman tambahan kabel penghantar.

Problem umum kabel penghantar

- Gangguan hubung singkat pada titik sambungan listrik dalam kotak

pengaman akibat air, srangga, dll.

- Kegagalan isolasi kabel.

- Panas yang berlebihan.

- Kerusakan akibat korosi (karat).

Pemilihan kabel penghantar

Pemilihan kabel penghantar berdasarkan atas pertimbangan sebagai berikut :

- Drop tegangan : perbedaan antara tegangan sisi pengirim (sumber) dengan

tegangan sisi penerima (beban), umum dinyatakan dalam %.

- Tipe isolasi : outdoor, indoor.

- Kemampuan hantar arus : ukuran penampang konduktor, jenis dan bahan

konduktor.

33
Tabel 2.1 Luas penampang konduktor dengan kapasitas arusnya dan faktor
kehilangan tegangannya.

Penampang Faktor Kehilangan


Kapasitas Arus (amp)
Konduktor (mm2) Tegangan (Volt/amp/m)
2,5 32 0,002823
4 42 0,001775
6 54 0,001117
10 73 0,0007023
16 98 0,0004416
25 129 0,0002778
35 158 0,0001747
50 198 0,0001385
70 245 0,0001099
95 292 0,0000871
120 344 0,0000691
150 391 0,0000548

Tegangan jatuh dapat dihitung dengan persamaan :


Tegangan Jatuh = Arus x Panjang Kabel x Faktor Kehilangan Tegangan (2-5)

Drop tegangan (tegangan jatuh) :


- Sifat resistif (tahanan) konduktor
- Standar drop tegangan maksimum adalah 3% - 5%.
- Faktor yang mempengaruhi besarnya drop tegangan :
1. Panjang kabel (meter)
2. Jenis material konduktor kabel
3. Ukuran penampang konduktor (mm2).

Perhitungan drop tegangan


Rumus umum :
L× I
ΔV = ρ (2-6)
A

34
Dimana :
ΔV : Drop tegangan (Volt)
ρ : Tahanan jenis konduktor
L : Panjang kabel positif dan negatif (Meter)
I : Arus nominal (Ampere)
2
A : Ukuran penampang konduktor (mm )

Tabel 2.2 Panjang Kabel Maksimum Beban – Kontrol Panel


Panjang Maksimum Kabel dari Trafo Distribusi ke UPS atau Baterai Sesuai
Penampang Konduktor dan Arus yang Mengalir (untuk : konduktor tembaga;
tegangan jatuh 3% dan tegangan batere 24 V)

Wire Diameter
Arus
2,5
(Amp) 1 mm2 4 mm2 6 mm2 10 mm2 16 mm2 25 mm2
mm2
1 16 40 64 96 160 256 400
2 8 20 32 48 80 128 200
3 5,3 13,3 21,3 32 53,3 85,3 133,3
4 4 10 16 24 40 64 100
5 X 8 12,8 19,2 32 51,2 80
6 X 6,7 10,7 16 26,7 42,7 66,7
7 X 5,7 9,1 13,7 22,9 36,6 57,1
8 X 5 8 12 20 32 50
9 X 4,4 7,1 10,7 17,7 28,4 44,4
10 X X 6,4 9,6 16 25,6 40

Pengaruh tegangan jatuh pada output modul PV :


- Mengecilkan diameter kabel berarti memperbesar tahanan.
- Tegangan pada ujung kabel menjadi berkurang.
- Akibatnya arus output mengecil.

Isolasi Kabel :
- Kualitas isolasi kabel dipengaruhi oleh : temperatur, kelembaban, karat, sinar
Matahari langsung (UV).

35
- Kondisi instalasi : kabel udara, kabel tanah, pengaman kabel (conduit), kabel
dalam ruangan.
- Pemilihan jenis isolasi kabel harus disesuaikan dengan penggunaannya.

Jenis Kabel Penghantar


- Standar kabel yang digunakan adalah kabel tembaga tipe serabut dan fleksibel
yaitu type : NYMHY
Standar Kode Warna
- Putih : Kabel pentanahan sistem
- Hijau/Hijau – Kuning : Kabel pentanahan peralatan
- Merah : Kabel positif tanpa ditanahkan.
- Hitam : Kabel negatif tanpa ditanahkan

Pelindung Kabel (Conduit)


- Berfungsi untuk melindungi kabel-kabel dari gangguan yang mungkin timbul
akibat rembesan air hujan, debu, panas yang berlebihan dan lain-lain.
- Ukuran conduit tergantung ukuran dan jumlah konduktor kabel penghantar
yang akan dilindungi.

Sambungan Hubungan Kabel


- Semua titik sambungan hubungan kabel dan saklar berada dalam kotak
hubung (junction box).
- Sambungan hubungan kabel di pasang dengan menggunakan terminal strip
atau screw connectors tanpa crimping atau soldering.
- KHA terminal /penghubung harus lebih besar dari arus pada rangkaian
tersebut.

2.4 Pengaman

Pemasangan pengaman bertujuan untuk melindungi peralatan dan manusia


dari bahaya arus gangguan yang disebabkan oleh keadaan tidak normal.

36
Dalam UPS ini pengaman yang digunakan adalah pengaman arus lebih.
Pengaman arus lebih ini mempunyai fungsi untuk mengurangi efek lanjutan yang
mungkin dapat terjadi pada komponen sistem, sebagai akibat gangguan arus lebih
(beban lebih, hubung singkat).

Gambar 2.19 Pemutus rangkaian (Circuit Breaker = CB)

Gambar 2.20 Pengaman Lebur ( Fuse = Sekring)

37
Jenis pengaman arus lebih yang digunakan adalah :
- Pemutus Rangkaian (Circuit Breaker = CB)
Berfungsi memutuskan hubungan pada suatu rangkaian listrik jika dialiri arus
yang berlebihan.
- Pengaman Lebur (Fuse = Sekring)
Terdiri dari kawat atau metal strap yang dapat berpijar dan memutuskan
rangkaian jika dialiri arus berlebihan. Pemutusan rangkaian listrik disebabkan
oleh pembebanan yang berlebihan atau gangguan hubung singkat.

38
BAB III

SISTEM PENGOPERASIAN UPS

3.1 Konsep Dasar Penggunaan

Penggunaan UPS tidaklah menjadi suatu keharusan, namun yang menjadi

acuan penentuan penggunaan UPS adalah terganggu atau tidaknya peralatan

listrik ketika terjadi gangguan suplai tenaga listrik yang terjadinya tidak dapat di

predikasikan. Selain itu dasar pertimbangan yang lain adalah berapa besar

kapasitas UPS yang akan digunakan. Untuk pertimbangan yang kedua ini sebagai

pengguna peralatan listrik harus dapat mengetahui peralatan listrik mana saja yang

terganggu karena gangguan listrik dan jumlah daya yang dibutuhkan oleh

peralatan listrik tersebut.

Pertimbangan kedua merupakan pertimbangan yang sedikit menjadi

masalah bagi orang yang awam terhadap dunia elektronika. Pemilihan kapasitas

yang terlalu kecil terhadap kebutuhan daya yang harus disuplai pada saat terjadi

gangguan tenaga listrik dapat berakibat pendeknya waktu pelayanan UPS. Tetapi

pemilihan kapasitas UPS yang terlalu besar tentunya tidak efektif jika biaya juga

menjadi dasar pertimbangan penggunaan UPS.

Penggunaan UPS penting atau harus diaplikasi pada suatu kondisi :

1. Ketika gangguan suplai tenga listrik menyebabkan bahaya pada kehidupan

dan kepemilikan seperti pada rumah sakit pada bagian intesive care unit –

nya, monitor keamanan industrial, proses sistem kontrol, dan sistem alarm.

39
2. Ketika gangguan listrik ini menyebabkan kerugian waktu, kerugian biaya .

3. Ketika gangguan listrik ini dapat menyebabkan gangguan atau kerusakan

data pada jaringan komputer, jaringan ATM, atau data-data militer yang

sangat penting dan rahasia.

3.2 Cara Kerja UPS

1. Sumber tenaga listrik utama dalam keadaan normal

Sumber tenaga listrik dari genset disearahkan oleh rectifier dari tegangan AC

menjadi tegangan DC, disamping untuk charger baterai juga diubah lagi

menjadi tegangan AC oleh inverter.

2. Genset dalam keadaan off (otonomi baterai)

Pada saat genset mengalamai gangguan, baterai inilah yang bekerja dengan

tegangan yang telah disimpan tadi. Tegangan DC baterai diubah oleh inverter

menjadi tegangan AC, setelah itu baru disalurkan kebeban.

3. Baterai dalam keadaan off

Pada saat baterai tidak bekerja, maka static by pass akan langsung bekerja

secara otomatis, jadi beban dicatu langsung oleh catu utama.

4. Manual Switch (manual by pass)

Manual switch berfungsi apabila ada perawatan. Pada saat perawatan, beban

UPS dialihkan ke manual by pass, hal ini dilakukan untuk menghindari interupsi

atau pemutusan. Sebelum manual by pass diclose, rectifier atau inverter harus di

off – kan terlebih dahulu.

40
Supplai Rectifier Inverter Load

Baterai

Gambar 3.1 Diagram Blok UPS

3.3 Prinsip Kerja UPS

UPS adalah suatu sistem yang dapat mengubah tegangan AC – DC – AC .

Tahapan perubahan AC – DC melewati tiga langkah. Pada langkah pertama, input

suplai tegangan AC diubah manjadi DC oleh rectifier utama. Langkah kedua,

pengubah resonansi mengubah tegangan DC menjadi tegangan AC befrekuensi

tinggi. Dan pada langkah ketiga rectifier mengubah tegangan AC berfrekuensi

tinggi menjadi DC bertegangan tinggi.

Sebuah baterai digunakan sebagai input suplai cadangan ketika input yang

menuju rectifier mengalami gangguan, dimana proses pengisian baterai dilakukan

oleh pengubah resonansi (resonansi konverter).

41
Input Supplay Bypass Suplay

Rectifier

Battery

Bypass Line

Inverter

Static Switch

Load

Gambar 3.2 Diagram UPS

42
3.4 Sistem Pengoperasian UPS dalam barbagai keadaan

3.4.1 Kerja Sistem dalam Keadaan Normal

Selama keadaan normal, sumber tenaga listrik dari PLN disearahkan oleh

rectifier dari tegangan AC menjadi tegangan DC dengan mempertahankan

floating baterai, setelah itu tegangan masuk ke inverter untuk di ubah menjadi

tegangan AC. Dari inverter barulah tegangan disalurkan ke beban-beban.

Maintenance Bypass line Main Switch

Bypass Suplay
Static Switch

Input Supplay Output to Load


Rectifier Resonat Inverter
Converter

Battery

Gambar 3.3 Kerja sistem dalam keadaan normal

43
3.4.2. Sistem Operasi Selama Terjadinya Gangguan

Jika sumber input AC ke UPS mengalami gangguan, rectifier akan

berhenti memberikan suplai daya ke inverter dan secara otomatis baterai akan

memberi suplai daya ke inverter menuju beban – beban melewati SCR.

Selama periode beban mendapat suplai dari baterai pada saat terjadinya

gangguan, suplai daya bergantung pada kapasitas baterai dan persentasi dari

standar beban-beban yang mendapat suplai.

Selama baterai terisi penuh, daya pada sistem operasi Ups bergantung dari

suplai secara langsung yang diperoleh dari sumber yang sama sebagai input utama

( common bypass ) atau dari sumber tersendiri/ terpisah ( Split bypass ).

Maintenance Bypass line Main Switch

Bypass Suplay
Static Switch

Input Supplay Output to Load


Rectifier Resonat Inverter
Converter
SCR

Battery

Gambar 3.4 Pengoperasian battery pada saat terjadinya gangguan

44
3.5 Penchargeran UPS

Charger atau rectifier ini dibuat untuk mensuplai peralatan sensitif dengan

sumber DC pada tegangan konstan yang tidak terganggu, bebas dari gangguan –

gangguan jaringan power yang biasa mensuplai beban ( noise, fluktuasi, gangguan

jaringan, dsb ). Rectifier biasanya mencharger baterai untuk menjaga agar baterai

berada dalam kapasitas penuh, selain itu juga menyediakan suplai tenaga DC

utnuk beban. Apabila ada kegagalan suplai tenaga AC, baterai tetap mensuplai

tenaga DC pada beban.

3.5.1 Memahami Operasi Dasar Rectifier

Charger baterai standar terisolasi dari suplai tenaga AC 3 fasa melalaui

transformer isolasi.

Jembatan thyristor yang dapat di kontrol digunakan untuk menyearahkan

tegangan AC ke DC, yang kemudian tegangan DC ini di filter oleh sirkuit filter

DC, yang terdiri dari induktor dan kapasitor elektrolytik. Tegangan keluaran DC

selalu dijaga level yang konstan tanpa melihat fluktuasi tegangan dan perubahan

beban dan arus output dibatasi untuk menghindari over load yang di kontrol oleh

papan sirkuit kontrol.

Tegangan tembus dihilangkan oleh arester surja tegangan yang dipasang

sepanjang sisi primer dari input transformer.

45
Pada keadaan normal, charger baterai digunakan untuk mengisi baterai dan

mesuplai tergangan DC yang dibutuhkan pada beban. Pada kondisi ini arus yang

sangat lemah dibutuhkan untuk menjaga baterai dalam kapasitas penuh, selama

arus output DC total tidak melebihi batas keluaran dari rectifier, tegangan output

DC diatur pada tingkat yang konstan.

Operasi yagn tidak normal apabila arus untuk beban lebih besar daripada

nilai batas arus rectifier yang di tentukan, charger baterai dilindungi dari kenaikan

arus sampai pada batas arus operasinya, dimana tegangan akan jatuh, baterai akan

mulai mendischarge muatannya dan menyediakan arus tambahan yang

dibutuhkan beban. Apabila charger baterai berada pada posisi current limiting

mode lebih dari 36 detik charger secara otomatis akan berubah ke Hi – Rate (

Boost) Charge.

3.5.2 Elemen Dasar yang Terdapat Pada Charger Baterai/ Rectifier

Charger baterai standar / rectifier terdiri dari :

- Input transformer isolasi

- Jembatan thyristor 6 pulsa yang dapat di kontrol

- Filter output DC

- Control dan papan sirkuit ISO – driver

- Enclosure

- Unit alarm ( tambahan )

- Baterai ( tidak dapat digunakan pada rectifier )

46
3.5.3 Kegagalan Suplai AC dan Pengembalian Operasi

Apabila terjadi kegagalan suplai AC, baterai akan memberikan suplai DC

pada beban dalam jangka waktu yang terlebih dahulu sudah ditentukan.

Ketika supali AC sudah kembali normal charger secara otomatis akan

kembali kekondisi Hi – Rate ( Boost ) charger. Hal ini dilakukan untuk

mempercepat waktu pengisian dari baterai - baterai yang sudah terdischarge atau

terpakai sekaligus juga untuk mendapatkan kembali kapasitasnya yag tadi penuh.

Sebelum proses pengisiannya selesai charge secara otomatis akan kembali kondisi

float ( trickle ) charge mode. Karena proses pengisian sepenuhnya adalah

otomatis, maka tidak diperlukan campur tangan manusia untuk secara terus

menerus menjaga kestabilan supali DC pada beban.

3.5.4 Pengaturan Batasan Arus Rectifier

Arus keluaran rectifier dilindungi oleh setting batasan arus potensiometer

P7. Nilainya dibatasi untuk menghindari overload.

Untuk melakukan penyesuaian ini, beban melebihi dari batas arus rectifier

di hubungkan pada sisi beban dari peralatan. Secara berlahan – lahan tingkatkan

beban sampai arus rectifier meningkat sampai batas yang di tentukan. Kemudian

secara berlahan – lahan putar potensiometer batasan arus sampai tegangan

rectifier turun.

Catatan : Pengatur dari kedua potensiometer ini lebih baik dilakukan

tanpa baterai terhubung. Mengacu pada laporan pengujian pabrik untuk nilai

batasan arus untuk disesuaikan

47
3.5.5 Ketidakseimbangan Fasa.

Ketika terjadi ketidakseimbangan fasa output dari rangkaian rectifier akan

mengandung tegangan ripple atau riak 50 hz yang sebanding dengan tingkat

ketidakseimbangan. Rangkaian pengukur ripple akan trip sebagai akibat dari

ripple 50Hz ini dan output rectifier akan kembali nol setelah beberapa saat.

Penyesuaian pada fasa yang tidak seimbang dilakukan dengan

potensiometer P1 dan P2. Setingan standar membolehkan ketidakseimbangan

maksimum terbesar 20 % antara fasa paling jauh.

3.5.6 Filter Output DC

Elemen – elemen yang penting dirancang dan diletakkan pada baterai

charge UNIGI. Fungsi dari filter adalah untuk mengurangi ripple atau riak arus

dan untuk menghasilkan tegangan output DC yang bersih. Proses penyaringan ini

memperpanjang usia baterai dan memungkinkan charge baterai untuk beroperasi

tanpa terhubung dengan baterai.

Filter DC standar dibuat dari induktor DC dan kapasitor electrolytic sama

seperti jaringan filetr LC, dan untuk mengurangi ripple atau riak tegangan output

sampai kurang dari 5 % dari tegangan DC nominalnya tanpa menghubungkan

baterai ( umumnya dengan 1 % baterai terhubung ).

Secara optional filter DC 1 % atau 0,1 % dapat dimasukkan ke dalam

model, untuk aplikasi telekomunikasi dengan menambah jaringan filter DC 2

tahap yang terdiri dari dua set induktor DC dan kapasitor electrolytic sebgai

jaringan LCLC.

48
Ini biasanya digunakan untuk mengurangi tingkat noise yagn dibutuhkan

untuk peralatan elektronik yang sensitif, filter juga dirancang untuk memenuhi

kebutuhan ripple atau riak dari spesifikasi telecom 876 tupe 3.

3.5.7 Cara Merawat Charger atau Rectifier

Sebagai peraturan umum charger atau rectifier harus selalu dirawat

sebagai berikut :

- Check apakah saluran masuk atau keluar untuk udara terganggu.

- Bersihkan debu – debu dari komponen internal, terutama heat sinks dan

fan menggunakan sikat dan fakum cleaner.

- Jika perlu keringkan komponennya dengan udara yang di pompa.

- Check komponen yang secara mekanik rusak, komponen yang kelebihan

panas dan tanda – tanda korosi.

- Check hubungan kabel – kabelnya, kekencangannya, terminasinya dan

posisi – posisi konektornya dan pastikan semua board dalam kondisi yang

baik.

- Check kekencangan mekanikalnya dan pastikan semua komponennya

dalam keadaan baik.

- Check apakah fan pendinginnya bersih dan dapat berputar dengan baik.

Setelah 3 tahun pemakaian, dianjurkan untuk mengganti fan – nya.

49
3.6 Sistem Proteksi UPS

Penyaluran tenaga listrik harus mempunyai kwalitas yang baik, seperti

halnya pada pengamanan UPS dimana pengaman diharapkan handal dan

kontinuitasnya harus terjamin. Untuk megusahakan memperkecil kemungkinan

terjadinya gangguan dapat diusahakan dengan cara sebagai berikut :

- Membuat Isolasi yang baik utnuk semua peralatan.

- Membuat perencanaan yang baik untuk mengurangi pengaruh luar, dan

mengurangi atau menghindarkan sebab – sebab gangguan mekanis, polusi,

kontaminasi dsb.

- Pemasangan yang baik, yaitu pada saat pemasangan harus mengikuti

peraturan – peraturan yang betul.

- Menghindari kemungkinan kesalahan operasi yaitu dengan membuat

prosedur tata cara operational dan diadakan jadwal pemeliharaan yang

rutin.

- Memisahkan bagian sistem yang terganggu secepatnya dengan memakai

pengaman lebur atau relai pengaman dan pemutus beban dengan kapasitas

pemutusan yangmemadai.

Walaupun langkah – langkah untuk mencegah terjadinya gangguan secara

teknis dapat dilakukan, tetapi ada yang membatasinya, yaitu faktor ekonomi.

Artinya kita tidak dapat mencegah seluruh kemungkinan terjadinya gangguan oleh

sebab faktor ekonomis dan faktor alam. Dengan demikian ” gangguan boleh saja

terjadi tetapi pengaruh akibat gangguan tadi harus dibuat sekecil mungkin agar

kontinuitas dari UPS tidak terganggu”.

50
3.7 Trouble Shooting

Gejala pada circuit breaker AC dan DC ( atau skring) trip, ketika charger

atau rectifier dinyalakan dan baterai dihubungkan, penyebabnya adalah :

- Hubungan baterai yang salah

- Jembatab Thyristor tidak beroperasi

- Kapasitor filter DC short circuit

Solusinya :

- Periksalah sel – sel baterai apakah hubungan atau koneksinya sudah benar

- Ganti semikonduktor yang rusak

- Ganti kapasitor yang rusak

Apabila gejalanya adalah tidak adanya output DC, penyebabnya adalah :

- Breaker output DC dalam posisi off atau sekering putus

- Tegangan baterai melebihi seting tegangan output charger

Solusinya ialah :

- Ganti sekering yang putus dan nyalakan breakernya

- Pada kondisi norma, biarkan baterainya discharge sampai tingkat tegangan

yang sudah di setting

Apabila gejalanya ialah, tegangan output yang salah dan arus output charger pada

mode batas arus, penyebabnya adalah :

- Chart control tidak beroperasi

- Jembatan Thyristor tidak beroperasi

- Beban arus melebihi arus keluaran charger

51
- Sel baterai rusak

Solusinya adalah :

- Ganti card kontrolnya

- Ganti semi konduktor yang rusak

- Kapasitas charger berada di bawah aplikasi beban

- Perbaiki sesuai kebutuhan

3.8 Sistem Pemeliharaan UPS

3.8.1.Dasar – Dasar Sistem Pemeliharaan

1. Pemeliharaan Preventif

Pemeliharaan preventif akan dapat mengurangi seringnya terjadi gangguan

dan kemungkinan dilakukan perbaikan pada saat yang tepat.

2. Trouble Shooting Cepat

Mencari/menemukan dan membetulkan gangguan pada instalasi peralatan

bandara dengan waktu yang sepadan

3. Ketepatan Catatan dan Laporan

Ketepatan catatan dan laporan merupakan sarana yang penting untuk

melaksanakan sistem pemeliharaan secara fungsional dan efisien. Ketepatan

catatan adalah termasuk gambar revisi, sebuah set lengkap gambar-gambar revisi

yang cocok dengan keadaan sebenarnya pada saat itu (up to date), sangat

membantu memudahkan pekerjaan pemeliharaan. Setiap perubahan, pergantian

atau modifikasi pada instalasi dan bagianbagiannya harus segera dicantumkan

dalam gambar revisi ini.

52
4. Petugas yang Terlatih

Petugas yang terlatih merupakan suatu persyaratan dasar dari sebuah

sistem pemeliharaan yang baik. Program-program pelatihan hendaknya diadakan

untuk meningkatkan pengetahuan para petugas pemeliharaan agar mereka dapat

mengikuti perkembangan baru yang ada

5. Perkakas dan instrumen

Perlu tersedia :

a. Perkakas dan instrumen yang portable dan stasioner untuk trouble

shooting cepat dan reparasi peralatan fasilitas listrik.

b. Stok/persediaan suku cadang yang memadai termasuk cadangan unit

lengkap untuk penggantian mendadak haruslah tersedia.

3.8.2 Prosedur Pemeriksaan Pemeliharaan Preventif

1. Sebelum Pemeliharaan

- Koordinasikan dengan unit terkait, bila akan mematikan UPS untuk

pemeliharaan rutin.

- Periksa peralatan bekerja pada kondisi normal.

- Persiapkan peralatan untuk pemeliharaan sesuai anjuran buku manual yang

dibutuhkan.

2. Pelaksanaan Pemeliharaan

Baca daftar pemeliharaan dari pabrikan dan lakukan pelaksanaan

pemeliharaan sesuai dengan prosedur yang dianjurkan pabrikan di dalam buku

manual.

53
Setelah pemeliharaan, periksa seluruh peralatan, apakah siap untuk

dioperasikan dan periksa ulang antara lain :

• Kekencangan kabel penghubung.

• Kekencangan baut .

• Peralatan kerja yang mungkin tertinggal dalam panel.

• Yakinkan UPS bekerja NORMAL

3. Sebelum Meninggalkan Ruangan

a. Periksa kebersihan ruangan/ruangan baterai.

b. Mencatat di dalam log book.

1) Nama personil.

2) Jenis pekerjaan.

3) Waktu pekerjaan dilaksanakan.

c. Mematikan lampu ruangan.

d. Periksa kunci pintu ruangan.

3.8.3 Pemeriksaan dan Perawatan Preventif

1. Harian

Baca tegangan dan arus baterai pada panel pengisian (charger). Atur

pengambangan (floating) tegangan jika menyimpang dari nilai tertentu.

54
2. Mingguan.

- Periksa apakah ada kebocoran, debu dan noda. Bersihkan baterai, jika ada

yang bocor atau noda, sapu dengan lap basah. Jangan menggunakan bahan

pelarut seperti thinner, gasoline, bensin atau alkohol untuk membersihkan

baterai.

- Periksa system ventilasi dan operasi exhaust fan.

- Periksa kekencangan sambungan pada terminal-terminal dan hubungan

kelistrikan (rile, kontaktor, connector, fastons dll.). Pastikan bersih dari

debu.

3. Bulanan

- Periksa tegangan terminal baterai (pada bank baterai) dengan external DC

voltmeter. Atur pengambangan (floating) tegangan, jika menyimpang dari

nilai tertentu sesuaikan dengan buku manual pabrik.

- Periksa kebersihan baterai terhadap karat dan noda pada kotak baterai,

terminal kabel, sambungan dll. Lakukan tindakan jika diperlukan.

- Bersihkan ruangan baterai, ukur dan catat temperatur ruangan.

4.Triwulan

- Periksa tegangan setiap cell pada floating charge dengan mengukur

tegangan untuk setiap cell. Jika ada perbedaan ± 0,05 Volt atau lebih

antara tegangan diukur dan floating charge pada cell, catat cell-cell lain

yang menyimpang dari ini. Ukur lagi setelah pengisian merata (equalizing

charge).

55
- Setelah 6 jam pengisian merata (equalizing charge)untuk baterai pada

equalizing charge voltage 380 V. Periksa arus pengisiannya dan

bandingkan dengan manual pabrik untuk nilai tertentu. Mengukur dan

memonitor temperatur elektrisitas dari pilot cell seluruhnya, sampai

pengisian merata dan jika temparatur melebihi batas dari ketentuan manual

pabrik, lakukan penghentian sesaat.

5. Semi Tahunan

Periksa pengaturan voltmeter pada panel charger dengan DC voltmeter

external (periksa terminal baterai pada panel charger). Bandingkan

pembacaannya. Jika panel meter ini tidak betul, sesuaikan dengan DC voltmeter

external.

6. Tahunan

- Periksa dan ukur specific gravity dan temperatur air baterai dari pilot cell

pada floating charge.

- Periksa kelonggaran dan temperatur pada bagian sambungan.

3.8.4 Pemeliharaan dan Pencegahan

Setiap produk dan tipe yang berbeda, maka pemeliharaan pencegahan

kemungkinan besar berbeda pula, klasifikasi pencegahannya :

- Dibuatkan Standard Operating Procedure baik untuk pengoperasian

maupun untuk pemeliharaan peralatan UPS tersebut untuk setiap jenis

produk dan tipe UPS.

- Laksanakan instalasi UPS sesuai pabrikan.

56
- Laksanakan sistem pengoperasian UPS dengan membuat S.O.P

- Laksanakan sistem pemeliharaan UPS untuk pencegahan (Preventiv)

terhadap kerusakan / failed.

57
BAB IV

ANNALISA TEKNIS DAN PERHITUNGAN

4.1 Kajian Teknis Kebutuhan Peralatan UPS pada PT. RCTI

Secara umum peralatan yang digunakan pada operasional PT. RCTI sudah

mempergunakan teknologi informasi / IT, dimana rangkaian elektronikanya sudah

mempergunakan modul modul yang terdiri dari beberapa lapisan / layer rangkaian

elektronika, modul modul elektronika tersebut terdiri dari beberapa chip /

microprocessor yang sangat riskan terhadap kerusakan yang disebabkan dengan

kejutan sumber listrik atau sumber listrik yang tidak stabil.

Kerusakan yang terjadi pada modul modul peralatan tersebut jelas sangat

mengganggu terhadap operasional peralatan dan memperpendek usia pakainya / life

time, untuk itu stabilitas sumber catu daya listrik amat sangat dibutuhkan untuk

menunjang operasi peralatan.

Untuk menunjang operasi sehari hari terhadap kebutuhan sumber catu daya

listrik diperoleh dari sumber catu daya listrik primer / PLN. Beragamnya beban yang

melewati jalur sumber listrik jelas sangat menggangu terhadap kualitas / mutu catu

daya listrik yang diterima di RCTI. Terlebih lagi melihat kondisi pembangunan

kapasitas daya listrik PLN pada saat ini sangat kritis dibandingkan dengan beban

terpasang yang ada, hal ini terutama sekali dirasakan pada daerah daerah di luar pulau

Jawa.

58
Beragamnya beban dan pesatnya kemajuan teknologi elektronika menjadikan

perubahan trend ketidak stabilan sumber listrik tidak hanya di pengaruhi oleh beban

beban linier (motor motor listrik, lampu, alat pendingin, dll) tetapi sudah bergeser

menjadi beban beban non linier, sehingga kestabilan tidak hanya berupa naik

turunnya tegangan listrik atau terjadinya pemutusan / pemadaman listrik.

Kestabilan listrik yang saat ini menjadikan dasar sudah berubah menjadi mutu

sumber daya listrik / power quality.

Masalah masalah yang ditemui dalam power quality antara lain adalah :

1. Masalah distorsi harmonik

Masalah ini timbul seiring dengan perkembangan teknologi elektronika yang

diterapkan dalam peralatan modern. Akibat yang ditimbulkan adalah timbulnya

komponen-komponen tegangan yang berada diluar frekwensi 50 hz (lebih dikenal

dengan komponen harmonik), bila komponen tersebut diatas 5 % dari kondisi normal

dapat dipastikan mengganggu peralatan dan pencemaran pada jaringan listrik.

2. Masalah transient tegangan

Transient merupakan masalah lama yang dapat timbul pada saat terjadinya

pelepasan/masuknya beban secara tiba-tiba. Transient adalah masalah power quality

yang sulit untuk diukur dan penyebab kerusakan peralatan elektronika modern.

59
3.Masalah noise

Merupakan gangguan klasik yang bentuknya seperti transient tetapi berenergi

rendah dan terjadi dalam waktu yang sangat singkat ( dibawah 1 milidetik)

4. Masalah sag dan swell

Masalah ini terjadi berkaitan dengan naik turunnya tegangan dan berlangsung

dalam beberapa cycle, hal ini dapat merupakan ancaman untuk peralatan elektronika

modern.

5. Masalah naik turunnya tegangan

Masalah ini terjadi karena stabilitas sumber catu daya listrik dan atau karena

kapasitas jaringan, besarnya perubahan naik turun akan mempercepat kerusakan

peralatan.

6. Masalah radio frequency inteference / RFI

Masalah ini timbul akibat pencemaran lingkungan oleh adanya frekwensi

radio, kerusakan yang ditimbulkan akan menggangu sistem komunikasi sistem yang

selanjutnya jelas akan berdampak pada peralatan yang tersambung dalam sistem

tersebut.

60
Untuk mengatasi ketidak stabilan sumber catu daya listrik maupun terhadap

dampak pemadaman yang terjadi dari sumber PLN, RCTI sudah diperlengkapi

dengan back up catu daya listrik cadangan. Dalam kondisi baik respon time back up

catu daya listrik tersebut dapat dicover dalam waktu 15 detik.

Kondisi ketidak stabilan listrik yang di back up oleh standby generatingset

tidak dapat dioperasikan secara kontinous karena keterbatasan spesifikasinya.

Disamping itu walaupun telah diperlengkapi oleh back up catu daya listrik cadangan,

tetapi mutu catu daya tidak dapat serta merta teratasi terutama pada kondisi

operasional normal (mempergunakan catu daya listrik PLN).

Salah satu cara untuk mengatasi hal tersebut diatas dipergunakan peralatan

yang disebut UPS (Uninterruptible Power Supply) atau disebut juga sebagai catu

daya tak terputus (continuous power sources) adalah sistem catu daya listrik yang

dapat memberikan tenaga listrik secara independen dalam jangka waktu tertentu

tanpa harus adanya sumber catu daya primer atau sekunder atau sumber catu daya

tersebut sedang dalam gangguan, selain dipergunakan untuk memecahkan masalah

masalah seperti kontinuitas sumber catu daya, UPS juga dipergunakan sebagai alat

untuk memperbaiki mutu catu daya. Mutu catu daya yang baik sangat dibutuhkan

sebagai sumber tenaga listrik bagi peralatan peralatan elektronika seperti peralatan

ADP, Alat komunikasi, Navigasi, Pemancar, Control Room, Radar dan lain lain.

61
4.2 Analisis Penerapan

Untuk mendapatkan dasar pertimbangan dalam menerapkan suatu analisis,

maka akan disampaikan beberapa faktor dasar yang kemudian dapat dijadikan acuan

terhadap pemilihan.

a. Berdasarkan rekomendasi yang dituangkan bahwa peralatan pada khususnya

pemancar,control room dan data center sebagai pusat penyiaran dan

komunikasi tidak boleh terputus dalam tegangan waktu lebih kurang 10 milli

detik, dapat membuat shutdown pemancar dan peralatan di master control dan

memerlukan waktu kurang lebih 30 menit untuk bisa membuatnya memancar

kembali.

b. Untuk menunjang operasional peralatan pemancar harus didukung dengan

sumber catu daya listrik yang stabil, ketidak stabilan sumber listrik akan

memperpendek usia pakai peralatan. Sehingga yang perlu menjadikan

perhatian bukan saja boleh terputusnya operasional peralatan tersebut asal

kurang dari 15 detik tetapi yang lebih penting adalah mutu daya listrik harus

terjaga dan performa operasi peralatan tercapai dan terpelihara.

c. Kestabilan operasional peralatan pemancar di RCTI harus benar – benar stabil

yaitu pada saat acara live dan juga pada saat cuaca buruk. Karena mutu dari

energi yang stabil dan tanpa gangguan, maka pemancaran audio dan visual

dari peralatan pemancar bisa maksimal, dan satu satunya cara untuk

mengatasinya diperlukan peralatan yang bernama UPS.

62
Besar kapasitas UPS yang diperlukan ditentukan sesuai dengan kondisi beban

lapangan yang akan di back up. Bila kapasitas yang dibutuhkan lebih besar sama

dengan 200 kVA dianjurkan mempergunakan dinamik UPS hal ini disarankan karena

kemampuan lamanya dapat beroperasi.

Pemanfaatan UPS sebagai tambahan terhadap back up supply daya listrik

dapat menjadikan prioritas terutama pada RCTI yang beroperasi 24 jam dan atau pada

daerah daerah yang kondisi PLN nya sangat rawan terhadap kontinuitas dan

kestabilannya.

4.3 Perhitungan

4.3.1 Perhitungan Ekonomis

Sebagai penerapan UPS pada sistem RCTI maka dari itu adanya perhitungan

ekonomis dari sistem catu daya yang mensupply beban, dimana perhitungan

ekonomis sebagai perbandingan untuk pemakaian UPS di RCTI, berdasarkan

perhitungan ini akan didapat nilai ekonomis yang menyebabkan kerugian dari sisi

tenaga listrik yaitu apabila terjadi kegagalan catu daya yang tidak di back up maupun

kualitas sumber daya listrik yang bermasalah.

Dari data yang di dapat dilapangan terjadi gangguan listrik pada tanggal 5

Agustus 2008, pada pukul 11:15 – 11:16, yaitu adanya pemutusan tiba – tiba dari

PLN dalam jangka waktu satu menit, apabila tidak di back up UPS maka perhitungan

kerugian secara ekonomis ialah sebagai berikut :

63
Diketahui gangguan terjadi pada siang hari yang merupakan tarif acara pagi

yaitu nilai pemasangan iklan seharga 12 juta per 30 detik. Berdasarkan rekomendasi

yang dituangkan bahwa peralatan pada khususnya pemancar,control room dan data

center sebagai pusat penyiaran dan komunikasi tidak boleh terputus dalam tegangan

waktu lebih kurang 10 milli detik, dapat membuat shutdown pemancar dan peralatan

di master control dan memerlukan waktu kurang lebih 30 menit untuk bisa

membuatnya memancar kembali.

Dari hasil diatas maka di dapat perhitungan, dimana setiap segmen iklan

berdurasi 5 menit dan tiap-tiap segmen acara yaitu 10 – 15 menit, maka kerugian :

5x2 = 10 menit (2 merupakan perhitungan per segmen acara yaitu 15

Menit/segmen, yaitu 2 kali iklan selama 5 menit untuk acara 30 menit)

10 menit = 600 detik (nilai kerugian waktu dalam detik)

600 / 30 dtk = 20 (banyaknya kerugian per 30 detik)

20 x 12 jt = 240 juta

Jadi kerugian secara ekonomis apabila terjadi kegagalan pada catu daya utama

dan tanpa suply UPS ialah sebesar 240.000.000,-.

64
4.3.2 Perhitungan Kebutuhan Beban

Untuk menghitung kebutuhan energi beban yang di supply UPS, yaitu

dilakukan dengan cara mengalikan daya (watt) peralatan tersebut dengan lamanya

kemampuan dari baterai UPS mensupply beban (jam), dimana dari data di lapangan

kemampuan baterai dalam back up beban adalah 20 menit. Daya yang di back up

yaitu 115 KVA dan daya terpasang pada UPS yaitu 200 KVA (daya UPS harus lebih

besar dari daya pada beban agar pengaman tidak trip dan untuk menjaga kestabilan

beban ) , dimana cos ø rata – rata yaitu 0.95.

1
1 jam = 60 menit, maka 20 menit = jam
3

S = 200 KVA ----> 200 KVA = 200.000 VA

P = S x Cos ø ( Watt )

Maka,

P = 200.000 x 0.95 = 190.000 Watt

Sehingga,

Energi yang dibutuhkan (Wj) = Daya (Watt) x kemampuan baterai (jam)

1
Energi yang dibutuhkan (Wj) = 190.000 watt x jam
3

Energi yang dibutuhkan (Wj) = 63333.3 watt jam

65
4.3.3 Perhitungan Baterai

Kapasitas Batere yang dibutuhkan ( AH pada 12 volt )


Kebutuhan energi beban (Wj ) × Jumlah hari untuk menyimpan energi
=
D.O.D × 12 volt
63333,3Wj × 1 hari
=
0,8 × 12 volt
63333,3
=
9,6
= 6597,2 Ah pada tegangan 12 volt

Catatan :

- D.O.D adalah singkatan dari “Depth Of Discharge” dalam penentuan

kapasitas baterai, umumnya diambil D.O.D = 0,8 yaitu yang merupakan

kapasitas minimum yang boleh dikeluarkan (di – discharge).

- Jumlah hari untuk menyimpan energi yaitu, pengisian baterai kembali pada

saat UPS terjadi gangguan ( pengisian baterai terjadi secara otomatis ).

Baterai yang digunakan adalah baterai Deka Unigy yang mempunyai

kapasitas sebesar 120 Ah dan tegangan nominalnya 12 volt. Sehingga untuk

mencapai tegangan 380 volt maka baterai tersebut harus dipasang secara seri

sebanyak :

380 volt
Jumlah baterai = = 32 baterai
12 volt

66
Dan untuk mencapai kapasitas baterai sebesar 6597,2 Ah, maka baterai

dihubungkan secara paralel sebanyak :

6597 ,2 Ah
Jumlah cabang = = 4 cabang
12 x120 Ah

Sehingga kita memerlukan baterai sebanyak :

= 4 cabang x 32 baterai / cabang

= 128 baterai

4.3.4 Perhitungan Kabel

Kabel membawa arus dan tegangan ke UPS atau baterai harus dipilih

berdasarkan tegangan jatuh. Dengan menjaga agar tegangan jatuh di bawah 3 %,

maka harus pengisian yang maksimum dapat diperoleh. Dan tegangan jatuh

sepanjang kabel dapat dihitung dengan persamaan :

L× I
ΔV = ρ
A

Dimana :

ΔV = Tegangan Jatuh (V)

ρ = Tahanan Jenis Konduktor

L = Panjang Kabel Positif dan Negatif (m)

I = Arus nominal (A)

A = Ukuran Penampang Konduktor (mm2)

67
Jadi untuk ukuran kabel dari trafo distribusi ke UPS baterai dapat dicari

dengan :

L× I
A= ρ
ΔV

Kabel yang digunakan adalah konduktor tembaga yang mempunyai tahanan

jenis 0.0375 dan panjang antara trafo distribusi ke UPS sekitar 110 meter.

Untuk tegangan jatuh yang diinginkan 11 V, yaitu harus dibawah 3 – 5 %,

maka dipeoleh :

Daya 3 phasa Æ P = 3 x VL x IL x cos ø

190000
IL =
3 x380 x0,95

190000
IL =
625,2

IL = 303,9 Ampere

Jadi ukuran kabel yang dipakai adalah :

110m × 303,9 A
A = 0.0375 x
11V

33429
A = 0.0375 x
11

A = 0.0375 x 3039

68
A = 113,9 (ukuran kabel yang tersedia di pasaran ialah 120 mm2 )

A = 120 mm2

Sehingga ukuran kabel yang dipakai dari trafo distribusi ke UPS adalah

ukuran 120 mm2. Kabel yang akan digunakan adalah kabel jenis NYFGby.

4.3.5 Data untuk Arus Input, Output dan Baterai

UPS beroperasi harus mengikuti hal – hal sebagai berikut :

1. Tegangan power supply 3 x 400 V

2. UPS beroperasi dengan tegangan dan daya yang telah ditetapkan dan beterai

terus dalam pengisian.

3. Rata – rata baterai mem back up beban selama 30 menit

Tabel 4.1 Data dasar pengoperasian UPS untuk rating arus dan daya.

Daya Output UPS Max Arus Input Arus Baterai (selama Beban Output/
(KVA) Rectifier baterai tidak dalam Arus bypass
pengisian)

60 KVA 3 phasa 86 A 154 A 87 A

80 KVA 3 phasa 114 A 205 A 116 A

100 KVA 3 phasa 142 A 255 A 144 A

120 KVA 3 phasa 171 A 307 A 174 A

160 KVA 3 phasa 228 A 408 A 232 A

200 KVA 3 phasa 282 A 505 A 290 A

69
70
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan :

Keuntungan dengan menggunakan system UPS adalah selain dapat

melakukan back up supply tenaga listrik, UPS tersebut juga dapat berfungsi

sebagai supresor tegangan transient dan fluktuasi tegangan listrik.

Kemampuan sebuah UPS dalam mensuplai tenaga listrik semuanya

tergantung dari besarnya kemampuan baterai dan jumlah beban yang

menggunakan daya tersebut. Semakin besar kapasitas baterai dalam sebuah UPS

maka UPS tersebut (dengan beban yang sama besar) akan mampu mensuplai

tenaga lebih lama daripada UPS dengan kapasitas baterai yang lebih kecil.

5.2 Saran :

Pemilihan kapasitas yang terlalu kecil terhadap kebutuhan daya yang harus

di suplai pada saat terjadi gangguan tenaga listrik dapat berakibat pendeknya

waktu pelayanan UPS. Tetapi pemilihan kapasitas UPS yang terlalu besar

tentunya tidak efektif jika biaya juga menjadi dasar peritimbangan penggunaan

UPS. Hendaklah dalam pemilihan UPS harus di pertimbangkan dahulu terhadap

beban yang akan dipakai, yaitu berapa lama beban tersebut akan di back up, hal

tersebut dapat mengefesienkan pemakaian UPS baik dari sisi ekonomi dan

kebutuhannya.

70
DAFTAR PUSTAKA

Barmawi, Prof. MalVino. “ Prinsip – prinsip Elektronika “. Edisi Ketiga. Jilid I.

Ciracas, Jakarta.1985.

Koolekaar, Ph. J.“ Teknik Listrik “. Cetakan Kelima. Jilid II. Kebon Sirih.

Jakarta.1983

Kubala, Thomas S. “ Electricity 1 : Devices, Circuits, and Materials “. Edisi

Keempat. Delmar Publisher inc. California USA. 1981.

Rhosid, H. Muhammad.“Elektronika Daya:Rangkaian, Devais dan Aplikasinya “.

PT. Prehallindo, Jakarta. 1999.


LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai