Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan salah satu permasalahannya
yaitu masih tingginya pertumbuhan penduduk. Dengan jumlah penduduk yang sangat tinggi
tentunya akan mempersulit usaha peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat. Semakin
tinggi pertumbuhan penduduk semakin besar pula usaha yang harus dilakukan untuk
meningkatkan kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu pemerintah terus berupaya untuk
menekan laju pertumbuhan dengan program Keluarga Berencana
Keluarga Berencana (KB) adalah gerakan untuk membentuk suatu keluarga yang sehat
dan sejahtera dengan membatasi kelahiran. Program KB ini dirintis sejak tahun 1951 dan
terus berkembang, sehingga pada tahun 1970 terbentuk Badan Koordinasi Keluarga
Berencana Nasional (BKKBN). Program ini salah satu tujuannya adalah penjarangan
kehamilan dengan menggunakan metode kontrasepsi dan menciptakan kesejahteraan
ekonomi dan sosial bagi seluruh masyarakat melalui usaha-usaha perencanaan dan
pengendalian penduduk. Sehingga diharapkan setiap keluarga memperhatikan dan
merencanakan jumlah keluarga yang diinginkan. Dengan mempelajari pola trend terbaru
maka Paradigma Program KB Nasional yang lama yaitu Norma Keluarga Kecil Bahagia
Sejahtera (NKKBS) diubah menjadi “Keluarga Berkualitas 2015” yang bertujuan untuk
mewujudkan keluarga berkualitas yaitu keluarga sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki
jumlah anak yang ideal, berwawasan kedepan, bertanggung jawab, harmonis dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa .
Pelayanan dan informasi keluarga berencana merupakan intervensi kunci dalam upaya
meningkatkan keluarga yang berkualitas. Telah terjadi perkembangan yang berarti dalam
teknologi kontrasepsi. Perkembangan ini telah menghasilkan pilihan lebih banyak tentang
metode kontrasepsi yang lebih aman dan efektif. Salah satu jenis alat kontrasepsi adalah IUD
yang merupakan salah satu metode kontrasepsi efektif, yaitu pemakaian IUD dengan satu
kali pemasangan untuk jangka waktu yang lama. Perkembangan bentuk IUD serta kesadaran
yang meningkat akan perlunya pengendalian kesuburan dengan teknik pemasangan yang
benar, maka kini IUD telah dapat diterima secara luas di kalangan masyarakat

1
Kesuburan seorang perempuan dimulai segera setelah dia dapat haid yang pertama dan
akan berlangsung terus sampai menopause. Kehamilan dan kelahiran terbaik artinya resiko
paling rendah untuk ibu dan anak adalah antara 20-35 tahun, persalinan pertama dan kedua
paling rendah resikonya. Jarak antara kedua kelahiran sebaiknya 2-4 tahun. Dari factor-faktor
tersebut maka kita dapat membuat perencanaan keluarga sebagai berikut yaitu fase menunda
kehamilan, fase menjarangkan kehamilan dan fase menghentikan kehamilan. Untuk masing-
masing tujuan tersebut ada jenis metode kontrasepsi yang sesuai untuk digunakan.
Berdasarkan pernyataan tersebut maka penulis mencoba membuat laporan kasus yang
berjudul “Asuhan Kebidanan pada Akseptor Lama KB IUD ingin mencabut KB IUD”.

1.2 TUJUAN
1.2.1. Tujuan umum
Mahasiswa dapat memahami dan meningkatkan pengetahuan dalam memberikan
Asuhan Kebidanan pada Akseptor ganti cara dari KB 3 bulan ke KB IUD.

1.2.2 Tujuan khusus


1.Melakukan pengkajian data subyektif pada klien yang akan diberi asuhan keluarga
berencana.
2. Melakukan pengkajian data obyektif pada klien yang akan diberi asuhan keluarga
berencana.
3. Menetapkan analisa yang tepat untuk klien.
4. Melakukan penatalaksanaan pada klien yang akan diberikan asuhan.

1.3 MANFAAT
a. Bagi Mahasiswa
Dengan melaksanakan Asuhan pada akseptor KB ini diharapkan mahasiswa dapat
menerapkan teori yang sudah di dapatkan di bangku kuliah. Sehingga dapat
membandingkan teori yang sudah di dapatkan dengan penerapannya dalam pemberian
asuhan pada akseptor KB secara langsung

2
b. Bagi Ruangan
Dengan praktek yang sudah dilakukan oleh mahasiswa AKBID Singaraja, maka
petugas kesehatan yang bertugas di BPM buk Putu Putrini, Amd.keb dapat
membimbing mahasiswa mengerjakan keterampilan yang benar sehingga pembimbing
dapat menyalurkan ilmu yang dimiliki kepada mahasiswa agar menjadi lebih baik.
c. Bagi Institusi Pendidikan
Dengan praktek yang dilakukan oleh Mahasiswa maka Institusi Pendidikan dapat
memberikan bimbingan dan memberikan pengalaman baru bagi mahasiswanya
sehingga teori yang telah diberikan sebelumnya dapat diterapkan pada pasien secara
langsung, yang dalam hal ini di terapkan pada akseptor KB.

3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori Kasus Yang Diangkat

2.1.1 Pengertian Kontrasepsi IUD ( AKDR )


IUD (intra uterine devises) merupakan alat kontrasepsi yang dengan alat yang dipasang di
dalam rahim yang sering disebut AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim) untuk mencegah
kehamilan. AKDR merupakan alat kontrasepsi reversible dengan bahan dasar AKDR
adalah polietilen, benang mengandung barium sulfat yang mudah terlihat oleh sinar X
2.1.2 Jenis AKDR
a) AKDR yang mengandung obat (medicated)
CuT, MLCu yang beredar di Indonesia.
b) AKDR tanpa obat (non medicated) meliputi lippes loop yang sampai saat ini masih
digunakan di Indonesia.
2.1.3 Mekanisme Kerja KB IUD
a) Mencegah pembuahan
Ion-ion Cooper yang berasal dari AKDR tembaga mengubah isi saluran telur dan cairan
endometrium sehingga dapat mempengaruhi jalan sel telur di dalam saluran telur serta
fungsi.
b) AKDR hormonal merusak motilitas sel telur dan mengentalkan lendir serviks.
c) Bereaksi terhadap zat asing lokal yang membuat endometrium menjadi tempat yang
tidak sesuai untuk nidasi.
d) Mengurangi jumlah sperma yang mencapai tuba falopii.
e) AKDR sangat efektif sebagai kondar, walaupun demikian mekanisme kerja utamanya
bukan untuk mematikan sel ovum atau aborsi.
f) Pengaruh zat kimia pada IUD
 menghambat ovulasi / nidasi
 menghambat sperma

4
2.1.4 Indikasi Pemakaian IUD
a) Usia reproduksi
b) Keadaan nulipara
c) Menginginkan kontrasepsi yang efektif, jangka panjang untuk mencegah kehamilan
d) Sedang menyusui dan ingin memakai kontrasepsi
e) Setelah melahirkan dan tidak ingin menyusui bayinya
f) Pasca keguguran dan tidak ditemukan tanda-tanda radang panggul
g) Sering lupa menggunakan pil
h) Mempunyai resiko rendah dari infeksi menular seksual
i) Resiko rendah dari IMS
j) Tidak menghendaki metode hormonal
k) Perokok
l) Gemuk ataupun kurus
2.1.5 Kontra indikasi Penggunaan IUD
 Absolut
1) Hamil atau diduga hamil
2) Karsinoma serviks atau uterus
3) Mioma
4) Alergi tembaga
5) Ukuran uterus abnormal
6) Resiko IMS
7) Riwayat KET
8) Servisitis atau vaginitis akut
9) Aktinomikosis genitalia
10) Rentan infeksi
 Relatif
1) Riwayat dismenorrhea
2) Riwayat menorrhagia
3) Riwayat metrorhagia
4) Nullipara
5) Riwayat gagal AKDR

5
6) Riwayat respon vasovagal parah
7) Penyakit hati akut
8) Dicurigai Ca payudara (hormonal)
9) Thrombosis vena
2.1.6 Rencana Pemasangan IUD
Idealnya pemasangan AKDR memerlukan dua kali kunjungan, kunjungan pertama terdiri
dari empat komponen ;
a) Kunjungan pertama sebelum pemasangan AKDR
b) Klien dibuatkan jadwal kunjungan berikutnya untuk pemasangan, setelah ada hasil
pemeriksaan lab, kunjungan dapat dilakukan kapan saja selama siklus menstruasi
c) Klien diberikan konseling untuk tetap tidak hamil dan bebas infeksi sampai saat itu
d) Setelah hasil lab selesai diperoleh, kunjungan kedua dilakukan untuk melakukan
prosedur pemasangan
2.1.7 Kunjungan Ulang Setelah Pemasangan IUD
Kunjungan ulang pertama dilakukan kurang dari 6 minggu pemasangan pada waktu setelah
menstruasi pertamanya.
2.1.8 Keuntungan penggunaan IUD
a) Sebagai alat kontrasepsi efektifitas tinggi
b) Dapat efektif setelah pemasangan
c) Dapat dipakai dalam waktu yang lama
d) Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI
e) Ibu mendapat haid yang teratur
f) Tidak ada intraksi dengan obat- obatan
g) Dapat digunakan sampai menopause
h) Dapat segera dipasang post partum/abortus
2.1.9 Kekurangan Penggunaan IUD
a. Perubahan siklus haid dalam 3 bulan pertama
b. Haid menjadi lebih banyak dan lama
c. Perdarahan (spooting) antara menstruasi
d. Sakit saat haid
e. Disparenia

6
f. Resiko terjadi infeksi prosedur medis membuat perempuan takut selama prosedur
pemasangan
g. Klien tidak bisa melepas AKDR sendiri
h. Ekspulsi tidak diketahui
i. Akseptor harus memeriksa benang dari waktu ke waktu
j. Tidak mencegah IMS
2.1.10 IUD Dapat Digunakan Ibu Dalam Segala Kemungkinan
 Pasca salin
1. sebelum pulang dari RS ( 48 jam I )
2. 4-6 minggu PP, 6 bulan bila MAL
 Pasca abortus
3. langsung post kuretase
4. 1-2 minggu post abortus
 Interval asal pasti tidak hamil
 Haid hari IV-V
2.1.11 Efek Samping dan Komplikasi yang Mungkin Terjadi
a. Sinkop vasavagal saat pemasangan
b. Bercak darah dan kram abdomen atau kedua keadaan tersebut terjadi bersamaan
c. Nyeri berat akibat kram uterus
d. Dissmenohea terutama dalam satu minggu sampai 3 bulan pemasangan
e. Gangguan menstruasi
f. Perdarahan berat atau berkepanjangan
g. Anemia
h. Benag AKDR hilang, terlampau pendek atau panjang
i. AKDR tertanam dalam endometrium atau miometrium
j. AKDR terlepas spontan
k. Kehamilan
l. KET
m. Aborsi sepsis spontan
n. Pervorasi Uterus
o. PID

7
p. Kista ovarium pada pengguna hormonal
q. Bahaya akibat terpajan diatermi medis pada AKDR tembaga

2.1.12 Pencabutan AKDR


a. Langkah 1
Menjelaskan kepada klien apa yang akan dilakukan dan persilakan klien untuk
bertanya.
b. Langkah 2
Memasukkan spukulum untuk melihat serviks dan benang AKDR.
c. Langkah 3
Mengusap serviks dan vagina dengan larutan antiseptik 2 sampai 3 kali.
d. Langkah 4
 Mengatakan kepada klien bahwa sekarang akan dilakukan pencabutan. Meminta
klien untuk tenang dan menarik napas panjang. Memberitahu mungkin timbul sakit
tapi itu normal.
 Pencabutan normal. Jepit benang di dekat serviks dengan menggunakan klem lurus
atau lengkung (ekstraktor) yang sudah didisinfeksi tingkat tinggi atau steril dan
tarik benang pelan-pelan, tidak boleh menarik dengan kuat. AKDR biasanya dapat
dicabut dengan mudah. Untuk mencegah benangnya putus, tarik dengan kekuatan
tetap dan cabut AKDR dengan pelan-pelan. Bila benang putus saat ditarik tetapi
ujung AKDR masih dapat dilihat maka jepit ujung AKDR tersebut dan tarik keluar.
 Pencabutan sulit. Bila benang AKDR tidak tampak, periksa pada kanalis servikalis
dengan menggunakan klem lurus atau lengkung. Bila tidak ditemukan pada kanalis
servikalis, masukkan klem atau alat pencabut AKDR kedalam kavum uteri untuk
menjepit benang atau AKDR itu sendiri
 Bila sebagian AKDR sudah tertarik keluar tetapi kemudian mengalami kesulitan
menarik seluruhnya dari kanalis servikalis, putar pelan-pelan sambil tetap menarik
selama klien tidak mengeluh sakit. Bola dari pemeriksaan bimanual didapatkan
sudut antara uterus dengan kanalis servikalis yang sangat tajam, gunakan
tenakulum untuk menjepit serviks dan lakukan tarikan ke bawah dan ke atas dengan
pelan-pelan dan hati-hati, sambil memutar klem. Jangan menggunakan tenaga besar

8
2.2 Kontrasepsi Suntikan
1. Pengertian
Merupakan kontrasepsi suntikan yang hanya mengandung hormon sintetis progesterone.
Tersedia dua jenis kontrasepsi suntikan, yaitu:
a. Depo medroksiprogesteron asetat (DMPA), mengandung 150 mg DMPA, yang diberikan
setiap 3 bulan dengan cara disuntik intrasmuskular (di daerah bokong).
b. Depo nerotisteron enantat (Depo Nuristerat), yang mengandung 200 mg noretindon
enantat, diberikan setiap 2 bulan dengan cara disuntik intrasmuskular

2. Efektivitas Kontrasepsi Suntikan Progestin


Suntikan progestin memiliki efektivitas 0,3 kehamilan per 100 perempuan, asal penyuntikan
dilakukan secara teratur sesuai jadwal yang telah ditentukan.

3. Cara Kerja Kontrasepsi Suntikan Progestin


 Mencegah implantasi
 Menekan ovulasi.
 Mengentalkan lendir serviks.
 Menghambat transportasi gamet oleh tuba.

4. Keuntungan Kontrasepsi Suntikan Progestin


 Sangat efektif dan aman
 Dapat dipakai oleh semua perempuan dalam usia reproduksi
 Tidak mengganggu hubungan seksual
 Tidak mengandung estrogen, sehingga tidak berdampak serius terhadap penyakit jantung
dan gangguan pembekuan darah
 Dapat digunakan sebagai metode jangka panjang
 Tidak mempengaruhi produksi ASI
 Dapat digunakan oleh perempuan usia >35 tahun sampai perimenopause
 Mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik
 Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara

9
 Mencegah penyebab penyakit radang panggul
 Menurunkan krisis anemia bulan sabit (sickle cell)

5. Keterbatasan
- Sering ditemukan gangguan haid, seperti : siklus haid yang tidak teratur atau
perdarahan bercak (spotting), perdarahan yang banyak atau sedikit, tidak haid sama
sekali
- Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan berikutnya
- Permasalahan berat badan merupakan efek samping tersering
- Tidak menjamin perlindungan terhadap infeksi menular seksual
- Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian, rata-rata 4 bulan

6. Efek Samping Dan Cara Penanggulangan :


a. Aminorea (tidak terjadi perdarahan/ spotting)
- Bila tidak hamil, pengobatan apapun tidak perlu, jelaskan bahwa darah haid tidak
terkumpul dalam rahim, nasehat untuk kembali ke klinik.
- Bila telah terjadi kehamilan, rujuk klien. Hentikan penyuntikan, jelaskan bahwa
hormon progestin tidak akan menimbulkan kelainan pada janin.
- Bila terjadi kehamilan ektopik, rujuk klien segera.
- Jangan berikan terapi hormonal untuk menimbulkan perdarahan, karena tidak akan
berhasil. Tunggu 3-6 bulan kemudian, bila terjadi perdarahan juga, rujuk ke klinik.
b. Perdarahan / perdarahan bercak (spotting)
- Informasikan bahwa perdarahan ringan sering dijumpai, tetapi hal ini bukanlah
masalah serius, dan biasanya tidak memerlukan pengobatan. Bila klien tidak dapat
menerima perdarahan tersebut dan ingin melanjutkan suntikan, maka dapat
disarankan 2 pilihan pengobatan.
- 1 siklus pil kontrasepsi kombinasi (30-35 mg etinilestradiol), ibuprofen (sampai 800
mg, 3x/hari untuk 5 hari). Atau obat sejenis lain. Jelaskan bahwa selesai pemberian
pil kontrasepsi kombinasi dapat terjadi perdarahan. Bila terjadi perdarahan banyak
selama pemberian suntikan ditangani dengan pemberian 2 tablet pil kontrasepsi
kombinasi/hari selama 3-7 hari, dilanjutkan dengan 1 siklus pil kontrasepsi hormonal,

10
atau diberi 50 mg etinilestradiol atau 1,25 mg astrogen equin konjugasi untuk 14-21
hari.
c. Meningkatnya/ menurunnya berat badan
- Informasikan bahwa kenaikan /penurunan berat badan sebanyak 1-2 kg dapat saja
terjadi. Perhatikan diet klien perubahan berat badan terlalu mencolok. Bila berat
badan berlebihan, hentikan dan anjurkan metod ekontrasepsi lain.

7. Indikasi Kontrasepsi Suntikan Progestin


 Usia reproduksi
 Telah memiliki anak atau belum
 Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dengan efektivitas yang tinggi
 Menyusui
 Setelah melahirkan anak dan tidak menyusui
 Setelah abortus atau keguguran
 Telah banyak anak, tetapi belum menghendaki tubektomi
 Perokok
 Tekanan darah <180/110mmHg, memiliki masalah pembekuan darah atau anemia bulan
sabit
 Menggunakan obat-obat epilepsi (fenitoin dan barbiturat) atau obat tuberculosis
(rifampisin)
 Tidak dapat memakai kontrasepsi yang mengandung estrogen
 Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi
 Anemia defisiensi besi
 Mendekati menopause yang tidak mau atau tidak boleh menggunakan kontrasepsi yang
mengandung estrogen

8. Kontra Indikasi Kontrasepsi Suntikan Progestin.


 Hamil/diduga hamil (
 resiko cacat pada janin 7 per 100.000 kelahiran)
 Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya

11
 Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid, terutama amenorhea
 Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara
 Diabetes Mellitus disertai komplikasi

9. Cara Penggunaan Kontrasepsi Suntikan Progestin


 Mulai suntikan pertama pada hari 1-7 siklus haid (Tidak memerlukan kontrasepsi
tambahan)
 Bila suntikan pertama diberikan setelah hari ke-7 siklus haid (Jangan melakukan
hubungan seksual selama 7 hari / menggunakan metode kontrasepsi lain untuk 7 hari)
 Bila klien tidak haid (amenhorea), suntikan dapat digunakan setiap saat, asal diyakini
tidak hamil (Jangan melakukan hubungan seksual selama 7 hari / menggunakan metode
kontrasepsi lain untuk 7 hari saja)
 Bila kontrasepsi sebelumnya adalah kontrasepsi hormonal lain (contoh:pil,AKBK,dll)
dan ingin menggantinya dengan suntikan progestin. Suntikan progestin dapat segera
diberikan (Tidak perlu menunggu sampai haid berikutnya datang).
 Bila kontrasepsi sebelumnya adalah kontrasepsi suntikan hormonal lain, dan ingin
menggantinya dengan suntikan progestin. Suntikan dapat diberikan sesuai jadwal
suntikan ulang kontrasepsi sebelumnya (Tidak diperlukan metode kontrasepsi tambahan)
 Bila kontrasepsi sebelumnya adalah kontrasepsi nonhormonal (contoh : IUD, kondom,
alami, dll) dan ingin menggantinya dengan suntikan progestin. Suntikan progestin dapat
segera diberikan, bila kontrasepsi sebelumnya digunakan dengan benar atau ibu tersebut
sedang tidak hamil. (Tidak perlu menunggu sampai haid berikutnya datang).
 Bila suntikan progestin diberikan pada hari ke 1-7 siklus haid (Tidak memerlukan metode
kontrasepsi lain).

10. Informasi Lain Yang Perlu Disampaikan


 Pemberian kontrasepsi suntikan sering menimbulkan gangguan haid (amenorhea),
biasanya bersifat sementara dan sedikit sekali mengganggu kesehatan
 Efek samping seperti peningkatan berat badan, sakit kepala dan nyeri payudara, tidak
berbahaya dan cepat hilang

12
 Karena kembalinya kesuburan terlambat, penjelasan perlu diberikan pada ibu usia muda
yang ingin menunda kehamilan atau bagi ibu yang merencanakan kehamilan dalam
waktu dekat
 Setelah suntikan dihentikan, haid tidak segera datang (umumnya sekitar 3-6 bulan haid
baru datang), bila tidak, segera konsultasi ke dokter/klinik untuk mengetahui
penyebabnya
 Bila klien tidak dapat kembali pada jadwal yang telah ditentukan, suntikan dapat
diberikan lebih awal dari jadwal suntikan. Dapat juga diberikan setelah jadwal suntikan
(Jangan melakukan hubungan seksual selama 7 hari atau menggunakan metode
kontrasepsi lain untuk 7 hari saja)
 Apabila klien lupa jadwal suntikan, suntikan dapat segera diberikan, asal ibu diyakini
tidak hamil

2.3 Kajian Teori Asuhan Kebidanan


Asuhan kebidanan yang diberikan pada ibu akseptor KB menggunakan metode
SOAP dengan pola piker Manajemen Varney. Penerapan 7 langkah manajemen menurut
Varney di dalam memberi asuhan kebidanan pada ibu akseptor KB secara sistematis sebagai
berikut :

I. Pengumpulan Data
Mengumpulkan data subyektif dan data obyektif, berupa data focus yang di
butuhkan untuk menilai keadaan ibu sesuai dengan kondisinya melalui amnanesa,
pemeriksaan fisik, penimbangan berat badan, tinggi badan dan pemeriksaan laboratorium.
Jenis data yang di kumpulkan adalah :
A. Data Subyektif yang terdiri dari :
1. Biodata ibu dan suami
Meliputi : Nama, umur, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat rumah,
no telp/HP, dan penghasilan.
2. Alasan Datang
3. Keluhan Utama
4. Riwayat Menstruasi

13
Meliputi : Umur menarche, siklus haid, lama haid, jumlah darah dan keluhan saat
haid dan HPHT
5. Riwayat Perkawinan
Meliputi : Pernikahan ke berapa, status pernikahan, lama menikah, dan jumlah anak
6. Riwayat Kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu
Meliputi : Tahun persalinan, tempat bersalin, usia kehamilan saat persalinan, jenis
persalinan, kondisi saat bersalin, penyulit persalinan, anak ke berapa dan berat
badan bayi saat lahir, serta keadaan nifas.
7. Riwayat pemakaian alat kontrasepsi
Meliputi : jenis kontrasepsi yang pernah digunakan, lama penggunaannya, dan
keluhan atau komplikasi yang terjadi terkait dengan penggunaan kontrasepsi
tersebut.
8. Riwayat Laktasi
Meliputi : Inisiasi menyusu dini, pemberian ASI eksklusif, lama menyusui
9. Riwayat Ginekologi
Meliputi : Pernah/tidak menderita penyakit yang berhubungan dengan organ
reproduksi.
10. Riwayat Penyakit Ibu
Meliputi : Pernah/tidak menderita penyakit seperti penyakit jantung, DM, Asthma,
tekanan darah tinggi, hepatitis, epilepsi, TBC
11. Riwayat Penyakit Keluarga
Meliputi : Pernah/tidak menderita penyakit seperti penyakit jantung, DM, Asthma,
tekanan darah tinggi, hepatitis, epilepsi, TBC
a. Biologis
1. Pola nutrisi
Meliputi : Komposisi makanan, alergi/pantangan makanan, frekuensi, makan
terakhir serta perubahan nafsu makan/ tidak serta pola nutrisi setelah
persalinan
2. Pola eleminasi
Meliputi : BAB : dapat/tidak, berapa kali, konsistensi, warna, ada
keluhan/tidak

14
BAK : berapa kali, jumlah, warna, ada keluhan/tidak
3. Istirahat dan tidur
Meliputi : Lama istirahat malam dan siang, ada keluhan atau tidak saat tidur
4. Mobilisasi/aktivitas
Meliputi : Jenis aktivitas ibu, lama aktivitas, aktivitas lain yang dilakukan
serta ada atau tidak keluhan saat melakukan aktivitas.
5. Personal hygiene
Meliputi : Berapa kali mandi dan gosok gigi dalam sehari, keramas dalam
seminggu, ganti pakaian dalam sehari
6. Hubungan seksual
Meliputi : Berapa kali melakukan hubungan seksual dalam seminggu, posisi
dan ada/tidaknya keluhan saat berhubungan seksual
b. Psikologis
1. Persepsi tentang KB
2. Harapan
3. Dukungan
c. Sosial
d. Spiritual
12. Pengetahuan ibu tentang tanda KB

B. DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Fisik
- Pemeriksaan Umum
- Keadaan Umum
- Tanda-tanda vital : meliputi Tekanan darah, Suhu, Nadi dan pernafasan
- Tinggi Badan
- Berat badan
2. Pemeriksaan Sistematis
- Kepala : meliputi Kebersihan, rontok/tidak
- Wajah : meliputi Pucat/tidak, ada oedema/tidak, ada kloasma/tidak
- Mata : meliputi warna konjungtiva, warna sclera

15
- Dada dan Aksila : kebersihan, bentuk payudara, putting susu, ada/tidaknya
massa/benjolan
- Ekstremitas : Warna kuku tangan dan kaki, ada/tidak varices dan ada/tidak
oedema.
- Sistem kardiovaskuler
3. Pemeriksaan Khusus Obstetri
- Abdomen : Ada/tidak nyeri tekan, benjolan dan tanda-tanda kehamilan
- Anogenital : Ada/tidak tanda-tanda infeksi, Varices, oedema, atau hematoma
4. Pemeriksaan Penunjang

II. Interpretasi Data Dasar / Analisa Data


Dalam langkah ini, data subjektif dan data objektif yang sudah di kaji kemudian
dianalisa menggunakan teori-teori fisiologis dan teori-teori patologis. Hasil analisis dan
interpretasi data menghasilkan rumusan diagnosis KB.

a. Diagnosa Aktual

b. Masalah Aktual

c. Kebutuhan

III. Merumuskan Diagnosa /Masalah Potensial

Pada tahap ini setelah bidan merumuskan diagnosa dan atau masalah yang di
tuntut untuk memikirkan masalah atau diagnosa potensial yang merupakan akibat dari
masalah /diagnosa yang ada. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila kemungkinan di
lakukan pencegahan. Bidan di harapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa atau masalah
potensial ini benar-benar terjadi.

IV. Merumuskan Kebutuhan Akan Tindakan Segera, Tindakan Kolaborasi dan Rujukan

16
Kebutuhan akan tindakan segera untuk mengantisipasi ancaman yang fatal,
sehingga nyawa ibu dan janin dapat terselamatkan. Tindakan segera bisa merupakan
intervensi langsung oleh bidan bisa juga merupakan hasil kolaborasi dengan profesi lain.

V. Menyusun Rencana Asuhan Yang Menyeluruh

Dalam menyusun rencana asuhan yang menyeluruh mengacu kapada diagnosa,


masalah asuhan serta kebutuhan yang telah sesuai dengan kondisi klien saat di beri
asuhan.

VI. Pelaksanaan Asuhan Sesuai Dengan Perencanaan Secara Efisien

Pada langkah ini bidan melaksanakan langsung tindakan yang telah di rencanakan
pada langkah sebelumnya, baik yang bersifat antisipasi, tindakan segera, support,
kolaborasi, bimbingan, konseling, pemeriksaan dan follow up.

VII. Evaluasi

Pada langkah terakhir ini melakukan evaluasi terhadap keefektifan dari asuhan
yang sudah diberikan. Hal ini menyangkut apakah kebutuhan klien telah terpenuhi,
masalah yang ada terpecahkan, masalah potensial dihindari, klien dan keluarga
mengetahui kondisi kesehatannya dan klien mengetahui apa yang harus di lakukan dalam
rangka menjaga kesehatannya.

17

Anda mungkin juga menyukai