PENDAHULUAN
1.4. Manfaat
Semoga hasil penulisan dari makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan bagi penulis
khususnya, karena pada dasarnya kita semua adalah seorang yang masih membutuhkan
banyak ilmu dan pengetahuan untuk mengetahui segala hal yang ada di dalam kehidupan
kita, dalam makalah inipun menjelaskan beberapa pendapat pakar terhadap hukum pidana
yang nantinya akan menjadikan referensi tersendiri bagi para pembaca dalam memaknai
hukum pidana tersebut.
Kemudian pandangan hukum HAM terhadap pidana mati yang terdapat di Negara
Indonesia pun mengiringi pemaparan makalah ini, dengan tujuan untuk membuka wawasan
para penbaca tentang pandangan HAM terhadap pidana mati tersebut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Indonesia merupakan salah satu negara yang banyak menjatuhkan pidana mati.
Berdasarkan catatan berbagai Lembaga Hak Asasi Manusia Internasional, Indonesia
termasuk salah satu negara yang yang masih menerapkan ancaman hukuman mati pada
sistem hukum pidananya (Retentionist Country). Retentionist maksudnya de jure secara
yuridis, de facto menurut fakta mengatur pidana mati untuk segala kejahatan. Tercatat 71
negara yang termasuk dalam kelompok ini. Salah satu negara terbesar di dunia yang
termasuk dalam retentionist country ini adalah Amerika Serikat. Dari 50 negara bagian,
ada 38 negara bagian yang masih mempertahankan ancaman pidana mati . Padahal
seperti diketahui, Amerika Serikat merupakan salah satu negara yang paling besar
gaungnya dalam menyerukan perlindungan hak asasi manusia di dunia. Namun dalam
kenyataannya masih tetap memberlakukan ancaman pidana mati, juga dalam hukum
militernya.
Hasil sejumlah studi tentang kejahatan tidak menunjukkan adanya korelasi antara
hukuman mati dengan berkurangnya tingkat kejahatan. Beberapa studi menunjukkan,
mereka yang telah dipidana karena pembunuhan (juga yang berencana) lazimnya tidak
melakukan kekerasan di penjara. Begitu pula setelah ke luar penjara mereka tidak lagi
melakukan kekerasan atau kejahatan yang sama. Hal ini berbanding lurus dengan
faktanya bahwa dengan adanya ancaman hukuman mati ini tidak berdampak besar
terhadap pengurangan pengguna narkoba di Indonesia.
Sebaliknya sejumlah ahli mengkritik, suatu perspektif hukum tidak dapat
menjangkau hukum kerumitan kasus-kasus kejahatan dengan kekerasan di mana korban
bekerjasama dengan pelaku kejahatan, di mana individu adalah korban maupun pelaku
kejahatan, dan dimana orang yang kelihatannya adalah korban dalam kenyataan adalah
pelaku kejahatan .
C. Pandangan Lembaga Negara Terhadap Hukuman Mati Bagi Kejahatan Narkotika Dalam
HAM
Tak hanya masyarakat Indonesia saja yang pro kontra dengan adanya hukuman
mati ini. Lembaga resmi Negarapun memiliki pendapatnya sendiri-sendiri terhadap
keberadaan kebijakan ini karena ini melanggar hak asasi manusia yang sudah tertera
dalam Pasal 28A Undang-Undang Dasar 1945 (“UUD 1945”) yang berbunyi:
“Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan
kehidupannya.” dan juga terddapat dalam Dasar hukum yang menjamin hak
untuk hidup di Indonesia Pasal 9 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang
Hak Asasi Manusia (“UU HAM”) yang berbunyi:
(1) Setiap orang berhak untuk hidup, mempertahankan hidup dan meningkatkan taraf
kehidupannya
(2) Setiap orang berhak hidup tenteram, aman, damai, bahagia, sejahtera lahir dan batin
(3) Setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat.
Komisi HAM PBB mengakui tantangan yang dihadapi oleh Indonesia dalam
memerangi kejahatan narkotika sangat berat. Namun, langkah yang mesti ditekankan
oleh Indonesia dalam memerangi setiap kejahatan mesti merujuk pada hukum hak
asasi internasional. Pasalnya, mereka meyakini hukuman mati bukanlah alat pencegah
yang efektif atau setidaknya melindungi orang-orang dari penyalahgunaan narkotika.
Mestinya, yang menjadi fokus adalah upaya pencegahan dengan memperkuat sistem
peradilan agar lebih efektif.
Jadi kesimpulannya adalah Komisi HAM PBB tidak mendukung jika Indonesia
tetap menegakkan hukuman mati bagi narapidana kasus narkotika karena menurut
Komisi HAM PBB, narkotika bukanlah kejahatan yang sangat berat.
4.1. Kesimpulan
Lembaga Negara memiliki pendapatnya dan pandangannya sendiri sendiri
terhadap hubungan hukuman mati untuk narapidana narkotika dengan
HAM, BNN yang bertanggung jawab tentang narkotika tentunya
mendukung kebijakan ini. Sebaliknya, Komnas ham yang bertanggung
jawab terntang HAM tentunya menolak kebijakan ini.
Pemerintah Indonesia melalui MK mendukung adanya hukuman mati
untuk narapidana narkotika ini karena tergolong kejahatan yang sangat
berat dan tidak melanngar HAM karena Menurut MK, hak asasi dalam
konstitusi mesti dipakai dengan menghargai dan menghormati hak asasi
orang lain demi berlangsungnya ketertiban umum dan keadilan sosial.
Dengan demikian, MK, hak asasi manusia harus dibatasi dengan
instrumen Undang-Undang, yakni Hak untuk hidup itu tidak boleh
dikurangi, kecuali diputuskan oleh pengadilan.
4.2. Saran
Bagi aparat penegak hukum, khususnya bagi para pembuat produk hukum
hendaknya lebih memperhatikan aspek kemanusiaan dalam hal membuat suatu
rumusan yang berisi tentang pidana mati, dan juga terhadap aparat penegak
hukum harus lebih memperhatikan aspek kedepan
Bagi seluruh masyarakat hendaknya mematuhi hukum yang bertujuan untuk
mencapai keadilan dal ketertiban, karena dengan tertibnya hukum dapat tercipta
suatu kondisi yang nyaman, serta memperhatikan ketentuan internasional hak
asasi manusia dalam penerapan pidana mati.
DAFTAR PUSTAKA