Anda di halaman 1dari 6

PEMBAHASAN

1. Teori-Teori dalam Corporate Governance


Perusahaan terdiri dai serangkaian kontrak (the nexus of contract) antara berbagai pihak
seperti konsumen, pekerja, manajer, dan pemasok, pemerintah, regulator, investor, pemilik,
analis, akuntan, auditor, dewan komisaris. Hal ini menunjukan adanya hubungan yang sangat
komplek dalam suatu perusahaan
Penerapan Corporate Governance membantu menyelaraskan dan manyatukan berbagai
pihak yang memiliki kepentingan berbeda terhadap perusahaan, agar bersama-sama
berkolaborasi untuk mencapai tujuan perusahaan

1.1 Teori Entitas (Entity Theory)


Teori entitas ini memandang pemegang saham (baik pemegang saham biasa dan
istimewa) sebagai pemilik (proprietor) dan menjadi pusat perhatian akutansi. Teori entitas
mengasumsikan terjadinya pemisahan antara kepentingan pribadi pemilik ekuitas (pemegang
saham) dengan entitas bisnisnya (perusahaan).
Aset menjadi milik pribadi pemegang saham dan pemegang saham menanggung segala
resiko yang berkaitan dengan utang. Dengan sudut pandang ini, aset bersih menjadi perhatian
utama bagi pemegang saham.
Sesuai dengan sifat tersebut, persamaan akutansi dari teori entitas akan berbentuk sebagai
berikut:
Aset – Kewajiban = Ekuitas
Entity theory melahirkan agency theory dan stewardship theory, dimana kedua teori ini
sangat berperan dan paling banyak dirujuk untuk pembentukan struktur Corporate Governance

1.2 Teori Keagenan (Agency theory)


Teori keagenan menekankan pentingnya pemilik perusahaan (pemegang saham)
menyerahkan pengelolaan perusahaan kepada tenaga-tenaga professional yang lebih
memahami menjalankan bisnis sehari-hari. Implikasi teori keagenan terhadap konsep
Corporate Governance adanya pemberian insentif dan melakukan monitoring (pengawasan).
Mekanisme insentif mendorong para manajer bertindak untuk mendorong manajer dalam
memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham berupa insentif seperti gaji, dan insentif
berbasis kinerja, seperti pemberian saham perusahaan dan kebijakan kompensasi lainnya.

1
2.3 Teori Penatalayanan (Stewardship Theory)
Teori penatalayanan mengasumsikan bahwa manajer adalah pelayanan yang baik bagi
perusahaan. Teori ini dibangun di atas asumsi filosofis mengenai sifat manusia yakni manusia
pada hakekatnya dapat dipercaya, mampu bertindak dengan penuh tanggung jawab, memiliki
integritas dan kejujuran terhadap pihak lain.
Implikasi stewardship theory terhadap corporate governance yaitu salah satunya
adalah terbitnya Undang-Undang perseroan terbatas di Indonesia yang didalamnya
menetapkan kewajiban bagi setiap anggota direksi dan komisaris untuk dengan itikad baik dan
penuh tanggung jawab menjalankan tugas ini untuk kepentingan dan usaha perseroan (pasal
997 dan 114 ayat (2) Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas).

2.4 Teori Ekuitas Residual (Residual Equity Theory)


Tujuan dari pendekatan ekuitas residual adalah memberikan informasi yang lebih baik
kepada pemegang saham biasa untuk pengambilan keputusan investasi. Konsep entitas ini
memandang pemegang saham biasa (residual equity) sebagai pusat perhatian akutansi.
Persamaan akutansi untuk merefleksi konsep ini adalah sebagai berikut:
Aset – Ekuitas spesifik = Ekuitas residual
Dalam persamaan tersebut, ekuitas spesifik adalah untung, kewajiban – kewajiban
kepada para kreditur dan ekuitas pemegang saham istimewa. Istilah residual dalam residual
equity berarti sisa, dimana hal ini mengindikasikan bahwa pemegang saham biasa (common
stockholders) memiliki ha katas pendapatan maupun aktiva setalah pemegang saham yang lain
dipenuhi haknya.
Teori ini dilandasi oleh pemikiran bahwa pemegang saham biasa adalah pihak yang
akhirnya menanggung resiko ketidakpastian masa datang tetapi juga menikmati segala
kembalian setelah pihak lain terpenuhi haknya.

2.5 Teori Dna (Fund Theory)


Teori dana berkaitan dengan badan-badan pemerintah dan organisasi nirlaba. Dana
(fund) memppunyai dua pengertian; (1) Dana dapat diartikan sebagai kas (uang), aset likuid,
atau sumber keuangan yang dapat digunakan untuk mendanai suatu kegiatan, program, atau
projek dalam rangka mencapai tujuan tertentu; (2) Dana juga dapat berarti kesatuan, wadah,
atau pusat yang dapat berupa kegiatan, program, atau projek yang didanai dengan aset likuid
tersebut. Jadi, dana dapat berarti sebagai kesatuan akutansi (accounting entity).

2
Teori ekuitas dana dapat dinyatakan dalam persamaan akutansi berikut:
Aset = pembatasan penggunaan aset

2.6 Teori Pemangku Kepentingan (Stakeholder Theory)


Teori pemangku kepentingan mengartikan suatu organisasi sebagai kesepakatan
multilateral antara perusahaan dan berbagai stakeholdernya. Ada hubungan perusahaan dengan
pihak internal (pegawai, manajer, pemilik), ada juga hubungan perusahaan dengan pihak diluar
perusahaan (pelanggan, pemasok, pesaing, masyarakat).
Artinya, stakeholder theory menjelaskan bahwa direktur dan manajer perusahaan harus
dapat memenuhi harapan semua stakeholder bukan hanya pemilik perusahaan saja. Perusahaan
yang menciptakan hubungan yang positif dengan seluruh stakeholder disebut perusahaan yang
dapat menciptakan keberlanjutan (sustainable) kesejahteraan ekonomi. Implikasi teori ini
untuk kegiatan corporate governance adalah perusahaan mendirikan unit yang khusus
menangani komunikasi dengan stakeholder yang dikenal dengan nama departemen komunikasi
perusahaan atau public affairs departemen.

2.7 Teori Kontrak (Contracting Theory)


Teori kontrak menjelaskan hubungan kontraktual yang terjadi di masyarakat termasuk
hubungan antara karyawan denga manajer, perusahaan dengan pemasok, bank dengan
nasabah, pemegang polis dengan perusahaan asuransi, dan pemilik saham dengan manajemen.
Ekonomi modern disatukan oleh kontrak yang tidak terhitung banyaknya, dan teori
kontrak yang diciptakan oleh Hart dan Holmstrom pemenang hadiah nobel di bidang ekonomi
tahun 2016, membuat kita memahami manfaat kontrak dalam kehidupan nyata dan juga
mengerti apa potensi kerugian saat kontrak disusun.
Bagus tidaknya kinerja perekonomian sebuah negara sangat bergantung pada kinerja di
sector mikro yang dipengaruhi oleh bagaimana komitmen para pelaku ekonomi sebagai
karyawan, majikan, pimpinan, konsumen, pemasok, dan lainnya melakukan yang terbaik.

2.8 Teori Biaya Transaksi (Cost Transaction)


Ada dua asumsi utama dalam teori biaya transaksi, yaitu rasionalitas individu bersifat
terbatas (bounded rationality) dan individu memiliki sifat oportunisme (Williamson, 1979).
Rasionalitas individu dikatakan terbatas oleh Hebert A. Simon pemenang hadiah nobel
ekonomi tahun 1978, karena pada dasarnya seorang individu tidak akan pernah mampu
memiliki informasi yang lengkap tentang kejadian di masa yang akan datang. Dengan kata lain,

3
seseorang secara ilmiah tidak akan mampu meprediksikan dengan sempurna kejadian di masa
depan.
Sifat oportunisme individu juga mempengaruhi kontrak terutama sebelum terjadi
kontrak dan sesudah terjadi kontrak. Sifat oportunisme yang muncul sebelum kontrak disebut
perilaku menghindari resiko (adverse selection) dan sifat oportunisme yang muncul setelah
kontrak disebut perilaku menyimpang secara etis (moral hazard). Keduanya muncul karena
adanya asimetri informasi.
Implikasi teori ini untuk mengatasi keterbatasan rasionalitas dan asimetri informasi
yang dapat menimbulkan perilaku adverse selection dan moral hazard adalah dengan
mengadakan biaya transaksi.

2. Alasan Diperlukannya Good Corporate Governance


Menurut (Astuti dalam Piput Dwi jayanti, 2015) Semakin berkembangnya era
demokrasi dan birokrasi pada saat ini maka semakin banyak tuntutan publik agar tercipta
adanya transparansi dan akuntabilitas, agar kepercayaan tetap solid maka diciptakan suatu
kondisi yang transparan dan dapat dipertanggungjawakan, kondisi ini disebut Good Corporate
Governance. Isu Corporate Governance dilatarbelakangi karena adanya theory agency yang
menyatakan bahwa permasalahan muncul ketika kepemimpinan perusahaan terpisah dari
pemiliknya sehingga menimbulkan konflik kepentingan antara pemilik dengan pengelola.
Konflik tersebut dapat diminimalkan dengan mekanisme yang mampu mensejajarkan
kepentingan pemegang saham dengan kepentingan manajemen, mekanisme tersebut dikenal
sebagai Good Corporate Governance (GCG). Good Corporate Governance merupakan salah
satu kunci sukses perusahaan untuk tumbuh dan menguntungkan dalam jangka panjang,
sekaligus memenangkan persaingan bisnis global.
Perusahaan dengan good corporate governance akan mendorong terciptanya hubungan
yang baik antara pemegang saham, manajemen dan stakeholder lainnya. Hal ini akan membuat
pemegang saham mengetahui dan memahami kondisi fundamental perusahaan sehingga
kinerja perusahaan tetap berjalan baik walaupun terjadi krisis. Esensi corporate governance
adalah peningkatan kinerja perusahaan melalui pemantauan kinerja manajemen dan adanya
akuntabilitas manajemen terhadap pemangku kepentingan lainnya berdasar kerangka aturan
dan peraturan yang berlaku (Gunarsih dalam Adi Suharna, 2016). Dinamika bisnis dan iklim
usaha yang semakin kompetitif mengharuskan semua perusahaan secara terus menerus
meningkatkan kinerjanya. Di lain pihak, pemegang saham, investor, masyarakat ataupun
stakeholder lainnya menuntut perusahaan tetap berjalan dengan menerapkan tata kelola

4
perusahaan yang baik. Selain aspek fundamental dan teknis perusahaan, GCG perusahaan juga
terbukti menjadi salah satu pertimbangan para pelaku pasar saat akan mengalokasikan dananya
di saham suatu perusahaan. GCG atau tata kelola perusahaan yang baik akan berpengaruh pada
kinerja perusahaan, termasuk efisiensi biaya dan memberikan rasa aman kepada investor.

3. Manfaat Penerapan Good Corporate Governance


Menurut Tjager dkk (2003) menjelaskan manfaat GCG sebagai berikut :
a. Berdasarkan survei yang telah dilakukan oleh McKinsey & Company menunjukkan
bahwa para investor institusional lebih menaruh kepercayaan terhadap perusahaan-
perusahaan di Asia yang telah menerapkan GCG.

b. Berdasarkan berbagai analisis ternyata ada indikasi keterkaitan antara terjadinya krisis
financial dan krisis berkepanjangan di Asia denngan lemahnya tata kelola perusahaan.

c. Internasionalisasi pasar – termasuk liberalisasi pasar finansial dan pasar modal


menuntut perusahaan untuk menerapkan GCG.

d. Kalau GCG bukan obat mujarab untuk keluar dari krisis sistem ini dapat menjadi dasar
bagi beberkembangnya sistem nilai baru yang lebih sesuai dengan lanskap bisnis yang
kini telah banyak berubah.

e. Secara teoris, praktik GCG dapat meningkatkan nilai perusahaan. Menurut Ahmad
Daniri (2005;14) jika perusahaan menerapkan mekanisme penerapan Good Corporate
Governance (GCG) secara konsisten dan efektif maka akan dapat memberikan manfaat
antara lain: (1) mengurangi agency cost, yaitu suatu biaya yang harus ditanggung oleh
pemegang saham akibat pendelegasian wewenang kepada pihak manajemen; (2)
mengurangi biaya modal (Cost of Capital); (3) meningkatkan nilai saham perusahaan
di mata publik dalam jangka panjang; (4) menciptakan dukungan para stakeholder
dalam lingkungan perusahaan terhadap keberadaan perusahaan dan berbagai strategi
dan kebijakan yang ditempuh perusahaan.

5
DAFTAR PUSTAKA
Asri Dwija & Agung Ulupui. 2017. Pengantar Corporate Governance. Denpasar: CV Sastra
Utama.
Binus University Faculty of Economic & Communication:2017.Good Corporate Governance.
https://accounting.binus.ac.id/2017/06/20/good-corporate-governance-gcg/ (diakses pada 16
September 2019)

Anda mungkin juga menyukai