DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 14
Nama Kelompok :
Dosen Pengampu : Drs. Indra Sakti, M.Pd/ Desy Hanisa Putri, M.Pd
2018
A. IMPULS
Anda telah mengetahui bahwa yang menyebabkan suatu benda diam menjadi bergerak adalah
gaya. Misalnya: bola golf yang mula-mula diam akan bergerak ketika gaya pukulan stik golf
anda bekerja pada bola golf tersebut (perhatikan gambar di atas). Gaya pukulan stik golf anda
pada bola golf termasuk gaya kontak yang bekerja hanya dalam waktu yang singkat. Gaya
seperti ini disebut gaya impulsif. Perkalian antara gaya tersebut dengan selang waktu gaya itu
bekerja pada benda disebut Impuls.
dengan
I = impuls (Ns)
Impuls adalah hasil kali antara besaran vektor gaya F dengan besaran skalar selang waktu ,
sehingga impuls termasuk besaran vektor. Arah impuls I searah dengan arah gaya impulsif F.
Jika gaya impulsif F, yang berubah terhadap selang waktu , dapat anda gambarkan grafik
F-t nya, maka luas arsir dalam selang waktu , dimana = t2 – t1, sama dengan luas arsir
di bawah grafik F-t, dengan batas nilai dari t1 sampai dengan t2 (gambar berikut).
Impuls = Luas daerah di bawah grafik F-t
Contoh
1. Sebuah bola ditendang dengan gaya sebesar 48N dalam waktu 0,8 sekon.
Jawab:
Diketahui: F = 48N
∆t = 0,8 s
Ditanya : I = ......?
Penyelesaian :
I = F . ∆t
= 48 x 0,8
= 38,4 Ns
Penyelesaian:
Gaya 10 N bekerja selama selang waktu = 6 – 4 = 2 s. Impuls yang dilakukan gaya
tersebut adalah 20 Ns.Luas daerah yang diarsir di bawah grafik F terhadap t sama dengan
(10 N) × (2 s) = 20 Ns. Dari persamaan impuls dapat disimpulkan bahwa gaya dan selang
waktu berbanding terbalik. Perhatikan tabel berikut:
Besarnya impuls yang dibentuk adalah sebesar 200 Ns, namun besar gaya dan selang waktu
gaya tersebut bekerja pada benda bervariasi. Dari Tabel di atas tersebut, dapat dilihat bahwa
jika waktu terjadinya tumbukan semakin besar (lama), gaya yang bekerja pada benda akan
semakin kecil. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa waktu kontak antara gaya dan
benda sangat mempengaruhi besar gaya yang bekerja pada benda saat terjadi tumbukan.
Prinsip memperlama selang waktu kontak bekerjanya impuls agar gaya impulsif yang
dihasilkan menjadi lebih kecil, banyak diaplikasikan dalam peristiwa keseharian.
Ketika terjadi benturan, misalkan impuls yang dihasilkan oleh helm tanpa spon dan helm
dengan spon adalah sama. Tetapi selang waktu kontak antara helm dengan spon lebih lama
dibandingkan dengan helm tanpa spon. Hal ini akan menghasilkan gaya impulsif yang lebih
kecil. Gaya impulsif yang lebih kecil akan memberikan rasa sakit yang lebih kecil. Sehingga
helm dengan spon akan mengurangi rasa sakit jika terjadi benturan.
2. Mengapa pertandingan atau latihan judo selalu diadakan di atas matras?
Ketika pejudo dibanting di atas matras atau lantai, impuls yang dialaminya sama. Tetapi
karena selang waktu kontak antara punggung pejudo dan matras berlangsung lebih lama
daripada antara punggung pejudo dan lantai, maka gaya impulsif yang dikerjakan matras
pada punggung lebih kecil daripada gaya impulsif yang dikerjakan lantai pada punggung.
Sebagai akibatnya, pejudo yang dibanting di lantai tidak dapat menahan rasa sakit akibat
bantingan yang dialaminya.
Ini dimaksudkan agar selang waktu kontak antara kepalan tangan karateka dan badan lawan
yang dipukulnya berlangsung sesingkat mungkin sehingga lawannya menderita gaya impulsif
yang lebih besar.
4. Mengapa ketika kita membeli barang elektronik baru seperti TV, di dalam
kardus TV tersebut pasti ada gabus yang membungkus TV tersebut?
Ini dimaksudkan agar ketika kardus TV itu terjatuh atau terbentur sesuatu, waktu kontak
sampai mengenai TV menjadi lebih lama. Dengan waktu kontak yang lebih lama, maka gaya
impulsif yang dihasilkan akan lebih kecil. Gaya impulsif yang kecil, akan memungkinkan
kerusakan TV bisa dihindari.
B. MOMENTUM
Perhatikan gambar di atas. Jika kedua kendaraan tersebut bergerak dengan kecepatan
sama, manakah yang lebih sukar anda hentikan: kendaraan yang bermassa besar atau kecil?
Jika dua kendaraan bermassa sama (misalnya truck dengan truck, atau mobil dengan mobil)
bergerak mendekati anda, manakah yang lebih sukar anda hentikan: kendaraan dengan
kecepatan tinggi atau rendah?Momentum didefinisikan sebagai ukuran kesukaran untuk
memberhentikan suatu benda. Dari jawaban anda terhadap dua pernyataan di atas,
momentum dirumuskan sebagai hasil kali massa dan kecepatan.
P=m.v
Dengan
P = momentum(kgm/s)
m = massa(kg)
v = kecepatan (m/s)
Momentum diperoleh dari hasil kali besaran skalar massa dan besaran vektor
kecepatan, sehingga momentum termasuk besaran vektor. Arah momentum searah dengan
arah kecepatan. Untuk momentum satu dimensi, arah momentum cukup ditampilkan dengan
tanda positif atau negatif.
Gambar 5.1 Bola yang ditendang dengan keras akan sulit untuk dihentikan
Kecenderungan benda yang bergerak untuk melanjutkan gerakannya pada kelajuan yang
konstan, disebut Momentum. Momentum merupakan besaran vektor yang searah dengan
kecepatan benda. Momentum dapat dirumuskan sebagai hasil perkalian massa dengan
kecepatan.
Contoh
Sebuah benda bermassa 1 ton, bergerak dengan kecepatan 90 km/jam. Berapa momentum
yang dimiliki benda tersebut?
Jawab:
V = 90 km/jam → 25 m/s
P = ......?
P = m .v
= 1000 . 25
= 25.000 Ns
F = m.a
maka
Persamaan tersebut dapat kita nyatakan dengan kalimat berikut dan dikenal sebagai Teorema
Impuls-Momentum:
Impuls yang dikerjakan pada suatu benda sama dengan perubahan momentum yang dialami
benda itu, yaitu beda antara momentum akhir dengan momentum awalnya.
Contoh
Hukum II Newton versi momentum yang telah kita turunkan di atas menyatakan bahwa laju
perubahan momentum suatu benda sama dengan gaya total yang bekerja pada benda tersebut.
Besar gaya yang bekerja pada benda yang bertumbukan dinyatakan dengan persamaan : (di
gmbr)
Ingat bahwa impuls diartikan sebagai gaya yang bekerja pada benda dalam waktu yang
sangat singkat. Konsep impuls membantu kita ketika meninjau gaya-gaya yang bekerja pada
benda dalam selang waktu yang sangat singkat.
Sebuah benda yang massanya m mula-mula bergerak dengan kecepatan v0. Kemudian dalam
selang waktu Δt kecepatan benda tersebut berubah menjadi v. Menurut hukum II Newton, jika
benda menerima gaya yang searah dengan gerak benda, maka benda akan dipercepat.
Percepatan ratarata yang disebabkan oleh gaya F sebagai berikut.
Menurut definisi, percepatan rata-rata adalah perubahan kecepatan persatuan waktu. Jadi,
persamaan di atas dapat ditulis sebagai berikut.
Jika t adalah waktu untuk mengubah kecepatan dari v0 menjadi v atau sama dengan lamanya
gaya bekerja, maka dari kedua persamaan di atas kita dapatkan persamaan sebagai berikut.
Keterangan:
Persamaan di atas menyatakan bahwa impuls yang dikerjakan pada suatu benda sama dengan
perubahan momentum yang dialami benda tersebut, yaitu beda antara momentum akhir
dengan momentum awalnya.
Penurunan rumus secara umum dapat dilakukan dengan meninjau gaya interaksi saat terjadi
tumbukan berdasarkan hukum Newton III.
Faksi = – Freaksi
F1 = – F2
Impuls yang terjadi selama interval waktu Δt adalah F1 Δt = -F2 Δt . kita ketahui bahwa I = F
Δt = Δp, maka persamaannya menjadi seperti berikut:
Δp1 = – Δp2
m1v1 – m1v’1 = -(m2v2 – m2v’2)
m1v1 + m2v2 = m1v’1 + m2v’2
p1 + p2 = p’1 + p’2
Suatu tumbukan selalu melibatkan sedikitnya dua benda. Misalnya benda itu adalah
bola biliar A dan B (Gambar di atas). Sesaat sebelum tumbukan, bola A bergerak mendatar ke
kanan dengan momentum mAvA dan bola B bergerak mendatar ke kiri dengan momentum
mBvB. Momentum sistem partikel sebelum tumbukan tentu saja sama dengan jumlah
momentum bola A dan bola B sebelum tumbukan.
Momentum sistem partikel sesudah tumbukan tentu saja sama dengan jumlah momentum
bola A dan bola B sesudah tumbukan.
Contoh Soal :
1. Sebuah peluru dengan massa 50 g dan kecepatan 1.400 m/s mengenai dan
menembus sebuah balok dengan massa 250 kg yang diam di bidang datar tanpa
gesekan. Jika kecepatan peluru setelah menembus balok 400 m/s, maka hitunglah
kecepatan balok setelah tertembus peluru!
Jawab:
Diketahui: m1 = 50 g = 0,05 kg
V1 = 1.400 m/s
V2 =0
’
V1 = 400 m/s
’
Ditanya: V2 = ......?
Penyelesaian :
m1 . v1 + m2 . v2 = m1 . v’1 + m2 . v’2
0,05 . 1.400 + 250 . 0 = 0,05 . 400 + 250 . v’2
70 = 20 + 250 v’2
v’2 = (70 - 20) : 250
v’2 = 0,2 m/s
2. Bola A bermassa 600 g dalam keadaan diam, ditumbuk oleh bola B bermassa
400 g yang bergerak dengan laju 10 m/s. Setelah tumbukan, kelajuan bola B menjadi
5 m/s, searah dengan arah bola semula.
Tentukan kelajuan bola A sesaat setelah ditumbuk bola B!
Jawab:
Diketehui: m1 = 600 g = 0,6 kg
m2 = 400 g = 0,4 kg
v1 =0
v2 = 10 m/s
’
v2 = 5 m/s
’
Ditanya: v1 = .....?
Penyelesaian :
m1 . v1 + m2 . v2 = m1 . v’1 + m2 . v’2
0,6 . 0 + 0,4 . 10 = 0,6 . v’1 + 0,4 . 5
0+4 = 0,6 v’1 + 2
4-2 = 0,6 v’1
2 = 0,6 v’1
2 / 0,6 = v’1
3,3 = v’1
Jadi kelajuan benda A setelah tumbukan adalah 3,3 m/s
Contoh
Sebuah bola bilyard 1 dengan massa 30 g dan kecepatan 0,5 m/s bergerak ke kanan mengenai
bola bilyard 2 dengan massa 30 g yang diam di bidang datar tanpa gesekan. Jika kecepatan
bola bilyard 1 setelah tumbukan 1 m/s ke arah kiri, maka hitunglah kecepatan bola bilyard 2
setelah tumbukan!
Diketahui: m1 = 30 g = 0,03 kg
v1 = 0,5 m/s
m2 = 30 g = 0,03 kg
v2 = 0
Jawab:
Menurut Hukum Kekekalan Momentum Linear
E. TUMBUKAN
Dalam kehidupan ini, banyak kita jumpai peristiwa tumbukan. Tumbukan dapat terjadi pada
saat benda yang bergerak mengenai benda lain yang sedang bergerak atau diam. Pembahasan
akan dibatasi mengenai tumbukan sentral lurus, yaitu tumbukan antara dua benda yang arah
kecepatannya berimpit dengan garis hubung kedua pusat massa benda. Berdasarkan sifat
kelentingan atau elastisitas benda yang bertumbukan, tumbukan dapat dibedakan menjadi tiga
jenis, yaitu tumbukan lenting sempurna, tumbukan lenting sebagian, dan tumbukan tidak
lenting sama sekali.
Dua buah benda dikatakan mengalami tumbukan lenting sempurna jika pada tumbukan itu
tidak terjadi kehilangan energi kinetik. Jadi, energi kinetik total kedua benda sebelum dan
sesudah tumbukan adalah tetap. Pada tumbukan lenting sempurna berlaku hukum kekekalan
momentum dan hukum kekekalan energi kinetik. Dua buah benda memiliki massa masing-
masing m1 dan m2 bergerak saling mendekati dengan kecepatan sebesar v1 dan v2 sepanjang
lintasan yang lurus. Setelah keduanya bertumbukan masing-masing bergerak dengan
kecepatan sebesar v’1 dan v’2 dengan arah saling berlawanan. Dalam hal ini, e adalah
koefisien restitusi. Persamaan di atas berlaku untuk semua jenis tumbukan.
Kedua benda bertumbukan lenting sempurna, sehingga setelah tumbukan kecepatan kedua
benda menjadi v1' dan v2'. Berdasarkan Hukum Kekekalan Momentum, dituliskan:
...... (ii)
v1 + v1' = v2' + v2
v1'– v2' = v2 – v1
Pada tumbukan lenting sebagian, beberapa energi kinetik akan diubah menjadi energi bentuk
lain seperti panas, bunyi, dan sebagainya. Akibatnya, energi kinetik sebelum tumbukan lebih
besar daripada energi kinetik sesudah tumbukan. Pada tumbukan lenting sebagian berlaku
Hukum Kekekalan Momentum, tetapi tidak berlaku Hukum Kekekalan Energi Kinetik. Pada
tumbukan lenting sebagian, koefisien restitusi (e) nilainya adalah 0 < e < 1.
Dengan demikian, dapat disimpulkan pada tumbukan lenting sebagian, koefisien restitusi (e)
adalah: 0 < e < 1.
Gambar 5.7 Tumbukan lenting sebagian antara bola dengan lantai.
Tumbukan tidak lenting sama sekali merupakan peristiwa tumbukan dua benda yang
memiliki ciri setelah tumbukan kedua benda bersatu (perhatikan gambar di atas). Keadaan ini
dapat digunakan bahasa lain, setelah bertumbukan; benda bersama-sama, benda bersarang
dan benda bergabung. Kata-kata itu masih banyak lagi yang lain yang terpenting bahwa
setelah bertumbukan benda menjadi satu. Jika tumbukannya seperti gambar di atas maka
koefisien restitusinya akan nol, e = 0. Pada tumbukan ini berlaku hukum kekekalan
momentum, tetapi energi kinetiknya tidak kekal. Pada tumbukan tidak lenting sama sekali,
sesudah tumbukan kedua benda bersatu, sehingga kecepatan kedua benda sesudah tumbukan
besarnya sama, yaitu v1′ = v2′ = v’.
“terjadi apabila dua benda setelah tumbukan menjadi satu dan bergerak bersama-sama”
Pada tumbukan ini terjadi pengurangan energi kinetik sehingga energi kinetik total benda-
benda setelah terjadi tumbukan akan lebih kecil dari energi kinetik total benda sebelum.
Dengan demikian:
Contoh soal :
Berapakah kecepatan mobil mainan ini setelah tumbukan jika tumbukan dianggap
tumbukan lenting sempurna?
Jawab:
Diketahui: m1 = 1 kg , m2 = 1,5 kg
v1 = 10 m/s, v2 = 5 m/s
Penyelesaian : e = −(v1′−v2′)v1 − v2
1 =−(v1′−v2′)10−5
5 =-v1’+v2’.......(i)
5 = -v1’+v2’
2. Balok kayu tergantung oleh seutas tali yang panjangnya I=40 cm. Balok
tersebut ditembak mendatar dengan sebutir peluru yang bermassa 20 gr dan kecepatan
vp. Massa balok 9,98 kg dan percepatan gravitasi 10 m/s. Jika peluru mengenai balok
bersarang di dalamnya sehingga balok dapat bergerak naik setinggi 10 cm maka:
Berapakah kecepatan peluru tersebut?
Jawab:
Diketahui: mp = 20 gr = 0,02 kg
mb = 9,98 kg
g = 10 m/s
h = 10 cm = 0,1 m
Ditanya : vp =......?
Penyelesaian :
Pada ayunan balistik tersebut dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu tumbukan dan
gerak AB. Pada gerak AB berlaku hukum kekekalan energi sehingga dapt diperoleh
vb’ seperti:
Eka = Epb
1/2mvb2 = mgh
2
vb = 2 . 10 . 0,1
vb2 = √2 m/s
Tumbukan peluru dan balok. Pada tumbukan ini berlaku kekekalan energi.
pawal = pakhir
mp . vp = (mp + mb) vb’
0,02.vp = (0,02 + 9,98) . √ 2
10 √ 2
vp =
0,02
vp = 500 √ 2 m/s
3. Sebuah bola tenis dilepas dari ketinggian 200 m. Jatuh mengenai lantai
hingga elastis sebagian. Hitunglah tinggi pemantulan pertama yang dapat oleh bola
tenis! (e=0,2)
Jawab:
Diketahui: h1 = 200 m
e = 0,2
h2 = .....?
h2
Jawab: e = √
h1
h2
0,2 = √
200
h2
0,04 =
200
h2 = 0,04 x 200 = 8 m