Anda di halaman 1dari 7

A.

Teori Pemrosesan Informasi dalam Pembelajaran


Teori pembelajaran pemrosesan informasi adalah bagian dari teori belajar sibernetik.
Secara sederhana pengertian belajar menurut teori belajar sibernetik adalah pengolahan
informasi. Dalam teori ini, seperti psikologi kognitif mengkaji proses belajar penting dari
hasil belajar namun yang lebih penting dari kajian proses belajar itu sendiri adalah sistem
informasi, sistem informasi inilah yang pada akhirnya akan menentukan proses belajar.
Penjelasan lebih lanjut dari Bambang Warsita, bahwa berdasarkan kondisi internal dan
eksternal ini, Gagne menjelaskan bagaimana proses belajar itu terjadi. Model proses belajar
yang dikembangkan oleh Gagne didasarkan pada teori pemrosesan informasi, yaitu sebagai
berikut :
1. Rangsangan yang diterima panca indera akan disalurkan ke pusat syaraf dan
diproses sebagai informasi.
2. Informasi dipilih secara selektif, ada yang dibuang, ada yang disimpan dalam
memori jangka pendek, dan ada yang disimpan dalam memori jangka panjang.
3. Memori-memori ini tercampur dengan memori yang telah ada sebelumnya, dan
dapat diungkap kembali setelah dilakukan pengolahan.
Seperangkat proses yang bersifat internal yang dimaksud oleh Gagne adalah kondisi
internal yaitu keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil belajar dan
terjadinya proses kognitif dalam diri individu. Sedangkan kondisi eksternal adalah
rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran.
Teori pemrosesan informasi bermula dari asumsi bahwa pembelajaran merupakan
faktor yang sangat penting dalam perkembangan. Perkembangan salah satu hasil kumulatif
dari pembelajaran. Menurut teori ini, belajar merupakan proses mengelola informasi, namun
teori ini menganggap sisitem informasi yang diproses yang nantinya akan dipelajari siswa
adalah yang lebih penting. Karena informasi inilah yang akan menentukan proses dan
bagaimana proses belajar akan berlangsung akan sangat oleh sistem informasi yang
dipelajari.
Gagne mengemukakan delapan fase dalam satu tindakan belajar. Fase-fase itu
merupakan kejadian-kejadian eksternal yang dapat distrukturkan oleh siswa atau guru. Setiap
fase dipasangkan dengan suatu proses yang terjadi dalam pikiran siswa. Kejadian-kejadian
belajar itu akan diuraikan dibawah ini, yaitu:
1. Fase motivasi
Siswa yang belajar harus diberi motivasi untuk memanggil informasi yang telah
dipelajari sebelumnya.
2. Fase pengenalan
Siswa harus memberikan perhatian pada bagian-bagian yang esensial dari suatu kejadian
instruksional, jika belajar akan terjadi.
3. Fase perolehan
Apabila siswa memperhatikan informasi yang relevan, maka ia telah siap untuk
menerima pelajaran.
4. Fase retensi
Informasi baru yang diperoleh harus dipindahkan dari memori jangka pendek ke memori
jangka panjang. Ini dapat terjadi melalui penggulangan kembali.
5. Fase pemanggilan
Pemanggilan dapat ditolong dengan memperhatikan kaitan-kaitan antara konsep
khususnya antara pengetahuan baru dengan pengetahuan sebelumnya.
6. Fase generalisasi
Biasanya informasi itu kurang nilainya, jika tidak dapat diterapkan diluar konteks di
mana informasi itu dipelajari.
7. Fase penampilan
Tingkah laku yang dapat diamati. Belajar terjadi apabila stimulus mempengaruhi
individu sedemikan rupa sehingga performancenya berubah dari situasi sebelum belajar
kepada situasi sesudah belajar.
8. Fase umpan balik
Para siswa harus memperoleh umpan balik tentang penampilan mereka yang
menunjukkan apakah mereka telah atau belum mengerti tentang apa yang diajarkan.
Penerapan teori yang salah dalam situasi pembelajaran mengakibatkan terjadinya
proses pembelajaran yang sangat tidak menyenangkan bagi siswa yaitu guru sebagai sentral
bersikap otoriter, komunikasi berlangsung dalam satu arah, guru melatih dan menentukan apa
yang harus dipelajari murid. Penggunaan hukuman yang sangat dihindari para tokoh
behavioristik dianggap metode paling efektif untuk menertibkan siswa.
Asumsi yang mendasari teori-teori pemrosesan informasi menjelaskan tentang (1)
hakekat sistem memori manusia, dan (2) cara bagaimana pengetahuan digambarkan dan
disimpan dalam memori. Konsepsi lama mengenai memori manusia adalah bahwa memori itu
semata-mata hanya tempat penyimpanan untuk menyimpan informasi dalam waktu yang
lama, sehingga memori diartikan sebagai koleksi potongan-potongan kecil informasi yang
terlepas-lepas atau saling tidak ada kaitannya. Akan tetapi pada tahun 1960-an memori
manusia mulai dipandang sebagai suatu struktur yang rumit yang mengolah dan
mengorganisasi semua pengetahuan manusia
Metode ini sangat cocok untuk pemerolehan kemampuan yang membutuhkan praktek
dan pembiasaan yang mengandung unsur kecepatan spontanitas kelenturan daya tahan. Teori
ini juga cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan peran orang
tua. Kekurangan metode ini adalah pembelajaran siswa yang berpusat pada guru bersifat
mekanistis dan hanya berorientasi pada hasil. Murid dipandang pasif, murid hanya
mendengarkan, menghafal penjelasan guru sehingga guru sebagai sentral dan bersifat otoriter.

1. Model Pemrosesan Informasi


Pada hakikatnya model pembelajaran dengan pemerosesan informasi didasarkan pada
teori belajar kognitif. Model pembelajaran tersebut berorientasi pada kemampuan siswa
memproses informasi dan sistem yang dapat memperbaiki kemampuan belajar siswa.
Pemrosesan informasi menunjuk kepada cara-cara mengumpulkan atau menerima stimulus
dari lingkungan, mengorganisasi data, memecahkan masalah, menemukan konsep-konsep dan
pemecahan masalah serta menggunakan simbol-simbol verbal dan non-verbal.
Proses informasi dalam ingatan dimulai dari proses penyandian informasi (encoding),
diikuti dengan penyimpanan informasi (stroge) dan diakhiri dengan mengungkapkan kembali
informas-informasi yang telah disimpan dalam ingatan (retrival). Teori belajar pemerosesan
informasi mendeskripsikan tindakan belajar merupakan proses internal yang mencakup
beberapa tahapan.
Encoding adalah proses memasukkan informasi ke dalam memori. Sistem syaraf
menggunakan kode internal yang merepresentasikan stimulus eksternal. Dengan cara ini
representasi objek/kejadian eksternal dikodekan menjadi informasi internal dan siap
disimpan.
Stroge adalah informasi yang diambilkan dari memori jangka pendek kemudian
diteruskan untuk diproses dan digabungkan ke dalam memori jangka panjang. Namun tidak
semua informasi dari memori jangka pendek dapat disimpan. Kunci penting dalam
penyimpanan di memori jangka panjang adalah adanya motivasi yang cukup untuk
mendorong adanya latihan berulang hal-hal dari memori jangka pendek.
Retrieval adalah hasil akhir dari proses memori. Mengacu pada pemanfaatan
informasi yang disimpan. Agar dapat diambil kembali, informasi yang disimpan tidak hanya
tersedia tetapi juga dapat diperoleh karena meskipun secara teoritis informasi yang disimpan
tersedia tetapi tidak selalu mudah untuk menggunakan dan menempatkannya.
Teori ini ditemukan oleh Gagne yang didasarkan atas hasil riset tentang faktor-faktor
yang kompleks pada proses belajar manusia. Penelitiannya diamksudkan untuk menemukan
teori pembelajaran yang efektif. Analisanya dimulai dari identifikasi konsep hirarki belajar,
yaitu urut-urutan kemampuan yang harus dikuasai oleh pembelajar (peserta didik) agar dapat
mempelajari hal-hal yang lebih sulit atau lebih kompleks.
Teori pemrosesan informasi umumnya berpijak pada tiga asumsi berikut :
1. Antara stimulus dan respon berpijak pada asumsi, yaitu pemrosesan informasi ketika
pada masing-masing tahapan dibutuhkan sejumlah waktu tertentu.
2. Stimulus yang diproses melalui tahap-tahapan tadi akan mengalami perubahan bentuk
ataupun isinya.
3. Salah satu tahapan mempunyai kapasitas yang terbatas.
Dari ketiga asumsi tersebut, dikembangkan teori tentang komponen, yaitu komponen
struktur dan pengatur alur pemrosesan informasi (proses kontrol). Komponen-komponen
pemrosesan informasi dipilih berdasarkan perbedaan fungsi, kapasitas bentuk informasi, serta
proses terjadinya ”lupa”. Ketiga komponen tersebut adalah sebagai berikut :
a. Sensory Receptor (SR)
Sensory Receptor adalah sel tempat pertama kali informasi diterima dari luar. Di
dalam SR informasi ditangkap dalam bentuk aslinya, informasi hanya bertahan dalam
waktu yang sangat singkat dan mudah tergangu atau berganti.
b. Working Memory (WM)
Working Memory diasumsikan mampu menangkap informasi yang mendapat
perhatian individu, perhatian dipengaruhi oleh persepsi. Karekateristik Working Memory
adalah memiliki kapasitas terbatas (informasi hanya mampu bertahan 15 detik jika tidak
diadakan pengulangan) dan informasi dapat disandi dalam bentuk yang berbeda dari
stimulus aslinya. Artinya agar informasi dapat bertahan dalam WM, upayakan jumlah
informasi tidak melebihi kapasitas disamping melakukan pengulangan.
c. Long Term Memory (LTM)
Long Term Memory diasumsikan: 1) berisi semua pengetahuan yang telah dimiliki
oleh individu, 2) mempunyai kapasitas tidak terbatas, dan 3) bahwa sekali informasi
disimpan di dalam LTM, ia tidak akan pernah terhapus atau hilang. Sedangkan lupa
adalah proses gagalnya memunculkan kembali informasi yang diperlukan. Tennyson
mengemukakan proses penyimpanan informasi merupakan proses mengasimilisasikan
pengetahuan baru pada pengetahuan yang telah dimiliki, yang selanjutnya berfungsi
sebagai dadar pengetahuan.
Pada taraf aplikasi, teori sibernetik dalam pembelajaran telah banyak dikembangkan,
diantarannya adalah pendekatan-pendekatan yang berorientasi pada pemrosesan informasi.
Berdasarkan pendekatan ini Reigeluth, Bunderson, dan Merril mengembangkan strategi
penataan isi atau materi pembelajaran berdasarkan empat hal, yakni pemilihan, penataan
urutan, rangkuman dan sintesis.
Teori pemrosesan informasi memiliki keunggulan dalam strategi pembelajaran, yaitu
sebagai berikut :
1. Cara berpikir yang berorientasi pada proses lebih menonjol
2. Penyajian pengetahuan memenuhi aspek ekonomis
3. Kapabilitas belajar dapat disajikan lebih lengkap
4. Adanya keterarahan seluruh kegiatan belajar kepada tujuan yang ingin dicapai
5. Adanya transfer belajar pada lingkungan kehidupan yang sesungguhnya
6. Kontrol belajar memungkinkan belajaar sesuai irama masing-masing individu
7. Balikan informatif memberikan rambu-rambu yang jelas tentang tingkat unjuk kerja yang
telah dicapai dibandingkan dengan unjuk kerja yang diharapkan.

2. Manfaat Teori Pemrosesan Informasi


Manfaat teori pemrosesan informasi antara lain:
1. Membantu terjadinya proses pembelajaran sehingga individu mampu beradaptasi pada
lingkungan yang selalu berubah.
2. Menjadikan strategi pembelajaran dengan menggunakan cara berpikir yang
berorientasi pada proses lebih menonjol.
3. Kapabilitas belajar dapat disajikan secara lengkap.
4. Prinsip perbedaan individual terlayani.

3. Hambatan Terhadap Implementasi Teori Pemrosesan Informasi


Hambatan-hambatan terhadap implementasi teori pemrosesan informasi antara lain:
1. Tidak semua individu mampu melatih memori secara maksimal.
2. Proses internal yang tidak dapat diamati secara langsung.
3. Tingkat kesulitan mengungkap kembali informasi-informasi yang telah disimpan
dalam ingatan.
4. Tidak menyediakan deskripsi yang memadai mengenai perubahan perkembangan
dalam kognisi.
5. Kemampuan otak tiap individu tidak sama. Kemampuan berpikir/ daya otak manusia
terbatas. Individu hanya dapat memerhatikan sejumlah informasi yang terbatas pada
satu waktu, dan kecepatan untuk memproses informasi juga terbatas.
6. Anak membutuhkan waktu dan usaha untuk melatih encoding (penyandian), agar
dapat menyandi secara otomatis.

B. Hirarki Berpikir Bloom


C. Pembelajaran Bermakna
Pembelajaran bermakna merupakan suatu proses mengaitkan informasi baru pada
konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang Struktur kognitif
meliputi fakta-fakta, konsep-konsep, dan generalisasi-generalisasi yang telah dipelajari dan
diingat siswa. Faktor-faktor utama yang mempengaruhi belajar bermakna menurut Ausubel
adalah struktur kognitif yang ada, stabilitas dan kejelasan pengetahuan dalam suatu bidang
studi tertentu dan pada waktu tertentu. Pembelajaran bermakna terjadi apabila seseorang
belajar dengan mengasosiasikan fenomena baru ke dalam struktur pengetahuan mereka.
Dalam proses belajar seseorang mengkonstruksi apa yang telah ia pelajari dan
mengasosiasikan pengalaman, fenomena, dan fakta-fakta baru ke dalam struktur pengetahuan
mereka.
Menurut Ausubel (Burhanuddin, 1996:116) faktor utama yang mempengaruhi belajar
bermakna adalah struktur kognitif yang telah ada, stabilitas dan kejelasan pengetahuan dalam
sutu bidang studi dan pada waktu tertentu. Sifat-sifat struktur kognitif menentukan validitas
dan kejelasan arti-arti yang timbul pada waktu informasi baru masuk ke dalam struktur
kognitif itu, demikian pula sifat proses interaksi yang terjadi. Ausubel menolak pendapat
bahwa semua kegiatan belajar dengan menemukan adalah bermakna, sedangkan kegiatan
dengan ceramah adalah kurang bermakna. Belajar ini perlu bila seseorang memperoleh
informasi baru dalam dunia pengetahuan yang sama sekali tidak berhubungan dengan apa
yang telah ia ketahui.

1. Tipe Belajar Menurut Ausubel


Ada beberapa tipe belajar menurut Ausubel, yaitu:
a. Belajar dengan penemuan yang bermakna yaitu mengaitkan pengetahuan yang telah
dimilikinya dengan materi pelajaran yang dipelajari itu. Atau sebaliknya, siswa
terlebih dahulu menemukan pengetahuannya dari apa yang ia pelajari kemudian
pengetahuan baru tersebut ia kaitkan dengan pengetahuan yang sudah ada.
b. Belajar dengan penemuan yang tidak bermakna yaitu pelajaran yang dipelajari
ditemukan sendiri oleh siswa tanpa mengaitkan pengetahuan yang telah dimilikinya,
kemudian dia hafalkan.
c. Belajar menerima ekspositori yang bermakna yaitu materi pelajaran yang telah
tersusun secara logis disampaikan kepada siswa sampai bentuk akhir, kemudian
pengetahuan yang baru ia peroleh itu dikaitkan dengan pengetahuan lain yang telah
dimiliki.

2. Kebaikan Belajar Bermakna


Menurut Ausubel dan Novak (Burhanuddin, 1996 : 115) ada tiga kebaikan belajar
bermakna, yaitu :
a. Informasi yang dipelajari secara bermakna lebih lama diingat.
b. Informasi baru yang telah dikaitkan dengan konsep-konsep relevan sebelumnya dapat
meningkatkan konsep yang telah dikuasai sebelumnya sehingga memudahkan proses
belajar mengajar berikutnya untuk memberi pelajaran yang mirip.
c. Informasi yang pernah dilupakan setelah pernah dikuasai sebelumnya masih
meninggalkan bekas sehingga memudahkan proses belajar mengajar untuk materi
pelajaran yang mirip walaupun telah lupa.
Prasyarat agar belajar menerima menjadi bermakna menurut Ausubel, yaitu: 1. Belajar
menerima yang bermakna hanya akan terjadi apabila siswa memiliki strategi belajar
bermakna, 2. Tugas-tugas belajar yang diberikan kepada siswa harus sesuai dengan
pengetahuan yang telah dimiliki siswa.
3. Tugas-tugas belajar yang diberikan harus sesuai dengan tahap perkembangan intelektual
siswa.

3. Hubungan Teori Belajar Bermakna dan Konstruktivisme


Teori Belajar Bermakna Ausubel sangat dekat dengan Konstruktivisme. Keduanya
menekankan pentingnya pelajar mengasosiasikan pengalaman, fenomena, dan fakta-fakta
baru kedalam sistem pengertian yang telah dipunyai. Keduanya menekankan pentingnya
asimilasi pengalaman baru kedalam konsep atau pengertian yang sudah dipunyai siswa.
Keduanya mengandaikan bahwa dalam proses belajar itu siswa aktif. Ausubel berpendapat
bahwa guru harus dapat mengembangkan potensi kognitif siswa melalui proses belajar yang
bermakna. Sama seperti Bruner dan Gagne, Ausubel beranggapan bahwa aktivitas belajar
siswa, terutama mereka yang berada di tingkat pendidikan dasar, akan bermanfaat kalau
mereka banyak dilibatkan dalam kegiatan langsung. Namun untuk siswa pada tingkat
pendidikan lebih tinggi, maka kegiatan langsung akan menyita banyak waktu. Untuk mereka,
menurut Ausubel, lebih efektif kalau guru menggunakan penjelasan, peta konsep,
demonstrasi, diagram, dan ilustrasi.

Anda mungkin juga menyukai

  • Fafa
    Fafa
    Dokumen2 halaman
    Fafa
    Wulan Wulan
    Belum ada peringkat
  • Fafa
    Fafa
    Dokumen2 halaman
    Fafa
    Wulan Wulan
    Belum ada peringkat
  • Fafa
    Fafa
    Dokumen2 halaman
    Fafa
    Wulan Wulan
    Belum ada peringkat
  • Fafa
    Fafa
    Dokumen2 halaman
    Fafa
    Wulan Wulan
    Belum ada peringkat
  • Fafa
    Fafa
    Dokumen2 halaman
    Fafa
    Wulan Wulan
    Belum ada peringkat
  • B
    B
    Dokumen2 halaman
    B
    Wulan Wulan
    Belum ada peringkat
  • Fafa
    Fafa
    Dokumen2 halaman
    Fafa
    Wulan Wulan
    Belum ada peringkat
  • Fafa
    Fafa
    Dokumen2 halaman
    Fafa
    Wulan Wulan
    Belum ada peringkat
  • Fafa
    Fafa
    Dokumen2 halaman
    Fafa
    Wulan Wulan
    Belum ada peringkat
  • B
    B
    Dokumen2 halaman
    B
    Wulan Wulan
    Belum ada peringkat
  • F
    F
    Dokumen2 halaman
    F
    Wulan Wulan
    Belum ada peringkat
  • RM 4
    RM 4
    Dokumen3 halaman
    RM 4
    Wulan Wulan
    Belum ada peringkat
  • Fafa
    Fafa
    Dokumen2 halaman
    Fafa
    Wulan Wulan
    Belum ada peringkat
  • E
    E
    Dokumen2 halaman
    E
    Wulan Wulan
    Belum ada peringkat
  • A
    A
    Dokumen2 halaman
    A
    Wulan Wulan
    Belum ada peringkat
  • C
    C
    Dokumen2 halaman
    C
    Wulan Wulan
    Belum ada peringkat
  • Kimor 15-21
    Kimor 15-21
    Dokumen2 halaman
    Kimor 15-21
    Wulan Wulan
    Belum ada peringkat
  • Fafa
    Fafa
    Dokumen2 halaman
    Fafa
    Wulan Wulan
    Belum ada peringkat
  • Pembelajaran Berbasis Masalah Dalam Meni 8514193b PDF
    Pembelajaran Berbasis Masalah Dalam Meni 8514193b PDF
    Dokumen16 halaman
    Pembelajaran Berbasis Masalah Dalam Meni 8514193b PDF
    Wulan Wulan
    Belum ada peringkat
  • Null
    Null
    Dokumen7 halaman
    Null
    Wulan Wulan
    Belum ada peringkat
  • Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit
    Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit
    Dokumen3 halaman
    Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit
    Wulan Wulan
    Belum ada peringkat
  • Pengaruh Pengasaman Air Laut Terhadap Makhluk Laut
    Pengaruh Pengasaman Air Laut Terhadap Makhluk Laut
    Dokumen4 halaman
    Pengaruh Pengasaman Air Laut Terhadap Makhluk Laut
    Wulan Wulan
    Belum ada peringkat
  • Proposal
    Proposal
    Dokumen2 halaman
    Proposal
    Wulan Wulan
    Belum ada peringkat
  • Pembelajaran Berbasis Masalah Dalam Meni 8514193b PDF
    Pembelajaran Berbasis Masalah Dalam Meni 8514193b PDF
    Dokumen16 halaman
    Pembelajaran Berbasis Masalah Dalam Meni 8514193b PDF
    Wulan Wulan
    Belum ada peringkat
  • Michail Illyich Usanovich
    Michail Illyich Usanovich
    Dokumen1 halaman
    Michail Illyich Usanovich
    Wulan Wulan
    Belum ada peringkat
  • Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit
    Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit
    Dokumen3 halaman
    Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit
    Wulan Wulan
    Belum ada peringkat
  • Planar
    Planar
    Dokumen1 halaman
    Planar
    Wulan Wulan
    Belum ada peringkat
  • Pemisahan 62
    Pemisahan 62
    Dokumen8 halaman
    Pemisahan 62
    Wulan Wulan
    Belum ada peringkat
  • Planar
    Planar
    Dokumen1 halaman
    Planar
    Wulan Wulan
    Belum ada peringkat
  • Hutan
    Hutan
    Dokumen3 halaman
    Hutan
    Wulan Wulan
    Belum ada peringkat