Anda di halaman 1dari 8

138 Isolasi dan Karakterisasi Linamarase...

(Askurrahman)

ISOLASI DAN KARAKTERISASI LINAMARASE HASIL ISOLASI DARI


UMBI SINGKONG (MANIHOT ESCULENTA CRANTZ)

Askurrahman
Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo
Korespondensi : Jl. Raya Telang PO BOX 2 Kamal-Bangkalan, Email: s_coer@yahoo.com

ABSTRACT

The purpose of this research was to know the optimum condition of linamarase
enzymatic reaction from bitter cassava. These studies are designed in several stages of inter-
related. Starting with the determination of cyanide content of cassava tubers, Isolation and
characterization linamarase on cassava tuber. The research result showed that linamarase had
optimum condition in some activities; pH for about 6, temperature for about 40OC, incubation
period for about 3 hours, and Km for about 0.012% and Vmaks for about 0.296 unit.
Key Words: Isolation, Characterization, Linamarase, Cassava (Manihot esculenta Crantz)

PENDAHULUAN menurunkan kandungan glukosida sianogenik


Singkong (Manihot esculenta pada umbi singkong.
Crantz) merupakan tanaman yang sangat Penggunaan singkong sebagai bahan
populer di seluruh dunia, khususnya di makanan sering dihadapkan dengan
negara-negara tropis. Di Indonesia, singkong permasalahan kesehatan, karena masih
memiliki arti ekonomi terpenting tertinggalnya kandungan glukosida sianogenik
dibandingkan dengan jenis umbi-umbian yang termasuk linamarin yang tidak terhidrolisis
lain. Singkong (Manihot esculenta Grant) pada saat proses pengolahan (Mkpong et al.,
merupakan salah satu bahan pangan yang 1990). Hidrolisis linamarin oleh linamarase
utama. Di Indonesia, singkong merupakan menghasilkan aseton sianohidrin dan glukosa.
makanan pokok ke tiga setelah padi-padian Oleh sebab itu, penurunan kandungan sianida
dan jagung (Chalil, 2003). pada umbi singkong sangat diperlukan untuk
Singkong mengandung senyawa keamanan pangan. Umbi singkong
glukosida sianogenik, yang tersebar hampir menghasilkan linamarase (Mkpong et al.,
pada semua jaringan tanaman, yang terdiri 1990).
atas linamarin dan lotaustrain dengan Pada proses pengolahan pangan
perbandingan 10:1 (dimana senyawa ini dapat sianida pada singkong dihilangkan dengan
berubah menjadi sianida yang sangat beracun) merebus dan membuang air perebus. Akan
(Djazuli dan Bradbury, 1999; Nambisan, tetapi, proses pemasakan secara tradisional
1999). Mkpong et al. (1990), mengatakan baik dengan cara direbus maupun digoreng
bahwa hidrolisis linamarin dengan linamarase tidak dapat menghilangkan sempurna senyawa
menghasilkan aseton sianohidrin dan glukosa. sianida. Maka diperlukan upaya penurunan
Aseton sianohidrin secara spontan pada pH di kandungan glukosida sianogenik dengan
atas 5 menghasilkan asam sianida (HCN) dan mengoptimalkan proses hidrolisis glukosida
aseton. Berdasarkan penelitian yang dilakukan sianogenik oleh linamarase.
oleh Yeoh (1997) diketahui bahwa kandungan Linamarase (EC.3.2.1.21) yang
glukosida sianogenik pada singkong di diisolasi dari singkong sampai saat ini belum
Indonesia berkisar 20 ppm sampai 200 ppm. banyak ditentukan karakternya. Linamarase
Sedangkan menurut FAO/WHO 1991 dalam menghidrolisis linamarin menjadi asam
Iglesias et al. (2002), kandungan sianida yang sianida, perlu dipelajari kondisi optimum yang
diperbolehkan pada makanan dari singkong dapat mempengaruhi kerja enzim linamarase,
maksimal 10 ppm. Maka diperlukan upaya misalnya pengaruh suhu, pH subsrat, waktu
inkubasi dan penentuan karakter Km
AGROINTEK Vol 4, No. 2 Agustus 2010 139

(konstanta hubungan antara laju reaksi antara Supernatan yang dihasilkan merupakan enzim
tahap-tahap reaksi enzim dan merupakan kasar (crude enzim).
jumlah konsentrasi substrat untuk mencapai Enzim kasar kemudian diendapkan
aktivitas enzim setengah maksimum) dan dengan Ammonium Sulfat Jenuh (SAS) 40%.
Vmaks (kecepatan aktivitas enzim Sebanyak 50 ml larutan ekstrak kasar enzim
maksimum). dimasukkan ke dalam gelas beker 250 ml,
Tujuan dari penelitian ini adalah ditambah ammonium sulfat 12.15 g.
sebagai berikut; Mengetahui kandungan Penambahn dilakukan sedikit demi sedikit
sianida pada umbi singkong, Mengetahui disertai pengadukan perlahan-lahan, larutan
kondisi optimum reaksi enzimatis linamarase dipertahankan pada suhu 4-25OC selama 30
hasil isolasi dari singkong pahit. menit. Kemudian disentrifuse dengan
kecepatan 10.000 rpm selama 10 menit.
Supernatan yang diperoleh dipisahkan dari
METODE PENELITIAN endapan.
Endapan dilarutkan ke dalam 5 ml
Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam larutan buffer sitrat fosfat pH 7. Masing-
penelitian ini adalah singkong pahit varietas masing larutan enzim dimasukkan ke dalam
lokal yang berumur 1 tahun diperoleh dari kantong selofan, kemudian direndam dalam
Desa Kertagena Tengah, Kecamatan Kadur, 300 ml larutan buffer sitrat fosfat 0,05 M pH 7
Kabupaten Pamekasan. Bahan kimia yang selama semalam. Dialisis dilakukan sampai
digunakan adalah aquades, NaOH 2.5%, garam terpisah. Untuk mengujinya, 5 ml
Na2CO3, asam pikrat, Kloroform, asam sitrat, buffer diambil dan dimasukkan tabung reaksi,
kalium dihidrogen fosfat, asam borat, NaOH kemudian ditambah 1 ml HCl 0,1 M dan
0.2 M, PMSF, Ammonium Sulfat, HCl, beberapa tetes BaCl2 0,1 M. Apabila tidak
BaCL2, Metanol (99.5%), KCN, TCA 4%, terbentuk endapan, maka dialisis dihentikan.
BSA, Reagen Biuret. Penentuan Aktivitas Linamarase
Dicampur 1,25 ml ekstrak kasar
Penentuan Kadar Sianida
Singkong diparut kemudian linamarin dengan konsentrasi 12%, 1 ml
ditimbang 20 g singkong, dimasukkan dalam larutan buffer sitrat fosfat pH 7; 1 ml
labu Kjedahl, selanjutnya ditambahkan 100 ml linamarase, 0,01 ml kloroform dan 1 ml
aquades. Dimaserasi selama (0, 2, 4, 6, 8, 10 larutan natrium pikrat lalu diinkubasi selama 3
dan 12 jam). Kemudian distilasi secara steam jam pada suhu 33oC. Larutan ditambah 2,5 ml
destilation. Distilat ditampung dalam larutan TCA 4% (b/v) dan didiamkan selama
erlenmeyer yang telah diisi dengan 20 ml 30 menit pada suhu kamar. Kemudian
NaOH 2,5%, dan distilasi dihentikan setelah disentrifuse dengan kecepatan 4000 rpm
dipastikan destilat hingga ± 150 ml. Diambil 5 selama 5 menit, untuk pemisahan filtrat dan
ml distilat, dimasukkan ke dalam tabung endapan yang terbentuk. Filtrat diambil 1 ml
reaksi, ditambahkan 5 ml Natrium Pikrat dan dan diencerkan sampai 10 ml lalu diukur
0.5 ml kloroform. Kemudian dihomogenizer absorbansinya pada λmaks komplek sianida.
dan didiamkan selama 30 menit dan Blangko yang digunakan dibuat dengan
selanjutnya dibaca absorbansinya dengan terlebih dahulu menambahkan TCA ke dalam
menggunakan spektronik 20. larutan enzim, kemudian ditambahkan ekstrak
kasar linamarin dan larutan yang lainnya
Isolasi Linamarase dari Singkong sesuai dengan prosedur penentuan aktivitas
Singkong diparut, kemudian enzim. Nilai aktivitas enzim diukur dari kadar
ditimbang sebanyak 100 g, ditambahkan 100 sianida yang diperoleh hasil plot terhadap
ml 0,1 M buffer sitrat fosfat pH 7 dan 0.25 ml kurva baku komplek sianida. Satu unit
PMSF (phenylmethenesulfonyl fluoride), di aktivitas enzim dinyatakan sebagai μmol
blender pada suhu dingin, disonikator selama sianida yang dibebaskan atau dihidrolisis
kurang lebih 5 menit dan selanjutnya disaring. setiap 1 ml volume enzim per menit pada
Filtrat dimasukkan ke dalam beker, dan kondisi tertentu. Pengukuran aktivitas enzim
disentrifugasi 4.000 rpm selama 10 menit. dilakukan dengan mengkonversi nilai serapan
140 Isolasi dan Karakterisasi Linamarase...(Askurrahman)

menjadi konsentrasi komplek sianida (μg/mL) HASIL DAN PEMBAHASAN


dengan menggunakan kurva baku komplek
Pengaruh Lama Maserasi Terhadap Kadar
sianida.
Aktivitas 
CN 

x
V
x FP
Sianida Singkong
Gambar 1. menunjukkan bahwa lama
BM CN pxq
maserasi dari 0-8 jam terjadi peningkatan
Dimana V = Volume total sample kadar sianida. Hal ini diduga semakin lama
percobaan pada tiap tabung maserasi terjadi hidrolisis prekusor sianida
(mL) semakin banyak dan dapat mempercepat
p = Jumlah enzim (mL) pelarutan senyawa glukosida siangenik,
q = Waktu inkubasi (menit) karena glukosida sianogenik larut dalam air.
Menurut Pembayun (2000), proses
FP = Faktor pengenceran
perendaman menyebabkan air berdifusi ke
dalam sel-sel melalui membran sel yang
Karakterisasi Linamarase dari Singkong sangat permiabel. Lama maserasi 8 jam
Penentuan pH Optimum merupakan lama maserasi optimum dengan
Penentuan pH optimum aktivitas kadar sianida sebesar 208.511 ppm. Hal itu
linamarase dilakukan dengan menggunakan diduga bahwa pada lama maserasi 8 jam
range pH 5.0-7.5 dengan selang 0.5, sehingga pemecahan prekusor sianida yaitu glukosida
didapatkan 6 level perlakuan pH. Selanjutnya sianogenik oleh endogenus terjadi secara
diamati aktivitas linamarase pada tiap level maksimal. Prekusor sianida (linamarin dan
pH. Salah satu level pH yang menunjukkan otaustrain) dipecah oleh enzim endogenus
aktivitas enzim tertinggi akan dipakai untuk yang terdapat dalam umbi singkong. Pada
pengujian selanjutnya. lama maserasi 8-12 jam kadar sianida pada
umbi singkong menunjukkan konstan. Hal itu
Penentuan Suhu Optimum diduga bahwa endogenus yang memecah
Penentuan suhu optimum aktivitas prekusor sianida yaitu glukosida sianogenik
linamarase dilakukan dengan menggunakan mengalami kejenuhan.
range suhu 30-55oC dengan selang 5oC, Suryani dan Wesniati (2000), pada
sehingga didapatkan 6 level perlakuan suhu. umumnya sianida dapat dihilangkan dengan
Selanjutnya diamati aktivitas linamarase pada perebusan dan perendaman sebab sianida
tiap level suhu. Salah satu level suhu yang mempunyai sifat fisik mudah larut dalam air
menunjukkan aktivitas enzim tertinggi akan dan mempunyai titik didih 29OC. Anwar
dipakai untuk pengujian selanjutnya. (2004) juga mengatakan bahwa sianida atau
Penentuan Waktu Inkubasi Optimum racun pada singkong dapat hilang setelah
Penentuan waktu inkubasi optimum pencucian, perendaman, pemasakan dan
aktivitas linamarase dilakukan dengan pengeringan selama proses produksi beras
menggunakan range waktu 1-6 jam dengan singkong semi instan. Wirjatmadi (2005)
selang 1 jam, sehingga didapatkan 6 level menambahkan bahwa kadar sianida dapat
perlakuan suhu. Selanjutnya diamati aktivitas dihilangkan dengan pencucian, perendaman,
linamarase pada tiap level waktu inkubasi. perebusan dan penjemuran. Oleh sebab itu,
Salah satu level waktu inkubasi yang penurunan kandungan sianida pada produk
menunjukkan aktivitas enzim tertinggi akan tepung singkong dikarenakan terjadi
dipakai untuk pengujian selanjutnya. penguapan sianida bebas saat proses
pengeringan dengan menggunakan pengering
Penentuan Nilai Km dan Vmaks pada pada suhu 70OC
Berbagai Konsentrasi Substrat
Penentuan nilai Km dan Vmax
dihitung pada beberapa level substrat ekstrak
kasar linamarin sebanyak 3, 6, 9, 12, 15 dan
18%. Reaksi antara linamarase dan substrat
dilakukan pada pH optimum, suhu optimum
dan menggunakan waktu inkubasi optimum.
AGROINTEK Vol 4, No. 2 Agustus 2010 141

250.000
mempunyai stabilitas yang tinggi. Winarno
(1996) mengatakan enzim menunjukkan
Kadar Sianida (ppm)

200.000
aktivitas maksimum pada suatu kisaran pH
150.000
yang disebut pH optimum, dimana enzim
100.000 pada kondisi ini mempunyai stabilitas yang
50.000 tinggi. Karlson (1979) menambahkan bahwa
0.000
struktur ruang tiga dimensi yang stabil yang
0 2 4 6 8 10 12 14 dimiliki oleh enzim pada kondisi pH
Maserasi (jam) optimum.
Semakin jauh dari pH optimum
Gambar 1. Pengaruh Lama Maserasi terhadap
menunjukkan aktivitas linamarase hasil isolasi
Kadar Sianida Pada Sampel singkong.
dari umbi singkong semakin tidak stabil
sehingga aktivitasnya semakin rendah. Hal ini
Karakterisasi Linamarase dari Singkong karena enzim merupakan protein yang
tersusun atas asam-asam amino yang memiliki
pH Optimum kepekaan terhadap perubahan pH
lingkungannya. Saat pH berada di atas pH
0.305
optimum, aktivitas linamarase mengalami
penurunan (Gambar 5.6). Menurut Muhtadi
0.285
(1992) mengatakan di luar kisaran pH
Aktivitas (unit)

0.265
optimum enzim menjadi inaktif. Hal ini,
0.245 disebabkan perubahan pH mengakibatkan
0.225 perubahan intramolekuler dari enzim. Apabila
0.205 perubahan terlalu besar akan mengakibatkan
0.185
denaturasi enzim sehingga aktivitas enzim
4.5 5.0 5.5 6.0 6.5 7.0 7.5 8.0 akan hilang.
pH di atas pH optimum juga diduga
pH
dapat menyebabkan denaturasi protein enzim
Gambar 2. Pengaruh pH terhadap Aktivitas yang mengubah susunan ruang tiga demensi
Linamarase dari Singkong molekul protein enzim. Menurut Naz (2002),
perubahan keaktifan enzim akibat perubahan
Gambar 2 menunjukkan bahwa pH lingkungan menyebabkan terjadinya
berpengaruh terhadap aktivitas linamarse hasil perubahan ionisasi enzim. Wong (1995)
isolasi dari umbi singkong. Pada pH di bawah menambahkan, pH ekstrim berpengaruh
6.0 menunjukkan bahwa aktivitas linamarase terhadap struktur enzim dan muatan substrat.
lebih kecil. Hal itu disebabkan perubahan pH Kelebihan atau kekurangan ion H+
mengakibatkan perubahan intramolekular menyebabkan perubahan konformasi sisi aktif
linamarase. Disamping itu, pH dibawah 6 enzim sehingga substrat tidak lagi berikatan
diduga terjadi perubahan muatan listrik dengan enzim, selanjutnya berakibat pula
substrat atau enzim, yaitu perubahan muatan pada pembentukan produk. Poedjiadi (1994)
residu asam amino yang mengikat substrat menambhakan pada pH tinggi selain
atau katalisis. berpengaruh terhadap struktur ion pada enzim,
Whiteker (1994) menyebutkan pH tinggi dapat pula menyebabkan denaturasi
pengaruh pH terhadap katalitik enzim yang mengakibatkan menurunnya aktivitas
terutama disebabkan oleh perubahan ionisasi enzim.
enzim pada gugus ionik pada sisi aktif atau pH optimum aktivitas linanamarase
sisi yang lain yang secara tidak langsung yang dihasilkan, sama dengan pH optimum
mempengaruhi sisi aktif. Gugus ionik linamarase hasil isolasi dari Leuconostoc
berperan dalam menjaga konformasi sisi aktif Mesenteroides (Glieguen et al., 1997),
dalam mengikat substrat menjadi produk. Linamarase hasil isolasi dari yest Endomyces
pH optimum linamarase dari singkong fibuliger (Brimer, et al., 1998) dan linamarase
berkisar 6 dengan nilai aktivitas sebesar 0.287 hasil isolasi dari singkong (Ampe dan
unit. Pada pH 6 linamarase diduga Brauman, 1995) yaitu memiliki pH optimum
142 Isolasi dan Karakterisasi Linamarase...(Askurrahman)

6. Sedangkan hasil peneitian Mkpong (1990) suhu optimum terjadi karena kenaikan energi
menyebutkan linamarase yang diisolasi dari kinetik molekul-molekul yang bereaksi.
daun singkong mempunyai pH optimum 7 dan Menurut Arteaga and Nakai (1990),
linamarase yang diisolasi dari kacang koro pada suhu tinggi di atas suhu optimal akan
mempunyai pH optimum 5.6. terjadi kerusakan protein yang disebut
denaturasi, sehingga terjadi penurunan
Suhu Optimum
aktivitas. Robyt and White (1987)
0.290 menambahkan apabila suhu dinaikkan terus-
0.270 menerus, energi kinetik kolekul enzim
0.250 menjadi besar sehingga mencapai energi
Aktivitas (unit)

0.230 aktifasi untuk memecah ikatan sekunder dan


0.210 tersier yang mempertahankan enzim dalam
0.190 keadaan asli atau keadaan katalitik aktif
0.170 sehingga mengakibatkan hilangnya aktivitas
0.150 katalitik.
25 30 35 40 45 50 55 60
Pada suhu yang lebih tinggi dari pada
Suhu (OC) suhu optimum, aktivitas linamarase menurun.
Enzim dan substrat dapat mengalami
Gambar 3. Pengaruh Suhu Terhadap Aktivitas
perubahan konformasi pada suhu yang terlalu
Linamarase dari Singkong
tinggi, sehingga gugus reaktif keduanya
menjadi tidak bersesuaian dan menyebabkan
Gambar 3. menunjukkan bahwa suhu
tidak terjadi interaksi. Bila suhu terus
berpengaruh terhadap aktivitas linarase hasil
ditingkatkan maka enzim bisa terdenaturasi,
isolasi dari umbi singkong. Pada suhu 30-
sehingga peluang terbentuknya produk
40OC menunjukkan peningkatan aktivitas
menurun. Menurut Siegel (1975) mengatakan
linamarase. Hal itu disebabkan karena
laju reaksi berkatalisis enzim akan meningkat
semakin meningkatnya suhu kecepatan reaksi
bila suhu dinaikkan, akan tetapi kenaikan ini
yang dikatalisis linamarase naik. Disamping
terbatas, oleh karena itu pada suhu tertentu
itu, kenaikan kecepatan dibawah suhu
kenaikan itu akan mengakibatkan penurunan
optimum disebabkan oleh kenaikan energi
aktivitas enzim yang disebabkan denaturasi
kinetika molekul-molekul yang bereaksi.
enzim. Whitaker (1994) menambhakan bahwa
Kecepatan suatu reaksi enzimatis,
perubahan suhu dapat mempengaruhi
seperti kebanyakan reaksi kimia, meningkat
konformasi enzim, karena terjadinya kenaikan
dengan naiknya suhu. Meningkatnya suhu
suhu menyebabkan peningkatan energi yang
dapat mempengaruhi meningkatnya afinitas
akan mempengaruhi ikatan ion, hidrogen atau
enzim terhadap katalisator dan aktivator
interaksi hidrofobik yang berperan dalam
sehingga mempercepat reaksi. Disamping itu,
menjaga konformasi molekul enzim.
peningkatan suhu akan menyebabkan
Perubahan konformasi akan mempengaruhi
bertambahnya energi kinetik dari enzim
lokasi aktif dari enzim, akibatnya aktivitas
maupun substrat, sehingga akan terjadi
enzim menjadi berkurang (menurun).
peningkatan kecepatan gerakan enzim dan
Suhu optimum adalah 40OC dengan
substrat, dan hal ini akan mengakibatkan
jumlah aktivitas linamarase sebesar 0.271
peningkatan peluang terjadinya tumbukan atar
unit. Sedangkan di atas dan di bawah 40OC
keduanya. Makin besar frekuensi tumbukan
aktivitas linamarase mengalami penurunan.
molekul enzim dengan substrat, maka makin
Suhu optimum aktivitas linamarase hasil
besar peluang terjadinya interaksi antara
isolasi dari umbi singkong adalah 40OC. Suhu
enzim dengan substrat dan makin besar pula
tersebut sama dengan suhu optimum aktivitas
peluang terbentuknya produk.
linamarase yang diisolasi dari
Pada suhu optimum dicapai aktivitas
mikroorganisme Mucor cercirellodes LU M40
enzim yang optimum dan dihasilkan produk
yaitu suhu 40OC (Petruccoli et al., 1999).
secara optimum pula. Menurut Robyt and
Sedangkan pada hasil penelitian Mkpong
White (1987) kenaikan kecepatan dibawah
(1990) mengatakan linamarase yang diisolasi
dari daun singkong memiliki suhu optimum
AGROINTEK Vol 4, No. 2 Agustus 2010 143

55OC dan linamarase yang diisolasi dari enzimatis sebanding dengan produk yang
kacang koro meliki suhu optimum 62OC. dihasilkan.
Waktu inkubasi optimum adalah 180
menit (3 jam) dengan jumlah aktivitas
Waktu Inkubasi Optimum
linamarase sebesar 0.2791unit. Sedangkan di
Semakin lama waktu reaksi enzimatik
atas dan di bawah waktu inkubasi 180 menit
(pada waktu inkubasi 1-3 jam) maka semakin
(3 jam) aktivitas linamarase mengalami
tinggi aktivitas linamarase. Hal itu disebakan
penurunan.
karena terjadi pembentukan produk hasil
hidrolisis semakin meningkat. Pengaruh Konsentrasi Substrat
Kecepatan reaksi, akan meningkat
0.305
0.285 dengan meningkatnya konsetrasi substrat.
0.265 Akan tetapi penambahan substrat yang terus-
Aktivitas (unit)

0.245 menerus akan meningkatkan kecepatan reaksi


0.225
0.205
dengan laju yang semakin kecil. Pada
0.185 akhirnya akan tercapai titik batas dimana
0.165 kecepatan reaksi tidak lagi bertambah dengan
0.145 bertambahnya substrat. Kondisi seperti di atas
0.125
0 1 2 3 4 5 6 7
dapat terjadi dengan asumsi fakor-faktor lain
seperti suhu, pH dan lain-lain dalam keadaan
Waktu Inkubasi (jam)
konstan. Menurut Reed (1966) mengatakan
Gambar 4. Pengaruh Waktu Inkubasi kecepata reaksi enzimatis pada umumnya
Terhadap Aktivitas Linamarase dari Singkong tergantung pada konsentrasi substrat. Semakin
tinggi konsentrasi substrat, kecepatan
Pada reaksi enzimatik kurang dari reaksinya semakin tinggi. Sampai batas
180 menit, aktivitas linamarase belum tertentu kecepatan reaksi akan konstan dengan
maksimal. Hal itu diduga karena terlalu naiknya konsentrasi substrat (pada konsentrasi
singkatnya waktu yang berikatan antara enzim tetap).
linamarase dengan substrat, sehingga 0.300
produknya pula belum optimal pada saat 0.290
0.280
reaksi dihentikan.
Aktivitas (unit)

0.270
Semakin lama waktu reaksi 0.260
0.250
enzimatik maka semakin banyak produk yang 0.240
terbentuk, yang juga berarti aktivitas 0.230
0.220
linamarase semakin besar. Aktivitas 0.210
0.200
linamarase terus meningkat hingga dicapai 0 3 6 9 12 15 18 21
waktu reaksi enzimatik optimum. Waktu
Konsentrasi Substrat (%)
reaksi enzimatik optimum linamarase adalah
180 menit. Gambar 5. Pengaruh Konsentrasi Substrat
Setelah 180 menit, linamarase telah Terhadap Aktivitas Linamarase dari
jenuh berikatan dengan substrat, sehingga Singkong.
pertambahan reaksi enzimatik tidak akan
menambah pembentukan produk dan Gambar 5. menunjukkan bahwa
akibatnya aktivitas linamarase menurun. semakin tinggi konsentrasi substrat maka
Penurunan nilai aktivitas enzim karena semakin tinggi pula aktivitas linamarase
melibatkan waktu inkubasi sebagai faktor sampai pada titik konstan. Meningkatnya
pembagi, sehingga bila faktor pembaginya aktivitas linamarase ditunjukkan pada
semakin besar, maka aktivitas yang dihasilkan konsentrasi 3% sampai 15%, sedangkan pada
akan semakin kecil. Menurut Aulani’am konsentrasi 18% aktivitas linamarase terjadi
(2005), waktu yang digunakan enzim titik konstan. Konsnterasi substrat Optimum
berikatan dengan substrat secara tetap disebut yaitu pada konsentrasi 15% dengan aktivitas
reaksi enzimatis. Dimana waktu reaksi 0.286 unit.
144 Isolasi dan Karakterisasi Linamarase...(Askurrahman)

Whitaker (1994) mengatakan bahwa bahwa Kadar sianida pada umbi singkong
semakin meningkatnya konsentrasi substrat dengan perlakuan lama maserasi 8 jam adalah
maka semakin menigkat pula aktivitas enzim sebesar 208.511 ppm dan Linamarase
sampai pada titik konstan. Pada konsentrasi memiliki kondisi optimum untuk aktivitasnya
substrat yang rendah, tidak semua molekul- sebagai berikut; pH sekitar 6, suhu sekitar
molekul enzim akan berkombinasi dengan 40OC, waktu Inkubasi sekitar 3 jam dan Km
substrat. Jika konsentrasi ditingkatkan, sebesar 0.012% serta Vmaks sebesar 0.296
molekul-molekul enzim akan lebih banyak unit.
yang berkombinasi dengan substrat sampai
terjadi kondisi enzim jenuh dengan substrat. DAFTAR PUSTAKA
Peningkatan konsentrasi substrat lebih lanjut
tidak akan meningkatkan laju reaksi. Anwar F. 2004. Beras Singkong Semi Instan.
Penentuan nilai Km dan Vmaks Laboratorium Manajemen Pangan,
linamarase dari umbi singkong diawali Fakultas Pertanian. IPB. Bogor.
dengan menghitung nilai Vo (kecepatan awal Arteaga GE. and S. Nakai. 1990.
linamarase dalam memecah substrat Tetrathionate Protect Proteolytic
linamarin). Linamarase dari umbi singkong Activity of Simultade Papaya Latex and
diinkubasikan pada berbagai level konsentrasi Crude Papain. J. Food Sci. 55(6): 1728-
linamarin (3%, 6%, 9%, 12%, 15% dan 18%) 1734.
dengan pH 6, suhu 40OC selama 180 menit. Aulanni’am. 2005. Protein dan Analisinya.
Nilai V awal dari masing-masing Citra Mentari Group. Malang
konsentrasi substrat tersebut kemudian Brimer L, MJR. Nout and G. Tuncel. 1998. -
diplotkan dalam bentuk kurva Michaelis- Glucosidase (amygdalase and
Menten. Kurva Michaelis-Menten selanjutnya Linamarase) from Endomyces fibuliger
dijadikan dasar untuk membentuk kurva (LU677): formation and crude enzyme
Lineweaver-Burk (Gambar 6) untuk properties. J. Appl Microbiol
memperoleh nilai Km dan Vmaks. Biotechnol. 49:182-188
4.800
Chalil, D. 2003. Agribisnis Ubi Kayu di
4.600 Propinsi Sumatera Utara. Jurusan Sosial
4.400
y = 0.0396x + 3.3811
Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian,
4.200 2
R = 0.9043 Universitas Sumatera Utara. Medan.
1/Vo

4.000
3.800 Djazuli M. dan H. Bradbury. 1999. Cyanogen
3.600 Content of Cassava Roots and Flour In
3.400
Indonesia. Journal of Agricultural and
3.200
-10.000 0.000 10.000 20.000 30.000 40.000
Food Chemistry. 65: 523-535.
Eksittikul T dan M. Chulavatnatol. 1988.
1/[S]
Characterization of Cyanogenic -
Gambar 6. Ploting Data Konsentrasi Substrat Glucosidase (Linamarase) from
dan Kecepatan Awal Reaksi dengan Cassava (Manihot esculenta Crantz). J.
Metode Lineweaver-Burk Archives of Biochemistry and
Biophysics. 266 (1): 263-269.
Berdasarkan grafik hubungan antara Franzl S, I. Ackermann and A. Nasrstedt.
1/[S] dengan 1/Vo menurut metode 1989. Purification and Characterization
Lineweaver-Burk, maka Vmaks dan Km of a -glukosidase (Linamarase) from
enzim dihitung (Whittaker, 1994). the haemolymph of Zygaena trifolii
Berdasarkan perhitungan tersebut dapat Esper, 1783 (Insecta, Lepidoptera).
diketahui bahwa nilai Vmaks yang diperoleh Experintia, Birkhauser Verlag, CH-
sebesar 0.296 Unit dan Km sebesar 0.012 %. 4010 Basel/Switzerland.
Glieguen Y, P. Chemardin, P. Labrot, A.
KESIMPULAN Amaud and P. Galzy. 1997. Purification
and Characterization of an Intracellular
Berdasarkan hasil penelitian yang telah -Glucosidase from a New Strain of
dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan
AGROINTEK Vol 4, No. 2 Agustus 2010 145

Leuconostoc mesenteroides Isolated Suryani CL. dan N. Westiani. 2000. Studi


from Cassava. Journal of Applied Pembuatan Tepung Kara Benguk.
Microbiology. 82:469-476. Prosiding Seminar Teknologi Pertanian
Iglesias CA, T. Sanchez, and HH. Yeoh. Spesifik Lokasi dalam Upaya
2002. Cyanogens and Linamarase Peningkatan Kesejahteraan Petani dan
Activities in Storage Roots of Cassava Pelestarian Lingkungan. Yogyakarta.
Plant from Breeding Program. Journal Whitaker JR. 1994. Principle of Enzymology
of Food Composition and Analysis. 15: for The Food Science. Second Edition.
3379-387. New York :Marcel Decker.
Karlson P. 1979. Introduction to Modern Widyasaputra AF. 1992. Sifat Fisik dan Kimia
Biochemistry (Edisi ke-3), New York:: Tepung Ubi Jalar Kajian Suhu
Academic Press. Pemanasan dan Varietas. [Tesis yang
Mkpong OE, H. Yan, G. Chism and R.T. tidak dipublikasikan Program Studi
Sayre. 1990. Purification, Ilmu Tanaman, Program Pasca Sarjana.
Characterization, and Localization of Unibraw. Malang]
Linamarase in Cassava. J. Plant Winarno FG. 1996. Enzim Pangan. Jakarta:
Physiol. 93: 176-181 PT. Gramedia Pustaka Utama.
Muhtadi D. 1992. Enzim dalam Industri Wirjatmadi B. 2005. Pengaruh Beberapa
Pangan dan Gizi. IPB. Bogor. Hal. 31- Perlakuan Terhadap Penurunan Kadar
37. HCN pada Ubi Kayu (Manihol
Nambisan B. 1999. Cassava Latex and Source esculenta Crantz). Fakultas Kesehatan
as Linamarase for Determination of Masyarakat. Universitas Airlangga.
Linamarin. Journal of Agricultural and Surabaya.
Food Chemistry. 47: 372-373. Wong DWS. 1995. Food Enzymes: Structure
Naz S. 2002. Enzymes and Food. Oxford and Mechanism. New York: Chapman
University Press. Pakistan. and Hall.
Pembayun R. 2000. Hydro Cyanic Acid and Yeoh HH and SV. Egan. 1997. An enzyme-
Organoleptic Test on Gaddung Instant based Dip-stick for The estimation of
Rice from Various Methods of Cyanogenic Potential of Cassava Flour.
Detcsification. Proseding Seminar Food Chem. 60, 119-122.
Nasional Industri Pangan CO-13:97-
107.
Petruccioli M, L. Brimer, AR. Cicalini and F.
Federici. 1999. The Linamarase of
Mucor circinelloides LU M40 and its
Detoxifying Activity on Cassava. J.
App. Microbiology. 86: 302-310
Poedjiadi, 1994. Dasar-dasar Biokimia.
Jakarta: UI Press..
Reed RSD. 1966. Principles of Biochemistry.
Boston: Holgton Mifflin Co.
Robyt JF and BS. White. 1987. Biochemical
Technic Theory and Practical. New
York: Klower Academic Publisher.
Seidman L. and J. Mowery. 2006. Salting
Out: Ammonium Sulfate Precipitation.
The Biotechnology Project. Illinois
State University.
Siegel IH. 1975. Enzyme Kinetics Behavior
and Analysis of Rapid Equilibrium
Steady State Enzyme Sistems. New
York: John Willey and Sons.

Anda mungkin juga menyukai