Anda di halaman 1dari 31

UJIAN TENGAH SEMESTER

METODOLOGI RISET

DISUSUN OLEH:

RENI ARTATI

21080117120003

DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS DIPONEGORO

2019
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...................................................................................................................... 1
BAB I ................................................................................................................................I-1
PENDAHULUAN ...........................................................................................................I-1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................I-1
1.2 Identifikasi Masalah ......................................................................................I-2
1.3 Pembatasan Masalah ......................................................................................I-2
1.4 Rumusan Masalah ..........................................................................................I-3
1.5 Tujuan Perencanaan .......................................................................................I-3
1.6 Ruang Lingkup Perencanaan ........................................................................I-3
1.7 Manfaat Perencanaan .....................................................................................I-4
BAB II ............................................................................................................................ II-1
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................ II-1
2.1 Pengertian Sampah ....................................................................................... II-1
2.1.1 Sampah sebagai Limbah ...................................................................... II-1
2.1.2 Sampah sebagai Sumberdaya .............................................................. II-2
2.2 Sumber, Jenis, dan Jumlah Sampah ........................................................... II-2
2.3 Pengelolaan Sampah ..................................................................................... II-4
2.4 Dampak Sampah terhadap Manusia dan Lingkungan ............................. II-8
2.5 Masyarakat sebagai Komponen Inti dalam Pengelolaan Persampahan II-10
2.6 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Masyarakat dalam Mengelola Sampah
Rumah Tangga ........................................................................................................ II-11
2.8 Penelitian yang relevan............................................................................... II-13
2.9 Kerangka berpikir ...................................................................................... II-14
2.10 Hipotesis Penelitian ..................................................................................... II-15
BAB III.......................................................................................................................... III-1
METODOLOGI PERENCANAAN ........................................................................... III-1
3.1 Tujuan Perencanaan Secara Operasional .................................................. III1
3.2 Waktu dan Tempat Perencanaan ............................................................... III-2
3.3 Metode Penelitian......................................................................................... III-2
3.4 Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... III-3
3.4.1 Data Primer .......................................................................................... III-3
3.4.2 Data Sekunder ....................................................................................... III3

1
3.5 Teknik Pengumpulan Sampel ..................................................................... III-3
3.5.1 Timbulan dan Komposisi Sampah ..................................................... III-3
3.5.3 Wawancara ........................................................................................... III-4
3.5.4 Observasi .............................................................................................. III-4
3.5.5 Dokumentasi ......................................................................................... III-5
3.6 Teknik Pengolahan Data ............................................................................. III-5
3.7 Teknik Analisis Data.................................................................................... III-5
3.7.1 Kondisi Eksisting Pengelolaan Sampah ............................................. III-5
3.7.2 Perencanaa Pengeloaan Sampah terpadu .......................................... III-5
3.8 Diagram Alir Perencanaan ......................................................................... III-7
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 4

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kota Pontianak adalah pusat kota dari pemerintahan Kalimantan Barat. Dari
berbagai kota yang ada, kota Pontianak berkembang dengan pesat dari berbagai
macam sektor. Pembangunan dan pertumbuhan ekonomi di kota Pontianak
memberikan permasalahan yang berkaitan dengan kerusakan lingkungan. Dari
sektor terebut, sampah merupakan permasalahan yang sangat memerlukan
perhatian. Tumpukan sampah yang ada di TPA belum dikelola dengan maksimal.
Pola pikir dan pola hidup masyarakat Kota Pontianak yang kurang memperhatikan
kebersihan dan estetika lingkungan mengakibatkan sampah semakin tidak terurus.
Oleh karena itu, terjadinya konflik antara pemerintah dan masyarakat. Perkiraan
dampak penting suatu lokasi Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) sampah yang
berpengaruh kepada masyarakat saat operasi dan sesudah operasi harus sudah dapat
diduga sebelumnya. Pendugaan dampak ini berkaitan denfan penerapan kriteria
regional pemilihan lokasi Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) sampah yang telah
diatur dalam Surat Keputusan Standar Nasional Indonesia (SK SNI 19-3241-1994).

Berdasarkan kondsi tersebut, penanganan sistem persampahan suatu kota


harus dilaksanakan dengan efektif dan efisien, sehingga dapat dicapai hasil
masksimum sesuai dengan yang diharapkan oleh masyarakat dan pemerintah.
Menurut UU No. 18 Tahun 2008, sampah adalah sisi kegiatan sehari-hari manusia
dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Berdasarkan SNI 19-2454-2002,
sampah diartikan sebagai sampah yang bersifat padat yang terdiri dari zat organik
dan anorganik yang diangap tidak berguna lagi dan harus dikelolal agar tidak
membahayakan lingkungan dan melindungi investasi pembangunan.

Pengelolaan sampah dibagi menjadi dua kelompok utama yaitu


pengurangan sampah dan penanganan sampah. Dalam pengelolaan persampahan
yang perlu diperhatikan yaitu pemilahan, pewadahan, pengumpulan, pemindahan,
pengangkutan, pembuangan sementara dan pembuangan akhir.

I-1
Jarak tempuh yang jauh antara Kota Pontianak dengan TPA Batu Layang
yaitu 60 km, menyebabkan biaya operasional yang tinggi dan ritasi yang sedikit
sehingga pelayanan yang dilakukan oleh pemerintah provinsi Kalimantan Barat
tidak berjalan optimal dan juga mahalnya biaya penambahan alat angkut untuk
menambah pelayananke masyarakat. Selain itu juga pengurangan sampah organik
dan anorganik di Kota Pontianak bagian hulu belum terlaksana secara baik.

Hal ini dibuktikan dengan kinerja bank sampah di Kota Pontianak belum
optimal. Kelembagaannya masih belum memiliki struktur yang jelas sehingga
dalam pelaksanaannya tidak ada yang bertanggung jawab. Oleh karena itu, perlu
perencanaan pengelolaan sampah dengan melibatkan peran serta masyarakat
sehingga masyarakat mau ikut serta bertanggung jawab dalam memecahkan
masalah persampahan di lingakunga masing-masing dengan mendorong
pengelolaan sampah dari hulu, meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam
pengelolaan sampah, mengoptimalkan kinerja bank sampah.

Dari latar belakang di atas, penulis ingin merencanakan sistem pengelolaan


sampah terpadu di Kota Pontianak, Kalimantan Barat.

1.2 Identifikasi Masalah


1. Reduksi sampah dari hulu masih rendah sehingga terjadi penumpukkan di
TPA.
2. Belum maksimalnya kinerja bank sampah.
3. Jarak tempuh yang jauh antara Kota Pontianak dan TPA Batu Layang
berjarak 60 km menyebabkan biaya operasional yang tinggi dan ritasi yang
sedikit sehingga pelayanan yang dilakukan oleh pemerintah Kota
Pontianak tidak berjalan optimal.
4. Mahalnya biaya untuk pembelian dan biaya operasional alat angkut untuk
melayani pengangukutan sampah

1.3 Pembatasan Masalah


Pembatasan masalah dalam perencanaan ini adalah :

I-2
1. Sumber sampah dalam perencanaan ini adalah sampah rumah tangga atau
sampah domestic yang ada di Kota Pontianak, Kalimantan Barat
2. Analisis kondisi eksisting sistem pengelolaan persampahan mengenai
pengumpulan, pewadahan, pemindahan hingga ke TPS di Kota Pontianak,
Kalimantan Barat
3. Merencanakan sistem pengelolaan sampah terpadu meliputi teknik
operasional, kelembagaan, pembiayaan, organisasi, dan peran serta
masyarakat di Kota Pontianak, Kalimantan Barat

1.4 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang, dapat disusun rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana timbulan, komposisi dan karakteristik sampah di Kota Pontianak,
Kalimantan Barat?
2. Bagaimana kondisi eksisting sistem pengelolaan persampahan di Kota
Pontianak, Kalimantan Barat?
3. Bagaimana perencanaan sistem pengelolaan persampahan terpadu di Kota
Pontianak?

1.5 Tujuan Perencanaan


Adapun tujuan perencanaan ini sebagai berikut :
1. Menghitung dan menganalisis timbulan, komposisi dan karakteristik
sampah di Kota Pontianak, Kalimantan Barat.
2. Menganalisis kondisi eksisting sistem pengelolaan sampah terpadu
mengenai pengumpulan, pewadahan, dan pemindahan sampah di Kota
Pontianak, Kalimantan Barat.
3. Merencanakan sistem pengelolaan sampah terpadu di Kota Pontianak.

1.6 Ruang Lingkup Perencanaan


Ruang lingkup perencanaan meliputi :
1. Mengidentifikasi gambaran umum fisik Kota Pontianak, Kalimantan Barat.
2. Mengidentifikasi kondisi eksisting pengelolaan sampah terpadu di Kota
Pontianak, Kalimantan Barat.

I-3
3. Merencanakan sistem pengelolaan sampah terpadu meliputi teknis
operasional, kelembagaan, pembiayaan, dan peran serta masyarakat di Kota
Pontianak, Kalimantan Barat.

1.7 Manfaat Perencanaan


Perencanaan pengelolaan sampah di Kota Pontianak, Kalimantan Barat
diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain :
1. Bagi Pemerintah
Untuk pemerintah Kabupaten Sukabumi diharapkan dapat digunakan
sebagai bahan acuan untuk membantu mewujudkan manajemen
persampahan di Kota Pontianak, Kalimantan Barat.
2. Bagi Kota Pontianak
Memberikan usulan perencanaan sistem pengelolaan sampah terpadu di
wilayah tersebut.
3. Bagi peneliti
Menambah pengetahuan dan wawasan serta dapat mengembangkan
kemampuan dalam merencanakan sistem pengelolaan sampah khususnya
sistem pengelolaan terpadu.

I-4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Sampah

2.1.1 Sampah sebagai Limbah

Azwar (1990) dinyatakan bahwa sampah adalah bagian dari sesuatu


yang tidak terpakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang, umumnya
berasal dari kegiatan manusia dan bersifat padat. Definisi lain dikemukakan
oleh Hadiwijoto (1983) yang menyatakan bahwa sampah adalah sisa bahan
yang telah mengalami perlakuan, baik telah diambil bagian utamanya, telah
mengalami pengolahan, dan sudah tidak bermanfaat, dari segi ekonomi sudah
tidak ada harganya serta dari segi lingkungan dapat menyebabkan pencemaran
atau gangguan kelestarian alam. Pengertian sampah menurut Slamet (1994)
adalah berbagai barang jenis barang buangan yang diakibatkan oleh kehidupan
sehari-hari, peristiwa-peristiwa tertentu, dari kelebihan proses terhadap
keperluan baik untuk penggunaan sendiri maupun untuk menghasilkan barang
dan bahan lain, sehingga barang buangan itu dianggap tidak berguna.
Nurhasanah (2003) mendefinisikan sampah merupakan suatu bahan yang
terbuang dari suatu sumber hasil aktifitas manusia maupun proses-proses alam
yang tidak mepunyai nilai ekonomi, bahkan dapat mempunyai nilai ekonomi
yang negatif karena dalam penanganannya baik untuk membuang atau
membersihkan meperlukan biaya yang cukup besar.
Sedangkan menurut Ischak (2001), sampah adalah limbah kegiatan dan
usaha manusia. Kegiatan manusia, diantaranya adalah industri, pertanian,
pertambangan, perumahan, konstruksi, kawasan komersial dan kegiatan
pembongkaran (Tchobanoglous, dkk. 1977).
Murtadho dan Said (1988) membedakan sampah atas sampah organik dan
sampah nir organik. Sampah organik meliputi limbah padat semi basah berupa
bahan- bahan organik yang umumnya berasal dari limbah hasil pertanian.
Sampah ini memiliki sifat mudah terurai oleh mikroorganisme dan mudah
membusuk karena memiliki rantai karbon relatif pendek. Sedangkan sampah

II-1
nir-organik berupa sampah padat yang cukup kering dan sulit terurai oleh
mikroorganisme karena memiliki rantai karbon yang panjang dan kompleks
seperti kaca, besi, plastik, dan lain-lain.
Apabila tidak dikelola dengan baik sampah dapat menjadi sumber
pencemar lingkungan sehingga mengakibatkan lingkungan menjadi kotor,
pencemaran udara, air, tanah, menjadi tempat berkembangnya bibit penyakit,
serta menyumbat saluran air yang menyebabkan banjir. Selain itu sering pula
timbunan sampah merusak keindahan kota dan menimbulkan bau yang kurang
enak.
Berdasarkan berbagai definisi sampah di atas, maka sampah dapat
diartikan sebagai limbah padat sisa aktivitas manusia/masyarakat, tidak
terpakai, dapat bersifat organik maupun nir-organik. Karena membahayakan
kesehatan lingkungan, sampah harus dibuang/disingkirkan/dikelola dari
lingkungan sehingga diperlukan biaya yang tidak sedikit untuk mengelola
sampah dalam suatu wilayah.

2.1.2 Sampah sebagai Sumberdaya

Sampah merupakan potensi sumberdaya yang dapat dimanfaatkan agar


mempunyai nilai tambah sebagai produk daur ulang maupun produk baru
sehingga diharapkan dapat menghasilkan pendapatan. Komposisi sampah
terbesar yang dihasilkan oleh rumah tangga adalah sampah organik yang dapat
dimanfaatkan sebagai bahan pembuat kompos seperti yang telah dilakukan oleh
PD Kebersihan Bandung. Semakin tinggi jumlah sampah organik maka
semakin potensial untuk membuat kompos sehingga akan meningkatkan
pendapatan bagi perusahaan tersebut (Chodidjah, 2002).

2.2 Sumber, Jenis, dan Jumlah Sampah

Sumber limbah padat di masyarakat secara umum berkaitan dengan


penggunaan lahan dan daerah pemukiman. Tchobanoglous, dkk. (1993) dan
Azwar (1990) mengklasifikasikan sumber timbulan sampah sebagai berikut: (1)
perumahan, (2) komersial, (3) kelembagaan/institusional, (4) konstruksi dan

II-2
pembongkaran, (5) pelayanan perkotaan, (6) pengolahan di alam, (7) industri,
(8) pertanian, (9) sampah daerah peternakan, (10) sampah daerah
pertambangan, (11) sampah dari jalan, dan lainnya.

Sampah berdasarkan jenis dapat dibedakan menurut komposisi kimia,


mudah tidaknya terbakar, berbahaya atau tidak dan dari karasteristik sampahnya
(Depkes RI, 1987). Lebih lanjut dikatakan bahwa sampah dapat digolongkan
berdasarkan sifatnya: sampah mudah terurai (degradable) dan sampah yang
sulit terurai (non- degradable).

Menurut Tchobanoglous, dkk. (1993) sampah berdasarkan jenis terdiri


dari:
1. Sampah organik seperti sisa makanan kertas dari segala jenis, kardus
(juga dikenal sebagai kertas karton dan bergelombang), semua jenis
plastik, tekstil, karet, kulit, kayu dan limbah pekarangan.
2. Sampah nir-organik terdiri dari barang-barang seperti gelas, pecah-
belah, kaleng kaleng, aluminium, dan besi logam.

Menurut Slamet (1994) yang dimaksud dengan sampah organik adalah


sampah yang mudah membusuk, terdiri dari bekas makanan, bekas sayuran,
kulit, buah lunak, daun-daunan, dan rumput. Sampah nirorganik adalah sampah
yang tidak mudah membusuk seperti kertas, kardus, kaca/gelas, plastik, besi,
dan logam lainnya. Menurut Sarbi (2008) berdasarkan asalnya, sampah padat
dapat digolongkan sebagai (1) sampah organik dan (2) sampah nirorganik.
Sampah organik yang terdiri dari bahan-bahan penyusun tumbuhan dan hewan
yang diambil dari alam atau dihasilkan dari kegiatan pertanian, perikanan, atau
yang lain. Sampah ini dengan mudah diuraikan dalam proses alami. Sampah
rumah tangga sebagian besar merupakan bahan organik misalnya sampah dari
dapur, sisa tepung, sayuran, kulit buah, dan daun. Sampah nirorganik yang
berasal dari sumber daya alam tak terbarui seperti mineral dan minyak bumi
atau dari proses industri. Beberapa dari bahan ini tidak terdapat di alam seperti
plastik dan aluminium. Sebagian zat nir-organik secara keseluruhan tidak dapat
diuraikan oleh alam, sedang sebagian lainnya hanya dapat diuraikan dalam

II-3
waktu yang sangat lama. Sampah jenis ini dapat berasal dari rumah tangga,
misalnya berupa botol, botol plastik, tas plastik, dan kaleng.

Di Indonesia, sekitar 60-70% dari volume sampah yang dihasilkan


merupakan sampah basah dengan kadar air antara 65-75% dengan jumlah
sampah organik sebesar 95% (Penebar Swadaya, 2008).

Menurut Sudradjat (2008), beberapa penelitian menunjukkan bahwa


rataan buangan sampah kota adalah 0,5 kg/kapita/hari. Dengan mengalikan data
tersebut dengan jumlah penduduk di beberapa kota di Indonesia yang
dipublikasikan oleh NUDS (National Urban Development Strategy) tahun 2003
maka dapat diketahui perkiraan potensi sampah kota di Indonesia sekitar
100.000 ton/hari.

Timbulan sampah adalah sejumlah sampah yang dihasilkan oleh suatu


aktivitas dalam kurun waktu tertentu atau dengan kata lain banyaknya sampah
yang dihasilkan dalam satuan berat (kilogram) gravimeteri atau volume (liter)
volumetric (Tchobanoglous,dkk., 1993). Satuan timbulan sampah adalah
banyaknya sampah dalam satuan berat yaitu kilogram per orang per hari atau
dalam satuan volume yaitu liter per orang per hari (Damanhuri, 2004).

Perkiraan timbulan sampah diperlukan untuk menentukan jumlah


sampah yang harus dikelola. Kajian data mengenai timbulan sampah
merupakan langkah awal yang dilakukan dalam pengelolaan persampahan
(Tchobanoglous, dkk. 1993). Tujuan diketahuinya timbulan sampah adalah
sebagai perkiraan timbulan sampah yang dihasilkan untuk masa sekarang
maupun pada masa yang akan datang yang berguna untuk: (1) dasar dari
perencanaan dan perancangan sistem pengelolaan sampah, (2) menentukan
jumlah sampah yang harus dikelola, (3) perencanaan sistem pengumpulan
(penentuan macam dan jumlah kendaraan yang dipilih, jumlah pekerjaan yang
dibutuhkan, jumlah dan bentuk TPS yang diperlukan).

2.3 Pengelolaan Sampah

Pengertian manajemen (pengelolaan) secara umum adalah merupakan

II-4
sebuah proses khas, yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan,
pengorganisasian, dan pengawasan, yang dilakukan untuk menentukan serta
mencapai sasaran- sasaran yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan
sumberdaya manusia serta sumber-sumber lain (Terry, 1986). Pengelolaan
sampah merupakan aktivitas khusus yang merupakan bagian dari suatu proses
manajemen.

Pengelolaan sampah padat dapat didefinisikan sebagai disiplin yang


terkait dengan pengontrolan timbulan sampah melalui proses penyimpanan,
pengumpulan, pengangkutan sampah, pengolahan, dan pembuangan limbah
padat yang sesuai dengan memperhatikan prinsip-prinsip kesehatan masyarakat
yang baik, ekonomi, teknik, konservasi, estetika, dan pertimbangan lingkungan
hidup lainnya, dan juga pertimbangan sikap masyarakat (Tchobanoglous,dkk,
1993). Menurut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008, pengelolaan sampah
adalah kegiatan yang sistematik, menyeluruh, dan berkesinambungan yang
meliputi pengurangan dan penanganan sampah. Amurwaraharja (2003)
menyatakan pengelolaan sampah merupakan perlakuan terhadap sampah untuk
memperkecil atau menghilangkan masalah-masalah yang berkaitan dengan
lingkungan.
Salvato (1982) mengemukakan bahwa ada beberapa aspek yang
termasuk dalam pengelolaan sampah, yaitu pewadahan sampah (storage),
pengumpulan (collection), pemindahan (transfer), pengangkutan (transport),
pengolahan (processing), dan pembuangan akhir (disposal).
Menurut Tchobanoglous, dkk, (1993) kegiatan yang terkait dengan
pengelolaan sampah padat mulai dari timbulan sampah sampai ke pembuangan
akhir telah dikelompokkan ke dalam enam elemen fungsional: (1) Timbulan
sampah, (2) penanganan limbah dan pemisahan, penyimpanan, dan pengelolaan
pada sumbernya, (3) Pengumpulan (4) pemisahan dan pengolahan dan
perubahan limbah padat, (5) pemindahan dan pengangkutan, dan (6)
pembuangan limbah padat.
Pengelolaan sampah di tingkat rumah tangga merupakan bagian dari

II-5
sistem pengelolaan sampah. Sistem yang dilakukan dalam pengelolaan sampah
ditingkat rumah tangga meliputi penanganan limbah dan pemisahan,
penyimpanan, dan pengolahan di sumber. Pengolahan pada sumbernya dapat
dilakukan setiap saat sebelum pengumpulan ke tempat pembuangan sementara.

1. Penanganan dan pemisahan sampah pada sumbernya (on-site handling and


separation), yang meliputi kegiatan pemisahan sampah rumah tangga yang
dihasilkan. Kegiatan khusus yang terkait dengan penanganan sampah di
sumber timbulan sampah akan bervariasi tergantung pada jenis limbah
yang terpisah untuk pemakaian ulang dan daur ulang dan sejauh mana
bahan-bahan tersebut dipisahkan dari timbulan sampah.
2. Penyimpanan sampah pada sumbernya (on-site storage), yang meliputi
kegiatan penyimpanan sampah dalam wadah yang telah disediakan. Faktor-
faktor yang harus dipertimbangkan dalam penyimpanan sampah meliputi
(a) efek dari penyimpanan pada komponen sampah (b) jenis wadah yang
akan digunakan (c) lokasi wadah, dan (d) kesehatan masyarakat dan estetika
3. Pengolahan sampah pada sumbernya (on-site processing), bertujuan untuk:
(a) mengurangi volume dengan jalan memanfaatkan kembali sampah yang
dihasilkan. Pengolahan sampah rumah tangga yang biasa dilakukan antara
lain mengubah sampah menjadi kompos, pakan ternak, atau dibakar.

Pengelolaan sampah bertujuan mengubah sampah menjadi bentuk yang


tidak mengganggu dan menekan volume sehingga mudah diatur, Saeni dan
Diah (2003). Pengelolaan sampah merupakan suatu hal yang kompleks karena
melibatkan banyak pihak, memerlukan teknologi, memerlukan dana yang
cukup besar dan keinginan yang kuat untuk melaksanakannya (Said, 1987).

Mengelola sampah pada dasarnya membutuhkan peran aktif dari


masyarakat terutama dalam mengurangi jumlah timbulan sampah, memilah
jenis sampah hingga berupaya menjadikan sampah menjadi lebih bermanfaat.
Peran ini telah banyak dilakukan di berbagai negara yang telah maju dan
berhasil. Peran ini didukung dengan adanya kampanye yang disosialisasikan
oleh pemerintah antara lain melalui konsep 3R yaitu Reduce, Reuse dan Recycle

II-6
(Kastaman, 2004). Uraian mengenai konsep 3R tersebut, sebagaimana
dijelaskan oleh Dinas Pekerjaan Umum (2007), adalah sebagai berikut :
1. Prinsip pertama adalah Reduce atau Reduksi sampah, yaitu upaya untuk
mengurangi timbulan sampah di lingkungan sumber dan bahkan dapat
dilakukan sejak sebelum sampah dihasilkan. Setiap sumber dapat
melakukan upaya reduksi sampah dengan cara mengubah pola hidup
konsumtif, yaitu perubahan kebiasaan dari yang boros dan menghasilkan
banyak sampah menjadi hemat/efisien dan sedikit sampah. Diperlukan
kesadaran dan kemauan masyarakat untuk mengubah perilaku tersebut.
Proses pemilahan sampah ini merupakan cara yang efektif untuk membantu
meningkatkan kinerja fasilitas dalam suatu pengelolaan sampah
(Tchobanoglous, dkk., 1993).
2. Prinsip kedua adalah Reuse yang berarti menggunakan kembali bahan atau
material agar tidak menjadi sampah (tanpa melalui proses pengolahan),
seperti menggunakan kertas bolak balik, menggunakan kembali botol bekas
minuman untuk tempat air, mengisi kaleng susu dengan susu isi ulang, dan
lain-lain. Dengan demikian, Reuse akan memperpanjang usia penggunaan
barang melalui perawatan dan pemanfaatan kembali barang secara langsung.
3. Prinsip ke tiga yaitu Recycle yang berarti mendaur ulang suatu bahan yang
sudah tidak berguna (sampah) menjadi bahan lain atau barang yang baru
setelah melalui proses pengolahan. Barang-barang seperti besi, kaca, ban
dan beberapa bahan lainnya memerlukan teknologi yang canggih, peralatan
yang moderen dan campur tangan pihak lain, untuk diubah menjadi bahan
baku. Selain itu beberapa sampah dapat didaur ulang secara langsung oleh
masyarakat dengan menggunakan teknologi dan alat yang sederhana,
seperti mengolah sisa kain perca menjadi selimut, kain lap, keset kaki, dan
sebagainya; atau sampah dapur berupa sisa-sisa makanan menjadi kompos.
Penerapan Konsep 3R pada pengelolaan tingkat masyarakat diharapkan
dapat memperkecil kuantitas dan kompleksitas sampah yang ditimbulkan.
Dengan mekanisme sistem yang baik hal tersebut terbukti telah mampu
mengurangi timbunan sampah di tempat pembuangan akhir dan hasil penjualan

II-7
bahan atau barang bernilai ekonomis dapat menjadi sumber biaya pengelolaan
(O’Leary dan Walsh, 1995).
Menurut Sudradjat (2008) model pengolahan sampah di Indonesia ada
dua macam yaitu :

a. Urugan, model ini merupakan cara yang paling sederhana, yaitu sampah
dibuang di lembah atau cekungan tanpa memberikan perlakuan. Urugan
atau model buang dan pergi itu bisa saja dilakukan pada lokasi yang tepat,
yaitu apabila tidak ada pemukiman di sekitarnya, tidak menimbulkan polusi
udara, polusi pada air sungai, longsor atau masalah estetika. Model ini
umum dilakukan untuk suatu kota yang volume sampahnya tidak begitu
besar.
b. Tumpukan, model ini bila dilaksanakan secara lengkap sebenarnya sama
dengan teknologi aerobik. Hanya saja tumpukan perlu dilengkapi dengan
unit saluran air buangan, pengolahan air buangan (leachate), dan
pembakaran ekses gas metan (flare). Model yang lengkap ini telah
memenuhi persyaratan kesehatan lingkungan.

Pengelolaan sampah di kota besar menurut Purwendro dan Nurhidayat


(2008) dapat dilakukan dengan dua sistem yaitu sistem sentralisasi dan sistem
desentralisasi. Kedua sistem tersebut dapat dipakai sebagai langkah
pengelolaan. Masing-masing sistem tersebut memunyai kelebihan dan
kekurangan. Sistem sentralisasi pengolahan sampah adalah pengolahan sampah
yang terpusat dari daerah yang cakupannya luas. Pengelolaan sampah dilakukan
pada tingkat tempat pembuangan akhir (TPA). Sistem desentralisasi pengolahan
sampah adalah pengolahan sampah pada area hulu atau penghasil sampah
pertama, sentra pengumpulan dan penampungan sampah dilakukan pada
tingkat cakupan daerah yang lebih kecil.

2.4 Dampak Sampah terhadap Manusia dan Lingkungan

Berkaitan dengan dampak yang ditimbulkan oleh sampah maka manusia


sebagai makhluk yang berakal dan berbudi tentu akan sedapat mungkin untuk

II-8
menghindari dampak yang merugikan itu dengan berbagai cara, khususnya
guna menangani dampak sampah sebaik mungkin secara berkesinambungan.
Adapun dampak sampah bagi manusia menurut Djunuryadi, (2003) di
antaranya adalah sebagai berikut :
1. Dapat menjadi sumber penyakit
Hal ini terjadi karena tempat pembuangan sampah yang tidak memenuhi
syarat kesehatan seperti terbuat dari bahan yang mudah dirusak serangga
dan hewan lain. Selain itu, tempat sampah tersebut tidak memiliki
penutup, dan lembab, ini menyebabkan lalat, nyamuk, maupun kecoa
menjadikannya sebagai sarang. Pembiakan vektor-vektor ini maka akan
mempermudah penularan penyakit yang lebih banyak seperti penyakit
tipus, malaria, demam berdarah, kolera, disentri, dan lain sebagainya,
sehingga manusia menjadi tidak sehat apabila sampah terabaikan.
2. Dapat menimbulkan pencemaran udara
Sampah yang tidak tertutup dan terdiri dari sisa makanan, sayuran,
bangkai binatang dapat menebarkan bau busuk, sehingga bila terhisap
akan menimbulkan gangguan pada pernapasan dan manusia menjadi tidak
merasa nyaman dan leluasa untuk menghirup udara bebas.
3. Dapat menimbulkan banjir
Apabila sampah tidak dibuang pada tempat yang telah disediakan
melainkan dibuang pada saluran air seperti sungai, got, dan saluran air
lainnya maka akan menghalangi aliran air tersebut sehingga pada musim
hujan dapat menimbulkan banjir karena saluran air tertutup oleh
banyaknya tumpukan sampah tersebut.
4. Dapat menimbulkan pencemaran air dan tanah
Pencemaran air ini bersumber dari buangan air industri (limbah industri),
sampah sisa buangan industri, terdiri dari bahan kimia atau sisa bahan
bakar yang akan meresap ke dalam tanah dan bila bahan ini terserap oleh
air. Hal ini dapat sangat merugikan makhluk hidup yang mengkomsumsi
air tersebut, disamping dapat menurunkan kadar produksi tanaman bila
lokasi buangan dekat lahan pertanian.

II-9
5. Dapat merusak keindahan kota.
Kota yang bersih tentu akan indah karena semuanya tertata dengan baik.
Sampah yang dibuang pada sembarang tempat atau sistem pembuangan
yang tidak teratur akan merusak keindahan kota dan estetika lingkungan.
6. Dapat menimbulkan bahaya kebakaran.
Sampah berupa benda yang dapat memicu timbulnya api seperti tabung
gas dan bahan buangan lainnya yang mudah meledak dan terbakar, yang
dibuang dekat pemukiman penduduk, karena kelalaian manusia dapat
menimbulkan kebakaran.
7. Dapat menimbulkan pencemaran air laut.
Hal ini merupakan kebiasaan penduduk yang berdiam di kota-kota
pelabuhan maupun daerah pesisir pantai yang membuang sampah di tepi
pantai maupun laut. Akibatnya laut menjadi kotor dan tercemar bila
sampah yang dibuang itu mengandung bahan-bahan kimia yang
berbahaya bagi kehidupan biota laut/perairan.

2.5 Masyarakat sebagai Komponen Inti dalam Pengelolaan Persampahan

Masyarakat diartikan sebagai sekelompok orang yang berkumpul


dengan alasan berbeda yaitu dapat dengan alasan geografi, ekonomi, sosial,
politik administrasi, dan alasan lain (UNEP-ICTE, 2003). Di dalam masyarakat
terdapat masyarakat yang lebih kecil yang disebut keluarga yang terdiri dari
beberapa anggota keluarga yang memunyai ikatan batin satu sama lain.
Keluarga merupakan unit kesatuan sosial terkecil yang memunyai peranan
yang sangat penting dalam membina anggota-anggotanya. Setiap anggota dari
suatu keluarga dituntut untuk mampu dan terampil dalam menanamkan
peranan sesuai dengan kedudukannya. Pada dasarnya, keluarga dapat
dibedakan menjadi dua yaitu keluarga inti (nuclear family) dan keluarga luas
(extended family). Minkler and Wallerstein (1997 dalam Mulasari dkk., 2006)
menyatakan bahwa konsep masyarakat dapat dipahami melalui dua teori yaitu
sistem ekologi dan sistem sosial. Sistem ekologi menggambarkan hubungan
antara masyarakat dengan lingkungan, sedangkan sistem sosial

II-10
menggambarkan hubungan masyarakat dengan masyarakat lainnya.
Masyarakat pada hakekatnya adalah sumber awal penumpukan sampah,
sehingga, masyarakat pula yang harus berperan untuk menjalankan fungsi
tertentu dalam konteks pengelolaan persampahan. Salah satu peran penting
yang dapat dijalankan oleh masyarakat adalah melakukan pemisahan sampah
sejak dari sumbernya (individu penghasil sampah seperti rumah tangga,
sekolah, rumah sakit, dan sebagainya). Pemisahan sampah (solid waste sorting)
ini dilakukan dengan alur berfikir sebagai berikut: jika sampah organik sudah
terpisahkan dengan sampah nir-organik sejak dari rumah tangga hunian,
kawasan niaga, kawasan wisata, taman, pantai dan jalan raya maka ketika
masing-masing jenis sampah tersebut sampai di TPS yang selanjutnya
dilakukan pengangkutan ke TPA sampah sudah terpisah dan siap diolah.
Besarnya timbulan sampah rumah tangga dipengaruhi oleh karakteristik
masyarakat, merupakan penghasil sampah. Menurut Tchobanoglous, dkk.
(1993), karakteristik masyarakat meliputi faktor: (1) perlakuan terhadap
sampah (pengelolaan sampah), (2) aktivitas sehari-hari, (3) keadaan rumah, (4)
jenis sampah, dan (5) kondisi ekonomi.
Komposisi jenis zat kandungan pada sampah perkotaan pada umumnya
terus berubah dari waktu ke waktu. Semakin tinggi kesejahteraan sosial
masyarakat maka kandungan bahan organiknya semakin rendah, sedangkan
kandungan plastik, dan kertas makin tinggi (Budirahardjo, 2002).

2.6 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Masyarakat dalam Mengelola


Sampah Rumah Tangga

Pengelolaan sampah bertujuan untuk meningkatkan kesehatan


masyarakat dan kualitas lingkungan serta menjadikan sampah sebagai
sumberdaya. Dari sudut pandang kesehatan lingkungan, pengelolaan sampah
dipandang baik jika sampah tersebut tidak menjadi media berkembang biaknya
bibit penyakit serta sampah tersebut tidak menjadi medium perantara
menyebarluasnya suatu penyakit. Syarat lainnya yang harus dipenuhi, yaitu
tidak mencemari udara, air dan tanah, tidak menimbulkan bau (tidak

II-11
mengganggu nilai estetika), tidak menimbulkan kebakaran dan yang lainnya
(Azwar, 1990).
Menurut Soemarwoto (2004), sumber daya manusia adalah pengelola
lingkungan yang handal sehingga masyarakat merupakan pengelola lingkungan.
Syarat utama kehandalan itu ialah bahwa masyarakat sadar lingkungan yang
berpandangan holistik, sadar hukum, dan memunyai komitmen terhadap
lingkungan.

Suarna (2008) menyatakan bahwa faktor-faktor yang memengaruhi


pengelolaan sampah di antaranya: (1) aspek sosial politik, yang menyangkut
kepedulian dan komitmen pemerintah dalam menentukan APBD untuk pengelolaan
lingkungan (sampah), membuat keputusan publik dalam pengelolaan sampah serta
upaya pendidikan, penyuluhan dan latihan keterampilan untuk meningkatkan
kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah, (2) aspek sosial
demografi yang meliputi sosial ekonomi (kegiatan pariwisata, pasar dan pertokoan,
dan kegiatan rumah tangga, (3) aspek sosial budaya yang menyangkut keberadaan
dan interaksi antarlembaga desa/adat, aturan adat (awig-awig), kegiatan ritual
(upacara adat/keagamaan), nilai struktur ruang Tri Mandala, jiwa pengabdian sosial
yang tulus, sikap mental dan perilaku warga yang apatis, (4) keberadan lahan untuk
tempat penampungan sampah, (5) finansial (keuangan), (6) keberadaan Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM), dan (7) koordinasi antar-lembaga yang terkait dalam
penanggulangan masalah lingkungan (sampah).

Selain itu, pengelolaan sampah perkotaan juga memiliki faktor-faktor


pendorong dan penghambat dalam upaya peningkatan partisipasi masyarakat
dalam pengelolaan sampah. Menurut hasil penelitian Nitikesari (2005), faktor-
faktor tersebut di antaranya adalah tingkat pendidikan, penempatan tempat
sampah di dalam rumah, keberadaan pemulung, adanya aksi kebersihan, adanya
peraturan tentang persampahan dan penegakan hukumnya.
Baron dan Byrne (2004) menyatakan bahwa menurut teori Frittz Heider
perilaku seseorang dipengaruhi oleh faktor internal seperti sikap dan motif serta
faktor eksternal seperti situasi atau lingkungan. Ahmadi (2007) menyatakan

II-12
bahwa sikap ialah suatu hal yang menentukan sifat, hakikat, baik perbuatan
sekarang maupun perbuatan yang akan datang. Sikap mempunyai 3 (tiga) aspek
yaitu kognitif, afektif dan konatif, sedangkan motif didefinisikan sebagai
sesuatu yang ada pada diri individu yang menggerakkan atau membangkitkan
sehingga individu itu berbuat sesuatu.

Untuk mengetahui orang-orang di sekitar kita dapat melalui beberapa


cara, yaitu 1) dengan melihat apa yang ditampakkan oleh orang yang
bersangkutan secara fisik, 2) langsung bertanya pada orang yang bersangkutan
tentang pemikirannya, tentang motifnya, dan 3) dari perilaku orang yang
bersangkutan (Walgito, 2003). Perilaku pengelolaan sampah merupakan salah
satu perbuatan yang tampak yang didorong oleh faktor internal dan faktor
eksternal.

2.8 Penelitian yang relevan

a. Sistem pengelolan sampah berbasis Masyarakat di Kampung Nelayan


Oesapa Kupang
Dalam penelitian tesis yang dilakukan oleh Roni M. Naatonis
Tahun 2010 di Kampung Nelayang Oesapa Kupang bertujuan untuk
mengkaji sistem pengelolaan sampah yang sesuai dengan keinginan
masyarakat di kampong nelayang Oesapa Kupang dengan cara :
1. Mengidentifikasi sistem pengelolaan sampah di Kampung
Nelayan Oesapa Kupang
2. Mengidentifikasi karakteristik masyarakat di Kampung Nelayang
Oesapa Kupang
3. Menganalisis sistem pengelolaan persampahan berbasis
masyarakat dalam pelaksanaan teknik operasional pengelolaan
sampah di kampong nelayan

Berdasarkan pengamatan selama survei dan pendekatan


kelembagaan terkait, maka pola operasional persampahan kampong
nelayan dapat dianalisis sebagai berikut :

II-13
1. Wilayah persampahan Kota Kupang telah mampu melayani
seluruh wilayah kecamatan (4 kecamatan) yang ada, namun
prosentasenhya masih kecil untuk setiap wilayah kecamatan. Di
daerah yang belum terlayani sementara ini daerah kampun
nelayan yang pengelolaan sampahnya masih dilakukan
masyarakat sendiri, khususnya yang mempunyai pekarangan
agak luas dengan cara meninmbun atau membakar sampah di
pekarangan rumah dan banyak pula yang dibuang keselokan atau
sungai, hal ini mengakibatkan terjadinya degradai lingkungan
yang dapat berakibat banjir.
2. Pola operasional untuk daerah pemukiman kampong nelayan
yang berdekatan dengan jalan dilakukan dengan door to door
dengan derobak atau kantong plastik. Akan tetapi pola ini
sebenarnya kurang efisien terutama sampah rumah tangga yang
jauh dari TPS.
b. Kajian Model Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat di
Kecamatan Wonocolo Kota Surabaya
Dalam Shinta Dewi Astari dan IDAA Warnadewanthi tahun 2010 di
Kecamatan Wonocolo Kota Surabaya bertujuan untuk :
1. Menghitung potensi reduksi sampah domestic skala rumah
tangga di Kecamatan Wonocolo Kota Surabaya.
2. Mengkaji peran serta masyarakat dan kelembagaan dalam
penerapan sistem reduksi sampah di Kecamatan Wonocolo
Kota Surabaya.
3. Menentukan model pemilahan dan daur ulang sampah yang
tepat untuk diterapkan di Kecamatan Wonocolo.

2.9 Kerangka berpikir

Perencanaan Sistem Pengelolaan persampahan di Kota Pontianak,


Kalimantan Barat dilakukan untuk turut serta membantu sistem pengelolaan

II-14
sampah yang lebih baik di Kota tersebut. Berikut kerangka berpikir dari
perencanaan ini :

Gambar 2.1 Diagram Alir Keranga Berpikir

2.10 Hipotesis Penelitian


Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah yang bersifat
praduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya. Hipotesis ilmiah mencoba
mengutarakan jawaban sementara terhadap masalah yang akan diteliti. Hipotesis
ini dapat dirumuskan sebagai berikut.
H0 :
 Pengelolaan sampah terpadu tidak mampu mengatasi permasalah
persampahan di Kota Pontianak, Kalimantan Barat
H1:
 Pengelolaan sampah terpadu mampu mengatasi permasalahan
persampahan di Kota Pontianak, Kalimantan Barat

II-15
BAB III

METODOLOGI PERENCANAAN

3.1 Tujuan Perencanaan Secara Operasional


Tujuan operasional penelitian berfungsi untuk menerangkan tujuan
penelitian yang hendak dicapai serta memberikan gambaran langkah-langkah
dalam pengerjaan selanjutnya. Tujuan operasioanal ini meliputi :

No Tujuan Operasional Data yang Dibutuhkan


1. Mengetahui kondisi eksisting pengelolaan sampah di Kota Pontianak
1. Aspek Teknik Operasioanal 1. Besar Timbulan dan Komposisi
Sampah
2. Pewadahan
3. Pengumpulan
4. Pemilahan
5. Penggunaan Ulang
6. Pendaur Ulangan
2. Aspek Kelembagaan Bentuk dan Struktur KSM
3. Aspek Pembiayaan Biaya retribusi Pengelolaan
Sampah
4. Aspek Hukum dan Peraturan Pengetahuan Masyarakat atas
Hukum dan Peraturan Pengelolaan
Sampah
5. Aspek Peran Serta Masyarakat Peran Aktif dan Pemberdayaan
Kapasitas Masyarakat
2. Merencanakan sistem pengelolaan sampah terpadu di Kota Pontianak
1. Mengetahui keadaan dan kondisi 1. Mengetahui segala bentuk
serta pola pikir perilaku/ kegiatan masyarakat
karakteristik dari masyarakat 2. Mengetahui kemampuan dan
kemauan terhadap upaya

III-1
mengurangi, memilah dan
mengolah sampah
2. Mengetahui tingkat kesadaran dan 1. Mengetahui berapa besar
peran serta masyarakat antusias masyarakat terhadap
kegiatan perencanaan melalui
sosialisasi
2. Mengetahui tingkat kesadaran
masyarakat akan pengelolaan
sampah dengan membagikan
kuisioner
3. Merencanakan sistem pengelolaan 1. Aspek Teknis Operasional
sampah terpadu yang meliputi 5 2. Aspek Kelembagaan
aspek pengelolaan sampah 3. Aspek Pembiayaan
4. Aspek Hukum dan Peraturan
5. Aspek Peran Serta Masyarakat

3.2 Waktu dan Tempat Perencanaan


Perencanaan ini difokuskan pada Kota Pontianak, Kalimantan Barat. Waktu
perencanaan dilaksanakan selama 4 bulan, yaitu bulan Juli-Oktober 2020.

3.3 Metode Penelitian


Metode penelitian yang digunakan adalag Penelitian Tindakan atau Action
research. Metode penelitian tindakan menurut Arikunto (2010) adalah penelitian
tentang hal-hal yang terjadi di masyarakat atau kelompok sasaran, dan hasilnya
langsung dikenakan pada masyarakat yang bersangkutan.

Ciri utama dari penelitian ini adalah adanya partisipasi dan kolabirasi antara
peneliti dengan anggota kelompok sasaran, penelitian tindakan mengadakan rangka
kerja penelitian empiris yang didasarkan pada observasi objektif pada masa
sekarang untuk memecahkan masalah-masalah baru, serta praktis dan actual dalam
kegiatan-kegiatan kerja. Karena itu, penelitian tindakan mempunyai sifat lebih

III-2
fleksibel, dan dapat mengorbankan kepentingan control demi adanya inovasi dan
bekerja dengan on the spot experimentation.

3.4 Teknik Pengumpulan Data


3.4.1 Data Primer
Data-data primer yang dibutuhkan yaitu timbulan sampah serta
komposisinya, peran serta masyarakat, kemampuan dan kemauan warga dalam
melakukan pengurangan, pemilahan serta pengolahan sampah menjadi kompos dan
kerajinan tangan yang didapatkan dengan sampling, kuisiober, dan wawancara.

3.4.2 Data Sekunder


Data-data sekunder yang dibutuhkan yaitu peraturan yang mengatur tentang
persampahan, laporan perencanaan terdahulu, kondisi wilayah dan sosial ekonomi
serta pengelolaan sampah eksisting yang didapatkan dari paper atau dokumen-
dokumen.

3.5 Teknik Pengumpulan Sampel


3.5.1 Timbulan dan Komposisi Sampah
Pengukuran timbulan sampah dilakukan sesuai dengan SNI19-3964-1994
tentang Metode Pengambilan dan Pengukuran Contoh Timbulan dan Komposisi
Sampah Perkotaan. Berikut adalah metodologi pengukuran timbulan sampah.

1. Cara pengambilan
Pengambilan contoh sampah dilakukan di sumber sampah yaitu
Kota Pontianak, Kalimantan Barat baik perumahan maupun fasilitas non
perumahan selama 8 hari berturut-turut.
2. Perhitungan jumlah sampel
a. Perhitungan jumlah sampel dan KK
𝑆 = 𝐶𝑑√𝑃𝑠
Keterangan :
S = jumlah Contoh (Jiwa)
Cd = koefisien perumahan
Ps = populasi (jiwa)

III-3
𝐾 =𝑆÷𝑁
Keterangan :
K = Jumlah Contoh (KK)
N = Jumlah Jiwa per keluarga
Diketahui :
Cd = 1( menurut SNI 19-3964-1994, Kota Pontianak termasuka Kota
metropolitan)
Ps = 31.151 jiwa (Data Kota Pontianak)
N = 5 jiwa/ Kk
Maka:
𝑆 = 𝐶𝑑√𝑃𝑠
= 1√31.151
= 176,5 jiwa = 177 jiwa
177
𝐾 =𝑆÷𝑁 = = 36 𝐾𝐾
5

3.5.3 Wawancara
Alat-alat wawancara yang dipakai penelitit antara lain :

 Buku catatan berfungsi untuk mencatat semua percakapan dengan sumber


data, dapat juga menggunaka notebook.
 Perekam suara berfungsi untuk merekam semua percakapan atau
pembicaraan.
 Kamera berfungsi untuk mengambil gambar narasumber saat melakukan
pembicaraan dengan peneliti. Dengan adanya foto, maka dapat
meningkatkan keabsahan penelitian akan lebih terjamin karena peneliti
betul-betul melakukan pengambilan data.

3.5.4 Observasi
Merupakan suatu kegiatan pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan
perhatian terhadap suatu objek dengan mengunakan seluruh alat indera ( Arikunto,
2010).

III-4
3.5.5 Dokumentasi
Dalam tahap ini, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-
buku, dokumen, peraturan-peraturan, dan sebagainya (Arikunto, 2010).

3.6 Teknik Pengolahan Data


Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data, perlu segera dikerjakan
oleh peneliti atau sering disebut pengolahan data. Tahap pengolaha data terdiri dari
2 tahap yaitu :

1. Persiapan
Persiapan yang dimaksud disini berupa kegiatan pengecekan kelengkapan data
yang dibutuhkan dan pengecekan macam isian data yang telah terkumpul.
2. Tabulasi
Pada tahap ini dilakukan pemindahan data yang telah terkumpul ke dalam
mesin pengolah data (laptop/computer). Tabulasi berisi hasil dari kuisioner.

3.7 Teknik Analisis Data


Sebelum merencanakan suatu kegiatan, kita harus mengetahui kondisi
wilayah yang akan dijadikan sebagai tempat perencanaan. Ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan yaitu melakukan survei serta pembagian kuisioner untuk
mengetahui keadaan serta pola perilaku dari masyarakat agar dapat dilakukan
pendekatan sehingga mereka berkeinginan untuk ikut serta dalam upaya
pengelolaan sampah di wilayahnya. Hal yang perlu diperhatikan yaitu :

3.7.1 Kondisi Eksisting Pengelolaan Sampah


Informasi mengenai pengeloaan samah saat ini diperoleh dari penyebaran
daftar pertanyaan (kuisioner) kepada warga, wawancara terhadap pihak pengelola
serta survei untuk melihat pengelolaan sampah secara langsung.

3.7.2 Perencanaa Pengeloaan Sampah terpadu


Hal-hal yang dianalisa :

3.7.2.1 Kegiatan yang dilakukan


Pengelolaan sampah terpadu dirancang untuk mewujudkan pengelolaan
sampah ditingkat sumber dengan melibatkan masyarakat untuk mengelola sampah.

III-5
Sehingga terbentuk sebuah sistem pengelolaan sampah yang efektif dan efisien
dengan melibatkan peran serta masyarakat dalam pelaksanaannya, berikut adalag
kegiatan utama yang harus dilakukan dalam pelaksanaan pengelolaan sampah
terpadu, yaitu :

1. Persiapan
a. Pendalaman kondisi wilayah
Pendalaman kondisi wilayah meliputi, pengumpulan data
administratif, tata guna lahan, jumlah fasilitas yang ada di wilayah
penelitian, data pengelolaan sampah eksisting serta jumlah timbulan dan
komposisi sampah di Kota Pontianak.
b. Pemahaman potensu dan karakter masyarakat
Dalam tahap ini dilakukan pendekatan kepada masyarakat untuk
mengetahui karakteristik dan potensi masyarakat setempat sehingga
diharapkan dapat membantu perencanaan yang akan dilakukan.
Pendekatan lebih dahulu dilakukan ke tokoh masyarakat untuk
memudahkan pendekatan ke warga. Selain itu, dilakukan juga pengisian
kuisioner untuk mengetahui tingkat partisipasi masyarakat terhadap
pengelolaan sampah eksisting.

3.7.2.2 Perencanaan Sistem Pengelolaan Sampah Terpadu


Merencanakan suatu tempat pengolahan sampah secara terpadu yang terdiri
dari unit pengolahan sampah organik dan anorganik serta unit pendukung lainnya
untuk mengurangi jumlah timbulan sebelum masuk ke TPA.

III-6
3.8 Diagram Alir Perencanaan

Gambar 2 Diagram Alir Perencanaan

III-7
DAFTAR PUSTAKA

 Alfiandra. 2010. Pengelolaan Persampahan 3R Di Kelurahan Ngaliyan dan


Kalipancur Kota Semarang. Tesis. Semarang: Universitas Diponegoro.
http://eprints.undip.ac.id/24266/1/ALFIANDRA.pdf
 Artiningsih, Ni Komang Ayu. 2008. Peran Serta Masyarakat Dalam
Pengelolaan Sampah Rumah Tangga (Studi Kasus Di Sampangan dan
Jombang, Kota Semarang). Tesis. Semarang: Universitas Diponegoro.
http://eprints.undip.ac.id/18387/1/Ni__Komang__Ayu__Artiningsih.pdf
 Departemen Pekerjaan Umum. 2006. Materi Pelatihan Teknis Bidang
Persampahan. Depertemen Pekerjaan Umum Propinsi Kalimantan Barat.
 Edo. 2008. Studi Sistem Pengelolaan Sampah di Kota Mempawah
Kabupaten Pontianak. Skripsi. Pontianak: Universitas Tanjungpura.
 Fitriani, Rita. 2007. Studi Alternatif Rute Pengangkutan Sampah Kota
Ngabang. Skripsi. Pontianak: Universitas Tanjungpura.
 Isa, Meykowati. 2010. Sistem Pengelolaan Sampah di Kota Tilamuta
Kabupaten Boalemo Propinsi Gorontalo. Tesis. Semarang: Universitas
Diponegoro
 Kisworo. 2010. Analisis Kebutuhan Peralatan Angkut Berdasarkan
Timbulan Sampah di Kelurahan Bejen Kecamatan Karanganyar Kabupaten
Karanganyar. Tugas Akhir. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
 Nazir, Moh. 1983. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
 Rizaldi, Rizki. 2008. Pengelolaan Sampah Secara Terpadu Di Perumahan
Dayu Permai Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Islam
Indonesia.
http://rac.uii.ac.id/server/document/Public/SKRIPSI.pdf.
 SNI 19-3964-1994 dan SNI M 36-1991- 03 Metode Pengambilan dan
Pengukuran Contoh Timbulan dan Komposisi Sampah Perkotaan.
 SNI 19-3983-1995 tentang Spesifikasi Timbulan Sampah untuk Kota Kecil
dan Kota Sedang di Indonesia.

4
 SNI 19-2454-2002 tentang Tata Cara Teknik Operasional Pengelolaan
Sampah Perkotaan, Badan Standar Nasional (BSN).
 SNI 03-3242-1994 tentang Pengelolaan Sampah di Permukiman, Badan
Standar Nasional (BSN).
 Sugiyono, DR. 2003. Statistika untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta.
Tchobanoglous, G., Teisen H., Eliasen, R, 1977, Solid Wastes, Mc.Graw
Hill : Kogakusha, Ltd.
 Yones, Indra. 2007. Kajian Pengelolaan Sampah di Kota Ranai Ibukota
Kabupaten Natuna Propinsi Kepulauan Riau. Tesis. Semarang: Universitas
Diponegoro.

Anda mungkin juga menyukai