METODOLOGI RISET
DISUSUN OLEH:
RENI ARTATI
21080117120003
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2019
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...................................................................................................................... 1
BAB I ................................................................................................................................I-1
PENDAHULUAN ...........................................................................................................I-1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................I-1
1.2 Identifikasi Masalah ......................................................................................I-2
1.3 Pembatasan Masalah ......................................................................................I-2
1.4 Rumusan Masalah ..........................................................................................I-3
1.5 Tujuan Perencanaan .......................................................................................I-3
1.6 Ruang Lingkup Perencanaan ........................................................................I-3
1.7 Manfaat Perencanaan .....................................................................................I-4
BAB II ............................................................................................................................ II-1
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................ II-1
2.1 Pengertian Sampah ....................................................................................... II-1
2.1.1 Sampah sebagai Limbah ...................................................................... II-1
2.1.2 Sampah sebagai Sumberdaya .............................................................. II-2
2.2 Sumber, Jenis, dan Jumlah Sampah ........................................................... II-2
2.3 Pengelolaan Sampah ..................................................................................... II-4
2.4 Dampak Sampah terhadap Manusia dan Lingkungan ............................. II-8
2.5 Masyarakat sebagai Komponen Inti dalam Pengelolaan Persampahan II-10
2.6 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Masyarakat dalam Mengelola Sampah
Rumah Tangga ........................................................................................................ II-11
2.8 Penelitian yang relevan............................................................................... II-13
2.9 Kerangka berpikir ...................................................................................... II-14
2.10 Hipotesis Penelitian ..................................................................................... II-15
BAB III.......................................................................................................................... III-1
METODOLOGI PERENCANAAN ........................................................................... III-1
3.1 Tujuan Perencanaan Secara Operasional .................................................. III1
3.2 Waktu dan Tempat Perencanaan ............................................................... III-2
3.3 Metode Penelitian......................................................................................... III-2
3.4 Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... III-3
3.4.1 Data Primer .......................................................................................... III-3
3.4.2 Data Sekunder ....................................................................................... III3
1
3.5 Teknik Pengumpulan Sampel ..................................................................... III-3
3.5.1 Timbulan dan Komposisi Sampah ..................................................... III-3
3.5.3 Wawancara ........................................................................................... III-4
3.5.4 Observasi .............................................................................................. III-4
3.5.5 Dokumentasi ......................................................................................... III-5
3.6 Teknik Pengolahan Data ............................................................................. III-5
3.7 Teknik Analisis Data.................................................................................... III-5
3.7.1 Kondisi Eksisting Pengelolaan Sampah ............................................. III-5
3.7.2 Perencanaa Pengeloaan Sampah terpadu .......................................... III-5
3.8 Diagram Alir Perencanaan ......................................................................... III-7
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 4
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kota Pontianak adalah pusat kota dari pemerintahan Kalimantan Barat. Dari
berbagai kota yang ada, kota Pontianak berkembang dengan pesat dari berbagai
macam sektor. Pembangunan dan pertumbuhan ekonomi di kota Pontianak
memberikan permasalahan yang berkaitan dengan kerusakan lingkungan. Dari
sektor terebut, sampah merupakan permasalahan yang sangat memerlukan
perhatian. Tumpukan sampah yang ada di TPA belum dikelola dengan maksimal.
Pola pikir dan pola hidup masyarakat Kota Pontianak yang kurang memperhatikan
kebersihan dan estetika lingkungan mengakibatkan sampah semakin tidak terurus.
Oleh karena itu, terjadinya konflik antara pemerintah dan masyarakat. Perkiraan
dampak penting suatu lokasi Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) sampah yang
berpengaruh kepada masyarakat saat operasi dan sesudah operasi harus sudah dapat
diduga sebelumnya. Pendugaan dampak ini berkaitan denfan penerapan kriteria
regional pemilihan lokasi Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) sampah yang telah
diatur dalam Surat Keputusan Standar Nasional Indonesia (SK SNI 19-3241-1994).
I-1
Jarak tempuh yang jauh antara Kota Pontianak dengan TPA Batu Layang
yaitu 60 km, menyebabkan biaya operasional yang tinggi dan ritasi yang sedikit
sehingga pelayanan yang dilakukan oleh pemerintah provinsi Kalimantan Barat
tidak berjalan optimal dan juga mahalnya biaya penambahan alat angkut untuk
menambah pelayananke masyarakat. Selain itu juga pengurangan sampah organik
dan anorganik di Kota Pontianak bagian hulu belum terlaksana secara baik.
Hal ini dibuktikan dengan kinerja bank sampah di Kota Pontianak belum
optimal. Kelembagaannya masih belum memiliki struktur yang jelas sehingga
dalam pelaksanaannya tidak ada yang bertanggung jawab. Oleh karena itu, perlu
perencanaan pengelolaan sampah dengan melibatkan peran serta masyarakat
sehingga masyarakat mau ikut serta bertanggung jawab dalam memecahkan
masalah persampahan di lingakunga masing-masing dengan mendorong
pengelolaan sampah dari hulu, meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam
pengelolaan sampah, mengoptimalkan kinerja bank sampah.
I-2
1. Sumber sampah dalam perencanaan ini adalah sampah rumah tangga atau
sampah domestic yang ada di Kota Pontianak, Kalimantan Barat
2. Analisis kondisi eksisting sistem pengelolaan persampahan mengenai
pengumpulan, pewadahan, pemindahan hingga ke TPS di Kota Pontianak,
Kalimantan Barat
3. Merencanakan sistem pengelolaan sampah terpadu meliputi teknik
operasional, kelembagaan, pembiayaan, organisasi, dan peran serta
masyarakat di Kota Pontianak, Kalimantan Barat
I-3
3. Merencanakan sistem pengelolaan sampah terpadu meliputi teknis
operasional, kelembagaan, pembiayaan, dan peran serta masyarakat di Kota
Pontianak, Kalimantan Barat.
I-4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Sampah
II-1
nir-organik berupa sampah padat yang cukup kering dan sulit terurai oleh
mikroorganisme karena memiliki rantai karbon yang panjang dan kompleks
seperti kaca, besi, plastik, dan lain-lain.
Apabila tidak dikelola dengan baik sampah dapat menjadi sumber
pencemar lingkungan sehingga mengakibatkan lingkungan menjadi kotor,
pencemaran udara, air, tanah, menjadi tempat berkembangnya bibit penyakit,
serta menyumbat saluran air yang menyebabkan banjir. Selain itu sering pula
timbunan sampah merusak keindahan kota dan menimbulkan bau yang kurang
enak.
Berdasarkan berbagai definisi sampah di atas, maka sampah dapat
diartikan sebagai limbah padat sisa aktivitas manusia/masyarakat, tidak
terpakai, dapat bersifat organik maupun nir-organik. Karena membahayakan
kesehatan lingkungan, sampah harus dibuang/disingkirkan/dikelola dari
lingkungan sehingga diperlukan biaya yang tidak sedikit untuk mengelola
sampah dalam suatu wilayah.
II-2
pembongkaran, (5) pelayanan perkotaan, (6) pengolahan di alam, (7) industri,
(8) pertanian, (9) sampah daerah peternakan, (10) sampah daerah
pertambangan, (11) sampah dari jalan, dan lainnya.
II-3
waktu yang sangat lama. Sampah jenis ini dapat berasal dari rumah tangga,
misalnya berupa botol, botol plastik, tas plastik, dan kaleng.
II-4
sebuah proses khas, yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan,
pengorganisasian, dan pengawasan, yang dilakukan untuk menentukan serta
mencapai sasaran- sasaran yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan
sumberdaya manusia serta sumber-sumber lain (Terry, 1986). Pengelolaan
sampah merupakan aktivitas khusus yang merupakan bagian dari suatu proses
manajemen.
II-5
sistem pengelolaan sampah. Sistem yang dilakukan dalam pengelolaan sampah
ditingkat rumah tangga meliputi penanganan limbah dan pemisahan,
penyimpanan, dan pengolahan di sumber. Pengolahan pada sumbernya dapat
dilakukan setiap saat sebelum pengumpulan ke tempat pembuangan sementara.
II-6
(Kastaman, 2004). Uraian mengenai konsep 3R tersebut, sebagaimana
dijelaskan oleh Dinas Pekerjaan Umum (2007), adalah sebagai berikut :
1. Prinsip pertama adalah Reduce atau Reduksi sampah, yaitu upaya untuk
mengurangi timbulan sampah di lingkungan sumber dan bahkan dapat
dilakukan sejak sebelum sampah dihasilkan. Setiap sumber dapat
melakukan upaya reduksi sampah dengan cara mengubah pola hidup
konsumtif, yaitu perubahan kebiasaan dari yang boros dan menghasilkan
banyak sampah menjadi hemat/efisien dan sedikit sampah. Diperlukan
kesadaran dan kemauan masyarakat untuk mengubah perilaku tersebut.
Proses pemilahan sampah ini merupakan cara yang efektif untuk membantu
meningkatkan kinerja fasilitas dalam suatu pengelolaan sampah
(Tchobanoglous, dkk., 1993).
2. Prinsip kedua adalah Reuse yang berarti menggunakan kembali bahan atau
material agar tidak menjadi sampah (tanpa melalui proses pengolahan),
seperti menggunakan kertas bolak balik, menggunakan kembali botol bekas
minuman untuk tempat air, mengisi kaleng susu dengan susu isi ulang, dan
lain-lain. Dengan demikian, Reuse akan memperpanjang usia penggunaan
barang melalui perawatan dan pemanfaatan kembali barang secara langsung.
3. Prinsip ke tiga yaitu Recycle yang berarti mendaur ulang suatu bahan yang
sudah tidak berguna (sampah) menjadi bahan lain atau barang yang baru
setelah melalui proses pengolahan. Barang-barang seperti besi, kaca, ban
dan beberapa bahan lainnya memerlukan teknologi yang canggih, peralatan
yang moderen dan campur tangan pihak lain, untuk diubah menjadi bahan
baku. Selain itu beberapa sampah dapat didaur ulang secara langsung oleh
masyarakat dengan menggunakan teknologi dan alat yang sederhana,
seperti mengolah sisa kain perca menjadi selimut, kain lap, keset kaki, dan
sebagainya; atau sampah dapur berupa sisa-sisa makanan menjadi kompos.
Penerapan Konsep 3R pada pengelolaan tingkat masyarakat diharapkan
dapat memperkecil kuantitas dan kompleksitas sampah yang ditimbulkan.
Dengan mekanisme sistem yang baik hal tersebut terbukti telah mampu
mengurangi timbunan sampah di tempat pembuangan akhir dan hasil penjualan
II-7
bahan atau barang bernilai ekonomis dapat menjadi sumber biaya pengelolaan
(O’Leary dan Walsh, 1995).
Menurut Sudradjat (2008) model pengolahan sampah di Indonesia ada
dua macam yaitu :
a. Urugan, model ini merupakan cara yang paling sederhana, yaitu sampah
dibuang di lembah atau cekungan tanpa memberikan perlakuan. Urugan
atau model buang dan pergi itu bisa saja dilakukan pada lokasi yang tepat,
yaitu apabila tidak ada pemukiman di sekitarnya, tidak menimbulkan polusi
udara, polusi pada air sungai, longsor atau masalah estetika. Model ini
umum dilakukan untuk suatu kota yang volume sampahnya tidak begitu
besar.
b. Tumpukan, model ini bila dilaksanakan secara lengkap sebenarnya sama
dengan teknologi aerobik. Hanya saja tumpukan perlu dilengkapi dengan
unit saluran air buangan, pengolahan air buangan (leachate), dan
pembakaran ekses gas metan (flare). Model yang lengkap ini telah
memenuhi persyaratan kesehatan lingkungan.
II-8
menghindari dampak yang merugikan itu dengan berbagai cara, khususnya
guna menangani dampak sampah sebaik mungkin secara berkesinambungan.
Adapun dampak sampah bagi manusia menurut Djunuryadi, (2003) di
antaranya adalah sebagai berikut :
1. Dapat menjadi sumber penyakit
Hal ini terjadi karena tempat pembuangan sampah yang tidak memenuhi
syarat kesehatan seperti terbuat dari bahan yang mudah dirusak serangga
dan hewan lain. Selain itu, tempat sampah tersebut tidak memiliki
penutup, dan lembab, ini menyebabkan lalat, nyamuk, maupun kecoa
menjadikannya sebagai sarang. Pembiakan vektor-vektor ini maka akan
mempermudah penularan penyakit yang lebih banyak seperti penyakit
tipus, malaria, demam berdarah, kolera, disentri, dan lain sebagainya,
sehingga manusia menjadi tidak sehat apabila sampah terabaikan.
2. Dapat menimbulkan pencemaran udara
Sampah yang tidak tertutup dan terdiri dari sisa makanan, sayuran,
bangkai binatang dapat menebarkan bau busuk, sehingga bila terhisap
akan menimbulkan gangguan pada pernapasan dan manusia menjadi tidak
merasa nyaman dan leluasa untuk menghirup udara bebas.
3. Dapat menimbulkan banjir
Apabila sampah tidak dibuang pada tempat yang telah disediakan
melainkan dibuang pada saluran air seperti sungai, got, dan saluran air
lainnya maka akan menghalangi aliran air tersebut sehingga pada musim
hujan dapat menimbulkan banjir karena saluran air tertutup oleh
banyaknya tumpukan sampah tersebut.
4. Dapat menimbulkan pencemaran air dan tanah
Pencemaran air ini bersumber dari buangan air industri (limbah industri),
sampah sisa buangan industri, terdiri dari bahan kimia atau sisa bahan
bakar yang akan meresap ke dalam tanah dan bila bahan ini terserap oleh
air. Hal ini dapat sangat merugikan makhluk hidup yang mengkomsumsi
air tersebut, disamping dapat menurunkan kadar produksi tanaman bila
lokasi buangan dekat lahan pertanian.
II-9
5. Dapat merusak keindahan kota.
Kota yang bersih tentu akan indah karena semuanya tertata dengan baik.
Sampah yang dibuang pada sembarang tempat atau sistem pembuangan
yang tidak teratur akan merusak keindahan kota dan estetika lingkungan.
6. Dapat menimbulkan bahaya kebakaran.
Sampah berupa benda yang dapat memicu timbulnya api seperti tabung
gas dan bahan buangan lainnya yang mudah meledak dan terbakar, yang
dibuang dekat pemukiman penduduk, karena kelalaian manusia dapat
menimbulkan kebakaran.
7. Dapat menimbulkan pencemaran air laut.
Hal ini merupakan kebiasaan penduduk yang berdiam di kota-kota
pelabuhan maupun daerah pesisir pantai yang membuang sampah di tepi
pantai maupun laut. Akibatnya laut menjadi kotor dan tercemar bila
sampah yang dibuang itu mengandung bahan-bahan kimia yang
berbahaya bagi kehidupan biota laut/perairan.
II-10
menggambarkan hubungan masyarakat dengan masyarakat lainnya.
Masyarakat pada hakekatnya adalah sumber awal penumpukan sampah,
sehingga, masyarakat pula yang harus berperan untuk menjalankan fungsi
tertentu dalam konteks pengelolaan persampahan. Salah satu peran penting
yang dapat dijalankan oleh masyarakat adalah melakukan pemisahan sampah
sejak dari sumbernya (individu penghasil sampah seperti rumah tangga,
sekolah, rumah sakit, dan sebagainya). Pemisahan sampah (solid waste sorting)
ini dilakukan dengan alur berfikir sebagai berikut: jika sampah organik sudah
terpisahkan dengan sampah nir-organik sejak dari rumah tangga hunian,
kawasan niaga, kawasan wisata, taman, pantai dan jalan raya maka ketika
masing-masing jenis sampah tersebut sampai di TPS yang selanjutnya
dilakukan pengangkutan ke TPA sampah sudah terpisah dan siap diolah.
Besarnya timbulan sampah rumah tangga dipengaruhi oleh karakteristik
masyarakat, merupakan penghasil sampah. Menurut Tchobanoglous, dkk.
(1993), karakteristik masyarakat meliputi faktor: (1) perlakuan terhadap
sampah (pengelolaan sampah), (2) aktivitas sehari-hari, (3) keadaan rumah, (4)
jenis sampah, dan (5) kondisi ekonomi.
Komposisi jenis zat kandungan pada sampah perkotaan pada umumnya
terus berubah dari waktu ke waktu. Semakin tinggi kesejahteraan sosial
masyarakat maka kandungan bahan organiknya semakin rendah, sedangkan
kandungan plastik, dan kertas makin tinggi (Budirahardjo, 2002).
II-11
mengganggu nilai estetika), tidak menimbulkan kebakaran dan yang lainnya
(Azwar, 1990).
Menurut Soemarwoto (2004), sumber daya manusia adalah pengelola
lingkungan yang handal sehingga masyarakat merupakan pengelola lingkungan.
Syarat utama kehandalan itu ialah bahwa masyarakat sadar lingkungan yang
berpandangan holistik, sadar hukum, dan memunyai komitmen terhadap
lingkungan.
II-12
bahwa sikap ialah suatu hal yang menentukan sifat, hakikat, baik perbuatan
sekarang maupun perbuatan yang akan datang. Sikap mempunyai 3 (tiga) aspek
yaitu kognitif, afektif dan konatif, sedangkan motif didefinisikan sebagai
sesuatu yang ada pada diri individu yang menggerakkan atau membangkitkan
sehingga individu itu berbuat sesuatu.
II-13
1. Wilayah persampahan Kota Kupang telah mampu melayani
seluruh wilayah kecamatan (4 kecamatan) yang ada, namun
prosentasenhya masih kecil untuk setiap wilayah kecamatan. Di
daerah yang belum terlayani sementara ini daerah kampun
nelayan yang pengelolaan sampahnya masih dilakukan
masyarakat sendiri, khususnya yang mempunyai pekarangan
agak luas dengan cara meninmbun atau membakar sampah di
pekarangan rumah dan banyak pula yang dibuang keselokan atau
sungai, hal ini mengakibatkan terjadinya degradai lingkungan
yang dapat berakibat banjir.
2. Pola operasional untuk daerah pemukiman kampong nelayan
yang berdekatan dengan jalan dilakukan dengan door to door
dengan derobak atau kantong plastik. Akan tetapi pola ini
sebenarnya kurang efisien terutama sampah rumah tangga yang
jauh dari TPS.
b. Kajian Model Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat di
Kecamatan Wonocolo Kota Surabaya
Dalam Shinta Dewi Astari dan IDAA Warnadewanthi tahun 2010 di
Kecamatan Wonocolo Kota Surabaya bertujuan untuk :
1. Menghitung potensi reduksi sampah domestic skala rumah
tangga di Kecamatan Wonocolo Kota Surabaya.
2. Mengkaji peran serta masyarakat dan kelembagaan dalam
penerapan sistem reduksi sampah di Kecamatan Wonocolo
Kota Surabaya.
3. Menentukan model pemilahan dan daur ulang sampah yang
tepat untuk diterapkan di Kecamatan Wonocolo.
II-14
sampah yang lebih baik di Kota tersebut. Berikut kerangka berpikir dari
perencanaan ini :
II-15
BAB III
METODOLOGI PERENCANAAN
III-1
mengurangi, memilah dan
mengolah sampah
2. Mengetahui tingkat kesadaran dan 1. Mengetahui berapa besar
peran serta masyarakat antusias masyarakat terhadap
kegiatan perencanaan melalui
sosialisasi
2. Mengetahui tingkat kesadaran
masyarakat akan pengelolaan
sampah dengan membagikan
kuisioner
3. Merencanakan sistem pengelolaan 1. Aspek Teknis Operasional
sampah terpadu yang meliputi 5 2. Aspek Kelembagaan
aspek pengelolaan sampah 3. Aspek Pembiayaan
4. Aspek Hukum dan Peraturan
5. Aspek Peran Serta Masyarakat
Ciri utama dari penelitian ini adalah adanya partisipasi dan kolabirasi antara
peneliti dengan anggota kelompok sasaran, penelitian tindakan mengadakan rangka
kerja penelitian empiris yang didasarkan pada observasi objektif pada masa
sekarang untuk memecahkan masalah-masalah baru, serta praktis dan actual dalam
kegiatan-kegiatan kerja. Karena itu, penelitian tindakan mempunyai sifat lebih
III-2
fleksibel, dan dapat mengorbankan kepentingan control demi adanya inovasi dan
bekerja dengan on the spot experimentation.
1. Cara pengambilan
Pengambilan contoh sampah dilakukan di sumber sampah yaitu
Kota Pontianak, Kalimantan Barat baik perumahan maupun fasilitas non
perumahan selama 8 hari berturut-turut.
2. Perhitungan jumlah sampel
a. Perhitungan jumlah sampel dan KK
𝑆 = 𝐶𝑑√𝑃𝑠
Keterangan :
S = jumlah Contoh (Jiwa)
Cd = koefisien perumahan
Ps = populasi (jiwa)
III-3
𝐾 =𝑆÷𝑁
Keterangan :
K = Jumlah Contoh (KK)
N = Jumlah Jiwa per keluarga
Diketahui :
Cd = 1( menurut SNI 19-3964-1994, Kota Pontianak termasuka Kota
metropolitan)
Ps = 31.151 jiwa (Data Kota Pontianak)
N = 5 jiwa/ Kk
Maka:
𝑆 = 𝐶𝑑√𝑃𝑠
= 1√31.151
= 176,5 jiwa = 177 jiwa
177
𝐾 =𝑆÷𝑁 = = 36 𝐾𝐾
5
3.5.3 Wawancara
Alat-alat wawancara yang dipakai penelitit antara lain :
3.5.4 Observasi
Merupakan suatu kegiatan pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan
perhatian terhadap suatu objek dengan mengunakan seluruh alat indera ( Arikunto,
2010).
III-4
3.5.5 Dokumentasi
Dalam tahap ini, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-
buku, dokumen, peraturan-peraturan, dan sebagainya (Arikunto, 2010).
1. Persiapan
Persiapan yang dimaksud disini berupa kegiatan pengecekan kelengkapan data
yang dibutuhkan dan pengecekan macam isian data yang telah terkumpul.
2. Tabulasi
Pada tahap ini dilakukan pemindahan data yang telah terkumpul ke dalam
mesin pengolah data (laptop/computer). Tabulasi berisi hasil dari kuisioner.
III-5
Sehingga terbentuk sebuah sistem pengelolaan sampah yang efektif dan efisien
dengan melibatkan peran serta masyarakat dalam pelaksanaannya, berikut adalag
kegiatan utama yang harus dilakukan dalam pelaksanaan pengelolaan sampah
terpadu, yaitu :
1. Persiapan
a. Pendalaman kondisi wilayah
Pendalaman kondisi wilayah meliputi, pengumpulan data
administratif, tata guna lahan, jumlah fasilitas yang ada di wilayah
penelitian, data pengelolaan sampah eksisting serta jumlah timbulan dan
komposisi sampah di Kota Pontianak.
b. Pemahaman potensu dan karakter masyarakat
Dalam tahap ini dilakukan pendekatan kepada masyarakat untuk
mengetahui karakteristik dan potensi masyarakat setempat sehingga
diharapkan dapat membantu perencanaan yang akan dilakukan.
Pendekatan lebih dahulu dilakukan ke tokoh masyarakat untuk
memudahkan pendekatan ke warga. Selain itu, dilakukan juga pengisian
kuisioner untuk mengetahui tingkat partisipasi masyarakat terhadap
pengelolaan sampah eksisting.
III-6
3.8 Diagram Alir Perencanaan
III-7
DAFTAR PUSTAKA
4
SNI 19-2454-2002 tentang Tata Cara Teknik Operasional Pengelolaan
Sampah Perkotaan, Badan Standar Nasional (BSN).
SNI 03-3242-1994 tentang Pengelolaan Sampah di Permukiman, Badan
Standar Nasional (BSN).
Sugiyono, DR. 2003. Statistika untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta.
Tchobanoglous, G., Teisen H., Eliasen, R, 1977, Solid Wastes, Mc.Graw
Hill : Kogakusha, Ltd.
Yones, Indra. 2007. Kajian Pengelolaan Sampah di Kota Ranai Ibukota
Kabupaten Natuna Propinsi Kepulauan Riau. Tesis. Semarang: Universitas
Diponegoro.