Anda di halaman 1dari 2

EFEK ETIL ASETAT TERHADAP STRUKTUR HEPAR DAN KADAR SGPT,SGOT MENCIT (Mus

musculus L.) JANTAN


DODY SATRIYO LEKSONO
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Toksikologi adalah ilmu yang mempelajari hal ikhwal racun terutama pengaruhnya pada
makhluk hidup. Toksikologi merupakan ilmu yang disusun dari banyak ilmu terkait
(multidipliner) seperti ilmu kimia, biokimia, biologi, ilmu faal, patologi, farmakologi dan ilmu
kesehatan masyarakat. Dalam perkembangannya toksikologi terbagi menjadi beberapa
subdisiplin yang terutama mempelajari aspek tertentu racun (Ngatidjan, 2006).
Racun merupakan substansi yang dapat menimbulkan cidera atau kerusakan sistem
biologis sehingga timbul gangguan fungsi sistem tersebut. Kemampuan racun untuk
menimbulkan cidera dan kerusakan sistem biologis dikenal sebagai toksisitas. Toksisitas tidak
mempunyai arti tanpa menyatakan kuantitas racun yang masuk tubuh, cara dan frekuensi masuk
tubuh (sebagai dosis tunggal atau berulang), tipe dan derajat cidera serta waktu yang diperlukan
untuk menimbulkan cidera tersebut. Ukuran toksisitas (dalam hubungannya dengan kuantitas
racun) dikenal sebagai potensi atau daya racun dan secara sederhana ukuran toksisitas dapat
dinyatakan sebagai lethal dose ( LD) atau dosis letal (Ngatidjan, 2006). Toxic agent atau zat
toksik dapat menimbulkan efek toksik terhadap organ tubuh manusia atau hewan diantaranya
organ hepar,otak, paru-paru, ren, limpa, otot dan lain-lain.
Etil asetat adalah senyawa organik dengan rumus CH3CH2OC(O)CH3. Senyawa ini
merupakan ester etanol dan asam asetat. Senyawa ini berwujud cairan tak berwarna, memiliki
aroma khas. Senyawa ini sering disingkat EtOAc, dengan Et mewakili gugus etil dan OAc
mewakili asetat. Etil asetat diproduksi dalam skala besar sebagai pelarut (Anonim, 2013).
Etil asetat merupakan pelarut semi polar, sehingga biasa digunakan untuk meng-ekstrasi
senyawa-senyawa yang bersifat polar maupun non polar dari suatu senyawa atau bahan mentah
(Kurniastuty, 2008). Ekstrasi adalah kegiatan pemisahan atau penarikan kandungan senyawa
organik suatu atau beberapa zat yang dapat larut dari suatu padatan atau cairan dengan bantuan
pelarut cair (Mutiyani, 2013).
Etil asetat diketahui tidak ber-efek toksik pada hepar manusia atau menimbulkan efek
kronik, namun hepar penting dalam biotransformasi dan detoksifikasi zat asing harus menjadi
pertimbangan sebelum dipaparkan ke manusia terutama saat fungsi hati lemah (Anonim, 1978).
EFEK ETIL ASETAT TERHADAP STRUKTUR HEPAR DAN KADAR SGPT,SGOT MENCIT (Mus
musculus L.) JANTAN
DODY SATRIYO LEKSONO
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Pemberian perlakuan etil asetat berulang pada kelinci dengan konsentrasi 4450 ppm per hari
selama 40 hari menyebabkan anemia leukosit,kerusakan hepar dan ren. Pemberian etil asetat
pada konsentrasi letal menyebabkan kematian disertai edema dan hemoragi pada paru-paru
(Anonim, 1978).
Hepar adalah organ yang menjadi sasaran utama zat kimia atau toksikan yang masuk ke
tubuh. Oleh karena itu, organ ini bertanggung jawab terhadap proses metabolisme obat, terutama
obat yang diberikan secara oral. Hepar melakukan detoksifikasi untuk mengeluarkan toksin dan
membuang melalui urin atau feses (Lu, 1995). Junqueira et al (1980) mengatakan bahwa sekitar
70% darah yang menuju hepar berasal dari vena porta hepatika. Apabila dalam darah terdapat
banyak zat asing kemungkinan fungsi hepar menjadi berat bahkan dapat terganggu. Menurut
Lopa et al (2007) serum transaminase merupakan indikator yang peka pada kerusakan sel hepar.
Dua transaminase yang sering digunakan dalam menilai penyakit/kerusakan hepar adalah serum
glutamic oxaloacetic transaminase (SGOT) dan serum glutamic pyruvic transaminase (SGPT).
SGPT dan SGOT merupakan jenis enzim, keduanya dikenal sebagai transaminase yang
berhubungan dengan kerusakan sel hepar (hepatocelluler liver injury). Kerusakan hepar
mengakibatkan lepasnya SGPT dan SGOT ke dalam peredaran darah (Teeter and Franciscus,
2004). Bila sel hepar rusak, maka enzim-enzim ini keluar dari sel-sel hepar sehingga kadarnya
meningkat dalam darah. Semua jenis kerusakan hepar, baik oleh racun maupun virus akan terjadi
peningkatan kadar SGPT dan SGOT (Syaharuddin, 2013).
Penelitian ini dilakukan guna mengetahui efek etil asetat terhadap kerusakan hepar dan
seberapa parah kerusakan yang terjadi sehingga dapat dijadikan acuan dalam kasus keracunan
atau konsumsi etil asetat pada manusia. Belum adanya penelitian yang menjelaskan tentang efek
etil asetat pada mencit (Mus musculus L.) jantan dalam variasi dosis mendorong peneliti untuk
membuktikannya.

Anda mungkin juga menyukai