Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

HALUSINASI

A. MASALAH UTAMA
Gangguan presepsi sensori : halusinasi

B. PROSES TERJADINYA MASALAH


1. Pengertian
Halusinasi adalah presepsi yang salah (misalnya tanpa stimulus ekstenal)
Atau presepsi sensori yang tidak sesuai dengan realita/kenyataan seperti melihat
bayangan atau suara-suara yang sebenarnya tidak ada (Johnson, B.S.1995:421).
Menurut Maramis (1998:119) halusinasi adalah pencerapan tanpa ada rangsang
apapun dri panca indera, dimana orang tersebut sadar dan dan dalam keadaan
terbangun yang dapat disebabkan oleh psikotik, gangguan fungsional, organik
atau histerik. Sedangkan menurut pendapat lain halusinasi adalah suatu keadaan
dimana seorang mengalami perubahan dalam jumlah dan pola dari stimulus yang
mendekat yang mendekat (yang diprakarsai secara internal atau eksternal) disertai
dengan suatu pengurangan, berlebih-lebihan, distrorsi atau kelianan-kelainan
berespon terhadap stimulus (Townsend, M.C,1998:156).
Halusinasi merupakan pengalaman yang mempresepsi yang terjadi tanpa adanya
stimulus sensodi eskternal yang meliputi (penglihatan, pendengaran, [engecapan,
penciuman, perabaan) akan tetapi yang paling umumadalah halusinasi
pendengaran (Boyd, M.A & Nirhath, M.A, 1998:303; Rawlins, R,P Heacock, P.E,
1998;198). Menurut Carpetino, L.J (1998:363) perubahan preserpsi sendori
halusinasi merupakan keadaan dimana individu atau kelompok mengalami atau
beresiko mengalami suatu perubahan dalam jumlah, pola atau interprestasi
stimulus yang datang. Sedangkan menurut pendapat lain halusinasi merupakan
presepsi sendori yang palsu yang terjadi tanpa adanya stimulus esksternal, yang
dibedakan dari distorsi atau ilusi yang merupakan kekeliruan presepsi terhadap
stimulus yang nyata dan pasien menganggap halusinasi sebagai suatu yang nyata
(Kusuma, W, 1997: 284).

2. Klasifikasi Halusinasi
1. Jenis-Jenis Halusinasi
Beberapa jenis halusinasi ini sering kali menjadi gejala penyakit tertentu
seperti skizofrenia. Namun terkadang juga dapat disebabkan oleh
penyalahgunaan narkoba, demam, depresi atau demensia, berikut ini jenis-
jenis halusinasi yang mungkin saja mengintai pikiran manusia.
a) Halusinasi Pendengaran (Audio)
Ini adalah jenis halusinasi yang menunjukan persepsi yang salah dari
bunyi, musik, kebisingan atau suara. Mendengar suara ketika tidak ada
stimulus pendengaran adalah jenis yang paling umum dari halusinasi audio
pada penderita gangguan mental. Suara dapat didengar baik di dalam
kepala maupun diluar kepala seseorang dan umumnya dianggap lebih
parah ketika hal tersebut datang dari luar kepala, suara bisa datang berupa
suara wanita maupun suara pria yang akrab atau tidak akrab. Pada
penderita skizofrenia gajala umum adalah mendengarkan suara-suara dua
orang atau lebih yang berbicara pada satu sama lain, ia mendengar suara
berupa kritikan atau komentar tentang dirinya, perilaku atau pikirannya.
b) Halusinasi Penglihatan
Ini adalah sebuah persepsi yang salah pada pandangan isi dari halusinasi
dapat berupa apa saja tetapi biasanya orang atau tokoh seperti manusia.
Misalnya, seseorang merasa ada orang berdiri di belakangnya.
c) Halusinasi Pengecapan (Gustatorius)
Ini adalah sebuah persepsi yang salah mengenai rasa biasanya pengalaman
ini tidak menyenangkan. Misalnya seorang individu mungkin mengeluh
telah mengecap rasa logam secra terus-menerus. Jenis halusinasi ini sering
terlihat dibeberapa gangguan medis seperti epilepsy dibandingkan pada
gangguan mental.
d) Halusinasi Penciuman (Olfaktori)
Halusinasi ini melibatkan berbagai bau yang tidak ada, bau ini biasanya
tidak menyenangkan seperti mau muntah, urin, feses asap atau daging
busuk. Kondisi ini juga sering disebut sebagai Phantosmia dan dapat
diakibatkan oleh adanya kerusakan saraf dibagian indra penciuman.
Kerusakan ini mungkin disebabkan oleh virus, trauma, tumor otak atau
paparan zat-zat beracun atau obat-obatan.
e) Halusinasi Sentuhan (Taktil)
Ini adalah sebuah persepsi atau sensasi palsu terhadap sentuhan atau suatu
yang terjadi didalam atau pada tubuh. Halusinasi sentuhan ini umumnya
merasa seperti ada suatu yang merangkak dibawah atau pada kulit.
f) Halusinasi Somatik
Ini mengacu paX CASda saat seseorang mengalami perasaan tubuh
meraka merasakan nyeri yang parah misalnya akibat mutilasi atau
pergeseran sendi, pasien juga melaporkan bahwa ia juga mengalami
penyerahan oleh hewan pada tubuh mereka seperti ular merayap dalam
perut. (Yudi Hartono,2012)

3. Tanda dan Gejala


Klien dengan halusinasi sering menunjukkan adanya (Carpetino, L.J 1998 : 363,
Townsend, M.C, 1998 : 156 ; Stuart, G.W dan Sundeen, S.J 1998:328- 329):

Data Subjektif :
a. Tdak mampu mengenal orang dan tempat
b. Tidak mampu memecahkan masalah
c. Mengungkapkan adanya halusinasi (misalnya mendengar suara-suara atau
melihat bayangan)
d. Mengeluh cemas dan kuatir

Data Objektif :

a. Mudah tersinggung
b. Apatis dan cenderung menarik diri (Controlling)
c. Tampak gelisah, perubahan perilaku dan pola komunikasi, kadang berhenti
bicara seolah-seolah mendengar sesuatu.
d. Menggerakkan bibirnya tanpa mengeluarkan suara
e. Menyeringai dan tertawa tidak sesuai
f. Gerakan mata cepat
g. Pikiran yang berubah-ubah dan konsentrasi rendah
h. Kadang tampak ketakutan
i. Respon – respon yang tidak sesuai (tidak mampu berespon terhadap petunjuk
yang kompleks)
4. Rentang Respon Halusinasi

Respon Adaptif Respon Maladaptif


Menyendiri Kesendirian Manipulasi
Otonomi Menarik Impulsif
Kebersamaan Ketergantungan Narsisme
Keadaan Saling Tergantung

5. Penyebab
Gangguan presepsi sensori halusinasi sering disebabkan karena panik, stres berat
yang mengancam ego yang lemah, dan isolasi sosial menarik diri (Townsend,
M.C, 1998:156), Menurut Carpetino, L.J, (1998: 381) isolasi sosial merupakan
keadaan dimana individu atau kelompok mengalami atau merasakan kebutuhan
atau keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan orang lain tetapi tidak
mampu untuk membuat kontak. Sedangkan menurut Rawlins, R.P dan Heacock,
P.E (1998:423) isolasi sosial menarik diri merupakan usaha menghindar dari
interaksi dan berhubungan dengan orang lain, individu merasa kehilangan
hubungan akrab, tidak mempunyai kesempatan dalam berpikir, beperasaan.
Berprestasi atau selalu dalam kegagalan.
Isolasi sosial menarik diri sering ditunjukkan adanya perilaku (Carpetino, L.J
1998: 382) :
Data Sunjektif :
a. Mengungkapkan perasaan kesepian atau penolakan
b. Melaporkan dengan ketidaknyamanan kontak dengan situasi sosial
c. Mengungkapkan perasaan tak berguna

Data Objektif

a. Tidak tahan terhadap kontak yang lama


b. Tidak komunikatif
c. Kontak mata buruk
d. Tampak larut dalam pikiran dan ingatan sendiri
e. Kurang aktivitas
f. Wajah tampak murung dan sedih
g. Kegagalan berinteraksi dengan orang lain

6. Proses Terjadinya Masalah


Pada gangguan jiwa halusinasi pendengaran merupakan hal yang paling sering
terjadi, dapat berupa suara-suara bising atau kata-kata yang dapat mempengaruhi
perilaku sehingga dapat menimbulkan respon tertentu seperti berbicara sendiri,
marah, atau berespon lain yang membahayakan diri sendiri, orang lain dan
lingkungan. ( Yudi Hartono,2012)
Tahap Halusinasi
a) Sleep disorder
Sleep disorder adalah halusinasi tahap awal seseorang sebelum muncul
halusinasi.
1. Karakteristik : Seseorang merasa banyak masalah ingin menghindari
dari lingkungan takut diketahui orang lain bahwa dirinya banyak
masalah.
2. Perilaku : klien susah tidur dan berlangsung terus-menerus sehingga
terbiasa menghayal dan menganggap khayalan awal sebagai pemecah
masalah.
b) Comforthing
Comforthing adalah halusinasi tahap menyenangkan, cemas, sedang.
1. Karakteristik :Klien mengalami perasaan yang mendalam seperti
cemas, kesepian, rasa bersalah, takut, dan mencoba untuk berfokus
pada pikiran yang menyenangkan untuk meredakan cemas.
2. Perilaku : Klien terkadang tersenyum, tertawa sendiri, menggerakan
bibir tanpa suara, pergerakan mata yang cepat respon verbal yang
lambat, diam dan berkonsentrasi.
c) Condeming
Condemning adalah tahap halusinasi menjadi menjijikan : cemas berat
1. Karakteristik : Pengalaman sensori menjijikan dan menakutkan. Klien
mulai lepas kendali dan mungkin mencoba untuk mengambil jarak
dirinya dengan sumber yang presepsikan. Klien mungkin merasa
dipermalukan oleh pengalaman sensori dan menarik diri dari orang
lain.
2. Perilaku : Ditandai dengan meningkatnya tanda-tanda sistem syaraf
otonom akibat ansietas otonom seperti peningkatan denyut jantung,
pernapasan dan tekanan darah, rentang perhatian dengan lingkungan
berkuranng dan terkadang asyik dengan pengalaman sendiri dan
kehilangan kemampuan membedakan halusinasi dan realita.
d) Controlling
Controlling adalah tahap pengalaman halusinasi yang berkuasa : cemas
berat
1. Karakteristik : Klien berhenti menghentikan perlawanan terhadap
halusinansi dan menyerah pada halusinasi tersebut.
2. Perilaku : Perilaku klien taat pada perintah halusinasi, sulit
berhubungan dengan orang lain, respon perhatian terhadap lingkungan
berkurang, biasanya hanya beberapa detik saja.
e) Conquering
Conquering adalah tahap halusinasi panic umumnya menjadi melebur
dalam halusinasi.
1. Karakteristik : Pengalaman sensori menjadi mengancam jika mengikuti
perintah halusinasi.
2. Perilaku : perilaku panic, resiko tinggi mencederai, bunuh diri atau
membunuh orang lain. (Yudi Harono,2012)

7. Mekanisme Koping Penderita Gangguan Halusinasi


Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor :
pada halusinasi terdapat 3 mekanisme koping yaitu
a. With Drawal : Menarik diri dan klien sudah asik dengan pelaman
internalnya.
b. Proyeksi : Menggambarkan dan menjelaskan persepsi yang
membingungkan.
c. Regresi : Terjadi dalam hubungan sehari-hari untuk memproses masalah
dan mengeluarkan sejumlah energi dalam mengatasi cemas.

8. Akibat
Adanya gangguan prespsi sensori halusinasi dapat beresiko mencederai diri
sendiri, orang lain dan lingkungan (Keliat, B.A, 1998:27). Menurut Townsend,
M.C suatu keadaan dimana seorang melakukan sesuatu tindakan yang dapat
membahayakan secara fisik baik pada diri sendiri maupun orang lain
Seseorang yang dapat beresiko melakukan tindakan kekerasan pada diri sendiri
dan orang lain dapat menunjukkan perilaku :

Data Subjektif :
a. Mengungkapkan mendengar atau melihat objek yang mengancam
b. Mengungkapkan perasaan takut, cemas, dan khawatir

Data Objektif :

a. Wajaha tegang, merah


b. Mondar – mandir
c. Mata melotot rahang mengatup
d. Tangan mengepal
e. Keluar keringat banyak
f. Mata merah

9. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada pasien halusinasi dengan cara :
a. Menciptakan lingkungan yang terapeutik.
Untuk mengurangi tingkat kecemasan, kepanikan dan ketakutan pasien
akibat halusinasi sebaiknya pada permulaan dilakukan secara individu dan
usahakan terjadi kontak mata jika perlu pasien disentuh atau dipegang.
b. Melaksanakan program terapi dokter
Sering kali pasien menolak obat yang diberikan sehubungan dengan
rangsangan halusinasi yang di terimanya, pendekatan sebaiknya secara
persuasive tapi instruktif. Perawat harus mengamati agar obat yang
diberikan betul ditelan serta reaksi obat yang diberikan.
c. Menggali permasalahan pasien dan membantu mengatasi masalah yang
ada.
Setelah pasien lebih kooperatif dan komunikatif, perawat dapat menggali
masalah pasien yang merupakan penyebab timbulnya halusinasi serta
membantu mengatasi masalah yang ada.
d. Memberik aktifitas kepada pasien.
Pasien diajak untuk mengaktifkan diri untuk melakukan gerakna fisik
misalnya berolahraga, bermain, atau melakukan kegiatan untuk menggali
potensi keterampilan dirinya.
e. Melibatkan keluarag dan petugas lain dalam proses perawatan.
Keluarga pasien dan petugas lain sebaiknya diberitau tentang data pasien
agar ada kesatuan pendapat kesinambungan dalam asuhan keperawatan.
(Budi,Ana dkk,2011)

10. Pohon Masalah

Risiko mencederasi diri sendiri, orang lain dan lingkungan

Perubahan presepsi sensori


Masalah utama
Halusinasi pendengaran

Isolasi Sosial menarik diri

Gambar Pohon Masalah (Keliat, B.A, 1998: 6)


C. MASALAH DAN DATA YANG PERLU DIKAJI
NO MASALAH DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF
KEPERAWATAN
1 Masalah utama : Klien mengatakan melihat Tampak bicara dan
Gangguan presepsi sensori atau mendengar sesuatu, ketawa sendiri.
halusinasi klien tidak mampu Mulut seperti bicara
mengenal tempat, waktu, tapi tidak keluar suara.
orang Berhenti bicara seolah
mendengar atau
melihat sesuatu.
Gerakan mata yang
cepat
2 MK: Penyebab isolasi Klien mengatakan merasa Tidak tahan terhadap
sosial : menari diri kesepian. kontak yang sama.
Klien mengatakan tidak Tidak konsentrasi dan
dapat berhubungan sosial pikiran mudah beralih
Klien mengatakan tidak saat bicara.
berguna Tidak kontak mata
Ekspresi wajah murung
dan sedih
3 MK: akibat risiko Klien mengungkapkan Wajah klien tampak
mencederai diri sendiri dan takut. tegang, merah. Mata
orang lain Klien mengungkapkan apa merah dan melotot
yang dilihat dan didengar Rahang mengatup,
mengancam dan tangan mengepal.
membuatnya takut Mondar mandir
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatn yang dapat ditarik dari pohon masalah tersebut adalah :
1. Resiko mencederai diri sendiri,orang lain dan berhubungan dengan perubahan
presepsi sensori halusinasi pendengaran
2. Perubahan presepsi sensori halusinasi pendengaran berhubungan dengan isolasi
sosial menarik diri

E. FOKUS INTERVENSI
Menurut Rasmun (2001 : 43-48) tujuan utama, tujuan khusus dan rencana tindakan
dari diagnosa utama : risiko mencederasi diri sendiri, orang lain dan lingkungan
berhubungan dengan halusinasi adalah sebagai berikut :
Tujuan Umum :
Pasien dapat mengontrol halusinasi yang dialaminya.
Tujuan Khusus :
a. TUK 1 : pasien dapat membina hubungan saling percaya.
1) Kriteria hasil :
Setelah 1 x interaksi, pasien mampu membina hubungan saling percaya
dengan perawat dengan kriteria : ekspresi wajah bersahabat,
menunjukkan rasa tenang, dengan kontak mata, mau berjabat tangan,
mau menyebutkan nama, mau duduk berdampingan dengan perawat,
mau mengungkapkan perasaannnya.
2) Intervensi
Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip
komunikasi terapeutik.
a) Sapa pasien dengan ramah baik verbal maupun non verbal.
b) Perkenalkan nama, nama panggilan dan tujuan perawat berkenalan.
c) Tanyakan nama lengkap dan panggilan yang disukai pasien.
d) Buat kontrak yang jelas.
e) Tunjukkan sikap jujur dan menunjukkan sikap empati serta
menerima apa adanya.
f) Beri perhatian kepada pasien dan perhatikan kebutuhan dasar
pasien.
g) Beri kesempatan pasien untuk mengungkapkan perasaannya.
h) Dengarkan ungkapan pasien dengan penuh perhatian ada ekspresi
perasaan pasien.
b. TUK 2 : pasien dapat mengenal halusinasinya.
1) Kriteria Hasil
Setelah 2 x interaksi, pasien dapat menyebutkan :
a) Isi
b) Waktu
c) Frekuensi
d) Situasi dan kondisi yang menimbulkan halusinasi.
2) Intervensi
a) Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap.
b) Observasi tingkah laku yang terkait dengan halusinasi (verbal dan
non verbal).
c) Bantu mengenal halusinasi.
d) Jika pasien tidak sedang berhalusinasi klarifikasi tentang adanya
pengalaman halusinasi, diskusikan dengan pasien isi, waktu, dan
frekuensi halusinasi pagi, siang, sore, malam atau sering, jarang).
e) Diskusikan tentang apa yang dirasakan saat terjadi halusinasi.
f) Dorong untuk mengungkapkan perasaan saat terjadi halusinasi.
g) Diskusikan tentang dampak yang akan dialami jika pasien
menikmati halusinasinya.
c. TUK 3 : pasien dapat mengontrol halusinasinya.
1) Kriteria Hasil
Setelah 2 x interaksi pasien menyebutkan tindakan yang biasanya
dilakukan untuk mengendalikan halusinasinya.
2) Intervensi
a) Identifikasi bersama tentang cara tindakan jika terjadi halusinasi.
b) Diskusikan manfaat cara yang digunakan pasien.
c) Diskusikan cara baru untuk memutus/mengontrol halusinasi.
d) Bantu pasien memilih cara yang sudah dianjurkan dan latih untuk
mencobanya.
e) Pantau pelaksanaan tindakan yang telah dipilih dan dilatih, jika
berhasil beri pujian.
d. TUK 4 : pasien dapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol
halusinasi.
1) Kriteria Hasil
Setelah 2 x interaksi keluarga menyatakan setuju untuk mengikuti
pertemuan dengan perawat.
2) Intervensi
a) Buat kontak pertemuan dengan keluarga (waktu, topik, tempat).
b) Diskusikan dengan keluarga : pengertian halusinasi, tanda gejala,
proses terjadi, cara yang bisa dilakukan oleh pasien dan keluarga
untuk memutus halusinasi, obat-obat halusinasi, cara merawat
pasien halusinasi dirumah, beri informasi waktu follow up atau
kapan perlu mendapat bantuan.
c) Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.
e. TUK 5 : pasien dapat menggunakan obat dengan benar.
1) Kriteria Hasil
Setelah 2 x interaksi pasien mendemonstrasikan penggunaan obat
dengan benar.
2) Intervensi
a) Diskusikan tentang manfaat dan kerugian tidak minum obat, dosis,
nama, frekuensi, efek samping minum obat.
b) Pantau saat pasien minum obat.
c) Anjurkan pasien minta sendiri obatnya pada perawat.
d) Beri reinforcemen jika pasien menggunakan obat dengan benar.
e) Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dengan
dokter.
f) Anjurkan pasien berkonsultasi dengan dokter/perawat jika terjadi
hal-hal yang tidak diinginkan. (Prabowo,2014)
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)

1. Proses Keperawatan
a. Keadaan Klien
Data subjektif : Pasien merasa takut dan tidak mau bicara, terlihat merenung,
terkadang tertawa sendiri.
Data objektif : Pasien tidak komunikatif.
b. Diagnosa Keperawatan
Perubahan persepsi sensori : Halusinasi berhubungan dengan menarik diri.
c. Tujuan
1. Pasien dapat membina hubungan saling percaya.
2. Pasien dapat mengenali halusinasi.
3. Pasien dapat mempraktekan cara menghalau halusinasi dengan
menghardik.
4. Pasien dapat minum obat dengan benar.
d. Tindakan Keperawatan
a. Membina hubungan saling percaya.
b. Menjelaskan dan mengenalkan halusinasi pasien.
c. Mempraktekan cara menghardik.
d. Menjelaskan cara minum obat yang benar.
2. Strategi Komunikasi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
a. Fase Orientasi
1. Salam Terapeutik\
Selamat pagi ibu, perkenalkan nama saya mohammad senang dipanggil
ahmad, saya mahasiswa keperawatan Akes Rustida dari Banyuwangi. Pada
pagi hari ini saya akan merawat ibu dari jam 7-2 siang nanti. Nama ibu
siapa ya?
2. Evaluasi
Bagaimana perasaan ibu pada pagi hari ini?
3. Kontrak
a. Topik
Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang yang sering dialami ibu,
agar saya mengetahui keadaan ibu.
b. Waktu
Ibu, kita akan bercakap-cakap 20 menit ya.
c. Tempat
Dimana ibu mau bercakap-cakap? Bagaiman kalau disini saja dikamar
ibu.
b. Fase Kerja
a. Apakah ibu sering mendengar seseorang berbicara kepada ibu tapi tidak
ada wujudnya?
b. Apa yang sering dia bicarakan?
c. Apakah ibu sering mendengar atau hanya sewaktu-waktu saja?
d. Kapan paling sering ibu mendengarnya?
e. Berapa kali sehari ibu mendengarnya? Pada keadaan apa? Apakah waktu
sendiri?
f. Apakah yang ibu rasakan pada saat mendengar suara itu?
g. Apakah yang ibu lakukan saat mendengar suara itu? Apakah dengan cara
itu suara tersebut hilang? Bagaimana kalau kita belajar cara-cara untuk
mencegah suara-suara itu muncul?
h. Ada empat cara untuk mencegah suara itu muncul.
1. Dengan menghardik suara tersebut.
2. Dengan cara mengobrol dengan orang lain.
3. Melakukan kegiatan yang sudah dijadwalkan.
4. Minum obat dengan teratur.
Caranya sebagai berikut :
Saat suara itu muncul, ibu langsung menutup kedua telinga dengan
tangan lalu bilang “pergi-pergi saya tidak mau mendengar, jangan
ganggu saya” begitu diulang sampai suara itu tak terdengar lagi.
Sekarang coba ibu praktekan. Nah begitu, bagus, coba lagi, ya bagus,
sudah pintar melakukannya. (Waktu jam minum obat) nah ibu karena
ini sudah jam minum obat, ibu sekarang minum obat ya. Ibu, adakah
bedanya setelah minum obat secara teratur? Apakah suara-suara
berkurang atau hilang? Minum obat sangat penting supaya suara-suara
yang ibu dengar dan menunggu selama ini tidak muncul lagi. Berapa
macam obat yang ibu minum? (Perawat menyiapkan obat pasien) ini
yang warna orange (CPZ) 3x1 pukul 7 pagi,1 siang dan 7 malam
gunanya untuk membuat pikiran tenang. Ini yang putih (THP) 3x1
pukul 7 pagi, 1 siang dan 7 malam gunanya untuk rileks dan tidak kaku
seangkan yang merah jambu (HP) 3x1 pukul 7 pagi, 1 siang dan 7
malam gunanya untuk menghilangkan suara-suara. Kalau suara-suara
sudah hilang obatnya tidak boleh terhentikan. Nanti konsultasi dengan
dokter, sebab kalau putus obat satu saja akan kambuh dan sulit untuk
mengembalikan keadaan semula. Kalau obat habis ibu dapat meminta
ke dokter untuk mendapatkan obat lagi. Ibu juga harus teliti
memastikan bahwa obat itu benar-benar punya ibu. Jangan sampai
keliru dengan milik orang lain. Baca nama kemasannya, pastikan obat
diminum pada waktunya dengan cara yang benar.
c. Fase Terminasi
1. Evaluasi subjektif
“Bagaimana perasaan ibu setelah bercakap-cakap? Dan latihan tadi?
2. Evaluasi objektif
Sekarang coba ibu ulangi kembali cara tadi yang sudah kita praktekan,
kemudian kegunaan dan kerugian tidak minum obat? Oke bagus, pintar
sekali ibu.
3. Kontrak
1. Topik : Baiklah kalau suara-suara tadi muncul, silahkan ibu coba cara
tersebut! Bagaimana kita buat jadwal latihannya lagi? Bagaiman kalau
nanti kita belajar cara mengendalikan suara-suara yang ibu dengar
dengan cara keduanya?
2. Waktu : Ibu mau bertemu lagi jam berapa? Bagaiman kalau 20 menit
lagi? Berapa lama kita mau latihan?
3. Tempat : Bagaimana kalau kita bercakap-cakapnya diruang makan
saja? Baiklah sampai jumpa besok ibu.
4. Rencana Tindak Lanjut
Rencan tindak lanjut pada SP klien diberikan jadwal aktifitas sehari-
hari yang harus dilakukan oleh klien.
DAFTAR PUSTAKA

Budi ana dkk;2011. Keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta;EGC


Iskandar, dkk. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung, Refika Aditama
Yudi Hartono dkk;2012. Buku ajar keperawatan jiwa. Jakarta; Salemba Medika
Wijayaningsih,Sari,Kartika. 2015. Panduan Lengkap Praktik Klinik Keperawatan
Jiwa. Jakarta : Trans Info Medika

Anda mungkin juga menyukai