Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

I. KONSEP TEORI
a. Anatomi & Fisiologi
Sistem persarafan terdiri dari otak, medulla spinalis, dan saraf perifer.
Struktur-struktur ini bertanggungjawab untuk kontrol dan koordinasi aktivitas sel
tubuh melalui impuls-impuls elektrik. Perjalanan impuls-impuls tersebut
berlangsung melalui serat-serat saraf dan jaras-jaras, secara langsung dan terus-
menerus. Responsnya seketika sebagai basil dari perubahan potensial elektrik, yang
mentransmisikan sinyal-sinyal (Smeltzer. 2002).
1) OTAK
Otak dibagi menjadi tiga bagian besar: serebrum, batang otak, dan serebelum.
Semua berada dalam satu bagman struktur tulang yang disebut tengkorak, yang
juga melin-dungi otak dari cedera. Empat tulang yang berhubungan membentuk
tulang tengkorak: tulang frontal, parietal, temporal dan oksipital Pada dasar
tengkorak terdiri dari tiga bagian fossa-fossa. Bagian fossa anterior berisi lobus
frontal serebral bagian hemisfer; bagian tengah fossa berisi lobus parietal,
temporal dan oksipital dan bagian fossa posterior berisi batang otak dan medula
(Smeltzer. 2002).
a) Cerebrum
Menurut Smeltzer. (2002) Serebrum terdiri dari dua hemisfer dan empat
lobus. Substansia grisea terdapat pada bagian luar dinding serebrum dan
substansia alba menutupi dinding serebrum bagian dalam. Pada prinsipnya
komposisi substansi grisea yang terbentuk dari badan-badan sel saraf
memenuhi korteks serebri, nukleus dan basal ganglia. Substansi alba terdiri
dari sel-sel saraf yang menghubunekan bagian-bagian otak dengan bagian
yang lain. Sebagian besar hemisfer serebri (telensefalon) berisi jaringan
sistem saraf pusat (SSP). Area inilah yang mengontrol fungsi motorik
tertinggi, yaitu terhadap fungsi individu dan intelegensi. Keempat lobus
serebrum adalah sebagai berikut:
(1) Frontal
lobus terbesar; terletak pada fossa anterior. Area ini mengontrol perilaku
individu, membuat keputusan, kepribadian dan menahan diri.
(2) Parietal
lobus sensori. Area ini menginterpretasikan sensasi. Sensasi rasa yang
tidak berpengaruh ada-lah bau. Lobus parietal mengatur individu mampu
mengetahui posisi dan letak bagian tubuhnya. Kerusakan pada daerah ini
menyebabkan sindrom hemineglem
(3) Temporal
Berfungsi mengintegrasikan sensasikecap, bau, pendengaran, dan
ingatan jangka pendek sangat berhubungan dengan daerah ini
(4) Oksipital
Terletak pada lobus anterior hemisfer serebri. Bagian ini
bertanggungjawab menginterpretasikan penglihatan
b) Batang otak
otak terletak pada fossa anterior. Bagian-bagian batang otak ini terdiri dari
otak tengah, pons dan medula oblongata. Otak tengah (midbrain atau
mesensefalon menghubungkan pons dan serebelum de-ngan hemisfer
serebrum. Bagian ini berisi jaldr sensorik dan motorik dan sebagai pusat
refleks pendengaran dan penglihatan. Pons terletak di depan serebelum antara
otak tengah dan medula dan merupakan jembatan antar: bagian serebehtm,
dan juga antara medula dan seret Pons berisi jaras sensorik dan motorik
(Smeltzer. 2002).
Medula oblongata meneruskan serabut-serabut rik dari otak Ice medulla
spinalis. dan serabut-se sensorik dari medulla spinalis ke otak. Dan set serabut
tersebut menyilang pada daerah ini. Pons berisi pusat-pusat terpenting dalam
mengontrol jan pernapasan dan tekanan darah dan sebagai asal-usul otak
kelima sampai kedelapan (Smeltzer. 2002).
c) Cerebelum
Menurut Smeltzer. (2002) Serebelum terletak pada fossa posterior dan
terpisal hemisfer serebral, lipatan dura mater, tentorium se lum. Serebelum
mempunyai dua aksi yaitu meram dan menghambat dan tanggung jawab yang
luas terl koordinasi dan gerakan halus. Ditambah mengc gerakan yang benar,
keseimbangan, posisi dan me tegrasikan input sensorik.
(1) Sirkulasi Serebral
Sirkulasi serebral menerima kira-kira 20% dari jantung atau 750 ml per
menit. Sirkulasi ini sangat tuhkan, karena otak tidak menyimpan
makanan, tara mempunyai kebutuhan metabolisme yang tinggi. Aliran
darah otak ini unik, karena melawan arah gravita-si. Di mana darah arteri
mengalir mengisi dari bawah dan vena mengalir dari alas. Kurangnya
penambahan aliran darah kolateral dapat menyebabkan jaringan rusak
irever-sibel; ini berbeda dengan organ tubuh lainnya yang cepat
mentoleransi bila aliran darah menurun karena aliran kolateralnya
adekuat.
(2) Arteri-Arteri
Darah arteri yang disuplai ke otak berasal dari dua arteri karotid internal
dan dua arteri vertebral dan meluas ke sistem percabangan. Karotid
in-ternal dibentuk dari percabangan dua karotid dan memberikan
sirkulasi darah otak bagian anterior. Arteri-arteri vertebral adalah cabang
dari arteri subklavia, mengalir ke belakang dan naik pada satu sisi tulang
belakang bagian vertikal dan masuk tengkorak melalui foramen
magnum. Kemudian saling berhubungan menjadi arteri basilaris pada
batang otak. Arteri vertebrobasilaris paling banyak menyuplai darah ke
otak bagian posterior. Arteri basilaris membagi menjadi dua cabang pada
arteri serebralis bagian posterior.
(3) SirIndus Willisi
Pada dasar otak di sekitar kelenjar hipofisis, sebuah lingkaran arteri
terbentuk diantara rang-kaian arteri karotid internal dan vertebral.
Lingkaran ini disebut sirkulus Willisi yang dibentuk dari cabang-cabang
arteri karotid internal, anterior dan arteri serebral bagian tengah, dan
arteri penghubung anterior dan posterior.Aliran darah dari sirkulus
Willisi secara langsung mempengaruhi sirkulasi anterior dan posterior
serebral, arteri-arteri pada sirkulus Willisi memberi rate alternatif pada
aliran darah jika salah satu peran arteri mayor tersumbat. Anastomosis
arterial sepanjang sirkulus Willisi merupakan daerah yang sering
mengalami aneurisma, mungkin bersifat kongenital. Aneurisma dapat
terjadi bila tekanan darah meningkat, yang menyebabkan dinding arteri
menjadi menggelembung keluar seperti balon. Aneurisma yang
berdekatan dengan struktur serebral dapat menyebabkan penekanan
struktur serebral, seperti penekanan pada khiasma optikum yang
menyebabkan gangguan penglihatan. Jika arteri tersumbat karena spasme
vaskuler, emboli, atau karena trombus, dapat menyebabkan sumbatan
aliran darah ke distal neuron-neuron dan hal ini mengakiliatkan sel-sel
neuron cepat nekrosis. Keadaan ini mengakibatkan stroke (cedera
serebrovaskular atau infark). Pengaruh sumbatan pembuluh darah
tergantung pada pembuluh darah dan pada daerah otak yang tererang.
(4) Versa
Aliran vena untuk otak tidak menyertai sirkulasi arteri sebagaimana pada
struktur organ lain. Vena-vena pada otak menjangkau daerah otak dan
bergabung menjadi vena-vena yang besar. Penyilangan pada
subarakhnoid dan pengosongan sinus dural yang luas, mempengaruhi
vaskular yang terbentang dalam dura mater yang kuat. Jaringan kerja
pada sinus-sinus membawa vena ke luar dari otak dan pengosongan vena
jugularis interna menuju sistem sirkulasi pusat. Vena-vena serebri
bersifat unik, karena vena-vena ini tidak seperti vena-vena lain.
Vena-vena serebri tidak mempunyai katup untuk mencegah aliran balik
darah.
b. Definisi
Diskus Intervertebralis adalah lempengan kartilago yang membentuk
sebuah bantalan diantara tubuh vertebrata. Material yang keras dan fibrosa ini
digabungkan dalam satu kapsul. Bantalan seperti bola dibagian tengah diskus
disebut nucleus pulposus. HNP merupakan rupturnya nucleus pulposus. (Brunner
& Suddarth. 2002).
Hernia nucleus pulposus (HNP) merupakan penyebab utama nyeri
punggung bawah yang berat, kronik dean berulang (kambuh). Herniasi dapat
parsial atau komplet, dari masa nucleus pada daerah vertebrata L4L5, L5-S1 atau
C5-C6, C6-C7 adalah yang paling banyak terjadi dan mungkin sebagai dampak
trauma atau perubahan degeneratif yang berhbungan dengan proses penuaan
(Doenges, dkk, 2000).
Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa hernia nucleus
pulposus (HNP) adalah rupturnya nucleus pulposus yang disebabkan oleh trauma
atau perubahan degenerative terkait dengan proses penuaan yang mengakibatkan
nyeri hebat pada punggung bawah dan dapat bersifat kronik ataupun dapat kambuh.
c. Etiologi
HNP terjadi akibat keluarnya nucleus pulposus dari dalam bantalan tulang
belakang. HNP sering terjadi pada usia 30-50 tahun, meskipun banyak juga dialami
oleh para orang tua. Ada tiga factor yang membuat seseorang dapat mengalami
HNP yaitu:
1) gaya hidup seperti merokok, jarang atau tidak pernah olahraga dan berat badan
yang berlebih
2) Pertambahan usia
3) Memiliki kebiasaan duduk atau berdiri yang salah, yaitu membungkuk dan tidak
tegak.
d. Tanda dan gejala
Tanda dan gejala HNP secara umum yaitu:
1) Nyeri punggung yang menyebar ke ekstremitas bawah
2) Spasme otot
3) Peningkatan rasa nyeri bila batuk, mengedan, bersin, membungkuk,
mengangkat beban berat, berdiri secara tiba-tiba.
4) Kesemutan, kekakuan, kelemahan pada ekstremitas
5) Deformitas
6) Penurunan fungsi sensori
7) Konstipasi, kesulitan pada saat defekasi dan berkemih
8) Tidak mampu melakukan aktivitas yang biasanya dilakukan
9) Ischialgia yaitu nyeri yang bersifat tajam, seperti terbakar, dan berdenyut
sampai kebawah lutut, ischalgia merupakan nyeri yang terasa sepanjang
perjalanan nervus ischiadicus sampai ketungkai.
10) Dapat timbul gejala kesemutan
e. Patofisisologi
Nukleus pulposus terdiri dari jaringan penyambung longgar dan sel-sel kartilago
yang mempunyai kandungan air yang tinggi. Nukleus pulposus bergerak, cairan
menjadi padat dan rata serta melebar di bawah tekanan dan menggelembungkan
annulus fibrosus.
Menjebolnya nukleus pulposus ke kanalis vertebralis berarti bahwa nukleus
pulposus menekan pada radiks yang bersama-sama dengan arteri radikulasi berada
dalam bungkusan dura. Hal ini terjadi bila penjebolan di sisi lateral. Bilamana
tempat herniasinya di tengah, maka tidak ada radiks yang terkena.
Salah satu akibat dari trauma sedang yang berulangkali mengenai diskus
intervertebrais adalah terobeknya annulus fibrosus. Pada tahap awal, robeknya
anulus fibrosus itu bersifat sirkumferensial, karena gaya traumatik yang berkali-
kali, berikutnya robekan itu menjadi lebih besar dan disamping itu timbul sobekan
radikal. Kalau hal ini sudah terjadi, maka soal menjebolnya nukleus pulposus
adalah soal waktu dan trauma berikutnya saja.
Protrusi atau ruptur nukleus pulposus biasanya didahului dengan perubahan
degeneratif yang terjadi pada proses penuaan. Kehilangan protein polisakarida
dalam diskus menurunkan kandungan air nukleus pulposus. Perkembangan
pecahan yang menyebar di anulus melemahkan pertahanan pada herniasi nukleus.
Setela trauma jatuh, kecelakaan, dan stress minor berulang seperti mengangkat)
kartilago dapat cedera.
Pada kebanyakan pasien, gejala trauma segera bersifat khas dan singkat, dan
gejala ini disebabkan oleh cedera pada diskus yang tidak terlihat selama beberapa
bulan maupun tahun. Kemudian pada degenerasi pada diskus, kapsulnya
mendorong ke arah medula spinalis atau mungkin ruptur dan memungkinkan
nukleus pulposus terdorong terhadap sakus dural atau terhadap saraf spinal saat
muncul dari kolumna spinal.
Hernia nukleus pulposus ke kanalis vertebralis berarti bahwa nukleus pulposus
menekan pada radiks yang bersama-sama dengan arteria radikularis berada dalam
bungkusan dura. Hal ini terjadi kalau tempat herniasi di sisi lateral. Bilamana
tempat herniasinya ditengah-tengah tidak ada radiks yang terkena. Lagipula,oleh
karena pada tingkat L2 dan terus kebawah sudah tidak terdapat medula spinalis lagi,
maka herniasi di garis tengah tidak akan menimbulkan kompresi pada kolumna
anterior.
Setelah terjadi hernia nukleus pulposus sisa duktus intervertebralis mengalami lisis
sehingga dua korpora vertebra bertumpang tindih tanpa ganjalan.
Diskus Intervertebralis adalah lempengan kartilago yang membentuk
sebuah bantalan diantara tubuh vertebra. Material yang keras dan fibrosa ini
digabungkan dalam satu kapsul. Bantalan seperti bola dibagian tengah diskus
disebut nukleus pulposus. HNP merupakan rupturnya nukleus pulposus. (Brunner
& Suddarth, 2002).
Diskus intervertebral dibentuk oleh dua komponen yaitu; nukleus pulposus yang
terdiri dari serabut halus dan longgar, berisi sel-sel fibroblast dan dibentuk oleh
anulus fibrosus yang mengelilingi nukleus pulposus yang terdiri dari jaringan
pengikat yang kuat.
Nyeri tulang belakang dapat dilihat pada hernia diskus intervertebral pada
daerah lumbosakral, hal ini biasa ditemukan dalam praktek neurologi. Hal ini biasa
berhubungan dengan beberapa luka pada tulang belakang atau oleh tekanan yang
berlebihan, biasanya disebabkan oleh karena mengangkat beban/ mengangkat
tekanan yang berlebihan (berat). Hernia diskus lebih banyak terjadi pada daerah
lumbosakral, juga dapat terjadi pada daerah servikal dan thorakal tapi kasusnya
jarang terjadi. HNP sangat jarang terjadi pada anak-anak dan remaja, tetapi terjadi
dengan umur setelah 20 tahun.
Menjebolnya (hernia)nucleus pulposus bisa ke korpus vertebra diatas atau
di bawahnya. Bisa juga menjebol langsung ke kanalis vertbralis. Menjebolnya
sebagian dari nucleus pulposus ke dalam korpus vertebra dapat dilihat dari foto
roentgen polos dan dikenal sebagai nodus Schmorl. Robekan sirkumferensial dan
radikal pada nucleus fibrosus diskus intervertebralis berikut dengan terbentuknya
nodus schomorl merupakan kelainan mendasari “low back pain”sub kronik atau
kronik yang kemudian disusun oleh nyeri sepanjang tungkai yang dikenal sebagai
khokalgia atau siatika.
f. Penatalaksanaan
1) Terapi konservatif
a) Tirah baring
Penderita harus tetap berbaring di tempat tidur selama beberapa hari dengan
sikap yang baik adalah sikap dalam posisi setengah duduk dimana tungkai
dalam sikap fleksi pada sendi panggul dan lutut. tertentu. Tempat tidur tidak
boleh memakai pegas/per dengan demikina tempat tidur harus dari papan
yang larus dan diutu[ dengan lembar busa tipis. Tirah baring bermanfaat
untuk nyeri punggung bawah mekanik akut. Lama tirah baring tergantung
pada berat ringannya gangguan yang dirasakan penderita. Pada HNP
memerlukan waktu yang lebih lama. Setelah berbaring dianggp cukup maka
dilakukan latihan / dipasang korset untuk mencegah terjadinya kontraktur
dan mengembalikan lagi fungsi-fungsi otot.
2) Medikamentosa
a) Symtomatik
Analgetik (salisilat, parasetamol), kortikosteroid (prednison, prednisolon),
anti-inflamasi non-steroid (AINS) seperti piroksikan, antidepresan trisiklik
(amitriptilin), obat penenang minor (diasepam, klordiasepoksid).
b) Kausal: Kolagenese
3) Fisioterapi
Biasanya dalam bentuk diatermy (pemanasan dengan jangkauan permukaan
yang lebih dalam) untuk relaksasi otot dan mengurnagi lordosis.
4) Terapi Operatif
Terapi operatif dikerjakan apabila dengan tindakan konservatif tidak
memberikan hasil yang nyata, kambuh berulang atau terjadi defisit neurologik
5) Rehabilitasi

II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


a. Pengkajian
1) Riwayat keperawatan
a) Identitas
HNP terjadi pada umur pertengahan, kebanyakan pada jenis kelamin pria
dan pekerjaan atau aktivitas berat (mengangkat baran berat atau mendorong
benda berat)
b) Keluhan utama
Nyeri pada punggung bawah P, trauma (mengangkat atau mendorong benda
berat) Q, sifat nyeri seperti ditusuk-tusuk atau seperti disayat, mendenyut,
seperti kena api, nyeri tumpul atau kemeng yang terus-menerus. Penyebaran
nyeri apakah bersifat nyeri radikular atau nyeri acuan (referred fain). Nyeri
tadi bersifat menetap, atau hilang timbul, makin lama makin nyeri . R, letak
atau lokasi nyeri menunjukkan nyeri dengan setepat-tepatnya sehingga letak
nyeri dapat diketahui dengan cermat. S, Pengaruh posisi tubuh atau atau
anggota tubuh berkaitan dengan aktivitas tubuh, posisi yang bagaimana
yang dapat meredakan rasa nyeri dan memperberat nyeri. Pengaruh pada
aktivitas yang menimbulkan rasa nyeri seperti berjalan, turun tangga,
menyapu, gerakan yang mendesak. Obat-oabata yang ssedang diminum
seperti analgetik, berapa lama diminumkan. T Sifanya akut, sub akut,
perlahan-lahan atau bertahap, bersifat menetap, hilng timbul, makin lama
makin nyeri.
c) Riwayat keperawatan
Apakah klien pernah menderita Tb tulang, osteomilitis, keganasan
(mieloma multipleks), metabolik (osteoporosis)
Riwayat menstruasi, adneksitis dupleks kronis, bisa menimbulkan nyeri
punggung bawah
d) Status mental
Pada umumny aklien menolak bila langsung menanyakan tentang banyak
pikiran/pikiran sedang (ruwet). Lebih bijakasana bila kita menanyakan
kemungkinan adanya ketidakseimbangan mental secara tidak langsung
(faktor-faktor stres)
e) Pemeriksaan
1) Pemeriksaan Umum
Keadaan umum
pemeriksaan tanda-tanda vital, dilengkapi pemeriksaan jantung, paru-
paru, perut.
Inspeksi
 inspeksi punggung, pantat dan tungkai dalam berbagai posisi dan
gerakan untuk evalusi neyurogenik
 Kurvatura yang berlebihan, pendataran arkus lumbal,adanya angulus,
pelvis ya ng miring/asimitris, muskulatur paravertebral atau pantat
yang asimetris, postur tungkai yang abnormal.
 Hambatan pada pegerakan punggung , pelvis dan tungkai selama
begerak.
 Klien dapat menegenakan pakaian secara wajar/tidak
 Kemungkinan adanya atropi, faskulasi, pembengkakan, perubahan
warna kulit.
Palpasi dan perkusi
 paplasi dan perkusi harus dikerjakan dengan hati-hati atau halus
sehingga tidak membingungkan klien
 Paplasi pada daerah yang ringan rasa nyerinya ke arah yang paling
terasanyeri.
 Ketika meraba kolumnavertebralis dicari kemungkinan adanya deviasi
ke lateral atau antero-posterior
 Palpasi dna perkusi perut, distensi pewrut, kandung kencing penuh dll.
Neurologi
Pemeriksaan motoric
 Kekuatan fleksi dan ekstensi tungkai atas, tungkai bawah, kaki, ibu jari
dan jari lainnya dengan menyuruh klien unutk melakukan gerak fleksi
dan ekstensi dengan menahan gerakan.
 atropi otot pada maleolus atau kaput fibula dengan membandingkan
kanan-kiri.
 fakulasi (kontraksi involunter yang bersifat halus) pada otot-otot
tertentu.
Pemeriksaan sensorik
 Pemeriksaan rasa raba, rasa sakit, rasa suhu, rasa dalam dan rasa getar
(vibrasi) untuk menentukan dermatom mana yang terganggu sehingga
dapat ditentuakn pula radiks mana yang terganggu.
Pemeriksaan reflex
 refleks lutut /patela/hammer (klien bebraring.duduk dengan tungkai
menjuntai), pada HNP lateral di L4-5 refleks negatif.
 Refleks tumit.achiles (klien dalam posisi berbaring , luutu posisi fleksi,
tumit diletakkan diatas tungkai yang satunya dan ujung kaki ditahan
dalam posisi dorsofleksi ringan, kemudian tendon achiles dipukul. Pada
aHNP lateral 4-5 refleks ini negatif.
Pemeriksaan range of movement (ROM)
Pemeriksaan ini dapat dilakukan aktif atau pasif untuk memperkirakan
derajat nyeri, functio laesa, atau untuk mememriksa ada/tidaknya
penyebaran nyeri
b. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri Akut
2) Intoleransi Aktivitas
c. Intervensi dan Rasional
1) Diagnosa 1: Nyeri Akut
a) Kaji nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi
Rasional: untuk mengetahui tingkatan nyeri
b) Observasi reaksi nonverbal dan ketidaknyamanan
Rasional: Mencoba untuk mentoleransi nyeri daripada meminta analgetik
c) Berikan tindakan mandiri seperti mengatur posisi mengajarkan teknik
relaksasi dan distraksi, dan memberikan kompres hangat,
Rasional: Memfokuskan kembali perhatian dan meningkatkan kemampuan
koping, sehingga menurunkan nyeri dan ketidaknyamanan
d) Berikan penyuluhan kepada pasien/keluarga tentang prosedur yang dapat
meningkatkan nyeri dan tawarkan strategi koping yang disarankan
Rasional: Pasien/keluarga mengetahui apa yang dijelaskan oleh perawat
e) Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
Rasional: Menurunkan nyeri, meningkatkan kenyamanan
2) Diagnosa 2: Intoleransi Aktivitas
a) Diskusikan dengan pasien tentang perlunya beraktivitas
Rasional: Mengkomunikasikan kepada pasien bahwa aktivitas akan
meningkatkan kesejahteraan fisik dan psikososial
b) Identifikasikan aktifitas yang diinginkan pasien dan sangat berarti baginya
Rasional: Meningkatkan motivasi lebih aktif
c) Dorong pasien untuk membantu merencanakan kemajuan aktivitas yang
mencangkup aktivitas yang diyakini sangat penting oleh pasien.
Rasional: Partisipasi pasien dalam perencanaan dapat membantu
memperkuat keyakinan pasien.
d) Instruksikan dan bantu pasien untuk beraktivitas diselingi istirahat.
Rasional: menurunkan kebutuhan oksigen tubuh dan mencegah keletihan.
e) Identifikasikan dan minimalkan faktor-faktor yang dapat menurunkan
toleransi latihan pasien.
Rasional: Membantu meningkatkan aktivitas
f) Pantau tanda-tanda vital pasien terhadap peningkatan aktivitas.
Rasional: Meyakinkan bahwa frekuensinya kembali normal beberapa menit
setelah melakukan latihan.
g) Ajarkan kepada pasien cara menghemat energy ketika melakukan aktivitas
hidup sehari-hari, contohnya: duduk dikursi ketika memakai baju.
Rasional: Tindakan tersebut dapat meringankan metabolism selular dan
kebutuhan oksigen.
d. Evaluasi
1) Diagnosa 1 : Nyeri Akut
S :Klien mengatakan nyeri berkurang atau tidak ada nyeri lagi
O :Klien tampak rileks, tenang TD normal, frekuensi jantung normal,
frekuensi pernapasan normal
A :Masalah teratasi
P :Intervensi dihentikan
2) Diagnosa 2 : Intoleransi aktivitas
S : Pasien menyatakan keinginannya untuk meningkatkan aktivitas, Pasien
menyatakan mengerti tentanf kebutuhannya untuk meningkatkan aktivitas
secara bertahap, Pasien mengidentifikasi faktor-faktor terkontrol yang
menyebabkan kelemahan, Pasien menyatakan rasa puas dengan setiap tingkat
aktivitas baru yang dapat dicapai.
O : Tekanan darah, kecepatan nadi dan respirasi tetap dalam batas yang
ditetapkan selama aktifitas, Pasien mendemonstrasikan keterampilan dalam
menghemat energy ketika melakukan aktivitas hidup sehari-hari pada tingkat
yang dapat ditoleransi, Pasien menjelaskan penyakit dan menghubungkan
gejala-gejala intoleransi aktivitas dengan deficit suplai atau penggunaan
oksigen.
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
III. DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, Suzane C, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth
edisi 8 Vol 3, Jakarta : EGC, 2002
Doengoes, Marilynn E, Jacobs, Ester Matasarrin. Rencana asuhan keperawatan:
pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. 2000. Jakarta
: penerbit Buku Kedokteran EGC
Chusid, IG, Neuroanatomi Korelatif dan Neurologi Fungsional, Yogyakarta :
Gajahmada University Press, 1993.
https://www.scribd.com/doc/94277491/LAPORAN-PENDAHULUAN-HNP

Anda mungkin juga menyukai