1
BAB I
DEFINISI
B. TUJUAN
1. Meningkatkan volume darah sirkulasi (setelah pembedahan/ trauma)
2. Meningkatkan jumlah sel darah merah dan untuk mempertahankan kadar
hemoglobin pada kasus anemia
3. Memberikan komponen seluler tertentu sebagai terapi (misalnya, faktor
pembekuan untuk membantu mengontrol perdarahan pada pasien hemofilia)
4. Meningkatkan oksigenasi jaringan
5. Memperbaiki fungsi hemostatis
Dalam pedoman WHO disebutkan :
1. Tranfusi tidak boleh diberikan tanpa indikasi kuat
2. Tranfusi hanya diberikan berupa komponen darah pengganti yang hilang/kurang
3
3. Trombosit
Sering diperlukan pada kasus perdarahan yang disebabkan oleh kekurangan
trombosit
Indikasi
a. Kelainan fungsi trombosit
b. Trombositopenia
c. Purpura trombositopenia autoimun
4
Infeksi merupakan invasi tubuh oleh patogen atau mikroorganisme yang mampu
menyebabkan sakit (Potter dan Perry, 2005). Rumah sakit merupakan tempat pelayanan
pasien dengan berbagai macam penyakit diantaranya penyakit karena infeksi, dari mulai
yang ringan sampai yang terberat, dengan begitu hal ini dapat menyebabkan resiko
penyebaran infeksi dari satu pasien ke pasien lainnya, begitupun dengan petugas
kesehatan yang sering terpapar dengan agen infeksi. Penularan penyakit terhadap pasien
yang dirawat di rumah sakit disebut infeksi nasokomial. Infeksi nasokomial dapat
disebabkan oleh kelalaian tenaga medis atau penularan dari pasien lain. Pasien yang
dengan penyakit infeksi menular dapat menularkan penyakitnya selama dirawat di rumah
sakit. Penularan dapat melalui udara, cairan tubuh, makanan dan sebagainya.
5
BAB II
RUANG LINGKUP
Rumah sakit memberi pelayanan bagi berbagai variasi pasien dengan berbagai variasi
kebutuhan pelayanan kesehatan. Beberapa pasien yang digolongkan risiko-tinggi karena
umur, kondisi, atau kebutuhan yang bersifat kritis. Anak dan lanjut usia umumnya
dimasukkan dalam kelompok ini karena mereka sering tidak dapat menyampaikan
pendapatnya, tidak mengerti proses asuhan dan tidak dapat ikut memberi keputusan
tentang asuhannya. Demikian pula, pasien yang ketakutan, bingung atau koma tidak
mampu memahami proses asuhan bila asuhan harus diberikan secara cepat dan efisien.
Rumah sakit juga menyediakan berbagai variasi pelayanan, sebagian termasuk yang
berisiko tinggi karena memerlukan peralatan yang kompleks, yang diperlukan untuk
pengobatan penyakit yang mengancam jiwa (pasien dialisis), sifat pengobatan
(penggunaan darah atau produk darah), potensi yang membahayakan pasien atau efek
toksik dari obat berisiko tinggi (misalnya kemoterapi).
Kebijakan dan prosedur merupakan alat yang sangat penting bagi staf untuk
memahami pasien tersebut dan pelayanannya dan memberi respon yang cermat,
kompeten dan dengan cara yang seragam. Pimpinan bertanggung jawab untuk :
1. Mengidentifikasi pasien dan pelayanan yang dianggap berisiko tinggi di rumah
sakit;
2. Menggunakan proses kerjasama (kolaborasi) untuk mengembangkan kebijakan dan
prosedur yang sesuai;
3. Melaksanakan pelatihan staf dalam mengimplementasikan kebijakan dan prosedur.
Pasien dan pelayanan yang diidentifikasikan sebagai kelompok pasien risiko tinggi
dan pelayanan risiko tinggi, apabila ada di dalam rumah sakit maka dimasukkan
dalam daftar prosedur.
Rumah sakit dapat pula melakukan identifikasi risiko sampingan sebagai akibat dari
suatu prosedur atau rencana asuhan (contoh, perlunya pencegahan trombosis vena
dalam, ulkus dekubitus dan jatuh). Bila ada risiko tersebut, maka dapat dicegah
dengan cara melakukan pelatihan staf dan mengembangkan kebijakan dan prosedur
yang sesuai.
6
DAFTAR PASIEN BERESIKO TINGGI
1. Pasien dengan cacat fisik dan mental
2. Pasien usia lanjut
3. Pasien bayi dan anak-anak
4. Pasien korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT)
5. Pasien narapidana, korban dan tersangka tindak pidana
6. Pasien dengan penyakit kronis pasien stroke
7
BAB III
TATA LAKSANA
Mengambil sample
Informed consent darah (3cc)
Permintaan tranfusi Menghubungi PMI
kepada pasien dan
darah : instruksi DPJP kabupaten/kota Dilabel : nama, alamat,
keluarga
umur, no rekam medis
8
IV. PEMBERIAN DARAH KE PASIEN
1. Pasien harus terpasang IV line dengan abbocath ukuran besar dan menggunakan
blood set dengan filter standar
2. Sebelum memberikan tranfusi, IV line pasien harus dibilas Normal Saline (NS)
50-100 ml, terutama bila akan diberikan PRC. Penggunaan larutan selain NaCl
fisiologik dapat merugikan, sebab larutan glukosa menyebabkan penggumpalan
dan mengurangi survival eritrosit, sedangkan ringer laktat menyebabkan
terbentuknya bekuan.
3. Suhu darah pada saat diberikan tidak terlampau dingin karena
dapat menyebabkan aritmia jantung, meskipun demikian
tindakan menghangatkan darah secara aktif tidak dianjurkan karena
dapat merusak eritrosit dan mempercepat pertumbuhan bakteri.Darah tidak boleh
dikeluarkan dari lemari pendingin lebih dari 30 menit kecuali jika digunakan
4. Darah yang akan di tranfusikan ke pasien harus dicocokkan dengan identitas
pasien. Perawat juga harus melihat tanggal kadaluarsa darah yang akan
ditranfusikan ke pasien. Hal ini ditujukan agar tidak terjadi kesalahan dalam
pemberian darah.
5. Pada pasien dengan resiko gagal jantung kongestif, pasien harus diberikan
diuretic untuk mencegah overload cairan. Acetaminophen dan / atau antihistamin
seperti dipenhydramin mungkin diberikan sebelum tranfusi untuk mencegah
reaksi tranfusi
6. Transfusi sel darah merah (darah lengkap, darah merah pekat, darah lengkap
segar) tidak perlu dihangatkan dan diberikan tidak boleh lebih dari 4 jam (15 tts /
menit)
7. Transfusi trombosit harus segera diberikan setelah dikeluarkan dari penyimpanan
dan diberikan tidak lebih dari 20 menit (13 tts / menit)
8. Obat tidak boleh dimasukkan ke dalam kantong darah
9. Pasien transfusi dipantau 15 menit pertama, kemudian setiap 1 jam. Hal ini
bertujuan untuk melihat adanya reaksi alergi tranfusi. Bila terjadi reaksi tranfusi
segera hentikan tranfusi
10. Sebaiknya tiap 500 ml darah sudah masuk dalam waktu tidak lebih dari 2 jam,
dan jangan menangguhkan transfusi dari kantong darah yang telah terbuka sebab
memperbesar kemungkinan kontaminasi dengan bakteri.
9
11. Selang transfusi diganti setelah 12 jam, untuk menghindari adanya bakteri
pyrogen yang dapat menyebabkan reaksi tranfusi.
12. Pada cuaca panas selang transfusi diganti lebih sering atau setiap setelah 4
kantong darah bila ditransfusi kurang dari 12 jam
V. REAKSI TRANFUSI
1. Reaksi Alergi
Terjadi disebabkan oleh hipersensitivitas penderita terhadap protein dalam darah
donor.
Gejala :
2. Reaksi Pyrogen
Disebabkan oleh zat-zat pirogen dalam darah dan peralatan transfusi gejalanya sering
sukar dibedakan dengan reaksi alergi Pyrogen merupakan produk metabolisme
bakteri. Reaksi Pyrogen meliputi:
a. Dapat timbul selama atau setelah transfusi
b. Reaksi khas berupa peningkatan temperatur antara 38°C-40°C.
c. Demam dengan kenaikan lebih 1 derajat celsius dengan menggigil, kemerahan,
kegelisahan dan ketegangan dapat disertai dengan nyeri kepala dan nyeri
pinggang.
d. Kondisi ini jarang berlanjut menjadi berat
10
VII. TATA LAKSANA REAKSI TRANFUSI
1. Menghentikan pemberian darah seketika dan menggantinya dengan cairan
Normal Saline 0,9 %
2. Cek ulang darah yang diberikan ke pasien (cocokkan dengan identitas dan tgl
expired)
3. Pertahankan IV line dan berikan cairan adekuat engan cairan kristaloid atau
koloid, dan hitung urine output
4. Observasi TTV, TD dan nadi
5. Berikan ventilasi yang adekuat
6. Melaporkan kepada dokter tentang kejadian reaksi
7. Kejadian reaksi tranfusi harus dicatat di Rekam Medis pasien, dengan
mencantumkan nomor seri kantong darah.
Tindakan spesifik :
11
IX. TATALAKSANA PADA PASIEN DENGAN KELOMPOK BERESIKO TINGGI
1. Tatalaksana Perlindungan Terhadap Pasien Usia Lanjut Dan Gangguan Kesadaran
1) Pasien Rawat Jalan
a. Pendampingan oleh petugas penerimaan pasien dan mengantarkan sampai
tempat periksa yang dituju dengan memakai alat bantu bila diperlukan.
b. Perawat poli umum, spesialis dan gigi wajib mendampingi pasien untuk
dilakukan pemeriksaan sampai selesai.
12
4) Pemasangan CCTV di ruang perinatologi hanya kepada ibu kandung bayi
bukankepada keluarga yang lain
13
BAB IV
DOKUMENTASI
Seluruh informasi yang diberikan atau dijelaskan kepada pasien maupun keluarga,
seluruh tindakan yang dilakukan kepada pasien, seluruh persetujuan maupun penolakan
terhadap tindakan atau prosedur yang akan diberikan ke pasien tercatat dalam status rekam
medis pasien dan tersimpan sebagai berkas rekam medis pasien. Hal tersebut merupakan
bukti telah memberikan pelayanan catatan perkembangan pasien secara terintegrasi, dan
berkas tersebut akan menjadi bukti legal jika terjadi kasus hukum.
Pencatatan tersebut dapat dilakukan pada form catatan perkembangan pasien terintegrasi
dan formulir observasi pasien. Semua catatan tersebut akan menjadi bukti semua asuhan
pelayanan yang telah diberikan para pemberi pelayanan asuhan kepada pasien di Rumah
Sakit Ibu dan Anak Harapan Bunda di kemudian hari jika hal-hal tersebut dibutuhkan oleh
hukum maka hasil dokumentasi di berkas rekam medis tersebut dapat menjadi bukti hukum
untuk semua asuhan pelayanan yang telah diberikan kepada pasien selama dirawat di Rumah
Sakit Ibu dan Anak Harapan Bunda.
14
BAB V
PENUTUP
Rumah sakit memberi pelayanan bagi berbagai macam pasien dengan berbagai variasi
kebutuhan pelayanan kesehatan. Beberapa pasien yang digolongkan resiko-tinggi karena
umur, kondisi, atau kebutuhan yang bersifat kritis anak dan lanjut usia umumnya
dimasukkan dalam kelompok ini karena mereka sering tidak dapat menyampaikan
pendapatnya, tidak mengerti proses asuhan dan tidak dapat ikut memberi keputusan
tentang asuhannya. Demikian pula, pasien yang ketakutan, bingung atau koma tidak
mampu memahami proses asuhan bila asuhan harus diberikan secara cepat dan efisien.
Pelayanan asuhan pasien harus terdokumen secara lengkap, agar dapat dipergunakan
secara optimal dan dalam pelaksanaannya diperlukan pengecekan kelengkapan berkas
rekam medis yang baik dan benar, sehingga sewaktu-waktu diperlukan untuk keperluan
hukum, akan siap dengan cepat, tepat dan lengkap disajikan. Dengan pengecekan
kelengkapan yang tepat juga perlu diperhatikan dan keamanan terhadap fisik maupun
informasinya untuk itu dilakukan pemeliharaan yang standar dan kontinyu agar file
pemberi pelayanan asuhan pasien terjaga dengan baik dalam berkas rekam medis pasien
Rumah Sakit Ibu dan Anak Harapan Bunda
15