1
LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA
Penentuan Kadar Protein Dengan Metode Biuret
Melalui suatu proses tertetu, sejumlah besar molekul asam amino dapat
membentuk suatu senyawa yang memiliki banyak ikatan peptida. Molekul
senyawa ini merupakan suatu molekul besar atau makromolekul yang terdiri
atas banyak molekul asam amino dan karenanya disebut polipeptida. Protein
adalah salah satu makromolekul yang terdiri atas sejumlah besar asam amin
(Poedjiadi dan Supriyanti, 2006).
Suatu peptida yang mempunyai dua ikatan peptida ata lebih dapat
bereaksi dengan ion Cu++ dalam suasana basa dan membentuk suatu
senyawa kompleks yang berwarna biru ungu. Reaksi ini dikenal dengan nama
reaksi biuret (Poedjiadi dan Supriyanti, 2006).
Protein banyak terkandung di dalam makanan yang sering dikonsumsi
oleh manusia. Seperti pada tempe, tahu, ikan dan lain sebagainya. Secara
umum, sumber dari protein adalah dari sumber nabati dan hewani. Protein
sangat penting bagi kehidupan organisme pada umumnya, karena ia berfungsi
untuk memperbaiki sel-sel tubuh yang rusak dan suplai nutrisi yang
dibutuhkan tubuh. Maka, penting bagi kita untuk mengetahui tentang protein
dan hal-hal yang berkaitan dengannya.
Struktur protein tidak stabil karena mudah mengalami denaturasi yaitu
keadaan dimana protein terurai menjadi struktur primernya, baik reversibel
maupun ireversibel. Faktor-faktor yang menyebabkan denaturasi adalah pH,
panas, pelarut, kekuatan ion, terlarut, dan radiasi. Protein ada yang reaktif
karena asam amino penyusunnya mengandung gugus fungsi yang reaktif,
seperti SH, -OH, NH2, dan –COOH. Kelarutan protein di dalam suatu
cairan, sesungguhnya sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain,
pH, suhu, kekuatan ionik dan konstanta dielektrik pelarutnya. Protein seperti
asam amino bebas memiliki titik isoelektrik yang berbeda-beda. Titik
Isoelektrik (TI) adalah daerah pH tertentu dimana protein tidak mempunyai
selisih muatan atau jumlah muatan positif dan negatifnya sama, sehingga
tidak bergerak ketika diletakkan dalam medan listrik. Pada pH isoelektrik
2
LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA
Penentuan Kadar Protein Dengan Metode Biuret
(pI), suatu protein sangat mudah diendapkan karena pada saat itu muatan
listriknya nol.
Protein dapat juga dibagi menjadi dua golongan utama berdasarkan
bentuk dan sifat-sifat fisik tertentu yaitu protein globular dan protein serabut.
Protein serabut bersifat tidal larut didalam air, merupakan molekul serabut
panjang, dengan rantai polipeptida yang menunjang pada satu sumbu dan
tidak berlipat. Sedangkan protein yang lain adalah Protein Globular,
mempunyai rantai-rantai popipeptida berlipat rapat-rapat menjadi bentuk
globular atau bulat padat. Protein ini biasanya larut dalam airyang segera
berdifusi, hampir semua mempunyai fungsi gerak dan dinamik. Hampir
semua enzim merupakan protein globular.
Kebanyakan protein mengabsorbsi sinar ultraviolet maksimumpada 280
nm. Penentuan protein berdasarkan absorbansi sinar UV adalah cepat,
mudah, dan tidak merusak bahan. Untuk keperluan perhitungan juga
diperlukan kurva standar yang melukiskan hubungan antara konsentrasi
protein dengan optical density. Keuntungan dari spekrofotometer UV-tampak
ini adalah dilengkapi dengan alat perekam yang menyediakan plot absorban
vs panjang gelombang. Agar plot ini akurat, penempatan radiasi suatu
sampel, harus sedekat mungkin dengan monokromatik. Selain itu,
spektrofotometer menggunakan prisma yang memiliki pita absorbansi efektif
dari satu nanometer atau kurang (Dangeubun dan Putnarubun, 2009).
Dalam percobaan ini kita menguji protein secara biuret yaitu yang
berdasarkan serapan cahaya oleh senyawa kompleks yang berwarna ungu. Di
mana kompleks ini terbentuk dari Cu2+ dan gugus –CO dan –NH pada
protein. Untuk penentuan kadar protein dengan uji biuret ini, digunakan
spektrofotometer UV. Adapun penggunaannya yaitu dengan mengukur
absorban senyawa pada panjang gelombang yang rangenya sama dengan
panjang gelombang UV, sedangkan range yang digunakan pada percobaan ini
adalah 540 nm.
Penyerapan sinar UV-Vis dibatasi pada sejumlah gugus fungsional atau
gugus kromofor yang mengandung elektron valensi dengan tingkat eksutasi
rendah. Tiga jenis elektron yang terlibat adalah sigma, phi, dan elektron
3
LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA
Penentuan Kadar Protein Dengan Metode Biuret
4
LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA
Penentuan Kadar Protein Dengan Metode Biuret
5
LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA
Penentuan Kadar Protein Dengan Metode Biuret
Metode Bradford
Metode Bradford digunakan untuk menentukan konsentrasi protein
dalam larutan. Prinsip metode ini berdasarkan pembentukan komplek
antara Coomassie Brillant Blue (CBB) dengan larutan protein yang diukur
pada pa njang gelombang 595 nm (gambar 2.4). Pembentukan komplek
disebabkan adanya ikatan antara pewarna CBB dengan protein melalui
interaksi ionik antara gugus asam sulfonat dengan muatan positif protein
yaitu pada gugus amina.
Asam amino bebas, peptida dan protein dengan berat molekul
kecil tidak menghasilkan warna biru dengan reagen ini. Umumnya berat
molekul peptida atau protein harus lebih besar dari 3000 Da untuk
menghasilkan warna biru dengan reagen ini. Banyaknya ligan yang
berikatan dengan molekul protein sebanding dengan muatan positif
protein, sehingga jumlah absorbansi sebanding dengan kadar protein dalam
larutan (Pierce, 2005).
6
LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA
Penentuan Kadar Protein Dengan Metode Biuret
Prinsip Umun
Sampel dengan massa tertentu dipanaskan dalam tangas pada suhu
tinggi (sekitar 900oC) dengan adanya oksigen. Cara ini akan melepaskan
CO2, H2O dan N2. Gas CO2 dan H2O dipisahkan dengan melewatkan gas
pada kolom khusus untuk menyerapnya. Kandungan nitrogen kemudian
dihitung dengan melewatkan sisa gas melalui kolom dengan detektor
konduktivitas termal pada ujungnya. Kolom ini akan membantu memisahkan
nitrogen dari sisa CO2 dan H2O. Alat dikalibrasi dengan senyawa analis yang
murni dan telah diketahui jumlah nitrogennya, seperti EDTA (= 9,59 %N).
Dengan demikian sinyal dari detektor dapat dikonversi menjadi kadar
nitrogen. Dengan metode Kjeldahl diperlukan konversi nitrogen dalam
sampel menjadi kadar protein, tergantung susunan asam amino protein.
Keuntungan dan Kerugian
a. Keuntungan :
• Jauh lebih cepat dari pada metode Kjeldahl (di bawah 4 menit per
pengukuran, dibandingkan dengan 1-2 jam pada Kjeldahl).
• Metode ini tidak menggunakan senyawa kimia atau katalis toksik.
• Banyak sampel dapat diukur secara otomatis.
• Mudah digunakan.
b. Kerugian :
• Mahal.
• Tidak memberikan ukuran protein sesungguhnya, karena tidak semua
nitrogen dalam makanan berasal dari protein.
• Protein yang berbeda membutuhkan faktor koreksi yang berbeda karena
susunan asam amino yang berbeda.
• Ukuran sampel yang kecil menyulitkan mendapatkan sampel yang
representatif.
Metode Lowry
Metode Lowry merupakan pengembangan dari metode Biuret. Dalam
metode ini terlibat 2 reaksi. Awalnya, kompleks Cu(II)-protein akan
7
LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA
Penentuan Kadar Protein Dengan Metode Biuret
8
LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA
Penentuan Kadar Protein Dengan Metode Biuret
aromatik (rantai samping asam amino) terkatalis Cu, yang memberikan warna
biru intensif yang dapat dideteksi secara kolorimetri. Kekuatan warna biru
terutama bergantung pada kandungan residu tryptophan dan tyrosine-nya.
Namun metode Lowry lebih banyak interferensinya akibat kesensitifannya.
Metode Biuret
Untuk menentukan adanya protein atau ikatan peptida termasuk hasil
hidrolisis protein seperti metaprotein, proteosa, polipeptida kecuali asam
amino dilakukan uji biuret. Biuret adalah senyawa dengan dua ikatan peptida
yang terbentuk pada pemanasan dua mulekul urea. Dalam suasana basa,
CuSO4 bereaksi dengan senyawa yang mengandung dua atau lebih ikatan
peptida membentuk kompleks berwarna ungu. Reaksi positif tersebut terjadi
dengan adanya perubahan warna menjadi ungu atau merah muda akibat
terjadinya persenyawaan antara cadangan N dari peptida dan O dari air.
Warna yang terjadi dari panjangnya ikatan peptida panjang berwarna ungu,
sebaliknya jika pendek warnanya merah muda. Berikut ini adalah komplek
yang akan terbentuk dari reaksi tersebut.
Metode Turbidimetri
Kekeruhan akan terbentuk dalam larutan yang mengandung protein
apabila ditambahkan bahan pengendap protein misalnya Tri Chloro Acetic
(TCA), Kalium Ferri Cianida [K4Fe(CN)6] atau asam sulfosalisilat. Tingkat
kekeruhan diukur dengan alat Turbudimeter. Cara ini hanya dipakai untuk
bahan protein yang berupa larutan atau hasilnya, tetapi biasanya hasilnya
kurang tepat (Sudarmadji, 1989).
9
LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA
Penentuan Kadar Protein Dengan Metode Biuret
Keuntungan :
Teknik UV-visible merupakan teknik yang cepat dan sederhana, serta
sensitif terhap protein dengan konsentrasi rendah.
Kerugian :
Sebagian besar teknik UV-visible memerlukan larutan yang encer dan
jernih, serta tidak mengandung senyawa kontaminan yang dapat
mengabsorpsi atau memantulkan cahaya pada panjang gelombang di mana
protein akan dianalisis. Karena diperlukan larutan jernih, maka makanan
harus mengalami sejumlah tahap preparasi sampel sebelum dianalisis, seperti
homogenisasi, ekstraksi pelarut, sentrifugasi, filtrasi, dsb. yang dapat menyita
waktu dan tenaga. Selain itu, kadang-kadang sulit untuk secara kuantitatif
mengekstraksi protein dari jenis makanan tertentu, terutama bila makanan
tersebut telah mengalami proses dimana protein menjadi agregat atau terikat
secara kovalen dengan senyawa lain. Kelemahan lain adalah, serapan
tergantung pada jenis protein (karena protein yang berbeda mempunyai
sekuens/urutan asam amino yang berbeda pula).
V. Alat dan Bahan
Alat :
• Tabung reaksi 10 buah
• Spektronik-20 1 buah
• Gelas kimia 2 buah
• Gelas ukur 1 buah
• Labu ukur 10 mL 1 buah
• Pipet tetes 5 buah
• Sentrifuge 2 buah
10
LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA
Penentuan Kadar Protein Dengan Metode Biuret
Bahan :
• Kacang kedelai
• Larutan standar protein
• Reagen biuret
• Aquades
1 g sampel
Residu Filtrat
➔ Dilakukan pengenceran
Sampel
Sampel filtrat
1 mL aquades
Tb. reaksi 1: Tb. reaksi 2: Tb. reaksi 3: Tb. reaksi 4: Tb. reaksi 5:
1mL larutan 1mL larutan 1mL larutan 1mL larutan 1mL larutan
1mg/mL 2mg/mL 3mg/mL 4mg/mL 5mg/mL
Hasil pengamatan
12
LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA
Penentuan Kadar Protein Dengan Metode Biuret
absorbansi
13
LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA
Penentuan Kadar Protein Dengan Metode Biuret
− Dilakukan
pengenceran
Sampel
− Disentrifuge selama
10 menit 3500 rpm
Sampel filtrat
14
LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA
Penentuan Kadar Protein Dengan Metode Biuret
15
LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA
Penentuan Kadar Protein Dengan Metode Biuret
2. Penetapan absorbansi larutan blanko − Aquades: cairan − Aquades + Larutan basa Cu2+ akan Nilai absorbansi
1 ml aquades tidak berwarna reagen Biuret: menghasilkan kompleks blanko adalah nol
− Reagen Biuret: larutan ikatan peptida sehingga
− Ditambah 5 ml reagen Biuret
larutan berwarna biru menghasilkan warna ungu.
− Dikocok
berwarna biru muda Hasil absorbansi larutan
− Diinkubasi pada suhu 37°C selama
muda blanko :
10 menit
− Diukur absorbansi pada λ 520 nm
dengan alat spektrofotometri UV-Vis
Absorbasi
16
LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA
Penentuan Kadar Protein Dengan Metode Biuret
17
LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA
Penentuan Kadar Protein Dengan Metode Biuret
+ reagen
Biuret: larutan
berwarna ungu
(+)
− Hasil
absorbansi :
Std 1 : 0,104
Std 2 : 0,130
Std 3 : 0,162
Std 4 : 0,227
Std 5 : 0,263
18
LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA
Penentuan Kadar Protein Dengan Metode Biuret
19
LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA
Penentuan Kadar Protein Dengan Metode Biuret
warna biru-ungu yaitu untuk mengetahui pada panjang gelombang berapa sampel
dapat dihitung absorbansinya. Dari warna biru-ungu tersebut diketahui panjang
gelombang yang akan digunakan untuk menghitung absorbansi yaitu 540 nm.
Prinsip kerja penentuan kadar protein dengan metode biuret yaitu menganalisa
adanya ikatan peptida dengan cara menambahkan reagen biuret ke dalam sampel yang
kemudian diukur absorbansinya menggunakan spektrofotometer,
Hal yang pertama dilakukan yaitu mempersiapkan sampel yang digunakan pada
percobaan ini. Sampel yang digunakan adalah kacang ose atau kacang tunggak.
Kacang ose ditimbang sebanyak 1 gram kemudian ditumbuk sampai halus,. Setelah
itu, sampel yang sudah halus dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL dan ditambah
aquades sampai tanda batas. Sampel dilarutkan dalam aquades berfungsi untuk
melarutkan kandungan protein yang terdapat dalam sampel, serta pada metode ini
yang digunakan untuk mengukur absorbansi yaitu larutan sehingga perlu untuk
dilarutkan. Selanjutnya, campuran dipindahkan ke tabung sentrifuge. Setelah
campuran terpisah, diambil filtratnya yang berwarna keruh. Pengambilan filtrat
dikarenakan pada filtrat merupakan larutan yang mengandung protein. Filtrat dibagi
dalam 3 tabung reaksi yang akan digunakan sebagai sampel 1, sampel 2, dan sampel
3. Masing-masing tabung reaksi berisi 1 mL filtrate. Ketiga sampel ini yang akan
digunakan dalam pengukuran absorbansi.
Pada percobaan ini digunakan larutan protein standart. Pertama yang perlu
dilakukan yaitu mempersiapkan larutan standart sebagai pembanding kadar protein
pada sampel. Disiapkan larutan standart dengan kadar protein 1 mg/mL, 2 mg/mL, 3
mg/mL, 4 mg/mL, dan 5 mg/mL. Kemudian ditambahkan dengan reagen biuret
sehingga ikatan peptida pada protein membentuk senyawa kompleks dengan Cu2+ ,
reaksinya:
20
LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA
Penentuan Kadar Protein Dengan Metode Biuret
Hasil warna yang pada larutan sampel dengan berbagai kadar + reagen biuret.
• Kadar 1mg/mL + reagen biuret : larutan berwarna biru muda
• Kadar 2mg/mL + reagen biuret : larutan berwarna biru muda
• Kadar 3mg/mL + reagen biuret : larutan berwarna ungu (-)
• Kadar 4mg/mL + reagen biuret : larutan berwarna ungu (+)
• Kadar 5mg/mL + reagen biuret : larutan berwarna ungu (+)
Dari nilai absorbansi yang didapat dapat dibuat grafik antar konsentrasi vs absorbansi:
0.2
Absorbansi
0.15
0.1
0.05
0
0 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.06
Konsentrasi
y = 4.15x + 0.0527
Dengan nilai regresi sebesar 0,9753. Dari persamaan tersebut nantinya dapat digunakan
untuk menghitung kadar protein dari sampel kacang ose atau kacang tunggak.
21
LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA
Penentuan Kadar Protein Dengan Metode Biuret
Larutan blanko digunakan sebagai pembanding dengan larutan satandart dan larutan
sampel pada proses pengukuran absorbansi yang menggunakan alat spektrofotometer UV-VIS.
Larutan blanko dibuat dengan, 1 ml aquades dimasukkan dalam tabung reaksi kemudian
ditambah 5 ml reagen biuret. Selanjutnya diinkubasi pada suhu 37oC selama 10 menit dan
didiamkan pada suhu ruang selama 10 menit, lalu diukur absorbansinya . Ketika aquades
ditambahkan dengan reagen biuret larutan berwarna biru muda. Kemudian diinkubasi larutan
tetap biru muda.Nilai absorbansi larutan blanko adalah 0,000.
Langkah awal dalam penentuan absorbansi sampel yaitu dengan menambahkan 1 mL
sampel yang terdapat dalam 3 tabung reaksi dengan 5 ml reagen biuret. Pada saat penambahan
reagen biuret terjadi perubahan dari larutan tidak berwarna sedikit keruh menjadi biru muda
(sampel 1), biru muda (sampel 2), biru muda dan (sampel 3). Larutan dikocok, lalu diinkubasi
pada suhu 37oC selama 10 menit dan didiamkan pada suhu ruang selama 10 menit. Diukur
absorbansi sampel, diperoleh nilai absorbansinya :
• Sampel 1 : 0.143
• Sampel 2 : 0.140
• Sampel 3 : 0.138
22
LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA
Penentuan Kadar Protein Dengan Metode Biuret
X. Daftar Pustaka
Anonim. 2012a. Daftar Komposisi Bahan Makanan. Depkes RI. Jakarta: Bhratara Karya
Aksara.
Dangeubun, J.L., dan Putnarubun. C, 2009. Isolasi dan Penentuan Aktivitas Enzim
Proteolitik Dari Pancreas Ikan Lele. Percikan, Vol. 104, Edisi September 2009,
Hal. 111.
Fessenden, JR & Fessenden, JS. 1986. Kimia Organik Jilid 2 Edisi Ketiga. Jakarta:
Erlangga.
Lehninger, Albert L. 1982. Dasar-dasar Biokimia Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Lowry , Rosenbrough , Farr, Randall. 1951. Protein Measurement with the Folin Phenol
Reagent. New York: Kluwer Academic Publishers
Poedjiadi, Anna dan F.M. Titin Supriyanti. 2006. Dasar-Dasar Biokimia, Edisi Kedua.
Jakarta : UI Press, Hal. 81-82, 91-92.
Rukmana, R dan Oesman, Y. 2000. Kacang Tunggak, Budidaya dan Prospek Usaha
Tani. Yogyakarta: Kanisius
Sudarmadji, Slamet . 1996. Teknik Analisa Biokimiawi. Yogyakarta: Liberty
Yogyakarta.
Tim Dosen.2016. Penuntun Praktikum Biokimia. Surabaya: UNESA Press.
Underwood /R.A. Day, Jr. 1980. Analisa Kimia Kuantitatif Edisi Keempat. Jakarta;
Erlangga.
23
LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA
Penentuan Kadar Protein Dengan Metode Biuret
LAMPIRAN
A. Tugas
1. Buatlah kurva standar konsentrasi vs absorbansi. Dengan bantuan kurva standart
tersebut tentukan kadar protein sampel!
Jawab :
Larutan Konsentrasi Absorbansi
Standar 1 0,010 0,104
Standar 2 0,020 0,130
Standar 3 0,030 0,162
Standar 4 0,040 0,227
Standar 5 0,050 0,263
0.2
Absorbansi
0.15
0.1
0.05
0
0 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.06
Konsentrasi
24
LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA
Penentuan Kadar Protein Dengan Metode Biuret
1. Sampel 1
y = 4,15x + 0,052
0,143 − 0,052
𝑥1 =
4,15
𝑥1 = 0,0219 𝑚𝑔/𝑚𝐿
2. Sampel 2
y = 4,15x + 0,052
0,140 = 4,15x + 0,052
0,140 − 0,052
𝑥1 =
4,15
𝑥1 = 0,0212 𝑚𝑔/𝑚𝐿
3. Sampel 3
y = 4,15x + 0,052
0,138 = 4,15x + 0,052
0,138 − 0,052
𝑥1 =
4,15
𝑥1 = 0,0207 𝑚𝑔/𝑚𝐿
0,02126
x100% = 0,02126 %
1000
10
2. Apakah peptida akan memberikan reaksi positif terhadap pereaksi biuret? Jika benar
demikian, bagaimana menemukan kadar protein yang tercampur dengan peptida ?
Jawab :
Ya, peptida akan memberikan reaksi positif terhadap pereaksi biuret karena dengan
metode Biuret merupakan salah satu cara yang baik untuk menentukan kadar protein
suatu larutan. Dalam larutan basa, Cu2+ akan membentuk kompleks dengan ikatan
peptida suatu protein, sehingga menghasilkan warna ungu yang dapat diidentifikasi
25
LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA
Penentuan Kadar Protein Dengan Metode Biuret
dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 540 nm. Absorbansi ini berbanding
langsung dengan kosentrasi protein dan tidak tergantung jenis protein karena seluruh
protein pada dasarnya mempunyai jumlah ikatan peptida yang sama persatuan berat.
26
LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA
Penentuan Kadar Protein Dengan Metode Biuret
B. Dokumentasi
No. Dokumentasi Keterangan
1. 1 gram sampel padatan yaitu
kacang ose atau kacang lento
dihancurkan dengan mortar.
27
LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA
Penentuan Kadar Protein Dengan Metode Biuret
28
LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA
Penentuan Kadar Protein Dengan Metode Biuret
29
LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA
Penentuan Kadar Protein Dengan Metode Biuret
30
LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA
Penentuan Kadar Protein Dengan Metode Biuret
31
LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA
Penentuan Kadar Protein Dengan Metode Biuret
C. Lampiran Perhitungan
• Pengenceran Larutan Standar
Penyelesaian:
1. V1 . M1 = V2 . M2
V1 . 10 = 10 . 5
V1 = 5 ml
2. V1 . M1 = V2 . M2
V1 . 5 = 10 . 4
V1 = 8 ml
3. V1 . M1 = V2 . M2
V1 . 4 = 10 . 3
V1 = 7,5 ml
4. V1 . M1 = V2 . M2
V1 . 3 = 10 . 2
V1 = 6,7 ml
5. V1 . M1 = V2 . M2
V1 . 2 = 10 . 1
V1 = 5 ml
32
LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA
Penentuan Kadar Protein Dengan Metode Biuret
y = 4,15x + 0,052
0,143 − 0,052
𝑥1 =
4,15
𝑥1 = 0,0219 𝑚𝑔/𝑚𝐿
Sampel 2
y = 4,15x + 0,052
0,140 = 4,15x + 0,052
0,140 − 0,052
𝑥1 =
4,15
𝑥1 = 0,0212 𝑚𝑔/𝑚𝐿
Sampel 3
y = 4,15x + 0,052
0,138 = 4,15x + 0,052
0,138 − 0,052
𝑥1 =
4,15
𝑥1 = 0,0207 𝑚𝑔/𝑚𝐿
0,02126
x100% = 0,02126 %
1000
10
33