Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keberhasilan suatu asuhan keperawatan kepada pasien sangat ditentukan
oleh pemilihan metode pemberian asuhan keperawatan profesional. Dengan
semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat akan pelayanan keperawatan
dan tuntutan perkembangan iptek, maka metode sistem pemberian asuhan
keperawatan harus efektif dan efisien. Ada beberapa metode sistem pemberian
asuhan keperawatan kepada pasien. Mc Laughin, Thomas, dan Baterm (1995)
mengidentifikasi delapan model pemberian asuhan keperawatan, tetapi model
yang umum digunakan di rumah sakit adalah asuhan keperawatan total,
keperawatan tim, dan keperawatan primer.
Dari beberapa metode yang ada, institusi pelayanan perlu
mempertimbangkan kesesuaian metode tersebut untuk diterapkan. Tetapi,
setiap unit keperawatan mempunyai upaya untuk menyeleksi model untuk
mengelola asuhan keperawatan berdasarkan kesesuaian antara ketenagaan,
sarana dan prasarana, dan kebijakan rumah sakit. Oleh karena setiap
perubahan akan berakibat suatu stres sehingga perlu adanya antisipasi, “...
jangan mengubah suatu sistem .... justu menambah permasalahan ....” (Kkurt
Lewin, 1951 dikutip oleh Marquis dan Huston, 1998). Terdapat enam unsur
dalam penentuan pemilihan metode pemberian asuhan keperawatan (Maquis
dan Huston, 1998: 143).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Metode Tim?
2. Bagaimana Konsep Metode Tim?
3. Apa Tujuan dari Metode Tim?
4. Apa Saja Kelebihan dan Kelemahan pada Metode Tim?
5. Bagaimana Tugas dan Tanggung Jawab Metode Tim?
6. Bagaimana Kerja Profesional?

1
1.3 Tujuan Masalah
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan Metode Tim
2. Memahami Konsep Metode Tim
3. Mengetahui Tujuan dari Metode Tim
4. Mengetahui Kelebihan dan Kelemahan pada Metode Tim
5. Memahami Tugas dan Tanggung Jawab Metode Tim
6. Memahami Bagaimana Kerja Profesional

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Metode Tim


Metode ini menggunakan tim yang terdiri atas anggota yang berbeda-beda
dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien. Perawat
ruangan dibagi menjadi 2-3 tim atau grup yang terdiri atas tenaga profesional,
teknikal, dan pembantu dalam satu kelompok kecil yang saling membantu.
Metode ini biasa digunakan pada pelayanan keperawatan di unit rawat inap,
unit rawat jalan, dan unit gawat darurat.
Pengembangan metode tim ini didasarkan pada falsafah mengupayakan
tujuan dengan menggunakan kecakapan dan kemampuan anggota kelompok.
Metode ini juga didasari atas keyakinan bahwa setiap pasien berhak
memperoleh pelayanan terbaik. Selain itu, setiap staf berhak menerima
bantuan dalam melaksanakan tugas memberi asuhan keperawatan yang terbaik
seesuai kemampuannya. Dalam keperawatan, metode tim diterapkan dengan
menggunakan sama tim perawat yang heterogen, terdiri dari perawat
profesional, non-profesional, dan pembantu perawat untuk memberikan
asuhan keperawatan kepada sekelompok pasien.
Ketua tim (perawat profesional) memiliki tanggung jawab dalam
perencanaan, kelancaran, dan evaluasi dan asuhan keperawatan untuk semua
pasien yang dilakukan oleh tim dibawah tanggungjawabnya. Disamping itu,
ketua tim juga mempunyai tugas untuk melakukan supervisi kepada semua
anggota tim dalam implementasi dan tindakan keperawatan, dan melakukan
evaluasi hasil dan asuhan keperawatan.

2.2 Konsep Metode Tim


A. Ketua Tim Sebagai Perawat Profesional
Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan
berbagai teknik kepemimpinan, manajer perawat diharapkan untuk
mengatur karyawannya ke dalam suatu kelompok fungsi kerja secara

3
halus. Suatu kelompok seluruhnya terdiri dari beberapa perseorangan yang
berbagi minat, nilai, dan norma yang sama; yang berinteraksi dalam suatu
dasar yang umum; yang hubungan interaksinya memiliki karakter tidak
terduga. Cartwright menyatakan bahwa seluruh kelompok yang objektif
terdiri dari dua tipe: (1) pencapaian suatu tujuan kelompok tertentu; dan
(2) perbaikan kelompok itu sendiri (Cartwright dan Zander, 1960).
Menurut Zander (1985), kelompok memberikan banyak fungsi dalam
masyarakat masa kini, diantaranya adalah:
a. Melindungi anggota dari bahaya
b. Memecahkan masalah anggota atau yang lain
c. Membuatkan sumber yang tersedia kepada yang lain
d. Menyelesaikan tugas-tugas yang berat
e. Membuat peraturan atau standar kepada yang lain
f. Mengubah pendapat dari orang luar
g. Mengajarkan informasi atau keahlian kepada para anggota
h. Menyatukan informasi dari spesialis yang berbeda
i. Memberikan nasihat kepada yang lain
j. Membuat administrasi suatu organisasi yang kompleks

B. Pentingnya Komunikasi Yang Efektif


Diseluruh komite kerja kelompok, kelompok proyek, ruangan kerja
dicapai melalui komunikasi dari ide dan pendapat di antara anggota. Untuk
memadukan karyawan secara efektif, seorang manajer perawat harus
memiliki perkembangan keahlian kelompok yang tinggi, seperti juga
keahlian komunikasi perseorangan.
Prinsip yang dipegang komunikasi dalam persiapan suatu
kelompok berbeda dari prinsip yang dipegang di dalam perseorangan yang
sederhana. Seorang manajer diharapkan untuk berkomunikasi secara
berbeda dengan karyawan, bahwahan, atau pengawaas didalam suatu
situasi kelompok dibandingkan apabila berkomunikasi dengan individu
yang sama secara perseorangan. Prinsip dasar dari kelompok komunikasi

4
harus disesuaikan dengan ukuran karakter kelompok, komposisi
pengalaman duniawi, organisasi dan stuktur tertentu
Untuk memulai komunikasi dalam suatu kelompok berbeda dengan
antar hubungan perseorangan yang sederhana, karena mungkin lebih
banyak kombinasi dan interaksi dalam pribadi seseorang (Megginson et
al., 1983). Apabila berkomunikasi dengan orang lain di dalam suatu
kelompok, tingkahlaku seseorang dikendalikan oleh baik keinginan untuk
menukar informasi dengan yang diperintahkan maupun dengan kesadaran
bahwa hubungan mereka diperhatikan oleh orang lain. Beberapa orang
menyatakan hal ini aspek “di atas tangga” dari penyimpangan kelompok
komunikasi.
Cara individu berkomunikasi dalam suatu kelompok dipengaruhi
oleh ukuran dan susunan kelompok, posisi kelompok, dan stuktur
organisasi, tugas alami kelompok, kelompok yang tidak ada hubungannya,
dengan tipe kepemimpinan didalam kelompok (Rubin, 1984)Langkah-
langkah proses komunikasi adalah ide generasi, membalas komunikasi,
perpindahan pesan melalui satu saluran atau lebih, penerimaan pesan, dan
arus balik informasi terhadap pengirim. Seorang manajer yang ahli dapat
memperbaiki komunikasi pada setiap langkah proses ini dengan

Direktur rumah sakit KONSUL EKSEKUTIF


RUMAH SAKIT
Direktur
perawatan KOMITE
ADMINISTRASI
Direktur PERAWATAN
perawatan KELOMPOK
medikal MANAJER
DIVISI
Kepala perawatan KOMITE
PROSEDUR

(unit medikal)

5
Menggunakan simbol kemewahan, saluran yang beragam, dan
tanggapan yang berulang-ulang.Informasi pesan mungkin diterima sebagai
simbol yang dapat terlihat atau dapat terdengar serta disampaikan melalui
pembicaraan, bahasa tubuh, ekspresi muka, gambar-gambar, diagram ,
atau dokumen. Setiap kata, bahasa tubuh dan gambar mungkin memiliki
banyak arti dan arti-arti ini disampaikan secara kebudayaan. Perbedaan
individu dalam berekspresi dan menerangkan membuat hal ini sepertinya
bahwa dua anggota kelompok tidak akan menerima arti yang sama dalam
suatu komunikasi dari anggota yang ketiga (Lancaster, 1983; Wlody,
1981).
Jumlah anggota dalam suatu kelompok memiliki akibat yang dapat
diduga terhadap komunikasi dan produktifitas kelompok. Pada umumnya,
kelompok yang lebih besar lebih produktif daripada kelompok yang lebih
kecil, mungkin karena para anggota membawa keragaman yang lebih
besar daripada kelompok yang kecil (Swap, 1984). Bagaimanapun,
keahlian yang lebih dibutuhkan bagi pimpinan suatu kelompok yang besar
untuk menuntun para anggota terhadap persetujuan, karena ada lebih
banyak keragaman yang harus dipecahkan.
Karena ukuran kelompok meningkat dari 6 sampai 12, jadi lebih sulit
untuk mencapai kesepakatan ketika waktu dibatasi. Oleh karena itu, suatu
kelompok yang kecil biasanya mencapai kesepakatan lebih cepat daripada
suatu kelompok yang besar.Pada kelompok yang kecil, para pemimpin
dapat lebih mudah mempengaruhi keputusan kelompok, dan setiap
anggota memilikii kesempatan untuk menyampaikan idenya.

C. Anggota Tim
Pendistribusian peran mempengaruhi komunikasi dalam kelompok.
Karena fungi-fungsi dibedakan dalam suatu kelompok yang berkembang
sebagai anggota mengambil peranan spesialisasi, seperti pimpinan,
pembangkit ide, evaluasi, pemecah masalah, dan pendukung moral (Gbr.9-
2). Dugaan dari suatu peranan spesialisasi menyebabkan pemain peranan

6
mengirim tipe pesan tertentu lebih sering daripada yang lainnya. Pesan
utama secara jelas mencakup pemberian pendapat, membuat saran,
memberikan contoh, mengulang, menjelaskan, dan menjawab pertanyaan.
Pesan dari para evaluasi seringkali mencakup pemberianInformasi,
menyampaikan kriti, tidak menyetujui persetujuan, menunjukkan frustasi,
ketidakpercayaan, dan sebuah penerimaan. Pesan seorang pemecah
masalah biasanya termasuk permintaan pengulangan, permintaan
pendapat, memberikan interpretasi, permintaan pertanyaan, memberikan
ketidaksetujuan, dan membuat saran. Pesan seorang pendukung moral
seringkali terdiri dari menenangkan, berdo’a, menumbuhkan keberanian,
memberikan penyuluhan, melawak, dan menawarkan pernyataan yang
tidak berhubungan.
Dalam menganalisa dinamika suatu kelompok kerja, membedakan
peranan anggota dari metodanya sangat penting, para pimpinan tidak
seluruhnya memimpin dengan cara yang sama ; para pembangkit ide tidak
semuanya berbicara dengan cara yang sama. Ada keperluan lebih dari satu
pimpinan dalam suatu kelompok, karena keahlian yang berbeda diperlukan
untuk memandu tugas dan menghubungkan kegiatan. Satu pemimpin
mungkin menyukai pengarahan, spesialisasi ketiga dalam menjaga jejak
diskusi kelompok. Kadang-kadang suatu pembangkit ide membuat saran
secara langsung, kadang-kadang ia menawarkan ide dalam bentuk analogi
atau cerita dari pengalaman sebelumnya. Beberapa kritik benar-benar tidak
menyetujui ide orang lain; beberapa pertentangan atau ketidaksetujuan
yang ada dengan meminta pencarian pertanyaan dari pimpinan. Beberapa
pemecah masalah memberikan interpretasi yang imajinatif fari kenyataan
yang diketahuinya; secara kreatif mengikuti yang lebih tua, metoda-
metoda yang tidak berfungsi; pendapat mayoritas dan minoritas bersatu
dalam kesepakatan yang efektif.

7
Pimpinan

Pemecah Evaluator
Masalah

Pendukung

Pembangkit Moral

Ide

Gambar. Pembedaan peran dari anggota kelompok


Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi
Faktor lain yang mempengaruhi kualitas komunikasi kelompok adalah
kelompok yang tidak berhubungan. Dalam suatu penetapan kelompok,
sebagian pesan diarahkan kepada keseluruhan kelompok, dan sebagian lagi
diarahkan kepada anggota secara individu. Kelompok yang tidak berhubungan
menyebabkan seluruh kelompok bertindak sebagai suatu unit dan dimengerti
sebagai suatu unit, seperti diuraikan pada perilaku di bawah ini:
1. Suatu kelompok melindungi karakter perilakunya, kebiasaannya, dan cita
rasanya sendiri walaupun ada perpindahan secara rutin terhadap para
individu
2. Suatu kelompok cenderung untuk menanggapi secara keseluruhan untuk
mengarahkan bagian suatu kelompok
3. Suatu kelompok menunjukan catatan-catatan pengalaman kelompok
4. Suatu kelompok memperagakan cara mengatur sehingga meningkatkan
keutuhan (pendapat, agresi, perlindungan)
5. Pengalaman yang disukai suatu kelompok (seperti keramataamahan,
tekanan, kebanggaan) mengubah tingkah laku dan pengeluaran energi

8
6. Suatu kelompok memperagakan pertimbangan secara kolektif apabila
rencana kegiatan batal
7. Suatu kelompok memperagakan keinginan secara kolektif mengikuti
pemecahan pandangan dari perdebatan anggota
8. Suatu kelompok melatih pilihan dalam menerima dan menolak anggota
secara individu (Cattel, 1965)
Faktor-faktor yang menjadikan kelompok yang tidak berhubungan
terpengaruh adalah tindakan anggota yang kuat terhadap kelompok, ukuran
kelompok kecil, kesamaan dari latar belakang dan minat anggota, kesuksesan
dalam mencapai tujuan kelompok, dan ancaman dari luar yang sama. Tidak
adanya hubungan meningkatkan kekuatan suatu kelompok melebihi kekuatan
anggota secara perseorangan, dengan akibat bahwa tekanan yang kuat
diusahakan bagi kesergaman sikap dan perilaku. Tekanan keseragaman ini
begitu besar sehingga anggota dapat tidak mempercayai anggapan dan
keputusan mereka sendiri untuk mengubah pendapat mayoritas ketika
berhadapan dengan suatu situasi yang diperdebatkan. Tekanan untuk
keseragaman mungkin kuat untuk memecahkan hubungan dekat seseorang
yang dikembangkan dengan orang diluar kelompok. Sebagai contoh,
seseorang dapat memutuskan konsultasi dengan penasehat yang dipercayainya
yang pendapatnya berbeda dari pendapat anggota kelompok dalam suatu
masalah yang penting.
Faktor lain yang memperngaruhi kelompok komunikasi adalah bentuk
jaringan kelompok komunikasi adalah bentuk jaringan komunikasi yang
menyatukan anggota bersama – sama. Suatu jaringan adalah suatu sistem garis
lurus atau saluran yang menyebrangi tingkatan yang sedang. Suatu jaringan
komunikasi merupakan saluran sistem komunikasi yang yang menentukan
arah pesan yang mengalir diantara anggota kelompok. Jaringan komunikasi
mungkin benar – benar dibanguatau berkembang sebagai suatu akibat
kemungkinan, suatu tabel organisasi departemen perawatan menciptakan
jaringan komunikasi formal, karena tabel ini memberikan spesifikasi kepada
seseorang dengan siapa karyawan berkomunikasi menurut tanggung jawab

9
kerja. Persiapan penyusunan secara sukarela dari anggota komite. Prosedur
yang biasanya beranggapan kedudukan yang sama dalam suatu tabel
pertemuan akan mengahsiklkan suatu kesempatan yang berhubungan dengan
jaringan komunikasi, karena pola pesan yang yang mengalir diatur oleh
pilihan nama para anggotayang dipersiapkan.
Struktur organisasi formal dari kantor perwakilan yang berbeda dapat
dipertimbangkan. Sebagian memiliki suatu suusnan yang sempit dan dalam,
yang lain memiliki struktur yang luas dan datar. Oleh karena it, jaringan
komunikasi formal disetiap kantor perwakilan lainnya atau suatu divisi ke
divisi lainnya dalam kantor perwakilan yang sama harus mempelajari bentuk
dari jaringan yang baru, karena keefektifan manajemen tergantung pada
keahlian menggunakan jaringan komunikasi. Seorang manjer yang mmebantu
untuk menyusun kembali suatu departemen akibat jangka panjang dari
struktur organisasi yang berbeda.
Penelitian menunjukkan bahwa karakter jaringan komunikasi
mempengaruhi produktifitas dan kepuasan karyawan. Terlebih lagi, lokasi
setiap karyawan daam jaringan menentukan jumlah dan kealamian
komunikasinya dengan yang lain. Penelitian oleh Bavelas (1951)
menyarankan bahwa perbedaan yang berhubungan dalam jaringan antar
perseorangan memlihara komunikasi dari posisi jaringan kerja tertentu dan
memberikan keberanian berkomunikasi dengan yang lain.
Penelitian oleh Bavelas (1951) menyarankan bahwa perbedaan yang
berubungan dalam jarak antar perseorangan memlihara komunikasi dari posisi
jaringan kerja tertentu dan memberikan keberanian berkomunikasi dengan
yang lain. Para peneliti telah mempelajari di laboratorium kerja kelompok
yang disusun dalam jaringan perputaran, rangkaian, bentuk kipas dan seluruh
saluran seperti contoh di atas.
Memungkinkan untuk mneghitung keseluruhan jarakk antar
perseorangan dari suatu posisi jaringan kerja dengan menentukan jumlah
keseluruhan jaingan komunikasi dari posisi tersebut ke seluruh posisi yang
lainnya dalam jaringan. Keseluruhan jarak antar perseorangan ini dapat

10
digabungkan untuk menimbulkan secara keseluruhan jarak antar perseorangan
dari jaringan kerja. Pemusatan secara relatif dari seseorang di dalam suatu
jaringan dihitung dengan membagi keseluruhan seluruh jarak antar
perseorangan untuk individu tersebut.Penelitian menunjukan bahwa karena
jaringan kerjadigambarkan dalam paragraph, orang yang menduduki posisi
pusat yang berhubungan dengan seluruh posisi yang lain dengan jaringan yang
terkecil- mungkin muncul sebagai pemimpin kelompok. Para perseorangan
sebagian besar posisi pusat yang besar atau kecil memiliki moral yang paling
rendah (Bavelas, 1951).
Perputaran dan seluruh saluran jaringan kerja digunakan dalam diskusi
kelompok, “kelompok lutut” (orang yang duduk dalam suatu perputaran
dengan kedudukan yang sangat dekat dengan yang lain sehingga lutut mereka
bersentuhan), dan kelompok penyakit otak. Karena hubungan kepemimpinan
berpindah secara cepat didalam kelompok tertentu, mereka menunjukan
sedikit pemusatan. Rangkaian jaringan kerja, dapat berkembang dalam suatu
komite dengan pejabat laissez faire, dan orang-orang di akhir rangkaian
menderita akan habisnya pemusatan. Jaringan kerja berbentuk kipas
ditemukan pada beberapa tingkatan susunan departemen perawatan, da
moralnya lebih tinggi dari gambaran yang lebih terpusat. Seluruh jaringan
kerja saluran berkembang dalam kelompok yang diserahkan untuk suatu tugas
kompleks (webber et al., 1985)
Bentuk jaringan komunikasi menentukan jumlah dan kealamian pesan
yang dikirim oleh para anggota pada posisi yang beragam dalam jaringan.
Bentuk jaringan kerja mempengaruhi kecepatan suatu kelompok akan
penyusunan dan keahlian dalam memecahkan masalah. Dalam mempelajari
jaringan kerja berbentuk cincin, rangkaian, Y, dan roda, Leavitt (1951)
menemukan bahwa organisasi kelompok lebih cepat pada jaringan kerja roda
dan lebih lambat secara progresif dari jaringan kerja roda ke Y ke rangkaian
ke cincin. Jaringan kerja roda dan Y menunjukan stabilitas yang paling besar.
Sekali berkembang, kelompok ini tetap tidak berubah melalui percobaan-
percobaan sesudahnya. Selama pemecahan masalah secara analitik, tingkat

11
kesalahan terendah terjadi pada jaringannya, tingkat kesalahan menengah pada
saluran, dan tingkat kesalahan terbesar pada perputaran.
Albrecht et al., (1987) menyatakan bahwa orang-orang didukung
melalui jaringan yang lemah seperti juga jaringan yang kuat dalam jaringan
kerja mereka yang penuh dukungan. jaringan yang kuat adalah yang
merupakan keluarga dan teman- teman dekat; jaringan yang lemah adalah
yang merupakan jarak perkenalan dan orang yang menjadi dikenal melalui
batasan yang terbatas, dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Albercht et al.,
keakaraban gaya amerika yang ideal, sangat meremehkan dukungan yang ada
dari hubungan perseorangan dengan orang asing. Hubungan perseorangan ini
menghubungkan atas memperlemah jaringan yang dibatasi waktu, tempat,
ruang lingkup, dan kedalaman. Sebagai contoh, perubahan dalam suatu
jaringan yang lemah dapat memakan waktu dalam beberapa menit atas jam,
tapitidak dalam beberapa jam atau tahun.
Sebagian hubungan jaringan yang lemah, seperti berbicara dengan
seorang kasir hanya melalui jendela bank, berbicara dengan seorang pelayan
hanya melalui sudut restaurant, yang hanya terjadi di suatu tempat. Jaringan
yang lemah berharga, karena jaringan ini memberikan dukungan ketika
jaringan yang dibuat hancur (Kematian istri atau suami), masukan informasi
dan pelayanan seseorang yang luas, mengizinkan perbandingan social yang
tidak sama, mengizinkan resiko yang rendah pada disfusi yang masalahnya
beresiko tinggi, dan mengizinkan seseorang untuk melakukan perilaku dan
peranan yang baru.

D. Peran Kepala Ruangan


Mempersiapkan dan mencapai tujuan, seorang pimpinan adalah
orang yang memberikan pengaruh.Para pimpinan berbeda dalam cara
memberikan kekuasaan, gapa memimpin, dan persiapan memimpin.
Ketiga factor ini mempengaruhi komunikasi pemimpin dengan anggota
kelompok. Sebagian pemimpin ditunjuk, sebagian dipilih posisinya, dan
yang lainnya muncul dari situasi dan naik untuk memimpin tanpa

12
diundang. Pemimpin dapat bersikap autokrasi, demokrasi, atau metode
laissez-faire dalam berbicara dengan pimpinan. Beberapa orang dilatih
untuk memimpin melalui suatu program pendidikan yan formal atau
menjadi murid dari pemimpin yang berpengalaman. Yang lain tidak
memiliki persiapan untuk hubungan memimpin sebagai bagian dari yang
terdahulu “hubungan pengikut”.
Cara pemberian kekuasaan. Sekelompok tanpa pemimpin yang
ditunjuk mengacu pada “tanpa pemimpin”, tetapi para ahli mengatakan
bahwa tidak ada kelompok yang tetap tanpa pemimpin dalam waktu lama.
Karena suatu kelompok menyusun tindakan, para anggota memerlukan
anggota embicara struktur yang dominan untuk mengambil alih fungsi satu
atau dua pemimpin. Para pemimpin yang tampil dari suatu situasi untuk
mengukur kepemimpinan selama krisis cenderung untuk berkomunikasi
lebih agresif bergaya penguasa daripada para pemimpin yang ditunjuk.
Akibat dari gaya kepemimpinan. White dan lippit (1960)
melaporkan bahwa pemimpin yang kekuasaannya tak terbatas mungkn
lebih memberikan perintah yang terpecah dari pada pemimpin yang
demokratis laissez-faire, sehingga memeberikan pengarahan yang
berhubungan dengan harapan dan keinginan kegiatan yang diinginkan para
anggota. Mereka lebih cenderung untuk memberikan do’a dan kritikan dari
pada pemimpin yang demokratis Tu Lissez-faire. Pemimpin yang
demokratis mungkin sepertinya lebih memberikan saran-saran dari pada
pemimpin yang kekuasaannya tak terbatas dan lebih tajam memberikan
informasi dari pada pemimpin yang kekuasaannya tak terbatas. Pemimpin
yang demokratis memberikan keberanian pengarahan diri, dimana
pemimpin laissez-faire memberikan tanggung jawab kepada para anggota
tanpa memeprsiapkan mereka untuk menangani tanggung jawab yang
baru. Ketiga gaya kepemimpinan mempengaruhi pola komunikasi para
anggota. Pemimpin yang kekuasaannya tak terbatas memproduksi
keramahtamahan dan mengkambinghitamkan para anggota yang lebih

13
lemah. Pemimpin yang demokratis memproduksi kelompok tanpa pikiran
(Rutinitas penggunaan dari “Kami”, Jarangnya pengguna “Saya”).
Seperti ditunjukkan, tujuan utama dari suatu kelompok adalah
pencapaian tugas dan perbaikkan kelom[ok. Tingkah laku pemimpin
dalam pencapaian tugas mencakup perencanaan pencapaian tujuan,
mendorong kegiatan terhadap tujuan; dan mengevaluasi kegiatan
kelompok. Perilaku pemimpin untuk perbaikan kelompok termasuk
menurunkan ketegangan; memberikan do’a; memberikan keberanian
pengarahan diri; mendukung penyampaian pandangan minoritas;
memberikan keberanian dalam berkompromi; dan mempersiapkan
bantahan. Beberapa manajer ahli dalam beaik tugas maupun hubungan
kepemimpinan, mungkin karena kedua pendekatan ini berakar dalam tipe
personal yang kontras.
Suatu tugas pemimpin kadang-kadang menekan para karyawan
untuk meneliti kembali idedan perilaku yang sesuai , dengan menciptakan
suatu tingkatan kecemasan dan dendam. Seorang relasi pemimpin kdang-
kadang menguatkan nilai-nilai dan perilaku para anggota, meminimalkan
kritik dan memperkecil pertentangan untuk mendukung kenyamanan
anggota dan kelompok yang tidak berhubungan.
Seperti disebutkan, kelompok memiliki keinginan dan melewati
fase yang dapat dikenal. Seringkali, kejadian-kejadian diluar menyebabkan
suatu kelompok untuk menekan kegiatan-kegiatan yang berhubungan
dengan tugas. Disaat yang lain, kejadian-kejadian di dalam atau di luar
menyebabkan para anggota untuk menekan kegiatan-kegiatan perbaikkan
kelompok. Apabila komite kekacauan harus menarik kembali rencana
suatu kantor perwakilan yang kacau dalam persiapan untuk suatu komisi
penggabungan penelitian, suatu komite pasif yang sebelumnya, dalam
semalam dapat menjadi suatu kelompok yang berstruktur tinggi dan
mencapai tujuan. Seorang wakil pimpinan perawatan mempelajari bahwa
departemen perawatan harus dilihat ke bawah untuk mempertahankan
sumber keuangan. Lemabaga Administrasi Perawatan secara sementar

14
akan mengabaikan tugas administrasi yang biasa dan menjalankan
dukungan serta perlindungan yang sama.
Persiapan untuk kelompok kepemimpinan. Kealamian dari
persiapan seorang perawat menentukan kealamian komunikasi bawahan.
Seorang pemimpin yang dilatih mungkin lebih mengarahkan diskusi
dengan caranya dari pada pemimpin yang tidak dilatih sehingga
meyakinkan penyampaian pendapat minoritas. Karena pendapat minoritas
merupakan sumber pemecahan masalah yang lebih baik dari pada
pendapat mayoritas, suatu keompok yang pendapat minoritasnya secara
bebas disampaikan lebih ahli dalam hal pemecahan masalah. Melatih
anggota kepemimpinan merupakan persiapan yang lebih baik untuk
mengefektifkan perubahan sikap didalam pimpinan dari pada dilatih untuk
pemimpin yang kekuasaannya tak terbatas.
Suatu rencana karir perseorangan untuk persiapan kepemimpinan
harus dihadapi. Seorang pemimpin yang baik harus mengembangkan
jangkauan kemampuan yang luas, dari pada yang Sempit, untuk
mempersiapkan “spesialisasi umum”. Kemampuan di luar negreri
dipanggil untuk menambah kemampuan pemimpin yang umum untuk
melakukan apa saja yang perlu dilakukan untuk mendukung pencapaian
tugas dan perbaikan kelompok dalam anggota kelompok tertentu.

2.3 Tujuan Metode Tim


Tujuan pemberian metode tim dalam asuhan keperawatan adalah untuk
memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan objektif pasien
sehingga pasien merasa puas. Selain itu, metode tim dapat meningkatkan
kerjasama dan koordinasi perawat dalam melaksanakan tugas, memungkinkan
adanya transfer of knowledge dan transfer of experiences di antara perawat
dalam memberikan asuhan keperawatan dan meningkatkan pengetahuan serta
keterampilan dan motivasi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan.
Sebagaimana diketahui bahwa satu tim keperawatan terdiri dari 2
orang perawat atau lebih yang bekerja sama dalam pemberian asuhan

15
keperawatan. Ketua tim seharusnya perawat profesional yang sudah
berpengalaman dalam memberikan asuhan keperawatan dan ditunjuk oleh
perawat kepala ruang (nurse unit manager). Selanjutnya, ketua tim akan
melaksanakan tugas yang didelegasikan oleh perawat kepala ruang bersama-
sama dengan anggota tim. Tugas dan tanggungjawab ketua tim menjadi hal
yang harus diperhitungkan secara cermat. Tugas dan tanggung jawab tersebut
diarahkan untuk melakukan pengkajian dan penyusunan rencana keperawatan
untuk setiap pasien yang berada di bawah tanggung jawabnya, membagi tugas
kepada semua anggota tim dengan mempertimbangkan kemampuan yang
dimiliki anggota tim dan kebutuhan pasien yang harus dipenuhi, mengontrol
dan memberikan bimbingan kepada anggota tim dalam melaksanakan
tugasnya apabila diperlukan, melakukan evaluasi terhadap hasil kerja anggota
tim, menerima laporan tentang perkembangan kondisi pasien dan anggota tim.

2.4 Kelebihan dan Kelemahan Metode Tim


A. Kelebihan Metode Tim
a. Memungkinakan pelayanan keperawatan yang menyeluruh.
b. Mendukung pelaksanaan proses keperawatan.
c. Memungkinkan komunikasi antartim, sehingga konflik mudah di atasi
dan memberi kepuasan kepada anggota tim.
Dibandingkan dengan metode fungsional, metode tim lebih banyak
memberikan tanggung jawa, otoritas, dan tanggung gugat kepada anggota
tim. Tugas perawat menjadi lebih kompleks, anggota tim lebih terlibat
dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Apabila kerja dan tim
berhasil dan memuaskan, pola ini memberi pengkayaan pengalaman dan
perluasan wawasan kerja bagi pelaksana khusunya anggota tim dari
tingkat yang rendah. Beberapa keuntungan dan metode dari metode tim
dalam pemberian asuhan keperawatan adalah :
a. Dapat memberikan keouasan kepada pasien dan perawat. Pasien
merasa diperlakukan lebih manusiawi karena pasien memiliki

16
sekelompok perawat yang lebih mengenal dan memahami
kebutuhannya.
b. Perawat dapat mengenali pasien secara individual karena
perawatannya menangani pasien dalam jumlah yang sedikit. Hal ini,
sangat memungkinkan merawat pasien secara komprehensif dan
melihat pasien secara holistik
c. Perawat akan memperlihatkan kerja lebih produktif melalui
kemampuan dalam bekerja sama dan berkomunikasi dalam tim. Hal ini
akan mempermudah dalam mengenali kemampuan anggota tim yang
dapat dimanfaatkan secara optimal.
B. Kelemahan Metode Tim
Komunikasi antaranggota tim terbentuk terutama dalam bentuk
konferensi tim, yang biasanya membutuhkan waktu, yang sulit untuk
dilaksanakan pada waktu-waktu sibuk.Sebagaimana metode fungsional,
metode tim juga tidak mengandung beberapa kerugian. Selain itu, metode
ini dianggap memerlukan biaya yang lebih tinggi karena terkontaknya
distribusi tenaga, metode ini juga tidak efektif bila pengaturannya tidak
baik. Pelaksanaan asuhan keperawatan menggunakan metode tim
memerlukan banyak kerjasama dan komunikasi serta kecenderungan
banyak kegiatan keperawatan dilakukan oleh perawat nonprofesional.
Ketua tim perlu waktu yang lebih banyak untuk melaksanakan tugas
manajerial, seperti mengkaji, mendelegasikan, dan mengontrol kerja
kelompok. Selain itu, ketua tim dapat mengalami kebingungan karena
tugas disampaikan melalui beberapa orang anggota, terlebih apabila
komposisi anggota tim sering diubah.
Peran perawat kepala ruang dalam aplikasi metode tim diarahkan
pada keterampilan dan minat yang dimilikinya. Disamping itu, perawat
kepala ruang harus mampu mengoptimalkan fungsi tim melalui orientasi
anggota tim dan pendidikan berkelanjutan, mengkaji kemampuan anggota
tim dan membagi tugas sesuai dengan keterampilan anggotanya. Hal yang
tidak kalah pentingnya adalah perawat kepala ruang harus mampu sebagai

17
model peran.Metode tim dalam pemberian asuhan keperawatan dapat
diterapkan bila ada tenaga profesional yang mampu dan mau memimpin
kelompok kecil, dapat bekerjasama dan membimbing tenaga keperawatan
yang lebih rendah. Di samping itu, perawat kepala ruang harus mau
membagi tanggungjawab dan tugasnya kepada orang lain. Satu tim
keperawatan dapat terdiri dari tiga sampai lima perawat untuk
bertanggungjawab memberikan asuhan keperawatan kepada 10 sampai 15
pasien.

2.5 Tanggung Jawab pada Metode Tim


1. Tanggung jawab anggota tim :
a. Memberikan asuhan keperawatan pada pasien di bawah tanggung
jawabnya.
b. Kerjasama dengan anggota tim dan antartim.
c. Memberikan laporan
2. Tanggung jawab ketua tim :
a. Membuat perencanaan
b. Membuat penugasan, supervisi dan evaluasi
c. Mengenal atau mengetahui kondisi pasien dan dapat meniai tingkat
kebutuhan pasien
d. Mengembangkan kemampuan anggota
e. Menyelenggarakan konferensi
3. Tanggung jawab kepala ruang
a. Perencanaan :
a) Menunjuk ketua tim yang akan bertugas di ruangan masing-masing
b) Mengikuti serah terima pasien pada sif sebelumnya
c) Mengidentifikasi tingkat ketergantungan pasien gawat, transisi, dan
persiapan pulang, bersama ketua tim
d) Mengindetifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan
aktivitas dan kebutuhan pasien bersama ketua tim, mengatur
penugasan atau penjadwalan

18
e) Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan
f) Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi, patofisiologi,
tindakan medis yang dilakukan, program pengobatan, dan
mendiskusikan dengan dokter tentang tindakan yang akan
dilakukan terhadap pasien
g) Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan, termasuk
kegiatan membimbing pelaksanaan asuhan keperawatan,
membimbing penerapan proses keperawatan dan menilai asuhan
keperawatan, mengadakan diskusi untuk pemecahan masalah, serta
memberikan informasi kepada pasien atau keluarga yang baru
masuk
h) Membantu mengembangkan niat pendidikan dan latihan diri
i) Membantu membimbing peserta didik keperawatan
j) Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan dan rumah sakit
b. Pengorganisasian
a) Merumuskan metode penugasan yang digunakan
b) Merumuskan tujuan metode penugasan
c) Membuat rincian tugas ketua tim da anggota tim secara jelas
d) Membuat rentang kendali, kepala ruangagn membawahi 2 ketua
tim dan ketua tim membawahi 2-3 perawat
e) Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan: membuat
proses dinas, mengatur tenaga yang ada setiap hari dan lain-lain.
f) Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan
g) Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktik
h) Mendelegasikan tugas, saat kepala ruang tidak berada di tempat
kepada ketua tim
i) Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus
administrasi pasien
j) Mengatur penugasan jadwal pos dan pakarnya
k) Identifikasi masalah dan cara penanganannya

19
c. Pengarahan
a) Memberi pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim
b) Memberi pujian kepada anggota tim yang melaksanakan tugas
dengan baik
c) Memberi motivasi dalam peningkatan pengetahuan, keterampilan
dan sikap
d) Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan
berhubungan dengan asuhan keperawatan pada pasien
e) Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan
f) Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam
melaksanakan tugasnya
g) Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim lain.
d. Pengawasan
a) Melalui komunikasi mengawasi dan berkomunikasi langsung
dengan ketua tim maupun pelaksana mengenai asuhan keperawatan
yang diberikan kepada pasien
b) Melalui supervisi:
1. Pengawasan langsung dilakukan dengan cara inspeksi,
mengamati sendiri atau melalui laporan langsung secara lisan
dan memperbaiki atau mengawasi kelemahan-kelemahan yang
ada saat itu juga
2. Pengawasan tidak langsung, yaitu mengecek daftar hadir ketua
tim, membaca dan memeriksa rencana keperawatan serta
catatan yang dibuat selama dan sesudah proses keperawatan
dilaksanakan (didokumentasikan), mendengar laporan ketua
tim tentang pelaksanaan tugas
3. Evaluasi
4. Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan
rencana keperawatan yang telah disusun bersama ketua tim

20
5. Audit keperawatan

Kepala ruang

Ketua Tim Ketua Tim Ketua Tim

Anggota Anggota Anggota

Pasien/klien Pasien/klien Pasien/klien

Tugas dan tanggungjawab lain yang harus diperhatikan oleh ketua tim
adalah mengontrol perkembangan kesehatan setiap pasien, mencatat hal-hal yang
terjadi pada pasien terutama yang tidak diinginkan, melakukan revisi rencana
keperawatan apabila diperlukan, melaporkan perkembangan pasien kepada erawat
kepala ruang serta kesulitan yang dihadapi apabila ada. Selain itu, tugas dan
tanggungjawab ketua tim, yaitu memimpin pertemuan tim untuk menerima
laporan, memberi pengarahan serta membahas masalah yang dihadapi, menjaga
komunikasi yang efektif, melakukan pengajaran kepada pasien, keluarga pasien
dan anggota tim serta melengkapi catatan yang dibuat anggota tim apabila
diperlukan.
Dalam memberikan asuhan keperawatan dengan metode ini, ketua tim
harus memiliki kemampuan untuk mengikutsertakan anggota tim dalam
memecahkan masalah. Ketua tim juga harus dapat menerapkan pola asuhan
keperawatan yang dianggap sesuai dengan kondisi pasien dan minat pemberi
asuhan. Oleh karena itu, perbuatan keputusan, otoritas, dan tanggung jawab ada
pada tingkat pelaksana. Hal ini akan mendukung pencapaian pengetahuan dan
keterampilan profesional.
Dalam ruang keperawatan mungkin diperlukan beberapa tim keperawatan.
Pembagian tugas dalam tim keperawatan dapat dilakukan dengan jalan perawat
kepala ruang akan menentukan jumlah tim yang diperlukan berdasarkan beberapa
faktor, antara lain: memperhitungkan jumlah tenaga perawat profesional, jumlah

21
tenaga yang ada, dan jumlah pasien. Pembagian tugas dalam tim keperawatan
dapat didasarkan pada tempat atau kamar pasien, tingkat penyakit pasien, jenis
penyakit pasien, dan jumlah pasien yang dirawat.
Berdasarkan hal-hal tersebut maka ketua tim harus memiliki kemampuan
sebagai berikut :
1. Mengkomunikasikan dan mengoordinasikan semua kegiatan tim
2. Menjadi konsultan dalam asuhan keperawatan
3. Melakukan peran sebagai model peran
4. Melakukan pengkajian dan menentukan kebutuhan pasien
5. Menyusun rencana keperawatan untuk semua pasien
6. Merevisi dan menyesuaikan rencana keperawatan sesuai kebutuhan pasien
7. Melaksanakan observasi baik terhadap perkembangan pasien maupun
kerja dari anggota tim
8. Menjadi guru pengajar
9. Melaksanakan evaluasi secara baik dan objektif

2.6 Jaringan Kerja Professional


Suatu jaringan kerja adalah suatu lemparan yang jauh dari kelompok
informal yang berkembang pada saat orang orang dengan minat yang sama
bersatu untuk membagi informasi dan kekuatan membangun yang sama. Ada
4 tipe jaringan kerja sebagai keuntungan manager: Usaha, social, dukungan,
dan professional (persons dan wieck, 1986)Menurut Christy (1987), jaringan
kerja yang berhasil meminta pernyataan yang dapat diukur oleh waktu dan
perhatian yang teliti terhadap peraturan “etiket jaringan kerja”, yang
mencakup pembagian informasi dengan orang orang yang tepilih dalam
jaringan; Ketelitian yang jujur dalam berbicara dengan anggota jaringan kerja
yang lain; melaporkan secara rutin kepada para anggota tentang profesi dan
kemajuan social seseorang (untuk mengetahui bantuan yang diminta dari
anggota yang lain dan memberi tanda potensi ketidakbergunaan seseorang
terhadap yang lain).

22
Karena orang yang mungkin diharapkan seorang manager perawat
untuk dihubungi adalah orang yang diluar kantor perwakilannya, manager
harus menggunakan pertemuan professional, pembicaraan terkait, kejadian
social, dan kegiatan politik untuk melakukan hubungan yang potensial yang
mendukung perseorangan. Walaupun masalahnya dapat memperluas jaringan
kerja profesionalnya melalui kegiatan tertentu yang sulit dicapai, permintaan
etiket yang diperkenalkannya kepada anggota jaringan kerja yang lain
merupakan hubungan yang baru.

23
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Metode ini menggunakan tim yang terdiri atas anggota yang berbeda-beda
dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien.
Perawat ruangan dibagi menjadi 2-3 tim atau grup yang terdiri atas tenaga
profesional, teknikal, dan pembantu dalam satu kelompok kecil yang saling
membantu.Metode ini biasa digunakan pada pelayanan keperawatan di unit
rawat inap, unit rawat jalan, dan unit gawat darurat.
Keberhasilan suatu asuhan keperawatan kepada pasien sangat ditentukan
oleh pemilihan metode pemberian asuhan keperawatan profesional. Dengan
semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat akan pelayanan keperawatan
dan tuntutan perkembangan iptek, maka metode sistem pemberian asuhan
keperawatan harus efektif dan efisien. Ada beberapa metode sistem
pemberian asuhan keperawatan kepada pasien. Mc Laughin, Thomas, dan
Baterm (1995) mengidentifikasi delapan model pemberian asuhan
keperawatan, tetapi model yang umum digunakan di rumah sakit adalah
asuhan keperawatan total, keperawatan tim, dan keperawatan primer.

24
DAFTAR PUSTAKA
Kuntoro, Agus SKM. 2010. Buku Ajar Manajemen Keperawatan. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Ann, Dee Gillies. 2000. Nursing Management. Bandung : W.B. Saunders
Company
Nusalam. 2016. Manajemen Keperwatan Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan
Profesiona Edisi 5. Jakarta : Salemba Medika.

25

Anda mungkin juga menyukai