Anda di halaman 1dari 16

VITAL SIGN

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Mata Kuliah Prinsip Dasar Sains Dan
Biomedik Sebagai Bahan Untuk Mengikuti Materi Selanjutnya

DOSEN PEMBIMBING
Nahdiah Purnamasari,S. Ft.,Physio,M.Kes

DISUSUN OLEH
Nama : Nabila Salsabila
NIM : R021191035

PROGRAM STUDI FISIOTERAPI


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNVERSITAS HASANUDDIN
2019/2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam melakukan suatu pemeriksaan kesehatan, pemeriksaan tanda-tanda

vital sangat dibutuhkan, karena dengan pemeriksaan tersebut kita dapat

membuat beberapa diagnosa tentang apa yang dialami pasien atau klien. Data

ini juga memberikan sebagian keterangan pokok yang memungkinkan

disusunnya rencana pemeriksaan. Selanjutnya pengambilan tanda-tanda vital

ini dilakukan dengan jarak waktu pengambilan tergantung pada keadaan

umum klien.

Pengukuran yang paling sering dilakukan oleh praktisi kesehatan adalah

pengukuran suhu, nadi, tekanan darah dan frekuensi pernafasan. Sebagai

indikator dari status kesehatan, ukuran-ukuran ini menandakan keefektifan

sirkulasi, respirasi, fungsi neural, dan fungsi endokrin tubuh. Karena sangat

penting maka disebut tanda vital. Pengukuran tanda vital memberi data untuk

menentukan status kesehatan klien yang lazim.

Tanda vital merupakan cara yang cepat dan efisien untuk memantau

kondisi klien atau mengidentifikasi masalah dan mengevaluasi respon klien

terhadap intervensi. Pengkajian tanda vital memungkinkan tenaga kesehatan

untuk mengidentifikasi diagnosa pemeriksaan kesehatan,

mengimplementasikan rencana intervensi dan mengevaluasi keberhasilan bila

tanda vital dikembalikan pada nilai yang dapat diterima.

Ketika seorang tenaga kesehatan mempelajari variabel yang

mempengaruhi tanda vital dan mengenali hubungan perubahan tanda vital


tersebut terhadap temuan lain dalam pengkajian fisiologis, masalah klien dapat

ditentukan dengan tepat. Teknik pengukuran yang cermat menjamin temuan

yang akurat. Hal inilah yang membuat penulisan laporan praktikum dengan

judul “Vital Sign”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah pada laporan

praktikum ini adalah:

1. Apa yang dimaksud dengan vital sign?

2. Apa sajakah bentuk-bentuk pemeriksaan vital sign?

3. Bagaimana parameter pengukuran vital sign?

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan laporan

parktikum ini yaitu agar pembaca mengetahui definisi dari vital sign, bentuk-

bentuk vital sign, cara pengukuran dan pemeriksaan vital sign, serta parameter

dari pengukuran vital sign.


BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Vital Signs

Vital signs merupakan tanda-tanda vital yang sangat mempengaruhi

kesetimbangan keadaan haemodinamik seseorang. Adanya perubahan pada

tanda vital mengindikasikan adanya gangguan organ yang berperan dalam

menjaga keseimbangan haemodinamik.Tanda-tanda vital ini terdiri dari

tekanan darah (blood pressure), denyut nadi (pulse rate), laju pernapasan

(respiratory rate), dan suhu tubuh.

Pemeriksaan vital sign merupakan suatu pemeriksaan terkait dengan

tanda-tanda vital untuk menilai kesehatan fisik seseorang secara umum

menuju ke tahap perburukan atau perbaikan serta membantu mendiagnosa

penyakit yang mungkin. Pemeriksaan vital signs penting dilakukan untuk

memantau keadaan pasien yang sedang dalam masa perawatan, baik rawat

inap maupun rawat jalan. Prinsip pelaksanaan pemeriksaan ini tidak selalu

sama pada setiap pasien, hal ini bergantung pada kondisi pasien. Pada pasien

dengan kegawatdaruratan, tentunya pemeriksaan vital signs akan lebih sering

dilakukan untuk mengobservasi keadaan pasien.

Menurut Potter dan Perry (2005) pengukuran tanda vital diperlukan saat :

1. Ketika klien masuk ke fasilitas perawatan kesehatan

2. Di rumah sakit atau fasilitas perawatan pada jadwal rutin sesuai program

dokter atau standar praktik institusi.

3. Sebelum dan sesudah prosedur bedah

4. Sebelum dan sesudah prosedur diagnostik invasif


5. Sebelum dan setelah pemberian medikasi yang mempengaruhi

Kardiovaskuler, pernafasan dan fungsi kontrol suhu.

6. Ketika kondisi umum fisik klien berubah

7. Sebelum dan setelah intervensi keperawatan yang mempengaruhi tanda

vital.

8. Ketika klien melaporkan gejala non-spesifik disters fisik.

B. Macam-Macam Pemeriksaan

Dalam melakukan pemeriksaan vital signs, penilaian fungsi jantung dan

pernapasan harus lebih diutamakan. Sehingga, ada baiknya pemeriksaan tanda

vital dimulai dengan pengukuran tekanan darah, dilanjutkan dengan

pemeriksaan denyut nadi, kemudian frekuensi laju pernapasan, dan diikuti

dengan pemeriksaan suhu tubuh. Berikut ini uraian lebih lanjut dari tiap-tiap

pemeriksaan.

1. Tekanan Darah

Tekanan darah merupakan kekuatan dan jumlah darah yang

dipompa baik ke sirkulasi pulmoner maupun sitemik yang bergantung

pada siklus jantung. Tekanan darah akan lebih tinggi pada keadaan sistolik

(waktu ventrikel berkontraksi dan darah dipompakan ke seluruh tubuh)

dan sedikit menurun pada keadaan diastolik (waktu ventrikel berelaksasi

dan darah menuju ke ventrikel). Tinggi rendahnya tekanan darah dapat

dipengaruhi oleh aktivitas, asupan makanan, dan keadaan psikis.

Pemeriksaan tekanan darah bertujuan untuk menilai keadaan sistem

kardiovaskular yang biasanya dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan

denyut nadi. Alat yang digunakan dalam pemeriksaan ini


ialahsphygmomanometer (tensi meter) dan sebuah stetoskop.

Sphygmomanometer sendiri terdiri dari 3 jenis, yakni spygmomanometer

mercury (air raksa), aneroid (jarum), dan elektronik. Dari ketiga jenis tensi

meter tersebut, tensi meter air raksa yang sering digunakan karena hasil

yang didapat lebih akurat.

Selain itu, hal terpenting yang harus diperhatikan dalam

pemeriksaan tekanan darah ialah ukuran manset yang digunakan harus

sesuai dengan usia. Perhatikan tabel dibawah ini terkait ukuran minimal

manset untuk pengukuran tekanan darah:

Neonatus 5 cm
Anak > 5 Tahun 12 cm
Manset yang biasa tersedia 23 cm
Lengan normal yang tidak kurus 35 cm
Lengan yang berotot dan gemuk 42 cm

Prosedur pemeriksaan:

a. Mengatur posisi pasien dalam keadaan duduk/berbaring dengan lengan

rileks, siku sedikit menekuk dan lengan pakaian diangkat hingga ke

atas;

b. Menempatkan tensimeter dengan membuka aliran air raksa, mengecek

saluran pipa, dan meletakkan manometer vertikal;

c. Memasang manset pada lengan atas, 3 cm di atas fossa cubitti.

Pemasangan jangan terlalu ketat atau longgar;

d. Carilah ateri brakialis, biasanya disebelah medial tendon bisep;


e. Lakukan perabaan pada arteri brakilais dengan satu jari dan tangan

yang lain melakukan pemompaan pada manset sampai kira-kira 30

mmHg di atas tekanan ketika arteri brakialis tidak teraba lagi;

f. Turunkan tekanan manset secara perlahan, sampai denyutan arteri

brakilais teraba kembali. Inilah yang disebut tekanan sistolik papatoir;

g. Kemudian ambil stetoskop dalam keadaan corong bel terbuka

diletakkan tepat di arteri brakialis untuk memudahkan auskultasi;

h. Pompa kembali manset sampai kurang lebih 30 mmHg di atas tekanan

sistolik palpatoir;

i. Secara perlahan turunkan tekanan manset dengan kecepatan 3-4

mmHg/detik. Dengar dan perhatikan denyut arteri brakialis mulai

terdengar kembali. Catat hasil yang ditunjukkan oleh jarum pada

sphygmomanometer.

Interpretasi nilai tekanan darah yang didapatkan dari hasil

pemeriksaan dapat merujuk pada nilai tekanan darah

Tekanan Darah
Normal Rata-rata

Usia Tekanan Darah (mm Hg)

Bayi Baru Lahir (300 g) 40 (rerata)


1 Bulan 85/54
1 Tahun 95/65
6 Tahun 105/65
10-13 Tahun 110/65
14-17 Tahun 120/75
Dewasa Tengah 120/80
Lansia 140/90
2. Denyut Nadi

Denyut nadi merupakan suatu gelombang tekanan yang timbul

dan bergerak cepat pada arteri dipengaruhi oleh kerja jantung yang

memompa darah ke seluruh tubuh melalu pembuluh darah arteri.

Frekuensi jantung normal

Usia Usia Denyut/mnt

Bayi 120-160
Todler 90-140
Prasekolah 80-110
Usia sekolah 75-100
Remaja 60-90
Dewasa 60-100

Frekuensi denyut nadi dalam satu menit sama dengan frekuensi

denyut jantung dalam satu menit. Denyut nadi dapat diperiksa dengan

melakukan perabaan pada arteri radialis ataupun nadi perifer lain. Namun,

lokasi tersering yang digunakan untuk pemeriksaan denyut nadi ialah pada

arteri radialis.

Penilaian yang dilakukan dalam pemeriksaan denyut nadi meliputi:

a. Tegangan nadi ,tegangan biasanya berkaitan dengan tekanan darah.

Tegangan nadi terdiri dari, pulsus normal, pulsus mollis/ tegangan nadi

lunak, dan pulsus durus/ tegangan nadi keras.

b. Isi nadi, interpretasi isi nadi dapat berupa kecil ataupun besar. Hasil ini

bergantung pada curah jantung dan keadaan pembuluh darah.

c. Frekuensi, frekuensi denyut nadi normal ialah 60-100x/menit. Jika

frekuensinya >100x/menit disebut takikardia, dan jika frekuensinya

<60x/menit disebut bradikardia. Tinggi rendahnya frekuensi denyut

nadi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti usia, aktivitas,


suhu tubuh, volume darah, keadaan psikis, posture tubuh, irama

sirkadian, dan obat-obatan tertentu.

d. Irama, pada seseorang yang kondisi haemodinamiknya baik, biasanya

irama yang diperoleh itu reguler (irama nadi teratur). Namun, pada

seseorang dengan penyakit jantung aatau kondisi tententu akan

diperoleh irama yang irregular (tidak teratur).

Prosedur pemeriksaan:

1) Meletakkan tangan yang akan diperiksa dalam keadaan rileks;

2) Meraba arteri radialis menggunakan 3 jari (jari telunjuk, jari

tengah, dan jari manis);

3) Menghitung frekuensi denyut nadi minimal selama 1 menit atau,

jika irama nadi kedua sisi tangan regular dapat dihitung selama 15

detik. Hasil yang didapat kemudian dikalikan empat.

4) Menilai irama dan isi nadi.

3. Pernapasan

Bernapas merupakan suatu proses yang terdiri dari inspirasi dan


ekspirasi yang dbantu oleh otot-otot bantu pernapasan. Pemeriksaan
pernapasan merupakan suatu teknik yang dilakukan untuk menilai fungsi
sistem pernapasan yang dapat meliputi tipe, frekuensi, dan kedalaman
pernapasan.
Frekuensi pernapasan
Rata-rata normal menurut

Usia Frekuensi

Bayi Baru Lahir 35-40


Bayi (6 Bulan) 30-50
Todler (2 Tahun) 25-32
Anak-anak 20-30
Remaja 16-19
Dewasa 12-20
Frekuensi bernapas normal ialah 16-20x/menit. Jika frekuensi

pernapasan diatas 20 x/menit maka disebut sebagai pernapasan cepat

(takipnea) dan jika frekuensinya kurang dari 16x/menit disebut sebgai

pernapasan lambat (bradipnea). Sedangkan untuk penilaian kedalaman

pernapasan, pada orang normal akan didapatkan pernapasan yang tidak

dalam dan juga tidak dangkal.

Prosedur pemeriksaan:

a. Pasien diminta untuk melepaskan baju bisa dalam keadaan duduk atau

berbaring;

b. Melakukan inspeksi atau pada punggung/dada dengan kedua tangan

untuk menghitung gerakan pernapasan selama 1 menit;

c. Menginterpretasikan hasil yang diperoleh.

4. Suhu Tubuh

Pemeriksaan suhu tubuh bertujuan untuk menilai keseimbangan

antara produksi dan pengeluaran panas oleh tubuh. Pemeriksaan suhu

tubuh biasanya diperiksa menggunakan termometer, baik termometer air

raksa maupun elektrik. Pemeriksaan ini biasanya dilakukan pada mulut,

lipatan ketiak (aksila), lipat paha, dan anus (rektum).

Pemeriksaan pada rektum memberikan nilai yang lebih tinggi


sebesar 0,4-0,5 derajat dan aksila biasanya lebih rendah dibanding
pemeriksaan lewat mulut. Lokasi pemeriksaan tersering ialah pada bagian
ketiak (aksila). Nilai suhu tubuh normal ialah 36,6°C-37,2°C. Rentang
suhu ini dapat meningkat dan menurun dipengaruhi oleh perubahan cuaca.
Prosedur pemeriksaan:

a. Pemeriksaan Pada Mulut (Oral)

1) Kibaskan termometer hingga menunjukkan suhu dibawah35,5°C;

2) Masukkan termometer dibawah lidah pemeriksa;


3) Minta pasien menutup mulut dan tunggu 2-3 menit;

4) Kemudian keluarkan termometer dari mulut dan baca hasil.

b. Pemeriksaan Pada Rektum

Pemeriksaan suhu pada rektum sering dilakukan pada bayi atau

dewasa dengan renjatan. Prosedurnya meliputi:

1) Ambil termometr dengan ujung yang bulat, lumasi bagian

ujungnya;

2) Masukkan ujung yang telas diberi pelumas kedalam anus sedalam

3-4 cm;

3) Cabut dan lakukan pembacaan setelah 3 menit.

c. Pemeriksaan Pada Ketiak

1) Kibaskan termometer hingga menunjukkan suhu dibawah35,5°C;

2) Ujung termometer yang berisi air raksa ditempatkan pada apex

fossa axilaris (puncak ketiak) dengan sendi bahu adduksi

(mendekati sumbu tubuh);

3) Cabut dan lakukan pembacaan setelah 3-5 menit.


BAB III

HASIL PRAKTIKUM

Nama : Muhammad Amond

Usia : 56 tahun

Pekerjaan :-

Alamat : Jl. Perintis Kemerdekaan VII

Vital Sign Hasil Pemeriksaan Keterangan

Denyut Nadi 65x per menit Normal

Frekuensi Pernapasan 19x per menit Normal

Tekanan Darah 130/100 mmHg Normal

Suhu 36,8oC Normal

Nama : Nur Alfiyanti Ntune

Usia : 18 tahun

Pekerjaan : Mahasiswa Keperawatan

Alamat : Pondok 3 Putri, Jl. Damai, Tamalanrea

Vital Sign Hasil Pemeriksaan Keterangan

Denyut Nadi 84x per menit Normal

Frekuensi Pernapasan 17x per menit Normal

Tekanan Darah 110/90 mmHg Normal

Suhu 36,1 oC Normal


Nama : Miraj Octavila Syahrani

Usia : 18 tahun

Pekerjaan : Mahasiswa Keperawatan

Alamat : Pondok Iraz, Jl. Damai Lr 4, Tamalanrea

Vital Sign Hasil Pemeriksaan Keterangan

Denyut Nadi 77x per menit Normal

Frekuensi Pernapasan 21x per menit Normal

Tekanan Darah 100/80 mmHg Normal

Suhu 36,3 oC Normal


DAFTAR PUSTAKA

Puji, Rizky. 2015. Pemeriksaan Vital Sign.


(https://www.softilmu.com/2015/11/pemeriksaan-vital-signs.html), diakses
pada 20 September 2019.
Ghadira, Saufa. 2018. Pemeriksaan tanda tanda vital (vital sign).
(https://seputarkuliahkesehatan.blogspot.com/2018/07/makalah-pemeriksaan-
tanda-tanda-vital.html), diakses pada 20 September 2019.
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai