Anda di halaman 1dari 40

BAB I

PENDAHULUAN

Pada bab ini akan dibahas tentang latar belakang dari praktikum pengukuran waktu kerja,
tujuan praktikum pengukuran waktu kerja, manfaat praktikum pengukuran waktu kerja,
batasan praktikum pengukuran waktu kerja serta asumsi dari praktikum pengukuran waktu
kerja.

1.1 Latar Belakang


Sejak awal, manusia diciptakan sebagai makhluk yang harus bekerja. Ini merupakan
hukum yang tidak dapat dihindari oleh siapa pun. Pada hakekatnya manusia memang
seorang pekerja (homo faber). Dalam hal ini dapat diartikan bahwa dalam siklus
kehidupannya, manusia adalah suatu mahluk yang gigih dan memiliki semangat kerja
dalam kaitannya dengan susunan kodrat kejasmanian. Haryatmoko (2003) menyatakan
bahwa yang menjadi ukuran ideal homo faber adalah kegunaan. Dalam hal ini manusia
harus mengetahui waktu kerja yang dibutuhkan untuk melakukan suatu pekerjaan tersebut.
Pada dasarnya pengukuran waktu kerja (work measurement) adalah pengukuran waktu
kerja (time study) adalah aktivitas untuk menentukan waktu yang dibutuhkan oleh seorang
operator (yang memiliki skill rata-rata dan terlatih baik) dalam melaksanakan sebuah
kegiatan kerja dalam kondisi dan tempo kerja yang normal (Wingjosoebroto, 2008:130).
Dalam dunia industri, waktu kerja merupakan salah satu faktor penting yang perlu
diperhatikan dalam suatu sistem produksi. Waktu kerja berperan penting dalam penentuan
produktivitas kerja serta dapat menjadi tolak ukur untuk menentukan metode kerja yang
lebih baik dalam penyelesaian suatu pekerjaan.
Secara umum ada dua metode dalam pengukuran waktu kerja, yaitu Direct Time Study
dan Indirect Time Study. Pengukuran kerja langsung merupakan pengukuran yang
dilakukan ditempat dimana pekerjaan yang diukur dijalankan. Indirect Time Study
merupakan pengukuran yang dilakukan tanpa pengamat harus ditempat pekerjaan yang di
ukur. Pada metode Direct Time Study (pengukuran kerja langsung) terdiri dari work
sampling dan stopwatch time study. Stopwatch time study merupakan aktivitas yang
mengawali dan menjadi landasan untuk kegiatan-kegiatan pengukuran kerja yang lain dan
dibagi menjadi tiga, yaitu Continuous Timing, Snap-Back Method, Accumulative Timing.

1
Dengan stopwatch time study baik untuk diaplikasikan pada pekerjaan yang singkat dan
berulang (repetitive). Dari hasil pengukuran akan diperoleh waktu baku untuk
menyelesaikan suatu siklus pekerjaan yang akan dipergunakan sebagai waktu standar
penyelesaian suatu pekerjaan bagi semua pekerja. Pada praktikum work measurement kali
ini menggunakan metode snap –back method. Untuk metode snap-back method), jarum
penunjuk stop watch akan selalu dikembalikan (snap-back) lagi ke posisi nol pada setiap
akhir dari elemen kerja yang diukur. Keuntungan metode ini adalah pengamat akan dapat
mengetahui variasi data waktu selama proses kerja berlangsung untuk setiap elemen kerja.
Sedangkan untuk metode pengukuran waktu secara akumulatif memungkinkan pembaca
data waktu secara langsung untuk masing-masing eleman kerja yang ada. Metode ini
memberikan keuntungan pembacaan yang lebih mudah dan lebih teliti.
Dalam pengukuran performansi kerja, dapat dilakukan dengan empat metode, yaitu
Skill and Effort Rating, Speed Rating, Westing House System’s Rating, Synte\hetic Rating.
Pada praktikum kali ini menggunakan Westing House System Rating karena pengukur
mempunyai sistematika yang jelas. Westing House System Rating diimplmentasikan
dengan cara membuat tabel tingkat performa (Performance Rating Table). Yakni tabel
yang berisikan nilai angka yang didasarkan pada tingkat masing-masing 4 faktor. Pada
bagian akhir, untuk menormalkan waktu, maka dilakukan pengalian waktu yang diperoleh
dari pengukuran kerja dengan jumlah ke 4 (empat) faktor rating yang dipilih. Skill
(Keterampilan): kemampuan mengikuti cara kerja yang ditetapkan. Effort (Usaha):
kesungguhan yang ditunjukkan operator ketika bekerja. Condition (Kondisi kerja): kondisi
lingkungan fisik lingkungan (pencahayaan, temperatur, dan kebisingan ruangan)
Consistency (Konsistensi): kenyataan bahwa setiap hasil pengukuran waktu menunjukkan
hasil yang berbeda-beda.
Praktikum pengukuran waktu kerja ini dilakukan untuk memahami pengukuran waktu
kerja dan konsep kerja, melakukan pengamatan waktu untuk didapatkan waktu tertentu
dalam proses perakitan dari awal hingga akhir untuk pengukuran waktu kerja. Dari
perhitungan waktu yang telah didapatkan maka kita bisa menganalisa tentang waktu
normal untuk melakukan pekerjaan tersebut.

1.2 Tujuan Praktikum


Berikut ini merupakan tujuan dilaksanakannya praktikum work measurement:

2
1. Mampu memahami konsep kerja, sistem kerja dan perannya dalam meningkatkan
efisiensi dan produktivitas.
2. Mampu menjalankan prosedur pengamatan kerja untuk keperluan pengukuran waktu
kerja.
3. Mampu memahami pengukuran waktu kerja.
4. Mampu membuat rencana peta proses operasi dan output standar.

1.3 Manfaat Praktikum


Berikut ini merupakan manfaat dilaksanakannya praktikum work measurement:
1. Praktikan dapat memahami konsep kerja, sistem kerja dan perannya dalam
meningkatkan efisiensi dan produktivitas.
2. Praktikan dapat menjalankan prosedur pengamatan kerja untuk keperluan pengukuran
waktu kerja.
3. Praktikan dapat memahami pengukuran waktu kerja.
4. Praktikan dapat membuat rencana peta proses operasi dan output standar.

1.4 Asumsi Praktikum


Berikut ini merupakan asumsi dari praktikum work measurement:
1. Data yang digunakan berdistribusi normal.
2. Data yang digunakan cukup.
3. Alat yang digunakan dalam kondisi baik
4. Aliran listrik selalu tersedia.

1.5 Batasan Praktikum


Berikut merupakan batasan dari praktikum work measurement:
1. Pengukuran setiap elemen dibatasi 6 replikasi

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai operation process chart, stopwatch time study,
westing house system’s rating, pengujian data, dan waktu standar serta output standar.

2.1 Operation Process Chart


Peta proses operasi (Operation Process Chart) adalah peta kerja yang menggambarkan
urutan kerja dengan jalan membagi pekerjaan tersebut menjadi elemen-elemen operasi
secara rinci. Kegunaan dari OPC sendiri adalah untuk mengetahui kebutuhan mesin dan
penganggarannya, memperkirakan kebutuhan material, dan membantu menentukan tata
letak pabrik. (Wignjosoebroto, 2006)
Informasi-informasi yang bisa didapatkan dalam peta proses operasi adalah sebagai
berikut:
1. Bahan baku dan bahan penunjang yang dibutuhkan.
2. Operasi yang dibutuhkan pada masing-masing komponen atau bagian dari bahan baku.
3. Waktu yang dibutuhkan dalam proses.
4. Mesin atau alat yang digunakan dalam operasi.
Dalam setiap peta proses operasi kegiatan dalam bentuk lambang atau simbol yang telah
dibakukan. Pada tahun 1947, American Society of Mechanical Engineer (ASME) membuat
standar lambang yang dapat dilihat pada Tabel 2.1.

5
Tabel 2. 1
Simbol ASME
Nama
Simbol Definisi Kegiatan
Kegiatan
Kegiatan operasi yang terjadi apabila benda kerja mengalami
perubahan sifat baik fisik maupun kimiawinya. Operasi merupakan
Operasi kegiatan yang paling banyak terjadi dalam suatu proses yang
biasanya terjadi di suatu mesin atau stasiun kerja.*)
Kegiatan pemeriksaan terhadap benda kerja atau peralatan, baik dari
segi kualitas maupun kuantitas. Lambang ini digunakan untuk
Inspeksi melakukan pemeriksaan terhadap suatu objek tertentu agar sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan. *)
Kegiatan menyimpan benda kerja untuk waktu yang cukup lama.
Jika benda kerja tersebut akan diambil kembali biasanya melakukan
Menyimpan
prosedur perizinan tertentu. *)

Transportasi Kegiatan transportasi atau pemindahan material. **)

Kegiatan menunggu (delay), yaitu dimana material sementara untuk


Menunggu
menunggu proses lebih lanjut. **)
Sumber: Wignjosoebroto (2006)
Keterangan:
*) dapat digunakan di OPC dan FPC
**) dapat digunakan di FPC
Berikut merupakan contoh dari OPC

Gambar 2. 1 Operation Process Chart


Sumber: Sutalaksana, 2006

6
2.2 Stopwatch Time Study
Pengukuran waktu kerja menggunakan jam henti diperkenalkan Frederick W. Taylor
pada abad ke-19. Metode ini baik untuk diaplikasikan pada pekerjaan yang singkat dan
berulang (repetitive). Dari hasil pengukuran akan diperoleh waktu baku untuk
menyelesaikan suatu siklus pekerjaan yang akan dipergunakan sebagai waktu standar
penyelesaian suatu pekerjaan bagi semua pekerja.
Metode pengukuran waktu yang digunakan untuk mengukur waktu elemen kerja metode
stopwatch time study antara lain:
1. Pengukuran Waktu Secara Terus Menerus (Continuous Timing)
Tombol stopwatch ditekan pada saat awal elemen kerja dan terus dibiarkan berjalan
selama periode studi. Waktu setiap elemen kerja akan diperoleh dengan cara
pengurangan dan dilakukan setelah studi pengukuran kerja selesai dilaksanakan.
2. Pengukuran Waktu Secara Berulang (Snap-Back Method)
Jarum penunjuk stopwatch selalu dikembalikan ke posisi nol setiap kali satu elemen
kegiatan selesai dilaksanakan. Waktu yang diamati dan dicatat merupakan waktu yang
sebenarnya.
3. Pengukuran Waktu Secara Penjumlahan (Accumulative Timing)
Merupakan kombinasi cara pengukuran dengan metode continuous dan snap-back
(pengukuran dilaksanakan dengan menggunakan dua atau lebih stopwatch yang bekerja
secara bergantian).

2.3 Westing House System’s Rating


Performance Rating adalah metode yang digunakan untuk mengukur performansi
seorang operator di dalam melakukan pekerjaan. Westing House Company (1927)
memperkenalkan sistem yang dianggap penting dan lengkap dibandingkan dengan sistem
yang ada, diantaranya keterampilan, usaha, kondisi kerja dan konsistensi untuk
menormalkan waktu kerja dengan mengalikan waktu yang diperoleh dari pengukuran kerja
dengan jumlah ke-empat rating faktor sesuai dengan performansi operator. (Sutalaksana,
Anggawisastra, & Tjakraatmadja, 1982)
Selain itu Westing House System’s Rating juga mengerahkan penilaian pada 4 faktor Commented [DS1]: Disamain semua penulisannya
Westing House System’s rating
yang dianggap menentukan kewajaran atau ketidakwajaran dalam bekerja yaitu
keterampilan adalah sebagai kemampuan mengikuti cara kerja yang ditetapkan, usaha adalah
kesungguhan yang ditunjukkan atau diberikan operator ketika melakukan pekerjaannya,

7
kondisi kerja adalah kondisi fisik lingkungan seperti keadaan pencahayaan, temperatur dan
kebisingan ruangan. konsistensi adalah waktu penyelesaian yang selalu tetap dari waktu ke
waktu (Sritomo, 1992).
Menurut Sutalaksana (2012), klasifikasi dari kategori tiap faktor yang ada di Westing
House System’s Rating adalah sebagai berikut. Commented [DS2]: Disamain semua penulisannya
Westing House System’s rating
1. Skill merupakan suatu cara untuk mengikuti tata cara kerja yang diterapkan, untuk itu
Commented [DS3]: Italic2 nya dibenerin lagi (yg lain2
keterampilan dibagi menjadi 6 kelas dengan ciri ciri dan definisi sebagai berikut. nya juga)

a. Super Skill
 Secara bawaan cocok dengan pekerjaannya
 Bekerja dengan sempurna
 Tampak seperti telah berlatih secara baik
 Gerakan gerakannya halus dan sangan cepat sehingga sangat sulit untuk diikuti
 Kadang kadang terkesan tidak berbeda dengan gerakan gerakan mesin
 Perpindahan darisatu elemen pekerjaan ke elemen pekerjaan lainnya tidak
terlampau terlihat karena lancarnya
 Tidak terkesan adanya gerakan gerakan berfikir dan merencana tentang apa
yang dikerjakan (sudah sangat otomatis)
 Secara umum dapat dikatakan bahwa pekerja yang bersangkutan merupakan
pekerja yang terbaik.
b. Excellent Skill
 Percaya pada diri sendiri.
 Tampak cocok dengan pekerjaannya
 Terlihat telah terlatih baik
 Bekerja teliti dengan tidak banyak melakukan pengukuran pengukuran atau
pemeriksaan pemeriksaan
 Gerakan gerakannya kerjanya beserta urutan urutan kerjanya dijalankan tanpa
kesalahan
 Menggunakan peralatan dengan baik
 Bekerjanya cepat tanpa mengorbankan mutu
 Bekerjanya cepat tetapi halus
 Bekerja berirama dan terkoordinasi
c. Good Skill

8
 Kualitas hasil baik
 Bekerjanya tampak lebih baik dari pada kebanyakan pekerja umumnya
 Dapat memberi petunjuk petunjuk pada pekerja lain yang keterampilannya
lebih rendah
 Tampak jelas sebagi pekerja yang cakap
 Tidak memerlukan banyak pengawasan
 Tiada keragu raguan
 Bekerjanya stabil
 Gerakan gerakannya terkoordinasi dengan baik
 Gerakan gerakannya cepat
d. Average Skill
 Tampak adanya kepercayaan pada diri sendiri
 Gerakan gerakannya tidak cepat tetapi tidak lambat
 Terlihat adanya perencanaan perencanaan pekerjaan
 Gerakan gerakannya cukup menunjukkan tiadanya keragu raguan
 Mengkorrdinasi tangan dan pikiran dengan cukup baik
 Tampak cukup terlatih dan karenanya mengetahui seluk beluk pekerjaannya
 Bekerja cukup teliti
 Secara keseluruhan cukup memuaskan
e. Fair Skill
 Tampak terlatih tapi belum cukup baik
 Mengenal peralatan dan lingkungan secukupnya
 Terlihat adanya perencanaan perencanaan sebelum melakukan gerakan.
 Tidak mempunyai kepercayaan diri yang cukup
 Tampaknya seperti tidak cocok dengan pekerjaannya tetapi telah ditempatkan
dipekerjaan itu sejak lama
 Mengetahui apa yang dilakukan dan harus dilakukan tetapi tampak tidak selalu
yakin
 Sebagian waktu terbuang karena kesalahan kesalahan sendiri
 Jika tidak bekerja sungguh sungguh outputya akan sangat rendah
 Biasanya tidak ragu ragu dalam menjalankan gerakan gerakannya.
f. Poor Skill

9
 Tidak bisa mengkoordinasi tangan dan pikiran
 Gerakan gerakannya kaku
 Kelihatan tidak adanya keyakinan keyakinan pada urutan urutan pekerjaan
 Seperti yang tidak terlatih untuk pekerjaan yang bersangkutan
 Tidak terlihat adanya kecocokan pada pekerjaannya
 Ragu ragu dalam menjalankan gerakan gerakan kerja
 Sering melakukan kesalahan kesalahan
 Tidak adanya kepercayaan pada diri sendiri
 Tidak bias mengambil inisiatif sendiri
2. Effort merupakan kesungguhan yang ditunjukkan atau diberikan operator ketika
melakukan pekerjaannya
a. Excessive Effort
 Kecepatannya sangat berlebihan
 Usahanya sangat sungguh sungguh tetapi dapat membahayakan kesehatannya
 Kecepatan yang ditibulkan tidak dapat dipertahankan sepanjang hari kerja
b. Excellent Effort
 Jelas terlihat kecepatan kerjanya yang tinggi
 Gerakan gerakannya lebih “ekonomis” dari pada operator operator biasa
 Penuh perhatian pada pekerjaannya
 Banyak memberi saran saran
 Menerima saran saran dan petunjuk petunjuk dengan senang
 Percaya kepada kebaikan maksud pengukuran waktu
 Tidak dapat bertahan lebih dari beberapa hari
 Bangga atas kelebihannya
 Gerakan gerakan yang salah terjadi sangat jarang sekali. Bekerjanya sistematis
 Karena lancarnya, perpindahan darisatu elemen ke elemen yang lain tidak
terlihat
c. Good Effort
 Bekerja berirama
 Saat saat menganggur sangat sedikit, bahkan tidak ada
 Penuh pehartian pada pekerjaannya
 Kecepatannya baik dan dapat dipertahankan sepanjang hari

10
 Percaya pada kebaikan maksud pengukuran waktu
 Memberi saran saran dan petunjuk petunjuk dengan senang
 Dapat memberikan saran saran untuk perbaikan kerja
 Tempat kerjanya diatur baik dan rapih
 Menggunakan alat alat yang tepat dengan baik
 Memelihara dengan baik kondisi peralatan.
d. Average Effort
 Tidak sebaik good, tetapi lebih baik dari poor
 Bekerja dengan stabil
 Menerima saran saran tetapi tidak melaksanakannya
 Set up dilaksanakan dengan baik
 Melakukan kegiatan kegiatan perencanaan
e. Poor Effort
 Banyak membuang buang waktu
 Tidak memperlihatkan adanya minat kerja
 Tidak mau menerima saran saran
 Tampak malas dan bekerja lambat
 Melakukan gerakan gerakan yang tidak perlu untuk mengambil alat alat dan
bahan bahan
 Tempat kerjanya tidak diatur dengan rapih
 Tidak peduli pada cocok / baik tidaknya peralatan yang dipakai
 Mengubah ubah tata letak tempat kerja yang telah diatur
 Set up kerjanya terlihat tidak baik.
3. Condition atau kondisi fisik dalam Westing House System’s Rating yang dibagi menjadi
5 kelas diantaranya Excellent, Good, Average, Fair dan Poor. kondisi kerja menurut
Westing House System’s Rating adalah kondisi fisik lingkungan meliputi keadaan
pencahayaan, temperatur dan kebisingan ruangan. Faktor kondisi kerja merupakan
faktor yang ada diluar kondisi operator, sehingga dalam mengubahnya, pihak
management-lah yang dapat mengubahnya. Kondisi fisik yang ideal tidak selalu sama
antara kondisi fisik proses kerja satu dengan prose kerja yang lainnya. Hal ini
dikarenakan menyesuaikan proses kerja yang terjadi guna mendukung performance

11
kerja operator yang bersangkutan. Sehingga dalam proses penilaiannya peneliti harus
mengetahui kondisi seperti apa untuk mendukung performance kerja operator tersebut.
4. Consistency atau konsistensi, hal ini karena pada saat pengukuran waktu, waktu
penyelesaian operator selalu berubah-ubah. Sebagaimana dengan hal tersebut,
konsistensi dibagi menjadi 6 kelas yaitu: perfect, excellent, good, average, fair dan poor.
Operator dapat dikatakan perfect apabila dapat bekerja dengan waktu yang dapat
dikatakan tetap dari saat ke saat. Sebaliknya operator dapat dikatakan memiliki
konsistensi poor apabila waktu penyelesaiannya berselisih jauh dari rata-rata secara
acak.
Berikut ini merupakan tabel parameter Westing House System’s Rating.
Tabel 2. 2
Westing House System's Rating
SKILL EFFORT
+ 0,15 A1 – Superskill 0,00 D1 – Average + 0,13 A1 – Excessive 0,00 D1 – Average
+ 0,13 A2 - 0,05 E1 – Fair + 0,12 A2 - 0,04 E1 – Fair
+ 0,11 B1 – Excellent - 0,10 E2 + 0,10 B1 – Excellent - 0,08 E2
+ 0,08 B2 - 0,16 F1 – Poor + 0,08 B2 - 0,12 F1 – Poor
+ 0,06 C1 – Good - 0,22 F2 + 0,05 C1 – Good - 0,17 F2
+ 0,03 C2 + 0,02 C2
CONDITIONS CONSISTENCY
+ 0,06 A – Ideal + 0,04 A – Perfect
+ 0,04 B – Excellent + 0,03 B – Excellent
+ 0,02 C – Good + 0,01 C – Good
0,00 D – Average 0,00 D – Average
- 0,03 E – Fair - 0,02 E – Fair
- 0,07 F – Poor - 0,04 F – Poor
Sumber: Wignjosoebroto (2008)
Keterangan:
PR = 1 + Total Westing House System’s Rating

2.4 Uji Kecukupan Data


Uji kecukupan data diperlukan untuk memastikan bahwa yang telah dikumpulkan dan
disajikan adalah cukup secara obyektif. Berikut macam-macam metode uji kecukupan data.
1. Uji Kecukupan Data dengan Data Pengamatan
Dalam hal ini uji kecukupan data menggunakan data hasil pengamatan bukan jumlah
kuesioner. Data hasil pengamatan itu contohnya tinggi pertumbuhan anak, lebar kepala
anak, waktu pengamatan dan yang lainnya yang bersifat eksperimen. Untuk uji
kecukupan data ini menggunakan rumus berikut.

12
𝑘
√𝑁.∑ 𝑥𝑖 2 −(∑ 𝑥𝑖)2
𝑁′ = [𝑠 ∑ 𝑥𝑖
] (2-1)

Sumber: Wignjosoebroto (2008)


Keterangan: Commented [DS4]: Sumber?

N’ = Jumlah Pengamatan yang seharusnya dilakukan


K = Tingkat kepercayaan dalam pengamatan.
Jika tingkat keyakinan 99%, maka k = 2,58 ≈ 3
Jika tingkat keyakinan 95%, maka k = 1,96 ≈ 2
Jika tingkat keyakinan 68%, maka k ≈ 1
s = Derajat ketelitian dalam pengamatan.
Jika tingkat keyakinan 99% maka s = 1%
Jika tingkat keyakinan 95% maka s = 5% dst
N = Jumlah Pengamatan yang sudah dilakukan.
Xi = Data Pengamatan.

2.5 Uji Keseragaman Data


Pengujian keseragaman data adalah suatu pengujian yang berguna untuk memastikan
bahwa data yang dikumpulkan berasal dari satu sistem yang sama. Melalui pengujian dapat
mengetahui adanya perbedaan data di luar batas kendali (out of control) yang dapat
digambarkan pada peta kontrol. Data-data yang demikian dibuang dan tidak dipergunakan
dalam perhitungan selanjutnya.
Berikut merupakan rumus yang digunakan dalam pengujian keseragaman data.
Σ𝜒
X̄ = 𝑛 𝑖 (2-2)
𝐵𝐾𝐴 = 𝑋̅ + 𝑘𝜎 (2-3)
𝐵𝐾𝐵 = 𝑋̅ − 𝑘𝜎 (2-4)
Sumber: Wignjosebroto (2008)
Keterangan:
σ= Standar deviasi Commented [DS5]: format

𝑋̅ = Rata-rata
k= Nilai indeks pada tabel distribusi normal yang besarnya tergantung tingkat
kepercayaan yang diambil.
BKA = Batas Kendali Atas
BKB = Batas Kendali Bawah

13
2.6 Uji Normalitas Data
Uji normalitas adalah pengujian data untuk melihat apakah nilai residual terdistribusi
normal atau tidak (Imam Ghazali, 2011:29). Data yang berdistribusi normal akan
memperkecil kemungkinan terjadinya bias. Dalam penelitian ini, untuk mengetahui
kenormalan distribusi data menggunakan Kolmogorov-Smirnov Test melalui program SPSS
21 for windows. Apabila nilai Asymp. Sig. suatu variabel lebih besar dari level of significant
5% (> 0.050) maka variabel tersebut terdistribusi normal, sedangkan jika nilai Asymp. Sig.
suatu variabel lebih kecil dari level of significant 5% (< 0.050) maka variabel tersebut tidak
terdistribusi dengan normal. (Apriyono, 2013)
Berikut rumus untuk melakukan perhitungan uji normalitas data
(01 − 𝐸1 )
𝑋2 = Σ 𝐸1
(2-5)
Sumber: Handayani, 2016 Commented [DS6]: format

2.7 Waktu Standar dan Output Standar


Waktu standar adalah jumlah waktu yang dibutuhkan guna menyelesaikan suatu
pekerjaan dalam kondisi standar, yakni dengan memperhitungkan penyesuaian dan
kelonggaran yang dibutuhkan dalam menyelesaikan pekerjaan tersebut.
Berikut merupakan penjelasan dari waktu siklus, waktu normal, waktu standar, dan
output standar.
2.7.1 Waktu Siklus Commented [DS7]: numberingnya udh bener?

Waktu standar adalah jumlah waktu yang dibutuhkan guna menyelesaikan suatu
pekerjaan dalam kondisi standar, yakni dengan memperhitungkan penyesuaian dan
kelonggaran yang dibutuhkan dalam menyelesaikan pekerjaan tersebut. Berikut merupakan
penjelasan dari waktu siklus, waktu normal, waktu standar, dan output standar.
Σ𝜒
𝑊𝑠𝑖𝑘𝑙𝑢𝑠 = Σ 𝑁 𝑖 (2-6)
Sumber: Wignjosoebroto (2008)
Keterangan:
𝜒𝑖 = Waktu untuk mengamati (detik)
𝑁 = Jumlah pengamatan
2.7.2 Waktu Normal
Waktu normal adalah waktu penyelesaian pekerjaan yang diselesaikan oleh pekerja
dalam kondisi wajar dan kemampuan rata-rata.
𝑊𝑁𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙= 𝑊𝑠𝑖𝑘𝑙𝑢𝑠 × 𝑃 (2-7)
Sumber: Wignjosoebroto (2008)

14
Keterangan:
𝑊𝑠𝑖𝑘𝑙𝑢𝑠 = Waktu siklus (detik)
P = Performance rating

2.7.3 Waktu Standar


Waktu standar adalah waktu yang dibutuhkan secara wajar oleh pekerja normal untuk
menyelesaikan pekerjaannya yang dikerjakan dalam sistem kerja terbaik saat itu.
100%
𝑊𝑆𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 = 𝑊𝑁𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙 × 100%−%𝐴𝑙𝑙𝑜𝑤𝑎𝑛𝑐𝑒 (2-8)
Sumber: Wignjosoebroto (2008)
Keterangan:
𝑊𝑁𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙 = Waktu normal (detik)
Allowance= kelonggaran
Pemakaian data waktu standar dalam penelitian waktu akan mendatangkan keuntungan
diantaranya:
a. Dengan adanya waktu standar, waktu yang dihemat oleh pengukur akan cukup besar
dibandingkan dengan pengukuran waktu menggunakan stopwatch
b. Untuk keperluan pekerjaan yang cukup banyak, pengukur yang diperlukan tidak
sebanyak jumlah pengukur dengan cara langsung, selain itu tingkat keahlian pengukur
tidak perlu terlalu tinggi
c. Dengan adanya data waktu standar pengukur dengan mudah menafsirkan berapa waktu
yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan.

2.7.4 Output Standar


Output Standar adalah penentuan berapa lama waktu penyelesaian suatu pekerjaan dapat
dilakukan tanpa harus berada ditempat pekerjaan secara langsung. Setelah mendapatkan
waktu standar, maka kita dapat menghitung output standar (unit) dengan menggunakan
persamaan dibawah ini:
1
Output Standar = 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟𝑑 (2-9)
Sumber: Wignjosoebroto (2008)

15
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

Pada bab ini akan dibahas mengenai diagram alir praktikum, alat dan bahan, dan
prosedur pelaksanaan praktikum yang terdiri dari proses perakitan benda kerja yang
nantinya akan menjadi suatu produk.

3.1 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang dibutuhkan pada Praktikum Modul 2 Work Measurement adalah
sebagai berikut:
1. Desain produk
Digunakan untuk acuan ukuran benda kerja
2. Badan depan akrilik
Digunakan sebagai benda kerja praktikum
3. Badan belakang akrilik
Digunakan sebagai benda kerja praktikum
4. Alas akrilik
Digunakan sebagai benda kerja praktikum
5. Rel akrilik
Digunakan sebagai benda kerja praktikum
6. Baterai 9 volt dan slot
Digunakan sebagai sumber energi lampu LED
7. Lampu LED
Digunakan sebagai komponen penyusun Polaroid LED Frame
8. Kabel
Digunakan untuk menghubungkan baterai
9. Solder
Digunakan untuk menyolder kabel slot dengan kutub lampu LED
10. Lem akrilik
Digunakan untuk menempelkan benda kerja
11. Timah

17
Digunakan untuk menyambungkan kabel dengan lampu LED
12. Stopwatch
Digunakan untuk mengetahui waktu kerja operator
13. Worksheet
Digunakan untuk mencatat hasil pengamatan
14. Jarum suntik
Digunakan sebagai alat bantu untuk menempelkan benda kerja

18
3.2 Diagram Alir
Berikut ini merupakan diagram alir pada modul Work Measurement

Mulai A

Tinjauan Pustaka

Apakah data Uji statistik Non-


Tidak
normal? Parametrik
Identifikasi masalah

Ya

Menentukan Performance
Breakdown elemen
Rating
kerja

Menentukan Allowance
Pengambilan data
waktu

Menghitung waktu siklus

Uji kecukupan data

Menghitung waktu normal

Apakah data
Tidak Penambahan data Menghitung waktu standar
mencukupi?

Ya

Uji keseragaman Membuat OPC


data

Menganalisa hasil
pengamatan
Apakah data sudah
Tidak Eliminasi data
seragam?

Kesimpulan dan Saran


Ya

Uji normalitas

A Selesai

Gambar 3. 1 Diagram Alir Praktikum

19
3.3 Prosedur Pelaksanaan Praktikum
Berikut ini prosedur praktikum pada modul Work Measurement.
1. Mulai
2. Mempelajari tinjauan pustaka Commented [DS8]: Di flowchart masih belum pake input
ya
3. Mengidentifikasi masalah
4. Breakdown elemen kerja
5. Melakukan pengambilan data waktu pengerjaan setiap langkah menggunakan
stopwatch
6. Melakukan uji kecukupan data
7. Apakah data mencukupi? Jika Ya, lanjut ke langkah 9, jika Tidak lanjut ke langkah 8
8. Melakukan penambahan data
9. Melakukan uji keseragaman data
10. Apakah data sudah seragam? Jika Ya lanjut ke langkah 12, jika Tidak lanjut ke
langkah 11
11. Melakukan eliminasi data
12. Melakukan uji normalitas
13. Apakah data normal? Jika Ya lanjut ke langkah 15, jika Tidak lanjut ke langkah 14
14. Melakukan uji statistik Non-Parametrik
15. Menentukan Performance Rating dari operator
16. Menentukan Allowance
17. Menghitung waktu siklus
18. Menghitung waktu normal
19. Menghitung waktu standar
20. Membuat Operation Process Chart (OPC)
21. . Commented [DS9]: Output: Waktu observasi, Normal,
Standar, Output standar, mini clock, Performance rating,
22. Menganalisa hasil pengamatan Operation Process Chart (OPC)

23. Kesimpulan dan saran


24. Selesai

20
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan membahas tentang gambaran umum praktikum, operation process
chart, rekap waktu proses pembuatan produk, uji kecukupan data, uji keseragaman data, uji
normalitas, menentukan performance rating dan allowance, perhitungan waktu observasi,
waktu normal, dan waktu standar serta analisis hasil pengukuran kerja dari praktikum Work
Measurement.

4.1 Gambaran Umum Praktikum Commented [DS10]: Format numbering

Pada praktikum Work Measurement ini dilakukan pengukuran kerja pada tahap
pembuatan produk dan tahap perakitan produk. Bertujuan agar dapat memahami dan
menerapkan konsep serta sistem kerja untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas.
Waktu yang diukur adalah waktu yang dibutuhkan operator dalam menyelesaikan setiap
elemen kerja yang ada dalam proses. Terdapat 5 workstation yaitu Meja, Mesin Engraver, Commented [DS11]: Kata asing ya dibenerin semuaaaa

Mesin Scroll Saw, Mesin gerinda dan Assembling. Dengan masing masing elemen kerja
didalamnya. Masing masing kelompok akan membagi jobdesk diantaranya adalah 1 orang
operator yang akan membuat produk sesuai dengan elemen-elemen kerja yang sudah
ditentukan, 1 orang pemegang stopwatch, 2 orang pengamat untuk menentukan performance
rating berdasarkan kondisi – kondisi operator, 1 orang pemegang worksheet untuk mencatat
waktu dan 1 orang dokumentasi.
Praktikum ini menggunakan beberapa alat bantu atau metode analisis untuk
mendapatkan hasil yang diharapkan. Diantaranya adalah Operation Process Chart sebagai
penggambaran urutan kerja secara rinci, pengukuran kerja menggunakan jenis metode jam
henti yaitu Snap-Back Method. Dimana jarum penunjuk stopwatch selalu dikembalkan ke
posisi nol setiap satu elemen kerja selesai dilaksanakan. Kemudian pengukuran performansi
kerja mengunakan metode Westing House System’s Rating yang digunakan untuk mengukur
performansi kerja operator dengan acuan 4 kriteria yaitu kecakapan, usaha, kondisi kerja,
dan konsistensi. Kemudian alat bantu untuk menguji data, diantaranya adalah uji kecukupan
data, uji keseragaman data, dan uji normalitas. Kemudian alat bantu untuk menentukan
waktu standar dan output standar yaitu dengan penentuan waktu siklus, waktu normal, waktu
standar dan output standar.

22
4.2 Operation Process Chart
Berikut merupakan peta proses operasi dari pembuatan 3D Polaroid LED Frame.

Gambar 4. 1 Operation Process Chart Polaroid LED Frame Commented [DS12]: Benerin opc

Pada Operation Process Chart diatas dapat disimpulkan bahwa dalam pembuatan
produk Polaroid LED frame dilakukan dengan 17 proses operasi dan 4 proses operasi &
inspeksi. Dengan total waktu 3435 detik atau 57 menit 25 detik.

23
4.3 Rekap Waktu Proses Keseluruhan Pembuatan Produk
Dalam subbab ini akan dijelaskan mengenai rekap waktu proses keseluruhan pembuatan
produk polaroid LED frame dalam bentuk tabel berdasarkan workstation-nya. Berikut
merupakan rekap waktu proses keseluruhan pembuatan produk pada 5 workstation dengan
6 kali replikasi. Commented [DS13]: Dibikin poin2
1.Workstation 1
Tabel 4. 1 Rekap Waktu Proses Elemen Kerja Workstation 1 (Meja) Berikut ini merupakan rekap waktu prosesn elemen
Elemen Kerja kerja pada ws 1
Mengukur rel dan membagi garis (tabel)
1
88 detik 2.Workstation 2
Mengukur alas akrilik dan membagi garis
2 3.dst
210 detik
Mengukur frame belakang akrilik dan membagi garis
3
90 detik
Membuka bungkus akrilik pada alas akrilik
4
7 detik
Membuka bungkus akrilik pada frame belakang akrilik
5
8 detik
Memasang double tape pada bagian belakang frame depan akrilik
6
108 detik
Membuka bungkus depan akrilik pada frame depan akrilik
7
15 detik
Membuka double tape pada bagian belakang frame depan akrilik
8
53 detik
Tabel 4. 2 Rekap Waktu Proses Elemen Kerja Workstation 2 (Mesin Engraver)
Elemen Kerja
Menempelkan badan akrilik pada Mesin Engraver
9
14 detik
Insert garis pembatas dan desain ukuran
10
15 detik
Menentukan titik nol pada Mesin Engraver
11
115 detik
Melakukan pengukiran garis pembatas dan desain ukiran
12
705 detik
Mengambil benda kerja
13
9 detik
Mengembalikan dan membersihkan Mesin Engraver sesuai kondisi awal
14
34 detik
Tabel 4. 3 Rekap Waktu Proses Elemen Kerja Workstation 3 (Mesin Scroll Saw)
Elemen Kerja
Memotong rel akrilik
15
135 detik
Memotong alas akrilik
16
359 detik
Memotong frame belakang akrilik
17
557 detik
Memotong frame depan akrilik
18
288 detik

24
Tabel 4. 4 Rekap Waktu Proses Elemen Kerja Workstation 4 (Mesin Gerinda)
Elemen Replikasi
Kerja 1 2 3 4 5 6
Inspeksi rel akrilik
19
30 detik 18 detik 11 detik 8 detik 26 detik 10 detik
Inspeksi alas akrilik
20
22 detik 6 detik 9 detik 10 detik 19 detik 18 detik
Inspeksi frame depan akrilik
21
11 detik 6 detik 3 detik 8 detik 6 detik 11 detik
Inspeksi frame belakang akrilik
22
6 detik 5 detik 6 detik 7 detik 10 detik 6 detik
Pengerjaan kembali rel akrilik
23
51 detik 27 detik 46 detik 38 detik 22 detik 17 detik
Pengerjaan kembali alas akrilik
24
51 detik 11 detik 9 detik 17 detik 25 detik 10 detik
Pengerjaan kembali frame depan akrilik
25
85 detik 21 detik 50 detik 11 detik 19 detik -
Pengerjaan kembali frame belakang akrilik
26
18 detik 7 detik 14 detik - - -
Tabel 4. 5 Rekap Waktu Proses Elemen Kerja Workstation 5 (Assembling)
Elemen Replikasi
Kerja 1 2 3 4 5 6
Membuka kertas pelindung akrilik pada frame belakang
27
3 detik 4 detik 1 detik 3 detik 2 detik 1 detik
Membuka kertas pelindung akrilik pada alas akrilik
28
2 detik 3 detik 1 detik 1 detik 1 detik 2 detik
Menempelkan rel pada alas akrilik
29
40 detik 29 detik 21 detik 23 detik 22 detik 24 detik
Menempelkan frame depan pada rel
30
45 detik 33 detik 17 detik 15 detik 16 detik 15 detik
Menempelkan frame belakang pada rel
31
18 detik 17 detik 16 detik 13 detik 15 detik 15detik
Membuka double tape lampu LED dan menempelkan pada alas akrilik
32
21 detik 15 detik 14 detik 11 detik 9 detik 8 detik
Menyolder kabel dengan slot pada lampu LED
33
24 detik 25 detik 30 detik 19 detik 20 detik 22 detik
Memasang baterai pada slot
34
2 detik 2 detik 1 detik 2 detik 2 detik 2 detik

4.4 Uji Kecukupan Data


Berdasarkan hasil dari praktikum, maka akan dilakukan uji kecukupan data untuk
memastikan bahwa yang telah dikumpulkan dan disajikan adalah cukup secara obyektif.
Uji kecukupan data dengan data pengamatan berupa waktu pengamatan dan jumlah
pengamatan yang telah dilakukan, sehingga uji kecukupan data dapat dihitung
menggunakan rumus berikut.
𝑘√ 2
∑ 2
′ 𝑠 𝑁. 𝑋𝑖 − (∑ 𝑋𝑖)
𝑁 =
∑ 𝑋𝑖

25
Di rumus tersebut terdapat variabel ‘k’ dan ‘s’ yang masing masing merupakan tingkat Commented [DS14]: format rumus
sumber
kepercayaan dan derajat ketelitian dalam pengamatan. Dan pada pengukuran praktikum ini
menggunakan tingkat keyakinan 95%. Karena dalam pengukuran waktu tingkat ketelitian
seperti ini memang lazim digunakan dan keakuratannya dianggap sudah mewakili data
yang ada sehingga jika kesalahan terjadi tidak menyebabkan kesalahan fatal ataupun
beresiko. Jika hasil N’ > N maka data tidak mencukupi dan harus dilakukan pengukuran
tambahan. Sedangkan jika N’ < N maka data sudah tercukupi dan tidak perlu dilakukan
pengukuran tambahan. Berikut adalah perhitungan uji kecukupan data pada masing-masing
elemen kerja di workstation 5.
1. Elemen kerja 27:
2
2
𝑥 40 − 196
′ 0,05 √6
𝑁 = [ ] = 359,183
14

2. Elemen kerja 28: Commented [DS15]: ini masi yg salah ya? Dibenerin dulu
semuanya trus di format sama disatuin
2
2
𝑥 20 − 100
0,05 √6
𝑁′ = [ ] = 319,99
10

3. Elemen kerja 29:


2
2
𝑥 4471 − 25281
′ 0,05 √6
𝑁 = [ ] = 97,78
159

4. Elemen kerja 30:


2
2
𝑥 4109 − 19881
′ 0,05 √6
𝑁 = [ ] = 384,125
141

5. Elemen kerja 31:


2
2
𝑥 1488 − 8836
′ 0,05 √6
𝑁 = [ ] = 16,659
94

6. Elemen kerja 32:


2
2
𝑥 1128 − 6084
0,05 √6
𝑁′ = [ ] = 179,881
78

7. Elemen kerja 33:

26
2
2
𝑥 3346 − 19600
′ 0,05 √6
𝑁 = [ ] = 18496
140

8. Elemen kerja 34:


2
2
𝑥 21 − 121
0,05 √6
𝑁′ = [ ] = 330,578
11

Dapat disimpulkan bahwa pada perhitungan Workstation 5 data dianggap tidak cukup
karena didapatkan hasil N’ > N. Tetapi karena keterbatasan praktikum dan diasumsikan data
cukup, maka data tidak dapat diambil ulang sesuai dengan teori seharusnya. Berikut adalah
tabel dari hasil perhitungan uji kecukupan data pada setiap elemen kerja di Workstation 5.
Tabel 4. 6 Hasil Perhitungan Uji Kecukupan Data pada Elemen Kerja Workstation 5
Elemen Replikasi 𝟐
N ∑ 𝑿𝒊 ∑ 𝑿𝟐𝒊 (∑ 𝑿𝒊 ) 𝑵′
Kerja 1 2 3 4 5 6
27 3 4 1 3 2 1 6 14 40 196 359,183
28 2 3 1 1 1 2 6 10 20 100 319,99
29 40 29 21 23 22 24 6 159 4471 25281 97,78
30 45 33 17 15 16 15 6 141 4109 19881 384,125
31 18 17 16 13 15 15 6 94 1488 8836 16,659
32 21 15 14 11 9 8 6 78 1128 6084 179,881
33 24 25 30 19 20 22 6 140 3346 19600 18496
34 2 2 1 2 2 2 6 11 21 121 330,578

4.5 Uji Keseragaman Data


Pada uji keseragaman data, data yang akan diuji adalah data yang didapat melalui
praktikum work measurement pada workstation 5 seperti pada Tabel 4.5.
Pengujian keseragaman data digunakan untuk memastikan data yang terkumpul berasal
dari sistem yang sama.
Untuk menguji keseragaman data dapat menggunakan rumus sebagai berikut.
Σ𝜒
X̄ = 𝑖
𝑛
𝐵𝐾𝐴 = 𝑋̅ + 𝑘𝜎
𝐵𝐾𝐵 = 𝑋̅ − 𝑘𝜎
Sumber: Wignjosebroto (2008)
Keterangan:
σ= Standar deviasi
𝑋̅ = Rata-rata
k= Nilai indeks pada tabel distribusi normal yang besarnya tergantung tingkat
kepercayaan yang diambil.

27
BKA = Batas Kendali Atas
BKB = Batas Kendali Bawah
Pengujian keseragaman data dilakukan untuk mengetahui homogenitas data atau untuk
mengetahui tingkat keyakinan tertentu. Berikut adalah salah satu contoh perhitungan uji
keseragaman pada elemen kerja 27 workstation 5.
Tahap 1: Menghitung rata-rata
∑ 𝑋𝑖 14
𝑋̅ = = = 2,33
𝑁 6
Tahap 2: Menghitung standar deviasi

∑𝑛𝑖=1,2,3,5,6 (𝑋𝑖 − 𝑋̅)


𝜎= √
𝑛−1

∑𝑛𝑖=1,2,3,5,6(3 − 2,33) + (4 − 2,33) + (1 − 2,33) + (3 − 2,33) + (2 − 2,33) + (1 − 2,33)


=√
6−1

∑𝑛𝑖=1,2,3,5,6(0,67) + (1,67) + (−1,33) + (0,67) + (−0,33) + (−1,33)


= √
6−1

= 1,211
Tahap 3: Menghitung Batas Kendali Atas (BKA) dan Batas Kendali Bawah (BKB)
𝐵𝐾𝐴 = 𝑋̅ + 𝑘 𝜎 = 2,33 + (2 𝑥 1,211) = 5, 966
𝐵𝐾𝐵 = 𝑋̅ − 𝑘 𝜎 = 2,33 − (2 𝑥 1,211) = −1,31
Dari tahap perhitungan diatas maka didapat rata-rata sebesar 2,33 dan standar deviasi
sebesar 1,21 serta BKA dan BKB sebesar 5,966 dan -1,31 dari elemen kerja tersebut.

Gambar 4. 2 Grafik Hasil Uji Keseragaman


Grafik diatas menunjukkan bahwa hasil uji keseragaman untuk elemen 27 adalah
seragam dikarenakan grafik yang terbentuk tidak melewati garis batas kendali atas maupun
garis batas kendali bawah data.
Berikut adalah hasil uji keseragaman keseluruhan data elemen kerja worstation 5.

28
Tabel 4. 7 Hasil Rekap Uji Keseragaman Data pada Elemen Kerja Workstation 5
Elemen Replikasi ke- Juml Standar
Mean BKA BKB Ket.
Kerja 1 2 3 4 5 6 ah Deviasi
27 3 4 1 3 2 1 14 2,333 1,211 5,966 -1,3 Seragam
28 2 3 1 1 1 2 10 1,67 0,8165 4,120 -0,780 Seragam
29 40 29 21 23 22 24 159 26,5 7,176 48.03 4.97 Seragam
30 45 33 17 15 16 15 141 23,5 12,61 61,33 -14.33 Seragam
31 18 17 16 13 15 15 94 15,67 1,751 20,92 10.42 Seragam
32 21 15 14 11 9 8 78 13 4,775 27,33 -1,33 Seragam
33 24 25 30 19 20 22 140 23,3 3,983 35,25 11,35 Seragam
34 2 2 1 2 2 2 11 1,83 0,4082 3,055 0,605 Seragam Commented [DS16]: Ga gini ☹
Dari tabel diatas, maka dapat disimpulkan bahwa seluruh data dari workstation 5 adalah
seragam sesuai dengan asumsi dari praktikum ini.

4.6 Uji Normalitas


Uji normalitas adalah pengujian untuk melihat persebaran data yang didapatkan
berdistribusi normal atau tidak dari P-Value yang dihasilkan. Jika P-Value yang dihasilkan
lebih dari 5% (>0.050) maka data berdistribusi normal sedangkan jika kurang dari 5%
(<0.050) maka data tidak dapat dikatakan normal.
Untuk pengujian kenormalan, bisa dihitung dengan software MiniTab.
Berikut langkah yang harus dilakukan.
1. Input data yang sudah diurutkan pada Worksheet.

Gambar 4. 3 Data Berurut di MiniTab

29
2. Pilih Probability Plot pada Graph pada MenuBar.

Gambar 4. 4 Probability Plot


3. Pilih Single kemudian OK

Gambar 4. 5 Select: Single


4. Masukkan judul kolom (double click) yang diberisi data pada textbox Graph variables.

Gambar 4. 6 Input C1 Workstation 5


5. Pastikan distribusi yang dipilih sudah tepat (distribusi normal) dengan klik pada
Distribution dan akan muncul kotak dialog seperti ini. Jika sudah tepat, klik OK untuk
kedua kotak dialog yang masih terbuka.

30
Gambar 4. 7 Distribution: Normal
6. Berikut hasil probability distribution plot dari data pada workstation 5. Commented [DS17]: Paragraf pertama kasi pengertian
dan tujuan dari uji normalitas data
Trus dijelasin tahapan uji normalitas data (di screenshot)

Trus paragraf di analisis dari hasil uji normalitas itu gimana


hasilnya

Gambar 4. 8 Grafik Distribusi


Berdasarkan hasil perhitungan probability distribution plot dari MiniTab18 dapat
diketahui bahwa mean dari data yang didapatkan adalah 13,42 dengan standar deviasi adalah
11,25 dan P-Value dari data yang diambil pada workstation 5 adalah <0.005 atau kurang
dari 0.05%. Maka, dari hasil uji normalitas dapat disimpulkan bahwa data pada workstation
5 adalah tidak normal dikarenakan P-Value yang dihasilkan adalah <0.005 atau kurang dari
0.05%. Namun, pada praktikum kali ini diasumsikan bahwa semua data berdistribusi normal.

4.7 Menentukan Performance Rating dan Allowance Proses Perakitan Polaroid


LED Frame
Performance Rating merupakan kegiatan evaluasi kecepatan atau tempo kerja operator
pada saat pengukuran kerja berlangsung, untuk menentukan performasi operator terdapat 4
kriteria yaitu skill, effort, condition dan consistency. Sedangkan allowance merupakan
kelonggaran waktu yang dibutuhkan operator untuk memenuhi kebutuhan pribadi seperti
istirahat melepas lelah, allowance yang digunakan pada proses perakitan Polaroid LED
frame yaitu personal needs, delay dan fatigue.

31
4.7.1 Menentukan Performance Rating Proses Perakitan Polaroid LED Frame
Performance Rating diperlukan untuk mengukur performansi operator dalam
melakukan pekerjaan. Performance rating yang digunakan pada praktikum ini adalah
menggunakan metode Westing House System’s Rating dengan acuan 4 kriteria yaitu
kecakapan (skill), usaha (effort), kondisi kerja (condition), dan konsistensi (consistency).
Berikut ini merupakan tabel Westing House System’s Rating.
Tabel 4. 8 Westing House System's Rating
SKILL EFFORT
+ 0,15 A1 – Superskill 0,00 D1 – Average + 0,13 A1 – Excessive 0,00 D1 – Average
+ 0,13 A2 - 0,05 E1 – Fair + 0,12 A2 - 0,04 E1 – Fair
+ 0,11 B1 – Excellent - 0,10 E2 + 0,10 B1 – Excellent - 0,08 E2
+ 0,08 B2 - 0,16 F1 – Poor + 0,08 B2 - 0,12 F1 – Poor
+ 0,06 C1 – Good - 0,22 F2 + 0,05 C1 – Good - 0,17 F2
+ 0,03 C2 + 0,02 C2
CONDITIONS CONSISTENCY
+ 0,06 A – Ideal + 0,04 A – Perfect
+ 0,04 B – Excellent + 0,03 B – Excellent
+ 0,02 C – Good + 0,01 C – Good
0,00 D – Average 0,00 D – Average
- 0,03 E – Fair - 0,02 E – Fair
- 0,07 F – Poor - 0,04 F – Poor

Berdasarkan tabel westing house di atas, performance rating operator pada proses
perakitan Polaroid LED Frame dapat ditentukan sebagai berikut:
Tabel 4. 9 Performance Rating
Klasifikasi Rating Nilai
Skill B1 + 0.11
Effort B2 + 0.08
Condition C + 0.02
Consistency B + 0.03
Total 0.24
Performance Rating 1.24
1. Excellent Skill
Operator pada saat praktikum memiliki performance rating B1 karena pada saat
perakitan Polarid LED Frame operator tampak cakap dan terlatih dengan baik, selain
itu operator menggunakan peralatan dengan baik, operator juga melakukan gerakan-
gerakan kerja beserta urutan-urutan kerjanya dijalankan tanpa kesalahan.
2. Excellent Effort
Operator pada saat praktikum memiliki performance rating B2 karena operator dapat
menerima saran-saran dan petunjuk-petunjuk dengan senang, menggunakan alat-alat

32
yang tepat dengan baik, waktu menganggur operator sangat sedikit bahkan tidak ada,
serta operator memelihara dengan baik kondisi peralatan yang digunakan saat praktikum.
3. Good Condition
Operator pada saat praktikum memiliki performance rating C karena kondisi
lingkungan praktikum sudah baik, dimana pencahayaan sudah sesuai untuk melakukan
proses perakitan Polaroid LED Frame dan suhu ruangan pun juga baik sehingga
operator dapat berkonsentrasi dengan baik.
4. Excellent Consistency
Operator pada saat praktikum memiliki performance rating B karena pada saat
perakitan Polaroid LED Frame waktu yang dihabiskan dalam setiap replikasi bersifat
stabil karena memiliki rentang yang sedikit.
Performance rating menggunakan Westing House System’s Rating tidak dilihat dari
satu faktor saja, melainkan dengan melihat ke-empat faktor, yaitu kecakapan (skill), usaha
(effort), kondisi kerja (condition), dan konsistensi (consistency). Operator mendapat nilai
skill B1 sehingga dikatakan Excellent Skill, nilai effort B2 sehingga dikatakan Excellent
Effort, nilai condition C sehingga dikatakan Good Condition dan nilai dari consistency B
sehingga dikatakan Excellent Consistency. Total dari performance rating sejumlah 1,24
sedangkan rata-rata performance rating dari operator kelompok lain yang melakukan proses
perakitan Polaroid LED frame diwaktu yang sama adalah 1,27. Sehingga, performance
rating operator berada dibawah rata-rata, hal ini disebabkan karena effort dan skill dari
operator masih kurang dibandingkan dengan operator kelompok lain yang melakukan proses
perakitan di waktu yang sama.

4.7.2 Menentukan Allowance Proses Perakitan Polaroid LED Frame


Penentuan allowance diperlukan untuk menghitung waktu standard. Berikut merupakan
allowance yang diberikan pada proses perakitan Polaroid LED Frame.
Tabel 4. 10 Nilai Allowance
Kategori Allowance Besar Allowance
Personal Need Allowance 3%
Fatigue Allowance 5%
Delay Allowance 5%

Allowance operator pada praktikum ini memenuhi klasifikasi sebagai berikut:


1. Personal Needs : 3%

33
Dikarenakan perakitan Polaroid LED Frame dilakukan saat praktikum sehingga tidak
memungkinkan praktikan untuk ke kamar mandi.
2. Fatigue : 5%
Dikarena pada praktikum ini pekerjaan yang dilakukan oleh operator tergolong Commented [U18]: Pekerjaan yg dilakukan operator
tergolong pekerjaan yang ringan-medium yakni proses
pekerjaan yang ringan – medium yakni proses perakitan yang menyebabkan operator perakitanyang…..

mengalami kelelahan karena perakitan yang berulang-ulang sehingga membutukan


peregangan.
3. Delay : 5%
Dikarenakan pada praktikum ini ada beberapa hal yang tidak dapat dihindarkan seperti
terjadi bencana alam dan mati listrik.
Sehingga total dari allowance sejumlah 13%.

4.8 Perhitungan Waktu Observasi, Waktu Normal, dan Waktu Standar


Berikut ini merupakan perhitungan waktu observasi, waktu normal, waktu standar, dan
output standar dari praktikum ini.

4.8.1 Perhitungan Waktu Observasi pada Workstation 1


Berikut merupakan perhitungan waktu observasi workstation 1 pada praktikum ini.
Tabel 4. 11 Waktu Observasi Workstation 1
Elemen Kerja Waktu (detik)
1 122
2 210
3 90
4 7
5 8
6 108
7 15
8 53
Jumlah 613
Dihitung dengan rumus:
∑𝑥 613
𝑊𝑠𝑖𝑘𝑙𝑢𝑠 = 𝑁
= 8
= 76,625 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘

Perhitungan waktu berdasarkan data pada workstation 1 diatas diperoleh waktu siklus
sebesar 76,625 detik.

4.8.2 Perhitungan Waktu Observasi pada Workstation 2


Berikut merupakan perhitungan waktu observasi workstation 2 pada praktikum ini.

34
Tabel 4. 12 Waktu Observasi Workstation 2
Elemen Kerja Waktu (detik)
1 14
2 15
3 115
4 709
5 35
6 9
Jumlah 897
Dengan rumus:
∑𝑥 897
𝑊𝑠𝑖𝑘𝑙𝑢𝑠 = = = 149,5 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
𝑁 6

Perhitungan waktu berdasarkan data pada workstation 2 diatas diperoleh waktu siklus
sebesar 149,5 detik.

4.8.3 Perhitungan Waktu Observasi pada Workstation 3


Berikut merupakan perhitunga waktu observasi workstation 3 pada praktikum kali ini.
Tabel 4. 13 Waktu Observasi Workstation 3
Elemen Kerja Waktu (detik)
1 135
2 359
3 557
4 288
Jumlah 1.339
Dengan rumus:
∑𝑥 1339
𝑊𝑠𝑖𝑘𝑙𝑢𝑠 = = = 334,75 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
𝑁 4

Perhitungan waktu berdasarkan data pada workstation 3 diatas diperoleh waktu siklus
sebesar 334,75 detik.

4.8.4 Perhitungan Waktu Observasi pada Workstation 4


Berikut merupakan perhitungan waktu observasi workstation 4 pada praktikum ini.
Tabel 4. 14 Waktu Observasi Workstation 4
Elemen Replikasi Rata-rata
Kerja 1 2 3 4 5 6 (detik)
1 31 18 11 8 26 10 19,00
2 22 6 9 9 19 18 13,83
3 11 6 3 8 6 11 7,50
4 6 5 6 7 10 6 6,67
5 51 27 46 38 22 17 33,50
6 52 11 6 17 26 22,40
7 86 21 50 11 19 37,40
8 19 7 14 13,33
Total 153,63

35
Menghitung waktu siklus/observasi dengan rumus:
∑𝑥 153,63
𝑊𝑠𝑖𝑘𝑙𝑢𝑠 = = = 19,204 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
𝑁 8

Perhitungan waktu berdasarkan data pada workstation 4 diatas diperoleh waktu siklus
sebesar 19,204 detik.

4.8.5 Perhitungan Waktu Observasi pada Workstation 5


Berikut merupakan perhitungan waktu observasi workstation 5 pada praktikum work
measurement.
Tabel 4. 15 Waktu Observasi Workstation 5
Elemen Replikasi Rata-rata
Kerja 1 2 3 4 5 6 (detik)
1 3 3 1 3 2 1 2,17
2 2 3 1 1 1 2 1,67
3 40 29 21 22 22 24 26,33
4 45 34 17 15 16 15 23,67
5 17 17 16 13 15 15 15,5
6 21 15 13 11 9 8 12,83
7 24 25 30 17 20 22 23
8 2 2 1 2 2 2 1,83
Jumlah 107
Menghitung waktu siklus dengan rumus:
∑𝑥 107
𝑊𝑠𝑖𝑘𝑙𝑢𝑠 = = = 13,375 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
𝑁 8

Setelah diketahui waktu siklusnya lalu menghitung waktu normal dengan rumus:
𝑊𝑛𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙 = 𝑊𝑠𝑖𝑘𝑙𝑢𝑠 × 𝑃 = 13,375 × 1,24 = 16,585 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
Menghitung waktu baku/standar dengan rumus:
100% 100%
𝑊𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 = 𝑊𝑛𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙 × 100%−%𝐴𝑙𝑙𝑜𝑤𝑎𝑛𝑐𝑒 = 16,585 × 100%−13% = 19,063𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘

Perhitungan waktu berdasarkan data pada workstation 5 diatas diperoleh waktu siklus
sebesar 13,375 detik, waktu normal sebesar 16,585 detik dan waktu standar sebesar 19,063
detik.

4.8.6 Penjelasan Perhitungan Output Standar


Berikut merupakan penjelasan dari perhitungan Output Standar dari praktikum work
measurement.
Menghitung Output Standar dengan rumus:
1 1 𝑢𝑛𝑖𝑡
𝑂𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡 Standar = waktu standar = 19,063 = 0,053 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 × 3600 = 1,908 𝑢𝑛𝑖𝑡/𝑗𝑎𝑚

36
Berdasarkan hasil perhitungan output standar awal didapatkan 0,053 unit/detik. Hasil
tersebut harus diubah karena hasil harus ≥1 unit/satuan waktu. Hasil yang masih dalam
second diganti menjadi hours dengan cara dikalikan dengan 3600. Setelah dikalikan
didapatkan hasil ≥ 1 yaitu 1,908. Dari hasil yang telah dirubah dapat diketahui bahwa dalam
satu jam dapat dihasilkan 1 unit produk.

4.9 Analisis Hasil Pengukuran Kerja pada Proses Perakitan Polaroid LED
Frame
a

37
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

5.2 Saran

The quick brown fox jumps over the lazy dog. The quick brown fox jumps over the lazy
dog. The quick brown fox jumps over the lazy dog. The quick brown fox jumps over the
lazy dog. The quick brown fox jumps over the lazy do g.

39
The quick brown fox jumps over the lazy dog. The quick brown fox jumps over the lazy
dog. The quick brown fox jumps over the lazy dog. The quick brown fox jumps over the
lazy dog. The quick brown fox jumps over the lazy dog.

40

Anda mungkin juga menyukai