memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi dan tidak mampu mengeluarkan hasil metabolisme.
(Prawirohardjo Sarwono.2009, Ilmu Kebidanan Jakarta : Pt Bina Pustaka)
Syok merupakan kegagalan sistem sirkulasi untuk mempertahankan perfusi yang adekuat ke organ –
organ vital. Syok merupakan suatu kondisi yang mengancam jiwa dan membutuhkan tindakan segera
dan intensif. ( prawirohardjo sarwono. 2007)
Adalah suatu syok yang disebabkan oleh perdarahan yang banyak. Akibat perdarahan pada kehamilan
muda, ,misalnya abortus, kehamilan ektopik, dan penyakit trofoblas ( molahidatidosa) ; perdarahan
antepartum seperti plasenta previa, solusio plasenta, rupture uteri dan perdarahan pasca persalinan
karena atonia uteri dan laserasi jalan lahir.
Klasifikasi perdarahan
Kelas
Jumlah perdarahan
Gejala klinik
15 % ( Ringan)
· Tes tilt( +)
II
20 – 25 % ( Sedang )
· Takikardi – takipnea
· Tekanan nadi < 30 mmHg
III
30 – 35 % ( Berat)
· Gelisah
IV
40 – 45 %( sangat berat)
· Hipotensi berat
· syok irevesibel
Pada syok yang ringan gejala – gejala dan tidak jelas, tetapi adanya syok yang ringan dapat diketshui
dengan “tilt test” yaitu bila pasien didudukan terjadi hipotensi dan takikardi sedangkan dalam keadaan
berbaring tekanan darah dan frekuensi nadi masi normal.
Fase syok
perempuan hamil normal mempunyai toleransi terhadap perdarahan 500 – 1000ml pada waktu
persalinan tanpa bahaya oleh karena daya adaptasi fisiologik kardiovaskuler dan hematologik selama
kehamilan. Jika perdarahan terus berlanjut, akan timbul fase – fase syok sebagai berikut .
Fase kompensasi
· Rangasangan / refleks simpatis : respon pertama terhadap kehilangan darah adalah vasokontraksi
pembuluh darah perifer untuk mempertahankan pasokan darah ke organ vital.
· Gejala klinis : pucat, takikardi, takipnea
Fase dekompensasi
· Perdarahan lebih dari 1000ml pada pasien normal atau kurang karena faktor – faktor yang ada
· Terapi yang adekuat pada fase ini adalah memperbaiki keadaan dengan cepat tanpa meninggalkan
efek samping
Penanganan perdarahan yang tidak adekuat menyebabkan hipoksia jaringan yang lama dan kematian
jaringan dengan akibat berikut ini :
1. Asidosis metabolik : disebabkan metabolisme an aerob yang terjadi karena kekurangan oksigen
3. Koagulasi intravaskuler yang luas ( DIC) disebabkan lepasnya tromboplastin dari jaringan yang rusak.
5. Dalam fase ini kematian mengancam. Transfusi darah saja tidak adekuat lagi dan jika penyembuhan
( recovery) dari fase akut terjadi, sisa – sia penyembuhan akibat nekrosis ginjal dan hipofise akan timbul.
Penanganan
Jika terjadi syok, tindakan yang harus segera dilakukan antara lain sebagai berikut :
2. Bersihkan saluran napas dan beri oksigen atau pasang selang endotrakheal
4. Pasang 2 set infus atau lebih untuk transfusi darah, cairan infus dan obat – obatan I.V. bagi pasien
yang syok. Jika sulit mencari vena, lakukan / pasang kanul intrafemonal.
1. Darah segar ( whole blood) dengan cross – matched dari grup yang sama, kalau tidak tersedia
berikan darah O sebagai life saving.
2. Larutan kristolid : seperti ringer laktat, larutan garam fisiologis atau glukosa 5 %. Larutan – larutan
ini mempunyai waktu paruh ( half life) yang pendek dan pemberian yang berlebihan dapat
memnyebabkan edema paru.
3. Larutan koloid : dekstram 40 atau 70, fraksi protein plasma ( plasma protein fraction), plasma segar.
a. Analgesik morfin 10 – 15 mg I.V. Jika ada rasa skit , kerusakan jaringan atau gelisah.
b. Kortikosteroid : hidrokortsion 1 g atau deksametason 20mg I.V. pelan – pelan. Cara kerjanya masih
kontroversial : dapat membantu menurunkan resistensi perifer dan meningkatkan kerja jantung dan
meningkatkan perfusi jaringan.
· Beta – adrenergenik stimulasi : isoprenalin 1 mg dalam 500 ml glukosa 5 % I.V. infus pelan – pelan.
7. Monitoring
b. Nadi
c. Tekanan darah
d. Produksi urin
Komplikasi
syok yang tidak dapat segera diatasi akan merusak jaringan diberbagai organ sehingga dapat terjadi
komplikasi – komplikasi seperti gagal ginjal akut, nekrosis hipofise ( sindroma sheehan) dan koagulasi
intravaskuler diseminata ( DIC).
Mortalitas
Perdarahan 500ml pada partus spontan dan 1000ml pada seksio sesarea pada umumnya masih dapat
ditoleransi. Perdarahan karena trauma dapat menyebabkan kematian ibu dalam kehamilan sebanyak 6 –
7 % dan solusio plasenta 1 – 5 %. Di USA perdarahan obsetrik menyebabkan angka kematian ibu
sebanyak 13,4%
Penanganan syok hemoragik dalam kebidanan
Bila terjadi syok hemoragik dalam kebidanan, segera lakukan resusitasi, berikan oksigen , cairan infus,
dan transfusi darah dengan “ crossmatched”.
Diagnosis plasentaprevia / solusio plasenta dapat dilakukan dengan bantuan USG. Selanjutnya atasi
koagulopati dan lakukan pengawasan janin dengan memonitor denyut jantung janin. Bila terjadi tanda –
tanda hipoksia, segera lahirkan anak.
Jika terjadi atonia uteri pasca persalinan segera lakukan masase uterus, berikan suntikan metil –
ergometrin ( 0,2 mg) I.V. atau per infus ( 20 – 40 U/I), dan bila gagal menghentikan perdarahan lanjutan
dengan ligasi a hipogastrika atau histerektomi bila anak sudah cukup. Kalau ada pengalaman dan
tersedia peralatan, dapat dilakukan embolisasi interna dengan bantuan transkateter. Semua laserasi yang
ada sebelumnya harus dijahit.
Yaitu syok yang terjadi karena rasa sakit yang berat disebabkan oleh kehamilan ektopik yang
terganggu, solusio plasenta, persalinan dengan forsep atau persalinan letak sungsang dimana
pembukaan servik yang belum lengkap, versi dalam yang kasar, firasat/ tindakan creday, rupture uteri,
inversio uteri yang akut, pengosongan uterus yang terlalu cepat ( pecah ketuban pada polihidramion),
dan penurunan tekanan tiba – tiba daerah splanknik ( spalnchic shok) seperti pengangkatan tiba – tiba
tumor ovarium yang sangat besar.
Yaitu yang terjadi karena kontraksi otot jantung yang tidak efektif yang disebebkan oleh infark otot
jantung dan kegagalan jantung. Sering dijumpai pada penyakit – penyakit katup jantung.
Penyebab
Peneyebab utama syok kardiogenik adalah penyakit pembuluh darah yang berat. Pada syok kardiogenik
ventrikel kiri tidak mampu memompa darah yang cukup untuk kebutuhan jaringan. Sebagai kompensasi
terjadi takikardia, tetapi hipervolemia dapat menyebabkan edema paru dan edema menyeluruh.
Kekurangan oksigen dapat menyebabkan kersuakan sel, kegagalan multiorgan, dan kematian.
Tanda Klinis
Tanda klinis syok kardiogenik adalah dilatasi vena-vena dileher, dispnea, desah sistol dan diastole, dan
edema yang menyeluruh
Merupakan suatu gangguan menyeluruh pembuluh darah disebakan oleh lepasan toksin. Penyebab
utama dalah infeksi bakteri gram negatif. Sering dijumpai pada abortus septik, korioamnionitis, dan
infeksi pasca persalinan.
Etiologi
Syok septik dapat terjadi karena infeksi bakteri gram positif, virus, atau jamur. Kebanyakan syok septik
karena bakteri gram negatif : Escherichia coli, pseudomonas, aeregions, bacterioid, klebisiella species,
dan serratia.esherichia coli, pseudomonas aeregions, dan bacterioid yang mengeluarkan endoktoksin
adalah fosfo-lipo-polisakarida yang lepas dari dinding sel yang mengalami lisis. Gambaran yang sama
juga terjadi karena eksotoksin dari streptokokus beta hemolitik, aneorob, dan klostridia.
Patogenesis
Mikroorganisme mengeluarkan endotoksin yang dapat mengaktifkan sistem komplemen dan sitoksin,
mengalami reaksi inflamasi. Kejadian ini berhubungan dengan DIC yang ekstensif karena antiplasmin
tidak dapat mengatasinya. Sepsis menyebabkan vasodilatasi, tahanan perifer pembuluh darah menurun,
dan hipotensi. Selanjutnya distribusi aliran darah kurang/jelek sehingga perfusi darah ke organ tidak
adekuat menyebabkan kerusakan jaringan multiorgan dan kematian. Mediator inflamasi meningkatkan
permeabilitas kapilar sehingga cairan keluar dari pembuluh darah, khusus pada parenkim paru akan
menyebabkan edema pulmonum.
Selama sepsis produksi surfaktan pneumosit akan terganggu yang menyebabkan alveolus kolaps dan
mengakibatkan hipoksemia berat yang di sebut acute respiratory distress syndrome (ARDS).
Endotoksin lepas karena meningkatnya permeabilitas lisosomal dan sitotoksik. Selanjutnya dalam
beberapa menit dapat terjadi stimulasi medulla adrenal dan saraf simpatis serta kontruksi arteriol dan
venul. Selanjutnya menyebabkan asidosis local yang dapat menyebabkan dilatasi arteriol, tetapi kontriksi
venul dan jika berlanjut terus mengakibatkan pembendungan darah kapilar, perdarahan karena
pembendungan pada gaster, hati, ginjal, dan paru.
· Abortus septic
· Sisa plasenta
· Sepsis puerperalis
· Pielonefritis akuta
Faktor Resiko
Ketuban pecah yang lama, sisa konsepsi yang tidak keluar, dan instrumentasi saluran urogenital
merupakan faktor risiko yang lain untuk terjadinya sepsis. Syok sepsis akan menunjukan gejala-gejala
seperti menggigil, hipotenssi, gangguan mental, takikardia, takipnea, dan kulit merah. Bila syok tambah
berat, akan terjadi kulit dingin dan basah, brakikardia, dan sianosis.
Penggunaan mifepriston intravaginal pada abortus medisinalis dapat menyebabkan syok septic yang
fulminan dan letal disebabkan infeksi klostridium sordeli pada endometrium, suatu bakteri gram positif
dan mengeluarkan toksin.
Mifepriston mempengaruhi pengeluaran dan fungsi kortisol dan sitokin dengan jalan menduduki
(blocking) reseptor progesteron dan glukokortiroid. Kegagalan pengeluaran kortisol dan sitokin akan
menghambat mekanisme pertahanan tubuh yang dibutuhkan untuk menghambat penyebaran infeksi C
sordeli dalam endometrium pelepasan eksotoksin dan endotoksin dari C sordeli akan mempercepat
terjadinya syok septic yang letal.
Gejala klinis
Syok septic (endotoksik) terjadi dalam 2 fase utama yaitu fase reversible atau fase ireversibel, sedangkan
fase reversibel terdiri atas fase panas dan fase dingin.
Fase panas disertai dengan gejala-gejala hipotensi, takikardi, pireksia, dan menggigil. Kulit kelihatan
merah dan panas. Pasien biasanya masih sadar dan leukositosis terjadi dalam beberapa jam.
Pada fase dingin dijumpai gejala dan tanda-tanda kulit dingin dan mengeriput, sianosis, purpura,
jaudice,penurunan kesadaran yang progresif, dan koma.
Selanjutnya bila syok berlanjut terus pasien akan jatuh kedalam fase ireversibel dimana terjadi hipoksia
sel yang berkepanjangan yang menyebabkan gejala asidosis metabolik, gagal ginjal akut, gagal jantung,
edema pulmonum, gagal adrenal, dan kematian.
Diagnosis Diferensial
Keadaan seperti ini juga dijumpai pada emboli air ketuban, emboli paru, sindroma aspirasi paru, infark
jantung, dan tranfusi yang inkompatibel.
Penanganan
Terdiri atas 3 garis utama, yaitu pengembalian fungsi sirkulasi darah dan oksigenisasi, eradikasi infeksi,
serta koreksi cairan dan elekrolit
Untuk mengembalikan fungsi sirkulasi dan oksigenisasi jaringan perlu dilakukan tindakan-tindakan
berikut.
· Penggantian kehilangan darah : dengan darah segar (whole blood) jika tersedia atau dengan koloid
atau kristoloid. Pengukuran CVP wajib untuk mencegah sirkulasi yang overload.
· Kortikosteroid seperti :
Eradikasi Infeksi
· Terapi antibiotika
Ø Terapi antibiotika harus segera dimulai secara IV sampai hasil kultur didapat.
Regimen
Antibiotika
kerja
Dosis
Reg. 1
Metronidazol
Gr (-) basil
aneorob
80 mg/ 8 jam
Reg. 2
Klindamisin
Gentamisin
Aerobic
Gr (-) aerobik
80 mg/ 8 jam
· Terapi operatif
Indikasi bila ada jaringan yang tertinggal seperti abortus septic, segera jaringan dikeluarkan setelah
antibiotika diberikan dan resusitasi telah dimulai dengan :
Ø Evakuasi digital
Ø Histeroktomi pada infeksi yang luas dengan gangrene (Klostridium welchi) atau trauma pada uterus
Terapi heparin kecuali ada perdarahan yang aktif dimana keadaan lebih baik diobati dengan transfusi
darah.
· Diagnosis dini
· Kortikosteroid
· Ventilator dengan tidal volume yang rendah pasa Acute Respiratory Distress Syindrome
(ARDS)
Mortalitas
Angka kematian ibu (AKI) karena syok septic 0-3 % pada kasus obstetric, tetapi 10 -80 % pada kasus
nonobstetri. Mortalitas syok septic lebih kurang 50 %.
yaitu syok yang terjadi akibat alergi / hipersensetif terhadap obat – obatan.
Seperti emboli air ketuban , udara atau trombus, komplikasi anastesi ( sindroma mendelson ) dan
kombinasi seperti abortus inkompletus ( hemoragik dan endotoksin) dan kehamilan ektropik terganggu
dan rupture uteri ( hemoragic dan neuorogik ).
Definisi
Masuknya cairan amnion kedalam sirkulasi ibu menyebabkan kolaps pada ibu pada waktu persalinan dan
hanya dapat dipastikan dengan autopsi.
Patologi
· Kejadian lebih sering terjadi pada kontraksi uterus yang kuat dengan spontan atau induksi dan
terjadi pada waktu ketuban pecah ketuban pecah dan ada pembuluh darah yang terbuka pada plasenta
atau serviks.
· Emboli mengalir ke pembuluh darah paru – paru dan akan menyebabkan kematian tiba – tiba atau
syok tanpa adanya perdarahan dan akhirnya kematian ( later death) karena DIC dan perdarahan
pascapersalinan.
Gejala klinis
Kejadian akut dengan tiba – tiba kolaps, sianosis, dan sesak napas berat. Segera diikuti twitching, kejang
dan gagal jantung kanan akut, dengan takikardi, edema paru, dan sputum bewarna kotor ( frothy
sputum) . jika tidak berakhir kematian, DIC akan terjadi dalam 1 jam dan menyebabkan perdarahan
umum.
Pemeriksaan
Diangnosis diferensial
Pengobatan
1. oksigen : pasang selang endotrakeal dan ventilasi tekanan positif dilakukan karena pasien pada
umumnya tidak sadar
3. isoprenalin : 0,1 g I.V. untuk meningkatkan aliran darah ke paru dan aktivitas jantung.
4. Digoksin dan atropin : jika CVP meninggi dan sekret paru yang berlebih
5. Hidrokortison : 1 g I.V. diikuti dengan pemberian melalui infus pelan – pelan yang menyebabkan
vasodilatasi dan meningkatkan perfusi jaringan.
7. Dekstran berat molekul rendah : menurunkan agregasi trombosit dalam organ vital.
9. Persalinan pervagina: lebih aman daripada seksio sesarea jika bayi belum lahir
syok disebabkan oleh perdarahan, neurogenik, kardiogenik, endotoksik/ septik, anafilktik, dan penyebab
syok yang lain seperti emboli, komplikasi anastesi, dan kombinasi.
· Nadi cepat dan lemah ( 110 kali per menit atau lebih ).
· Pucat (khusus nya pada kelopak mata bagian dalam, telapak tangan, atau sekitar mulut).
Tujuan utama pengobatan syok adalah melakukan penanganan awal dan khusus untuk:
Penanganan Khusus
· Mulailah infus intra vena (2 jika memungkinkan dengan menggunakan kanula atau jarum terbesar
(no. 6 ukuran terbesar yang tersedia). Darah diambil sebelum pemberian cairan infus untuk pemeriksaan
golongan darah dan uji kecocockan (cross match), pemeriksaan hemoglobin, dan hematokrit. Jika
memungkinkan pemeriksaan darah lengkap termasuk trombosit, ureum, kreatinin, pH darah dan
elektrolit, faal hemostasis, dan uji pembekuan.
· Segera berikan cairan infus (garam fisiologk atau Ringer laktat) awalnya dengan kecepatan 1 liter
dalam 15-20 menit
· Berikan paling sedikit 2 Liter cairan ini pada 1 jam pertama. Jumlah ini melebihi cairan yang
dibutuhkan untuk mengganti kehilangan cairan yang sedang berjalan
· Setelah kehilangan cairan dikoreksi, pemberian cairan infuse dipertahankan dalam kecepatan 1 liter
per 6-8 jam
· Catatan: Infus dengan kecepatan yang lebih tinggi mungkin dibutuhkan dalam penatalaksanaan
syok akibat perdarahan. Usahakan untuk mengganti 2-3 kali lipat jumlah cairan yang diperkirakan hilang.
· Pantau terus tanda-tanda vital (setiap 15 menit) dan darah yang hilang. Apabila kondisi pasien
membaik, hati-hati agar tidak berlebihan memberikan cairan. Napas pendek dan pipi yang bengkak
merupakan kemungkinan tanda kelebihan pemberian cairan.
· Lakukan kateterisasi kandung kemih dan pantau cairan yang masuk dan jumlah urin yang keluar.
Produksi urin harus diukur dan dicatat.
· Berikan oksigen dengan kecepatan 6-8 liter per menit dengan sungkup atau kanula hidung.
A. Penanganan Awal
· Mintalah bantuan. Segera mobilisasi seluruh tenaga yang ada dan siapkan fasilitas tindakan gawat
darurat
· Lakukan pemeriksaan secara cepat keadaan umum ibu dan harus dipastikan bahwa jalan napas
bebas.
· Pantau tanda-tanda vital (nadi, tekanan darah, pernapasan dan suhu tubuh)
· Baringkan ibu tersebut dalam posisi miring untuk meminimalkan risiko terjadinya aspirasi jika ia
muntah dan untuk memeastikan jalan napasnya terbuka.
· Jagalah ibu tersebut tetap hangat tetapi jangan terlalu panas karena hal ini akan menambah
sirkulasi perifernya dan mengurangi aliran darah ke organ vitalnya.
· Naikan kaki untuk menambah jumlah darah yang kembali ke jantung (jika memungkinkan tinggikan
tempat tidur pada bagian kaki).