PENDAHULUAN
Walaupun di Indonesia tidak terdapat survei yang cukup besar, namun gambaran
penderita disfungsi ereksi yang datang ke klinik impotensi di perkirakan hasilnya
tidak jauh berbeda. Banyak cara yang dilakukan dalam mengatasi keluhan
disfungsi ereksi ini, salah satunya adalah dengan obat-obatan. Salah satu obat
yang terbaru dan dapat dikonsumsi secara oral adalah sidenfil sitrat (Samekto
Wibowo dan Abdul Gofir, 2008).
BAB II
DISFUNGSI EREKSI
2.1 Definisi
2.3 Etiologi
Faktor fisik menyebabkan sekitar 60-80% kasus disfungsi ereksi. Yang termasuk
penyebab fisik adalah
1 penyakit kronik (misalnya aterosklerosis, diabetes dan penyakit jantung)
2 obat-obatan, contoh antihipertensi (terutama diuretik thiazid dan penghambat
beta), antiaritmia (digoksin), antidepresan dan antipsikotik (terutama
neuroleptik), antiandrogen, antihistamin II (simetidin), (alkohol atau heroin),
obat penenang, litium
3 pembedahan/ operasi misal operasi daerah pelvis dan prostatektomi radikal
4 trauma (misal spinal cord injury)
5 radioterapi pelvis.
6 Inflamasi prostat (prostatitis)
7 Penyakit parah (anemia, tuberkulosis, pneumonia, dll)
8 Gangguan hormonal
9 Multiple sclerosis dan penyakit saraf lainnya
Di antara sekian banyak penyebab fisik, gangguan vaskular adalah penyebab
yang paling umum dijumpai. Faktor psikologis dapat menyebabkan cacat fisik
ringan menjadi disfungsi ereksi. Banyak pria merasa gagal sebagai lelaki ketika
daya seksual mereka melemah.Kegagalan awal mempertahankan ereksi
menimbulkan kecemasan dan stress yang pada gilirannya justru memperburuk
disfungsi ereksi. Hal tersbut menjadi lingkaran setan. Beberapa masalah
psikologis yang dapat menyebabkan disfungsi ereksi antara lain:
1 Kurangnya kepercayaan diri
2 Gangguan hubungan personal
3 Kurangnya hasrat seksual
4 Cemas, depresi, stress, kepenatan, kehilangan, kemarahan
5 Konflik rumah tangga
Penyebab yang bersifat fisik lebih banyak ditemukan pada pria lanjut usia,
sedangkan masalah psikologis lebih sering terjadi pada pria yang lebih muda. Pada
pria muda, faktor psikologis ini menjadi penyebab tersering dari disfungsi ereksi
intermiten. Semakin bertambah umur seorang pria, maka impotensi semakin sering
terjadi, meskipun impotensi bukan merupakan bagian dari proses penuaan tetapi
merupakan akibat dari penyakit yang sering ditemukan pada usia lanjut. Sekitar
50% pria berusia 65 tahun dan 75% pria berusia 80 tahun mengalami impotensi
(Tanagho et al, 2008).
Tabel. Etiologi Disfungsi Ereksi
Psikogenik Ansietas,depresi,konflikrumahtangga,perasaanbersalah,dannormaagama.
Hormonal Diabetesmelitus
o
Hipogonadismeantaralaintumorpadahipotalamus,hipofisis,pengobatan
o
antiandrogen,orkidektomi
o Hiperprolaktinemia
o Hiperparatiroidisme,hipotiroidisme,penyakitCushing,dan Addison.
Kavernosa PenyakitPeyroniyangmenyebabkandistorsitunikaalbuginea
o
AdanyafibrosisataudisfungsiototkavernosasehinggatidakdapatrelaksasNe
o
urotransmiteryangdilepaskanuntukmemulaiereksitidakadekuatyang
o
disebabkankarenafaktorneurologikataupsikologik
o Pascaoperasishuntingpadapriapismussehinggaterdapathubunganabnormal
di antarakorpuskavernosumdengankorpusspongiosum
Obat-obatan Antihipertensi:metildopa,alfabloker,danbetablocker
o
Antidepresan:trisiklik,penghambatMAO,dan tranqulzer
o
Antiandrogen:estrogen,flutamid,danLHRH analog
o
Penyakitsitemik Diabetesmelitu
o
Gagalginjal
o
Gagalhepar
o
Tabel. Obat yang menyebabkan disfungsi ereksi
Classification Drugs
2.4 Klasifikasi
1. Anamnesis
Evaluasi terhadap pasien yang mengeluh disfungsi ereksi meliputi evaluasi
riwayat seksual, evaluasi medik, dan evaluasi psikologik. Tujuan evaluasi ini
adalah menentukan apakah pasien memang menderita disfungsi ereksi atau
disfungsi seksual yang lain. Kadang-kadang pasien yang mengeluh disfungsi
ereksi ternyata bukan menderita disfungsi ereksi tetapi menderita penurunan
libido, ejakulasi dini, ejakulasi retrograd, tidak dapat menikmati orgasmus
(anorgasmus), atau kelainan lain. Untuk membantu mengidentifikasi
kemungkinan adanya disfungsi ereksi beberapa ahli telah merancang suatu
indeks fungsi ereksi, dan diantaranya adalah Indeks Internasional untuk
Fungsi Ereksi ke-5 atau International Index ofErectile Function –5 (IIEF-5).
Indeks ini terdiri atas 5 butir pertanyaan, danpertanyaan diberi nilai 0 sampai
5. Jika penjumlahan dari 5 pertanyaan hasilnya kurang atau sama dengan 21
menunjukkan adanya gejala disfungsi ereksi (Kavousi et al, 2012).
Gambar. Indeks Internasional Fungsi Ereksi – 5 (IIEF-5).
PBI merupakan indikator yang baik untuk menilai kelainan pembuluh darah
arteri pada penis. Jika PBI > 0,90 berarti normal, tetapi PBI < 0,6 merupakan
tanda adanya disfungsi ereksi arteriogenik. Disfungsi ereksi yang disebabkan
oleh faktor kavernosa jika diderita oleh pria yang masih berusia muda ditandai
dengan ereksi yang tidak maksimal (parsial) atau ereksi yang tidak tahan
lama. Setelah penyuntikan obat-obat vasodilator intrakavernosa, pasien
mengeluh pusing, kemerahan pada wajah, atau tekanan darah tiba-tiba
menurun.
2. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik, tanda-tanda hipogonadisme (termasuk testis kecil,
ginekomasti dan berkurangnya pertumbuhan rambut tubuh dan janggut)
memerlukan perhatian khusus. Pemeriksaan penis dan testis dikerjakan untuk
mengetahui ada tidaknya kelainan bawaaan atau induratio penis. Bila perlu
dilakukan palpasi transrektal dan USG transrektal. Tidak jarang ED
disebabkan oleh penyakit prostat jinak ataupun prostat ganas atau prostatitis.
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium yang dapat menunjang diagnosis ED antara
lain: kadar serum testosteron pagi hari (perlu diketahui, kadar ini sangat
dipengaruhi oleh kadar luteinizing hormone). Pengukuran kadar glukosa
dan lipid, hitung darah lengkap (complete blood count), dan tes fungsi
ginjal.
1. Lini pertama
Terapi lini pertama terdiri atas pemberian obat per oral, pemakaian
alat vakum penis, dan terapi psikoseksual.
Terapi lini pertama yaitu memberi oral pada pasien. Untuk tahap ini,
Badan Pengawasan Obat-obatan dan Makanan telah mengizinkan tiga
jenis obat yang beredar di Indonesia, masing-masing dikenal dengan
jenis obat
a. Sildenafil (viagra),
b. Tadalafil (Cialis) dan
c. Vardenafil (Levitra).
Pemakaian alat vakum penis saat ini mulai banyak digemari. Alat ini
berfungsi memberikan tekanan negatif pada penis yang
memungkinkan pengaliran darah ke dalam sinusoid sehingga terjadi
ereksi. Untuk mempertahankan volume darah di dalam sinusoid,
dipasang karet penjerat yang diletakkan pada basis penis sehingga
ereksi menjadi lebih lama
Gambar. Pemasangan alat vakum pada disfungsi ereksi, A.
Tekanan negatif diberikan dengan pompa vakum hingga penis
menjadi ereksi, B. Cincin penjerat diletakkan pada pangkal
penis untuk memperlama ereksi.
2. Lini kedua
Yang termasuk terapi pada lini kedua ini adalah injeksi obat-obatan
vasoaktif secara intrakavernosa. Jenis obat yang diberikan adalah:
papaverin, fentolamin, prostaglandin E1, atau kombinasi dari
beberapa obat-obatan itu. Terapi suntikan intrakarvenosa yang
digunakan adalah penghambat adrenoreseptor dan prostaglandin.
Prinsip kerja obat ini adalah dapat menyebabkan relakasasi otot polos
pembuluh darah dan karvenosa yang dapat menyebabkan ereksi.
melakukan penyuntikan secara entrakavernosa dan pengobatan secara
inraurethra yang memasukkan gel ke dalam lubang kencing. Pasien
dapat melakukan sendiri cara ini setelah dilatih oleh dokter (Kavousi
et al, 2012).
3. Lini ketiga
Boolell M, Gepi-Attee S, Gingel JC, Allen MJ. 1996. Sildenafil : a novel effective
oral therapy for male erectile dysfucntion. Br J Urology.78:257-61.