Anda di halaman 1dari 7

Analisa Sperma

Semen berbeda dengan sperma, dimana semen adalah setiap kali cairan secara
keseluruhan yang dikeluarkan ketika ejakulasi oleh pria. Sedangkan sperma merupakan
komponen biologis yang berada di dalam semen. Menurut WHO ( 2010 ), analisis sperma
merupakan baku emas untuk menilai infertilitas atau subfertilitas pada pria. Pada analisis
sperma ini yang digunakan sebagai parameter adalah volume sperma > 1,5 ml, konsentrasi
sperma 15 juta/ml, morfologi sperma > 4, pH> 7,2. Tujuan dari analisis sperma itu sendiri
untuk menentukan pria itu fertil atau infertil. Pemeriksaan Sperma pada tahap awal
dilakukan sebanyak 2 kali selang 2-4 minggu karena produksi sperma fluktuatif untuk
menghindari kesalahan baik inter maupun intra laboratorium.

Analisa sperma memberikan gambaran anatomi, fisiologi, patologi reproduksi pria sehingga
kita bisa mengetahui kemampuan reproduksi seorang pria.

Ada dua tahap penting pada pemeriksaan sperma, yaitu tahap pengambilan sampel dan tahap
pemeriksaan sperma. Pada tahap pengambilan sampel, beberapa hal yang harus diperhatikan
adalah :

1. Pria yang akan diambil semennya dalam keadaan sehat dan cukup istirahat. Tidak dalam
keadaan letih atau lapar.

2. Tiga atau empat hari sebelum semen diambil, pria tersebut tidak boleh melakukan aktifitas
seksual yang mengakibatkan keluarnya semen. WHO bahkan merekomendasikan 2 – 7 hari
harus puasa ejakulasi, tentunya tidak sebatas hubungan suami istri, tapi dengan cara apapun.

3. Semen (sperma) dikeluarkan melalui masturbasi di laboratorium (biasanya disediakan


tempat khusus). Sperma kemudian ditampung pada tabung terbuat dari gelas.

4. Masturbasi tidak boleh menggunakan bahan pelicin seperti sabun, minyak, dll. Sedangkan
pada tahap kedua, dilakukan pemeriksaan sampel semen di laboratorium.

5. pasien harus diberi penjelasan bagaimana cara pengeluaran dan waktu pengeluaran sperma
kalau perlu cara membawanya ke tempat pemeriksaan

A. Pemeriksaan Makroskopis
1. Pencairan (likuefaksi).

Pada suhu kamar, semen normal

 mencair dalam waktu 60 menit.

 tampak homogen, tidak ada gumpalan mucin

2. Penampilan.

 semen normal berwarna putih kelabu atau putih mutiara.

 lebih jernih → sedikit / tidak ada sperma

 merah atau kecoklatan → sel darah merah

putih keruh / kekuningan → infeksi berat

3. Bau

semen normal khas berbau langu atau seperti bau bunga flamboyan.

 menyengat atau busuk, menandakan kemungkinan adanya suatu infeksi.

4. Konsistensi = viskosistas.

semen normal (likuefaksi), akan menetes kecil-2

dan pelan.

 bila terbentuk sulur > 2 cm / tidak mau putus, → hiperviskositas.

 bila tampak seperti air dan bening → hipoviskositas.

5. pH

 Nilai pH normal semen adalah 7,2-7,8.

6. Volume

Volume semen normal berkisar: 2-5 mL.

 < 2 mL → hipospermia,

 > 5 mL → hipersepermia

atau polispermia.

B. Pengamatan mikroskopik.

1. Penilaian motilitas sperma


 Lakukan homogenisasi semen secara manual.

 Teteskan semen 10 mikroliter, pada kaca obyek,

 tutup dengan kaca penutup baku 22x22 mm.

 Biarkan satu menit agar stabil.

 Siapan diperiksa dalam suhu ruangan (37 °C),

 Periksa siapan dengan pembesaran 400 kali.

 amati seluruh bidang segi empat kaca penutup, terarah kiri → kanan, atas → bawah.

 Bila sebaran sperma tdk rata buat siapan baru

 Kategori motilitas yg dinilai adalah:

 motilitas (a) : gerakan sperma maju lurus dan cepat

 motilitas (b) : gerakan sperma belok-belok,

sulit maju lurus atau lambat.

 Motilitas (c) : sperma bergerak ditempat.

 Motilitas (d) : sperma diam / tidak bergerak.

 amati 100 - 200 sperma dng alat pencacah.

 Pencacahan dilakukan 2 kali pd 2 siapan, kemudian diambil rata-ratanya.

 Perbedaan pencacahan I dan II tidak boleh > 10 %. Bila > 10 %, dilakukan


pencacahan pd siapan ke III.

 Nilai normal : motilitas (a) ≥ 25 % atau

motilitas (a + b) ≥ 50 %

kriteria penilaian gerak massa spermatozoa antara lain :

1. Sangat baik ( +++ ) terlihat adanya gelombang besar, banyak,gelap dan tebal serta
aktif seperti gumpalan awan hitam dekat waktu hujan yang bergerak cepat berpindah
pindah tempat.
2. Baik ( ++ ) bila terdapat gelombang gelombang kecil tipis,jarang ,kurang jelas dan
bergerak lamban.
3. Kurang baik ( +) jika tidak terlihat gelombang gelombang melainkan gerakan
individual yang aktif dan progresif.
4. Buruk ( 0 ) bila hanya sedikit gerakan gerakan individual
Tabel 6.1 score berdasarkan gerak masa

score Gelombang
0 Tidak ada yang bergerak
1 Bergerak individual
2 Pergerakan sangat pelan
3 Secara umum bergerak dengan
amplitudo yang pelan
4 Gerak gelombang cepat dan tidak
ada pusaran
5 Gerak gelombang cepat dan ada
pusaran

2. Presentase hidup dan mati ( Uji Viabilitas )

Spermatozoa yang hidup dan mati dapat dibedakan reaksinya terhadap warna tertentu. Sel
spermatozoa yang dianggap mati dan tidak motil menghisap warna dan spermatozoa yang
hidup dan motil tidak menyerap warna. Bahan warna yang biasa digunakan adalah eosin
negrosin yang paling sering dan terbaik untuk digunakan karena membedakan spermatozoa
yang hidup dan mati menjadi sangat jelas.

Teknik penghtiungan presentase hidup spermatozoa dilakukan dengan langkah sebagai


berikut :

1. satu tetes semen segar diteteskan pada ujung objek gelas dengan menggunakan ose.
Larutan eosin negrosin diteteskan satu tetes di dekat semen segar,kemudian keduanya
dicampur. Campuran tersebut kemudian di tutup dengan objek glass lain pada
ujungnya yang membentuk sudut 45 derajat celcous dan ditarik ke arah ujung yang
lain
2. hasil olesan diamati pada mikroskop dengan perbesaran 400x,spermatozoa yang
menyerap warna berarti mati sedangkan yang tidak berwarna hidup.

3. Aglutinasi.
 dilakukan saat menilai gerakan sperma.

 amati 10 lapangan pandang secara acak.

 penilaian aglutinasi → sperma yg bergerak

 kepala-kepala, kepala-leher, kepala -ekor, ekor-ekor atau campuran.

 ada berapa kelompok/lapangan, terdiri berapa sperma/kelompok

rata-rata aglutinasi ditaksir sekitar 5 %,

Penghitungan Konsentrasi Sperma

(pra preparasi)

Contoh :

Jumlah Kotak yang dihitung : 5 kotak Jumlah Sperma dalam 5 kotak : 20 Pengenceran 1:10
(dalam 0.9 ml air milli`Q)

 Faktor pengenceran = ½

 Jumlah sperma = 20 X ½ = 10 juta/ml

4. uji morfologi sperma

 Pulasan yang sering digunakan Giemsa dan Papaniculaou (dimodifikasi).

 Pulasan giemsa, memberi gambaran untuk jenis-jenis lekosit lebih baik dari pada
sperma,

 Pulasan Papaniculao dapat memulas daerah akrosom dan pasca-akrosom kepala


sperma, bagian tengah dan ekor lebih baik.
8
7 11
1 2 3
4 5

6
9 10

1. NORMAL,
2. AMORPHOUS,
3. MEGALO,
4. SMALL,
5. DUPLICATED,
6. COILED,
7. MULTIPLE,
8. THICK,
9. BENT,
10. IMMATURE,
11. CYTOPLASMIC,
12. DROPLET
5. Penilaian sel-sel lain.
 Penilaian ini ditujukan terutama untuk menilai: sel lekosit, eritrosit, epitel, bakteri
atau jamur dalam ejakulat.
Daftar Pustaka

Susilawati,Trinil.2011.Spermatologi.Malang:UB Press

Kp dosen tahun lalu


HUBUNGAN ANTARA FRAGMENTASI DNA SPERMA DAN MORFOLOGI SPERMA PADA KASUS
INFERTILITAS PRIA
VISA
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Anda mungkin juga menyukai