PEMBENTUKAN KOPERASI
Kerjasama plasma antara perusahaan perkebunan kelapa sawit dengan masyarakat desa sekitar yang
arealnya berada dalam ijin perusahaan haruslah tergabung dalam satu wadah yang berbadan hukum
Koperasi, sehingga untuk keperluan kerjasama tersebut maka di desa setempat harus terlebih dahulu
sudah ada koperasinya atau jika belum ada harus dibentuk koperasi terlebih dahulu.
Ada 2 macam jenis koperasi yaitu : 1) koperasi primer adalah koperasi yang pendirinya terdiri dari orang
perorangan dan minimal terdiri dari 20 orang, dan 2) koperasi sekunder adalah koperasi yang pendirinya
terdiri dari beberapa badan hukum koperasi dan minimal terdiri dari 3 koperasi.
Untuk keperluan kerjasma plasma ini maka diperlukan koperasi primer, yang tata cara pembentukannya
sebagai berikut :
Syarat-syarat :
1. Didirikan oleh minimal 20 orang atau lebih, WNI dewasa / cakap hukum;
2. Melaksanakan rapat persiapan :
a) Dihadiri pejabat dinas koperasi setempat untuk memberikan penyuluhan;
b) Agenda penyusunan rancangan AD dan ART
3. Melaksanakan rapat pembentukan :
a) Dihadiri oleh pejabat dinas koperasi setempat yang berwenang;
b) Dihadiri minimal 20 orang pendiri;
c) Dipimpin seorang atau beberapa orang pendiri
d) Agenda menentukan pokok-pokok anggaran dasar dan susunan pengurus dan pengawas
e) Dituangkan dalam berita acara dan notulen rapat pendirian koperasi.
Calon Petani Plasma yang disusun haruslah sesuai dengan Permentan No.26 Tahun 2007 dan terakhir
telah diubah dengan Permentan No.98 Tahun 2013 dan dilakukan dengan prosedur sebagai berikut :
Perjanjian kerjasama plasma merupakan ikatan hubungan hukum antara perusahaan selaku perusahaan
inti dengan koperasi selaku wadah bagi masyarakat desa yang akan melakukan kerjasama dengan
prinsip-prinsip saling menguntungkan, setara dan professional.
Perjanjian kerjasama plasma tersebut mengatur proses dan tata cara pelaksanaan kerjasama
pembangunan, pemeliharaan dan pengelolaan kebun kelapa sawit milik masyarakat petani plasma yang
diwadahi dalam koperasi dengan pihak perusahaan, setidak-tidaknya memuat dan mengatur tentang :
1. Para pihak, yaitu perusahaan dan koperasi yang diwakili oleh pejabat yang berwenang
berdasarkan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga masing-masing.
2. Hak dan kewajiban masing-masing pihak.
3. Pembiayaan pembangunan kebun plasma.
4. Ketentuan pembangunan kebun.
5. Peran partisipasi petani plasma.
6. Tata cara pembagian hasil pendapatan.
7. Aturan perpajakan.
8. Jangka waktu dan tata cara pengakhiran kerjasama.
9. Jaminan para pihak.
SOSIALISASI PEMBANGUNAN KEBUN PLASMA
Kehadiran perusahaan di tengah-tengah masyarakat haruslah dipahami secara benar dan baik oleh
seluruh struktur lapisan dan anggota masyarakat, hal ini untuk menghindari kesalahpahaman antara
perusahaan dengan masyarakat sekitar.
Agar pemahaman masyarakat terhadap program plasma perusahaan sesuai dengan harapan dan dapat
berjalan sebagaimana mestinya yang diamanatkan dalam Permentan No.26 Tahun 2007 dan terakhir
telah diubah dengan Permentan No.98 Tahun 2013, maka diperlukan komunikasi dan sosialisasi yang
baik dari pihak perusahaan sehingga tidak menimbulkan kerancuan dan menghilangkan kesan eksklusif
dari perusahaan (baik secara individu maupun kelembagaan).
Adapun metode / pola sosialiasi program plasma dengan masyarakat sekitar dapat dilakukan dengan
pola sebagai berikut :
1. Sosialisasi perorangan (Direct)
Metode ini bertujuan untuk membangun komunikasi yang baik secara personal dan yang
menjadi target adalah pihak-pihak yang mempunyai peranan atau pengaruh secara positif
dikalangan masyarakat seperti perangkat kecamatan, perangkat desa, tokoh adat, tokoh
pemuda dan agama, dengan harapan nantinya informasi dari perusahaan dapat didistribusikan
dengan baik kepada anggota masyarakat lainnya.
2. Sosialisasi kolektif (Indirect)
Setelah pihak-pihak dalam taget sosialisasi perorangan dapat diberikan pemahaman yang baik
dan sejalan dengan perusahaan maka tahap berikutnya melakukan sosialisasi langsung dengan
seluruh anggota masyarakat, hal ini untuk menghindari adanya komplain dikemudian hari dari
anggota masyarakat bahwa mereka tidak mengetahui dan tidak memahami program plasma
dari perusahaan.
2. Tahap Sosialisasi
a) Persetujuan internal perusahaan.
b) Penyampaian maksud dan tujuan pelaksanaan sosialisasi, untuk mendapatkan persetujuan
terlebih dahulu dari managemen (Direksi).
c) Koordinasi dengan tim pemerintah kecamatan (Muspika) dan perangkat desa (Kades, Kepala
Adat, Ketua BPD dan Tokoh masyarakat).
d) Pembuatan undangan sosialisasi, dengan target pemerintah kecamatan (Muspika) dan
perangkat desa (Kades, Kepala Adat, Ketua BPD dan Tokoh masyarakat) dan anggota
masyarakat calon peserta petani plasma.
e) Pelaksanaan sosialisasi, untuk mendapatkan persetujuan mengenai letak lokasi plasma dan
pola / mekanisme kerjasama pembangunan plasma dan dituangkan dalam berita acara.
f) Pembahasan draft perjanjian kerjasama plasma, sesuai standar perusahaan yang telah
disetujui oleh managemen (Direksi).
Pembahasan di tingkat perangkat desa dan koperasi.
Pembahasan dan sosialisasi kepada masyarakat calon petani plasma.
LAPORAN KWARTAL
(FINANCE DAN PRODUKSI)
Setelah kebun plasma mulai berproduksi maka perusahaan harus bisa menyajikan data laporan
keuangan / pendapatan koperasi mengenai jumlah produksi untuk tiap-tiap bulannya dan dapat
disampaikan secara berkala untuk periode 3 (tiga) bulanan / kwartal.
Untuk membangun kebun plasma bagi masyarakat petani plasma yang diwadahi dalam badan hukum
koperasi, maka diperlukan biaya-biaya (cost) investasi untuk pembangunan kebun plasma yang antara
lain bersumber dari :
1. Talangan perusahaan, yaitu pembangunan kebun plasma dilaksanakan terlebih dahulu dan
dibiayai oleh perusahaan (talangan) dan harus dikembalikan sebagai pinjaman oleh koperasi
setelah diperoleh pembiayaan dari pihak perbankan.
2. Lembaga perbankan, yaitu pembangunan kebun plasma baru dilaksanakan setelah terlebih
dahulu diperoleh sumber pembiayaannya dari bank.
Biaya investasi pembangunan kebun plasma yang dibebankan dan menjadi kewajiban koperasi untuk
mengembalikannya terhitung mulai dari tanaman berusia 0 (nol) bulan sampai dengan 48 (empat puluh
delapan) bulan, meliputi :
1. Masa TBM 0 (nol), usia tanaman 0 (nol) bulan s/d bulan ke-12 yaitu periode pembukaan lahan
dan penanaman, meliputi :
Biaya tenaga kerja
Biaya infrastruktur
Biaya bahan dan alat
Managemen fee (5%)
Biaya sertifikasi lahan
2. Masa TBM 1 (satu), usia tanaman bulan ke-13 s/d bulan ke-24 yaitu periode pemeliharaan
tanaman tahun pertama, meliputi :
Biaya tenaga kerja
Biaya bahan dan alat
Managemen fee (5%)
3. Masa TBM 2 (dua), usia tanaman bulan ke-25 s/d bulan ke-36 (dua puluh empat) bulan yaitu
periode pemeliharaan tanaman tahun kedua, meliputi :
Biaya tenaga kerja
Biaya bahan dan alat
Managemen fee (5%)
4. Masa TBM 3 (tiga), usia tanaman bulan ke-37 s/d bulan ke-48 yaitu periode pemeliharaan
tanaman tahun ketiga, meliputi :
Biaya tenaga kerja
Biaya bahan dan alat
Managemen fee (5%)
Besaran biaya pembangunan kebun plasma yang dapat dibiayai oleh bank adalah biaya sebagaimana
diatur dan telah ditetapkan dalam surat keputusan (SK) Direktur Jenderal (Dirjen) Perkebunan yang
diterbitkan untuk tiap-tiap tahunnya dan penilaian dari appraisal independen.
Sedangkan biaya actual pembangunan kebun plasma bisa saja lebih besar dari biaya pembangunan
kebun yang ditetapkan dan dikeluarkan oleh Dirjen Perkebunan dan penilaian bank, hal ini dikarenakan
kondisi actual masing-masing wilayah berbeda dan sangat dipengaruhi oleh kondisi geografis alam,
ketersediaan dan upah tenaga kerja, ketersediaan dan harga BBM dan lain sebagainya yang dapat
mempengaruhi tingkat biaya dimaksud.
Apabila biaya actual pembangunan kebun plasma lebih besar dari biaya yang ditetapkan dan dikeluarkan
oleh Dirjen Perkebunan (actual > SK Dirjenbun), maka selisih biaya tersebut (cost overrun) adalah tetap
menjadi kewajiban koperasi / petani plasma untuk melakukan pengembaliannya dan pengembaliannya
dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu :
1. Pengembalian dilakukan bersamaan dengan pembayaran cicilan angsuran kredit pembiayaan
dari bank sebelum lunas dan dibayarkan kepada perusahaan, dengan melihat kemampuan
pendapatan koperasi.
2. Pengembalian dilakukan setelah pembayaran cicilan angsuran kredit pembiayaan bank sudah
lunas, dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu :
a) Pembiayaan bank tahap kedua, sebagai pinjaman atas pengembalian cost overrun.
b) Pembayaran langsung kepada perusahaan, sebagai pinjaman atas pengembalian cost
overrun.
BIAYA OPERASIONAL
Biaya operasional adalah semua biaya yang dikeluarkan dan dipergunakan untuk melakukan
pemeliharaan, perawatan dan pengelolaan kebun plasma milik koperasi / petani plasma, sehingga
kebun plasma dapat berproduksi secara maksimal dan setara dengan produksi dari kebun inti / milik
perusahaan.
Biaya-biaya yang termasuk dalam struktur katagori biaya operasional yang dibebankan dan menjadi
kewajiban koperasi / petani plasma adalah :
1. Biaya panen.
2. Biaya angkut TBS (loading dan transport).
3. Biaya pemeliharaan dan perawatan tanaman, meliputi :
a) Biaya tenaga kerja.
b) Biaya pupuk.
c) Biaya bahan kimia.
4. Biaya pemeliharaan dan perawatan infrastruktur :
a) Biaya maintenance jalan, jembatan, parit dan lain-lain.
b) Biaya maintenance emplacement.
(Dalam Rp '000)
Hasil/Ha 14 17 21 26 28