Anda di halaman 1dari 18

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ....................................................................................................... i

DAFTAR TABEL .............................................................................................. ii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... iiiii

DAFTAR NOTASI........................................................................................... iiv

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1

1.2 Tujuan Percobaan ..................................................................................... 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 2

BAB III METODOLOGI PERCOBAAN ........................................................ 5

3.1 Alat dan Bahan Percobaan ........................................................................ 5

3.1.1 Alat .................................................................................................... 5

3.1.2 Bahan ................................................................................................. 5

3.1.3 Gambar Alat ....................................................................................... 6

3.2 Variabel Percobaan .................................................................................. 7

3.3 Prosedur Percobaan .................................................................................. 7

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................ 9

4.1 Data Hasil Percobaan ............................................................................... 9

4.2 Hasil Perhitungan ................................................................................... 10

4.3 Pembahasan ........................................................................................... 10

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 144

5.1 Kesimpulan .......................................................................................... 144

5.2 Saran .................................................................................................... 144

DAFTAR PUSTAKA

APPENDIKS

i
DAFTAR TABEL

Tabel 4. 1 Data Hasil Percobaan .......................................................................... 9


Tabel 4. 2 Hasil Perhitungan Sieve Tray ............................................................ 10

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Skema Percobaan Sieve Tray .......................................................... 6


Gambar 3.2 Skema Prosedur Sieve Tray ............................................................. 7
Gambar 4.1 Grafik % Berat Alkohol dengan Bukaan ValveError! Bookmark
not defined.
Gambar 4.2 Grafik % Berat Alkohol dengan Besaran ApiError! Bookmark not
defined.
Gambar 4.3 Grafik Efisiensi dengan Bukaan ValveError! Bookmark not
defined.3

iii
DAFTAR NOTASI

𝑦1 = Fraksi mol etanol keluar


𝑦𝑁+1 = Fraksi mol etanol masuk
𝑥𝑁 = Fraksi mol air
𝑥0 = Fraksi mol air mula-mula
𝑉𝑠 = Inert etanol
𝐿𝑠 = Inert air
ƞ% = Efisiensi murphree

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Distilasi adalah salah satu proses pemisahan yang banyak dipakai dalam
industri. Sistem pemisahan ini adalah berdasarkan perbedaan titik didih. Jika suatu
campuran bahan diuapkan maka uap yang terbentuk akan memiliki konsentrasi
yang berbeda dengan cairannya, yang memiliki titik didih yang lebih rendah
biasanya akan didapatkan dengan konsentrasi lebih tinggi. Jika ini dilakukan
berulang-ulang maka akan diperoleh konsentrasi yang semakin murni. Kolom
distilasi sieve tray adalah salah satu jenis kolom distilasi yang banyak dipakai
untuk operasi distilasi. Di dalam kolom ini terdapat tray sebagai tempat kontak
antara liquid dengan uap.
Distilasi merupakan suatu proses pemisahan dua atau lebih komponen zat
cair berdasarkan pada titik didih. Secara sederhana destilasi dilakukan dengan
memanaskan/menguapkan zat cair lalu uap tersebut didinginkan kembali supaya
jadi cair dengan bantuan kondensor. Pada distilasi sederhana, dasar pemisahannya
adalah perbedaan titik didih yang jauh atau dengan salah satu komponen bersifat
volatil. Jika campuran dipanaskan maka komponen yang titik didihnya lebih
rendah akan menguap lebih dulu. Selain perbedaan titik didih, juga perbedaan
kevolatilan, yaitu kecenderungan sebuah substansi untuk menjadi gas. Distilasi ini
dilakukan pada tekanan atmosfer. Aplikasi distilasi sederhana digunakan untuk
memisahkan campuran air dan alkohol. Pada kolom destilasi adapun bagian-
bagian yang terdapat didalamnya yaitu seperti kolom rektifikasi. Pada kolom
destilasi adapun ayakan-ayakan yang dipakai yaitu seperti menara sembur, bouble
cup dan menara ayak (sieve tray tower). Pada menara ayak pola aliran pada setiap
aliran yaitu aliran silang (crossflow) dan bukan aliran lawan arah
(countercurrent).
1.2 Tujuan Percobaan
1. Menentukan komposisi distilat pada variasi besaran kalor pada reboiler.
2. Menentukan komposisi distilat pada variasi reflux.
3. Mengukur efisiensi sieve tray.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Distilasi merupakan metode pemisahan komponen larutan dengan


berdasarkan pada distribusi senyawa pada fase uap dan fase cair dimana kedua
komponen dapat muncul di kedua fase. Pemisahan cara distilasi dapat dilakukan
jika seluruh komponen-komponen yang akan dipisahkan sama–sama volatil.
Manipulasi fasa–fasa yang berperan dalam distilasi akan meningkatkan kemurnian
komponen yang akan dipisahkan dengan cara distilasi. Untuk mengatasi kondisi
azeotrop dapat dilakukan dengan 3 cara. Pertama, dengan cara distilasi bertingkat
dimana tekanan masing–masing proses berbeda. Cara yang kedua distilasi
azeotrop adalah distilasi dengan penambahan suatu senyawa yang dapat memecah
azeotrop (entrainer). Distilasi azeotrop ini komponen yang ditambahkan bersifat
lebih volatil dari zat yang akan dipisahkan sehingga setelah proses komponen
tersebut muncul sebagai hasil atas. Distilasi ekstraktif adalah distilasi dengan
distilasi penambahan entrainer bersifat lebih tidak volatil dari zat yang akan
dipisahkan sehingga kebanyakan terikut sebagai produk bawah (residu). Dalam
penelitian ini penulis memilih menggunakan saline extractive distillation.
Extractive distillation biasa digunakan dalam industri dan merupakan metode
pemisahan yang penting dalam Petrochemical engineering. Salah satu aplikasi
distilasi jenis ini untuk memisahkan hidrokarbon pada campuran C₄ dan
memisahkan campuran azeotropic dalam campuran etanol-air. (Perry B.H., 1985)
Distilasi adalah metode memisahkan komponen solusi yang tergantung
pada distnbusi zat antara gas dan fase cair, diterapkan untuk kasus-kasus dimana
semua komponen yang hadir di kedua fase. Alih-alih memperkenalkan zat baru ke
dalam campuran untuk memberikan tahap kedua, seperti yang dilakukan dalam
penyerapan gas atau desorpsi, fase baru dibuat dari larutan asli oleh penguapan
atau kondensasi. Dalam rangka untuk membuat jelas perbedaan antara distilasi
dan operasi lainnya, mari kita mengutip beberapa contoh. Dalam pemisahan
larutan garam biasa dan air, air dapat benar-benar menguap dari solusi tanpa
penghapusan garam karena untuk tujuan tersebut mudah menguap pada kondisi
yang berlaku. Ini adalah operasi penguapan. Dalam kategori ini,
mempertimbangkan pemisahan komponen larutan cair amonia dan air. Dengan

2
menghubungi larutan amonia-air dengan udara, yang pada dasarnya tidak larut
dalam cairan, tapi ammonia kemudian dicampur dengan uap air dan udara dan
tidak diperoleh dalam bentuk murni. Di sisi lain, dengan aplikasi panas, kita bisa
menguapkan sebagian larutan dan menciptakan fase gas kecuali air dan amonia.
(Treybal, Robert Ewald:1981)
Dan karena gas akan lebih kaya dalam amonia dari cairan sisa. Dengan
manipulasi yang tepat dari fase atau dengan penguapan berulang dan kondensasi
itu kemudian biasanya mungkin untuk membuat selengkap pemisahan
sebagaimana yang diinginkan, kedua komponen dari campuran sebagai murni
seperti yang kita inginkan. Ada pada gilirannya keterbatasan tertentu untuk
distilasi sebagai proses pemisahan. Dalam penyerapan atau operasi serupa di mana
telah sepakat untuk memperkenalkan zat asing untuk menyediakan fase baru
untuk tujuan distribusi, kita biasanya dapat memilih dari berbagai macam pelarut
untuk memberikan efek pemisahan terbesar. Misalnya, karena air tidak efektif
dalam menyerap gas hidrokarbon dari campuran gas, kita memilih bukan minyak
hidrokarbon yang menyediakan kelarutan tinggi. Namun dalam distilasi tidak ada
pilihan seperti itu. Gas yang dapat dibuat dari cairan dengan aplikasi panas pasti
hanya terdiri dari komponen-komponen yang merupakan cairan. Karena itu gas
sangat mirip dengan cairan, perubahan komposisi yang dihasilkan dari distribusi
komponen antara dua fase ini biasanya tidak sangat besar. Memang, dalam
beberapa kasus perubahan komposisi sangat kecil sehingga proses menjadi tidak
praktis bahkan mungkin terjadi bahwa tidak ada perubahan dalam komposisi
apapun. (Treybal, Robert Ewald:1981)
Menurut Jenny Delly, dkk. (2015) meneliti tentang destilasi fraksinasi
yang bertujuan untuk memperoleh alkohol berkadar tinggi melalui pembuatan alat
penyulingan fraksinasi, pemberian arang tempurung kelapa dan kapur (3:1)
sebagai penyerap. Hasil pengujian terhadap kinerja alat penyulingan fraksinasi
menunjukkan bahwa kecepatan kondensasi sampai berhenti penetesan distilat
adalah 3 jam. Rendemen yang diperoleh sekitar 19% dengan tingkat kemurnian
antara 82% Sampai 90%. Hasil ini melebihi kandungan alkohol 40% yang
dihasilkan dari alat penyulingan tradisional.

3
Menurut Chen et al,(1990) dengan menggunakan packing lebih kecil
kemungkinan terjadi weeping dan entrainment, namun froth dan pressure drop
menjadi sedikit lebih besar. Entrainment dan weeping dapat menurun karena
dengan adanya packing dapat memecah vapor yang melewati packing menjadi
gelembung-gelembung yang lebih kecil, sehingga akan lebih banyak vapor yang
naik ke tray berikutnya. Apabila liquid juga ikut terbawa oleh vapor ke tray
berikutnya, hal ini dapat menyebabkan berkurangnya efisiensi Murphee.
Sedangkan untuk weeping ikut menurun karena dengan semakin tingginya froth
maka liquid tidak akan jatuh ke tray dibawahnya melalui lubang-lubang pada tray.
Dalam proses distilasi, terdapat berbagai jenis tray, yaitu sieve tray, valve
tray, dan buble cap. Pada penelitian ini digunakan sieve tray. Sieve tray dipakai
secara luas di dalam kolom distilasi karena mudah dalam proses desain dan hanya
memerlukan biaya yang relatif kecil. Akan tetapi, sieve tray mempunyai efisiensi
yang rendah dalam proses kontak antara vapour-liquid sehingga perlu
dimodifikasi untuk mendapatkan efisiensi yang lebih baik. Pada kolom packed
memiliki kontak antara liquid dan vapor lebih luas jika dibandingkan kolom sieve
tray. Kolom packed juga memiliki pressure drop yang lebih rendah dan cocok
digunakan untuk liquid yang bersifat korosif. Namun kolom ini tidak cocok untuk
liquid dengan flow rates yang rendah. Dan lebih mudah untuk memprediksi
efisiensi tray pada kolom sieve tray daripada pada kolom packed. (Putra, I. P.,
Alhafidz A. R.: 2012)

4
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan Percobaan


3.1.1 Alat
1. Seperangkat alat distilasi sieve tray, yang terdiri dari :
- Kolom sieve tray
- Kompor elpiji
- Kondenser
- Reboiler
- Thermometer
- Pompa kondenser
2. Piknometer 10 ml
3. Timbangan (ketelitian sd 1 mg) 1 buah
4. Refraktometer 1 buah

3.1.2 Bahan
1. Alkohol 10% 12 liter
2. Air
3. Kantong plastik penampung sampel
4. Karet
5. Busur

5
3.1.3 Gambar Alat

V-4
V-3
V-2

V-1
B

A P

Gambar 3. 1 Skema Percobaan Sieve Tray

Keterangan gambar:

A : Reboiler

B : Distilasi

C : Kondensor

D : Bak Air Pendingin

P : Pompa

V : Valve

6
3.2 Variabel Percobaan
1. Besarnya pemanasan (1, 1¼, 1½)
2. Putaran valve (300, 600, 900)

3.3 Prosedur Percobaan

Pembuatan larutan alkohol 10%


sebanyak 12 liter

Isi reboiler alat distilasi dengan larutan


alkohol 10% dan tutup semua valve

Panaskan kompor pemanas dengan


pemanasan sesuai variabel

Nyalakan pompa kondensor agar air


mengalir ke kondensor

Buka valve 3 tunggu sampai 5-10 menit

Tunggu kondisi steady state (1jam) agar


setiap tray berisi cairan

Buka valve 2 sampai keluar tetesan


embun

Ambil sampel di valve 3 sebanyak 11-12


ml ikat rapat dalam kantong plastik

Ambil sampel di valve 3 sebanyak 11-12


ml ikat rapat dalam kantong plastik

Tunggu sampel sampai suhu ruang


kemudian ukur densitas dan indeks bias

Matikan pemanas reboiler


dan aliran kondensor

Gambar 3.2 Skema Prosedur Sieve Tray

7
1. Buatlah bahan yang akan di distilasi (larutan alkohol 10%) sebanyak 12
liter.
2. Masukkan bahan yang akan didistilasi (larutan akohol 10%) ke dalam
reboiler alat distilasi.
3. Tutup semua valve.
4. Nyalakan kompor pemanas reboiler dengan pemanasan sesuai variabel
dari asisten.
5. Nyalakan pompa kondenser untuk mengalirkan air ke dalam kondenser.
6. Buka valve V-3, tunggu sampai bahan di dalam reboiler kelua melalui V-
3, biarkan selama 5-10 menit sampai udara dalam kolom terusir keluar.
7. Tunggu agar tercapai kondisi steady state (minimal 1 jam sejak terlihat
tetesan embun pada kondenser). Waktu ini diperlukan agar setiap tray
telah berisi cairan.
8. Buka valve V-2, tunggu sampai ada tetesan embun keluar dari V-2.
9. Jika sudah keluar, valve V-2 tutup kembali.
10. Buka valve V-4 sesuai variabel dari asisten
11. Ambillah sampel di valve V-3 pada tiap-tiap variabel yang diberikan
asisten sebanyak 11-12 ml, tampunglah dalam kantong plastik dan ikatlah
dengan rapat.
12. Ulangi langkah 4-12 untuk laju uap yang berbeda. Laju uap dapat diatur
dengan mengatur besarnya pemanasan.
13. Setelah percobaan, matikan pemanas reboiler dan aliran air kondenser.
14. Tunggulah sampai suhu sampel yang tertampung dalam kantong plastik
sama dengan suhu udara luar kemudian ukurlah densitas masing-masing
sampel dengan picnometer dan ukurlah indeks bias masing-masing sampel
dengan refraktometer.

8
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Percobaan

Kalibrasi piknometer

Massa pikno kosong 10,866 gr


Massa pikno + air 20,840 gr

Tabel 4.1 Data Hasil Percobaan

Besaran Pemanasan
Valve Parameter
1 1¼ 1½
Indeks Bias 1,358 1,343 1,331
Massa Picnometer kosong (g) 10,866 10,866 10,866
300 Massa Picnometer kosong+destilat (g) 23,900 24,860 24,300
Densitas 0,808 0,904 0,906
% Berat Alkohol 90,390 50,790 49,910
Indeks Bias 1,363 1,358 1,345
Massa Picnometer kosong (g) 10,866 10,866 10,866
600 Massa Picnometer kosong+destilat (g) 23,880 24,470 24,810
Densitas 0,806 0,865 0,899
% Berat Alkohol 91,200 67,520 52,980
Indeks Bias 1,376 1,362 1,352
Massa Picnometer kosong (g) 10,866 10,866 10,866
900 Massa Picnometer kosong+destilat (g) 23,700 24,410 24,880
Densitas 0,788 0,859 0,866
% Berat Alkohol 97,610 70,030 67,100

9
4.2 Hasil Perhitungan
Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Sieve Tray

Valve Besaran Pemanasan (%)


Parameter
(%) 100 125 150
% Mol Alkohol 1,410 0,793 0,780
% Berat Air 9,610 49,210 50,090
Fraksi Mol Alkohol (Yn) 0,726 0,225 0,291
8,33
Yn* 0,822 0,717 0,720
Yn+1 0,187 0,165 0,104
η(%) 0,849 0,109 0,186
% Mol Alkohol 1,420 1,050 0,830
% Berat Air 8,800 3,480 47,020
Fraksi Mol Alkohol (Yn) 0,740 0,370 0,240
16,67
Yn* 0,830 0,690 0,710
Yn+1 0,179 0,139 0,087
η(%) 0,865 0,414 0,246
% Mol Alkohol 1,525 1,094 1,048
% Berat Air 2,390 29,970 32,900
Fraksi Mol Alkohol (Yn) 0,920 0,397 0,364
25
Yn* 0,944 0,696 0,693
Yn+1 0 0 0
η(%) 0,975 0,570 0,526

4.3 Pembahasan
Dari hasil perhitungan tersebut didapatkan nilai yang cukup baik pada
tiap-tiap variabel yang telah ditentukan. Hasil pengujian tersebut menunjukkan
bahwa kecepatan kondensasi sampai berhenti penetesan adalah sekitar 2 jam.
Nilai indeks bias dari data yang dihasilkan tidak menunjukkan bahwa semakin
besar pemanasan tidak semakin besar pula nilai indeks bias. Hal ini bisa jadi
disebabkan karena faktor ketelitian praktikan dalam membaca nilai refraktometer.
Kemudian untuk pengambilan sampel juga mempengaruhi hasil daripada distilat

10
yang diambil. Untuk nilai densitas dari variabel pemanasan dan valve
menunjukkan kesebandingan karena nilai densitas yang dihasilkan lebih besar
seiring dengan besarnya pemanasan dan besarnya valve.

120

100

80
% Alkohol

60

40

20

0
0 20 40 60 80 100
Bukaan valve
besaran api 1 besaran api 1 1/4 besaran api 1 1/2

Gambar 4.1 Grafik % Berat Alkohol dengan Bukaan Valve

Pada gambar 4.1 menjelaskan bahwa hubungan antara % berat alkohol


dengan variasi besaran valve yaitu 300, 600 dan 900. % berat alkohol adalah
komposisi distilat yang keluar tray melalui reflux. Hasilnya seperti yang ada pada
grafik di bawah. Pada saat valve 300 nilai % berat alkohol yang didapatkan
menaik dibanding nilai % berat alkohol pada valve 600 maupun pada valve 900
atau nilai berbanding terbalik. Hal ini menunjukkan bahwa sesuai dengan cara
kerja reflux, jika reflux diturunkan maka konsentrasi juga akan menurun seperti
pada grafik yang menunjukkan hal tersebut.

11
120

100

80
% Alkohol 60

40

20

0
0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1,4 1,6
Besaran pemanas
valve 30 valve 60 valve 90

Gambar 4.2 Grafik % Berat Alkohol dengan Besaran Api

Pada gambar 4.2 dibawah menjelaskan bahwa hubungan antara


% berat alkohol dengan besaran api yaitu pada valve 300 dengan besaran api 1
menunjukkan hasil grafik yang tinggi terhadap nilai % berat alkohol.
Sedangkan pada besaran api 1¼ dengan valve yang tetap didapatkan hasil
yang cukup menurun dari besaran api sebelumnya. Sampai pada besaran api
yang terakhir yaitu 1½ menunjukkan nilai grafik yang juga semakin turun.
Hasil grafik menunjukkan semakin besar laju pemanasan maka hasil % berat
alkohol semakin kecil atau menurun. Begitupun juga sama seperti valve 300,
pada valve 600 dan 900 juga menunjukkan hasil yang demikian berdasarkan
besaran api yaitu semakin menurun. Hal ini telah sesuai dengan teori pada
distilasi yaitu suatu distilat akan membentuk uap yang selanjutnya akan
diembunkan dan dipanaskan secara berulang-ulang yang akan diperoleh
komponen-komponen dalam keadaan relatif murni atau bisa dikatakan akan
meningkatkan nilai konsentrasi distilat tersebut.

12
120

100

% Efisiensi murphee
80

60

40

20

0
0 20 40 60 80 100
Bukaan valve
besaran api 1 besaran api 1 1/4 besaran api 1 1/2

Gambar 4.3 Grafik Efisiensi murphee dengan Bukaan Valve

Pada gambar 4.3 menjelaskan hubungan tentang efisiensi pada setiap


valve. Dari grafik di bawah menunjukkan hasil pada valve 300 efisiensi yang
didapatkan pada besaran api 1 sangat besar, namun tidak pada besaran api 1¼
hasil menunujukkan semakin menurun atau kecil disbanding pada besaran api
sebelumnya. Sedangkan pada besaran api selanjutnya yaitu 1½ hasilnya
meningkat lagi atau naik dari sebelumnya. Kemudian untuk valve 600 hasil yang
menunjukkan yaitu pada setiap besaran api hasilnya semakin menurun. Sehingga
semakin besar api atau pemanasan maka semakin kecil nilai efisiensi yang
didapatkan.

13
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan excel diperoleh simpulan

bahwa:

1. Komposisi distilat pada variasi besaran kalor pada reboiler yaitu


menunjukkan bahwa jika semakin besar kalor yang diberikan, maka
semakin kecil nilai % berat alkohol yang didapatkan.
2. Komposisi distilat pada variasi reflux yaitu valve 1, 1¼, dan 1½
menunjukkan bahwa semakin kecil besaran valve, maka semakin tinggi
atau besar nilai % berat alkohol yang didapatkan.
3. Nilai efisiensi yang didapatkan sekitar antara 0,109-0,975 %.

5.2 Saran

Perlu dilakukan penelitian lanjut untuk meningkatkan yield dan dengan


variabel yang berbeda, sehingga variabel lebih bervariatif.

14

Anda mungkin juga menyukai