Anda di halaman 1dari 24

TUGAS

UNDANG UNDANG LINGKUNGAN

AMDAL PEMBANGUNAN RUMAH SAKIT

Mata Kuliah UNDANG UNDANG LINGKUNGAN


Dosen Pembimbing : Widya Mulya, , ST., M.Si

Disusun oleh :

1. Abdul Lukman Nur Wahid NPM 177052125


2. Muhammad Ashafaa Al Hafidz NPM 177052111
3. Anita NPM
4. Jupri NPM
5. NPM

FAKULTAS PROGRAM DIPLOMA IV JURUSAN K3


UNIVERSITAS BALIKPAPAN
2018
KATA PENGHANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya berkat,
rahmat, dan bimbingan-Nya. Kami dapat menangani tugas Undang Undang Lingkungan
AMDAL dengan baik.

Makalah tentang Amdal untuk perencanaan rumah sakit ini kami buat untuk melengkapi
tugas mata kuliah Undang Undang Lingkungan. Dalam menyusun tugas atau materi ini, tidak
sedikit hambatan yang kami hadapi. Namun kami menyadari bahwa dalam pelajaran ini kami
sangat berterima kasih kepada dosen D4K3.

Kami sangat bisa makalah ini bisa bermanfaat bagi semua dan menjadi kenyataan bagi
yang membutuhkan, terutama dalam bidang Keselamatan Lingkungan.Kami menyembunyikan
makalah ini belum sempurna, masih banyak kesalahan dan kesalahan. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran untuk penyempurnaan makalah ini. Atas perhatiannya kami
ucapkan terimakasih.

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………………………………………………………………….. 1

DAFTAR ISI …………………………………………………………………………………………………………………….. 2

BAB I PENDAHULUAN

 LATAR B ELAKANG ……………………………………………………………………………………………………….. 3

 TUJUAN P ENULISAN ……………………………………………………………………………………………………… 4

 MANFAAT P ENULISAN …………………………………………………………………………… …………………….. 5

BAB II ISI

2.1 PENGEERTIAN AMDAL …………………………………………………………………………………………. 6

2.2 MANFAAT AMDAL ………………………………………………………………………………………. ……......7

2.3 PENYUSUNAN KEGIATAN ………………………………………………………………………………………..8


2.4 PELAKU KEGIATAN …………………………………………………………………………………….……….9

2.5 SISTEMATIKA LAPORAN …………………………………………………………………………………….. 10

2.6 PENATALAKSANAAN AMDAL RUMAH SAKIT ………………………………………………………...... 11

2.7 UKL DAN UPL …………………………………………………………………………………………………… 12

2.8 KAITAN AMDAL DENGAN D OKUMEN / K AJIAN L INGKUNGAN …………………………………… 13

BAB III DASAR HUKUM DAN PERATURAN BAGIAN MENYUSUN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN

BAB I

PE N DAHULUAN

 LATAR BELAKANG

Program pembangunan pada periode Pembangunan Jangka Panjang adalah pembangunan


berwawasan lingkungan, sebagai upaya sadar dan perencanaan sumber daya yang kuat. Dalam
setiap pembangunan akan ada berbagai usaha atau kegiatan yang pada dasarnya akan
menimbulkan dampak terhadap lingkungan hidup, oleh karena itu perlu dijaga keserasian antar
usaha / kegiatan tersebut dengan menganalisa dari sejak awal perencanaannya.

Dengan demikian langkah-langkah penanganan negatif dapat dipersiapkan sedini


mungkin. Rumah sakit sebagai salah satu hasil pembangunan dan upaya penunjang
pembangunan dalam bidang kesehatan merupakan sarana pelayanan umum, tempat
berkumpulnya orang-orang sakit dan orang-orang yang memungkinkan untuk pencemaran
lingkungan, gangguan kesehatan dan dapat menjadi tempat penularan penyakit. Untuk itu telah
dilakukan berbagai upaya penanggulangan kembali lingkungan Rumah Sakit yang dimulai dari
analisis dampak lingkungan (AMDAL). Kenyataan, usaha itu tidak dapat dilaksanakan karena
berbagai biaya klasik.

Adanya Peraturan Pemerintah No. 51 Tahu n 1993 Tentang Analisis Dampak Lingkungan,
merupakan terobosan baru yang memungkinkan setiap Rumah Sakit yang membutuhkan
AMDAL (Rumah Sakit dengan kapasitas lebih dari 400 tempat tidur) dapat dilakukan dengan
baik.
 TUJUAN PENULISAN AMDAL

1. Mengidentifikasikan rencana usaha dan / atau kegiatan yang akan dilakukan secara
khusus terhadap lingkungan hidup
2. Mengidentifikasikan komponen-komponen lingkungan hidup yang akan terkena
dampak besar dan penting
3. Memprakirakan dan mengevaluasi rencana kegiatan dan kegiatan yang menimbulkan
dampak terhadap lingkungan hidup

 MANFAAT PENULISAN AMBDAL

Hasil dari pembelajaran ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak,
terutama untuk siswa atau pelajar untuk menambah pengetahuan dan wawasan tentang AMDAL,
peningkatan rumah sakit.

BAB II

AMDAL Dalam Penyusunan Rumah Sakit

2.1 PENGERTIAN AMDAL

AMDAL adalah salah satu studi yang mengidentifikasi, memprediksi, menginterpretasi


dan mengkomunikasikan pengaruh dari kegiatan manusia terhadap lingkungan. Dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 51 Tahun 1993 dikenal istilah Analisis Dampak Lingkungan yang disingkat
dengan AMDAL yang memungkinkan hasil studi yang bermanfaat kegiatan-kegiatan untuk
lingkungan, yang diperlukan untuk proses pengambilan keputusan. Selain itu ada pengertian lain
seperti :

1. AMDAL Kegiatan Terpadu / Multi Sektor yaitu hasil studi lingkungan yang merupakan
kegiatan yang terintegrasi dengan lingkungan hidup dalam satu kesatuan dan tanggung
jawab lebih dari satu lembaga yang bertanggung jawab.

2. AMDAL Kawasan yaitu hasil studi maksimalitas kegiatan-kegiatan yang menggunakan


lingkungan hidup dalam satu kesatuan dan ekosistem yang bertanggung jawab.
3. AMDAL Regional yaitu hasil studi maksimalitas kegiatan-kegiatan yang didasarkan pada
lingkungan hidup dalam satu kesatuan hamparan kawasan-kawasan yang berstatus
berkembang sesuai dengan ketentuan umum yang bertanggung jawab. Bagi kegiatan
yang perlu dilakukan, lakukan proses penapisan untuk memastikan apakah kegiatan
tersebut mengandung atau tidak. Untuk rencana kegiatan yang tidak ada dampaknya,
dalam rangka proyek yang berwawasan lingkungan diharuskan melakukan upaya
pengelolaan lingkungan (UKL) dan upaya pemantauan lingkungan (UPL).
4. Kerangka Acuan bagi Pembuatan Analisis Dampak Lingkungan (KA-ANDAL).
5. Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL).
6. Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL)
7. Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL).

Jadi pengertian AMDAL di sini dapat digunakan proses studi dan dapat pula hasil dari
studi. Dengan ditetapkannya PP 51 tahun 1993 tentang AMDAL, tidak ada lagi ketentuan
tentang AMDAL bagi kegiatan yang sudah berjalan yang dikenal dengan SEMDAL. Namun
demikian untuk kegiatan-kegiatan bidang kesehatan yang semula ditetapkan Wajib SEMDAL
tetapi untuk saat ini sekalipun membuat SEMDAL, Departemen Kesehatan akan mengeluarkan
peraturan khusus yang mewajibkan pembuatan prosedur operasi standar manajemen dan
pemantauan lingkungan yang dituangkan dalam rencana teknis dan lingkungan proyek sebagai
pembuatan kewajiban SEMDAL. Dampak lingkungan adalah lingkungan yang diakibatkan oleh
kegiatan-kegiatan. Pada mulanya perubahan lingkungan digambarkan sebagai adanya benturan
antara dua kepentingan yaitu kepentingan antara perlunya pelaksanaan kegiatan dan tujuan usaha
melestarikan kualitas lingkungan yang baik. Benturan kepentingan itu hanyalah mencerminkan
keberadaan yang merugikan (negatif) saja. Dalam perkembangannya kemudian, yang dianalisis
bukan hanya negatifnya saja tetapi juga menghasilkan efek-efek yang sama. Sedangkan
kontribusi yang lebih besar adalah lingkungan yang sangat mendasar yang diakibatkan oleh
kegiatan-kegiatan.

1. Kegiatan setiap kegiatan bersifat khusus dan unik ( spesifik situs ), artinya dampak
lingkungan kegiatan hanya berlaku untuk ekosistem dan kelompok sosial tertentu
yang menghuni ruang dan waktu tertentu. Sebagaimana yang dilakukan dari proses
yang AMDAL hanya terfokus pada ruang khusus dan kurun waktu tertentu yang
dihipotesakan terkena hasil kegiatan. Implikasi dari asumsi ini adalah kegiatan
sejenis, yang berbeda yang akan berbeda jika berada di ruang yang berbeda.

2. Perkembangan kegiatan bersifat kompleks. Seperti yang disebutkan saat ini, setiap
komponen lingkungan satu sama lain saling terkait. Perubahan atau tekanan yang
dialami oleh satu komponen lingkungan akan mempengaruhi komponen
lainnya. Hubungan sebab-akibat ini semakin sulit ditelusuri oleh faktor-faktor yang
mungkin terjadi secara umum dan baru setelah kurun waktu yang cukup
lama. Implikasi hal ini adalah bahwa studi AMDAL harus dilakukan secara
profesional sesuai dengan fakta ekonomi yang ditimbulkan. Jadi yang dibutuhkan
yang mengkaji masing-masing fungsi dari faktor-faktor yang mempengaruhi hasil
analisis.
2.2 MANFAAT AMDAL

Telah diungkapkan sebelumnya bahwa AMDAL diperlukan untuk proses menghasilkan


berbagai kegiatan. Ini berarti bahwa dokumen AMDAL merupakan salah satu bahan
pertimbangan, untuk menetapkan kegiatan-kegiatan yang memungkinkan untuk dilaksanakan
dari sudut lingkungan lingkungan hidup. Dengan demikian maka AMDAL bermanfaat untuk:

1. Mengetahui tuntutantibuatan Tanggung jawab terhadap kualitas lingkungan yang


melampaui batas yang telah ditentukan atau tidak dapat ditolerir dan kesehatan
manusia.

2. Mengetahui wasiat yang berlaku Tetapkan kegiatan untuk kegiatan yang dapat
menimbulkan pertentangan.
3. Memberi masukan untuk studi kelayakan teknis dan kelayakan ekonomi dapat
dilakukan, terutama dalam rangka pengendalian negatif dan mengembangkannya
positifnya.
4. Menyesuaikan informasi dan mana keadaan lingkungan dapat menunjang perwujudan
Kegiatan-kegiatan, terutama informasi tentang sumber daya yang membutuhkan
kegiatan-kegiatan tersebut, seperti energi, tenaga manusia, sarana dan prasarana
angkutan dan sebagainya.
5. Pelaksanaan upaya lingkungan berdasarkan pendugaan dan evaluasi lingkungan yang
dilakukan dalam proses penyusunan AMDAL.

6. Pelaksanaan pemantauan lingkungan yang diperlukan bagi tingkat pelaksana


pemantauan lingkungan.

2.3 PENYUSUN AMDAL

Dokumen AMDAL harus disusun oleh pemrakarsa proyek dan / atau kegiatan. Dalam
penyusunan studi AMDAL, pemrakarsa dapat membentuk dokumen AMDAL. Penyusun
dokumen AMDAL harus telah memiliki sertifikat Penyusun AMDAL dan ahli di
bidangnya. Ketentuan standar penyusunan anggaran minimal AMDAL dalam Keputusan Kepala
Bapedal Nomor 09/2000 .

 Pelaku Kegiatan

Pihak-pihak yang terlibat dalam proses AMDAL adalah Komisi Penilai AMDAL,
pemrakarsa, dan masyarakat yang berkepentingan. Komisi Penilai AMDAL adalah
komisi yang memproses dokumen AMDAL. Di tingkat pusat di Bapedalda / lnstansi
manajer lingkungan hidup, dan di tingkat Kabupaten / Kota di Bapedalda / lnstansi
manajer lingkungan hidup Kabupaten / Kota. Unsur pemerintah lainnya yang
berkepentingan dan warga masyarakat yang terkena dampak diusahakan terwakili di
dalam Komisi Penilai ini. Tata kerja dan isi Komisi Penilai AMDAL dalam Keputusan
Menteri Negara Lingkungan Hidup, sementara anggota-anggota Komisi Penilai AMDAL
dalam propinsi dan kabupaten / kota ditetapkan oleh Gubernur dan Bupati /
Walikota. Pemrakarsa adalah orang-orang atau badan hukum yang bertanggung jawab
atas rencana proyek dan / atau kegiatan yang akan dilaksanakan. Masyarakat yang
berkepentingan adalah masyarakat yang menggunakan berbagai bentuk keputusan dalam
proses AMDAL berdasarkan alasan-alasan antara lain sebagai berikut: kedekatan dengan
rencana dan / atau kegiatan, faktor ekonomi, faktor sosial budaya, perhatian pada
lingkungan hidup, dan / atau faktor reputasi-nilai atau norma yang dipercaya. Masyarakat
berkepentingan dalam proses AMDAL dapat dibedakan menjadi masyarakat terkena, dan
masyarakat pemerhati. Masyarakat yang berkepentingan adalah masyarakat yang
menggunakan berbagai bentuk keputusan dalam proses AMDAL berdasarkan alasan-
alasan antara lain sebagai berikut: kedekatan dengan rencana dan / atau kegiatan, faktor
ekonomi, faktor sosial budaya, perhatian pada lingkungan hidup, dan / atau faktor
reputasi-nilai atau norma yang dipercaya. Masyarakat berkepentingan dalam proses
AMDAL dapat dibedakan menjadi masyarakat terkena, dan masyarakat
pemerhati. Masyarakat yang berkepentingan adalah masyarakat yang menggunakan
berbagai bentuk keputusan dalam proses AMDAL berdasarkan alasan-alasan antara lain
sebagai berikut: kedekatan dengan rencana dan / atau kegiatan, faktor ekonomi, faktor
sosial budaya, perhatian pada lingkungan hidup, dan / atau faktor reputasi-nilai atau
norma yang dipercaya. Masyarakat berkepentingan dalam proses AMDAL dapat
dibedakan menjadi masyarakat terkena, dan masyarakat pemerhati.

 Langkah-Langkah Dalam Studi AMDAL

Sesuai dengan definisi yang berlaku di Indonesia (Undang-undang No. 4 Tahun


1982) komponen lingkungan yang ditelaah dalam studi AMDAL untuk kegiatan-kegiatan
yang melibatkan komponen lingkungan fisik, komponen lingkungan dan komponen
sosial ekonomi dan sosial budaya. Secara umum langkah-langkah pelaksanaan studi
AMDAL secara berurutan dapat digambarkan pada diagram alir sebagai berikut:
.
1) DIAGRAM ALIR STUDI AMDAL

Langkah-langkah yang digolongkan dalam diagram tersebut tidak ada bentuk yang akan
menghasilkan seperti yang sesuai dalam AMDAL berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 51
tahun 1993. Langkah-langkah yang selanjutnya akan diuraikan di bawah ini lebih lanjut dari
langkah-langkah studi AMDAL sejak awal studi sampai langkah dari studi AMDAL yaitu
pengelolaan lingkungan dan alternatif pengelolaannya.

 LANGKAH PERTAMA : Persiapan Mencakup

 Pembentukan Tim Penyusun


 Pemahaman tentang peraturan yang terkait dengan AMDAL, pedoman-pedoman, baku
mutu lingkungan, Rencana kegiatan yang akan dikaji
 Pengenalan posisi umum lokasi kegiatan (pra survai)
 Penentuan ruang lingkup studi (pelingkupan)
 Penyusunan rencana kerja / hukuman teknis
 LANGKAH KE DUA : Pengumpulan dan penyusunan informasi kegiatan yang akan dikaji
(pemberian kegiatan), seperti :

 Nama dan alamat pemrakarsa kegiatan


 Status, jenis, tujuan, dan kegunaan kegiatan.
 Lokasi kegiatan.
 Hasil (keluaran) dan umur kegiatan.
 kegiatan Uraian mulai dari tahap persiapan sampai operasi.
 Perkiraan biaya.
 Perencanaan operasional atau alur proses kegiatan.
 Rincian kegiatan debu.
 Uraian tentang sistim pengelolaan limbah.

 LANGKAH KE TIGA : Penentuan rona lingkungan awal untuk memberikan gambaran


tentang kondisi lingkungan fisik, biologis, dan sosial di wilayah yang diperkirakan terkena
dampak kegiatan, meliputi kegiatan:

 Menuskan komponen lingkungan yang akan dikaji


 Menetapkan algoritma pengukuran setiap komponen lingkungan
termasuk sistem sampling dan sampling site-nya
 Menyusun daftar isian dan panduan-panduannya
 Menetapkan cara pengolahan dan analisis data
 Persiapan peralatan dan bahan-bahan.
 Pelaksanaan pengukuran di lapangan dan analisis di laboratorium
 Pengolahan, analisis dan penyusunan hasil

 LANGKAH BARU
 Identifikasi bahaya yaitu mengidentifikasi komponen lingkungan yang mungkin tercakup
dalam kegiatan / komponen kegiatan
 Pendugaan dampak lingkungan yaitu memproyuasi lingkungan yang mungkin terjadi
akibat dilaksanakannya rencana kegiatan

 LANGKAH KE LIMA: : Pengelolaan lingkungan dan alternatif pengelolaannya,


mencakup
 Penentuan hubungan sebab-akibat antara komponen-komponen proyek dan komponen
lingkungan dengan mempengaruhi yang mungkin ditimbulkan
 manajemen alternatif lingkungan Uraian

Dari langkah-langkah tersebut kemudian disusun hasil laporan yang mencakup beberapa
dokumen yang mencakup: KA ANDAL, ANDAL, dan RKL / RPL.

Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 1993, laporan hasil studi AMDAL harus disusun dalam
bentuk dokumen sebagai berikut:

 Kerangka Acuan ANDAL (KA-ANDAL)


 Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL)
Contoh Analisis Dampak Lingkungan Rumah Sakit:

ANALISIS ANDAL PADA RUMAH SAKIT

1. Lingkungan

1. Lingkungan Rumah Sakit harus memiliki batas yang jelas dilengkapi dengan pagar yang kuat
dan tida yang memungkinkan orang-orang atau orang-orang yang tidak ingin masuk dengan
bebas
b. Lingkungan rumah sakit harus dilengkapi penerangan dengan cahaya yang cukup
c. Tidak becek, tidak berdebu dan tidak mengandung genangan udara dan juga dibuat landai
menuju kesaluran terbuka / tertutup, tersedia lubang penerima udara masuk dan tampilan
halaman yang luas.
d. Saluran air limbah harus tertutup dan terpisah langsung dengan sistem pengolahan air
limbah
e. Ditempat parkir, halaman, ruang tunggu dan tempat-tempat khusus harus tersedia tempat
pengumpul sampah pada radius 20 meter masing-masing.
2. Ruang dan Bangunan

Ruang dan bangunan harus dalam keadaan bersih dan mudah dibersihkan, dengan tempat
sampah sesuai dengan jenis sampahnya dan tersedia fasilitas yang sesuai dengan kebutuhan
tempat tidur.

1. Ruang bayi:
1) Ruang perawatan minimal 2 m2 / tempat
2) Ruang isolasi minimal 3,5 m2 / tempat tidur
2. Ruang Dewasa
1) Ruang perawatan minimal 4,5 m2 / tempat tidur
2) ruang isolasi minimal 6 m2 / tempat tidur

Ruang dan bangunan harus bebas dari gangguan serangga, binatang pengerat dan binatang
penganggu lainnya. Lantai harus selalu bersih, tingkat kebersihan lantai untuk ruang operasi 0-5
kuman / cm2 dan untuk ruang perawata 5-10 kuman / cm2. Mutu udara termasuk sebagai
berikut:

1. tidak berbau (terutama H2S dan Amoniak)


2. kadar debu tidak melebihi 150 ug / m3 udara dalam alur rata-rata 24 jam
3. Angka kuman
1) Ruang operasi kurang dari 350 koloni / m3 udara dan bebas kuman pathogen alpha
streptococus haemolitius) dan spora gasn gangren
2) Ruang perawatan isolasi kurang dari 700 koloni / m3 udara dan bebas kuman pathogen alpha
streptococus haemolitius)
4. Kadar gas dan bahan berbahaya
Kadar gas dan bahan berbahaya dalam udara tidak melebihi konsentrasi, maksimum
5. Suhu dan kelembaban, kekacauan dan pencahayaan harus sesuai dengan peraturan
6. Fasilitas Sanitasi
7. Fasilitas penyediaan udara

1) Harus tersedia air minum sesuai dengan kebutuhan


2) Tersedia bersih minimal 500 lt / tempat tidur / hari
3) Air minum dan air bersih tersedia pada setiap tempat kegiatan yang membutuhkan secara
aktif
4) Air minum dan air bersih diiap ruangan / kamar harus menggunakan jaringan yang positif

1. Fasilitas toilet dan kamar mandi

1) Harus selalu terpelihara dan dalam keadaan bersih


2) Lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, tidak licin, warna terang dan mudah
dibersihkan
3) Pada setiap unit di luar ruangan harus tersedia toilet (jamban, peturasan dan tempat cuci
tangan) terpisah. Khususnya untuk unit rawat inap da kamar karyawan harus memilih kamar
mandi.
4) Pembuangan air limbah dari toilet dan kamar mandi dilengkapi dengan penahan bau (air seal)
5) Letak toilet dan kamar mandi tidak berhubungan langsung dengan dapur, kamar operasi, dan
ruang khusus lainnya
6) Lubang penghawaan harus berhubungan langsung dengan udara luar
7) Toilet dan kamar mandi dan toilet harus terpisah.
8) Toilet dan kamar mandi unit rawat inap dan keluarga harus terpisah
9) Toilet dan kamar mandi karyawan harus terpisah dengan toilet pengunjung
10) Pengunjung toilet harus berfungsi dengan baik dan terjangkau.
11) Harus dilengkapi dengan slogan atau peringatan untuk membersihkan kebersihan
12) Tidak ada tempat penampungan atau genangan udara yang dapat dijadikan tempat
perindukan nyamuk
13) Pengunjung toilet tersedia dengan perbandingan 1 toilet untuk 1-40 pengunjung wanita, 1
toilet untuk 1-60 Pengunjung pria .

1. Fasilitas pembuangan sampah / limbah padat


1) Tempat pengumpul sampah
2. a) Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air dan memiliki permukaan
yang halus pada bagian
b) Mempunyai tutup yag mudah dan terbuka tanpa mengotori tangan
c) terlihat minimal 1 (satu) buah untuk setiap kamar atau setiap radius 10 meter dan setiap
radius 20 meter pada ruang tunggu terbuka
d) Setiap tempat pengumpul sampah harus menjadi kantong plastik sebagai pembungkus
sampah dengan lambang dan warna sebagai berikut:
(1) Warna merah, untuk kategori radioaktif
(2) Warna kuning, untuk kategori infeksius
(3) Warga ungu, untuk citotoksis
(4) Warna hitam, untuk umum
e) Kantong plastik hasil setiap hari atau kurang dari sehari 2/3 bagian memiliki terisi sampah
f) Khusus untuk tempat pengumpul sampah kategori infeksius (plastik kuning) dan sampak
citotoksis (plastik ungu) segera dibersihkan dan didesinfeksi setelah dikosongkan, terang akan
dipergunakan kembali

2) Tempat penampungan sampah sementara


a) Lokasi tempat penampungan sampah yang tidak permanen
b) Berlokasi di lokasi yang mudah dijangkau Pengangkutan sampah
c) Dikosongkan dan dibersihkan sekurang-kali satu kali 24 jam

3) Tempat pembuangan sampah akhir


a) Sampah radio aktif dibuang sesuai dengan persyaratan teknis dan peraturan yang berlaku
b) Sampah infeksius dan citotoksis dimusnahkan melalui insinerator pada suhu di atas 1000 o C
c) Sampah umum (domestik) keuang pembuangan sampah akhir yang dikelola oleh PEMDA,
atau badan lain sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku
d) Sampah farmasi bagi distributor, bila tidak memungkinkan melalui insinerator pada suhu di
atas 1000 o C
e) Sampah bahan kimia berbahaya, jika mungkin dan ekonomis di daur ulang, jika tidak
demikian dibuangnya dikonsultasikan terlebih dahulu ke lembaga yang terlupakan

1. Fasilitas Pembuangan Limbah


1) Saluran pembuangan limbah harus menggunakan sistem saluran tertutup, kedap air dan
limbah harus mengalir dengan lancar
2) Rumah Sakit harus memiliki unit pengelolaan limbah sendiri atau bersama-sama dengan
bangunan di sekitarnya yang memenuhi persyaratan teknis, proses belum ada atau tidak
terjangkau sistem pengolahan air limbah perkotaan
3) Kualitas limnbah (effluent) rumah sakit yang akan dibuang ke lingkungan harus memenuhi
Baku Baku effluent sesuai peraturan nasional-undangan yang berlaku
2. Fasilitas buang gas buagan (emisi)
1) Rumah sakit harus memiliki sarana pengendalian gas buangan (emisi)
2) Gas buangan yang dibuang ke dalam lingkungan harus memenuhi Baku Mutu Emisi sesuai
peraturan yang terdokumentasi
3. Fasilitas pengendalian serangga dan tikus
1) Setiap lubang pada bangunan harus memungkinkan masuknya serangga atau tikus.
2) Setiap persilangan pipa dan dinding harus rapat.
3) Setiap sarana penampungan air harus bersih dan tertutup.
4. Fasilitas Sanitasi lain
1) Harus tersedia tempat penampungan tinja, udara seni, muntahan dan lain-lain, (Spoelhok)
yang terbuat dari logam tahan karat pada setiap unit perawatan.
2) Tersedia ruang khusus untuk penyimpanan perlengkapan kebersihan pada setiap unit
perawatan.
5. Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL)
6. Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL)
2.5 Sistimatika Laporan

Berikut ini akan diuraikan secara singkat butir-butir yang harus DIPELAJARI dalam semua
dokumen dan beberapa hal penting yang harus ada pada setiap dokumen.

1. a) Kerangka Acuan ANDAL

Sesuai dengan aturan teknis Kerangka Acuan ANDAL harus disusun dengan sistimatika sebagai
berikut:

1) Pendahuluan

2) Tujuan studi

3) Ruang lingkup studi

4) Metodologi

5) Tim studi ANDAL

6) Biaya

7) Waktu pelaksanaan

8) Daftar pustaka.

1. b) Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL)

Sesuai dengan kebiasaan teknis secara sistimatis dokumen ANDAL rumah sakit Harus
Memperbaiki uraian tentang:

Ringkasan:

1) Pendahuluan

2) Dasar pembangunan rumah sakit

3) Merencanakan rumah sakit

4) Rona lingkungan hidup awal

5) Perkiraanpenting

6) Evaluasi penting

7) Kepustakaan
8) Laporan hasil studi ANDAL harus disusun berdasarkan Kerangka Acuan yang telah
ditetapkan oleh Komisi. Untuk hal-hal yang bersifat sangat rahasia dan tidak mungkin

dalam dalam dalam dalam rahasia rahasia rahasia rahasia rahasia rahasia rahasia rahasia rahasia
rahasia rahasia rahasia rahasia rahasia rahasia rahasia rahasia rahasia rahasia rahasia rahasia

1. c) Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan


(RPL). Sesuai dengan pedoman teknis RKL dan RPL harus disusun dengan sistimatika sebagai
berikut:

RKL:

1) Identitas pemrakarsa

2) kegiatan Uraian

3) Tujuan, kegunaan, ruang lingkup, dan pendekatan pengelolaan lingkungan

4) Rencana pengelolaan lingkungan

5) Kepustakaan.

RPL:

1) Identitas pemrakarsa

2) kegiatan Uraian

3) Tujuan, kegunaan, dan alternatif pemantauan lingkungan

4) Uraian rencana pemantauan lingkungan

5) Kepustakaan.

Uraian yang disampaikan dalam laporan RKL dan RPL harus dapat mengungkap secara terbuka
tentang apa, bagaimana, siapa, dan kapan pengelolaan dan pelestarian lingkungan yang akan
dilakukan. Perlu diingat bahwa dokumen RKL dan RPL termasuk dokumen yuridis yang
menjadi pegangan semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan, pemantauan, evaluasi, dan
pengawasan pelaksanaan RKL dan RPL.
2.6 Penatalaksanaan AMDAL Rumah Sakit

2.6.1 Organisasi

Sesuai dengan PP 51 tahun 1993, satuan kerja yang bertanggung jawab dalam penatalaksanaan
AMDAL adalah Komisi AMDAL Bidang Kesehatan yang berstatus pusat (perijinan atau
pemilikannya) adalah Komisi AMDAL, yang menetapkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan
No. 041 / MENKES / SK / I / 1989, dan telah dengan Surat Keputusan Menteri
Kesehatan No.280 / MENKES / SK / I / 1993. Dalam rangka pelaksanaan PP 51 tahun 1993
RUU AMDAL Departemen Kesehatan akan ditambah dengan wakil-wakil dari Badan
Pertanahan Nasional dan Badan Koordinasi Penanaman Modal. Dalam melaksanakan tugasnya
Komisi AMDAL Departemen Kesehatan bekerja sama dengan lembaga yang bertanggung jawab
dalam Rumah Sakit dalam hal ini Direktorat Jenderal Pelayanan Medik. Hubungan kerja tersebut
lebih lanjut akan diuraikan dalam tata cara penyampaian dokumen AMDAL Rumah Sakit.

Komisi AMDAL Departemen Kesehatan diketuai oleh Direktur Jenderal PPM PLP dengan
mengambil tanggung jawab dari tanggung jawab menjadi Direktur Jenderal PPM PLP. Anggota
Komisi AMDAL Departemen Kesehatan terdiri dari pejabat di lingkungan unit utama
Departemen Kesehatan yang tugas pokoknya berhubungan dengan pengelolaan lingkungan
maupun

mencakup dengan kegiatan bidang kesehatan yang wajib AMDAL. Para pejabat tersebut terdiri
dari:

1) Kepala Pusat Penelitian Ekologi Kesehatan (sebagai Wakil Ketua Komisi)

2) Kepala Pusat Data Kesehatan (sebagai Sekretaris Komisi)

3) Kepala Direktorat Penyehatan Lingkungan Pemukiman

4) Kepala Direktorat Penyehatan Air

5) Kepala Direktorat Pemberantasan Bersumber Binatang

6) Kepala Direktorat Pengawasan Obat dan Bahan Berbahaya

7) Kepala Direktorat Pengawasan Obat

8) Kepala Direktorat Pengawasan Obat Tradisional

9) Kepala Direktorat Instalasi Medik

10) kepala Direktorat Rumah Sakit Umum dan Pendidikan

11) Kepala Direktorat Rumah Sakit Khusus dan Swasta


12) Kepala Direktorat Bina Peranserta Masyarakat

13) Kepala Biro Hukum dan Hubungan Masyarakat Dep.Kes .

14) Kepala Pusat Laboratorium Kesehatan

15) Wakil dari Departemen Dalam Negeri

16) Wakil dari Badan Pengendalian Informasi Lingkungan / Kantor Menteri Negara KLH

17) Wakil dari Badan Pertanahan Nasional

18) Wakil dari Badan Koordinasi Penanaman Modal.

2.6.2 Komisi AMDAL

Adapun tugas dari AMDAL Departemen Kesehatan adalah:

1. a) Menyusun Pedoman Teknis Membuat AMDAL.


2. b) Menetapkan Kerangka Acuan bagi pembuatan ANDAL.
3. c) Menilai ANDAL.
4. d) Menilai RKL dan RPL.
5. e) Memberikan rekomendasi kepada Menteri Kesehatan melalui AMDAL.
6. f) Pengaturan Bersertifikat disampaikannya surat keputusan tentang AMDAL.
7. g) Memberikan penilaian kepada Komisi Daerah.
8. h). Proyek lingkungan.

Untuk membantu pelaksanaan AMDAL, Komisi AMDAL dibantu oleh Tim Teknis AMDAL
yang anggotanya terdiri dari tenaga-tenaga yang berkualifikasi AMDAL B yang berasal dari unit
kerja di lingkungan Departemen Kesehatan yang terkait dengan AMDAL.

2.6.3. Tata Cara Penyampaian Teks AMDAL Rumah Sakit

1) Dokumen Kerangka Acuan (KA) .

 Dokumen KA ANDAL disampaikan oleh pemrakarsa kepada Komisi AMDAL Departemen


Kesehatan
 Komisi AMDAL Penghasilan kena pajak membahas Kerangka Acuan tersebut memberikan
tanggapan Dan komentar tertulis Terhadap KA tersebut Dan menyampaikannya Kembali
ditunjukan kepada pemrakarsa selambat-lambatnya 12 hari seiak Dokumen tersebut diterima
Oleh Komisi AMDAL.

2) Dokumen ANDAL, RKL dan RPL

 ANDAL, RKL dan RPL diajukan oleh pemrakarsakepada Direktur Jenderal Pelayanan Medik.
 Direktorat Jenderal Pelayanan Medik memberikan bukti penerimaan dokumen-dokumen
tersebut kepada pemrakarsa dengan mencantumkan tanggal penerimaan.
 Hal tersebut diteruskan ke Komisi AMDAL Departemen Kesehatan untuk kemudian dilakukan
pembahasan dan evaluasi.
 Berdasarkan hasil dari politik-dokumen tersebut, Direktur Jenderal Yanmed menetapkan
Keputusan tentang dokumen selambat-lambatnya 45 hari sejak tanggal pengajuan.
1. Jika diperlukan, maka dokumen tersebut harus disampaikan kembali kepada Dirjen Yanmed,
dan selambat-lambatnya 30 hari sejak pengajuan kembali harus sudah mengeluarkan keputusan
tentang dokumen audit.
2. Jika hasil negatif tidak mencapai negatif tidak dapat ditanggulangi berdasarkan IPTEK dan
biaya penanggulangan negatif untuk hasil yang positifnya, maka Dirjen Yanmed memutuskan
3. Pengajuan soal keputusan dapat disampaikan kepada Menteri Kesehatan dengan tembusan
kepada Bapedal selambat-lambatnya 14 hari sejak diterimanya keputusan penolakan.
4. Menteri Kesehatan akan memberikan keputusan terhadap pengajuan itu setelah mendapat
pertimbangan dari Bapedal selambat-lambatnya 30 hari sejak lahir pengajuan tersebut dan hasil
ini merupakan keputusan terakhir.

2.7 UKL dan UPL

Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) Dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
(UPL) Adalah Upaya Yang dilakukan hearts Pengelolaan Dan Pemantauan Lingkungan Hidup
Oleh Penanggung Jawab Dan ATAU activities Yang TIDAK wajib melakukan AMDAL
( Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 86 Tahun 2002 TENTANG Pedoman
Pelaksanaan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup).

Kegiatan yang tidak wajib menyusun AMDAL tetap harus melaksanakan lingkungan dan upaya
pemantauan lingkungan. Kewajiban UKL-UPL diberlakukan untuk kegiatan yang tidak
diwajibkan menyusun AMDAL dan kegiatan-kegiatan yang aman dengan teknologi yang
tersedia. UKL-UPL adalah perangkat yang mendukung lingkungan untuk pengambilan
keputusan dan untuk kegiatan ijin melakukan usaha dan atau kegiatan.

Proses dan prosedur UKL-UPL tidak dilakukan seperti AMDAL tetapi dengan menggunakan
formulir isian yang berisi:

 Identitas pemrakarsa
 Rencana Usaha dan / atau kegiatan
 Kepentingan Lingkungan yang akan terjadi
 Program pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup
 Tanda tangan dan cap
 Formulir Isian PROM untuk kegiatan pemrakarsa:
 Instansi yang bertanggung jawab di bidang pengelolaan lingkungan hidup Kabupaten / Kota
untuk kegiatan yang berlokasi pada satu kabupaten / kota
 Instansi yang bertanggung jawab di bidang pengelolaan lingkungan hidup untuk kegiatan yang
lebih baik dari satu Kabupaten / Kota
 Instansi yang bertanggung jawab di bidang pengelolaan lingkungan dan pengendalian
lingkungan untuk kegiatan yang lebih baik dari satu negara atau lintas batas Negara

2.8 Kaitan AMDAL dengan Dokumen / Kajian Lingkungan

2.8.1 AMDAL dan UKL-UPL

Rencana kegiatan yang sudah ditetapkan wajib AMDAL tidak lagi diwajibkan menyusun UKL-
UPL (lihat penapisan Keputusan Menteri LH 17/2001 ) . UKL-UPL digunakan untuk kegiatan
yang telah melihat teknologi dalam pengelolaan limbahnya.

 AMDAL dan Audit Lingkungan Hidup Wajib

Bagi activities Yang Telah Berjalan Dan Belum memiliki Dokumen Pengelolaan Lingkungan
Hidup (RKL-RPL) sehingga hearts operasionalnya menyalahi Peraturan perundangan di Bidang
Lingkungan Hidup, Maka activities tersebut TIDAK can dikenakan Kewajiban AMDAL, untuk
review KASUS seperti Penyanyi activities tersebut dikenakan Audit Lingkungan Hidup Wajib
Sesuai Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 30 tahun 2001tentang Pedoman
Pelaksanaan Audit Lingkungan yang Diwajibkan. Audit Lingkungan Wajib merupakan dokumen
lingkungan yang sifatnya spesifik, yaitu tanggung jawab yang sangat efektif untuk hal-hal yang
lain yang membutuhkan kondisi-kondisi khusus yang aturan dan kebijakannya ditetapkan oleh
Menteri Negara Lingkungan Hidup. Kegiatan dan / atau usaha yang sudah berjalan yang
kemudian diwajibkan mengandung Audit Lingkungan tidak membutuhkan AMDAL baru.

2.8.3 AMDAL dan Audit Lingkungan Hidup Sukarela

Kegiatan yang telah memiliki AMDAL dan dalam operasionalnya menghendaki untuk
meningkatkan ketaatan dalam lingkungan yang memungkinkan untuk melakukan audit
lingkungan secara profesional. Pelaksanaan Audit Lingkungan Dapat dilakukan pada Keputusan
Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994tentang Panduan umum Pelaksanaan
Audit Lingkungan. Perangkat perangkat perangkat perangkat Penerapan Penerapan lingkungan
AMD AMD AMD AMD AMD AMD AMD AMD AMD kegiatan kegiatan kegiatan kegiatan
kegiatan kegiatan kegiatan kegiatan kegiatan kegiatan kegiatan kegiatan Dengan demikian
dokumen-dokumen ini sangat sesuai untuk digunakan oleh pemrakarsa karena sifatnya akan
sangat membantu efektifitas pelaksanaan pengendalian lingkungan sekaligus dapat
“memperbaiki” ketidaksempurnaan yang ada dalam dokumen AMDAL. Lingkungan yang sangat
umum ini sangat beragam dan sangat berguna untuk pemrakarsa, termasuk dalam melambungkan
hubungan perdagangan dengan luar negeri. Dokumen-dokumen itu adalah Audit Lingkungan
Sukarela, dokumen-dokumen yang diatur dalam ISO 14000, dokumen-dokumen yang
dipromosikan penyusunannya oleh asosiasi-asosiasi industri / bisnis.

BAB III

DASAR HUKUM DAN PERATURAN DALAM MENYUSUN ANALISIS MENGENAI DAMPAK


LINGKUNGAN

Tidak.
Materi PP 29/1986 PP 51/1993

Pasal 2 ayat (3):

Ditetapkan Menteri LH /

Kepala BAPEDAL setelah


mendengar dan

saran yang sesuai


Pasal 2 ayat (2):

dan pendapat instansi


Ditetapkan oleh Menteri /
Kegiatan Wajib AMDAL
yang bertanggung jawab.
1 Pimpinan LPND yang
(Penapisan)
Pasal 2 ayat (4):
membidangi …… ..dst

Penapisan kegiatan

ditinjau secara berkala

sekurang-kurangnya

pernah dalam 5 (lima)

tahun.
Pasal 5:
Pasal 5:
Keputusan tentang
Pemberian izin usaha dan kegiatan
makan izin terhadap oleh lembaga yang memfasilitasi
untuk kegiatan-kegiatan yang
berbeda dalam Pasal 2 hanya dapat
rencana kegiatan oleh diberikan setelah adanya
2 Kaitan antara AMDAL dengan Perizinan pelaksanaan rencana
lembaga yang kerah
pengelolaan lingkungan

di bidang perizinan
dan proyek lingkungan yang telah
dikeluarkan oleh lembaga yang
hanya dapat diberikan bertanggung jawab.
setelah adanya keputusan

persetujuan atas RKU

RPL

Pasal 6: Pasal 6:

ayat (1): AMDAL ayat (1): AMDAL merupakan


bagian dari program kelayakan
Kedudukan dan AMDAL
rencana usaha dan kegiatan
3 merupakan komponen

ayat (2): Hasil studi


studi kelayakan rencana

AMDAL sebagai bahan


kegiatan perencanaan pembangunan wilayah.
PIL dihilangkan

Pasal 7:

- KA hanya perlu respons tertulis


dari
Pasal 10: PIL = 30 hari

komisi
Pasal 12: KA = 30 hari

- Batas waktu tanggapan tertulis


Pasal 16: ANDAL =
Lama waktu dulu AMDAL (Putusan KA sejak keputusan dengan Komisi
4. adalah 12 hari
persetujuan)
90 hari
Pasal 10:
Pasal 19: RKL = 30 hari
Batas waktu penetapan
Pasal 20: RPL = 30 hari
ANDAL, RKL / RPL

sejak diterima oleh

Komisi adalah 45 hari


Pasal 12:

Kegiatan

AMDAL - Bagi kegiatan yang Terpadu saling


terkait, ada dalam satu ekosistem
5. - dan dimiliki oleh satu
Kegiatan Terpadu

lembaga yang ditugasi


pengendalian lingkungan Komisi
AMDAL Terpadu merupakan
jabatan yang ditunjuk oleh Menteri
LH / Kepala BAPEDAL.
Pasal 13:

-berada dalam

6 AMDAL Kawasan - kawasan sesuai peraturan


perundangan

-Pedoman teknis, evaluasi dan


persetujuan oleh lembaga yang
bertanggung jawab
Pasal 14:

7 AMDAL Regional - Amdal regional akan mengeluarkan


lebih lanjut dengan keputusan
Menteri LH / Kepala Bapedal
Pasal 21: Pasal 15:

Kadaluwarsa, mengaku Kadaluwarsa, mengaku

Kadaluwarsa menjelang AMDAL dalam 5 (lima) tahun dalam 3 (tiga) tahun


8.
Perencanaan kegiatan tidak Perencanaan kegiatan tidak

dilaksanakan dilaksanakan.

Hanya ada 2, yaitu:

- Komisi AMDAL Pusat

- Komisi AMDAL Daerah


Komisi:
Pasal 17
9. Komisi Pusat Pasal 23
18: (tetap)
Komisi Daerah
Keanggotaan komisi menambahkan
unsur BPN, BKPM sebagai anggota
tetap dan LSM sebagai anggota
tidak tetap.

Dihilangkan
Pasal 30:
Pasal 20:

Pengawasan
Pendidikan, pelatihan,

Kualifikasi penyusun
penelitian, dan
10. Pembinaan
AMDAL dengan pem-
pengembangan AMDAL

berian Lisensi… dst.


diselenggarakan dengan
berhubungan dengan BAPEDAL.

Pasal 22 25

Setiap rencana usaha /

kegiatan wajib diumumkan oleh


lembaga yang bertanggung jawab

Pasal 31, 32, 33 Dokumen AMDAL


11. Pengawasan
bersifat terbuka untuk

umurn

- Peran dan masyarakat dalam


bentuk analisis dan pemikiran (lisan
atau tertulis) kepada Komisi
sebelum dokumen AMDAL lewat
BAPEDAL menggunakan dokumen

AMDAL sebagai bahan penguji


hasil pemantauan BAPEDAL dapat
melakukan koordinasi dalam
pengawasan

Adapun Undang-Undang dan Ketentuan lain yang terkait, yaitu:

1. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan


2. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
3. PP No. 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
4. KepMen LH No. 12 / MENLH / 3/1994 tentang Pedoman Umum Upaya Pengelolaan
Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan
5. KepMen LH No. 13 / MENLH / 3/1994 tentang Pedoman Susunan Keanggotaan dan Tata Kerja
Komisi AMDAL
6. KepMen LH No. 14 / MENLH / 3/1994 tentang Pedoman Umum Upaya Pengelolaan
Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan
7. KepMen LH No. 15 / MENLH / 3/1994 tentang Pembentukan Komisi AMDAL Terpadu
8. KepMen LH No. 42 / MENLH / 1 1/1994 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Audit
Lingkungan
9. KepMen LH No. 54 / MENLH / 1 1/1995 tentang Pembentukan Komisi AMDAL Terpadu /
Multisektor dan Regional
10. KepMen LH No. 55 / MENLH / 1 1/1995 tentang Analisis Mengenai Dampak Regional
11. KepMen LH No. 57 / MENLH / 12/1995 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
Hidup atau Terpadu / Multisektor
12. KepMen LH No. 02 / MENLH / 1/1998 tentang Penetapan Pedoman Baku Mutu Lingkungan
13. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 86 Tahun 2002 tentang Pedoman
Pelaksanaan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
14. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup
15. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 08 Tahun 2006 Panduan untuk analisis
dampak lingkungan hidup
16. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 14 Tahun 2010 Tentang Lingkungan
Hidup Untuk Kegiatan Dan / atau Kegiatan Yang Telah Memiliki Pekerjaan Dan / Atau
Kegiatan yang Belum Bermanfaat
17. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor Tahun 2007 Tentang Pengelolaan dan
Pemantauan Lingkungan Hidup Untuk Kegiatan Dan / atau Kegiatan Yang Tidak Memillki
Hukum Pengelolaan Lingkungan Hidup
18. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran dan / atau
Perusakan Laut
19. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai Dampak Peraturan
Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air
20. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
21. KepMen LH No. 30 / MENLH / 1 0/1999 tentang Panduan Penyusunan Dokumen Pengelolaan
Lingkungan
22. KepMen LH No. 42 / MENLH / 1999 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Audit Lingkungan
23. KepMen LH No. 2 Tahun 2000 tentang Pedoman PenilaianDokumen AMDAL
24. KepMen LH No. 4 Tahun 2000 tentang Panduan Penyusunan AMDAL Kegiatan
PembangunanPermukiman Terpadu
25. KepMen LH No. 5 Tahun 2000 tentang Panduan Penyusunan AMDAL Kegiatan Pembangunan
di Daerah Lahan Basah
26. KepMen LH No. 40 Tahun 2000 tentang Pedoman Tata KerjaKomisi Penilai AMDAL
27. KepMen LH No. 41 Tahun 2000 tentang Pedoman Pembentukan Komisi Penilai AMDAL
Kabupaten / Kota
28. KepMen LH No. 42 Tahun 2000 tentang Susunan Keanggotaan Komisi Penilai Tim Teknis
AnalisisMengenai Dampak Lingkungan Hidup
29. KepMen LH No. 17 Tahun 2001 tentang Jenis Kegiatan Usaha / Kegiatan Yang Wajib
Dilengkapi Dengan AMDAL
30. KepMen LH No. 86 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Upaya Pengelolaan
Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
31. KepMen LH No. 30 Tahun 2001 tentang Pedoman Pelaksanaan Audit Lingkungan Hidup yang
diwajibkan
32. KepMen LH No. 45 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan
33. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 92 / MENKES / PER / IV / 2010 TentangPersyaratan
Kualitas Air Minum
34. PP No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air, Pengendalian Pencemaran Air
35. KepMen LH No. Kep-35 / MenLH / 7/1995 tentang Program Kali Bersih (PROKASIH)
36. KepMen LH No. Kep-35A / MenLH / 7/1995 tentang Program Penilaian Kinerja Perusahaan /
Kegiatan Usaha Pengendalian Pencemaran di Lingkup Kegiatan PROKASIH (Proper Prokasih)
37. KepMen LH No. 58 / MENLH / 10/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi Kegiatan
Rumah Sakit
38. KepMen LH No. 29 Tahun 2003 tentang Pedoman Persyaratan dan Tata Cara Perizinan
Pemanfaatan Air
39. KepMen LH No. 37 Tahun 2003 tentang Metode Analisis Kualitas ”Air Permukaan dan
Pengambilan Contoh Permukaan Udara
40. KepMen LH No. 110 Tahun 2003 tentang Pedoman Penetapan Daya Tampung Pencemaran
Udara Pada Sumber Air
41. KepMen LH No. 111 Tahun 2003 tentang Pedoman Ketentuan dan Tata Cara PerizinanSerta
Pedoman Kajian Pembuangan Air Limbah ke Air atau Sumber Air
42. KepMen LH No. 112 Tahun 2003 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik
43. KepMen LH No. 114 Tahun 2003 tentang Pedoman Pengkajian tentang Pedoman Pengkajian
Untuk Menetapkan Kelas Air
44. KepMen LH No. 115 Tahun 2003 tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air
45. KepMen LH No. 142 Tahun 2003 tentang Perubahan KepMen LH No. 111 Tahun 2003 tentang
Pedoman Ketentuan dan Tata Cara Perizinan Serta Pedoman Kajian Pembuangan Air Limbah
ke Air atau Sumber Air
46. Undang-undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
47. UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sunber Daya Alam dan Lingkungan Hidup.
48. PP No. 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
49. PP No. 85 Tahun 1999 tentang Perubahan PP No. 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun
50. PP No. 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun
51. Kep. Dirjen Batan No. 119 / DJ / III / 1992 Tentang Pedoman Teknis Penyusunan AMDAL
Untuk Kegiatan Nuklir di Bidang Nuklir Non-Reaktor
52. Kep. Dirjen Batan No. 294 / DJ / IX / 1992 tentang Nilai Batas Radioaktif di Lingkungan
53. PP. Tidak, 19 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran dan / atau Perusakan Laut.
54. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
55. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan
Organisasi, dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia, telah diubah dengan
Peraturan Presiden Nomor 94 Tahun 2006
56. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara
Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Peraturan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor 07 tahun 2010 Tentang Penyelidikan Terhadap Praktik-Praktik
Kepemerintahan Analisis dan Analisis
57. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 06 tahun 2006 tentang Pedoman Umum
Standardisasi Kompetensi Personil dan Lembaga Jasa Lingkungan
58. Keputusan Presiden No. 10 Tahun 2000 tentang Badan Pengendalian Dampak Lingkungan.
59. PP No. 54 Tahun 2000 tentang Lembaga Penyedian Jasa Penyelesaian Sengketa Lingkungan
Hidup di Luar Pengadilan
60. KepMen LH No. 07 / MENLH / 2001 tentang Pejabat Pengawasan Lingkungan Hidup dan
Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Daerah
61. Keputusan Bersama Meneg LH dan Kepala Badan Kepegawaian Negara No. 08 & 22 Tahun
2002 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Pengendali Dampak Lingkungan Hidup
dan Angka Kreditnya
62. KepMen LH No. 56 Tahun 2002 tentang Pedoman Umum Pengawasan Penaatan Lingkungan
Hidup Bagi Pejabat Pengawas.
63. KepMen LH No. 58Tahun 2002 tentang Tata Kerja Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup di
PropinsiKabupaten / Kota.
64. Kep. MENPAN Nomor: 47 / KEP / M.PAN // 8/2002 tentang Jabatan Fungsional Pengendalian
Dampak Lingkungan Hidup dan Angka Kreditnya.
65. Keputusan Bersama Men PAN dan Mendagri Nomor: 01 / SKB/M.PAN/4/2003 dan Nomor 17
Tahun 2003 tentang Peraturan tentang Pemakaian Pemerintah No. 8 Tahun 2003 tentang
Pedoman Organisasi Ruang Daerah dan Peraturan Pemerintah.
66. Keputusan Presiden No. 100 Tahun 2004 tentang Tunjangan Jabatan Fungsional Pengendali
Dampak Lingkungan.
67. KepMen LH No. 145 Tahun 2004 tentang Penutup Teknis Pelaksanaan Pengendalian Dampak
Lingkungan dan Angka Kreditnya.
68. KepMen LH No. 146 Tahun 2004 tentang Pedoman Kualifikasi Pendidikan Untuk Jabatan
Fungsional Pengendali Dampak Lingkungan.
69. KepMen LH No. 147 Tahun 2004 tentang Kode Etik Profesi Pengendali Dampak Lingkungan.
70. KepMen LH No. 197 Tahun 2004 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Lingkungan
Hidup Di Daerah Kabupaten dan Daerah Kota.
71. UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
72. UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.
73. KepMen LH No. 19 Tahun 2004 Tentang Pedoman Pengelolaan Pengaduan Kasus Pencemaran
dan atau Perusakan Lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai