Kesehatan Mental Pada Lansia
Kesehatan Mental Pada Lansia
· Pandangan kosong
· Kurang/hilangnya perhatian diri, orang lain/lingkungannya.
· Inisiatif menurun
· Ketidakmampuan untuk berkonsentrasi
· Aktifitas menurun
· Kurang minat nafsu makan
· Mengeluh tidak enak badan dan kehilangan semangat, sedih atau cepat capek
disepanjang waktu, mungkin susah tidaur disiang hari.
b) Bunuh diri
Faktor resiko terjadinya bunuh diri pada usia lanjut :
· Umur/usia yang terlalu tua (75 – 85 tahun)
· Social ekonomi yang rendah
· Laki-laki
· Hidup sendiri
· Sakit fisik
· Nyeri kronis
· Kematian pasangan
· Kehilangan yang lain
· Penyalahgunaan zat
· Riwayat keluarga dengan bunuh diri
· Ketakutan
· Isolasi social
· Gangguan tidur kronis
· Depresi
c) Schizophrenia
d) Paranoid
Sering terjadi pada perempuan yang tidak diketahui sebabnya. Terjadi gangguan
keseimbangan penglihatan dan pendengaran isolasi, tidak percaya, merasa tidak
berdaya ketergantungan perawatan diri.
· Ketidakseimbangan interaksi social
· Kecemasan
Adalah perasaan yang tidak menyenangkan atau ketakutan yang tidak jelas dan
hebat. Ini terjadi reaksi terhadap suatu yang dialami oleh seseorang. Kemungkinan
data yang diperoleh pada pengkajian :
· Bicara cepat
· Meremas-remas tangannya
· Berulang-ulang bertanya
· Tidak mampu berkonsentrasi atau tidak mengerti penjelasan-penjelasan
· Tidak mampu menyimpan informasi-informasi yang diberikan
· Gelisah
· Keluhan-keluhan badan
· Kedinginan dan telapak tangan lembab
e) Retardasi mental
f) Alzeimer
Contoh Kasus
Usianya sudah 81 tahun lebih, tetapi secara umum kondisi fisiknya masih baik.
Badannya masih tampak bugar untuk ukuran seusianya. Walaupun, bila berjalan
harus dituntun agar lebih seimbang secara umum fisiknya menunjukkan bahwa kakek
ini masih cukup segar di usianya yang memasuki kepala delapan. Pemeriksaan fisik
pun menyatakan demikian, jantung dan parunya masih dalam batas normal.
Walaupun sudah lebih dari 20 tahun ini menggunakan antihipertensi, namun hal
tersebut tidak mempengaruhi fungsi jantung dan pembuluh darahnya saat ini.
Sayangnya tidak demikian dengan kondisi mental emosionalnya. Selain mengalami
penurunan suasana perasaan dan kurangnya gairah hidup, pasien juga mengalami
gangguan daya ingat yang nyata terlihat.
Penurunan daya ingat sebenarnya sudah berlangsung lama, sekitar 5 tahun
belakangan ini, namun semakin diperparah sejak pasien ditinggalkan oleh istrinya
tercinta. Kondisi depresi memperparah gangguan kognitif yang dideritanya. Sudah
sejak dua tahun belakangan ini, pasien menjadi salah satu pasien lansia yang saya
rawat. Pengobatan dengan obat antidepresan dan antidemensia diberikan kepada
pasien karena kondisi sakitnya saat ini.
Anak pasien yang tinggal dengan pasien mengatakan pasien dibawa ke
psikiater awalnya karena kondisi depresi yang nyata pasca kehilangan istri yang
meninggal, namun belakangan gangguan kognitifnya pun semakin menjadi-jadi dan
dirasakan perlu penanganan segera. Saat ini, kondisi gejala depresi sudah jauh
membaik dan penurunan kognitif yang nyata sudah tidak tampak lagi.
· Depresi Pada Lansia
Kecenderungan mengalami depresi meningkat sejalan bertambahnya usia. Kaum
lansia merupakan salah satu kelompok orang yang rentan mengalami depresi
sepanjang hidupnya. Sekitar 1-5% populasi lansia mengalami gangguan depresi.
Angka ini bertambah besar sampai 13.5% pada lansia yang mengalami gangguan
medis dan harus mendapatkan perawatan di rawat inap. Kondisi depresi pada pasien
lansia banyak dihubungkan dengan kebugaran fisiknya.
Orang lansia yang mengalami kondisi medis umum terkait dengan penyakit
degeneratif (hipertensi,kencing manis,rematik) lebih rentan mengalami depresi
dibandingkan yang tidak. Selain itu sindrom “sarang burung kosong” atau Empty Nest
Syndrome (seringkali ditulis dengan pendekatan bahasa dan bunyi kata menjadi
Emptiness Syndrome atau sindrom kesepian) akibat kehilangan anak atau keluarga
yang biasanya mendampingi. Ini biasanya terjadi pada lansia yang ditinggalkan
anaknya menikah atau pisah dari rumahnya selama ini. Gangguan depresi pada lansia
bisa terjadi dengan berbagai gejala, paling banyak dilaporkan adalah adanya gejala-
gejala fisik. Insomnia atau sulit tidur, nyeri otot dan sendi, gangguan cemas dan
kurang nafsu makan adalah gejala-gejala depresi yang sering timbul pada lansia.
Gejala-gejala fisik ini akan menjadi sulit dibedakan dengan gejala fisik pada kondisi
medis umum karena sering kali mirip dan merupakan bagian yang saling
mempengaruhi. Untuk itulah, dokter yang merawat pasien lansia harus memahami
betul konsep biopsikososial dan psikosomatik medis ketika menangani pasien lansia
karena gejala-gejala gangguan kejiwaan tersering pada lansia seperti depresi bisa
bermanifestasi dalam bentuk keluhan fisik.
· Pikun Itu Penyakit
Gangguan kognitif seperti menurunnya daya ingat pada lansia sering dianggap hal
yang biasa. Padahal penurunan kognitif termasuk daya ingat ini adalah suatu
gangguan jiwa yang paling sering dialami, tetapi tidak dideteksi dan ditangani secara
baik pada pasien-pasien lansia. Walaupun dianggap biasa, sebenarnya tidak semua
lansia akan mengalami penurunan kognitif apalagi yang sampai dikategorikan
mengalami demensia atau penyakit pikun. Kebanyakan masih berkisar di awal
kemunduran yang disebut mild cognitive impairment (MCI) atau gangguan kognitif
ringan. Penyakit pikun atau demensia sendiri jika terjadi penurunan yang sangat parah
dari fungsi kognitif, bukan hanya fungsi mengingat tetapi fungsi daya pikir yang lain
seperti kesuliltan dalam memutuskan sesuatu, melakukan sesuatu dalam urutan, atau
adanya gangguan emosional dan perilaku terkait penyakit demensia.
Kebanyakan pasien lansia yang mempunyai penyakit pikun datang ke psikiater
karena mengalami gejala-gejala gangguan perilaku dan emosional. Mereka bisa
mengalami halusinasi dan gangguan daya pikir, curiga kepada sekitar atau takut kalau
ada orang-orang yang ingin berbuat jahat kepada dirinya. Sering kali mereka
mengatakan ada orang-orang atau teman-temannya yang sudah meninggal dan
datang mengunjungi pasien. Pada pemeriksaan status mental di klinik biasanya
mereka sering kali mengulang-ngulang cerita atau bahkan diam sama sekali. Pasien
yang mengalami kepikunan yang parah hidupnya sudah sangat tergantung dengan
orang lain dan cenderung menjadi “bayi dewasa”.
· Tingkatkan Kualitas Hidup Lansia
Sesuai dengan tema hari kesehatan jiwa sedunia 7 April untuk Indonesia tema yang
diambil adalah “Menuju Tua Sehat, Mandiri dan Produktif” maka banyak hal-hal yang
bisa kita persiapkan dari sekarang. Ada beberapa di antara kita yang 20-40 tahun ke
depan akan masuk ke dalam kategori lansia dan persiapan ke arah sana sudah perlu
disiapkan dari sekarang. Selain menjaga kesehatan fisik dan mental, kesiapan
ekonomi dan produktivitas juga saat ini mungkin sudah perlu dipikirkan. Kita berharap
kita bukan menjadi orang-orang lansia pensiun yang jadi tergantung dengan anak-
anak kita nanti walaupun secara budaya hal itu biasa terjadi di Indonesia. Semoga kita
semua dapat mempersiapkan diri dari sekarang.
Kesimpulan
Proses menua (aging) adalah proses alami yang disertai adanya penurunan
kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama lain.
Keadaan itu cenderung berpotensi menimbulkan masalah kesehatan secara umum
maupun kesehatan jiwa secara khusus pada lansia.
Setelah seseorang memasuki masa lansia, umumnya mulai dihinggapi adanya
kondisi patologis (tidak sehat) berganda, misalnya: tenaga berkurang, energi
menurun, kulit keriput, gigi makin rontok, tulang makin rapuh, dsb. Secara umum
kondisi fisik yang sudah memasuki masa lansia mengalami penurunan secara berlipat
ganda. Hal ini menimbulkan gangguan atau kelainan fungsi fisik, psikologis, maupun
sosial, sehingga dapat menyebabkan suatu keadaan ketergantungan kepada orang
lain. Dalam hal ini, agar dapat tetap menjaga kondisi fisik yang sehat, maka perlu
menyelaraskan kebutuhan fisik dengan kondisi psikologis maupun sosial, sehingga
mau tidak mau, perlu untuk mengurangi kegiatan yang bersifat mem-forsir fisiknya.
Seorang lansia perlu mengatur cara hidupnya dengan baik, misalnya makan, tidur,
istirahat, dan olah raga yang seimbang.
Ada dua tahapan siklus hidup menurut Erickson, yaitu Integrity vs Despair
(Integritas dan Kekecewaan). Kemudian, terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi
perubahan mental :
· Perubahan fisik khususnya organ perasa.
· Kesehatan umum
· Tingkat pendidikan
· Hereditas
· Lingkungan
Menurut wahyudi nugroho, dalam keperawatan gerontology, gangguan mental
pada lansia, antara lain agresi, kemarahan, kecemasan, kekacauan mental,
penolakan, ketergantungan, depresi, manipulasi, mengalami rasa sakit, kehilangan
rasa sedih, dan kecewa.
DAFTAR PUSTAKA