Anda di halaman 1dari 18

PROPOSAL TAK DENGAN STIMULASI PRESEPSI

PRILAKU KEKERASAN

Disusun Oleh :

1. AMELIA
2. RIKA ERVINA

AKADEMI KEPERAWATAN PEMERINTAH

KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR

2017

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Amarah manusia muncul karena adanya dorongan agresif yang lazim
disebut dengan istilah human aggressive. Dorongan rasa marah ini bisa saja
muncul karena sesuatu yang terjadi di luar dugaan atau di luar perhitungan.
Harapan yang tinggi sementara kenyataan tidak demikan juga bisa
menyebabkan kekecewaan dan dapat memicu rasa marah.
Secara garis besar dorongan amarah itu disebabkan oleh dua factor.
Pertama factor internal ( dari dalam diri ). Ada konflik internal yang tidak
bisa diselesaikan dan akhirnya keluar dalam bentuk marah. Misalnya anda
merasa gusar karena tidak bisa banun pagi sehingga selalu terlambat rapat
degan pasien. Kedua, factor eksternal, misalnyam, ada provokasi dari luar.
Biasanya dorongan untuk marah munvul untuk survival, atau
mempertahankan hidup. Orang tidak akan diam saja ketka dirinya diserang
atau diperlakukan tidak adil oleh pihak lain. Secara refleks akan timbul sikap
mempertahankan diri atau yang kita sebut defence mechanism.
Ekspresi marah digolongkan menjadi tiga yaitu : ekspresi masar pada diri
sendiri (anger in), ekspresi marah pada orang lain ( anger out) dan ekspresi
marah yang terkontol (anger con).
Mark Gorkin, seorang konsultan pencegahan stress dan kekerasan untuk
US postal service, layanan pos di AS,dalam situs stressdoc.com, membagi
marah dalam empat jenis. Ada marah dengan maksud tertentu (purposeful) ,
spontan,konstrutif,dan DESTRUKTF.
Dikatakan purposeful ketika ekspresi marahnya disengaja,dengan kadar
pertimbangan atau perhituungan yang cukup;juga dengan kadar pengendalian
diri yang berarti.
Dikatakan spontam, ketika ekpresi marah dilakukan secara tiba-tiba
dengan sedikit pemikiran atau perencanaan;dengan kadar pengendalian diri
sedikit mederat.
Dikatakan kostruktif ketika ekspresi marah tegas serta menyatakan
intergritas dan batas privasi seseorang tanpa secara objektif bermaksud untuk
mengancam atau melanggar integritas dan batas pribadi orang lain.
Dikatan dekstruktif, ketika ekpresi marah ditumpahkan tana rasa bersalah
dan secara kokoh memperahan idenitas dan batas privasi seseorang dengan
maksud untuk mengancam aau melanggar integritas dan batas pribadi orang
lain. Ekspresi yang sepertin ini dalam keperawatan jiwa dikenal dengan
prilaku kekerasan.

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui landasan teori prilaku kekerasan.
2. Untuk mengetahui konsep TAK pada kasus prilaku kekerasan.
3. Untuk mengetahui stimulasi pada pasien dengan prilaku kekerasan.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Sering tampak klien prilaku kekerasan diikat secara tidak manusiawi
disertai bentakan dan pengawalan oleh sejumlah anggota keluarga bahkan
polisi di bawa ke rumah sakit .Perilaku Kekerasan seperti memukul
anggota keluarga/orang lain, merusak alat rumah tangga dan marah-marah
merupakan alasan utama yang paling banyak dikemukakan oleh keluarga.
Penanganan oleh keluarga belum memadai, keluarga seharusnya mendapat
pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien (manajemen perilaku
kekerasan)
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,
orang lain maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk
mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak konstruktif. (Stuart
dan Sundeen, 1995).
Prilaku kekerasan adalah suatu bentuk prilaku yang bertujuan untuk
melukai seseorang secara fisik maupun psikologis. Prilaku kekerasan dapat
di lakukan secara verbal, di arahkan pada diri sendiri,orang lain dan
lingkungan.(modul MPKPT).

B. Tanda dan gejala


a. Fisik
1) Mata melotot atau pandangan tajam
2) Tangan mengepal
3) Rahang mengatup
4) Wajah memerah
5) Postur tubuh kaku
b. Verbal
1) Mengancam
2) Mengumpat dengan kata-kata kotor
3) Suara keras
4) Bicara kasar, ketus
c. Perilaku
1) Menyerang orang lain
2) Melukai diri sendiri/orang lain
3) Merusak lingkungan
4) Amuk/agresif
d. Sosial
1) Menarik diri
2) Pengasingan
3) Penolakan
e. Spiritual
1) Keraguan
2) Tidak bermoral
3) Kebejatan
4) Kreativitas terhambat.

C. Diagnosa Keperawatan
Resiko prilaku kekerasan
Diagnosa keperawatan sesuia dengan data yang di dapat dan saat itu tidak
melakukan prilaku keekrasan tetapi pernah melakukan prilaku kekerasan
dan belum mempunyai kemampuan mencegah atau mengontrol prilaku
kekerasan tersebut :
1. Pohon Masalah
Harga Diri Rendah ( HDR )

Halusinasi

Resiko Prilaku Kekerasan

Melukai diri sendiri


Melukai orang lain

D. Tindakan Keperawatan
a) Tujuan
1) klien dapat mengindentifikasi penyebab prilaku kekerasan
2) pasien dapat mengindentifikasi tanda tanda prilaku kekerasan
3) pasien dapat menyebutkan jenis jenis prilaku kekerasan yang
pernah pasien lakukan
4) pasien dapat menyebutkan akibat dari prilaku kekerasan yang di
lakukan
5) pasien dapat mencegah dan mengontrol prilaku kekerasan
6) pasien dapat mencegah/ mengontrol prilaku kekerasan secara
fisik, spritual, sosial dan dengan terapi psikofarmaka.
b) Srategi pelaksanaan
1) Sp 1 : membina hubungan saling percaya, indentifikasi
penyebab perasaan marah, tanda dan gejala yang di rasakan ,
prilaku kekerasan yang di lakukan,
2) Sp 2 : latihan mengontrol prilaku kekerasan secara fisik ke 1
dan secara fisik ke 2
a) Latihan secara fisik 1: tarik nafas dalam
b) Latihan secar fisik 2 : pukul kasur dan bantal
c) Susun jadwal kegiatan harian
3) Latihan mengontrol prilaku kekerasan secar sosial /verbal
a) Evaluasi jadwal harian untuk 2 cara fisik
b) Latih mengungkapkan rasa marah secara verbal : menolak
dengan baik, meminta dengan baik, mengungkapkan
perasaan denga baik
c) Susun jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbal
4) Latihan mengontrol prilaku kekerasan secara spritual
a) Diskusikan hasil mengontrol prilaku kekerasan secar fisik
dan sosial
b) Latihan solat dan berdoa
c) Buat latihan solat dan berdoa
5) Latih mengontrol prilaku kekerasan dengan obat
a) Evaluasi jadwal kegiatan pasien untuk untuk cara mencegah
marah yang sudah di latih
b) Latih pasien minum obat dengan teratur dengan lima benar
c) Susun jadwal minum obat
BAB III

ISI

A. Konsep TAK ( Terapi Aktvitas Kelompok)


1. Definisi
TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan adalah terapi yang
menggunakan aktivitas sebagai latihan mempresepsikan stimulus yang
disediakan atau stimulus yang dialami. Kemampuan persepsi klien
dievaluasi dan ditingkatkan tiap sesi. Dengan proses ini, diharapkan respon
klien terhadap berbagai stimulasi dalam kehidupan menjadi adaptifisi.

2. Aktivitas
1. Tak stimulasi persepsi : mengenal prilaku kekerasan yang biasa di
lakukan
2. Tak stimulasi persepsi : Mencegah prilaku kekerasan fisik
3. Tak stimulasi persepsi : mencegah prilaku kekerasan sosial
4. Tak stimulasi persepsi : mencegah prilaku kekerasan spritual
5. Tak stimulasi persepsi : Mencegah prilaku kekerasan dengan patuh
mengkonsumsi obat

3. Prinsip TAK
homogen (pasien yang sejenis dengan ganguan stimulasi persepsi prilaku
kekerasan )

4. Persiapan melakukan TAK


b. Persyaratan Umum kriteria peserta
1) Klien yang tidak terlalu gelisah.
2) klien yang bisa kooperatif dan tidak mengganggu berlangsungnya
Terapi Aktifitas Kelompok
3) Klien tindak kekerasan yang sudah sampai tahap mampu
berinteraksi dalam kelompok kecil
4) Klien tenang dan kooperatif
5) Kondisi fisik dalam keadaan baik
6) Mau mengikuti kegiatan terapi aktivitas
7) Klien yang dapat memegang alat tulis
c. Tata Tertib
1) Peserta bersedia mengikuti kegiatan TAK berpakaian rapi dan
bersih
2) Peserta tidak diperkenankan makan, minum dan merokok selama
kegiatan TAK
3) Peserta boleh meninggalkan ruangan sebelum tata tertib dibacakan
selama 5 menit, dan bila peserta tidak kembali ke ruangan maka
peserta tersebut diganti peserta cadangan
4) Peserta tidak diperkenankan meninggalkan ruangan setelah tata
tertib dibacakan. Bila peserta meninggalkan ruangan dan tidak bisa
mengikuti kegiatan lain setelah dibujuk oleh fasilitator, maka
peserta tersebut tidak dapat diganti oleh peserta cadangan.
5) Peserta hadir 5 menit sebelum kegiatan dimulai
6) Peserta yang ingin mengajukan pertanyaan, mengangkat tangan
terlebih dulu dan berbicara setelah dipersilahkan.
7) TAK berlangsung selama 45 menit dari pukul 08.30 sampai 09.15.
d. pengorganisasian
a) Tugas leader dan Co leader :
1) Mengarahkan dan memimpin jalannya TAK.
2) Membantu kelompok menetapkan tujuan dan membuat
peraturan.
3) Menjadi motivator.
b) Tugas fasilitator :
1) Ikut serta dalam kelompok dengan tujuan memberi stimulus
pada anggota kelompok lain agar dapat mengikuti jalannya
kegiatan.
2) Menyiapkan tempat dan alat.
3) Menjadi motivator.
c) Tugas observer :
1) Mencatat serta mengamati respon klien.
2) Mengamati jalannya aktivitas.
3) Mengamati peserta drop out

B. Stimulasi TAK
1. Jenis TAK : Stimulasi Persepsi : Prilaku Kekerasan
2. Bentuk kegiatan : Mendemontrasikan kegiatan fisik yang
dapat mencegah prilaku kekerasan dengan
tarik nafas dalam dan memukul bantal.
3. Tujuan :
1) Klien dapat menyebutkan kegiatan fisik yang dapat di lakukan
2) Klien dapat menyebutkan menyebutkan kegiatan fisik yang
dapat mencegah prilaku kekerasan
3) Klien dapat mendemontrasikan dua kegiatan fisik yang dapat di
lakukan
4. Kriteria hasil
1) Klien menyebutkan kegiatan fisik yang dapat di lakukan
2) Klien menyebutkan kegiatan fisik yang dapat mencegah prilaku
kekerasan
3) Klien mendemontrasikan dua kegiatan fisik yang dapat di
lakukan
5. Peserta :
1) Tn. R
2) Tn.T
3) Tn.Z
4) Tn.U
6. Alokasi Waktu :
1) Pembukaan : 5 menit
2) Pelaksanaan : 10 menit
3) Diskusi : 10 menit
4) Penutup : 5 menit
7. Tahap Pelaksanaan :
1) Persiapan
a) Mengingat kontrak dengan klien yang telah ikut sesi 1
b) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
c) Orientasi
d) Salam terapeutik
2) Salam dan terapis kepada klien
3) Klien dan terapis (pakai papan nama)
8. Evaluasi validasi
1) Menayakan perasaan klien saat ini
2) Menayakan masalah yang di rasakan, apakah ada kejadian
prilaku keekrasan: penyebab tanda dan gejala prilaku kekerasan
serta akibatnya
3) Menjelaskan tujuan kegiatan , yaitu cara fisik untuk mencegah
prilaku kekerasan
4) Menjelaskan aturan main berikut
5) Jika ada yang ingin meninggalkan kelompok harus minta izin
kepada terapis
6) Lama kegiatan 45 menit
7) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
9. Tahap kerja
1) Mediskusikan kegiatan fisik yang biasa di lakukan oleh klien :
Tanyakan kegiatan : rumah tangga, harian, dan olah raga yang
biasa di lakukan klien.
2) Tuliskan di papan tulis
3) Menjelaskan kegiatan fisik yang dapat di gunakan untuk
menyalurkan kemarahan secara sehat : tarik nafas dalam,
menjemur/ memukul bantal, menyikat kamar mandi, main bola,
senam, memukul bantal pasir tinju dan memukul gendang.
Tanyakan perasaan tiap klien saat terpapar oleh penyebab (
tanda dan gejala)
4) Membantu klien memilih 2 kegiatan yang dapat di lakukan
5) Bersama klien mempraktikkan 2 kegiatan yang di pilih
6) Terapis mempraktikkan
7) Klien melakukan demontrasi
8) Menayakan perasaan klien setelah mempraktekkan cara
menyalurkan kemarahan.
9) Memberika pujian pada peran serta klien.
10) Upayakan semua klien berperan aktif
10. Tahap terminasi
A. Evaluasi
1) terapis menayakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
2) menyakan ulang cara baru yang sehat mencegah prilaku
keekrasan
B. Tindak lanjut
1) menganjurkan klien menggunakan cara yang telah di
pelajari jika stimulus penyebab prilaku kekerasan.
2) Menganjurkan klien melatih secara teratur cara yang telah
di pelajari
3) Memasukkan pada jadwal kegiatan perawat.
11. Kontrak yang akan datang
1) menyepakati belajar cara yang baru yang sehat untuk mencegah
prilaku kekerasan
2) menyepakati kontrak waktu dan tempat TAK berikutnya
12. Tempat dan waktu :

Hari /tanggal : Rabu, 17 Mei 2017

Tempat : ruang tanjong, poli jiwa

Waktu : 09.00-10.00 WIB

13. Perorganisasian :
a) Leader : Rika Ervina
b) Co leader : Amelia
c) Fasilitator :
- Vivy Ridayanti
- Desi Nurhayuniati
- Mellyani
- Eda Prilani H
d) Observer : Nuur Aisyah
14. Setting Tempat

Keterangan :
: Leader

: Co Leader

: Pasien

: Fasilitator

: Observer

15. Rencana Kegiatan


1) Sesi 1 : Mencegah Prilaku kekerasan fisik
2) Tujuan :
a) Klien dapat menyebutkan kegiatan fisik yang dapat di
lakukan
b) Klien dapat menyebutkan menyebutkan kegiatan fisik
yang dapat mencegah prilaku kekerasan
c) Klien dapat mendemontrasikan dua kegiatan fisik yang
dapat di lakukan
3) Setting
1. Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkaran dan
saling berhadapan
2. Ruangan yang nyaman dan tenang
3. waktu dan tempat :
Hari, Tanggal : Rabu, 17 Mei 2017
Waktu : 09.00-10.00 WIB
Tempat : Ruang aula tanjong, poli jiwa
4. Alat
1) Papan tulis/flipchart/whiteboar
2) Kapur & buku catatan
3) Kasur/bantal/ gendang
4) Jadwal kegiatan klien
5. Metode
a) Dinamika kelompok
b) Diskusi dan tanya jawab
c) Bermain peran/stimulasi
6. Langkah kegiatan
a) Persiapan
1) Mengingat kontrak dengan klien yang telah ikut
sesin 1
2) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
b) Orientasi
Salam terapeutik
1) Salam dan terapis kepada klien
2) Klien dan terapis (pakai papan nama)
c) Evaluasi Validasi
1) Menayakan perasaan klien saat ini
2) Menayakan masalah yang di rasakan,
apakah ada kejadian prilaku keekrasan:
penyebab tanda dan gejala prilaku
kekerasan serta akibatnya
d) Kontrak
1) Menjelaskan tujuan kegiatan , yaitu cara
fisik untuk mencegah prilaku kekerasan
2) Menjelaskan aturan main berikut:
a) Jika ada yang ingin meninggalkan
kelompok harus minta izin kepada terapis
b) Lama kegiatan 45 menit
c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal
sampai selesai
3) Tahap kerja
a) Mediskusikan kegiatan fisik yang biasa
di lakukan oleh klien :
b) Tanyakan kegiatan : rumah tangga,
harian, dan olah raga yang biasa di
lakukan klien.
c) Tuliskan di papan tulis
d) Menjelaskan kegiatan fisik yang dapat
di gunakan untuk menyalurkan
kemarahan secara sehat : tarik nafas
dalam, menjemur/ memukul bantal,
menyikat kamar mandi, main bola,
senam, memukul bantal pasir tinju dan
memukul gendang. Tanyakan perasaan
tiap klien saat terpapar oleh penyebab (
tanda dan gejala)
e) Membantu klien memilih 2 kegiatan
yang dapat di lakukan
f) Bersama klien mempraktikkan 2
kegiatan yang di pilih
g) Terapis mempraktikkan
h) Klien melakukan demontrasi
i) Menayakan perasaan klien setelah
mempraktekkan cara menyalurkan
kemarahan.
j) Memberika pujian pada peran serta
klien.
k) Upayakan semua klien berperan aktif
4) Tahap Terminasi
1) Evaluasi
a) terapis menayakan perasaan klien
setelah mengikuti TAK
b) menyakan ulang cara baru yang
sehat mencegah prilaku keekrasan
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
PK ( Prilaku kekerasan) adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tndakan yang dapat membahayakan secara fisik,baik pada dirinya sendiri
maupun orang lain, disertai dengan amuk dan gaduh, gelisah yang tak
terkontrol. Prilaku kekerasan juga bisa dicegah dengan berbaga cara,seperti
adanya stimulasi persepsi.

B. Saran
Dari pemaparan diatas, penulis memberikan saran agar dalam ilmu kesehatan
jiwa penting sekali memahami beberapa tanda dan gejala mengenai prilaku
kekerasan,agar kedepannya prilaku kekerasan dapat dikurangi dengan
diadakannya cara-cara untuk merendam prilaku kekerasan.
DAFTAR PUSTAKA

Ns.Kusnadi Jaya,keperawatan jiwa,2015


Stuar, Gail W. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta:EGC, Edisi 5

Anda mungkin juga menyukai