Bab Ii
Bab Ii
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendek atau stunting pada anak balita menjadi indikator status gizi yang
dapat memberikan gambaran gangguan keadaan sosial ekonomi secara
keseluruhan di masa lampau (Sudiman,2008). Kejadian stunting dapat
mengakibatkan anak tidak mampu mencapai potensi genetik, dapat
meningkatkan risiko kejadian diare dan infeksi saluran pernapasan akut atau
ISPA (Adair & Guilkey, 1997). Stunting yang terjadi pada masa anak
merupakan faktor risiko meningkatnya angka kematian, kemampuan kognitif
dan perkembangan motorik yang rendah dan fungsi tubuh yang tidak
seimbang (Allen & Gillespie, 2001).
Stunting terjadi akibat kekurangan gizi berulang dalam waktu lama pada
masa janin hingga 2 tahun pertama kehidupan seorang anak. Pendek atau
stunting pada anak balita merupakan salah satu indikator status gizi kronis
yang dapat menggambarkan gangguan keadaan social ekonomi secara
keseluruhan di masa lampau. Tidak hanya kemiskinan, masalah nutrisi itu
multifaktor, berkaitan juga dengan Karakteristik keluarga (tingkat pendidikan
orang tua, pekerjaan orang tua, jumlah anggota keluarga serta pendapatan per
bulan keluarga), Karakteristik Balita (Umur, jenis kelamin, Urutan anak ke-),
pelayanan kesehatan (Keaktifan posyandu tiap bulan dan imunisasi ) dan
status kesehatan ( frekuensi sakit, jenis penyakit dan jangka waktu menderita
sakit). Sungguh disayangkan, masyarakat kita masih belum menyadari
masalah ini karena memang anak pendek umum terlihat di masyarakat sebagai
anak-anak dengan aktivitas yang normal, tidak seperti anak kurang gizi.
B. Perumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui jenis kelamin anak balita.
b. Mengetahui usia anak balita.
c. Mengetahui status kesehatan anak balita.
d. Mengetahui tingkat pemberian ASI Ekslusif anak balita.
e. Mengetahui tingkat pendidikan kepala keluarga anak balita.
f. Mengetahui tingkat pendidikan ibu anak balita.
g. Mengetahui pekerjaan kepala keluarga anak balita
h. Mengetahui pekerjaan ibu anak balita.
i. Mengetahui tingkat pengetahuan gizi dan kesehatan ibu anak balita.
j. Mengetahui jumlah anggota keluarga anak balita.
k. Mengetahui tingkat keaktifan menghadiri posyandu anak balita.
D. Hipotesa
a. Adanya hubungan pendidikan orang tua dengan kejadian stunting.
b. Adanya hubungan pekerjaan orang tua dengan kejadian stunting.
c. Adanya hubungan pengetahuan ibu dengan kejadian stunting.
d. Adanya hubungan jumlah anggota keluarga dengan kejadian stunting.
e. Adanya hubungan jenis kelamin balita dengan kejadian stunting.
f. Adanya hubungan keaktifan menghadiri posyandu dengan kejadian
stunting.
g. Mengetahui adanya hubungan status kesehatan dengan kejadian
stunting.
h. Adanya hubungan pemberian ASI Ekslusif dengan kejadian stunting.
1. Manfaat Penelitian
1. Bagi Mahasiswa
3. Bagi Masyarakat
Memberikan informasi dan pengetahuan bagi ibu-ibu balita tentang
faktor resiko kejadian stunting dalam upaya memperbaiki dan
meningkatkan status gizi balita serta peran masyarakat dalam kegiatan
pelayanan kesehatan.
4. Bagi Pemerintah & Puskesmas Setempat
Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah daerah dalam
menentukan kebijakan yang berhubungan dengan penanggulangan
masalah stunting pada balita serta memberikan informasi kepada
puskesmas dalam perencanaan penerapan program gizi masyarakat di
daerah tersebut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
1. Status Gizi
TABLE II
Selain factor pemberian air susu ibu, factor lain yang biasanya
memegang peranan penting dalam menyebabkan timbulnya gizi kurang
adalah diare dan penyakit infeksi. Keadaan ini menjadikan anak tidak mau
makan sehingga kebutuhan zat gizinya tidak terpenuhi. (Suhardjo, 1996).
2. Stunting
Stunting merupakan gambaran keadaan masa lalu (kronis) karena
hambatan atau gangguan pertumbuhan tinggi badan atau pertumbuhan
linier dalam waktu yang lama baik dalam hitungan bulan bahkan tahun.
Jika di suatu masyarakat banyak anak dengan tinggi badan menurut umur
lebih rendah dari baku rujukan, maka dapat memberikan indikasi bahwa di
masyarakat yang bersangkutan terdapat masalah pembangunan secara
umum seperti : kemiskinan, rendahnya pendidikan dan kurang
memadainya pelayanan dan kesehatan lingkungan (Irianton, 2011).
b. Jenis Kelamin
d. Penyakit Infeksi
Telah lama diketahui bahwa antara penyakit infeksi dan status gizi
merupakan dua hal yang hubungannya sangat erat dan saling
mempengaruhi satu sama lain. Penyakit infeksi akan mengakibatkan
terjadinya penghancuran jaringan tubuh, baik oleh bibit-bibit penyakit itu
sendiri maupun penghancuran untuk memperoleh protein yang diperlukan
untuk pertahanan tubuh sehingga dapat disimpulkan bahwa setiap penyakit
infeksi akan memperburuk status gizi (Moehji, 1996).
Dalam acara makan bersama sering kali anak-anak yang lebih kecil
akan mendapatkan jatah yang kurang mencukupi karena kalah dengan
kakaknya yang makannya lebih cepat dan porsi sekali suap yang lebih
besar.
Hubungan antara laju kelahiran yang tinggi dan kurang gizi, sangat
nyata pada masing-masing keluarga. Sumber pangan keluarga, terutama
mereka yang sangat miskin, akan lebih mudah memenuhi kebutuhan
makanannya jika yang harus diberi makanan jumlahnya sedikit. Pangan
yang tersedia untuk suatu keluarga yang besar mungkin cukup untuk
keluarga yang besarnya setengah dari keluarga tersebut, tetapi tidak cukup
untuk mencegah gangguan gizi pada keluarga yang besar tersebut
(Suhardjo, 1996).
Anak anak yang tumbuh dalam suatu keluarga miskin adalah
paling rawan terhadap kurang gizi diantara seluruh anggota keluarga dan
anak yang paling kecil biasanya paling terpengaruh oleh kekurangan
pangan. Sebagian memang demikian, sebab seandainya besar keluarga
bertambah, maka pangan untuk setiap anak berkurang dan banyak orang
tua tidak menyadari bahwa anak-anak yang sangat muda memerlukan
pangan relative lebih banyak daripada anak-anak yang lebih tua. Dengan
demikian anak-anak yang muda mungkin tidak diberi cukup makan.
Penyuluhan Gizi
Penyuluhan gizi di posyandu dilakukan oleh kader kepada
Ibu/keluarga balita. Topik penyuluhan yang biasanya diberikan berupa
cara memantau pertumbuhan balita, tanda anak gizi buruk dan
penanganannya, Keluarga Sadar Gizi (KADARZI), pemberian ASI
eksklusif dan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI), manfaat vitamin A
dan zat besi serta akibat jika kekurangan, dan materi terkait gizi lainnya.
Dalam melakukan penyuluhan gizi biasanya digunakan alat bantu
berupa media lembar balik, poster, leaflet/brosur, lembar simulasi, lembar
kasus, alat peraga (food model) dan sebagianya.
Kegiatan gizi di Posyandu terbukti memberikan kontribusi yang
besar terhadap peningkatan status gizi masyarakat. Pernyataan ini
didukung dengan asumsi bahwa Posyandu merupakan salah satu
pendekatan yang tepat untuk meningkatkan status gizi Balita (Adisasmito,
2007). Ditambah lagi kenyataan bahwa Posyandu merupakan tempat yang
paling banyak dikunjungi untuk penimbangan Balita yaitu sebesar 78,3%
jika dibandingkan pelayanan kesehatan lainnya (Depkes RI, 2008).
B. Kerangka Konsep
Karakteristik Balita :
o Jenis Kelamin
o Usia
o Status Kesehatan
o Pemberian ASI Ekslusif
Karakteristik Keluarga :
STATUS
o Pendidikan Kepala
GIZI
Keluarga
o Pendidikan Ibu
BALITA
o Pekerjaan Kepala Keluarga (STUNTING)
o Pekerjaan Ibu
o Pengetahuan Gizi dan
Kesehatan Ibu
o Jumlah Anggota Keluarga
Pelayanan Kesehatan :
o Keaktifan Menghadiri
Posyandu
C. Definisi Operasional
1. Status Gizi Balita (24-59 Bulan)
Jenis KelaminWHO-NCHS.
Kategori : Normal : -2SD - +2SD
Pendek (Stunting) : < -2SD
Skala ukur : Ordinal.
2. Jenis Kelamin
Kategori : - Laki-laki
- Perempuan
Skala ukur : Nominal
3. Usia
Kategori : 24 – 59 bulan
Skala ukur : Interval.
4. Status Kesehatan Balita
Keadaan balita mengenai kesehatan yang dialaminya dalam
1 minggu – 1 bulan terakhir, diperoleh melalui wawancara dengan
mengunakan kuisioner.
Kategori : - Sehat : Bila tidak ada gangguan kesehatan
- Tidak sehat : bila ada gangguan kesehatan.
7. Pendidikan Ibu
- Wiraswasta : pedagang
- Petani
- Buruh : Sopir, bekerja di pabrik/usaha orang
lain.
- Tukang ojek atau sopir (mempunyai kendaraan
sendiri)
Kategori : - ≤ 4 orang
- > 4 orang
METODE PENELITIAN
1. Lokasi Penelitian
Secara geografis penelitian ini akan dilakukan di Wilayah
Kerja Puskesmas Pedamaran Kecamatan Pedamaran Kabupaten
Ogan Komering Ilir.
Alasan penulis mengambil lokasi ini karena Kecamatan
Pedamaran merupakan Kecamatan yang mempunyai prevalensi
balita stunting cukup tinggi yaitu 12.14% dan menempati Urutan
Kedua dari 25 kecamatan yang ada di Kabupaten Ogan Komering
Ilir pada Tahun 2011.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan dari tanggal …….. sampai dengan
…. Tahun ….
B. Jenis dan Rancangan Penelirtian
Penelitian ini merupakan penelitian survey analitik dengan
rancangan Cross-Sectional dimana penelitian ini mempelajari
dinamika korelasi antara variabel bebas dan variabel terikat.
2. Sampel
K=N
n
K = Jumlah populasi
n = Jumlah sampel
b. Data Sekunder
Data ini meliputi gambaran umum Kecamatan Pedamaran
Kabupaten Ogan Komering Ilir dan data (kepustakaan) serta
sumber lain yang menunjang dalam penelitian ini.
b. Coding
Mengelompokkan jawaban (menurut macamnya) ke bentuk
yang ringkas dengan menggunakan kode-kode.
2. Analisis Data
a. Analisa Univariat
b. Analisa Bivariat
Analisa dengan membuat table silang antara masing-masing
variabel (variabel independent dan variabel dependen), dan
selanjutnya hubungan antara masing-masing variabel diuji dengan
uji chi square (X2) dengan menggunakan system komputerisasi
program SPSS, yaitu menguji kemaknaan hubungan atau
perbedaan dengan tingkat kepercayaan 95%.
Keputusan statistic diambil dengan melihat nilai p pada tingkat
kepercayaan 95% sebagai berikut (Kuzma, 1994) :
P > 0,05 (α) dinyatakan hasilnya tidak bermakna.
P < 0,05 (α) dinyatakan hasilnya bermakna.
DAFTAR PUSTAKA