Latihan Soal Mekanika Batuan
Latihan Soal Mekanika Batuan
MEKANIKA BATUAN
DIKERJAKAN OLEH :
FAKULTAS TEKNIK
2016
Latihan Soal Mekanika Batuan
1. Sebuah batuan hasil pemboran memiliki dimensi diameter 82 mm, tinggi 169
mm, berat basah 21,42 N dan berat kering 20,31 N. Tentukan:
a. Berat isi basah
b. Berat isi kering
c. Porositas
σ Mpa ∑a ∑l ∑v
1,31 3202,2 612,24 1977,72
2,62 5032,02 1292,52 2446,98
3,93 6861,85 1519,27 3823,31
5,24 7776,76 2267,57 3241,62
6,55 9149,13 3287,98 2573,17
7,66 10521,5 3968,25 2585
9,17 12168,34 5895,69 376,96
9,82 14181,15 12131,52 -10081,9
1. Soal :
Sebuah batuan hasil pemboran memiliki dimensi diameter 82 mm, tinggi 169
mm, berat basah 21,42 N dan berat kering 20,31 N. Tentukan:
d. Berat isi basah
e. Berat isi kering
f. Porositas
Penyelesaian :
Diketahui : d = 82 mm = 8,2 cm
t = 169 mm = 16,9 cm
Berat basah (Wn) = 21,42 N = 2183,49 gram
Berat kering (W0) = 20,31 N = 2070,33 gram
V = 1/4 . π .d2 .t
Maka,
¿ Wn
a) γ b
(Ww−Ws)
¿ Wn
γ b
v
2183,49 gr
¿
892,04 cm3
¿ 2,4477gr/cm3
¿W 0
b) γ d
(Ww−Ws)
¿W 0
γ d
v
2072,4 gr
¿
892,04 cm3
¿ 2,32 gr /cm3
c) Porositas (n)
(Wn−W 0)
n = (Ww−Ws ) x 100%
Wn−W 0
n= v x 100 %
2183,49 gr−2070,33 gr
n= 892,04 cm3 x 100%
112,16 gr
n= 892,042cm 3 x 100%
n = 12,68 %
Point Load Test atau pengujian titik beban merupakan substansi pengujian dari
faktor kehadiran bidang lemah yang mempengaruhi kecepatan rambat gelombang
ultrasonik dari suatu batuan (spesimen batuan). Percontoh batuan dapat berbentuk
silinder.
Peralatan yang digunakan mudah dibawa-bawa, tidak begitu besar dan cukup
ringan. Pengujian cepat, sehingga dapat diketahui kekuatan Batuan dilapangan,
sebelum pengujian dilaboratorium dilakukan. Dari pengujian ini didapat:
P
Is = D
2
Dimana :
Hubung anantara index franklin (Is) dengan kuat tekan (σt) menurut BIENIAWSKI
sebagai berikut:
σc= 18 – 23 Is
Untuk diameter percontoh = 50 mm. Jika Is = 1 Mpa maka index tersebut tidak
lagi mempunyai arti sehingga disarankan untuk menggunakan pengujian lain dalam
penentuan kekuatan (strength) batuan.
Pengujian ini menggunakan mesin uji point load dengan peconto berupa silinder
atau bentuk lain yang tidak beraturan. Pengujian point load ini merupakan pengujian
yang dapat dilakukan langsung di lapangan, dengan demikian dapat diketahui kekuatan
batuan di lapangan sebelum pengujian di laboratorium dilakukan. Perconto yang
disaranpkan untuk pengujian ini adalah batuan berbentuk silinder dengan diameter kurang
lebih 50 mm.
Dari uji ini akan didapatkan nilai pointloadstrengthindex (Is) yang akan menjadi
patokan untuk menentukan nilai kuat tekan batuan (c).
1) Mesin pengujian point load test, untuk menekan perconto yang berbentuk
silinder, balok atau bentuk tidak beraturan lainnya dari satu arah secara
menerus/kontinu hingga perconto pecah.
2) Mistar, untuk mengetahui jarak perubahan axial antara dua konus penekan pada
alat point load.
3) Dial gauge, untuk mengukur beban maksimum yang dapat diterima contoh
batuan, hingga contoh tersebut pecah.
Prosedur
1) Contoh batuan yang digunakan dalam uji ini disiapkan dengan ukuran diameter
50 mm.
2) Contoh diletakkan diantara dua konus penekan alat point load, kemudian
dongkrak hidrolik diberikan tekanan sehingga kedua ujung konus penekan tepat
menekan permukaan contoh yang akan diuji.
3) Catat ukuran mistar pengukuran pada awal kedudukan kedua konus penekan
mulai menekan contoh.
4) Pemberian tekanan dilakukan sedikit demi sedikit hingga specimen pecah.
5) Pembebanan dihentikan setelah specimen mengalami pecah dan matikan alat
penekan apabila perconto batuan sudah pecah.
6) Baca jarum penunjuk pembebanan maksimal (dial gauge) yang diberikan alat
sehingga perconto pecah.
7) Catat ukuran mistar pada akhir kedudukan, maka akan didapatkan nilai jarak
antara dua konus penekan.
Dimana :
Is = Point load strength index ( Index Franklin )
P = Beban maksimum sampai percontoh pecah
D = Jarak antara dua konus penekan
Hubungan antara index franklin (Is) dengan kuat tekan (σt) menurut Bieniawski
sebagai berikut:
σc= 18 – 23 Is untuk diameter percontoh = 50 mm. Jika Is = 1 MPa maka index
tersebut tidak lagi mempunyai arti sehingga disarankan untuk menggunakan
pengujian lain dalam penentuan kekuatan ( strength ) batuan.
Langkah Kerja :
1. Gunakan safety glasses dan safety shoes.
2. Siapkan formulir data jika pengambilan data dilakukan secara manual.
3. Contoh uji harus memenuhi syarat L/D = 2.
4. Lakukan persiapan alat mesin tekan, letakkan contoh batuan dipusat antara
plat atas dan plat bawah mesin tekan. Contoh batuan diletakkan dengan
permukaan bawah menempel pada plat bawah.
5. Pada mesin tekan dipasang tiga buah dial gauge untuk mengukur deformasi
aksial, lateral 1, dan lateral 2.
6. Pompa dihidupkan, sehingga oli yang bertekanan tinggi akan masuk kedalam
silinder. Piston dalam silinder bergerak kebawah sampai permukaan contoh
batuan menyentuh plat tekan bagian atas. Karena kedua permukaan contoh
batuan telah menyentuh plat tekan menyebabkan kenaikan piston terhambat
sehingga gaya didalam contoh batuan meningkat. Besarnya gaya yang ada di
dalam contoh batuan ini ditransmisikan ke system alat pengukur gaya.
Matikan pompa.
7. Atur jarum penunjuk pada ketiga dial gauge pada posisi nol
8. hidupkan kembali pompa dan mulai lakukan pembacaan gaya setiap interval 2
kN hingga terjadi failure dan dicatat proses pembebanan deformasi aksial dan
lateralnya.
9. Alat pengukur gaya terdiri dari dua buah jarum penunjuk yaitu jarum hitam
dan jarum merah. Jarum hitam menunjukkan gaya di dalam contoh batuan,
sedangkan jarum merah di gerakkan oleh jarum hitam. Bila contoh batuan
hancur (failure) gaya di dalam contoh batuan berkurang, jarum hitam akan
bergerak kembali ke nol dan jarum merah tertinggal pada skala terakhir yang
ditunjukkan jarum hitam. Maka gaya maksimum yang mampu ditahan oleh
contoh batuan akan ditunjukkan oleh jarum merah.
10. Matikan motor dan catat juga lamanya waktu percobaan. Lakukan cara yang
sam untuk contoh batuan yang lain.
Keterangan :
σc = Kuat tekan uniaksial batuan (MPa)
F = Gaya yang bekerja pada saat contoh batuan hancur (kN)
A = Luas penampang awal contoh batuan yang tegak lurus arah gaya (mm)
2. Modulus Young ( E )
Modulus Young atau modulus elastisitas merupakan faktor penting dalam
mengevaluasi deformasi batuan pada kondisi pembebanan yang bervariasi.
Modulus elastisitas dipengaruhi oleh tipe batuan, porositas, ukuran partikel,
dan kandungan air. Modulus elastisitas akan lebih besar nilainya apabila diukur
tegak lurus perlapisan daripada diukur sejajar arah perlapisan (Jumikis, 1979).
Modulus elastisitas dihitung dari perbandingan antara tegangan aksial dengan
regangan aksial. Modul elastisitas dapat ditentukan berdasarkan persamaan :
∆σ
Е= ∆ εa
Keterangan:
E = Modulus elastisitas (MPa)
Δσ = Perubahan tegangan (MPa)
Δεa = Perubahan regangan aksial (%)
Keterangan:
V = Nisbah Poisson
ε l = regangan lateral (%)
εa = regangan aksial (%)
Tekan untuk menekan sampel batuan dari satu arah (uniaxial). Nilai UCS
merupakan besar tekanan yang harus diberikan sehingga membuat batuan
pecah. Sedangkan point load index merupakan kekuatan batuan batuan lainnya
yang didapatkan dari uji point load. Jika UCS memberikan tekanan pada
permukaan sampel, pada uji point load, sampel ditekan pada satu titik. Untuk
sampel dengan ukuran 50 mm, Bieniawski mengusulkan hubungan antara nilai
point load strength index (Is) dengan UCS adalah UCS = 23 Is. Pada umumnya
satuan yang dipakai untuk UCS dan Is adalah MPa.
1. Tekanan pemampatan
2. Tekanan pori
3. Temperatur
4. Laju Deformasi
Kenaikan laju deformasi secara umum akan menaikkan kuat tekan batuan.
Hal ini terbukti dari penelitian-peneliatian terdahulu. Pada tahun 1961,
Serdengecti dan Boozer melakukan penelitian tentang pengaruh kenaikan laju
deformasi pada uji triaksial. Dari penelitian mereka pada batuan limestone dan
gabbro solenhofen.
Bentuk contoh batuan pengujian triaksial sama seperti uji kuat tekan
uniaxial bentuk silinder.
Menurut ISRM (1972) untuk contoh batuan pada uji triaksial dan kuat
tekan uniaksial, perbandingan antara tinggi dan diameter contoh silinder yang
umum digunakan adalah 2 sampai 2,5 dengan area permukaan pembebanan yang
datar, halus dan paralel tegak lurus terhadap sumbu aksis contoh batuan.
Model elastik Mohr-Coulomb digunakan karena simplisitasnya, dimana pada
model ini:
Tanah diasumsikan sebagai material elastik
Setelah tanah mencapai tegangan lelehnya, tanah tidak memiliki plastic
flow (artinya tidak ada hardening/softening) alias perfectly plastic
Characteristic state (titik perubahan dari kondisi kompresi ke dilasi)
terjadi bersamaan dengan yield dari tanah.
Batas plastis dari kriteria Mohr-Coulomb dengan persamaan berikut :
Uji geser triaksial adalah : uji yang paling dapat diandalkan untuk
menentukan parameter tegangan gesr.
Uji ini telah digunakan sacara luas untuk keperluan pengujian biasa ataupun
keperluan riset.
Pada uji ini umumnya digunakan sebuah sample tanah kira-kira berdiameter
1,5 inc (38,1 mm) dan panjang 3 inc (76,2 mm).
Uji triaksial merupakan salah satu uji lab yang paling umum digunakan untuk
mengetahui properti tanah
Uji ini merupakan salah satu uji tanah yang paling sering digunakan, oleh
karena itu civil engineer wajib memahaminya dengan baik.
Peralatan
Sex Triaksial
Dial Gauge
Jangka Sorong
Stop watch
Karet Ban
Langkah Kerja
4. Letakkan sel triaksial yang berisi contoh batuan di pusat antara plat atas
dan plat bawah mesin tekan. Contoh batuan diletakkan dengan permukaan
bawah menempel pada plat bawah.
5. Pada alat mesin tekan dipasang dial gauge untuk mengukur deformasi
aksial.
6. Hidupkan mesin tekan sehingga sel triaksial menyentuh plat tekan bagian
atas. Matikan mesin.
11. Lakukan prosedur yang sama untuk contoh batuan ke-2 dan ke-3, tetapi
dengan pengukungan yang berbeda ( x2 dan x3).
Langkah Kerja :
1. Gunakan safety glasses dan safety shoes
2. Siapkan formulir data jika pengambilan data dilakukan secara manual
3. Siapkan contoh batuan dengan ukuran dimensi panjang = setengah kali
diameter (L = ½D)
4. Lakukan persiapan mesin tekan. Letakkan contoh batuan dipusat antara plat
atas dan plat bawah mesin tekan, dengan dinding silinder menempel pada plat
atas dan plat bawah dengan terlebih dahulu dilapisi kertas karbon untuk
pembacaan sudut
5. Pasang dial gauge untuk mengukur deformasi aksial
6. Hidupkan mesin tekan sehingga contoh batuan menyentuh plat tekan bagian
atas
7. Lakukan pembacaan penambahan gaya setiap interval 1 kN atau 2 kN , Dan
catat proses pembebanan deformasi aksial sampai contoh batuan pecah dan
jarum hitam akan bergerak kembali ke nol.
Pemeriksaaniniadalahuntukmenentukankuatgesertanahsetelahmengalamikonsolida
siakibatsuatubebandengandrainase 2
arah.Pemeriksaandapatdilakukandengan single shear ataudouble shear.
Pemeriksaandapatdibuatpadasemuajenistanahdanpadacontohtanahasli (undistrub)
ataucontohtanahtidakasli (disturb). Dalamperhitunganmekanikatanah,
kuatgeserinibiasadinyatakandengankohesi (C) dansudutgesekdalam (φ).
PERALATAN
1. Shear Device :peralatan untuk memegang benda uji secara kuat diantara 2
batu berpori sehingga benda uji tersebut tidak berputar saat diberi beban
geser. Alat ini juga memungkinkan untuk dapat dikerjakannya beban
normal terhadap benda uji, dapat dilaksanakan pengukuran perubahan
tebal benda uji, dapat terlaksananya drainase 2 arah serta memungkinkan
pula untuk pelaksanaan perendaman terhadap benda uji. Beban geser yang
sejajar dengan permukaan benda uji juga harus dapat dilaksanakan pada
alat ini. Selain itu memegang benda uji harus cukup kuat sehingga tidak
ada pembenturan saat dilaksanakannya beban geser pada benda uji.
2. Porous Stone : batu berpori terbua dari silicone carbide , aluminium
carbide atau logam lain yang setara. Untuk tanah lunak yang berbutit
halus, batu berpori halus harus digunakan. Pori batu harus demikian
hingga tanah yang diuji tidak akan lolos lewat pori tersebut. Pada
umumnya, batu berpori ini mempunyai permeabilitas sekitar 0,5 – 1
mm/dt.
3. Loading Device : peralatan untuk memberikan beban normal dan beban
geser terhadap benda uji.
4. Trimmer : alat potong berbentuk silinder untuk memotong tanah dengan
ukuran sesuai dengan cincin benda uji.
5. Timbangan digital : ketelitian 0,1 gram.
6. Oven – temperaturnya dapat terpelihara pada ± 105º C.
7. Peralatan untuk memadatkan dan pencetakan kembali (remolding) benda
uji.
8. Container : kaleng kecil untuk pemeriksaan kadar air.
9. Displacement indicator : untuk mengukur perubahan tebal banda uji
dengan ketelitian 0,002 mm.
10. Moisture room : ruangan sejuk untuk menyimpan benda uji sebelum
diadakan pemeriksaan sehingga kadar airnya tidak hilang lebih besar dari
0,5 %.
11. Lain-lain :stop watch, spatula, pisau dll yang digunakan untuk penyiapan
benda uji.
KALIBRASI
Langkah Kerja :
3. Letakkan contoh batuan yang telah berada dalam cetakan beton ke dalam
alat shear box.
6. Berikan gaya gaser dengan besar tertentu menggunakan mesin direct shear
otomatis.
PROSEDUR PEMERIKSAAN
Prosedur pengujian :
Timbang masing-masing sampel batuan
Letakkan tiap sampel batuan pada dua mangkuk besi berbeda
Keringkan tiap sampel batuan dalam oven bertemperatur 100± 5º selama ±
4-6 jam
Keluarkan tiap sempel dari oven, kemudian dinginkan dalam desikator
selama 10 menit
Timbang massa tiap sampel batuan sebagai nilai S1
Keluarkan smapel dari mangkuk besi dan masukkan tiap sampel kedalam
dua drum Slake Durability Test yang berbeda dan putar selama 10 menit
Angkat dan masukkan tiap sampel kembali dalam dua mangkuk besi yang
berbeda
Kembali lakukan prosedur poin ke 3 diatas hingga ke 7 untuk
mendapatkan nilai S2 dan S3