Anda di halaman 1dari 26

TUGAS SOAL LATIHAN

MEKANIKA BATUAN

DOSEN : JOKO APRIANTO, ST.

DIKERJAKAN OLEH :

BENNY PUTRA ARITONANG


DBD 113 040

KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS PALANGKA RAYA

FAKULTAS TEKNIK

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN

2016
Latihan Soal Mekanika Batuan

1. Sebuah batuan hasil pemboran memiliki dimensi diameter 82 mm, tinggi 169
mm, berat basah 21,42 N dan berat kering 20,31 N. Tentukan:
a. Berat isi basah
b. Berat isi kering
c. Porositas

2. Data tabel uji stress strain:

σ Mpa ∑a ∑l ∑v
1,31 3202,2 612,24 1977,72
2,62 5032,02 1292,52 2446,98
3,93 6861,85 1519,27 3823,31
5,24 7776,76 2267,57 3241,62
6,55 9149,13 3287,98 2573,17
7,66 10521,5 3968,25 2585
9,17 12168,34 5895,69 376,96
9,82 14181,15 12131,52 -10081,9

3. Beberapa alat uji mekanika Batuan beserta cara kerjanya:


a. Point Load Test
b. UCS
c. Triaxial
d. Brazillian Test
e. Direct Sheare Test
f. Slake Durability

1. Soal :
Sebuah batuan hasil pemboran memiliki dimensi diameter 82 mm, tinggi 169
mm, berat basah 21,42 N dan berat kering 20,31 N. Tentukan:
d. Berat isi basah
e. Berat isi kering
f. Porositas
Penyelesaian :

Diketahui : d = 82 mm = 8,2 cm
t = 169 mm = 16,9 cm
Berat basah (Wn) = 21,42 N = 2183,49 gram
Berat kering (W0) = 20,31 N = 2070,33 gram

Ditanya : a). Berat isi basah ( γ b)

b). Berat isi kering ( γ d)

c). Porositas (n)


Jawaban :

V = 1/4 . π .d2 .t

V = 0,25 x 3,14 x (8,2 cm)2 x 16,9 cm


V = 0,25 x 3,14 x 67,24 cm2 x 16,9 cm
V = 892,04 cm3

Maka,

¿ Wn
a) γ b
(Ww−Ws)
¿ Wn
γ b
v
2183,49 gr
¿
892,04 cm3
¿ 2,4477gr/cm3
¿W 0
b) γ d
(Ww−Ws)
¿W 0
γ d
v
2072,4 gr
¿
892,04 cm3
¿ 2,32 gr /cm3

c) Porositas (n)
(Wn−W 0)
n = (Ww−Ws ) x 100%

Wn−W 0
n= v x 100 %

2183,49 gr−2070,33 gr
n= 892,04 cm3 x 100%

112,16 gr
n= 892,042cm 3 x 100%

n = 12,68 %

3. Beberapa Alat Uji Mekanika Batuan

A. Point Load Test (TES FRANKLIN)


Point load test dilakukan untuk mengukur kekuatan (strength) dari perconto batu
secara tidak langsung di lapangan.

Point Load Test atau pengujian titik beban merupakan substansi pengujian dari
faktor kehadiran bidang lemah yang mempengaruhi kecepatan rambat gelombang
ultrasonik dari suatu batuan (spesimen batuan). Percontoh batuan dapat berbentuk
silinder.

Peralatan yang digunakan mudah dibawa-bawa, tidak begitu besar dan cukup
ringan. Pengujian cepat, sehingga dapat diketahui kekuatan Batuan dilapangan,
sebelum pengujian dilaboratorium dilakukan. Dari pengujian ini didapat:

P
Is = D
2

Dimana :

Is = Point load strength index ( Index Franklin )

P = Beban maksimum sampai percontoh pecah

D = Jarak antara dua konus penekan

Hubung anantara index franklin (Is) dengan kuat tekan (σt) menurut BIENIAWSKI
sebagai berikut:
σc= 18 – 23 Is

Untuk diameter percontoh = 50 mm. Jika Is = 1 Mpa maka index tersebut tidak
lagi mempunyai arti sehingga disarankan untuk menggunakan pengujian lain dalam
penentuan kekuatan (strength) batuan.

Pengujian ini menggunakan mesin uji point load dengan peconto berupa silinder
atau bentuk lain yang tidak beraturan. Pengujian point load ini merupakan pengujian
yang dapat dilakukan langsung di lapangan, dengan demikian dapat diketahui kekuatan
batuan di lapangan sebelum pengujian di laboratorium dilakukan. Perconto yang
disaranpkan untuk pengujian ini adalah batuan berbentuk silinder dengan diameter kurang
lebih 50 mm.

Dari uji ini akan didapatkan nilai pointloadstrengthindex (Is) yang akan menjadi
patokan untuk menentukan nilai kuat tekan batuan (c).

 Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan :

1) Mesin pengujian point load test, untuk menekan perconto yang berbentuk
silinder, balok atau bentuk tidak beraturan lainnya dari satu arah secara
menerus/kontinu hingga perconto pecah.
2) Mistar, untuk mengetahui jarak perubahan axial antara dua konus penekan pada
alat point load.
3) Dial gauge, untuk mengukur beban maksimum yang dapat diterima contoh
batuan, hingga contoh tersebut pecah.

 Prosedur

1) Contoh batuan yang digunakan dalam uji ini disiapkan dengan ukuran diameter
50 mm.
2) Contoh diletakkan diantara dua konus penekan alat point load, kemudian
dongkrak hidrolik diberikan tekanan sehingga kedua ujung konus penekan tepat
menekan permukaan contoh yang akan diuji.
3) Catat ukuran mistar pengukuran pada awal kedudukan kedua konus penekan
mulai menekan contoh.
4) Pemberian tekanan dilakukan sedikit demi sedikit hingga specimen pecah.
5) Pembebanan dihentikan setelah specimen mengalami pecah dan matikan alat
penekan apabila perconto batuan sudah pecah.
6) Baca jarum penunjuk pembebanan maksimal (dial gauge) yang diberikan alat
sehingga perconto pecah.
7) Catat ukuran mistar pada akhir kedudukan, maka akan didapatkan nilai jarak
antara dua konus penekan.

Contoh uji berupa silinder atau irregular, diameter ± 50 mm


Cara uji :
1. Contoh diletakkan pada alat uji
2. Lakukan penekanan hingga contoh pecah
3. Indeks Franklin didapat dengan menghitung
0.45
 D
F  
 50 
P
Is  F 2
D

Is = point load strength


P = beban maks sampai contoh hancur
D = jarak antara dua konis penekan
c = 23 Is
D
D
P

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kekuatan ( strength ) dari percontoh


batu secara tidak langsung dilapangan. Percontoh batuan dapat berbentuk silinder.
Peralatan yang digunakan mudah dibawa-bawa, tidak begitu besar dan cukup
ringan.Pengujian cepat, sehingga dapat diketahui kekuatan datuan dilapangan,
sebelum pengujian dilaboratorium dilakukan.
D

Dari pengujian ini didapat :


P
Is = D2

Dimana :
Is = Point load strength index ( Index Franklin )
P = Beban maksimum sampai percontoh pecah
D = Jarak antara dua konus penekan
Hubungan antara index franklin (Is) dengan kuat tekan (σt) menurut Bieniawski
sebagai berikut:
σc= 18 – 23 Is untuk diameter percontoh = 50 mm. Jika Is = 1 MPa maka index
tersebut tidak lagi mempunyai arti sehingga disarankan untuk menggunakan
pengujian lain dalam penentuan kekuatan ( strength ) batuan.

B. UJI KUAT TEKAN ( UNCONFINED COMPRESSIVE STRENGTH /


UCS TEST)
UJI KUAT TEKAN ( UNCONFINED COMPRESSIVE STRENGTH / UCS TEST)
Tujuan : Untuk menentukan Unconfined Compressive Strength (UCS), Young’s
Modulus, dan Poisson Ratio
Cakupan : Nilai UCS, Young’s Modulus, dan Poisson Ratio
Peralatan :
1. Mesin tekan ”Controls”
2. Dial Gauge
3. Jangka Sorong
4. Stopwatch

Langkah Kerja :
1. Gunakan safety glasses dan safety shoes.
2. Siapkan formulir data jika pengambilan data dilakukan secara manual.
3. Contoh uji harus memenuhi syarat L/D = 2.
4. Lakukan persiapan alat mesin tekan, letakkan contoh batuan dipusat antara
plat atas dan plat bawah mesin tekan. Contoh batuan diletakkan dengan
permukaan bawah menempel pada plat bawah.
5. Pada mesin tekan dipasang tiga buah dial gauge untuk mengukur deformasi
aksial, lateral 1, dan lateral 2.
6. Pompa dihidupkan, sehingga oli yang bertekanan tinggi akan masuk kedalam
silinder. Piston dalam silinder bergerak kebawah sampai permukaan contoh
batuan menyentuh plat tekan bagian atas. Karena kedua permukaan contoh
batuan telah menyentuh plat tekan menyebabkan kenaikan piston terhambat
sehingga gaya didalam contoh batuan meningkat. Besarnya gaya yang ada di
dalam contoh batuan ini ditransmisikan ke system alat pengukur gaya.
Matikan pompa.
7. Atur jarum penunjuk pada ketiga dial gauge pada posisi nol
8. hidupkan kembali pompa dan mulai lakukan pembacaan gaya setiap interval 2
kN hingga terjadi failure dan dicatat proses pembebanan deformasi aksial dan
lateralnya.
9. Alat pengukur gaya terdiri dari dua buah jarum penunjuk yaitu jarum hitam
dan jarum merah. Jarum hitam menunjukkan gaya di dalam contoh batuan,
sedangkan jarum merah di gerakkan oleh jarum hitam. Bila contoh batuan
hancur (failure) gaya di dalam contoh batuan berkurang, jarum hitam akan
bergerak kembali ke nol dan jarum merah tertinggal pada skala terakhir yang
ditunjukkan jarum hitam. Maka gaya maksimum yang mampu ditahan oleh
contoh batuan akan ditunjukkan oleh jarum merah.
10. Matikan motor dan catat juga lamanya waktu percobaan. Lakukan cara yang
sam untuk contoh batuan yang lain.

Uji Kuat Tekan Uniaksial ( UCS )

Penekanan uniaksial terhadap contoh batuan selinder merupakan uji sifat


mekanik yang paling umum digunakan. Uji kuat tekan uniaksial dilakukan untuk
menentukan kuat tekan batuan (σt ), Modulus Young (E), Nisbah Poisson (v) , dan
kurva tegangan-regangan. Contoh batuan berbentuk silinder ditekan atau dibebani
sampai runtuh. Perbandingan antara tinggi dan diameter contoh silinder yang
umum digunakan adalah 2 sampai 2,5 dengan luas permukaan pembebanan yang
datar, halus dan paralel tegak lurus terhadap sumbu aksis contoh batuan. Dari hasil
pengujian akan didapat beberapa data seperti:
1. Kuat Tekan Batuan (σc)
Tujuan utama uji kuat tekan uniaksial adalah untuk mendapatkan nilai kuat
tekan dari contoh batuan. Harga tegangan pada saat contoh batuan hancur
didefinisikan sebagai kuat tekan uniaksial batuan dan diberikan oleh hubungan:
F
σc = A

Keterangan :
σc = Kuat tekan uniaksial batuan (MPa)
F = Gaya yang bekerja pada saat contoh batuan hancur (kN)
A = Luas penampang awal contoh batuan yang tegak lurus arah gaya (mm)

2. Modulus Young ( E )
Modulus Young atau modulus elastisitas merupakan faktor penting dalam
mengevaluasi deformasi batuan pada kondisi pembebanan yang bervariasi.
Modulus elastisitas dipengaruhi oleh tipe batuan, porositas, ukuran partikel,
dan kandungan air. Modulus elastisitas akan lebih besar nilainya apabila diukur
tegak lurus perlapisan daripada diukur sejajar arah perlapisan (Jumikis, 1979).
Modulus elastisitas dihitung dari perbandingan antara tegangan aksial dengan
regangan aksial. Modul elastisitas dapat ditentukan berdasarkan persamaan :
∆σ
Е= ∆ εa

Keterangan:
E = Modulus elastisitas (MPa)
Δσ = Perubahan tegangan (MPa)
Δεa = Perubahan regangan aksial (%)

3. Nisbah Poisson ( Poisson Ratio )


Nisbah Poisson didefinisikan sebagai perbandingan negatif antara regangan
lateral dan regangan aksial. Nisbah Poisson menunjukkan adanya pemanjangan
ke arah lateral (lateral expansion) akibat adanya tegangan dalam arah aksial.
Sifat mekanik ini dapat ditentukan dengan persamaan :
εl
V= εa

Keterangan:
V = Nisbah Poisson
ε l = regangan lateral (%)
εa = regangan aksial (%)
Tekan untuk menekan sampel batuan dari satu arah (uniaxial). Nilai UCS
merupakan besar tekanan yang harus diberikan sehingga membuat batuan
pecah. Sedangkan point load index merupakan kekuatan batuan batuan lainnya
yang didapatkan dari uji point load. Jika UCS memberikan tekanan pada
permukaan sampel, pada uji point load, sampel ditekan pada satu titik. Untuk
sampel dengan ukuran 50 mm, Bieniawski mengusulkan hubungan antara nilai
point load strength index (Is) dengan UCS adalah UCS = 23 Is. Pada umumnya
satuan yang dipakai untuk UCS dan Is adalah MPa.

C. UJI TRIAKSIAL (TRIAXIAL TEST)


UJI TRIAKSIAL (TRIAXIAL TEST)
Tujuan utama uji triaksial adalah untuk menentukan kekuatan batuan pada
kondisi pembebanan triaksial melalui persamaan kriteria keruntuhan. Kriteria
keruntuhan yang sering digunakan dalam pengolahan data uji triaksial adalah
criteria Mohr-Coulomb. Hasil pengujian triaksial kemudian diplot kedalam kurva
Mohr- Coulomb sehingga dapat ditentukan parameter-parameter kekuatan batuan
sebagai berikut:
 Strength envelope (kurva intrinsik)
 Kuat geser (Shear strength)
 Kohesi (C)
 Sudut geser dalam (φ)
Pada pengujian triaksial, contoh batuan dimasukkan kedalam sel triaksial, diberi
tekanan pemampatan (σ3), dan dibebani secara aksial (σ1), sampai runtuh. Pada
uji ini, tegangan menengah dianggap sama dengan tekanan pemampatan (σ3= σ1).
Alat uji triaksial yang digunakan merupakan merujuk pada alat triaksial yang
dikembangkan oleh Von Karman pada tahun 1911. Di dalam apparatus ini,
tekanan fluida berfungsi sebagai tekanan pemampatan (σ3) yang diberikan kepada
contoh batuan. Fluida dialirkan dengan menggunakan pompa hidraulik dan dijaga
agar selalu konstan.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Uji Triaksial

1. Tekanan pemampatan

Tekanan pemampatan merupakan faktor yang sangat mempengaruhi dalam


uji triaksial. Besarnya tegangan aksial pada saat contoh batuan runtuh saat
pengujian triaksial selalu lebih besar daripada tegangan aksial saat contoh batuan
runtuh pada pengujian kuat tekan uniaksial. Hal ini disebabkan karena adanya
penekanan (pemampatan) dari arah lateral dari sekeliling contoh batuan pada uji
triaksial. Berbeda pada pengujian kuat tekan uniaksial, tekanan pemampatannya
adalah nol (zero confining pressure), sehingga tegangan aksial batuan lebih kecil.
Berdasarkan penelitian Von Karman (1911) pada batuan marbel Carrara dapat
dilihat dengan adanya tekanan pemampatan pada contoh batuan mengakibatkan
kenaikan tekanan aksial.

2. Tekanan pori

Dari penelitian Schwartz pada tahun 1964 yang mempelajari tentang


tekanan pori pada uji triaksial terhadap batuan sandstone. Dapat disimpulkan
bahwa naiknya tekanan pori akan menurunkan kekuatan batuan.

3. Temperatur

Secara umum, kenaikan temperatur menghasilkan penurunan kuat tekan


batuan. Regangan aksial untuk batuan granit pada tekanan pemampatan 500 MPa
dan pada temperatur yang berbeda-beda. Pada temperatur kamar, sifat batuan
adalah brittle, tetapi pada temperatur 800 0C batuan hampir seluruhnya ductile.
Efek temperatur terhadap tegangan diferensial saat runtuh untuk setiap tipe batuan
adalah berbeda. Pada penelitian ini, pengaruh temperature diabaikan.

4. Laju Deformasi

Kenaikan laju deformasi secara umum akan menaikkan kuat tekan batuan.
Hal ini terbukti dari penelitian-peneliatian terdahulu. Pada tahun 1961,
Serdengecti dan Boozer melakukan penelitian tentang pengaruh kenaikan laju
deformasi pada uji triaksial. Dari penelitian mereka pada batuan limestone dan
gabbro solenhofen.

Bentuk contoh batuan pengujian triaksial sama seperti uji kuat tekan
uniaxial bentuk silinder.

Semakin bertambahnya ukuran contoh batuan, kemungkinan tiap contoh


batuan dipengaruhi oleh bidang lemah akan semakin besar. Oleh karena itu,
semakin besar contoh batuan yang akan diuji, kekuatan contoh batuan tersebut
akan berkurang.

Variasi perbandingan panjang terhadap diameter contoh batuan ( /d)


diketahui akan mempengaruhi kekuatan contoh batuan. Kekuatan contoh batuan
akan menurun seiring dengan menaiknya perbandingan panjang terhadap diameter
contoh batuan ( /d). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Mogi pada
tahun 1962.

Menurut ISRM (1972) untuk contoh batuan pada uji triaksial dan kuat
tekan uniaksial, perbandingan antara tinggi dan diameter contoh silinder yang
umum digunakan adalah 2 sampai 2,5 dengan area permukaan pembebanan yang
datar, halus dan paralel tegak lurus terhadap sumbu aksis contoh batuan.
Model elastik Mohr-Coulomb digunakan karena simplisitasnya, dimana pada
model ini:
 Tanah diasumsikan sebagai material elastik
 Setelah tanah mencapai tegangan lelehnya, tanah tidak memiliki plastic
flow (artinya tidak ada hardening/softening) alias perfectly plastic
 Characteristic state (titik perubahan dari kondisi kompresi ke dilasi)
terjadi bersamaan dengan yield dari tanah.
Batas plastis dari kriteria Mohr-Coulomb dengan persamaan berikut :

Uji geser triaksial adalah : uji yang paling dapat diandalkan untuk
menentukan parameter tegangan gesr.
Uji ini telah digunakan sacara luas untuk keperluan pengujian biasa ataupun
keperluan riset.
Pada uji ini umumnya digunakan sebuah sample tanah kira-kira berdiameter
1,5 inc (38,1 mm) dan panjang 3 inc (76,2 mm).
Uji triaksial merupakan salah satu uji lab yang paling umum digunakan untuk
mengetahui properti tanah
Uji ini merupakan salah satu uji tanah yang paling sering digunakan, oleh
karena itu civil engineer wajib memahaminya dengan baik.

 Peralatan

 Mesin Tombol ”Controls”

 Sex Triaksial

 Dial Gauge

 Jangka Sorong

 Stop watch
 Karet Ban

 Langkah Kerja

1. Gunakan safety glasses dan safety shoes.

2. Contoh batuan yang digunakan berdimensi panjang = dua kali diameter.

3. Contoh batuan dimasukkan ke dalam selubung karet kemudian ditutup


kedua ujungnya dengan menggunakan plat, kemudian diletakkan kedalam
sel triaksial dan ditutup. Didalam sel triaksial ini akan dipompakan oli
bertekanan dari pompa hidrolik untuk memberikan tekanan pengukungan.

4. Letakkan sel triaksial yang berisi contoh batuan di pusat antara plat atas
dan plat bawah mesin tekan. Contoh batuan diletakkan dengan permukaan
bawah menempel pada plat bawah.

5. Pada alat mesin tekan dipasang dial gauge untuk mengukur deformasi
aksial.

6. Hidupkan mesin tekan sehingga sel triaksial menyentuh plat tekan bagian
atas. Matikan mesin.

7. Atur jarum penunjuk dial gauge pada posisi nol.

8. Oli dipompakan ke dalam sel triaksial dengan menggunakan pompa


hidrolik sampai pada tekanan tertentu (tekanan pengukungan 1 = x1).
Pada saat bersamaan, hidupkan kembali mesin tekan dan mulai lakukan
pembacaan gaya setiap interval tertentu (2 kN atau 1 kn) hingga terjadi
failure.

9. Catat deformasi aksial pada setiap pembacaan gaya selama proses


pembebanan.
10. Bila contoh batuan hancur (failure) yang ditunjukkan oleh jarum hitam
yang bergerak kembali ke nol, matikan motor dan catat juga lamanya
waktu percobaan.

11. Lakukan prosedur yang sama untuk contoh batuan ke-2 dan ke-3, tetapi
dengan pengukungan yang berbeda ( x2 dan x3).

D. Uji Kuat Tarik Tak Langsung (Brazilian Test)

Alat uji Braziliant

Uji Kuat Tarik Tak Langsung (Brazilian Test)


Tujuan : Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kuat tarik (tensile strength)
dari percontoh batu berbentuk silinder secara tak langsung.
Cakupan : Mengetahui nilai kuat tarik (tensile strength) tak langsung dari batu
yang di uji.
Peralatan :
 Mesin Tekan ” Controls”
 Dial Gauge
 Jangka Sorong
 Stop Watch

Langkah Kerja :
1. Gunakan safety glasses dan safety shoes
2. Siapkan formulir data jika pengambilan data dilakukan secara manual
3. Siapkan contoh batuan dengan ukuran dimensi panjang = setengah kali
diameter (L = ½D)
4. Lakukan persiapan mesin tekan. Letakkan contoh batuan dipusat antara plat
atas dan plat bawah mesin tekan, dengan dinding silinder menempel pada plat
atas dan plat bawah dengan terlebih dahulu dilapisi kertas karbon untuk
pembacaan sudut
5. Pasang dial gauge untuk mengukur deformasi aksial
6. Hidupkan mesin tekan sehingga contoh batuan menyentuh plat tekan bagian
atas
7. Lakukan pembacaan penambahan gaya setiap interval 1 kN atau 2 kN , Dan
catat proses pembebanan deformasi aksial sampai contoh batuan pecah dan
jarum hitam akan bergerak kembali ke nol.

E. UJI KUAT GESER ( DIRECT SHEAR TEST)

Alat uji Direct Shear

Pemeriksaaniniadalahuntukmenentukankuatgesertanahsetelahmengalamikonsolida
siakibatsuatubebandengandrainase 2
arah.Pemeriksaandapatdilakukandengan single shear ataudouble shear.
Pemeriksaandapatdibuatpadasemuajenistanahdanpadacontohtanahasli (undistrub)
ataucontohtanahtidakasli (disturb). Dalamperhitunganmekanikatanah,
kuatgeserinibiasadinyatakandengankohesi (C) dansudutgesekdalam (φ).

 PERALATAN

1. Shear Device :peralatan untuk memegang benda uji secara kuat diantara 2
batu berpori sehingga benda uji tersebut tidak berputar saat diberi beban
geser. Alat ini juga memungkinkan untuk dapat dikerjakannya beban
normal terhadap benda uji, dapat dilaksanakan pengukuran perubahan
tebal benda uji, dapat terlaksananya drainase 2 arah serta memungkinkan
pula untuk pelaksanaan perendaman terhadap benda uji. Beban geser yang
sejajar dengan permukaan benda uji juga harus dapat dilaksanakan pada
alat ini. Selain itu memegang benda uji harus cukup kuat sehingga tidak
ada pembenturan saat dilaksanakannya beban geser pada benda uji.
2. Porous Stone : batu berpori terbua dari silicone carbide , aluminium
carbide atau logam lain yang setara. Untuk tanah lunak yang berbutit
halus, batu berpori halus harus digunakan. Pori batu harus demikian
hingga tanah yang diuji tidak akan lolos lewat pori tersebut. Pada
umumnya, batu berpori ini mempunyai permeabilitas sekitar 0,5 – 1
mm/dt.
3. Loading Device : peralatan untuk memberikan beban normal dan beban
geser terhadap benda uji.
4. Trimmer : alat potong berbentuk silinder untuk memotong tanah dengan
ukuran sesuai dengan cincin benda uji.
5. Timbangan digital : ketelitian 0,1 gram.
6. Oven – temperaturnya dapat terpelihara pada ± 105º C.
7. Peralatan untuk memadatkan dan pencetakan kembali (remolding) benda
uji.
8. Container : kaleng kecil untuk pemeriksaan kadar air.
9. Displacement indicator : untuk mengukur perubahan tebal banda uji
dengan ketelitian 0,002 mm.
10. Moisture room : ruangan sejuk untuk menyimpan benda uji sebelum
diadakan pemeriksaan sehingga kadar airnya tidak hilang lebih besar dari
0,5 %.
11. Lain-lain :stop watch, spatula, pisau dll yang digunakan untuk penyiapan
benda uji.

 KALIBRASI

1. Pasang alat geser langsung tunggal dengan sebuah piringan kalibrasi


(calibrationdisk) dengan tebal sama dengan tebal benda uji yang
diinginkan dan diameternya kira-kira lebih kecil 5 mm.
2. Kerjakan beban normal sesuai dengan beban yang akan dikerjakan untuk
benda uji dan atur posisi displacement indicator sehingga dapat digunakan
untuk mengukur konsolidasi atau pengembangan piringan kalibrasi.
3. Catat pembacaan displacement indicator yang besok akan digunakan
dalam penentuan tebal benda uji dan tekanan dalam peralatan itu sendiri.
4. Pindahkan piringan kalibrasi.

 PENYIAPAN BENDA UJI

1. Jika digunakan contoh tanah asli (undisturbed), contoh harus cukup


banyak sehingga cukup untuk membuat 3 buah benda uji. Siapkan benda
uji sehingga kadar airnya tidak hilang.
2. Potong alat benda uji sehingga diameternya sesuai dengan diameter alat
yang akan digunakan dan tebalnya sama dengan panjang dari alat potong
(trimmer). Dalam penyiapan benda uji untuk contoh tanah asli yang
sensitif harus lebih hati-hati agar tidak merusak struktur aslinya. Timbang
berat benda uji mula-mula untuk mendapatkan kadar air mula-mula.
3. Jika digunakan benda uji dari tanah remolded, padatkan tanah dengan air
sesuai dengan kondisi lapangan. Contoh tanah dapat langsung atau
dipadatkan di cetakan yang diameternya sama dengan diameter alat geser
langsung atau di cetakan yang lebih besar kemudian dipotong.
4. Diameter minimum benda uji jika berbentuk silinder atau lebar minimum
jika berbentuk empat persegi panjang adalah 50 mm.
5. Perbandingan diameter/lebar benda uji terhadap tebal minimum adalah
2:1.

 Langkah Kerja :

1. Gunakan safety glasses dan safety shoes

2. Contoh batuan diletakkan dalamsuatu cetakan beton dengan perbandingan


tertentu sehingga merupakan suatu kesatuan dengan beton tersebut.

3. Letakkan contoh batuan yang telah berada dalam cetakan beton ke dalam
alat shear box.

4. Pasang dial gauge untuk mrngukur perpindahan pada arah pergeseran.


Atur pada posisi nol.

5. Berikan gaya normal menggunakan bandul dengan berat tertentu.

6. Berikan gaya gaser dengan besar tertentu menggunakan mesin direct shear
otomatis.

7. Lakukan pembacaan pertambanhangaya setiap interval deformasi sebesar


0,5 mm. Lakukan tegangan geser mencapai puncak (kondisi residual).
8. Setelah contoh patah, berikan gaya yang berlawanan arah dengan gaya
yang sebelumnya sampai tegangan gesernya mencapai puncak (kondisi
residual).

9. Selama pemberian gaya, lakukan pula pembacaan gaya setiap interval


deformasi sebesar atau 0,5 mm.

 PROSEDUR PEMERIKSAAN

1. Siapkan sampel benda uji yang sudah dibuat sebanyak 3 sampel.


2. Masukkan sampel ke dalam Shear Device dengan susunan landasan > batu
pori> sampel tanah > batu pori > penutup.
3. Masukkan air ke dalam Shear Device sampai sampel tanah terendam atau
sampai batas penutup alat, kemudian setting proving ring dial indicator
dalam keadaan nol set (0). Pastikan sampel tidak bergeser pasa saat
pemasukan ke dalam Shear Device.
4. Siapkan Stopwatch, putar engkol pada alat Diret Shear Test bersamaan
dengan pemberian beban yang pertama dengan tenaga yang kontinyu atau
sama rata disetiap bacaannya.
5. Amati hasil pembacaan dial indicator setiap interval waktu 5 menit,
lakukan pengujian sampai hasil pembacaan dari dial indicator sudah
mengalami penurunan (2 x penurunan hasil bacaan).
6. Ulangi percobaan (1-5) diatas dengan beban berikutnya sebanyak 3x
percobaan.

F. SLAKE DURABILITY TEST


Slake durability adalah pelapukan simulasi untuk menentukan ketahanan
abrasi selama pembasahan dan pengeringan siklus serpih dan batuan lunak yang
sama seperti yang digunakan dalam tanggul dan aplikasi yang terkait dengan
konstruksi lainnya. Sampel bergantian jatuh dalam drum jala melalui media air
dan dikeringkan dengan oven selama dua siklus. Hilangnya persen dari massa
disebut sebagai indeks daya tahan memuaskan.

Uji ketahanan batuan ( Slake Durability Test ) merupakan salah satu


pendekatan kuantitatif yang dilakukan untuk mengetahui tingkat ketahanan suatu
batuan. Kehadiran gaya-gaya yang bekerja pada suatu material geologi dapat
menimbulkan suatu ketidakstabilan pada daerah dimana massa material geologi
itu berada. Umumnya, keruntuhan akan timbul pada titik-titik disepanjang daerah
yang tidak memiliki ketidakstabilan. Hasil uji ketahanan batuan ini dapat
mencerminkan tingkat kemudahan batuan untuk mengalami pelapukan.

 Alat dan bahan :


 Mesin Slake Durability Test lengkap dengan drum dan bak airnya
 Neraca dengan ketelitian ± 0,01 gram
 Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu
 Cawan atau mangkuk besi
 10 fragmen ireguler sampel batupasir dengan massa tiap fragmen 40-60
gram
 10 fragmen ireguler sampel batulempung dengan massa tiap fragmen 40-
60 gram

 Prosedur pengujian :
 Timbang masing-masing sampel batuan
 Letakkan tiap sampel batuan pada dua mangkuk besi berbeda
 Keringkan tiap sampel batuan dalam oven bertemperatur 100± 5º selama ±
4-6 jam
 Keluarkan tiap sempel dari oven, kemudian dinginkan dalam desikator
selama 10 menit
 Timbang massa tiap sampel batuan sebagai nilai S1
 Keluarkan smapel dari mangkuk besi dan masukkan tiap sampel kedalam
dua drum Slake Durability Test yang berbeda dan putar selama 10 menit
 Angkat dan masukkan tiap sampel kembali dalam dua mangkuk besi yang
berbeda
 Kembali lakukan prosedur poin ke 3 diatas hingga ke 7 untuk
mendapatkan nilai S2 dan S3

Anda mungkin juga menyukai