Anda di halaman 1dari 11

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Kami

panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayah-

Nya kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “ Asbabun

Nuzul”. Shalawat serta salam tak lupa terhaturkan atas junjungan Nabi Besar Muhammad

saw. atas perjuangan beliau umat islam dapat keluar dari belenggu kekafiran dan penindasan

di zaman jahiliah.

Makalah ini kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari berbagai pihak

sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan

terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Dan

ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada bapak H. Bustami Saladin selaku dosen

mata kuliah Ulumul Qur‟an yang telah memberi arahan dan bimbingan dalam pembuatan

makalah ini.

Terlepas dari segala hal tersebut, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada

kekurangan baik dari segi susunan kalimat, tata bahasanya maupun isi materi dari makalah

kami. Oleh karenanya kami dengan lapang dada menerima segala saran dan kritik dari

pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata, kami berharap semoga makalah dengan judul “Aliran Mu‟tazilah” ini bisa

memberikan manfaat dan pengetahuan untuk pembaca.

Mataram, 06 April 2019

Penulis

1|ULUMUL QUR’AN- ASBABUN NUZUL


DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR...............................................................................................................1

DAFTAR ISI..............................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................3

A. LATAR BELAKANG..........................................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH......................................................................................................4
C. TUJUAN PENULISAN........................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................5

1. Pedoman Mengetahui Asbabun Nuzul................................................................................5


2. Definisi Asbabun Nuzul......................................................................................................5
3. Perlunya Mengetahui Asbabun Nuzul.................................................................................6
4. Riwayat Mengenai Asbabun Nuzul....................................................................................7
5. Banyaknya Nuzul Dengan Satu Sebab..............................................................................8
6. Munasabatul Ayat..............................................................................................................9

BAB III PENUTUP..............................................................................................................10

1. KESIMPULAN................................................................................................................10
2. SARAN.............................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................11

2|ULUMUL QUR’AN- ASBABUN NUZUL


BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Al-Qur‟an diturunkan untuk memberi petunjuk kepada manusia ke arah tujuan yang terang
dan jalan yang lurus dengan menegakkan asas kehidupan yang didasarkan pada keimanan
kepada Allah dan risalah Baginda Rasulullah. Juga memberitahukan hal yang telah lalu,
kejadian-kejadian yang sekarang sera berita-berita yang akan datang.

Sebagian besar Qur‟an pada mulanya diturunkan untuk tujuan umum tersebut, tetapi
kehidupan para sahabat bersama Rasulullah telah menyaksikan banyak peristiwa sejarah,
bahkan kadang terjadi di antara mereka peristiwa khusus yang memerlukan penjelasan
hukum Allah yang masih kabur bagi mereka. Kemudian mereka bertanya kepada Rasulullah
untuk mengetahui hukum islam mengenai hal tersebut. Maka Qur‟an turun untuk peristiwa
khusus itu atau untuk pertanyaan yang muncul dan hal seperti itulah yang dinamakan
asbabun-nuzul. Penjelasan lanjut mengenai itu akan kami bahas dalam beberapa pemaparan
materi.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Pedoman Mengetahui Asbabun Nuzul?
2. Apa Definisi dari Asbabun Nuzul?
3. Perlukah Mengetahui Asbabun Nuzul?
4. Beberapa Riwayat Mengenai Asbabun Nuzul?
5. Banyaknya Nuzul Dengan Satu Sebab?
6. Apa itu Munasabatul Ayat?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahui Pedoman Mengetahui Asbabun Nuzul.
2. Mengetahui Definisi dari Asbabun Nuzul.
3. Mengetahui Perlunya Mengetahui Asbabun Nuzul.
4. Mengetahui Beberapa Riwayat Mengenai Asbabun Nuzul.
5. Mengetahui Banyaknya Nuzul Dengan Satu Sebab.
6. Mengetahui Munasabatul Ayat.

3|ULUMUL QUR’AN- ASBABUN NUZUL


BAB II

PEMBAHASAN

1. Pedoman Mengetahui tentang Asbabun Nuzul

Pedoman dasar para ulama dalam menegetahui asbabun nuzul ialah riwayat sahih yang
berasal dari Rasulullah atau dari sahabat. Itu disebabkan pemberitahuan seorang sahabat
mengenai hal seperti itu, bila jelas maka hal itu bukan bukan sekedar pendapat tetapi ia
mempunyai hukum yang marfu‟ (disandarkan pada Rasulullah). Al-Wahidi mengatakan:
“tidak halal berpendapat mengenai asbabun nuzul Kitab kecuali berdasarkan riwayat atau
mendengar langsung dari orang-orang yang menyaksikan turunnya, mengetahui sebab-
sebabnya dan membahas tentang pengertiannya serta bersungguh-sungguh dalam
mencarinya.”1 Dan yang menjadi pegangan dalam asbabun nuzul adalah riwayat ucapan-
ucapan sahabat yang bentuknya seperti musnad yang secara pasti menunjukan asababun
nuzul.

2. Definisi Asbabun Nuzul

Kata asbabun nuzul terdiri atas dua kata yaitu asbab dan nuzul. Asbab adalah kata jamak
dari kata mufrad sabab yang secara etimologi berarti sebab, alasan, illat, sumber, asal, dan
jalan. Sedangkan yang dimaksud dengan nuzul adalah penurunan Al-Qur‟an dari Allah Swt.
Kepada Nabi Muhammad Saw. melalui perantaraan malaikat jibril. Oleh karena itu, istilah
lengkap asalnya ialah asbab/sababun nuzulil-Qur‟an yang berarti sebab-sebab turunnya Al-
Qur‟an. Namun dalam istilah teknis keilmuan lazim dikenal dengan sebutan asbabun nuzul
saja tanpa menyertakan kata Al-Qur‟an karena telah dikenal luas pengertian dan maksudnya.

Manna Al-Qathan mendefinisikan sababun nuzul adalah sesuatu yang dengan keadaan
sesuai itu Al-Qur‟an diturunkan pada waktu sesuatu itu terjadi seperti suatu peristiwa atau
pertanyaan. Sedangkan definisi sababun nuzul menurut Subhi as-Shalih adalah sesuatu yang
karena sesuatu itu menyebabkan satu atau beberapa ayat Al-Qur‟an diturunkan (dalam
rangka) mengcover, menjawab atau menjelaskan hukumnya di saat sesuatu itu terjadi2. Dari
kedua definisi yang dirumuskan oleh para ahli tersebut bisa disimpulkan bahwa

1
Manna’ Al-Qathan, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, terj. Mudzakir AS, Bogor: Penerbit Litera AmtarNusa, 2016,
hlm.104
2
Muhammad Amin Suma, Ulumul Qur’an, Jakarta: Rajawali Pers,2014, hlm.204-205

4|ULUMUL QUR’AN- ASBABUN NUZUL


asbab/sababun nuzul adalah sesuatu hal yang karenanya al-Qur‟an diturunkan untuk
menerangkan status hukumnya pada waktu hal itu terjadi, baik berupa peristiwa maupun
pertanyaan.3

3. Perlunya Mengetahui tentang Asbabun Nuzul


Menurut az zarqani urgensi mengenai asbabun nuzul dalam memahami Al-Qur‟an adalah
sebagai berikut:
a. Membantu dalam memahami sekaligus mengatasi ketidakpastian dalam menangkap
pesan ayat-ayat Al-Qur‟an, sebagaimana contohnya dalam Al-Qur‟an surah Al-
Baqarah ayat 115:

ُ ‫َو ِ هّلِلِ ْال َم ْش ِر ُق َو ْال َم ْغ ِر‬


‫ب‬

Artinya : Dan milik Allah timur dan barat.... (Q.S Al-Baqarah: 115)

Dalam kasus Sholat dengan melihat dzahir ayat tersebut, seseorang boleh menghadap ke
arah mana saja sesuai dengan kehendak hatinya. Ia seakan-akan tidak berkewajiban untuk
menghafal kiblat ketika shalat. Akan tetapi, setelah melihat Asbabun Nuzulnya, interpretasi
tersebut keliru sebab ayat tersebut berk aitan dengan seseorang yang sedang berada dalam
perjalanan dan melakukan shalat di atas kendaraan atau berkaitan dengan orang yang berjihad
dalam menentukan arah kiblat.

b. Mengatasi keraguan ayat yang diduga mengandung pengertian umum. Misalnya dalam
Al-Qur‟an surah Al-An‟am ayat 145:

ْ َ‫طا ِع ٍم ي‬
َ‫ط َع ُمهُ ِإ هَل أَ ْن يَ ُكون‬ َ ‫علَ ٰى‬َ ‫ي ُم َح هر ًما‬ ‫ي ِإلَ ه‬
َ ‫وح‬ ِ ُ ‫قُ ْل ََل أَ ِجدُ فِي َما أ‬
‫س أَ ْو ِف ْسقًا أ ُ ِه هل ِلغَي ِْر ه‬
ِ‫ّللا‬ ٍ ‫َم ْيتَةً أَ ْو دَ ًما َم ْسفُو ًحا أَ ْو لَ ْح َم ِخ ْى ِز‬
ٌ ‫ير فَإِوههُ ِر ْج‬
ٌ ُ ‫غف‬
‫ور َر ِحي ٌم‬ َ ‫غي َْر َباغٍ َو ََل‬
َ ‫عا ٍد فَإِ هن َرب َهك‬ ُ ‫ض‬
َ ‫ط هر‬ ْ ‫ِب ِه ۚ فَ َم ِه ا‬
Artinya : “Katakanlah: "Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaku,
sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu
bangkai, atau darah yang mengalir atau daging babi -- karena sesungguhnya semua itu kotor -

3
Op.cit., 107

5|ULUMUL QUR’AN- ASBABUN NUZUL


- atau binatang yang disembelih atas nama selain Allah. Barangsiapa yang dalam keadaan
terpaksa, sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka
sesungguhnya Tuhanmu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang".
Menurut as-Syafi‟i pesan ayat ini tidak bersifat umum. Untuk mengatasi kemungkinan
adanya keraguan dalam memahami ayat tersebut, asy-Syafi‟i menggunakan alat bantu
asbabun nuzul. Ayat ini menurutnya diturunkan sehubungan dengan orang-orang kafir yang
tidak mau memakan sesuatu, kecuali apa yang telah mereka halalkan sendiri. Karena
mengharamkan apa yang telah dihalalkan Allah dan menghalalkan apa yang diharamkan
Allah merupakan kebiasaan orang-orang kafir, terutama orang Yahudi maka turunlah ayat
tersebut.

c. Mengkhususkan hukum yang terkandung dalam ayat Al-Qur‟an, bagi ulama yang
berpendapat bahwa yang menjadi pegangan adalah sebab yang bersifat khusus bukan
lafaz yang bersifat umum. Sebagaimana ayat zihar dalam permulaan surah Al-
Mujadalah ayat 58 yang turun berkenaan dengan Aus ibnu Samit yang menzihar
istrinya (khaulah binti Hakim Ibnu Tsa‟labah), hanya berlaku bagi kedua orang
tersebut dan hukum zihar bagi selain kedua orang itu ditentukan dengan jalan analogi
atau qiyas.
d. Mengidentifikasi pelaku yang menyebabkan ayat Al-Qur‟an turun.
e. Memudahkan untuk menghafal dan memahami ayat serta untuk memantapkan wahyu
ke dalam hati orang yang mendengarnya. Karena hubungan sebab akibat(musabbab),
hukum, peristiwa pelaku, masa dan tempat merupakan satu jalinan yang bisa mengikat
hati4
4. Riwayat-Riwayat Mengenai Sebab nuzul
Terkadang terdapat banyak riwayat mengenai sebab nuzul suatu ayat. Dalam keadaan
demikian maka sikap seorang mufasir terhadap hal tersebut adalah:
1. Apabila bentuk-bentuk redaksi riwayat itu tidak tegas, seperti” ayat ini turun mengenai
urusan ini,” atau “aku mengira ayat ini turun mengenai urusan ini,” maka dalam hal ini
tidak ada kontradiksi di antara riwayat-riwayat itu, sebab maksud riwayat-riwayat
tersebut adalah penafsiran dan penjelasan bahwa hal itu termasuk kedalam makna ayat
dan disimpulkan darinya, bukan menyebutkan sebab nuzul kecuali bila ada indikasi
pada salah satu riwayat bahwa maksudnya adalah penjelasan sebab nuzul.

4
Rosihon Anwar, Pengantar Ulumul Qur’an (edisi revisi), Bandung: Pustaka Setia, 2018, hlm. 158-161

6|ULUMUL QUR’AN- ASBABUN NUZUL


2. Apabila salah satu bentuk redaksi riwayat itu tidak tegas,misalnya “Ayat ini turun
mengenai urusan ini,” sedang riwayat lain menyebutkan sabab nuzul dengan tegas
yang berbeda dengan riwayat berbeda dengan riwayat pertama, maka yang menjadi
pegangan adalah riwayat yang menyebutkan sebab nuzul secara tegas dan riwayat
yang lain dipandang termasuk di dalam hukum ayat.
3. Apabila riwayat itu banyak dan semuanya menegaskan sebab nuzul, sedang salah satu
riwayat diantaranya itu sahih, maka yang menjadi pegangan adalah riwayat yang sahih.
4. Apabila riwayat-riwayat itu samasama shahih namun terdapat sgi yang memperkuat
salah satunya, seperti kehadiran perawi dalam kisah tersebut atau salah satu dari
riwayat-riwayat itu lebih shahih, maka riwayat yang lebih kuat itulah yang
didahulukan.
5. Apabila riwayat-riwayat tersebut sama kuat, maka riwayat-riwayat itu dipadukan atau
dikompromikan bila mungkin hingga dinyataka bahwa ayat tersebut turun setelah
terjadi dua buah sebab atau lebih karena jarak waktu diantara sebab-sebab itu
berdekatan.
6. Bila riwayat-riwayat itu tidak bisa dikompromikan karena jarak waktu anara sebab-
sebab tesebut berjauhan, maka hal yang demikian dipandang sebagai banyak dan
berulangnya nuzul.

5. Banyaknya Nuzul dengan Satu Sebab

Terkadang banyak ayat yang turun, sedang sebabnya hanya satu. Dalam hal ini tidak ada
permasalahan yang cukup penting karena itu banyak ayat yang turun di dalam berbagai surah
berkenaan dengan satu peristiwa. Sebagaimana contohnya ialah apa yang diriwayatkan oleh
Sa‟id Bin Mansur, „Abdurrazaq, Tirmizi, Ibnu Jarir, Ibnul Munzir, Ibnu Abi Hatim, Tabrani,
Hakim yang mengatakan sahih, dari Ummu Salamah, ia berkata:

" Rasulullah, aku tidak mendengar Allah menyebutkan kaum perempuan sedikit pun
mengenai hijrah. Maka Allah menurunkan: Makah Tuhan Mereka memperkenankan
permohonannya (dengan berfirman), "Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakakan amal
orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki maupun perempuan, (karena) sebagian
kamu adalah (keturunan) dari sebagian yang lain...". (Ali „Imran/3: 195)

7|ULUMUL QUR’AN- ASBABUN NUZUL


Diriwayatkan pula oleh Ahmad, Nasa'i, Ibnu Jarir, Ibnul Mundzir, Tabarani, dan Ibnu
Mardawaih dari Umm Salamah yang mengatakan.

"Aku telah bertanya, Rasulullah, mengapa kami tidak disebutkan dalam Qur'an seperti kaum
laki - laki? maka pada suatu hari aku dikejutkan oleh seruan Rasulullah di atas mimbar. Ia
membacakan: Sungguh laki-laki dan perempuan muslim... Sampai akhir ayat 35 surah al-
Ahzab/33.”

Diriwayatkan pula oleh Hakim dari Ummu Salamah yang mengatakan:

" Kaum laki-laki berperang sedang perempuan tidak. Di samping itu kami hanya memperoleh
warisan setengah bagian? Maka Allah menurunkan ayat: Dan janganlah kamu iri hati
terhadap karunia yang telah dilebihkan Allah kepada sebagian kamu atas sebagian yang
lain. (Karena) bagi laki-laki ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan bagi
perempuan (pun) ada bagian dari apa yang mereka usahakan... (an-Nisa'/4: 32) dan ayat:
Sungguh, laki-laki dan perempuan muslim..."

Ketiga ayat tersebut turun dengan satu sebab5

6. Munasabatul Ayat

Seperti halnya pengetahuan tentang asbabun nuzul yang mempunyai pengaruh dalam
memahami makna dan menafsirkan ayat, maka pengetahuan tentang munasabah atau korelasi
ayat dengan ayat dan surah dengan surah juga membantu dalam pentakwilan dan pemahaman
ayat dengan baik dan cermat.

Munasabah dalam pengertian bahasa bermakna kedekatan (muqarabah). Apabila kita


mendengar ungkapan fulan yunasib bi fulan, maksudnya ada kemiripan antara kedua fulan itu
sehingga sulit membedakannya.6 Namun yang dimaksud munasabah disini adalah segi-segi
hubungan antara satu kalimat dengan kalimat lain dalam satu ayat, antara satu ayat dengan
ayat lain dalam banyak ayat, atau antara satu surah dengan surah yang lain. Pengetahuan
tentang munasabah ini sangat bermanfaat dalam memahami keserasian antar makna, mukjizat

5
Manna’ Al-Qathan, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, terj. Mudzakir AS, Bogor: Penerbit Litera AmtarNusa, 2016,
hlm.131-132
6
Op.Cit., hlm 181

8|ULUMUL QUR’AN- ASBABUN NUZUL


Qur‟an secara retorik, kejelasan keterangannya, keteraturan susunan kalimatnya dan
keindahan gaya bahasanya.

Pengetahuan mengenai korelasi dan hubungan antara ayat-ayat itu bukanlah hal yang
taukifi tetapi didasarkan pada ijtihad seorang mufasir dan tingkat penghayatannya terhadap
kemukjizatan Al-Qur‟an, rahasia retorika, dan segi keterangannya yang mandiri. Apabila
korelasi itu halus maknanya harmonis konteksnya dan sesuai dengan asas-asas kebahasaan
dalam ilmu-ilmu bahasa arab maka korelasi tersebut dapat diterima. Hal yang demikian itu
tidak berarti bahwa seorang mufasir harus mencari kesesuaian bagi setiap ayat, karena Al-
Qur‟anul Karim turun secara bertahap sesuai dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi.
Seorang mufasir terkadang dapat menemukan hubungan antara ayat-ayat dan terkadang pula
tidak. Oleh sebab itu, ia tidak perlu memaksakan diri untuk menemukan kesesuaian itu, sebab
kalau memaksakannya juga maka kesesuaian itu hanyalah dibuat-buat dan hal tersebut pun
tidak disukai.7

7
Manna’ Al-Qathan, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, terj. Mudzakir AS, Bogor: Penerbit Litera AmtarNusa, 2016,
hlm.137

9|ULUMUL QUR’AN- ASBABUN NUZUL


BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Setelah melihat beberapa pembahasan mengenai asabun nuzul kita bisa mengambil
kesimpulan bahwa ilmu asbabun nuzul sangat penting bagi mufasir dalam menafsirkan ayat
al-Qur‟an.

2. Saran

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan

kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, kepada para pembaca dan dosen pengajar

materi ini, dengan tangan terbuka penulis menerima segala saran dan kritik yang bersifat

membangun demi melengkapi dan memperbaiki pada karya tulis ilmiah yang akan datang.

10 | U L U M U L Q U R ’ A N - A S B A B U N N U Z U L
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qathan, Manna Khalil, 2016. Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, Terjemahan Mudzakir AS, Bogor:
Penerbit Litera AntarNusa.

Anwar, Rosihon, 2018. Pengantar Ulumul Qur’an (edisi revisi), Bandung: Pustaka Setia

Suma, Muhammad Amin, 2014. Ulumul Qur’an, Jakarta: Rajawali Pers

Hermawan, Acep, 2013, ‘Ulumul Qur’an Ilmu untuk memahami wahyu, Bandung: PT
Remaja Rosdakarya

11 | U L U M U L Q U R ’ A N - A S B A B U N N U Z U L

Anda mungkin juga menyukai