Anda di halaman 1dari 2

Tata Laksana Kehamilan dengan Preeklampsia

Sebagai bagian dari pemeriksaan antenatal, dalam melakukan anamnesis harus didapatkan data
ibu hamil mengenai faktor risiko yang berkaitan dengan preeklampsia. Pertanyaan tersebut
meliputi riwayat obstetri, terutama riwayat hipertensi atau preeklampsia pada kehamilan
sebelumnya. Penyakit lain yang dapat meningkatkan risiko terjadinya preeklampsia adalah
diabetes mellitus, penyakit vaskuler dan jaringan ikat, nefropati, dan sindrom antifosfolipid
antibodi.
Pada setiap kunjungan ibu dalam pemeriksaan antenatal, pengukuran tekanan darah harus selalu
dilakukan dengan sebelumnya memberi waktu kepada ibu untuk beristirahat paling tidak selama
10 menit. Tinggi fundus uteri juga diperiksa karena tinggi fundus uteri yang tidak sesuai dengan
usia kehamilan dapat mengindikasikan pertumbuhan janin yang terhambat. Edema wajah dan
peningkatan berat badan yang sangat cepat juga harus mendapatkan perhatian lebih, karena
retensi cairan berasosiasi erat dengan preeklampsia23. Jika pada ibu ditemukan gejala
preeklampsia ringan, maka manajemen yang dilakukan adalah meminta pasien untuk istirahat
yang cukup serta melakukan monitoring tekanan darah dan protein pada urin pasien secara rutin.
Pasien mendapatkan edukasi mengenai gejala preeklampsia berat seperti nyeri epigastrik dan
gangguan penglihatan, agar jika gejala tersebut dialami oleh pasien, pasien diharapkan untuk
segera melapor ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat. Obat antihipertensif tidak diberikan
kecuali tekanan darah diastolik pasien mencapai 100 mmHg dan usia kehamilan ≤30 minggu.
Tujuan dari manajemen preeklampsia berat adalah (1) mencegah terjadinya kejang, (2)
mengontrol tekanan darah ibu, (3) menginisiasi persalinan. Persalinan merupakan terapi definitif
jika preeklampsia terjadi pada usia kehamilan ≥36 minggu atau jika ditemukan bukti maturitas
dari paru janin atau gawat janin. Sedangkan untuk usia kehamilan <36 minggu, untuk
mengantisipasi persalinan prematur, ibu harus dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan yang
memiliki alat kesehatan yang memadai sehingga pada saat bayi lahir, bayi tersebut dapat
langsung mendapatkan perawatan intensif di bagian neonatal intensive care unit (NICU)12.
Untuk mencegah terjadinya kejang, administrasi intra muskular magnesium sulfat 40% sebanyak
10 gram dengan syarat (1) refleks tendo lutut positif, (2) tersedia glukonas kalsikus/kalsium
klorida, (3) respiratory rate ≥16 kali per menit, (4) diuresis ≥100 cc per jam. Di sisi lain,
magnesium sulfat juga berguna untuk menurunkan mortalitas serta morbiditas maternal dan
perinatal pada kasus preeclampsia.

Pencegahan

Pencegahan merupakan cara untuk mencegah terjadinya preeclampsia pada wanita hamil yang
mempunyai risiko terjadinya preeklampsia. Pencegahan dapat dilakukan dengan non medikal
dan medikal. Sampai saat ini belum ada metode yang dapat dikatakan efektif dalam mencegah
risiko preeklampsia. Hal ini disebabkan oleh karena etiologi dan patogenesis penyakit ini belum
sepenuhnya dapat dijelaskan.13,28 Pada dasarnya upaya pencegahan penyakit preeklampsia
melalui 3 tahapan, yaitu:28
1. Pencegahan Primer, yaitu upaya untuk menghindari terjadinya penyakit dengan
mengetahui penyebab jelas sehingga memungkikan untuk menghindari dan mengkontrol
penyebab-penyebab tersebut. Hingga saat ini penyebab pasti terjadinya preeklampsia
masih belum diketahui sehingga pencegahan primer yang efektif sulit dilakukan pada
tahap ini. Sampai saat ini terdapat berbagai temuan biomarker yang dapat digunakan
untuk meramalkan kejadian preeklampsia, namun belum ada tes yang memiliki sesitivitas
dan spesifitas yang tinggi. Butuh serangkaian pemeriksaan yang kompleks agar dapat
meramalkan suatu kejadian preeklampsia. Dengan dapat mengidentifikasi faktor risiko
preeklampsia dan mengkontrolnya memungkinkan dilakukan pencegahan primer.
2. Pencegahan sekunder, yaitu upaya mendeteksi adanya kelainan yang belum memberikan
gejala klinik namun sudah terjadi proses patobiologis awal akibat penyakit ini sehingga
dapat mencegah berkembang dan memberatnya penyakit
3. Pencegahan tersier yaitu upaya penanggulangan penyakit yang udah disertai gejala klinis
dengan tujuan mencegah terjadinya komplikasi yang berakibat semakin parahnya
penyakit tersebut

Anda mungkin juga menyukai