Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
DISUSUN OLEH:
1
PENGESAHAN
Laporan Praktek Industri Perapotekan ini telah disetujui dan disahkan pada :
Hari :
Tanggal :
Mengetahui
Direktur Politeknik Indonusa Surakarta
Ir.Suci Purwandari.,MM
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Swt atas rahmat dan hidayah Nya sehingga
kami dapat melaksanakan Praktek Industri Perapotekan di Apotek Kimia Farma
dengan baik dan lancar. Praktek Industri Perapotekan ini diselenggarakan dalam
rangka memberikan bekal pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman dalam
pengolahan Apotek kepada siswa serta meningkatkan kemampuan dalam
mengabdikan profesinya kepada masyarakat.
Alhamdulillah Peraktek Industri Perapotekan ini dapat di laksanakan
dengan baik dan lancar maka pada kesempatan ini penyusun mengucapkan
banyak-banyak terima kasih kepada :
1. Ibu Ir.Suci Purwandari MM selaku Direktur Politeknik Indonusa
Surakarta.
2. Ibu Umi Nafisah.,S.Farm,Apt sebagai Kaprodi Farmasi Politeknik
Indonusa Surakarta.
3. Ibu Praptanti Sinung Adi N, M.Sc,. sebagai dosen pembimbing Praktek
Industri Perapotekan.
4. Ricky U Marpaung S.Farm,Apt selaku Apoteker Pengelola Apotek (APA)
di Apotek Kimia Farma.
5. Segenap Tenaga Teknis Kefarmasian dan Karyawan Apotek Kimia Farma
yang telah memberikan bantuan selama berlangsung.
6. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu demi satu yang telah
membantu dalam pelaksanaan dan penyusunan laporan ini.
Kami menyadari bahwa laporan ini banyak kekurangannya, saran dan kritik kami
harapkan. Semoga laporan ini bisa bermanfaat bagi pembacanya dan semua pihak
yang membutuhkan dalam peningkatan wawasan keterampilan perapotekan.
3
DAFTAR ISI
Pengesahan ..................................................................................................... 2
Kata pengantar ............................................................................................... 3
Daftar isi ......................................................................................................... 4
Bab I ............................................................................................................... 6
Pendahuluan .....................................................................................................
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 6
1.2 Tujuan Praktek industri Perapotekan ................................................ 7
1.3 Manfaat Praktek industri Perapotekan .............................................. 7
Bab II.............................................................................................................. 8
Tinjauan Pustaka ............................................................................................ 8
1.1 Pengertian Apotek .............................................................................. 8
1.2 Tujuan Dan Fungsi Apotek ................................................................ 9
1.3 Ketentuan Umum Perundang-Undangan Apotek............................... 9
1.4 Personalia Apotek ............................................................................ 16
4
4.5.1.5 Penataan Dan Penyimpanan Obat ................................................ 43
4.5.2 Kegiatan Pelayanan Kefarmasian ....................................................... 43
4.5.2.1 Pelayanan Non Resep ....................................................................... 43
4.5.2.2 Pelayanan Resep............................................................................... 46
4.5.2.3 Pelayanan KIE .................................................................................. 47
Bab V. Kesimpulan Dan Saran .................................................................... 50
Daftar Pustaka .............................................................................................. 51
Lampiran ...................................................................................................... 52
5
BAB I
PENDAHULUAN
6
Untuk menjadi seorang farmasis yang handal dan profesional,para
farmasis perlu meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kemampuannya
di bidang farmasi. Pengetahuan dalam hal pengelolaan Apotek yang dimiliki
tidak hanya sebatas pada pengetahuan obat-obatan saja melainkan juga
termasuk pemahaman tentang keterampilan manajemen Apotek.
7
3. Memberikan seperangkat kemampuan kepada mahasiswa berkenaan
dengan aktivitas nyata pada dunia kerja dan mendapat pengalaman
mengenai pekerjaan kefarmasian di Apotek.
4. Memberi kesempatan kepada calon Tenaga Teknis Kefarmasian untuk
mempelajari strategi dan tindakan yang dapat dilakukan dalam rangka
pengembangan praktek farmasi komunitas di Apotek.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.1.Pengertian Apotek
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun
2009 Pasal 1 ayat 13 tentang pekerjaan kefarmasian, Apotek adalah sarana
pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh Apoteker.
Apotek merupakan salah satu tempat penyaluran sediaan farmasi dan
perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat (pasien).
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
1332/ MENKES / SK / X / 2002 Apotek merupakan suatu tempat tertentu
untuk melakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran obat kepada
masyarakat. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 992/ MENKES /
PER / X / 1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek,
yang dimaksud dengan Apotek adalah suatu tempat, tertentu tempat
dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran perbekalan farmasi kepada
masyarakat. Izin Apotek diberikan oleh Menteri yang melimpahkan
wewenang pemberian izin Apotek kepada Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten / Kota, dan akan melaporkan pelaksanaan pemberian izin,
pembekuan izin, pencairan izin, dan pencabutan izin Apotek sekali setahun
kepada Menteri dan tembusan disampaikan kepada Dinas Kesehatan
Provinsi.
Sejak di berlakukannya sistem jaminan kesehatan nasional pada
tanggal 1 Januari 2014, keluhan dari pasien JKN tentang pelayanan kesehatan
yang berkaitan dengan pelayanan obat masih banyak ditemukan.
Menurut kompasiana, beberapa keluhan tersebut diantaranya seperti:
“Obat yang diberikan serta tindakan yang tidak bagus sehingga mereka merasa
tidak dihargai”, “Obat tidak tersedia alias abis, mesti beli di Apotek”, ”nunggu
lama banget” atau “sulit rujukan dari PPK 1, sedangkan obat di puskesmas
9
tidak ada” (Kompasiana, 2014). PPK yang dimaksud adalah pemberi pelayanan
kesehatan, baik itu rumah sakit, puskesmas, ataupun praktek dokter keluarga.
Melihat banyaknya keluhan-keluhan dari pasien peserta JKN tersebut
maka kita sebagai TTK harus mengupayakan palayanan yang professional
untuk menunjang kepuasan pasien peserta JKN khususnya pasien rawat jalan
pada fasilitas kesehatan tingkat pertama dan Apotek jejaring terkait dengan
pelayanan kefarmasian.
Tugas dan fungsi Apotek berdasarkan PP No. 51 Tahun 2009 tersebut sangat
jelas mengacu pada kewajiban Apotek kepada setiap orang sehingga tercipta
kenyamanan dalam pelayanan obat. Melalui adanya peraturan ini diharapkan
fungsi Apotek dapat menjadi lebih maksimal dalam meningkatkan taraf
kesehatan masyarakat.
10
Kefarmasian;
Mengingat :
1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945.
2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran
Negara Tahun1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3495).
Memutuskan:
Menetapkan :
Peraturan Pemerintah Tentang Pekerjaan Kefarmasian.
Bab I Ketentuan Umum
Pasal 1
Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:
1. Pekerjaan Kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu
Sediaan Farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi
atau penyaluranan obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep
dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat
dan obat tradisional.
2. Sediaan Farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetika.
3. Tenaga Kefarmasian adalah tenaga yang melakukan Pekerjaan
Kefarmasian, yang terdiri atas Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian.
4. Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung
jawab kepada pasien yang berkaitan dengan Sediaan Farmasi dengan
maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan
pasien.
5. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai Apoteker dan
telah mengucapkan sumpah jabatan Apoteker.
6. Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu Apoteker
dalam menjalani Pekerjaan Kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi,
11
Ahli Madya Farmasi, Analis Farmasi, dan Tenaga Menengah
Farmasi/Asisten Apoteker.
7. Fasilitas Kesehatan adalah sarana yang digunakan untuk
menyelenggarakan pelayanan kesehatan.
8. Fasilitas Kefarmasian adalah sarana yang digunakan untuk melakukan
Pekerjaan Kefarmasian.
9. Fasilitas Produksi Sediaan Farmasi adalah sarana yang digunakan untuk
memproduksi obat, bahan baku obat, obat tradisional, dan kosmetika.
10. Fasilitas Distribusi atau Penyaluran Sediaan Farmasi adalah sarana yang
digunakan untuk mendistribusikan atau menyalurkan Sediaan Farmasi,
yaitu Pedagang Besar Farmasi dan Instalasi Sediaan Farmasi.
11. Fasilitas Pelayanan Kefarmasian adalah sarana yang digunakan untuk
menyelenggarakan pelayanan kefarmasian, yaitu Apotek, instalasi farmasi
rumah sakit, puskesmas, klinik, toko obat, atau praktek bersama.
12. Pedagang Besar Farmasi adalah perusahaan berbentuk badan hukum yang
memiliki izin untuk pengadaan, penyimpanan, penyaluran perbekalan
farmasi dalam jumlah besar sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
13. Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek
kefarmasian oleh Apoteker.
14. Toko Obat adalah sarana yang memiliki izin untuk menyimpan obat-obat
bebas dan obat-obat bebas terbatas untuk dijual secara eceran.
15. Standar Profesi adalah pedoman untuk menjalankan praktik profesi
kefarmasian secara baik.
16. Standar Prosedur Operasional adalah prosedur tertulis berupa petunjuk
operasional tentang Pekerjaan Kefarmasian.
17. Standar Kefarmasian adalah pedoman untuk melakukan Pekerjaan
Kefarmasian pada fasilitas produksi, distribusi atau penyaluran, dan
pelayanan kefarmasian.
18. Asosiasi adalah perhimpunan dari perguruan tinggi farmasi yang ada di
Indonesia.
12
19. Organisasi Profesi adalah organisasi tempat berhimpun para Apoteker di
Indonesia.
20. Surat Tanda Registrasi Apoteker selanjutnya disingkat STRA adalah bukti
tertulis yang diberikan oleh Menteri kepada Apoteker yang telah
diregistrasi.
21. Surat Tanda Registrasi Tenaga Teknis Kefarmasian selanjutnya disingkat
STRTTK adalah bukti tertulis yang diberikan oleh Menteri kepada Tenaga
Teknis Kefarmasianyang telah diregistrasi.
22. Surat Izin Praktik Apoteker selanjutnya disingkat SIPA adalah surat izin
yangdiberikan kepada Apoteker untuk dapat melaksanakan Pekerjaan
Kefarmasian pada Apotek atau Instalasi Farmasi Rumah Sakit.
23. Surat Izin Kerja selanjutnya disingkat SIK adalah surat izin yang diberikan
kepadaApoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian untuk dapat
melaksanakan Pekerjaan Kefarmasian pada fasilitas produksi dan fasilitas
distribusi atau penyaluran.
24. Rahasia Kedokteran adalah sesuatu yang berkaitan dengan praktek
kedokteran yang tidak boleh diketahui oleh umum sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangundangan.
25. Rahasia Kefarmasian adalah Pekerjaan Kefarmasian yang menyangkut
proses produksi, proses penyaluran dan proses pelayanan dari Sediaan
Farmasi yang tidak boleh diketahui oleh umum sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangundangan.
26. Menteri adalah menteri yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang
kesehatan.
a. Bahwa kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur
kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa
13
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
14
1. Perkara penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor
Narkotika, termasuk perkara yang didahulukan dari perkara lain untuk
diajukan ke pengadilan guna penyelesaian secepatnya.
2. Proses pemeriksaan perkara tindak pidana Narkotika dan tindak pidana
Prekursor Narkotika pada tingkat banding, tingkat kasasi, peninjauan
kembali, dan eksekusi pidana mati, serta proses pemberian grasi,
pelaksanaannya harus dipercepat sesuai dengan peraturan Perundang-
Undangan.
C. Undang-undang No.5 Tahun 1997 tentang Psikotropika.
15
lima puluh juta rupiah). ("Undang-undang tentang narkotika &
psikotropika : dilengkapi dengan UU RI no. 5 tahun 1997,
psikotropika, keputusan Kepala BPOM tahun) 2002, peraturan
Menteri Kesehatan RI tahun 1997, UU RI no. 7 tahun 1997, UU RI
no. 8 tahun 1997.").
D. Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan
Kefarmasian. (Soekamto, Soerjono. Aspek Hukum Apotek dan
Apoteker.Jakarta: Mandar Maju, 1990)
E. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
889/MENKES/PER/V/2011 tentang Registrasi, Izin Praktik, dan Izin
Kerja Tenaga Kefarmasian. (Peraturan Menteri Kesehatan RI tentang
Ketentuan dan Tata Cara Pemberian izin Apotek, Permenkes Nomor
922 /MENKES /PER /X /1993).
F. Peraturan Pemerintah No. 41 tahun 1990 tentang Masa Bakti
Apoteker, yang disempurnakan dengan Peraturan Menteri Kesehatan
No.184/MENKES/PER/II/1995. (Peraturan menteri Kesehatan RI
tentang Penyempurnaan Pelaksanaan Masa Bakti dan Izin Kerja
Apoteker, Permenkes Nomor 184 / MENKES / PER /II / 1995).
G. Peraturan Pemerintah No.25 tahun 1980 tentang Perubahan atas PP
No.26 Tahun 1965 mengenai Apotek.
H. Peraturan Menteri Kesehatan No.922/MENKES/PER/X/1993 tentang
Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. (Peraturan Menteri
Kesehatan RI tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian izin
Apotek, Permenkes Nomor 922 /MENKES /PER /X /1993).
I. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1332/MENKES/
SK/X/2002 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No.922/MENKES/PER/X/1993 tentang Ketentuan
dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. (Peraturan Menteri Kesehatan
RI tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian izin Apotek,
Permenkes Nomor 922 /MENKES /PER /X /1993).
16
J. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1027/MENKES/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Apotek.( Hartini, Yustina Sri dan Sulasmono. Apotek,
cet.3. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma, 2010).
K. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 35 Tahun
2016 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 35
Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek.
Pasal 2
Pengaturan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek bertujuan
untuk:
a. Meningkatkan mutu Pelayanan Kefarmasian;
b. Menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian;
dan
c. Melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan
Obat yang tidak rasional dalam rangka keselamatan
pasien (patient safety).
2. Pasal 3
(1) Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek meliputi standar:
a. pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai; dan
b. pelayanan farmasi klinik.
L. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2014 Tentang
Tenaga Kesehatan.
Pemerintah telah mengeluarkan UU No. 36 tahun 2014 Tentang
Tenaga Kesehatan. Banyak perubahan yang menyangkut Tenaga
Kesehatan pada UU yang baru ini, di antaranya menyangkut posisi
Asisten Apoteker di pelayanan kefarmasian, UU Tenaga Kesehatan
yang baru ini mendefinisikan Tenaga Kesehatan sebagai setiap orang
yang mengabadikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki
pengetahuan dan/ atau keterampilan melalui pendidikan di bidang
17
kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk
melakukan upaya kesehatan.
Tenaga Kesehatan dikelompokkan ke dalam tenaga medis (dokter,
dokter gigi, dokter spesialis dan dokter gigi spesialis), tenaga psikologi
klinis, tenaga keperawatan, tenaga kebidanan, tenaga kefarmasian,
Tenaga Kesehatan masyarakat, Tenaga Kesehatan lingkungan, tenaga
gizi, tenaga keterapian fisik, tenaga keteknisan medis, tenaga teknik
biomedika, Tenaga Kesehatan tradisional , dan Tenaga Kesehatan lain.
Untuk setiap orang yang mengabadikan diri dalam bidang kesehatan
serta memiliki pengetahuan dan/ atau ketrampilan melalui pendidikan
bidang kesehatan namun pendidikannya di bawah jenjang diploma
tiga disebut Asisten Tenaga Kesehatan. Asisten Tenaga Kesehatan
tersebut hanya dapat bekerja di bawah supervisi Tenaga Kesehatan.
Asisten Apoteker yang lulus SMK Farmasi dengan demikian
dikelompokkan sebagai Asisten Tenaga Kesehatan. Tenaga Kesehatan
yang termasuk dalam kelompok tenaga kefarmasian menurut UU
Tenaga Kesehatan ini adalah Apoteker dan Tenaga Teknis
Kefarmasian (Diploma D3). Tenaga teknis kefarmasian meliputi
Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Dan Analis Farmasi.
Menurut UU No. 36 tahun 2014 Tentang Tenaga Kesehatan, posisi
Asisten Apoteker berubah. Asisten Apoteker tidak lagi disebut
Tenaga Kesehatan tetapi masuk sebagai Asisten Tenaga Kesehatan.
Asisten Apoteker tidak dimasukkan tenaga kesehatan karena
pendidikannya di bawah D3. Karena bukan Tenaga Kesehatan
konsekuensinya Asisten Apoteker tidak dapat memperoleh Surat
Tanda Registrasi (STR) Tenaga Kesehatan. Penjelasan pasal 11 ayat 6
Draft UU Tenaga Kesehatan menyebut Tenaga Teknis Kefarmasian
meliputi Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Dan Analis Farmasi.
Karena tidak termasuk Tenaga Teknis Kefarmasian, Asisten Apoteker
tidak perlu lagi mengurus STRTTK dan SIKTTK apabila bekerja di
Apotek.
18
1.4 Personalia di Apotek
Personalia di Apotek sebaiknya terdiri dari :
1. Apoteker Pengelola Apotek (APA)
19
h. Memeriksa kembali resep-resep yang telah dilayani, dan laporan-
laporan obat yang ditandatangani.
i. Memberikan informasi dan konseling obat kepada pasien.
20
3. Pencatatan dan pembuatan laporan keluar masuknya obat-
obatan.
4. Penyusunan resep-resep menurut nomor urut dan tanggal yang
dibendel menjadi satu dan penyimpanannya.
5. Pemeliharaan kebersihan ruang peracikan dan lemari obat.
6. Penyusunan obat-obat dan pencatatan obat dengan adanya
kartu agar rapi.
7. Pemeliharaan kebersihan gudang, rak obat, serta penyusunan
obat plus kartu stok yang rapi, dan pengontrolannya.
8. Melakukan kegiatan administrasi dengan menggunakan
komputer.
B. Dalam hal darurat dapat menggantikan tugas APA dan APING
apabila APA berhalangan hadir, yaitu dalam hal penerimaan resep
dan pemberian obat, memberikan layanan informasi, konseling,
edukasi dan monitoring obat serta mengontrol dan mengawasi
kinerja bawahannya.
21
c. Mengumpulkan, menyusun, dan menyimpan semua resep-resep yang
masuk.
d. Mengantar obat kepada pasien.
Obat yang dapat dibeli dengan bebas dan tidak membahayakan bagi si
pemakai dalam batas dosis yang dianjurkan dan diberi tanda lingkaran bulat
berwarna hijau dengan garis tepi hitam.
Penandaan obat bebas diatur berdasarkan S.K MenKes RI Nomor
2380/A/SK/VI/1983 tentang tanda khusus untuk obat bebas.
Misalnya : panadol, paracetamol, sanmol, mylanta, mecodiar dll.
Obat keras yang dapat diserahkan tanpa resep dokter dalam bungkus
aslinya dari produsen / pabriknya dan diberi tanda bulat berwarna biru dengan
garis tepi hitam serta diberi peringatan (P no. 1 s/d P no.6) seperti berikut ini:
Misalnya : mixagrip, orphen, miconazole, combantrin, bodrex, dll.
22
Penandaan obat bebas terbatas diatur berdasarkan S.K MenKes RI
No.2380/ A/ SK/ VI/ 1983 tentang tanda khusus untuk obat bebas terbatas.
Obat Keras
23
Berdasarkan Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia No.02396/ A/
SK/ VIII/ 1986 tentang tanda khusus obat keras Daftar “G” adalah “Lingkaran
bulat berwarna merah dengan garis tepi berwarna hitam dengan huruf K yang
menyentuh garis tepi”.
Misalnya : yusimox, amoxicillin, sanprima, aciclovir, ambroxol, dll.
Psikotropika
Obat yang mempengaruhi proses mental, merangsang, atau
menenangkan, mengubah pikiran, perasaan, atau kelakuan orang.
Misalnya : golongnan ekstasi, diazepam, barbital atau luminal.
Narkotika
Obat yang diperlukan dalam bagian pengobatan dan IPTEK yang dapat
menimbulkan ketergantungan dan ketagihan (adiksi) yang ssangat merugikan
masyarakat dan individu jika digunakan tanpa pembatasan dan pengawasan
dokter.
Misalnya : Candu/opium, morfin, petidin, metadon, kodein, dll
Obat Wajib Apotek (OWA)
Obat Wajib Apotek (OWA) adalah obat yang dapat diserahkan tanpa
resep dokter oleh Apoteker di Apotek.
Penandaan obat wajib Apotek pada dasarnya adalah obat keras maka
penandaanya sama dengan obat keras. Berdasarkan Keputusan Mentri
Kesehatan Republik Indonesia No.02396/ A/ SK/ VIII/ 1986, tanda khusus
untuk obat keras daftar G adalah berupa lingkaran bulat berwarna merah
dengan garis tepi berwarna hitam dengan huruf “K” yang menyentuh garis
tepi.
24
Tanda khusus harus diletakan sedemikian rupa sehingga jelas terlihat dan
mudah dikenal. Tanda khusus untuk obat keras adalah sebagai berikut:
Obat Wajib Apotek (OWA) adalah obat yang dapat diserahkan tanpa
resep dokter oleh Apoteker di Apotek.
Misalnya : Asam mefenamat, dexchlorpheniramine maleat dan bromhexine.
Obat Generik
Obat yang penamaannya didasarkan pada zat aktif yang terdapat pada
obat tersebut dan mempergunakan merek dagang.
Misalnya : Asam mefenamat, amoxicillin, metronidazole, parasetamol.
Obat Generik Berlogo (OGB)
Obat esensial yang tercantum dalam daftar obat esensial (DOEN) yang
mutunya terjamin karena diproduksi sesuai dengan persyaratan cara
pembuatan obat yang baik (CPOB) dan diuji ulang oleh Pusat Pemeriksa Obat
dan Makanan Departemen Kesehatan.
Misalnya :dexanta, soldextam, kalmethason, microginon, imunos dll.
Obat Paten
Obat paten adalah obat yang menggunakan merek atau nama dagang
tertentu
Misalnya : mycoral, mefinal, ketekonazole, captopril, cefadroxil, dll.
Jamu
25
Bahan atau ramuan bahan yang merupakan bahan tumbuhan, bahan
hewan, bahan mineral sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan
tersebut yang secara turun - temurun telah digunakan untuk pengobatan
secara pengalaman.
Fitofarmaka
26
BAB III.
KEGIATAN PRAKTEK INDUSTRI PERAPOTEKAN
DI APOTEK KIMIA FARMA SURAKARTA
27
Sabtu Siang Mengerjakan resep melayani pasien.
jam 14.30-21.30
26/8/2017
Senin Pagi Menyetok, mengerjakan resep.
jam 07.30-14.30
28/8/2017
Selasa Pagi Mengerjakan resep, melayani pasien.
jam 07.30-14.30
29/8/2017
Rabu Pagi Menyetok, membantu HV melayani resep,
jam 07.30-14.30
30/8/17 mengerjakan resep.
Kamis Pagi Mengerjakan resep, melayani pasien.
jam 07.30-14.30
31/8/17
Jum’at Pagi Menyetok, melayani resep, belajar program
jam 07.30-14.30
1/9/17 Apotek Bunda, mencatat obat yang mendekati
ED.
Minggu Pagi Mengerjakan resep setelah selesai, mempelajari
jam 07.30-14.30
3/9/17 SOP bagian ED, melayani pasien.
Senin Siang Menyetok, membantu HV melayani resep
jam 14.30-21.30
4/9/17 mengerjakan resep.
Mencocokan hasil kartu stok dengan stok fisik
obat.
Selasa Siang Mengerjakan resep, belajar tentang faktur,
jam 14.30-21.30
5/9/17 swamedikasi pasien.
Rabu Siang Menyetok, membantu HV melayani resep.
jam 14.30-21.30
6/9/17
Kamis Siang Mengerjakan resep, belajar membuat SP,
jam 14.30-21.30
7/9/17 menyetok obat obatan, melayani pasien.
Jum’at Siang Menyetok, membantu HV melayani resep.
jam 14.30-21.30
8/9/17
Sabtu Siang Mengerjakan resep, belajar tentang SOP
jam 14.30-21.30
9/9/17 pembelian Apotek Bunda.
Fotocopy resep untuk keperluan portolio,
28
melayani pasien.
Senin Pagi Menyetok, membantu HV melayani resep.
jam 07.30-14.30
11/9/17
Selasa Pagi Mengerjakan resep, membantu melayani pasien.
jam 07.30-14.30
12/9/17
Rabu Pagi Menyetok, membantu HV melayani resep,
jam 07.30-14.30
13/9/17 menyelesaikan portofolio.
29
dijelaskan penataan masing-masing obat disini untuk setiap harinya kami
ikut membantu menyetok obat/barang yang di tempat obat sudah menipis.
Dan untuk pasien yang datang membawa resep dokter, kami harus
menanyakan jika pasien sudah pernah menebus obat disini tanyakan nama
pasien dan alamat pasien dan jika pasien tersebut belum pernah sama
sekali menebus obat disini tanyakan nama pasien, tanggal lahir pasien,
alamat pasien, dan no. telepon.
5. Pengerjaan resep meliputi penghargaan resep sesuai dengan ketentuan
Apotek Kimia Farma, kemudian disertakan screening baik administratif
klinis maupun farmakologis.
6. Pencocokan antara kartu stok dengan stok fisik yang ada.
7. Mempelajari pengadaan barang dan pembelian barang.
8. Pengerjaan copy resep dan melengkapi dengan etiket asli.
9. Pengerjaan portofolio sebagai bukti Praktek Industri di Apotek Kimia
Farma.
30
BAB IV
31
Perlengkapan
1. Ada praktek Dokter.
2. Alat pemadam kebakaran.
3. Alat pembuatan, pengolahan dan peracikan obat seperti mortir dan
stemper.
4. Perlengkapan dan alat perbekalan farmasi seperti : botol, lemari atau
rak penyimpanan obat, dan lemari pendingin.
5. Wadah pengemas atau pembungkus antara lain : ektiket, wadah
pengamas dan pembungkus dengan jenis ukuran yang sesuai dengan
kebutuhan.
6. Alat administrasi seperti: blanko pesanan obat, kartu stock obat,
salinan resep, kwaitansi, blanko faktur dan nota penjualan, buku
pembelian, buku penjualan, buku pengeluaran dan pemasukan apotek.
7. Buku standar yang ada seperti : ISO, MIMS, F.I, IONI, Buku
Perundang-Undangan Apotek dan kamus lengkap kedokteran.
32
5. Furi
6. Rima
7. Diago
8. Arum
9. Bambang
33
4.5.1 Kegiatan Manajerial
1. Perencanaan
Perencanaan merupakan dasar tindakan manajer untuk dapat
menyelesaikan tugasnya dengan baik. Dalam perencanaan pengadaan
sedian farmasi seperti obat-obatan dan alat kesehatan yang dilakukan
adalah pengumpulan data obat-obatan yang akan di tulis dalambuku
defecta. Sebelum perencanaan di tetapkan, umumnya di dahulukan oleh
prediksi atau ramalan tentang peristiwa yang akan datang.
Sesuai dengan peraturan Menkes No.1027 tahun 2004, dalam
membuat perencanaan pengadaan sedian farmasiperlu memperhatikan :
a. Pola peresepan.
b. Pola penyakit.
c. Tingkat perekonomian masyarakat.
d. Budaya masyarakat.
e. Ketersedian barang / perbekalan farmasi.
34
2. Pengadaan
Pengadaan biasanya di lakukan berdasarkan perencanaan yang telah
di buat dan di sesuaikan dengan anggaran keuangan yang ada. Pengadan
barang meliputi : pemesanan, cara pemesanan, mengatasi kekosongan dan
pembayaran.
a. Pemesanan barang atau order dilakukan oleh asisten apoteker
berdasarkan catatan yang ada dalam buku habis berisi catatan
barang-barang yang hampir habis atau yang sudah habis di Apotek.
Sebelum dilakukan order, obat yang tertulis dalam buku habis
dicocokkan dengan buku defacta.
b. Cara pemesanan barang dilakukan dengan menuliskan surat
pesanan (SP). Berbagai macam SP yang digunakan di Apotek
Kimia Farma yaitu SP biasa, SP prekursor, SP Narkotika dan
Psikotropika. Perbedaan antar SP 1 dengan yang lain yaitu:
35
Pedagang Besar Farmasi (PBF) Kimia Farma, warna biru untuk
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), warna merah
muda untuk DINKES Kabupaten/Kota, dan warna kuning untuk
arsip Apotek.
4. Surat Pemesanan Prekursor
untuk memesan obat yang mengandung prekursor farmasi
(Prekursor itu zat atau bahan pemula atau bahan kimia yang
dapat digunakan dalam pembuatan Narkotika dan Psikotropika).
Surat Pesanan dibuat sekurang-kurangnya 3 (tiga) rangkap.
c. Selain Narkotika dan Psikotropika meliputi tanggal, nomor
pesanan, kode supplie, nama barang, satuan barang, dan jumlah
barang. SP akan diambil selesman dari masing-masing PBF,
apabila selesman PBF tidak datang order bisa dilakukan melalui
telpon (untuk obat selain Narkotika dan Psikotropika).
d. Mengatasi pemesanan obat akibat waktu antara pemesanan dan
kedatangan barang yang lama.
e. Pembayaran dapat dilakukan dengan cara COD (Cast on delivery)
atau kredit.
36
4.5.1.2 Penerimaan Obat
37
Faktur di periksa tanggal pesan dan tanggal jatuh temponya, lalu di tanda
tangani dan di cap oleh Apoteker pengelola Apotek (APA) atau
AsistenApoteker (AA), yang mempunnyai SIK.
38
2. Sebagian dari kegiatan pencatatan dan pelaporan obat ini telah
diuraikan pada masing-masing aspek pengelolaan obat.
3. Bukti bahwa suatu kegiatan telah dilakukan.
4. Sumber data untuk melakukan pengaturan dan pengendalian.
5. Sumber data untuk pembuatan laporan.
A. Pengelolaan Narkotika
Pengelolaan Narkotika diatur secara khusus untuk menghindari
terjadinya kemungkinan penyalahgunaan obat tersebut. Pelaksanaan
pengelolaan Narkotika di Apotek meliputi :
1. Pemesanan Narkotika
Pemesanan sediaan narkotika menggunakan Surat Pesanan
Narkotik yang ditandatangani oleh Apoteker Pengelola Apotek
(APA). Pemesanan dilakukan ke PT. Kimia Farma Trade and
Distribution (satu satunya PBF narkotika yang legal di
indonesia) dengan membuat surat pesanan khusus narkotika
rangkap empat. Satu lembar Surat Pesanan Asli dan dua lembar
salinan Surat Pesanan diserahkan kepada Pedagang Besar
Farmasi yang bersangkutan sedangkan satu lembar salinan
Surat Pesanan sebagai arsip di Apotek, satu surat pesanan
hanya boleh memuat pemesanan satu jenis obat (item)
Narkotika misal pemesanan pethidin satu surat pesanan dan
pemesanan kodein satu surat pesanan juga, begitu juga untuk
item Narkotika lainnya.
2. Penerimaan Narkotika
39
pencocokan dengan surat pesanan. Pada saat diterima
dilakukan pemeriksaan yang meliputi jenis dan jumlah
narkotika yang dipesan.
3. Penyimpanan Narkotika
Obat-obat yang termasuk golongan Narkotika di Apotek
disimpan pada lemari khusus yang terbuat dari kayu (atau
bahan lain yang kokoh dan kuat) yang ditempel pada dinding,
memiliki 2 kunci yang berbeda, terdiri dari 2 pintu, satu untuk
pemakaian sehari hari seperti kodein, dan satu lagi berisi
pethidin, morfin dan garam garamannya. Lemari tersebut
terletak di tempat yang tidak diketahui oleh umum, tetapi dapat
diawasi langsung oleh Asisten Apoteker yang bertugas dan
penanggung jawab narkotika.
4. Pelayanan Narkotika
Apotek hanya boleh melayani resep Narkotika dari resep asli
atau salinan resep yang dibuat oleh Apotek itu sendiri yang
belum diambil sama sekali atau baru diambil sebagian. Apotek
tidak melayani pembelian obat Narkotika tanpa resep atau
pengulangan resep yang ditulis oleh Apotek lain. Resep
Narkotika yang masuk dipisahkan dari resep lainnya dan diberi
garis merah di bawah obat narkotik.
5. Pelaporan Narkotika
Pelaporan penggunaan Narkotika dilakukan setiap bulan.
Laporan penggunaan obat narkotika di lakukan melalui online
SIPNAP (Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika).
Asisten apoteker setiap bulannya menginput data penggunaan
Narkotika dan psikotropika melalui SIPNAP lalu setelah data
telah terinput data tersebut di import (paling lama sebelum
tanggal 10 pada bulan berikutnya). Laporan meliputi laporan
pemakaian narkotika untuk bulan bersangkutan (meliputi
nomor urut, nama bahan/sediaan, satuan, persediaan awal
40
bulan), pasword dan username didapatkan setelah melakukan
registrasi pada dinkes setempat. (sipnap.binfar.depkes.go.id)
6. Pemusnahan Narkotika
a. Prosedur pemusnahan Narkotika dilakukan sebagai
berikut : APA membuat dan menandatangani surat
permohonan pemusnahan Narkotika yang berisi jenis
dan jumlah Narkotika yang rusak atau tidak
memenuhi syarat.
b. Surat permohonan yang telah ditandatangani oleh
APA dikirimkan ke Balai Besar Pengawas Obat dan
Makanan. Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan
akan menetapkan waktu dan tempat pemusnahan.
c. Kemudian dibentuk panitia pemusnahan yang terdiri
dari APA, Asisten Apoteker, Petugas Balai POM, dan
Kepala Suku Dinas Kesehatan Kabutapten/Kota
setempat.
d. Bila pemusnahan Narkotika telah dilaksanakan,
dibuat Berita Acara Pemusnahan yang berisi :
1. Hari, tanggal, bulan, tahun dan tempat
dilakukannya pemusnahan.
2. Nama, jenis dan jumlah Narkotika yang
dimusnahkan.
3. Cara pemusnahan.
4. Petugas yang melakukan pemusnahan.
5. Nama dan tanda tangan Apoteker Pengelola
Apotek.
41
3. Arsip apotek.
B. Pengelolaan Psikotropika
Selain pengelolaan Narkotika, pengelolaan Psikotropika juga diatur
secara khusus mulai dari pengadaan sampai pemusnahan untuk
menghindari terjadinya kemungkinan penyalahgunaan obat tersebut.
Pelaksanaan pengelolaan psikotropika di Apotek meliputi :
a. Pemesanan Psikotropika
Pemesanan Psikotropika dengan surat pemesanan rangkap 2,
diperbolehkan lebih dari 1 item obat dalam satu surat pesanan,
boleh memesan ke berbagai PBF.
b. Penerimaan Psikotropika
Penerimaan Psikotropika dari PBF harus diterima oleh APA atau
dilakukan dengan sepengetahuan APA. Apoteker akan
menandatangani faktur tersebut setelah sebelumnya dilakukan
pencocokan dengan surat pesanan. Pada saat diterima dilakukan
pemeriksaan yang meliputi jenis dan jumlah Psikotropika yang
dipesan.
c. Penyimpanan Psikotropika
Penyimpanan obat Psikotropika diletakkan di lemari yang terbuat
dari kayu (atau bahan lain yang kokoh dan kuat). Lemari tersebut
mempunyai kunci (tidak harus terkunci) yang dipegang oleh
Asisten Apoteker sebagai penanggung jawab yang diberi kuasa
oleh APA.
d. Pelayanan Psikotropika
Apotek hanya melayani resep Psikotropika dari resep asli atau
salinan resep yang dibuat sendiri oleh Apotek yang obatnya belum
diambil sama sekali atau baru diambil sebagian. Apotek tidak
melayani pembelian obat Psikotropika tanpa resep atau
pengulangan resep yang ditulis oleh Apotek lain.
e. Pelaporan Psikotropika
42
Laporan penggunaan Psikotropika dilakukan setiap bulannya
melalui SIPNAP (Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika).
Asisten Apoteker setiap bulannya menginput data penggunaan
Psikotropika melalui SIPNAP lalu setelah data telah terinput data
tersebut di import. Laporan meliputi laporan pemakaian narkotika
untuk bulan bersangkutan (meliputi nomor urut, nama
bahan/sediaan, satuan, persediaan awal bulan). pasword dan
username didapatkan setelah melakukan registrasi pada dinkes
setempat. (sipnap.binfar.depkes.go.id)
f. Pemusnahan Psikotropik
Tata cara pemusnahan Psikotropika sama dengan tata cara
pemusnahan narkotika.
43
2. Gudang sudah ditempatkan sesuai kategori.
3. Untuk obat obatan OTC.
Saat pasien datang, sapa pasien dan bertanya apa yang bisa kami bantu
?obat/barang apa yang dicari ?
44
Jika pasien meminta obat yang dinginkan, carikan dan berikan kepada pasien
obat yang dinginkan.
Jika pasien datang dengan mengeluh contohnya “saya batuk, obat yang
cepat menyembuhkan biasanya apa ya ? “. Tanyakan terlebih dahulu batuk
yang dikeluhkan berdahak apa kering dan disertai demam maupun flu tidak.
Jika sudah dijawab semua, berikan obat sesuai keluhan pasien. Jangan lupa
berikan swamedikasi tentang obat tersebut kepada pasien, agar pasien lebih
paham tentang obat yang ia konsumsi.
Tanyakan ada yang pasien beli lagi apa tidak ?Jika tidak arahkan pasien
untuk membayarnya ke kasir.
45
4.5.2.2 Pelayanan Resep
Saat pasien datang membawa resep, sapa pasien dan katakana bisa saya bantu
dan terima resep yang pasien bawa.
Tanya identitas pasien seperlunya. Jika pasien sudah pernah mengambil resep
diapotek ini tanyakan saja nama dan alamt pasien, jika pasien belum pernah
mengambil resep di apotek ini tanyakan nama pasien, tgl lahir pasien, alamat
pasien dan no. telp pasien.
Tanya pada pasien apakah memerlukan copy resep atau kwintasi (NB : jika
apotek ramai tidak perlu, jika pasien meminta saja).
Katakan pada pasien untuk menunggu sebentar supaya resep diberi harga.
Setelah resep diberi harga oleh kasir , pasien akan dipanggil untuk melakukan
pembayaran resep.
46
4.5.2.3Pelayanan KIE
Pelayanan KIE (Komunikasi Informasi Edukasi), Dimana kita
sebagai ahli farmasi mampu memberikan konseling mengenai obat dengan
benar dan tepat yang diberikan kepada pasien atau pembeli.
Komunikasi, Komunikasi berasal dari bahasa lain “communis” yang
berarti “bersama”. Sedangkan menurut kamus, definisi komunikasi dapat
meliputi ungkapan-ungkapan seperti berbagai informasi atau pengetahuan,
memberi gagasan atau bertukar pikiran, informasi, atau yang sejenisnya
dengan tulisan atau ucapan. Definisi lain terbatas pada situasi stimulas-
response. Pesan dengan sengaja disampaikan untuk mendapat respon,
seperti pertanyaan yang diajukan memerlukan jawaban, instruksi yang
diberikan perlu diikuti.
Informasi adalah pesan yang disampaikan seseorang komunikator
kepada komunikan. Obat adalah produk khusus yang memerlukan
pengamanan bagi pemakainya, sehingga pasien sebagai pemakai perlu
dibekali informasi yang memadai untuk mengkonsumsi suatu obat.
Informasi yang dibutuhkan pasien, pada umumnya adalah informasi
praktis dan kurang ilmiah dibandingkan dengan informasi yang
dibutuhkan professional kesehatan. Informasi obat diberikan apoteker
sewaktu menyertai kunjungan timmedik ke ruang pasien, sedangkan untuk
pasien rawat jalan, informasi diberikan sewaktu penyerahan obatnya
(Siregar, 2005).
Edukasi adalah kegiatan pemberdayaan masyarakat dengan
memberikan pengetahuan tentang obat dan pengobatan serta mengambil
keputusan bersama pasien setelah mendapatkan informasi, untuk
tercapainya hasil pengobatan yang optimal (Witjaksono, 2009).
Pentingnya memberikan edukasi kepada pasien adalah untuk
memberitahukan kepada pasien agar ia tidak merasa merendah diri dengan
keadaannya. Juga untuk memberitahukan mengenai terapi yang
digunakan. Terlebih jika pasien menggunakan obat tersebut untuk jangka
waktu yang lama.
47
Dibawah ini merupakan contoh konseling yang diberikan :
1. Kegunaan atau indikasi suatu obat.
Pasien diberikan pengetahuan tentang obat yang diberikan, yaitu
tentang fungsi dari obat yang diberikan baik puyer, sirup, tablet, salep,
dll.
2. Cara penggunaan atau aturan pakai.
Pasien diberikan pengarahan tentang cara minum (berapa kali sehari,
setelah makan atau sebelum makan),apakah obat tersebut melewati
oral (dengan diminum) atau harus lewat rectal (dubur) atau cukup
dioleskan (salep).
3. Efek samping obat.
Pasien diberikan pengarahan tentang efek samping yang wajib
diketahui oleh pasien (missal : obat yang memberikan efek mengantuk
tidak boleh diminum saat berkendara, obat yang mengandung
rifampicin diinfokan agar pasien tahu bahwa jika mengkonsumsi
rifampicin maka urine akan berwarna merah).
4. Kontra indikasi obat.
Diinfokan kepada pasien adakah kontra indikasi obat yang diberikan
dengan obat yang mungkin sedang diminum pasien.
5. Interaksi obat sesuai kebutuhan pasien.
Pasien diberikan pengarahan adakah obat dalam 1 resep yang
mempunyai interaksi (antibiotika dengan lactobacillus, cipro dengan
antasida, berikan pengarahan bagaimana cara meminum 2 sediaan
dalam 1 resep).
6. Pola hidup.
Dianjurkan kepada pasien untuk selalu berprinspi pada pola hidup
yang sehat, karena pola hidup sehat akan menjauhkan kita dari
berbagai penyakit.
48
7. Kepatuhan pasien.
Pasien disini diberikan sebuah informasi (konseling) seperti aturan
pemakaian obat yang mereka konsumsi, bagaimana pasien untuk taat
pada aturan pemakaian tersebut.
49
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
1. KESIMPULAN
a. Praktek Industri Perapotekan yang berlangsung di Apotek Kimia
Farma menggambarkan semua kegiatan kefarmasian yang
berlangsung telah sesuai dengan Peraturan Perundang-Undangan
tentang ketentuan Apotek, mulai dari syarat-syarat dasar,
manajemen sampai ke kegiatan kefarmasian.
b. Dari semua kegiatan kefarmasian yang berlangsung mahasiswa
mampu menambah wawasan baik dari segi teoritis maupun dari
segi praktek, banyak pelajaran yang didapat dan mahasiswa belajar
bagaimana menjadi tenaga teknis kefarmasian yang professional
serta bertanggung jawab.
c. Praktek Industri Perapotekan menghasilkan calon Tenaga Teknis
Kefarmasian yang siap bekerja dan siap mengemban tanggung
jawab dalam membantu dalam pelayanan pasien.
2. SARAN
Dalam Praktek Industri Perapotekan di Apotek Kimia Farma saran yang
mahasiswa dapat berikan yaitu :
a. Lebih banyak swamedikasi dengan pasien dengan dibantu oleh
Tenaga Teknis Kefarmasian yang berada di tempat.
50
DAFTAR PUSTAKA
Soekamto, Soerjono, (1990). Aspek Hukum Apotek dan Apoteker. Jakarta: Mandar
Maju.
51
Permenkes Nomor 184 / MENKES / PER /II / 1995, Peraturan menteri
Kesehatan RI tentang Penyempurnaan Pelaksanaan Masa Bakti dan Izin
Kerja Apoteker.
52
LAMPIRAN
53