Anda di halaman 1dari 27

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Program Pembangunan Kesehatan Indonesia bertujuan untuk meningkatkan

kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud

derajat kesehatan yang optimal ditandai oleh penduduknya yang hidup dengan

berperilaku dan dalam lingkungan yang sehat, memiliki kemampuan untuk

menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu adil dan merata (Depkes, 2009).

Pembangunan di bidang kesehatan gigi merupakan bagian integral dari

pembangunan kesehatan secara umum (Suwelo, 1992 Sit. Alhamda, 2011).

Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit yang tersebar luas di masyarakat

Indonesia. Faktor penyebab dari penyakit gigi dan mulut dipengaruhi oleh faktor

lingkungan, perilaku dan pelayanan kesehatan gigi dan mulut (Depkes, 2006, Sit.

Alhamda, S., 2011).

Kondisi kesehatan gigi dan mulut di Indonesia saat ini masih sangat

memprihatinkan, perlu perhatian serius dari tenaga kesehatan. Hasil studi

morbiditas Studi Kesehatan Rumah Tangga - Survei Kesehatan Nasional 2001, dari

prevalensi sepuluh kelompok penyakit yang dikeluhkan masyarakat, penyakit gigi

dan mulut di urutan pertama dengan prevalensi 61%, diderita oleh 90% penduduk

Indonesia dan 89% anak di bawah umur 12 tahun (Hidayat, dkk., 2011, Hamrun,

dkk., 2009, Sit Setiawan, dkk., 2014). Sebesar 62,4% penduduk terganggu sekolah

nya karena sakit gigi selama rata-rata 3,86 hari per tahun (Sriyono, 2009 Sit.

Setiawan, dkk., 2014).

1
Upaya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut serta pembinaan kesehatan

gigi terutama pada anak usia sekolah perlu mendapat perhatian khusus karena pada

usia ini anak sedang menjalani proses tumbuh kembang, dan pada masa usia

sekolah ini anak masih sangat bergantung kepada orang dewasa dalam hal menjaga

kesehatan dan kebersihan gigi, keadaan gigi sebelumnya akan berpengaruh

terhadap perkembangan kesehatan gigi selanjutnya seperti gigi susu yang terkena

karies akan memengaruhi pada pertumbuhan gigi permanen nantinya (Mawuntu,

dkk., 2015).

Pelayanan kesehatan gigi dan mulut pada anak sekolah selain menjadi

kegiatan pokok kesehatan gigi dan mulut Puskesmas juga dapat diselenggarakan

secara terpadu dengan kegiatan pokok Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) dalam

bentuk program Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) (Kementerian kesehatan

RI, 2012).Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) adalah upaya kesehatan

masyarakat yang ditujukan untuk memelihara, meningkatkan kesehatan gigi dan

mulut seluruh peserta didik di sekolah binaan yang ditunjang dengan upaya

kesehatan perorangan berupa upaya promotif dan preventif bagi peserta didik.

Status kesehatan gigi masyarakat yang optimal dapat dicapai dengan meningkatkan

upaya promotif-preventif sejak usia dini, sampai usia lanjut (Kementerian

Kesehatan RI, 2012).

Perawat gigi menjalankan tugas pokoknya lebih berorientasi pada

pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut dengan mengutamakan upaya

promotive, preventif dan kuratif hanya pada tindakan medik terbatas sederhana.

Perawat gigi merupakan salah satu unsur penting dalam pelaksanaan upaya

2
kesehatan gigi untuk dapat menyelenggarakan pelayanan yang profesional. Salah

satu kewenangan Perawat gigi adalah melaksanakan manajemen mikro dalam

merencanakan, mempersiapkan, mengevaluasi program pelayanan asuhan

kesehatan gigi yang ada disekolah. Suatu upaya pelayanan perlu didukung oleh

manajemen yang baik sehingga tahapan kegiatan semua program dapat berjalan

efektif dan efisien. (Femala, dkk., 2012).

Oleh sebab itu, perlu dilakukan Unit Kesehatan Gigi Sekolah pada anak

Sekolah Dasar untuk memberi pengetahuan dalam menjaga kesehatan gigi dan

mulut.

B. Pengertian UKGS

Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2012), Usaha

Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) adalah upaya kesehatan masyarakat yang

bertujuan untuk memelihara, meningkatkan kesehatan gigi dan mulut seluruh

peserta didik di sekolah binaan yang ditunjang dengan upaya kesehatan

perseorangan berupa upaya kuratif bagi individu (peserta didik) yang memerlukan

perawatan kesehatan gigi dan mulut.

C. Kegiatan UKGS

Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2012), kegiatan atau

ruang lingkup program UKGS sesuai dengan Tiga Program Pokok UKS (TRIAS

UKS) yang terdiri dari:

1. Penyelenggaraan pendidikan kesehatan gigi dan mulut meliputi:

a. Pemberian pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut.

3
b. Latihan atau demonstrasi cara memelihara kebersihan dan kesehatan gigi dan

mulut.

c. Penanaman kebiasaan pola hidup sehat dan bersih agar dapat

diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.

2. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan gigi dan mulut meliputi:

a. Pemeriksaan dan penjaringan kesehatan gigi dan mulut peserta didik.

b. Penyuluhan kesehatan gigi dan mulut perorangan.

c. Pencegahan/perlindungan terhadap penyakit gigi dan mulut.

d. Perawatan kesehatan gigi dan mulut.

e. Rujukan kesehatan gigi dan mulut.

3. Pembinaan lingkungan kehidupan sekolah kerjasama antara masyarakat sekolah

(guru, murid, pegawai sekolah, orang tua murid dan masyarakat).

D. Tahap-Tahap UKGS

UKGS menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2012) dibagi

menjadi beberapa tahap, yaitu:

1. Paket minimal UKGS (UKGS tahap I)

Pelayanan kesehatan gigi dan mulut untuk murid SD dan MI yang belum

terjangkau oleh tenaga dan fasilitas kesehatan gigi. Tim pelaksana UKS di SD

dan MI melaksanakan kegiatan yaitu:

a. Pelatihan guru pembina UKS dan dokter kecil tentang pengetahuan

kesehatan gigi dan mulut secara terintegrasi. Pelatihan dilaksanakan oleh

dinas pendidikan dengan narasumber tenaga kesehatan gigi.

4
b. Pendidikan dan penyuluhan kesehatan gigi dilaksanakan oleh guru

penjaskes/ guru pembina UKS/ dokter kecil sesuai dengan kurikulum yang

berlaku (buku pendidikan olahraga dan kesehatan) untuk semua murid kelas

1-6, dilaksanakan minimal satu kali tiap bulan.

c. Pencegahan penyakit gigi dan mulut dengan melaksanakan kegiatan sikat

gigi bersama setiap hati minimal untuk kelas I, II dan III dibimbing oleh guru

dengan memakai pasta gigi yang mengandung fluor.

2. Paket Standar UKGS (UKGS Tahap II)

Pelayanan kesehatan gigi dan mlut untuk murid SD dan MI yang sudah

terjangkau oleh tenaga dan fasilitas kesehatan gigi yang terbatas.

Kegiatan yang dilakukan yaitu:

a. Pelatihan kepada guru/ pembina UKS dan dokter kecil tentang pengetahuan

kesehatan gigi dan mulut secara terintegrasi. Pelatihan dilaksanakan oleh

dinas pendidikan dengan nara sumber tenaga kesehatan gigi.

b. Pendidikan dan penyuluhan kesehatan gigi dilaksanakan oleh guru

penjaskes/guru pembina UKS/ dokter kecil sesuai dengan kurikulum yang

berlaku (buku pendidikan olahraga dan kesehatan) untuk semua murid kelas

1-6, dilaksanakan minimal satu kali tiap bulan.

c. Pencegahan penyakit gigi dan mulut dengan melaksanakan kegiatan sikat gigi

bersama setiap hari minimal untuk kelas I, II dan III dibimbing oleh guru

dengan memakai pasta gigi yang mengadung fluor.

d. Pengobatan darurat untuk menghilangkan rasa sakit oleh guru.

5
e. Penjaringan kesehatan gigi dan mulut untuk kelas I pada awal tahun ajaran

diikuti dengan pencabutan gigi sulung yang sudah waktunya tanggal, dengan

petunjuk tertulis (informed consent) dari orang tua dan tindakan oleh tenaga

kesehatan gigi.

f. Surface protection pada gigi molar tetap yang sedang tumbuh (dilakukan di

sekolah atau dirujuk sesuai kemampuan), bila pada penjaringan murid kelas

1dijumpai murid dengan gigi tetap ada yang karies atau bila gigi sulung

dengan karies lebih dari 8 gigi dilakukan fissure sealant pada gigi molar yang

sedang tumbuh.

g. Rujukan bagi yang memerlukan.

3. Paket Optimal UKGS (UKGS Tahap III)

a. Pelatihan kepada guru Pembina UKS dan dokter kecil tentang pengetahuan

kesehatan gigi dan mulut secara terintegrasi. Pelatihan dilaksanakan oleh

dinas pendidikan dengan narasumber tenaga kesehatan gigi.

b. Pendidikan dan penyuluhan kesehatan gigi dilaksanakan oleh guru penjaskes/

guru pembina UKS/ dokter kecil sesuai dengan kurikulum yang berlaku

(buku pendidikan olahraga dan kesehatan) untuk semua murid kelas I-VI,

dilaksanakan minimal satu kali tiap bulan.

c. Pencegahan penyakit gigi dan mulut dengan melaksanakankegiatan sikat gigi

bersama setiap hari minimal untuk kelas I, II dan II dibimbing oleh guru

dengan memakai pasta gigi yang mengandung fluor.

d. Pengobatan darurat untuk menghilangkan rasa sakit oleh guru.

6
e. Penjaringan kesehatan gigi dan mulut untuk kelas I pada awal tahun ajaran

diikuti dengan pencabutan gigi sulung yang sudah waktunya tanggal, dengan

persetujuan tertulis (informed consent) dari orang tua dan tindakan dilakukan

oleh tenaga kesehatan gigi.

f. Surface protection pada gigi molar tetap yang sedang tumbuh pada murid

kelas 1 dan 2 atau dilakukan fissure sealant pada gigi molar yang sedang

tumbuh.

g. Pelayanan medik gigi dasar atas permintaan pada murid kelas I sampai

dengan kelas VI (care on demand).

h. Rujukan bagi yang memerlukan.

E. Tujuan UKGS
Tujuan dari UKGS menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

(2012) dibedakan menjadi tujuan umum dan tujuan khusus, yaitu :

1. Tujuan umum

Tercapainya derajat kesehatan gigi dan mulut peserta didik yang optimal.

2. Tujuan khusus

a. Meningkatnya pengetahuan, sikap dan tindakan peserta didik dalam

memelihara kesehatan gigi dan mulut.

b. Meningkatnya peran serta guru, dokter kecil, orang tua dalam upaya

promotif- preventif.

c. Terpenuhinya kebutuhan pelayanan medik gigi dan mulut bagi peserta didik

yang memerlukan.

7
F. Sasaran UKGS
Sasaran pelaksanaan dan pembinaan UKGS menurut Kementerian

Kesehatan Republik Indonesia (2012), meliputi :

1. Sasaran primer

Peserta didik (murid sekolah) TK-SD-SMP-SMA dan sederajat.

2. Sasaran sekunder

Guru, petugas kesehatan, pengelola pendidikan, orang tua murid serta tim

pelaksana UKS disetiap jenjang.

3. Sasaran tersier

a. Lembaga penidikan mulai dari tingkat pra sekolah sampai pada sekolah

lanjutan tingkat atas, termasuk perguruan agama serta pondok pesantren

beserta lingkungannya.

b. Sarana kesehatan dan prasarana pendidikan kesehatan dan pelayanan

kesehatan.

c. Lingkungan yang meliputi lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat.

8
II. PELAKSANAAN UKGS

Lokasi : SDN Samirono

Tanggal pelaksanaan : 1 Juni 2016

Kegiatan :

1. Pemeriksaan Gigi dan Mulut

Kelas :I

Jumlah murid : 40 siswa

a. Tenaga pelaksana

1. Chatarina Indah puranti

2. Tirza ester Longkutoy

3. Nurul Setyo wulandari

4. Plati Laras Makarti

5. Bernike apfianita Damaris

6. Triyani

b. Alat dan bahan

Diagnostic set, bengkok, sarung tangan, masker, tisu, baskom, minosep,

alat tulis, meja, kursi, dan formulir pemeriksaan.

c. Hambatan

Tidak terdapat hambatan, pemeriksaan berjalan tertib dan lancar karena

dibantu oleh guru yang menjadi wali kelas 1 tersebut sehingga siswa

bisa lebih tertib di dalam kelas.

9
2. Penyuluhan

Kelas :1

Jumlah murid : 40 siswa

a. Materi penyuluhan

1. Pengenalan tentang bangunan yang ada di rongga mulut.

Memperkenalkan bangunan yang ada di rongga mulut dan

menyebabkan fungsi dari masing-masing bangunan yang ada di

dalam rongga mulut tersebut.

2. Informasi secara sederhana tentang bahaya penyakit gigi yaitu gigi

berlubang mencakup apa itu gigi sehat, apa itu gigi berlubang, ciri-

ciri gigi berlubang, dan penyebab gigi berlubang.

3. Pengenalan makanan sehat dan tidak sehat untuk gigi.

Memperkenalkan makananan yang baik untuk gigi, karakteristik

makanan yang baik untuk gigi, makanan yang tidak sehat untuk gigi

dan karakteristiknya.

4. Pentingnya teknik menyikat gigi yang baik dan benar yaitu

pengenalan tentang sikat gigi yang baik, waktu menyikat gigi, cara

menyikat gigi dan menggunakan pasta gigi yang tepat.

b. Tenaga pelaksana

1. Chatarina Indah puranti

2. Tirza ester Longkutoy

3. Nurul Setyo wulandari

4. Plati Laras Makarti

10
5. Bernike apfianita Damaris

6. Triyani

c. Alat dan bahan : Poster, model gigi, dan sikat gigi.

d. Hambatan

Tidak terdapat hambatan, siswa mendengarkan penjelasan dengan tertib.

3. Sikat Gigi Massal

Kelas :I

Jumlah murid : 40 siswa

a. Tenaga pelaksana

1. Chatarina Indah puranti

2. Tirza ester Longkutoy

3. Nurul Setyo wulandari

4. Plati Laras Makarti

5. Bernike apfianita Damaris

6. Triyani

b. Alat dan bahan

Sikat gigi anak, pasta gigi , model gigi, gelas kumur, air bersih, ember,

tisu.

c. Hambatan

Secara umum kegiatan dapat berjalan dengan lancar, siswa cukup tertib

tetapi siswa sudah tidak sabar ingin keluar saat baru selesai dan istirahat.

11
III. HASIL PENGOLAHAN UKGS TAHAP II

Rincian hasil pemeriksaan UKGS yang dilaksanakan adalah sebagai berikut:

Lokasi : SDN SAMIRONO

Tanggal pelaksanaan : 1 Juni 2016

Jumlah murid : 40 siswa

Jumlah siswa yang diperiksa : 7 siswa

Pemeriksaan yang dilakukan meliputi:

1. Status kebersihan mulut, diukur dengan Oral Hygiene Index Simplified

modifikasi Green dan Vermilion.

2. Status karies gigi, diukur dengan indeks def-t untuk gigi susu dan indeks

DMF-T untuk gigi tetap.

3. Status kesehatan gusi.

4. Frekuensi dan waktu menyikat gigi dalam sehari.

5. Diagnosis dan rencana perawatan yang sesuai.

Hasil pemeriksaan dapat dilihat pada tabel-tabel berikut :

Tabel 1. Distribusi Siswa Kelas 1 Berdasarkan Status Kebersihan Mulut di


SDN Samirono Kelas 1 pada Bulan Juni 2016
JUMLAH
No Status Kebersihan Mulut (OHI-S)
∑ %
1 Baik ( 0 – 1,2) 0 0
2 Cukup ( 1,3 – 3,0) 2 28,57
3 Kurang (3,1 – 6,0) 5 71,43
Jumlah 7 100

Dari tabel 1 terlihat bahwa dari 7 siswa yang diperiksa seluruh siswa (100%)

tidak ada yang memiliki status kebersihan gigi dan mulut baik.

12
Tabel 2. Distribusi Siswa Kelas 1 Berdasarkan Status Karies Gigi di SD
Negeri Samirono pada Bulan Juni 2016
Status Karies Gigi Gigi Desidui Gigi Tetap
d/D 36 1
e/M 6 0
f/ 1 0
Jumlah 43 1
Rata-rata 6,14 0,14

Berdasarkan tabel 2 bahwa jumlah gigi yang mengalami karies dan masih

dapat ditambal (d atau D) memiliki hasil yang tinggi yaitu sebesar 36 gigi pada gigi

sulung dan 1 gigi pada gigi tetap. Pada gigi sulung terdapat 1 gigi yang sudah

dicabut atau gigi dengan indikasi pencabutan karena karies serta terdapat 1 gigi

sulung yang ditambal. Nilai rerata keseluruhan karies pada gigi sulung (def-t) siswa

kelas I adalah 6,14 artinya setiap 1 orang siswa pernah memiliki karies sekitar 6,14

gigi pada gigi desidui. Nilai rerata karies pada gigi tetap (DMF-T) siswa kelas I

adalah 0,14 berarti setiap 1 orang siswa pernah memiliki karies sebanyak 0,14 gigi

pada gigi permanen. Seluruh siswa yang telah diperiksa hanya terdapat 1 gigi

desidui yang telah ditumpat sedangakn gigi tetapnya 0 yang berarti masih kurannya

kesadaran siswa dalam melakukan perawatan gigi yang mengalami karies. PTI

Tabel 3. Distribusi Siswa Kelas 1 Berdasarkan Status Kesehatan Gingiva di


SDN Samirono pada Bulan Juni 2016
Status Kesehatan N %
Gingiva
Sehat 5 71,43
Gingivitis 1-3 segmen 0 0
Gingivitis 4-6 segmen 2 28,57
Jumlah 7 100

13
Tabel 3 menunjukkan bahwa sebagian dari siswa yang diperiksa tidak

mengalami gingivitis (sehat) (71,43%) dan siswa yang mempunyai gingivitis pada

4 sampai 6 segmen (28,57%).

Tabel 4. Distribusi Siswa Kelas 1 Berdasarkan Frekuensi Menyikat Gigi


Sehari di SD Negeri samirono Bulan Juni 2016
Frekuensi Menyikat Gigi N %
1 kali sehari 1 14,28
2 kali sehari 3 42,86
3 kali sehari 3 42,86
Jumlah 7 100

Tabel 4, menunjukkan bahwa dari 7 siswa yang diperiksa, 1 siswa (14,28 %)

menyikat gigi 1 kali sehari, 3 siswa (42,86 %) menyikat gigi 2 kali sehari, dan 3

siswa (42,86 %) menyikat gigi 3 kali sehari.

Tabel 5. Distribusi Siswa Kelas 1 Berdasarkan Waktu Menyikat Gigi


Sehari Di SD Negeri Samirono pada Bulan Juni 2016
No. Kriteria Waktu Menyikat Gigi N %
1. Mandi pagi 1 14,29
2. Mandi pagi dan mandi sore 3 42,85
3. Mandi pagi dan malam 1 14,29
sebelum tidur
4. Mandi pagi, mandi sore dan 2 28,57
malam sebelum tidur
Jumlah 7 100

Tabel 5, menunjukkan bahwa sebanyak 7 siswa (100%) yang diperiksa tidak

tepat waktu menyikat giginya. Waktu yang tepat untuk menyikat gigi yaitu pagi

hari setelah sarapan pagi dan malam sebelum tidur.

14
Tabel 6. Distribusi Siswa Kelas 1 Berdasarkan Kebutuhan Perawatan Gigi
di SD Negeri Samirono pada Bulan Juni 2016

Kebutuhan Perawatan Gigi N %


Ya 7 100
Tidak 0 0
7 100

Berdasarkan tabel 6 diketahui bahwa sebanyak 7 siswa yang diperiksa

memerlukan rujukan tindakan keperawatan gigi sebanyak 100%.

Tabel 7. Distribusi Siswa Kelas 1 Berdasarkan Rujukan Tindakan


Perawatan Gigi di SDN Samirono pada Bulan Juni 2016
No. Kebutuhan Rujukan ∑ %
1 Restorasi 3 42,86
2 Restorasi dan observasi 1 14,28
3 Restorasi dan ekstraksi 3 42,86
Jumlah 7 100

Berdasarkan tabel 7 menunjukkan bahwa 4 siswa (55,14%) membutuhkan

perawatan berupa observasi dan restorasi dan 3 siwa (42,86%) membutuhkan

perawatan restorasi dan ekstraksi.

15
Tabel 8. Distribusi Tingkat Pendidikan Terakhir Orang Tua Siswa Kelas 1 di
SDN Samirono pada Bulan Juni 2016
Tingkat Pendidikan
Orang Tidak Jumlah
SD SMP SMA AK PT
Tua sekolah
∑ % ∑ % ∑ % ∑ % ∑ % ∑ % ∑ %
Ayah 0 0 0 0 0 0 5 71,43 0 0 2 28,57 7 100
Ibu 0 0 1 14,29 0 0 4 57,14 0 0 2 28,57 7 100

Berdasarkan tabel 8, menunjukkan bahwa 7,15% orang tua siswa adalah

lulusan SD, 33,33% lulusan SD, 64,29% lulusan SMA, dan 28,57% lulusan

perguruan tinggi negeri.

Tabel 9. Distribusi Pekerjaan Orang Tua dari Siswa Kelas 1 di SDN


Samirono pada Bulan Juni 2016
Orang Jenis Pekerjaan
Tua Tidak Wiraswasta Karyawan Buruh Jumlah
Bekerja Swasta
∑ % ∑ % ∑ % ∑ % ∑ %
Ayah 0 0 5 71,43 2 28,57 0 0 7 100
Ibu 2 28,57 3 42,86 2 28,57 0 0 7 100

Berdasarkan tabel 9, menunjukkan bahwa sebagian besar orang tua siswa

mempunyai mata pencaharian sebagai wiraswasta, dengan persentase 57,14%.

Orang tua dengan pekerjaan sebagai pegawai swasta sebanyak 28,57%, dan tidak

bekerja sebanyak 28,57 %.

16
IV. DIAGNOSA DAN RENCANA PERAWATAN GIGI

Berdasarkan data yang diperoleh dari pemeriksaan di kelas 1 SDN

Samirono, didapatkan hasil diagnosa dan rencana perawatan sebagai berikut:

Tabel 10. Diagnosa dan Rencana Perawatan Siswa Kelas 1 di SDN Samirono
pada Bulan Juni 2016
Jenis Umur Rencana
No Nama Elemen Diagnosis
Kelamin (tahun) Perawatan
55 Karies distal Penumpatan
65 Sisa akar Ekstraksi
Radith arjun 82 persistensi Ekstraksi
1 L 7
Niagara 42 Erupsi sebagian -
83 Karies distal Penumpatan
84 Sisa akar Ekstraksi
54 Sisa akar Ekstraksi
64 Sisa akar Ekstraksi
65 Karies oklusal Penumpatan
2 75 Karies oklusal Penumpatan
Sydneytria Putri
P 7 74 Karies oklusal Penumpatan
Nugroho
73 Karies bukal Penumpatan
83 Sisa akar Ekstraksi
Karies oklusal
85 penumpatan
dan distal
64 Karies oklusal penumpatan
3 Yahya Zulkarnain L 7 75 Karies oklusal Penumpatan
74 Karies oklusal Penumpatan
55 Karies lingual Penumpatan
54 Karies lingual Penumpatan
64 Karies oklusal penumpatan
Firdaus Abraham 65 Karies lingual Penumpatan
4 L 7
Esa 75 Karies oklusal Penumpatan
74 Karies oklusal Penumpatan
84 Karies oklusal penumpatan
85 Karies oklusal penumpatan
64 Karies oklusal Penumpatan
75 Sudah ditambal -
5 Tito arnanto L 7 83 Luksasi Observasi
Karies oklusal
46 Penumpatan
dan distal
Michael Indiana 55 Karies oklusal Penumpatan
6. L 7
three Jones 54 Karies oklusal Penumpatan

17
53 Karies lingual Penumapatan
63 Karies lingual Penumpatan
64 Karies oklusal Penumpatan
65 Karies oklusal Penumpatan
74 Karies oklusal Penumpatan
84 Karies oklusal Penumpatan
85 Karies oklusal Penumpatan
55 Karies mesial Penumpatan
Karies pada
52 Penumpatan
bagian mesial
Karies pada
51 bagian mesial dan Penumpatan
distal
Karies interdental
61 Ekstraksi
Valentino viki dan luksasi
7 L 7
vibriansyah 62 Karies mesial Penumpatan
Karies mesial dan
75 Penumpatan
oklusal
74 Karies distal Penumpatan
Karies pada
84 Penumpatan
bagian distal
Karies pada
85 Penumpatan
bagian mesial

18
V. PEMBAHASAN

Kegiatan UKGS yang dilaksanakan pada tanggal 1 Juni 2016 di SDN

Samirono merupakan kegiatan UKGS Tahap II. Pelaksanaan kegiatan UKGS di

SDN Samirono mencakup pemeriksaan kondisi gigi dan mulut (screening),

penyuluhan kesehatan gigi dan mulut, dan sikat gigi bersama. Pemeriksaan

kesehatan gigi dan mulut yang dilakukan meliputi pemeriksaan status kebersihan

mulut menggunakan indeks OHI-S, status karies gigi menggunakan indeks DMF-T

untuk gigi tetap dan indeks def-t untuk gigi sulung, pemeriksaan kesehatan gusi

menggunakan Gingival Index (GI), serta waktu dan frekuensi menggosok gigi.

Kegiatan UKGS di SDN Samirono kelas 1 diawali dengan melakukan

pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut. Untuk menjaga ketertiban siswa di dalam

kelas ketika menunggu giliran diperiksa siswa diawasi oleh wali kelasnya. Setelah

semua siswa selesai diperiksa, rangkaian kegiatan UKGS dilanjutkan dengan

kegiatan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut. Materi penyuluhan meliputi peran

pengenalan bangunan yang ada di dalam rongga mulut, bahaya penyakit gigi

terutama gigi berlubang mencakup tanda gigi berlubang, penyebab, dan proses

terjadinya, pengenalan makanan sehat dan tidak sehat untuk gigi, serta pentingnya

teknik menyikat gigi yang baik dan benar. Kegiatan UKGS di SDN Samirono kelas

1 kemudian diakhiri dengan kegiatan sikat gigi bersama.

Berdasarkan hasil pengolahan data pemeriksaan gigi dan mulut kelas 1 SDN

Samirono, pada tabel 1 diketahui bahwa dari 7 siswa yang diperiksa, 2 siswa

(28,57%) memiliki status kebersihan mulut antara 1,3 hingga 3, sehingga termasuk

dalam kategori cukup dan 5 siswa (71,43%) memiliki status kebersihan 3,1 hingga

19
6 sehingga termasuk dalam kategori kurang (Basuni, dkk., 2014). Hasil

pemeriksaan tersebut menunjukkan bahwa masih banyak siswa yang belum

mengetahui cara menjaga kebersihan gigi dan mulut serta kurangnya kesadaran

masyarakat terutama pada anak usia sekolah untuk menjaga kebersihan gigi dan

mulut.

Tabel 2 menjelaskan nilai rata-rata status karies gigi sulung siswa kelas 1 (def

rata-rata=6,14) lebih tinggi daripada nilai rata-rata status karies gigi tetap (DMF

rata-rata=0,14). Baik pada gigi sulung maupun gigi permanen memiliki resiko

terkena karies gigi, namun proses kerusakan gigi sulung lebih cepat menyebar,

meluas dan lebih parah dari gigi permanen. Hal tersebut terjadi karena perbedaan

struktur email gigi dimana gigi sulung mempunyai struktur email yang kurang padat

dan lebih tipis, morfologi lebih tidak beraturan, dan kontak antara gigi merupakan

kontak bidang pada gigi sulung (Suwelo, 1992 Sit. Susi, dkk. 2012). Selain itu,

Banyaknya jajanan yang ada di sekolah, dengan jenis makanan dan minuman yang

manis, sehingga mengancam kesehatan gigi anak. Peningkatan frekuensi konsumsi

makanan kariogenik akan menyebabkan keberadaan pH yang rendah di dalam

mulut dipertahankan sehingga terjadi peningkatan demineralisasi dan penurunan

remineralisasi (Arisman, 2007 Sit. Rosidi, 2013).

Tabel 3 menunjukkan bahwa dari 7 siswa yang diperiksa, 5 siswa (71,43%)

memiliki status gingiva yang sehat dan 2 siswa ( 28,57%) yang mengalami

gingivitis 4 sampai 6 segmen. Gingivitis adalah suatu inflamasi pada gingiva yang

biasanya disebabkan oleh akumulasi plak (Retnoningrum, 2006 Sit. Hartati, dkk.,

2011). Secara klinis gingivitis seringkali ditandai dengan adanya perubahan warna,

20
perubahan bentuk, dan perubahan konsistensi(kekenyalan), perubahan tekstur, dan

perdarahan pada gusi (Retnoningrum, 2006 Sit. Hartati, dkk., 2011). Masa usia

sekolah dasar adalah masa pertumbuhan gigi permanen yang menyebabkan

perubahan pada gingiva sehingga meningkatkan resiko terjadinya inflamasi pada

gingiva (Karim, dkk., 2013). Apabila kebersihan gigi dan mulut tidak terjaga, dapat

meningkatkan resiko terjadinya inflamasi gingiva (Karim, dkk.,2013). Hal ini dapat

dihubungkan dengan hasil pemeriksaan OHI-S yang masuk dalam kategori cukup

dan kurang.

Pada tabel 4 menunjukkan bahwa terdapat 1 siswa (14, 28%) menyikat gigi

satu kali sehari, 3 siswa (42,86 %) menyikat gigi dua kali sehari, dan 3 siswa (42,86

%) menyikat gigi tiga kali sehari. Menurut Sriyono (2011), terdapat 5 hal yang

harus dipertimbangkan dalam menyikat gigi agar efektif dalam pembersihan plak

yaitu: (1) tepat memilih sikat gigi, (2) tepat cara menyikat gigi, (3) tepat waktu

menyikat gigi, (4) tepat lama menyikat gigi, (5) teliti sehingga semua bagian gigi

bersih dari plak. Pada tabel 5 menunjukkan waktu menyikat gigi siswa sebanyak

100% belum tepat waktu sehingga berpengaruh pada nilai kebersihan gigi dan

mulut yaitu tidak ada siswa (0%) yang memiliki kebersihan mulut yang baik.

Menurut .. menyikat gigi setelah sarapan pagi dan sbelum tidur penting untuk

menjaga kesehatan gigi dan membersihkan gigi dari sisa-sisa makanan yang akan

mempengaruhi status kebersihan gigi dan mulut (Zainur, 2014).

Tabel 6 menunjukkan bahwa semua siswa kelas I SD Negeri Samirono yang

diperiksa memerlukan rujukan tindakan perawatan gigi. Berdasarkan rujukan

tindakan perawatan gigi untuk siswa SDN Samirono kelas 1 paling tinggi yaitu

21
restorasi 36 gigi (83, 72%), ekstraksi sebanyak 6 gigi (13, 95%) dan 1 siswa (2,33%)

observasi . Tingginya rujukan restorasi didukung dengan tingginya nilai decay

pada def-t maupun DMF-T. Karies gigi adalah penyakit infeksi yang telah dikenal

sejak dulu. Penyakit ini merusak struktur gigi dan menyebabkan gigi berlubang

(Sumini, dkk., 2014). Perawatan gigi berlubang yaitu dengan melakukan

penumpatan atau restorasi. Restorasi diperlukan jika permukaan gigi menjadi

berlubang dan bahan restorasi yang dipilih yang dapat menggantikan dalam hal

estetik dan fungsi (Sasmita dan Pertiwi, 2009). Pada masa tubuh kembang anak,

fungsi gigi sulung antar lain sebagai penyedia ruangan gigi tetap, merangsang

tumbuh kembang rahang, pengunayahan dan estetika. Kehilangan gigi sulung yang

terlalu dini, yakni bila benih gigi tetap belum menempati posisinya dan dalam

pembentukan mahkota, maka keadaan ini akan mengganggu proses tumbuh

kembang rahang. Penyempitan rahang akibat gangguan tersebut menyebabkan

erupsi gigi tetap tidak pada tempatnya sehingga terjadi maloklusi (Budiardjo,

1995).

Berdasarkan tabel 7 terdapat 3 siswa (42, 86%) membutuhkan perawatan

berupa restorasi, 3 Siswa (42, 86%) membutuhkan perawatan restorasi dan

ekstraksi, dan 1 siswa (14,28%) membutuhkan perawatan observasi dan restorasi.

Tindakan restorasi gigi merupakan suatu tindakan untuk memperbaiki gigi yang

rusak dengan cara membuang jaringan karies pada gigi dan meletakkan bahan

restorasi pada gigi yang mengalami kerusakn tersebut (Sumolang, dkk., 2013).

Tindakan Pencabutan gigi yaitu suatu tindakan pengeluaran gigi dari soketnya dan

22
dilakukan pada gigi yang sudah dapat dilakukan perawatan lagi (Lande, dkk.,

2015).

Tabel 8 dan 9 menunjukan status sosial ekonomi dan tingkat pendidikan

orang tua siswa kelas 1 SD Negeri Samirono. Sebagian besar orang tua siswa

(71,43%) memiliki pekerjaan sebagai pagawai wiraswata dan memiliki pendidikan

terakhir yang bervariasi yaitu 71,43% adalah lulusan SMA dan 28,57% lulusan

perguruan tinggi negeri. Sebagian besar siswa memiliki gigi yang karies dan perlu

perawatan restorasi. Sariningrum dan Irdawati (2009) menyatakan bahwa tidak

terdapat hubungan yang signifikan tingkat pendidikan orang tua dengan kejadian

karies pada anak. Hal tersebut dikarenakan faktor yang mempengaruhi kualitas

kesehatan gigi seseorang tidak terlepas dari 3 aspek berikut ini yaitu aspek fisik

(keadaan kesehatan gigi mulutnya sendiri, misalnya keaadan gigi yang berjejal),

aspek mental (kepercayaan dan keyakinan seseorang yang akan mempengaruhi

perilaku mereka, misalnya tidak percaya dengan pelayanan kesehatan) dan aspek

sosial (nilai budaya yang berkembang didaerahnya) (Herijulianti, dkk., 2002).

Sehingga, tidak bisa berpedoman pada pekerjaan ataupun pendidikan orang tua

saja.

23
VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pengolahan data dan pembahasan di atas mengenai kegiatan

UKGS yang dilaksanakan tanggal 1 Juni 2016 di SDN Samirono pada siswa kelas

I dapat diambil kesimpulan :

1. Status kebersihan mulut siswa menunjukkan seluruh siswa (100%) memiliki

status kebersihan gigi yang belum baik.

2. Rata-rata karies gigi sulung siswa kelas 1 (def-t) lebih tinggi yaitu 6,14

dibandingkan karies gigi tetap (DMF-T) anak yaitu 0,14 .

3. Status kesehatan gusi menunjukkan sebagaian besar siswa mempunyai gusi

yang sehat yaitu 71,43%.

4. Frekuensi menyikat gigi sebagian besar siswa sudah sesuai standar yaitu ≥

2 kali sehari, tetapi 0% siswa waktu menyikat gigi secara tepat.

5. Sebagian besar siswa membutuhkan rencana perawatan restorasi gigi

berupa penumpatan pada gigi yang mengalami karies (57,14%).

6. Masih rendahnya kesadaran untuk melakukan perawatan pada gigi yang

telah berlubang karena karies. Hal ini dapat dilihat dari pemeriksaan yang

menunjukkan bahwa hanya terdapat 1 gigi yang ditumpat.

7. Status sosial ekonomi dan tingkat pendidikan orang tua siswa yang

bervariasi tidak berpengaruh terhadap status rongga mulut siswa SDN

Samirono kelas 1.

24
B. Saran

1. Para siswa kelas I SDN Samirono perlu diberi pemahaman lebih tentang

pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut.

2. Para siswa kelas I SDN Samirono perlu melakukan perawatan pada gigi

yang mengalami masalah, sesuai dengan rencana perawatan yang

direncanakan.

3. Orang tua siswa dan guru diharapkan berperan aktif dalam memonitor

pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anak.

25
DAFTAR PUSTAKA

Alhamda, Syukra, 2011, Status Kebersihan Gigi dan Mulut dengan Status Karies
Gigi (Kajian pada Murid Kelompok Umur 12 Tahun di Sekolah Dasar Negeri
Kota Bukittinggi), Berita Kedokteran Masyarakat, 27 (2): 108-115.

Basuni, Cholil, Putri Deby K.T., 2014, Gambaran Indeks //Kebersihan Mulut
Berdasarkan Tingkat pendidikan Masyarakat di Desa Guntung Ujung
Kabupaten Banjar, Dentino Jurnal Kedokteran Gigi, II (1): 18-23.

Budiardjo, Sarworini Bagio, 1995, Perawatan Pulpektomi Secara Singkat pada Gigi
Sulung Nekrotik (Laporan Kasus), Jurnal Kedokteran Gigi Universitas
Indonesia (JDUI), 11(2): 40-49.

Departemen Kesehatan, 2009, Profil Kesehatan Indonesia, Jakarta.

Femala, Dian, Shaluhiyah Zahroh, dan Cahyo Kusyogo, 2012, Perilaku Perawat
Gigi dalam Pelaksanaan Program UKGS di Kota Pontianak, Jurnal promosi
Kesehatan Indonesia, 7 (2):145-152.

Hartati, Rusmini, Waluyo B. T., 2011, Analisis factor-faktor yang berhubungan


dengan Kejadian Gingivitis pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas
Talang Tegal, Jurnal Ilmiah Keperawatan, 7(3):170-189.

Herijulianti, E., Indriani T. S., Artini S., 2002, Pendidikan Kesehatan Gigi, Jakarta:
EGC.

Karim, Cindra A.A., Gunawan P., Wicaksono D.A., 2013, Gambaran Status
Gingiva pada Anak Usia Sekolah Dasar di SD GMIM Tonsea Lama,
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/egigi/article/download/3227/2771diundu
h tanggal 29 juli 2016.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia., 2012, Pedoman Usaha Kesehatan


Gigi Sekolah, Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan, Jakarta,
http://perpustakaan.depkes.go.id

Lande, R., Kepel B. j., Siagian K. V., 2015. Gambaran faktor resiko dan Komplikasi
Pencabutan Gigi di RSGM PSPDG- FK UNSRAT, Jurnal e-GiGi, 3, (2): 476-
481.

Mawuntu, Maureen M., Pangemanan Damajanty H. C., dan Mintjelunga Christiy,


2015, Gambaran Status Kesehatan Mulut Siswa SD Katolik ST. Agustinus
Kawangkoan, Jurnal e-GiGi (eG), 3(2):252-256.

26
Nurhidayat, O., Eram, T.P., dan Bambang, W., 2012, Perbandingan Media Power
Point dengan Flip Chart dalam Meningkatkan Pengetahuan Kesehatan
Gigi dan Mulut, Unnes Journal of Public Health, 1(01): 31-35.

Rosidi, A., Haryani S., dan Adimayanti E., 2013, Hubungan antara Konsumsi
Makanan Kariogenik dengan Kejadian Karies Gigi pada Anak SDN
Gogodalem, Kec. Bringin, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.

Sariningrum, E., dan Irdawati, 2009. Hubungan Tingkat Pendidikan, Sikap dan
Pengetahuan Orang Tua Tentang Kebersihan Gigi dan Mulut Pada Anak
Balita 3-5 Tahun dengan Tingkat Kejadian Karies di Paud Jatipurno,
Berita Ilmu Keperawatan ISSN, 2(3): 119-124

Sasmita I. S., dan Pertiwi A. S. P., 2009, Identifikasi, pencegahan, dan Restorasi
Sebagai Penatalaksanaan Karies Gigi pada Anak.

Setiawan, R., Adhani R., Sukmana B.I., dan Hadianto B., 2014, Hubungan
Pelaksanaan UKGS dengan Status Kesehatan Gigi dan Mulut

Sriyono, N.W, 2011, Pengantar Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan, Yogyakarta,


MEDIKA Fakultas Kedokteran UGM, hal 58 dan 74

Sumini, Amikasari B., dan Nurhayati D., 2014, Hubungan Konsumsi Makanan
Manis dengan Kejadian Karies Gigi pada Anak Prasekolah di TK B RA
Muslimat PSM Tegalrejodesa Semen Kecamatan Nguntoronadi Kabupaten
Magelang, Jurnal Delima Harapan 3(2): 20-27.

Sumolang, M., Wicaksono, D. A., Abidjulu J., 2013, Gambaran Penggunaan resin
Komposit dan Semen Ionomer Kaca sebagai Bahan Restorasi di Rumah sakit
Gunung Maria Tomohon Tahun 2012,
http://www.nature.com/ijos/Journal/v4/n3/pdf/ijos201234a.pdf diunduh
tanggal 15 Oktober 2016.

Susi, Bachtiar, H., dan Azmi, U., 2012, Hubungan Status Sosial Ekonomi Orang
Tua dengan Karies Pada Gigi Sulung Anak Umur 4 dan 5 Tahun,
Majalah Kedokteran Andalas,36 (01): 96-105

Tjahja, I. dan Gani, L., Status Kesehatan Gigi dan Mulut Ditinjau dari Faktor
Individu Pengunjung Puskesmas DKI Jakarta Tahun 2007, Buletin
Penelitian Kesehatan, 38(02): 52-66

Zainur, 2015, Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Timbulnya Plak Gigi pada
Anak Sekolah Dasar (SD) Negeri 130 Palembang Thun 2014, Jurnal Kesehatan
Gigi, 1.

27

Anda mungkin juga menyukai