PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud
derajat kesehatan yang optimal ditandai oleh penduduknya yang hidup dengan
menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu adil dan merata (Depkes, 2009).
Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit yang tersebar luas di masyarakat
Indonesia. Faktor penyebab dari penyakit gigi dan mulut dipengaruhi oleh faktor
lingkungan, perilaku dan pelayanan kesehatan gigi dan mulut (Depkes, 2006, Sit.
Kondisi kesehatan gigi dan mulut di Indonesia saat ini masih sangat
morbiditas Studi Kesehatan Rumah Tangga - Survei Kesehatan Nasional 2001, dari
dan mulut di urutan pertama dengan prevalensi 61%, diderita oleh 90% penduduk
Indonesia dan 89% anak di bawah umur 12 tahun (Hidayat, dkk., 2011, Hamrun,
dkk., 2009, Sit Setiawan, dkk., 2014). Sebesar 62,4% penduduk terganggu sekolah
nya karena sakit gigi selama rata-rata 3,86 hari per tahun (Sriyono, 2009 Sit.
1
Upaya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut serta pembinaan kesehatan
gigi terutama pada anak usia sekolah perlu mendapat perhatian khusus karena pada
usia ini anak sedang menjalani proses tumbuh kembang, dan pada masa usia
sekolah ini anak masih sangat bergantung kepada orang dewasa dalam hal menjaga
terhadap perkembangan kesehatan gigi selanjutnya seperti gigi susu yang terkena
dkk., 2015).
Pelayanan kesehatan gigi dan mulut pada anak sekolah selain menjadi
kegiatan pokok kesehatan gigi dan mulut Puskesmas juga dapat diselenggarakan
secara terpadu dengan kegiatan pokok Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) dalam
mulut seluruh peserta didik di sekolah binaan yang ditunjang dengan upaya
kesehatan perorangan berupa upaya promotif dan preventif bagi peserta didik.
Status kesehatan gigi masyarakat yang optimal dapat dicapai dengan meningkatkan
promotive, preventif dan kuratif hanya pada tindakan medik terbatas sederhana.
Perawat gigi merupakan salah satu unsur penting dalam pelaksanaan upaya
2
kesehatan gigi untuk dapat menyelenggarakan pelayanan yang profesional. Salah
kesehatan gigi yang ada disekolah. Suatu upaya pelayanan perlu didukung oleh
manajemen yang baik sehingga tahapan kegiatan semua program dapat berjalan
Oleh sebab itu, perlu dilakukan Unit Kesehatan Gigi Sekolah pada anak
Sekolah Dasar untuk memberi pengetahuan dalam menjaga kesehatan gigi dan
mulut.
B. Pengertian UKGS
perseorangan berupa upaya kuratif bagi individu (peserta didik) yang memerlukan
C. Kegiatan UKGS
ruang lingkup program UKGS sesuai dengan Tiga Program Pokok UKS (TRIAS
3
b. Latihan atau demonstrasi cara memelihara kebersihan dan kesehatan gigi dan
mulut.
D. Tahap-Tahap UKGS
Pelayanan kesehatan gigi dan mulut untuk murid SD dan MI yang belum
terjangkau oleh tenaga dan fasilitas kesehatan gigi. Tim pelaksana UKS di SD
4
b. Pendidikan dan penyuluhan kesehatan gigi dilaksanakan oleh guru
penjaskes/ guru pembina UKS/ dokter kecil sesuai dengan kurikulum yang
berlaku (buku pendidikan olahraga dan kesehatan) untuk semua murid kelas
gigi bersama setiap hati minimal untuk kelas I, II dan III dibimbing oleh guru
Pelayanan kesehatan gigi dan mlut untuk murid SD dan MI yang sudah
a. Pelatihan kepada guru/ pembina UKS dan dokter kecil tentang pengetahuan
berlaku (buku pendidikan olahraga dan kesehatan) untuk semua murid kelas
c. Pencegahan penyakit gigi dan mulut dengan melaksanakan kegiatan sikat gigi
bersama setiap hari minimal untuk kelas I, II dan III dibimbing oleh guru
5
e. Penjaringan kesehatan gigi dan mulut untuk kelas I pada awal tahun ajaran
diikuti dengan pencabutan gigi sulung yang sudah waktunya tanggal, dengan
petunjuk tertulis (informed consent) dari orang tua dan tindakan oleh tenaga
kesehatan gigi.
f. Surface protection pada gigi molar tetap yang sedang tumbuh (dilakukan di
sekolah atau dirujuk sesuai kemampuan), bila pada penjaringan murid kelas
1dijumpai murid dengan gigi tetap ada yang karies atau bila gigi sulung
dengan karies lebih dari 8 gigi dilakukan fissure sealant pada gigi molar yang
sedang tumbuh.
a. Pelatihan kepada guru Pembina UKS dan dokter kecil tentang pengetahuan
guru pembina UKS/ dokter kecil sesuai dengan kurikulum yang berlaku
(buku pendidikan olahraga dan kesehatan) untuk semua murid kelas I-VI,
bersama setiap hari minimal untuk kelas I, II dan II dibimbing oleh guru
6
e. Penjaringan kesehatan gigi dan mulut untuk kelas I pada awal tahun ajaran
diikuti dengan pencabutan gigi sulung yang sudah waktunya tanggal, dengan
persetujuan tertulis (informed consent) dari orang tua dan tindakan dilakukan
f. Surface protection pada gigi molar tetap yang sedang tumbuh pada murid
kelas 1 dan 2 atau dilakukan fissure sealant pada gigi molar yang sedang
tumbuh.
g. Pelayanan medik gigi dasar atas permintaan pada murid kelas I sampai
E. Tujuan UKGS
Tujuan dari UKGS menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
1. Tujuan umum
Tercapainya derajat kesehatan gigi dan mulut peserta didik yang optimal.
2. Tujuan khusus
b. Meningkatnya peran serta guru, dokter kecil, orang tua dalam upaya
promotif- preventif.
c. Terpenuhinya kebutuhan pelayanan medik gigi dan mulut bagi peserta didik
yang memerlukan.
7
F. Sasaran UKGS
Sasaran pelaksanaan dan pembinaan UKGS menurut Kementerian
1. Sasaran primer
2. Sasaran sekunder
Guru, petugas kesehatan, pengelola pendidikan, orang tua murid serta tim
3. Sasaran tersier
a. Lembaga penidikan mulai dari tingkat pra sekolah sampai pada sekolah
beserta lingkungannya.
kesehatan.
8
II. PELAKSANAAN UKGS
Kegiatan :
Kelas :I
a. Tenaga pelaksana
6. Triyani
c. Hambatan
dibantu oleh guru yang menjadi wali kelas 1 tersebut sehingga siswa
9
2. Penyuluhan
Kelas :1
a. Materi penyuluhan
berlubang mencakup apa itu gigi sehat, apa itu gigi berlubang, ciri-
makanan yang baik untuk gigi, makanan yang tidak sehat untuk gigi
dan karakteristiknya.
pengenalan tentang sikat gigi yang baik, waktu menyikat gigi, cara
b. Tenaga pelaksana
10
5. Bernike apfianita Damaris
6. Triyani
d. Hambatan
Kelas :I
a. Tenaga pelaksana
6. Triyani
Sikat gigi anak, pasta gigi , model gigi, gelas kumur, air bersih, ember,
tisu.
c. Hambatan
Secara umum kegiatan dapat berjalan dengan lancar, siswa cukup tertib
tetapi siswa sudah tidak sabar ingin keluar saat baru selesai dan istirahat.
11
III. HASIL PENGOLAHAN UKGS TAHAP II
2. Status karies gigi, diukur dengan indeks def-t untuk gigi susu dan indeks
Dari tabel 1 terlihat bahwa dari 7 siswa yang diperiksa seluruh siswa (100%)
tidak ada yang memiliki status kebersihan gigi dan mulut baik.
12
Tabel 2. Distribusi Siswa Kelas 1 Berdasarkan Status Karies Gigi di SD
Negeri Samirono pada Bulan Juni 2016
Status Karies Gigi Gigi Desidui Gigi Tetap
d/D 36 1
e/M 6 0
f/ 1 0
Jumlah 43 1
Rata-rata 6,14 0,14
Berdasarkan tabel 2 bahwa jumlah gigi yang mengalami karies dan masih
dapat ditambal (d atau D) memiliki hasil yang tinggi yaitu sebesar 36 gigi pada gigi
sulung dan 1 gigi pada gigi tetap. Pada gigi sulung terdapat 1 gigi yang sudah
dicabut atau gigi dengan indikasi pencabutan karena karies serta terdapat 1 gigi
sulung yang ditambal. Nilai rerata keseluruhan karies pada gigi sulung (def-t) siswa
kelas I adalah 6,14 artinya setiap 1 orang siswa pernah memiliki karies sekitar 6,14
gigi pada gigi desidui. Nilai rerata karies pada gigi tetap (DMF-T) siswa kelas I
adalah 0,14 berarti setiap 1 orang siswa pernah memiliki karies sebanyak 0,14 gigi
pada gigi permanen. Seluruh siswa yang telah diperiksa hanya terdapat 1 gigi
desidui yang telah ditumpat sedangakn gigi tetapnya 0 yang berarti masih kurannya
kesadaran siswa dalam melakukan perawatan gigi yang mengalami karies. PTI
13
Tabel 3 menunjukkan bahwa sebagian dari siswa yang diperiksa tidak
mengalami gingivitis (sehat) (71,43%) dan siswa yang mempunyai gingivitis pada
menyikat gigi 1 kali sehari, 3 siswa (42,86 %) menyikat gigi 2 kali sehari, dan 3
tepat waktu menyikat giginya. Waktu yang tepat untuk menyikat gigi yaitu pagi
14
Tabel 6. Distribusi Siswa Kelas 1 Berdasarkan Kebutuhan Perawatan Gigi
di SD Negeri Samirono pada Bulan Juni 2016
15
Tabel 8. Distribusi Tingkat Pendidikan Terakhir Orang Tua Siswa Kelas 1 di
SDN Samirono pada Bulan Juni 2016
Tingkat Pendidikan
Orang Tidak Jumlah
SD SMP SMA AK PT
Tua sekolah
∑ % ∑ % ∑ % ∑ % ∑ % ∑ % ∑ %
Ayah 0 0 0 0 0 0 5 71,43 0 0 2 28,57 7 100
Ibu 0 0 1 14,29 0 0 4 57,14 0 0 2 28,57 7 100
lulusan SD, 33,33% lulusan SD, 64,29% lulusan SMA, dan 28,57% lulusan
Orang tua dengan pekerjaan sebagai pegawai swasta sebanyak 28,57%, dan tidak
16
IV. DIAGNOSA DAN RENCANA PERAWATAN GIGI
Tabel 10. Diagnosa dan Rencana Perawatan Siswa Kelas 1 di SDN Samirono
pada Bulan Juni 2016
Jenis Umur Rencana
No Nama Elemen Diagnosis
Kelamin (tahun) Perawatan
55 Karies distal Penumpatan
65 Sisa akar Ekstraksi
Radith arjun 82 persistensi Ekstraksi
1 L 7
Niagara 42 Erupsi sebagian -
83 Karies distal Penumpatan
84 Sisa akar Ekstraksi
54 Sisa akar Ekstraksi
64 Sisa akar Ekstraksi
65 Karies oklusal Penumpatan
2 75 Karies oklusal Penumpatan
Sydneytria Putri
P 7 74 Karies oklusal Penumpatan
Nugroho
73 Karies bukal Penumpatan
83 Sisa akar Ekstraksi
Karies oklusal
85 penumpatan
dan distal
64 Karies oklusal penumpatan
3 Yahya Zulkarnain L 7 75 Karies oklusal Penumpatan
74 Karies oklusal Penumpatan
55 Karies lingual Penumpatan
54 Karies lingual Penumpatan
64 Karies oklusal penumpatan
Firdaus Abraham 65 Karies lingual Penumpatan
4 L 7
Esa 75 Karies oklusal Penumpatan
74 Karies oklusal Penumpatan
84 Karies oklusal penumpatan
85 Karies oklusal penumpatan
64 Karies oklusal Penumpatan
75 Sudah ditambal -
5 Tito arnanto L 7 83 Luksasi Observasi
Karies oklusal
46 Penumpatan
dan distal
Michael Indiana 55 Karies oklusal Penumpatan
6. L 7
three Jones 54 Karies oklusal Penumpatan
17
53 Karies lingual Penumapatan
63 Karies lingual Penumpatan
64 Karies oklusal Penumpatan
65 Karies oklusal Penumpatan
74 Karies oklusal Penumpatan
84 Karies oklusal Penumpatan
85 Karies oklusal Penumpatan
55 Karies mesial Penumpatan
Karies pada
52 Penumpatan
bagian mesial
Karies pada
51 bagian mesial dan Penumpatan
distal
Karies interdental
61 Ekstraksi
Valentino viki dan luksasi
7 L 7
vibriansyah 62 Karies mesial Penumpatan
Karies mesial dan
75 Penumpatan
oklusal
74 Karies distal Penumpatan
Karies pada
84 Penumpatan
bagian distal
Karies pada
85 Penumpatan
bagian mesial
18
V. PEMBAHASAN
penyuluhan kesehatan gigi dan mulut, dan sikat gigi bersama. Pemeriksaan
kesehatan gigi dan mulut yang dilakukan meliputi pemeriksaan status kebersihan
mulut menggunakan indeks OHI-S, status karies gigi menggunakan indeks DMF-T
untuk gigi tetap dan indeks def-t untuk gigi sulung, pemeriksaan kesehatan gusi
menggunakan Gingival Index (GI), serta waktu dan frekuensi menggosok gigi.
pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut. Untuk menjaga ketertiban siswa di dalam
kelas ketika menunggu giliran diperiksa siswa diawasi oleh wali kelasnya. Setelah
kegiatan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut. Materi penyuluhan meliputi peran
pengenalan bangunan yang ada di dalam rongga mulut, bahaya penyakit gigi
terutama gigi berlubang mencakup tanda gigi berlubang, penyebab, dan proses
terjadinya, pengenalan makanan sehat dan tidak sehat untuk gigi, serta pentingnya
teknik menyikat gigi yang baik dan benar. Kegiatan UKGS di SDN Samirono kelas
Berdasarkan hasil pengolahan data pemeriksaan gigi dan mulut kelas 1 SDN
Samirono, pada tabel 1 diketahui bahwa dari 7 siswa yang diperiksa, 2 siswa
(28,57%) memiliki status kebersihan mulut antara 1,3 hingga 3, sehingga termasuk
dalam kategori cukup dan 5 siswa (71,43%) memiliki status kebersihan 3,1 hingga
19
6 sehingga termasuk dalam kategori kurang (Basuni, dkk., 2014). Hasil
mengetahui cara menjaga kebersihan gigi dan mulut serta kurangnya kesadaran
masyarakat terutama pada anak usia sekolah untuk menjaga kebersihan gigi dan
mulut.
Tabel 2 menjelaskan nilai rata-rata status karies gigi sulung siswa kelas 1 (def
rata-rata=6,14) lebih tinggi daripada nilai rata-rata status karies gigi tetap (DMF
rata-rata=0,14). Baik pada gigi sulung maupun gigi permanen memiliki resiko
terkena karies gigi, namun proses kerusakan gigi sulung lebih cepat menyebar,
meluas dan lebih parah dari gigi permanen. Hal tersebut terjadi karena perbedaan
struktur email gigi dimana gigi sulung mempunyai struktur email yang kurang padat
dan lebih tipis, morfologi lebih tidak beraturan, dan kontak antara gigi merupakan
kontak bidang pada gigi sulung (Suwelo, 1992 Sit. Susi, dkk. 2012). Selain itu,
Banyaknya jajanan yang ada di sekolah, dengan jenis makanan dan minuman yang
memiliki status gingiva yang sehat dan 2 siswa ( 28,57%) yang mengalami
gingivitis 4 sampai 6 segmen. Gingivitis adalah suatu inflamasi pada gingiva yang
biasanya disebabkan oleh akumulasi plak (Retnoningrum, 2006 Sit. Hartati, dkk.,
2011). Secara klinis gingivitis seringkali ditandai dengan adanya perubahan warna,
20
perubahan bentuk, dan perubahan konsistensi(kekenyalan), perubahan tekstur, dan
perdarahan pada gusi (Retnoningrum, 2006 Sit. Hartati, dkk., 2011). Masa usia
gingiva (Karim, dkk., 2013). Apabila kebersihan gigi dan mulut tidak terjaga, dapat
meningkatkan resiko terjadinya inflamasi gingiva (Karim, dkk.,2013). Hal ini dapat
dihubungkan dengan hasil pemeriksaan OHI-S yang masuk dalam kategori cukup
dan kurang.
Pada tabel 4 menunjukkan bahwa terdapat 1 siswa (14, 28%) menyikat gigi
satu kali sehari, 3 siswa (42,86 %) menyikat gigi dua kali sehari, dan 3 siswa (42,86
%) menyikat gigi tiga kali sehari. Menurut Sriyono (2011), terdapat 5 hal yang
harus dipertimbangkan dalam menyikat gigi agar efektif dalam pembersihan plak
yaitu: (1) tepat memilih sikat gigi, (2) tepat cara menyikat gigi, (3) tepat waktu
menyikat gigi, (4) tepat lama menyikat gigi, (5) teliti sehingga semua bagian gigi
bersih dari plak. Pada tabel 5 menunjukkan waktu menyikat gigi siswa sebanyak
100% belum tepat waktu sehingga berpengaruh pada nilai kebersihan gigi dan
mulut yaitu tidak ada siswa (0%) yang memiliki kebersihan mulut yang baik.
Menurut .. menyikat gigi setelah sarapan pagi dan sbelum tidur penting untuk
menjaga kesehatan gigi dan membersihkan gigi dari sisa-sisa makanan yang akan
tindakan perawatan gigi untuk siswa SDN Samirono kelas 1 paling tinggi yaitu
21
restorasi 36 gigi (83, 72%), ekstraksi sebanyak 6 gigi (13, 95%) dan 1 siswa (2,33%)
pada def-t maupun DMF-T. Karies gigi adalah penyakit infeksi yang telah dikenal
sejak dulu. Penyakit ini merusak struktur gigi dan menyebabkan gigi berlubang
berlubang dan bahan restorasi yang dipilih yang dapat menggantikan dalam hal
estetik dan fungsi (Sasmita dan Pertiwi, 2009). Pada masa tubuh kembang anak,
fungsi gigi sulung antar lain sebagai penyedia ruangan gigi tetap, merangsang
tumbuh kembang rahang, pengunayahan dan estetika. Kehilangan gigi sulung yang
terlalu dini, yakni bila benih gigi tetap belum menempati posisinya dan dalam
erupsi gigi tetap tidak pada tempatnya sehingga terjadi maloklusi (Budiardjo,
1995).
Tindakan restorasi gigi merupakan suatu tindakan untuk memperbaiki gigi yang
rusak dengan cara membuang jaringan karies pada gigi dan meletakkan bahan
restorasi pada gigi yang mengalami kerusakn tersebut (Sumolang, dkk., 2013).
Tindakan Pencabutan gigi yaitu suatu tindakan pengeluaran gigi dari soketnya dan
22
dilakukan pada gigi yang sudah dapat dilakukan perawatan lagi (Lande, dkk.,
2015).
orang tua siswa kelas 1 SD Negeri Samirono. Sebagian besar orang tua siswa
terakhir yang bervariasi yaitu 71,43% adalah lulusan SMA dan 28,57% lulusan
perguruan tinggi negeri. Sebagian besar siswa memiliki gigi yang karies dan perlu
terdapat hubungan yang signifikan tingkat pendidikan orang tua dengan kejadian
karies pada anak. Hal tersebut dikarenakan faktor yang mempengaruhi kualitas
kesehatan gigi seseorang tidak terlepas dari 3 aspek berikut ini yaitu aspek fisik
(keadaan kesehatan gigi mulutnya sendiri, misalnya keaadan gigi yang berjejal),
perilaku mereka, misalnya tidak percaya dengan pelayanan kesehatan) dan aspek
Sehingga, tidak bisa berpedoman pada pekerjaan ataupun pendidikan orang tua
saja.
23
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
UKGS yang dilaksanakan tanggal 1 Juni 2016 di SDN Samirono pada siswa kelas
2. Rata-rata karies gigi sulung siswa kelas 1 (def-t) lebih tinggi yaitu 6,14
4. Frekuensi menyikat gigi sebagian besar siswa sudah sesuai standar yaitu ≥
telah berlubang karena karies. Hal ini dapat dilihat dari pemeriksaan yang
7. Status sosial ekonomi dan tingkat pendidikan orang tua siswa yang
Samirono kelas 1.
24
B. Saran
1. Para siswa kelas I SDN Samirono perlu diberi pemahaman lebih tentang
2. Para siswa kelas I SDN Samirono perlu melakukan perawatan pada gigi
direncanakan.
3. Orang tua siswa dan guru diharapkan berperan aktif dalam memonitor
25
DAFTAR PUSTAKA
Alhamda, Syukra, 2011, Status Kebersihan Gigi dan Mulut dengan Status Karies
Gigi (Kajian pada Murid Kelompok Umur 12 Tahun di Sekolah Dasar Negeri
Kota Bukittinggi), Berita Kedokteran Masyarakat, 27 (2): 108-115.
Basuni, Cholil, Putri Deby K.T., 2014, Gambaran Indeks //Kebersihan Mulut
Berdasarkan Tingkat pendidikan Masyarakat di Desa Guntung Ujung
Kabupaten Banjar, Dentino Jurnal Kedokteran Gigi, II (1): 18-23.
Budiardjo, Sarworini Bagio, 1995, Perawatan Pulpektomi Secara Singkat pada Gigi
Sulung Nekrotik (Laporan Kasus), Jurnal Kedokteran Gigi Universitas
Indonesia (JDUI), 11(2): 40-49.
Femala, Dian, Shaluhiyah Zahroh, dan Cahyo Kusyogo, 2012, Perilaku Perawat
Gigi dalam Pelaksanaan Program UKGS di Kota Pontianak, Jurnal promosi
Kesehatan Indonesia, 7 (2):145-152.
Herijulianti, E., Indriani T. S., Artini S., 2002, Pendidikan Kesehatan Gigi, Jakarta:
EGC.
Karim, Cindra A.A., Gunawan P., Wicaksono D.A., 2013, Gambaran Status
Gingiva pada Anak Usia Sekolah Dasar di SD GMIM Tonsea Lama,
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/egigi/article/download/3227/2771diundu
h tanggal 29 juli 2016.
Lande, R., Kepel B. j., Siagian K. V., 2015. Gambaran faktor resiko dan Komplikasi
Pencabutan Gigi di RSGM PSPDG- FK UNSRAT, Jurnal e-GiGi, 3, (2): 476-
481.
26
Nurhidayat, O., Eram, T.P., dan Bambang, W., 2012, Perbandingan Media Power
Point dengan Flip Chart dalam Meningkatkan Pengetahuan Kesehatan
Gigi dan Mulut, Unnes Journal of Public Health, 1(01): 31-35.
Rosidi, A., Haryani S., dan Adimayanti E., 2013, Hubungan antara Konsumsi
Makanan Kariogenik dengan Kejadian Karies Gigi pada Anak SDN
Gogodalem, Kec. Bringin, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.
Sariningrum, E., dan Irdawati, 2009. Hubungan Tingkat Pendidikan, Sikap dan
Pengetahuan Orang Tua Tentang Kebersihan Gigi dan Mulut Pada Anak
Balita 3-5 Tahun dengan Tingkat Kejadian Karies di Paud Jatipurno,
Berita Ilmu Keperawatan ISSN, 2(3): 119-124
Sasmita I. S., dan Pertiwi A. S. P., 2009, Identifikasi, pencegahan, dan Restorasi
Sebagai Penatalaksanaan Karies Gigi pada Anak.
Setiawan, R., Adhani R., Sukmana B.I., dan Hadianto B., 2014, Hubungan
Pelaksanaan UKGS dengan Status Kesehatan Gigi dan Mulut
Sumini, Amikasari B., dan Nurhayati D., 2014, Hubungan Konsumsi Makanan
Manis dengan Kejadian Karies Gigi pada Anak Prasekolah di TK B RA
Muslimat PSM Tegalrejodesa Semen Kecamatan Nguntoronadi Kabupaten
Magelang, Jurnal Delima Harapan 3(2): 20-27.
Sumolang, M., Wicaksono, D. A., Abidjulu J., 2013, Gambaran Penggunaan resin
Komposit dan Semen Ionomer Kaca sebagai Bahan Restorasi di Rumah sakit
Gunung Maria Tomohon Tahun 2012,
http://www.nature.com/ijos/Journal/v4/n3/pdf/ijos201234a.pdf diunduh
tanggal 15 Oktober 2016.
Susi, Bachtiar, H., dan Azmi, U., 2012, Hubungan Status Sosial Ekonomi Orang
Tua dengan Karies Pada Gigi Sulung Anak Umur 4 dan 5 Tahun,
Majalah Kedokteran Andalas,36 (01): 96-105
Tjahja, I. dan Gani, L., Status Kesehatan Gigi dan Mulut Ditinjau dari Faktor
Individu Pengunjung Puskesmas DKI Jakarta Tahun 2007, Buletin
Penelitian Kesehatan, 38(02): 52-66
Zainur, 2015, Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Timbulnya Plak Gigi pada
Anak Sekolah Dasar (SD) Negeri 130 Palembang Thun 2014, Jurnal Kesehatan
Gigi, 1.
27